View of RELEVANSI KONSEPSI PENDIDIKAN HAMKA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN NILAI DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

RELEVANSI KONSEPSI PENDIDIKAN HAMKA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN NILAI DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Asep Eka Nugraha

STKIP Al-Amin Indramayu Jalan P.U Kemped Wirakanan, Kandanghaur, Karangmulya, Indramayu Email: asepekanugraha81@gmail.com

Abstract

This study aims to describe, Hamka education concept with the concept of value education in the national education system. This study deals with the concept of character education named Hamka. This study aims, explaining four things: (1) Hamka Education. (2) Hamka Value Education. (3) Values Education in the National Education System, (4) RelevanceHalf Value Education With Education Value In National Education System. This study used a non- interactive qualitative approach with the reasons concerned (Hamka) has died. In this study collect information relating to the work of Hamka (Book of Life Institute) while the steps in data processing in this study include: data reduction, data classification, data display, data interpretation and drawing conclusions. The results show that Hamka's educational nature consists of physical education and spiritual education. Physical education, for growth and physical perfection and the power of mind and soul. Spiritual education, for the perfection of human nature in science and experience based on religion. Education is based on monotheism, monotheism as the principle of education for Hamka as the right guidance of life for man, to achieve the happiness of the world and the hereafter. For the values of Hamka as a measure of the goodness and truth of attitudes toward human beings. The value of education aims to form human kamil who make the learner virtuous, berahklak noble, and careful to God. The value of education in the national education system is the Pancasila and the 1945 Constitution, with the aim of educating the life of the nation, making people believers and pious, noble, and responsible to the nation. The educational value of both views indicates the formation of learners in instilling noble values in life, making people whole, possessed of knowledge, noble dignity, and careful of God Almighty.

Keywords:

Relevance; Conception; Hamka Education; Educational Value; National Education System

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan, konsep pendidikan Hamka dengan konsep pendidikan nilai dalam sistem pendidikan nasional. Penelitian ini berkenaan dengan konsepsi pendidikan dari tokoh bernama Hamka. Penelitian bertujuan, mendeskripsikan empat hal: (1) Pendidikan Hamka. (2) Pendidikan Nilai Hamka. (3) Pendidikan Nilai Dalam Sistem Pendidikan Nasional, (4) RelevansiPendidikan Nilai Hamka Dengan Pendidikan Nilai Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif non interaktif dengan alasan yang bersangkutan (Hamka) telah meninggal dunia. Dalam penelitian ini mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan karya (Buku Lembaga Hidup) Hamka sedangkan langkah-langkahdalam pengolahan data dalam penelitian ini meliputi: reduksi data, klasifikasi data, display data, interpretasi data danpenarikankesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hakikat pendidikan Hamka terdiri pendidikan jasmani dan pendidikan rohani. Pendidikan jasmani, untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. Pendidikan rohani, untuk kesempurnaan fitrah manusia dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman yang didasari agama. Pendidikan didasari oleh tauhid, tauhid sebagai prinsip pendidikan bagi Hamka sebagai pegangan hidup yang benar bagi manusia, untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Bagi Hamka nilai sebagai ukuran dari kebaikan dan kebenaran dari sesuatu sikap pada diri manusia. Pendidikan nilai bertujuan membentuk insan kamil yaitu menjadikan peserta didik berbudi luhur, berahklak mulia, serta bertakwa kepada Allah. Pendidikan nilai dalam sistem pendidikan nasional berlandasakan pancasila dan UUD 1945, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadikan manusia beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, dan bertangung jawab terhadap bangsa. Pendidikan nilai dari kedua pandangan menunjukan pada pembentukan peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan, menjadikan manusia seutuhnya, memiliki ilmu pengetahuan, berakhlak mulia, serta bertakwa kepada Tuhan YME.

Kata Kunci:

Relevansi; Konsepsi; Pendidikan Hamka; Pendidikan Nilai; Sistem Pendidikan Nasional.

A. PENDAHULUAN

kehidupan serta enelitian ini dilatarbelakangi oleh

di

tengah-tengah

P segenap manusia. Persoalan tersebut, tampak memiliki kepekaan hati nurani yang

menempatkan pendidikan sebagai ibadah, berbagai

tersentuh. Kegagalan persolaan moral yang menimpa

pendidikan, ketika hasil didikan tidak lagi

gejala dikalangan anak muda bahkan orang berlandaskan moralitas, rasa kemanusiaan tua yang menunjukkan mereka mengabaikan

dan masalah kemerosotan moral. Dekadensi nilai dan moral. dalam pergaulan yang sangat

moral tercermin dalam sikap dan perilaku diperlukan dalam suatu masyarakat yang

masyarakat yang tidak dapat menghargai beradab. Indriati Noor (2011) kegagalan

orang lain, hidup dan perikehidupan bangsa yang paling fatal, ketika produk didik tidak

dengan menjungjung tinggi harkat dan lagi memiliki kepekaan hati nurani yang

martabatnya manusia. Padahal nilai-nilai berlandaskan

moralitas dan masalah moral menempatkan harkat dan martabatnya kemerosotan moral yang semakin merebak.

manusia sebagai ukuran pencegahan Hal ini cenderung diakibatkan oleh

perbuatan yang melanggar norma. ketidaksesuaian antara ketiga lingkungan

Mengatasi persoalan nilai moral dalam pendidikan yang mengakibatkan anak

pendidikan, pendidikan nilai berperan dalam menjadi korban. Kemerosotan nilai-nilai

upaya mewujudkan manusia secara utuh. moral, melanda masyarakat tidak lepas dari

Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak ketidakefektifan penanaman pendidikan nilai,

terpisahkan dari pendidikan serta dapat baik di lingkungan keluarga, sekolah dan

menjadi sarana untuk mencegah pengaruh- masyarakat. Ketiga lembaga pendidikan

pengaruh negatif. Mulyana (2011:105) nilai tersebut terlibat dalam proses pendidikan

merupakan jantung semua ikhtiar pendidikan. secara langsung dalam proses pembentukan

Persoalan pendidikan menunjukan lemah pribadi manusia. Ketiga lembaga pendidikan

dalam menanamkan pendidikan nilai, menjadi titik sentral dalam pelaksanaan

(2011:146-147), rendahnya pendidikan. Sofyan Sauri (2006:4-5),

Mulyana

pendidikan tidak hanya disebabkan oleh lemahnya pendidikan lebih diakibatkan

lemahnya pendidikan dalam membekali karena adanya konflik diantara tri pusat

kemampuan akademis kepada peserta didik, pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat dan

namun akibat dari kurangnya penyadaran pemerintah (sekolah).

nilai secara bermakna. Dengan demikian, Di tengah perkembangan masyarakat di

makna pendidikan syarat dengan muatan era globalisasi begitu banyak persoalaan

nilai-nilai moral pendidikan yang bertujuan moral yang menimpa bangsa ini, Hufad dan

membentuk manusia menjadi manusia mulia, Sauri (2007:41) kecenderungan manusia era

serta memanusiakan manusia menjadi global lebih mengutamakan kemampuan akal

manusia mulia.

dan memarginalkan peranan nilai-nilai Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari Ilahiyah (agama). Akibatnya manusia

kehidupan manusia, Said (dalam Ahmad kehilangan roh kemanusiaan yang hampa

Syamsu Rizal, 2013:2), manusia adalah homo dari nilai-nilai spiritual. Permasalahan utama

educandum et educabile , mahluk yang dapat yaitu,

di didik dan memerlukan pendidikan. mengutamakan kemampuan akal dan

kecenderungan manusia

lebih

Pendidikan sebagai kekuatan pembentuk mengesampingkan peranan nilai-nilai agama.

manusia, untuk masa depan, sehingga Akibatnya

pendidikan bertumpu pada internalisasi nilai- kemanusiaan dari nilai-nilai spiritual.

nilai luhur yang tertanam dalam diri peserta Permasalahan yang timbul di tengah

pendidikan mampu masyarakat, prilaku masyarakat yang

didik,

serta

manusia, menempatkan semakin mengalami kemerosotan nilai moral

memanusiakan

manusia pada derajat tertinggi. Ahmad

Syamsu Rizal (2013:1) tujuan pendidikan (Hamka) Dengan Pendidikan Nilai Sistem membentuk manusia sebagai insan kaffah

Pendidikan Nasional. Kajian ini berfokus yaitu manusia cerdas, terampil dan berahklak

serta menguraikan unsur-unsur pendidikan mulia.

yakni, tujuan pendidikan, peserta didik, membentuk manusia memiliki eksistensinya

pendidik, kurikulum dan lingkungan yang

pengetahuan, sebagai

ini menggunakan mendekatkan diri kepada Tuhanya. Hamka,

pendekatan kualitatif non interaktif dengan (1984:190), tujuan pendidikan adalah untuk

teknik analisis konsep. menurut Cresswell mengenal dan mencari keridhaan Allah,

(1994:162) penelitian kualitatif difokuskan membangun budi pekerti untuk berakhlak

pada proses yang terjadi dalam penelitian. mulia. Tujuan pendidikan menuju arah

Pendekatan non interaktif oleh Mc Millan terwujudnya manusia yang dicita-citakan

dan Schumacher, dengan mengunakan suatu sesuai nilai-nilai dan norma-norma yang

analisa dan investigasi terhadap konsep dianut

perjalanan sejarah melalui suatu analisis yangberilmu pengetahuan luas, beriman,

serta membentuk

manusia

dokumen. Pendekatan non interaktif berakhlak mulia serta bertaqwa kepada

digunakan dalam penelitian ini, karena Haji Tuhan YME.

Abdul Malik Karim Amarullah (Hamka) Dengan demikian, menjadi hal menarik

telah meninggal dunia.

untuk mengkaji lebih dalam mengenai Metode penelitian yang digunakan konsep pendidikan dan pendidikan nilai

adalah metode kualitatif non interaktif, dalam

mengingat penelitian ini adalah pemikiran Abdurahman

tokoh dengan menganalisis konsep-konsep 2011:224) Hamka adalah seorang intelektual

melalui dokumen (buku) karya Hamka. yang mempunyai pengetahuan yang banyak,

Berkaitan dengan tokoh, menurut Cresswell baik

(1998:47) penelitian biografi adalah studi umum.Beliau sangat

tentang individu dan pengalamanya yang peningkatan pendidikan masyarakat melalui

konsen dengan

dituliskan kembali dengan mengumpulkan kegiatan-kegiatan

dokumen dan arsip-arsip. dakwahnya.Hamka seorang tokoh yang memberikan ide-ide pemikiran tentang

sosial

dan

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

pendidikan, beliau juga seorang ulama ahli

1. Pendidikan Nilai Dalam Pandangan

ilmu-ilmu agama, yang berkifrahnya dalam

Hamka

pendidikan.Azyumardi Azra (2012), Hamka Secara umum, nilai bagi Hamka (dalam banyak

Nasution, 2012:hlm.90) adalah ukuran dari pendidikan.

kebaikan dan kebenaran dari sesuatu sikap, Berdasarkan latar pemikiran tersebut,

barang, atau apa saja, di mana sesuatu itu tulisan ini mencoba untuk mendeskripsikan

berpotensi semakin mendekatkan jiwa tentang bagaimana (1) Konsepsi Pendidikan

kepada Tuhan, sedangkan yang tidak bernilai Dalam Pandangan Haji Abdul Malik Karim

ketidakbaikan dan Amarullah (Hamka) dan (2) Pendidikan

adalah

ukuran

ketidakbenaran dari sesuatu di mana sesuatu NilaiDalam Pandangan Haji Abdul Malik

itu berpotensi untuk menjauhkan jiwa dari Karim Amarullah (Hamka) dan (3) Konsepsi

Tuhan. Dalam hal ini nilai-nilai prinsipil Pendidikan nilai Dalam Sistem Pendidikan

sangat melekat dalam pemikiran Hamka, di Nasional Bagaimana Konsepsi Pendidikan

mana akal manusia tetap pada nilai prinsipil- Dalam Pandangan Haji Abdul Malik Karim

nya, yaitu bernilai baik dan benar. Hamka, Amarullah (Hamka) (4)Relevansi Pendidikan

(1984:hlm.24), salah satu nilai akal terletak Nilai Haji Abdul Malik Karim Amarullah

pada fungsinya sebagai alat penjaga, pada fungsinya sebagai alat penjaga,

aktualisasi, peran diukurnya perbuatan itu baik dan layak

penghambaan dan

kekhalifahan manusia dimuka bumi, dilakukan) atau meninggalkannya (karena

penghambaan dan aktualisasi diri harus menurut akalnya perbuatan itu tidak

tercermin dalam semua diri manusia manusiawi dilakukan). Akal manusia sebagai

sehingga terbentuk menjadi insan al-kamil. penentu nilai dalam diri manusia. Jika akal

b. Pendidik

sehatnya berkembang dengan baik, maka Pendidik merupakan orang yang akan muncul darinya nilai-nilai baik dan

membimbing, melatih, mendidik dan pada akhirnya membuat sikap hidupnya

berupaya untuk mengantarkan anak didik ke menjadi bernilai. Jika tidak maka sikap dan

arah kedewasaannya, baik secara jasmani perilaku hidupnya cenderung jauh dari

maupun rohani, M. Ramli (2015:63) pada bernilai baik. Maka akal seseorang bernilai

hakekatnya pendidik sebagai manusia yang karena telah dididik dengan benar, hal ini

memahami ilmu pengetahuan, dan menjadi akan melahirkan manusia-manusia yang

baginya untuk beretika, bermoral, dan berakhlak mulia

sebuah

kewajiban

mentransferkan ilmu kepada orang lain demi sesuai dengan tuntunan akal, dimana akal

kemaslahatan ummat.Dalam pendidikan nilai juga selalu sejalan dengan tuntunan agama

sosok pendidik bagi Hamka yaitu harus (Islam).

mampu menanamkan nilai-nilai luhur serta

a. Tujuan Pendidikan

harus mampu menjadi teladanan bagi peserta Berkaitan dengan hal tersebut tujuan

didik, Hamka (1984:71) hendaklah seorang pendidikan bagi Hamka (1984:204) yaitu

menjadi contoh yang baik bagi muridnya, membentuk manusia merdeka, manusia

perangi patut ditiru, menjadi ayah dan murid- diberikan kebebasan dalam berpikir yang

sahabat tempat didasari oleh nilai agama. Agama berfungsi

muridnya,

menjadi

menumpahkan perasaan hati dan menagadu memotivasi umatnya untuk senantiasa

di waktu fikiran tertumpuk. Bergaul dengan mencari ilmu, dengan ilmu, manusia akan

murid-murid itu dengan sikap lemah lembut, memahami

tetap merdeka dan bebas, terus terang dan peradabannya sesuai dengan nilai-nilai

agamanya, serta

menata

tidak sembunyi-sembunyi. Keteladanan agama

dalam diri pendidik harus tertanam dalam kepribadian manusia yang beraklakul

dirinya, bersikap sabar dalam mendidik, karimah. Dengan demikian tujuan pendidikan

ketika bakat dan potensi anak berkembang mengenal dan mencari keridhaan Allah,

maka kedekatan pendidik terhadap anak membangun budi pekerti untuk berakhlak

harus lebih dekat, untuk menciptakan mulia. Proses pendidikan bertujuan agar

suasana kenyaman bagi anak. Hamka dapat menjadikan anak memiliki budi

(1984:2-3) pendidik adalah sosok yang pekerti, berakhlak mulia didik, serta

bertanggung jawab dalam mempersiapkan bertakwa kepada Allah. Hamka, (1984:224)

dan mengantarkan peserta didik untuk pendidikan untuk membentuk watak, pribadi

memiliki ilmu pengetahuan yang luas, manusia yang telah lahir kedunia supaya

berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi menjadi orang yang berguna dalam

kehidupan masyarakat secara luas. Yang masyarakatnya. Tujuan akhir pendidikan

bertanggung jawab dalam menanamkan bukan hanya membentuk peserta didik dalam

pendidikan adalah orang tua,guru, dan kapasitas intelektual, tetapi juga membentuk,

masyarakat, itu adalah sosok yang terlibat menjadikan manusia berakhlak mulia,

dalamkegiatan pendidikan. mampu mengenal Tuhannya, memperhalus

Pendidik di keluarga dalam pemikiran akhlaknya dan senantiasa berupaya mencari

Hamka orang tua memiliki peranan yang keridhaan Allah. Oleh karena itu, proses

sangat penting dalam membentuk dan sangat penting dalam membentuk dan

dirinya maupun masyarakat luas. Sosok sepenuhnya dalam mendidik anak. Hamka

pendidik harus menjadi teladan bagi peserta (1984:224) anak itu pertaruhan tuhan, maka

didik, sebagaimana diungkapkan Hamka ibu bapak yang diserahi, petaruh itu wajib

(1984:87) orang yang memperbaiki orang memeliharanya, lahir batin. Lahirnya ialah

lain, hendaklah sangup memperbaiki diri memelihara kesehatanya, dan memberikan

sendiri. Seorang pendidik dalam mendidik makan dan minum. Batinnya ialah

harus sanggup mendidik dirinya sendiri, mendidiknya sebagai persiapannya untuk

seorang pendidik menyuruh berbuat baik hidup di belakang hari. Peran pendidik di

pada peserta didik, tetapi pendidiknya itu keluarga, bukan hanya sekedar mendidik

sendiri tidak pernah berbuat baik. Hal anak menjadi besar dan pandai, namun

demikian pendidik tidak dapat menjadi terutama membantu perkembangan anak,

teladan bagi anak didiknya, sehingga menjadikan anak menjadi manusia yang

akhirnya anak didiknya sendiri kehilangan bermoral dan berahklakul karimah. Hamka

kepercayaan dan tidak mau lagi menuruti apa (dalam Samsul Nizar, 2008:140-141) tugas

yang diperintahnya.

yang mulia ini, dibebankan kepada pendidik

pendidikan sekolah, berupa orang tua anak. Dengan demikian

Dilingkungan

keteladanan merupakan cara efektif yang kedua orang tua sebagai pendidik memiliki

sangat berpengaruh dalam mempersiapkan peran dalam proses penanaman pendidikan

akhlak peserta didik, karena sosok pendidik bagi anak sehingga menjadi manusia yang

sebagai contoh nyata dalam pandangan mampu hidup mandiri, beriman dan bertaqwa

peserta didik. Keteladanan akan ditiru oleh kepada Allah. Sehingga nilai-nilai yang

peserta didik dalam perilaku, baik itu ia ditanamkan oleh kedua orang tua, tercermin

sadari maupun tidak. Selanjutnya Hamka, dalam diri pribadi anak dalam kehidupan

(1984:251-252) menyatakan bahwa, seorang sehari-hari.

pendidik harus memiliki kewibawaan, Pendidik di sekolah, Hamka mengartikan

kewibawaan suatu pancaran batin yang dapat sosok pendidik sebagai perpanjangan tangan

menimbulkan pada pihak lain sikap untuk antara orang tua dan masyarakat. Hal ini

mengakui, menerima, dan menuruti dengan karena Hamka menganggap

penuh pengertian atas pengaruh tersebut. merupakan lembaga pendidikan yang

sekolah

Pendidik di masyarakat dalam pemikiran tersusun secara sistematis, serta menjadi

Hamka semua komponen di masyarakat miniatur realitas sosial dimana pendidikan

memiliki peranan penting dalam membentuk dilaksanakan. Mengenai hal ini, Hamka

kepribadian seorang anak. Pendidik di menempatkan pendidik sebagai komponen

masyarakat menurut Hamka (1984:13) yaitu yang sangat mempengaruhi terlaksananya

komunitas sosial, dan segala unsur apapun proses belajar mengajar secara efektif.

yang tercakup di dalamnya yang dapat Hamka (dalam Samsul Nizar, 2008:149)

membentuk dan mendukung kepribadian pendidik merupakan penanggung jawab

peserta didik. Jadi pendidik di masyarakat terjadinya transformasi material dan nilai

yaitu semua unsur yang berperan dalam pendidikan, karenanya hubungan yang

membentuk serta terjalin antara peserta didik dengan pendidik

pendidikan

yaitu

mendukung kepribadian peserta didik. harus harmonis. Hamka, (1984:211) seorang

Berkaitan dengan pendidikan nilai Hamka, pendidik dituntut terlebih dahulu mengetahui

(dalam Ramayulis, 2005:274) menyatakan tugas dan tanggung jawabnya, yaitu berupaya

bahwa, akhlak anak didik dapat dikatakan membantu dalam rangka membimbing anak

sebagai cerminan dari bentuk akhlak didiknya untuk memiliki ilmu pengetahuan

masyarakat di mana ia berada. Oleh karena yang luas, berakhlak mulia, dan menguasai

itu, pendidik di masyarakat berperan penting itu, pendidik di masyarakat berperan penting

dimilikinya peserta didik dapat mengenal bahwa, anak didik sebagai bunga masyarakat

khaliknya. Oleh karena itu, peserta didik yang kelak akan mekar atau akan menjadi

hendaknya menyadari akan kekurangan akan tubuh dari masyarakat. Ini menggambarkan

dirinya dan berupaya memperbaiki dengan anak sebagai generasi penerus diamasa yang

cara meningkatkan ilmu pengetahuannya akan datang, oleh karena itu seluruh anggota

yang dimiliki. Dengan ilmu yang dimilikinya masyarakat harus turut berperan serta

akan menjadi penerang, bagi kehidupan, serta bertanggung jawab dalam memananamkan

untuk menunjukan jalan untuk keselamatan pendidikan bagi anak, dengan tujuan menjadi

dunia dan akhirat.

anak yang bermanfaat bagi lingkungannya Dalam proses pendidikan, Hamka serta berahklakul karimah. Pendidik di

Nizar, 2008:154) masyarakat sebagai komponen utama untuk

(dalam

Samsul

mengharapkan peserta didik mampu (1) mendidik dan mempersiapkan anak dimasa

memiliki akhlak mulia, (2) selalu berupaya yang akan datang. Oleh karena itu, setiap

mengembangkan ilmu yang sudah dimiliki, pendidik

(3) sabar dan tabah dalam menuntut ilmu, (4) menanamkan pendidikan nilai bagi anak

mengamalkan ilmu pengetahuan agar beroleh begitu pula orang tua dan masyarakat perlu

keberkatan, (5) dapat mengendalikan diri, (6) memposisikan diri sebagai teladan, cermin

membersihkan hati dan tidak merasa dan rujukan nyata bagi proses aktualisasi

sombong, (7) selalu merendahkan diri di nilai-nilai mendidik dalam kehidupan sehari-

hadapan pendidiknya dan santun kepada hari. Hal inilah yang menjadi penguatan

mereka, (8) berbakti kepada orang tua. pendidikan nilai, agar tujuan pendidikan

Harapan tersebut merupakan perting untuk

melalui pendidikan, terwujud secara hakiki serta sesuai dengan

memanusiakan manusia dapat

ditanamkan

hasilnyaharus tercermin dalam kehidupan hakikat pendidikan yaitu mengembangkan

sehari-hari. Disamping itu, penanaman nilai potensi yang dianugerahkan Allah kepada

peserta didik mampu mengendalikan diri, manusia.

membersihkan hati, memiliki wawasan yang

c. Peserta didik

luas, dan meraih kesempurnaan melalui ilmu Peserta didik, sebagai makhluk ciptaan

untuk mengenal Allah. Bagi Hamka, pendidikan nilai

yang

dimiliki

Khaliqnya.Syamsul Kurniawan dan Erwin ditujukan sebagai upaya pembentukan dan

Mahrus (2011:229), agar peserta didik pembinaan akhlak pada jiwa peserta didik,

mempunyai mempunyai jiwa spiritual menanamkan nilai-nilai akhlak Islami, untuk

sebagai makhluk yang mempunyai fitrah senantiasa berbuat kebaikan dan berperilaku

yang pada dasarnya menuntun untuk sesuai dengan akhlaq al-karimah. Pendidikan

senantiasa berbuat kebajikan dan tunduk nilai memiliki tanggung jawab dalam upaya

mengabdi pada khaliqnya, dan hal inilah menciptakan peserta didik berpribadian

yang mengantarkan pendidikan agama sangat luhur, beriman dan bertaqwa kepada Allah.

penting untuk kehidupan. Sasaran pendidikan nilai yang diharapkan

d. Kurikulum

agar menjadi insan al-kamil. Hamka Kurikulum menurut Hamka mencakup (2014:58)

seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat memunculkan orang yang baik. Pendidikan

dan menjadi dasar bagi kemajuan hidup yang baik yaitu dapat membentuk insan al-

manusia di dunia. Secara implisit bentuk kamil . Hamka (1984:149) dengan ilmu dan

kurikulum Hamka, berbentuk kurikulum kehalusan ahlak yang dimiliki peserta didik

Islam. Kurikulum Islam menurut Hamka dapat mengendalikan diri, membersihkan

(dalam Samsul Nizar, 2008:168-169) hati, memiliki wawasan yang luas, dan

pertama, ilmu-ilmu agama yang meliputi Al-

Quran, al-sunah, syariah, teologi, metafisika terbaik dalam pribadi yang diinginkan. Nilai- Islam (tasawuf), ilmu-ilmu linguistik. Kedua,

nilai tersebut mempengaruhi pola pendidikan Ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis.

manusia, sehingga tertanam dalam perilaku Kurikulum diatas, nampaknya tidak begitu

lahiriah. Prilaku lahiriah adalah cermin -nilai memusatkan, perhatiannya pada satu bentuk

ideal yang mengacu didalam jiwa manusia kurikulum tertentu, pendekatan

sebagai hasil dari proses pendidikan. dilakukan bersifat fiosofis dengan berpijak

yang

e. Lingkungan Pendidikan

pada dinamika kehidupan manusia yang Lingkungan pendidikan, berperan menuntut kurikulum pendidikan mengalami

penting dalam penanaman pendidikan nilai perubahan secara dinamis.

bagi peserta didik yaitu lingkungan Dalam pemikiran Hamka, pendidikan

keluarga, sekolah dan bertujuan mengaitkan antara manusia dengan

pendidikan

masyarakat. Hamka (dalam Samsul Nizar, Allah sebagai pencipta alam semesta.

(2008:157) ketiga unsur pendidikan tersebut, Prinsipnya, kurikulum pendidikan dikaitkan

memiliki pengaruh yang besar dalam dengan tauhid. Sebab konsep tauhid inilah

pembentukan kepribadian peserta didik. yang harus dikuatkan dalam kurikulum

Lingkungan pendidikan tersebut memiliki, pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum

peran dan fungsi dalam melaksanakan proses mencerminkan keterkaitan antara tujuan

pendidikan. Dengan pendidikan dengan memperhatikan kondisi

berlangsungnya

pendidikan nilai, dan tuntutan lingkungan yang selalu

demikian,

dalam

lingkungan pendidikan berperan dalam upaya berkembang serta arah pengembangan

penanaman nilai pada peserta didik. manusia seutuhnya. Penekanan secara

1) Lingkungan Pendidikan Keluarga, subtansi pada kurikulum menurut Hamka

Lingkungan pendidikan keluarga, mengacu pada perkembangan zaman, nilai-

Hamka (1984:259) bagi anak-anak yang nilai ajaran Islam, dengan tumbuhnya

masih kecil, didikan agamalah yang perlu, dinamika rasional, dan berkembangnya

belum ilmu agama. Karena pelajaran agama seluruh potensi yang dimiliki, peserta didik

mudah masuk asal dasar iman sudah ada secara maksimal fisik maupun psikis dengan

lebih dulu. Jika didikan agama dapat didasari dengan agama (Islami). Oleh karena

ditanamakan terhadap anak, maka keluarga itu, kurikulum dikembangkan

kedewasaan dengan mendukung peningkatan iman dan taqwa

pengakuan pada suatu sistem dan ketentuan serta akhlak mulia. Pendidikan sangat

norma beragama yang direalisasikan prinsipil dan mendasar, semua proses

dilingkungan dalam kehidupan sehari-hari. pendidikan yang dilaksanakan melalui

Pendidikan nilai ditanamkan dikeluarga, pengajaran harus sarat dengan nilai-nilai

untuk mewujudkan anak berakhlak mulia dan Islami yang bersumber dari Al- Qur’an dan

bermoral baik sehingga kelangsungan hidup hadits,

dan perkembangan manusia dapat dijaga dan kepribadian peserta didik, sehingga dapat

dipelihara untuk memberikan bimbingan dan nampak dalam perilaku kehidupan sehari-

arahan sesuai dengan potensi fitrahnya. hari.

Hamka (1984:201) kalau anak itu rusak dan Beberapa bagian materi kurikulum

menjadi anak yang tak beragama, orang tua Hamka dikembangkan sesuai dengan

akan menanggung sesal beberapa lama tuntunan zaman dan lingkungan hidup

masanya.

manusia, tetapi keterkaitannya dengan Ajaran agama sebagai dasar untuk hakikat diciptakannya manusia sebagai

menanamkan nilai-nilai luhur bagi anak, agar khalifah di muka bumi dan sebagai abdi

anak memiliki kesadaran dalam jiwanya, dan Allah. Tujuan yang dicapai oleh pendidikan

mampu menjadi diri sendiri serta menjadi adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai yang

manusia yang berguna, bermanfaat bagi manusia yang berguna, bermanfaat bagi

kembangkan kepribadian peserta didik untuk adalah memberikan contoh yang baik,

mencapai kesempurnaan hidup yaitu taat menasehati, membimbing, serta mengontrol,

pada ketentuan agama (Islam). Secara sehingga anak berkembang sesuai dengan

konseptual bagi Hamka pendidikan nilai di ajaran agama.Pendidikan nilai dandalam

sekolah memberikan perspektif positif dan keluarga, dengan demikiandidasarkan pada

harapan akan terjadinya transformasi nilai- dua alasan, pertama, karena keluarga menjadi

nilai kepada anak didik serta membina dan lingkungan pertama dan utama bagi anak-

mendidik rohani peserta didik. Akan tetapi anak; Kedua, ditinjau dari lamanya waktu

implementasi pendidikan nilai di sekolah, anak-anak lebih banyak tinggal dan

keadaannyakurang lebih sama dengan menghabiskan waktunya bersama keluarga.

kondisi pelaksanaan pendidikan nilai di Posisi keluarga, memang memiliki peran

keluarga.Bagi Hamka dalam menanamkan yang strategis dalam meletakkan landasan

pendidikan nilai bagi peserta didik tetap nilai dan moralitas anak. Melalui orang tua

harus didasari oleh nilai-nilai agama. sebagai anggota inti keluarga, anak

3) Lingkungan pendidikan masyarakat menemukan panutan pertama dan utama,

Lingkungan pendidikan masyarakat terutama dari sosok orang tua (ayah dan ibu)

pendidikan nilai sebagai individu yang bertanggung jawab

dalam

penanaman

samahalnya dengan lingkungan keluarga dan atas pendidikan nilai dan moralitasanak. Ini

sekolahmemiliki peran langsung dalam berarti lingkungan keluarga memiliki andil

nilai terhadap yang cukup besar dalam membentuk

proses

pembentukan

kepribadian anak didik, Hamka (1984:202) kepribadian seorang anak pada awal

anak-anak harus dididik dan diasuh menurut kehidupannya.

bakat dan kemampuan serta sesuai dengan

2) Lingkungan Pendidikan Sekolah perkembangan zaman. Anak memiliki Lingkungan

potensi yang dapat ditumbuh kembangkan berfungsi, membina, membimbing serta

pendidikan

sekolah

melalui lingkungan pendidikan masyarakat, mendidik, peserta didik. Lingkungan sekolah

Samsul Nizar, (2008:155), keikutsertaan sebagai sarana untuk melatih, ahklak, budi

seluruh anggota masyarakat akan membantu pekerti, sehingga peserta didik menjadi

terutama dalam manusia yang taat pada norma dan nilai

upaya

pendidikan,

memperhalus akhlak dan merespon dinamika agama didalam kehidupannya. Hamka

fitrah anak didik secara optimal. Hamka (1984:245) halaman dan pekarangan sekolah

(1984:13), akhlak anak didik dapat dikatakan adalah tempat melatih budi. Lingkungan

sebagai cerminan dari bentuk akhlak pendidikan di sekolah sebagai sarana belajar,

masyarakat di mana ia berada.Hamka mengembangkan seluruh potensi peserta

(1984:258) fungsi pendidikan di masyarakat didik, serta tempat menuntut ilmu. Hamka

yaitu untuk membentuk watak pribadi. (1984:259) tuntutan dari kalangan agama

Manusia yang lahir ke dunia supaya menjadi agar diadakan didikan agama di sekolah.

orang yang berguna dalam masyarakatnya. Kalau boleh hendaklah sekolah yang

Dengan demikian, peran pendidikan memakai asrama, menyediakan seorang

dimasyarakat menjadi hal penting dalam pemimpin yang khusus mendidik rohani

menanamkan nilai pada diri peserta murid muridnya. Yang bernama agama ialah

Azyumardi,Azra. keutamaanya, adab budi pekerti yang

didik.Hamka

(dalam

2012:5) pendidikan hendaknya membentuk disatukannya. Sekolah lebih tepat ketika

anak supaya menjadi anggota yang berfaedah peserta didik diasramakan, dengan tujuan

didalam pergaulan hidup, penuh dirinya untuk menerapkan pendidikan agama, serta

dengan rasa kemanusiaan, cinta kepada mendidik rohani peserta didik. Lingkungan

persaudaraan dan kemerdekaan.

Hal tersebut merupakan nilai yang perilakunya dalam hidup bermasyarakat dan hendaknyatertanam pada diri peserta didik

bernegara dijiwai oleh nilai-nilai pancasila. dilingkungan

Yang dimaksud, manusia seutuhnya, yaitu memang memiliki peran untuk ikut serta

masyarakat.Masyarakat

manusia yang menghayati serta mampu menciptakan lingkungan dan kondisi tata

mengamalkan pancasila. Kemudian dalam pergaulan

3 Undang-Undang Sisdiknas, kehidupan bersama warganya termasuk

yang

baik,sebagai

acuan

pasal

nasional berfungsi generasi muda. Masyarakat dalam hal ini

pendidikan

mengembangkan dan membentuk watak serta adalah berbagai komponen masyarakat

peradaban bangsa yang bermartabat dalam (individu anggotanya, para tokohnya, dan

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, unit-unit kelembagaan yang ada didalamnya)

bertujuan untuk berkembangnya potensi dan paranata sosial yang dimilikinya

peserta didik agar menjadi manusia yang (kelembagaannilai, sistem nilai, nilai-nilai

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang dasar). Optimalisasi peran masyarakat dalam

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, pendidikan nilai dimaksud sangat membantu

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga proses pendidikan nilai dan penanaman

negara yang demokratis serta bertanggung moral (akhlak) baik yang berlangsung di

jawab.

lingkungan keluarga maupuun sekolah. Atas Landasan dalam tujuan pendidikan uraian tersebut, lingkungan pendidikan harus

nasional menunjukan bahwa, yang dicita- ditujukan ke arah pengembangan potensi

citakan tersebut semuanya merupakan nilai, yang dimiliki manusia secara maksimal,

inti dari tujuan pendidikan nasional yaitu sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk

pada pembentukan nilai, seluruh ikhtiar nyata dalam kehidupan sehari-hari.Bagi

pendidikan diarahkan pada pencapaian nilai Hamka, lingkungan pendidikan dalam

sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita- menanamkan

citakan dalam pancasila dan UUD Tahun berdasarkan pada nilai-nilai agama, sehingga

pendidikan

nilaiharus

1945. Tujuan pendidikan nasional berrtujuan peserta didik dapat mendekatkan diri kepada

untuk mengembangkan potensi siswa agar Allah, Dengan didasari oleh nilai-nilai

dapat berpikir secara rasional, dan berakhlak agama, diharapkan peserta didik mampu

mulia dalam kaitannya dengan nilai-nilai mewujudkan tujuan hidupnya baik sebagai

pancasila, yang menjunjung tinggi nilai-nilai khalifah fil ard maupun sebagai abd Allah.

kebenaran, kebaikan, keindahan, dan religius,

2. Nilai Dalam Sistem Pendidikan

serta konstruktif dan kreatif agar mampu

Nasional

bertanggung jawab untuk memajukan bangsa Tujuan Pendidikan Nasional, dalam

Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan nasional, terkandung

tuntutan masyarakat modern didasarkan pada dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

demokrasi dan keadilan.

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat Pendidik, adalah orang yang berupaya (2)pendidikan nasional berdasarkan pancasila

membimbing membina dan UUD Tahun 1945 yang bersumber pada

membantu,

memiliki ilmu nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

pesertadidikuntuk

berakhlakmulia, serta Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan

pengetahuan,

bermanfaat bagi kehidupan. Pendidik dalam perubahan zaman. Pancasila

Undang-Undang dalam sistem pendidikan pandangan hidup bangsa, serta dasar dan

sebagai

nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 40 tujuan yang dicapai dalam penyelengaraan

ayat (2) pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk

menciptakan suasana menghasilkan manusia seutuhnya, manusia

berkewajiban,

pendidikan yang bermakna, menyenangkan, yang memiliki kepribadian yang lebih baik,

kreatif, dinamis, dan dialogis, mempunyai yaitu manusia yang memiliki, sikap dan

komitmen

secara

profesional untuk profesional untuk

meningkatkan keimanan dan ketakwaan, lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai

sesuai yangdiamanatkan dalan tujuan dengan kepercayaan

pendidikan nasional, kemudiaan untuk kepadanya.

yang

diberikan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, Pendidik

maka pendidikan berorientasi pada membina, melaksanakan tugas dan tanggung jawab

melatih serta membimbing peserta didik mendidik, pendidik berfungsi membimbing,

untuk menjadi, manusia yang beriman dan membentuk peserta didik melalui proses

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan, sehingga peserta didik menjadi

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap manusia yang berguna bagi keluarga,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara masyarakat,

yang demokratis serta bertanggung jawab. demikian, pendidik menjadi tumpuan dan

agama,bangsa.

Dengan

Sistem Pendidikan kepercayaan

(Undang-Undang

Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3). meningkatkan kualitas peserta didik serta

Kurikulum dalam Undang-Undang berupaya mengubah dan membentuk perilaku

Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 dan kepribadian untuk diwujudkan dalam

Tahun 2003, pasal 1 ayat (19) seperangkat kehidupan sehari-hari. Pendidikhendaknya,

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi miliki sikap dan kepribadian yang baik,

dan bahan pelajaran serta cara yang bertanggung jawab, menjadi teladanan bagi

sebagai pedoman peserta didik. Pendidik dalam menjalankan

digunakan

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran tugas pendidikan hendaknya berorientasi

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. pada penanaman nilai-nilai kehidupan dan

Kurikulum disusun sebagai alat untuk nilai-nilai agama sehingga pribadi peserta

mewujudkan tujuan pendidikan nasional didik

yaitu, bertujuan untuk berkembangnya spiritual,berakhlak mulia, serta mampu

memiliki

kecerdasan

potensi peserta didik agar menjadi manusia mengembangkan potensi yang dianugerahkan

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Tuhan.

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, Peserta didik dalam Undang-Undang

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi sistem pendidikan nasional Nomor 20 Tahun

warga negara yang demokratis serta 2003, pasal 12 ayat (1) setiap peserta didik

bertanggung jawab. Kemudian dalam pasal pada setiap satuan pendidikan berhak,

(36) pengembangan kurikulum dilakukan mendapatkan pendidikan agama sesuai

dengan mengacu pada standar nasional dengan agama yang dianutnya,mendapatkan

pendidikan untuk mewujudkan tujuan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,

pendidikan nasional. Tujuan pendidikan minat, dan kemampuannya, kemudian dalam

nasional sebagai keinginan luhur yang ayat (2) setiap peserta didik berkewajiban,

menjadi inspirasi dan sumber bagi menjaga norma-norma pendidikan untuk

pelaksanaan pendidikan, agar dalam menjamin keberlangsungan proses dan

merencanakan, melakanakan, membina dan keberhasilan pendidikan. Semua itu potensi-

mengembangkan kurikulum mengacu pada potensi yang terkandung dalam diripeserta

nilai-nilai pancasila. Dengan demikian, didik hanya dapatberkembang optimal

kurikulum dalam sistem pendidikan nasional melalui proses pendidikan. Dengan demikian

mencerminkan keterkaitan antara tujuan pendidikan mutlak diperlukan bagi setiap

pendidikan dengan memperhatikan kondisi individu (peserta didik) untuk dapat

dan tuntutan lingkungan yang selalu mengembangkan potensi-potensi yang telah

berkembang serta arah pengembangan dimilikinya. Dalam menanamkan pendidikan

manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan nilai, nilai agama menjadi rujukan untuk

pendidikan yang dicita-citakan.

Lingkungan pendidikan, tidak dapat yang beriman, bertakwa, kepada Tuhan Yang dipisahkan

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai

dari kehidupan

manusia.

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga pengembangan

negara yang demokratis serta bertanggung dilingkungan pendidikan keluarga, sekolah

kegiatan

pendidikan,

jawab. Prinsip-prinsip pendidikan nilai dalam dan masyarakat. Dalam undang-undang

kedua pandangan tersebut mengedepankan sistem pendidikan nasional, pasal 13 ayat (1)

nilai-nilai luhur, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan

internalisasi

mengembangkan pembinaan watak manusia formal, nonformal dan informal yang saling

yang berkaitan dengan nilai dan norma yang melengkapi dan memperkaya. Ketiga

hidup, serta komponen tersebut, memberikan pengaruh

menjadi

pegangan

mengembangkan potensi peserta didik, bagi penanaman nilai peserta didik, serta

sehingga mampu menjunjung tinggi nilai- memiliki

nilai kehidupan. Pendidikan Nasional pendidikan, dalam upaya mewujudkan tujuan

menetapkan budi pekerti yang luhur dan pendidikan nasional. Pendidikan nasional

akhlak mulia sebagai tujuan yang hendak berupaya mewujudkan peserta didik secara

dicapai.

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk Peserta Didik, merupakan manusia memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

ciptaan Tuhan yang memiliki potensi dan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

sedang dalam masa pertumbuhan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang

perkembangan, yang memerlukan bantuan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

dari pendidik (orang dewasa) untuk negara.

pertumbuhan dan Dalam sistem pendidikan nasional,

menjalani

perkembangannya melalui potensi yang lingkungan pendidikan berupaya menuju

dimilikinya. Pendidikan berupaya untuk masyarakat yang beradab dan berkeadilan,

menumbuhkan dan mengembangkan potensi berakhlak mulia, memiliki kepribadian sesuai

dalam diri peserta didik. Pendidikan dengan tuntutan nilai-moral dan norma

mengarah pada upaya untuk menghasilkan masyarakat, bangsa, negara dan agama.

peserta didik mampu mengembangkan Dalam penanaman nilai bagi peserta didik,

kemampuan dan membentuk watak serta lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan

peradaban bangsa yang bermartabat dalam masyarakat,

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, memposisikan sebagai teladan, dan rujukan

hendaknya

mampu

bertujuan untuk berkembangnya potensi nyata bagi proses aktualisasi nilai-nilai moral

peserta didik, agar menjadi manusia yang dalam kehidupan sehari-hari, agar tujuan

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang pendidikan dapat tercapai secara optimal.

Maha esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu,

3. Relevansi Konsepsi Pendidikan Nilai

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Hamka Dengan Pendidikan Nilai

Negara

yang

demokratis serta

Dalam Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan untuk Tujuan Pendidikan, dari kedua

bertanggungjawab.

meningkatkan kualitas akhlak mulia serta pandangan

keimanan dan ketakwaan dalam rangka merupakan suatu usaha manusia untuk

menunjukan,

pendidikan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan potensi-

sebagai proses penanaman nilai-nilai kepada potensi pembawaan jasmani dan rohani

peserta didik untuk mengembangkan totalitas sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat,

dirinya melalui potensi pada dirinya, baik tujuan pendidikan pendidikan mempunyai

jasmani maupun rohani. Dengan nilai-nilai tujuan mulia yaitu mencerdaskan kehidupan

luhur yang tertanam dalam diri peserta bangsa, serta berupaya mengembangkan

didikakan menjadikan peserta didik sebagai potensi peserta didik agar menjadi manusia

makhluk ciptaan Allah yang terbaik. Oleh makhluk ciptaan Allah yang terbaik. Oleh

dimana ia berada.

keseimbangan spritual dan intelektual, Kurikulum pendidikan dari kedua sehingga mampu mengembangkan potensi

pandangan, mencakup nilai ilahiyah, dan dirinya serta mampu menanamkan nilai-nilai

nilai moral yang berasal dari manusia. Kedua dalam dirinya dalam kehidupannya.

nilai inilah yang diterapkan dalam mata-mata Pendidik, yang dimaksud yaitu orang

pelajaran pendidikan untuk disampaikan yang membimbing terjadinya proses

kepada peserta didik melalui proses pendidikan pada peserta didik, di keluarga,

pendidikan, sehingga akan melahirkan sekolah dan masyarakat. Pendidik memiliki

peserta didik yang mempunyai kesadaran tanggungjawab

spritual serta kesadaran intelektual. Usaha ini pendidik, oleh karena itu, pendidik wajib

terhadap

keberhasilan

dilaksanakan karena jiwa manusia secara memiliki kepribadian berakhlakul karimah,

natural mampu melaksanakan nilai-nilai karena tugas pendidik yang mulia. Pendidik

ilahiyah yang bersifat mutlak, karena Allah dalam menjalakan tugas dan fungsi

memberikan kepada manusia kelengkapan berorientasi pada dimensi nilai spiritual

potensi-potensi untuk keagamaan, budaya nasional, serta tanggap

jiwa

berupa

nilai-nilai kehidupan terhadap tuntutan dan tantangan perubahan

mengembangkan

tersebut dalam tingkah hidup individual dan jaman yang berkembang. Dari kedua

sosialnya. Kurikulum pendidikan mencakup pandangan tersebut, pendidik memiliki tugas

ilmu pengetahuaan yang bermanfaat bagi mengajak manusia untuk tunduk dan patuh

kemajuaan serta kehidupan manusia. pada aturan agama guna memperoleh

Kurikulum pendidikan dari kedua pandangan keselamatan dunia dan akhirat. Pendidik

penerapan serta diharapkan dapat menghantarkan peserta

menunjukan

dalam

pengembangannya mengacu pada nilai ilmu didik menjadi manusia yang beriman dan

agama dan nilai ilmu umum, hal ini menjadi bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

dasar untuk wewujudkan tujuan pendidikan. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

Fungsi kurikulum sebagai alat untuk kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

pendidikan yaitu yang demokratis serta bertanggung jawab.

mencapai

tujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan Kemampuan utama bagi pendidik yaitu

mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu memiliki kepribadian religius, artinya pada

manusia yang beriman dan bertaqwa dirinya melekat nilai-nilai luhur yang akan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi diinternalisasikan kepada peserta didiknya.

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan Kedua pandangan diatas, pendidik membantu

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, peserta didik untuk mengenali nilai-nilai dan

kepribadian yang mantap dan mandiri serta menempatkan secara integral dalam konteks

rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan keseluruhan hidupnya, serta membantu

kebangsaan.

peserta didik memahami, mengapresiasikan,

pendidikan sebagai membuat keputusan yang tepat dalam

Lingkungan

penunjang pelaksanaan pendidikan serta berbagai

yang mempengaruhi perkembangan akhlak masyarakat dan negara yang diharapkan.

dan kepribadiaan anak. Fungsi lingkungan Kunci utama yang dilakukan oleh pendidik

sebagai proses yaitu, pemanusiaan manusia. Manusia hanya

pendidikan

bukan

pengembangan intelektual dan kepribadian menjadi

anak, tetapi sebagai proses sosialisasi anak berkehendak

dengan lingkungannya. Pendidikan berfungsi mengaktualisasikan diri dan mengembangkan

membantu mngembangkan potensi yang budi, dan kehendaknya secara jujur, baik di

dimiliki peserta didik menuju kedewasaan. Di lingkungan

pendidikan, pendidik pendidikan, pendidik

1. Pendidikan dalam pandangan Hamka kepribadian

yaitu membentuk, membina serta menanamkan pendidikan nilai, maka

mendidik manusia untuk mencapai pendidik hendaknya menjadi teladan serta

kesempurnaan jasmani dan rohani. memiliki kepribadian berakhlak mulia.

Pendidikan jasmani untuk pertumbuhan Lingkungan pendidikan bertanggungjawab

dan kesempurnaan kekuatan jiwa dan dalam pelaksanaan pendidikan, serta saling

jasmani untuk mengisi, serta menjalin kerjasama antara

akal. Pendidikan

kesempurnaan fitrah manusia dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, dalam

ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penanaman nilai. Proses penanaman nilai

didasarkan kepada agama.Fitrah setiap dicapai melalui proses pendidikan di masing-

manusia untuk menuntun berbuat masing

kebajikan dan tunduk mengabdi pada Lingkungan pendidikan hendaknya mampu

lingkungan

pendidikanya.

Khaliqnya. serta menjadikan manusia menata moral dan etika peserta didik

memiliki kepribadian yang luhur, dilingkungan

berbudi pekerti, berahklak mulia serta manusia budi luhur, bertangung jawab,

pendidikannya,

menjadi

bertakwa kepada Allah. Konsep beradab dan bertakwa kepada Tuhan YME.

menunjukkan istilah Lingkungan pendidikan hendaknya

pendidikan

tarbi’ah , proses tarbi’ah merujuk pada harmonis dalam membentuk, menegakkan,

proses pemeliharaan dan pengembangan nilai akhlak selaras dengan nilai-nilai agama.

seluruh potensi peserta didik, baik Karena pendidikan sebagai proses, yang

jasmaniah maupun rohaniah. Kemudian bertujuan mewujudkan tatanan kehidupan

prinsip pendidikan hendaknya didasari manusia. Nilai pengabdian kepada Allah

tauhid sebagai dapat terwujud dalam diri peserta didik, serta

dengan

prinsip

penghambaan kepada Allah, Tauhid prilaku aklakul karimah terinternalisasi

merupakan pembentukan tujuan hidup dalam

yang sejati bagi manusia. Pendidikan dilingkungannya.

kehidupan

sehari-hari

dengan tauhid sebagai prinsip paling lingkungan pendidikan sebagai pusat

Dengan

demikian,

utama bagi manusia serta akan memberi pendidikan yang berperan mengemban tugas

nilai bagi manusia dan menumbuhkan untuk melahirkan manusia-manusia yang

pada dirinya serta beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang

kepercayaan

mempunyai pegangan hidup yang benar. maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

Tujuan Pendidikan yaitu untuk mencapai cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga

kebahagian dunia dan akhirat. Agama negara yang demokratis serta bertanggung

(Islam) akan mengantarkan orang jawab. (UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab II

kepada kebahagiaan, tujuan pendidikan Pasal 3). Esensi lingkungan pendidikan dari