Analisis Narrowing penyempitan makna dal

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Alquran sebagai wahyu yang sekarang sudah berupa teks (nash) merupakan sebuah

konsep yang bermakna dan bisa dipahami oleh siapapun berdasarkan resepsi pembacanya.
Makna al-Qur'an adalah wahyu dari Allah, yang dibawa Jibril kepada Muhammad, dengan
menggunakan bahasa Arab, termasuk dalam jenis wahyu yang termaktub dalam kitab-kitab
para rasul terdahulu.
Bentuk-bentuk perubahan nomina dalam al-Qur'an bisa disebabkan karena perluasan
makna, penyempitan makna, perubahan makna total, ameliorasi, atau karena adanya
eufemisme. Perubahan makna dalam nomina bahasa Arab Alquran berdampak positif
terhadap pola pikir dan pemahaman masyarakat akan kajian al-Qur'an secara komprehensif
dan integralistik sehingga satu kata tidak hanya dipahami dengan monomakna tetapi
multimakna.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut !
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi makna?
2. Apa yang dimaksud dengan perubahan makna?
3. Apa saja karakeristik perubahan makna?
4. Apa sebab-sebab perubahan makna?
5. Apa saja jenis-jenis perubahan makna?
6. Apa yang dimaksud dengan penyempitan makna ?
7. Bagaimana analisis narrowing (penyempitan) makna dalam al-Qur’an?

1

PEMBAHASAN
A.

Faktor-faktor Perubahan makna
Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara

diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya, dalam masa yang relatif singkat,
makna sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah; tetapi dalam waktu yang relatif lama ada
kemungkinan makna sebuah kata akan berubah. Ada kemungkinan ini bukan berlaku untuk

semua kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejumlah
kata saja, yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata atau ujaran
yakni faktor kebahasaan dan faktor sosial. Faktor penyebab terjadinya perubahan makna kata
atau ujaran yang bersifat kebahasaan adalah faktor yang ada dalam atau terkait langsung
dengan kata atau ujaran tersebut sedangkan faktor sosial berkaitan dengan masyarakat
penutur, perkembangan sosial budaya, kondisi psikologis dan lain-lain.1
B.

Perubahan Makna
Makna secara sinkronis tidak akan berubah, Pernyataan ini juga menyiratkan bahwa

kalau secara sinkronis makna sebuah kata tidak akan berubah maka secara diakronis ada
kemungkinan bisa berubah, artinya dalam waktu yang relatif singkat, makna sebuah kata
akan tetap sama, tidak berubah, tetapi dalam waktu relatif lama terdapat kemungkinan makna
sebuah kata tersebut akan berubah.
Sebagai contoh, kata sastra paling tidak telah mengalami tiga kali perubahan makna,
pada mulanya kata sastra ini bermakna tulisan atau huruf; lalu berubah menjadi bermakna
buku, kemudian berubah lagi bermakna buku yang baik isinya dan baik bahasanya, dan
sekarang yang disebut karya sastra adalah karya yang bersifat imaginatif kreatif. Banyak kata

yang maknanya sejak dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, malah jumlahnya semakin
banyak daripada yang berubah atau yang pernah berubah.
C.

Karakteristik Perubahan makna
Bersifat Dinamis, bersifat dinamis berarti bahwa makna itu tidak lepas dari berbagai

kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada
tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan leksikon. Pada setiap waktu
mungkin saja terdapat makna baru yang muncul, tetapi juga ada makna lama yang tenggelam,
tidak digunakan lagi.
1 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, (Jakarta :Rineka Cipta, 2004), h. 136.

2

D.

Sebab-Sebab Perubahan Makna
Breal pernah mengemukakan adanya proses penularan contagion, dalam arti makna


sebuah kata mungkin dialihkan kepada kata yang lain hanya karena kata-kata itu selalu hadir
bersama-sama dalam suatu konteks. Perubahan makna bisa disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya:
1.
a.
b.
c.

Sebab-sebab yang bersifat kebahasaan
Frekuensi penggunaan kata atau ujaran.
Perkembangan bunyi kata.
Pengaruh gramatikal.

2.
a.
b.
c.

Faktor Non Bahasa
Perbedaan strata sosial

Perubahan sosial dan budaya
Aspek psikologis

Menurut Dr. Ahmad Mukhtar Umar ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan
makna suatu kata atau ujaran, di antaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
E.

Adanya kebutuhan.
Perkembangan sosial dan budaya.
Perasaan-perasaan emosional dan jiwa.
Penyimpangan kebahasaan.
Peralihan makna majazi.
Inovasi (pembaharuan makna).


Jenis-Jenis Perubahan Makna
1.
2.
3.
4.

Perluasan Makna (Widening of Meaning / ‫)توسيع المعنى‬
Penyempitan Makna (Narrowing of Meaning / ‫)تضييق المعنى‬
Perubahan Total (Pejorative Change/ ‫)انحطاط المعني‬
Pergeseran Makna.2

Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa makna bahasa selalu mengalami perubahan
karena berbagai faktor. Pertanyaan berikutnya yang mengemuka adalah bagaimanakah bentuk
atau jenis perubahan yang terjadi. Salah satu bentuk atau jenis perubahan makna sebagaimana
berikut ini.
F.

Penyempitan Makna (Tadlyiqul Ma’na)
Penyempitan makna (narrowing) yang oleh Ibrahim Anis disebut dengan takhsishul


ma’na adalah perubahan makna dari yang umum (kully) ke yang lebih khusus (juz’iy). Yang
dimaksud dengan perubahan penyempitan adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang
pada umumnya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas
2 http://hamizanabqari.blogspot.co.id/2015/01/ringkasan-tema-semantik.html.

3

hanya pada sebuah makna saja.3 Dengan bahasa yang berbeda, tetapi esensi maknanya sama,
Djajasudarma (1999) menyatakan bahwa penyempitan atau pembatasan makna berarti makna
yang dimiliki oleh kata lebih terbatas dibandingkan dengan makna semula.
Dalam bahasa Indonesia, kata tukang yang memiliki makna luas ‘ahli’ atau ‘bisa
mengerjakan sesuatu’, maknanya menjadi terbatas dengan munculnya unsur pembatas,
misalnya pada: tukang kayu, tukang catut, tukang tambal ban, dan seterusnya. Dalam bahasa
arab kata ‫ حرامي‬pada awalnya memiliki makna luas, yakni mengacu pada setiap perbuatan
yang haram. Akan tetapi, sejak abad ke 7 H, dalam beberapa buku cerita, makna kata ini
menyempit, yakni berarti maling atau al-lishshu. Bahkan sampai sekarang, kata ‫ حرامي‬yang
berarti maling masih digunakan. Demikian pula kata ‫ الحريم‬yang awalnya digunakan untuk
mengacu pada setiap muhrim mengalami penyempitan makna, yakni mengacu pada
perempuan (an-nisa’).4
Menurut Umar (1982), di Amerika sepuluh tahun yang lalu, apabila seorang perempuan

mengatakan a pill, pendengar bertanya-tanya: untuk apa? Apakah a pill yang dimaksud itu
untuk mencegah kehamilan? Ataukah a pill yang dimaksud itu untuk obat sakit kepala? Atau
untuk obat sakit mag?. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa kata a pill pada awalnya memiliki
makna yang luas (tidak terbatas). Akan tetapi, setelah penggunaan alat kontrasepsi berupa
tablet begitu meluas, maka makna kata a pill menjadi menyempit, sehingga setiap ada
ungkapan kata a pill, maka makna yang diacu adalah tablet untuk mencegah kehamilan.
Dalam bahasa Indonesia, kata tukang yang memiliki makna luas ‘ahli’ atau ‘bisa mengerjakan
sesuatu’, maknanya menjadi terbatas dengan munculnya unsur pembatas, misalnya pada (1)
tukang kayu, (2) tukang catut, (3) tukang tambal ban, dst. (Djajasudarma, 1999).
Penyempitan makna ini juga menggejala pada setiap bahasa, khususnya bahasa Arab.
Kata ‫ حرامي‬pada awalnya memiliki makna luas, yakni mengacu pada setiap perbuatan haram.
Akan tetapi, sejak abah ke 7 H, dalam beberapa buku cerita, makna kata ini menyempit,
yakni berarti maling atau al-lishshu. Bahkan sampai sekarang, kata ‫ حرامي‬yang berarti maling
masih digunakan. Dalam bahasa lisan, kata ‫ طهارة‬yang berarti bersih juga mengalami
penyempitan makna, yakni berubah menjadi ‫الختان‬. Demikian pula, kata ‫ الحريم‬yang awalnya
digunakan untuk mengacu pada setiap muhrim mengalami penyempitan makna, yakni
mengacu pada perempuan (an-nisa’). Kata ‫( العيش‬hidup) di Mesir berarti roti (al-khubz) dan
di beberapa negara Arab berarti nasi (ar-ruz).5
3 Abdul Chaer, Kajian Bahasa : Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2007), h. 68.

4 http://mauidzaneesasmart.blogspot.co.id/2009/06/perubahan-makna-oleh-mauidzatun-nisa.html.
5 http://3ducation-blogger.blogspot.co.id/2011/03/jenis-perubahan-makna.html.

4

Misal kata yang mengalami penyempitan makna adalah kata

‫عاللم‬
‫ ع‬yang berarti

cendekiawan, tenaga ahli, pakar, atau sarjana. Namun kata ini mengandung beberapa arti lain,
yaitu (1) berilmu dalam ajaran agama Islam, misalnya ia seorang alim yang disegani di
komplek perumahan itu, dan (2) saleh. Seperti dalam kalimat: kelihatannya ia sangat alim
dan tidak pernah meninggalkan shalat. Penyempitan terjadi karena kata ‘alim’ hanya
ditujukan kepada orang yang ahli ibadah dan berilmu saja. Sama halnya kata ulama dalam
QS: Fathir: 28

‫خ م‬
(٢٨) ... ‫ماَءء‬
‫ماَ ي م ل‬

‫ن ه‬
‫ه ه‬
‫عمباَد ههه ال لعءل م م‬
‫شىَ الل ل م‬
‫إ هن ل م‬...
‫م ل‬
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama”
Kata ‘ulama’ telah mengalami perubahan dari makna dasarnya. Kata ‘ulama’ yang
diserap dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata ‘alim pada mulanya mengacu pada
para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga para pakar ilmu bahasa, pakar pertanian,
pakar ekonomi, pakar informasi, pakar ilmu agama, dan lainnya juga disebut dengan ‘ulama’.
Akan tetapi, ketika kata ‘ulama’ ini diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan berbagai
variabel kultural yang mempengaruhi, maka kata ini sudah dibatasi hanya untuk para pakar di
bidang ilmu agama Islam atau kaum agamawan (muslim). Perubahan inilah yang disebut
dengan penyempitan makna.6
G.

Analisis Narrowing (Penyempitan Makna) kata Hizb dalam al-Qur’an
Hizb yang akar katanya terdiri dari huruf ba’, za’, dan ba’ memiliki arti dasar


“tertimpa, menyusahkan, menolong dan menghimpun ke dalam kelompok atau golongan.” 7
Dengan demikian kata tersebut dapat mengandung arti berkumpulnya manusia dalam suatu
kelompok untuk saling menolong dengan tujuan menghilangkan kesusahan. Dalam ArabicEnglish Lexicon kata tersebut diartikan dengan a party or company of men8 “sebuah partai
atau kumpulan dari orang-orang.” Decasa menyimpulkan kata tersebut mengandung arti a
faction, a group of supporters of a man who share his ideas and are readsy to defend him. 9
“Sebuah faksi, satu kelompok pendukung dari seseorang yang menerima idenya dan siap
untuk mempertahankannya.
Dalam al-Qur’an kata ini dengan segala bentuknya terulang sebanyak 20 kali, dengan
perincian hizb sebanyak delapan kali, antara lain terdapat pada Q.S al-Maidah/5:56, Q.S al6 Muhanndis Azzuhri, Perubahan Makna Nomina Bahasa Arab dalam aL-Qur’an:Analisis
Sosiosemantik.pdf.
7 Ali Nurdin, Qur’anic Society:Menelusuri konsep masyarakat ideal dalam al Qur’an, (Yogyakarta: PT
Gelora aksara pratama,2006), h.87.
8 Ali Nurdin, Qur’anic Society:Menelusuri konsep masyarakat ideal dalam al Qur’an, h.88.
9 Ali Nurdin, Qur’anic Society:Menelusuri konsep masyarakat ideal dalam al Qur’an, h.88.

5

Mu’minun/23:53, Q.S al-Rum/30:32, Q.S al-Mujadilah/58:19 dan 22, Q.S Fathir/35:6. Kata
hizbaini terulang sekali dalam Q.S al-Kahf/18:12, dan al-ahzab bentuk jamak dari hizb
terulang sebanyak sebelas kali.
Kata tersebut dalam al Qur’an seringkali dirangkai dengan kata lain, misalnya hizb
Allah yang terulang tiga kali, di antaranya adalah Q.S al-Maidah/5: 56

‫من ي مت موُم ل‬
٥٦- ‫ن‬
‫ن ه‬
‫ه موال ل ه‬
‫م ال لمغاَل هءبوُ م‬
‫حلز م‬
‫مءنوُا ل فمإ ه ل‬
‫ه وممر ء‬
‫ب الل لهه هء ء‬
‫نآ م‬
‫سوُل م ء‬
‫ل الل ل م‬
‫وم م‬
‫ذي م‬
“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.”
Abdullah Yusuf ‘Ali yang menerjemahkan dengan fellowship (pengikut).10 Di luar hizb
Allah kata tersebut digunakan al Qur’an untuk menyebut kelompok yang buruk, antara lain
pertama, kelompok yang suka memecah bela agama. Hal ini diinformasikan dalam Q.S alRum/30:32

‫م وم م‬
‫شميعاَ ا ك ء ل‬
-٣٢- ‫ن‬
‫ل ه‬
‫كاَءنوُا ه‬
‫ن ال ل ه‬
‫ه‬
‫حوُ م‬
‫م فمره ء‬
‫ماَ ل مد مي لهه ل‬
‫ب به م‬
‫ن فملرءقوُا هدين مهء ل‬
‫حلز ب‬
‫ذي م‬
‫م م‬
“ Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”
Kedua, kelompok atau pengikut setan (hizb al-syaitan), dijelaskan dalam Q.S al
Mujadilah/58:19

‫م‬
‫شششي ل م‬
‫شي ل م‬
‫م ذ هك لمر الل لهه أ ءولل مئ هشش م‬
‫ب ال ل‬
‫م ال ل‬
‫ن أ ممل‬
‫ك ه‬
‫حششلز ء‬
‫طاَ ء‬
‫ست م ل‬
‫ن فمأن م‬
‫ا ل‬
‫ساَهء ل‬
‫حوُمذ م ع مل مي لهه ء‬
‫طاَ ه‬
‫شي ل م‬
‫ب ال ل‬
١٩- ‫ن‬
‫م ال ل م‬
‫ن ه‬
‫خاَ ه‬
‫سءرو م‬
‫حلز م‬
‫إ ه ل‬‫ن هء ء‬
‫طاَ ه‬
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka
itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan
yang merugi.”
Ketiga, kelompok yang berselisih, terdapat dalam Q.S Maryam/19: 37

‫م فموُمي ل ل‬
‫م ل‬
- ‫شهمد ه ي مششوُلم ب ع مظ هيششم ب‬
‫مفاَ ل‬
‫خت مل م م‬
‫ن ك مفمءروا ه‬
‫ل ل لل ل ه‬
‫ب ه‬
‫حمزا ء‬
‫ف الل م ل‬
‫من ل‬
‫من ب مي لن ههه ل‬
‫ذي م‬
-٣٧
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.”
Keempat, persekutuan antara orang-orang musyrik dan munafik. Hal ini diinformasikan
dalam Q.S al Ahzab/33:22

10 Ali Nurdin, Qur’anic Society:Menelusuri konsep masyarakat ideal dalam al Qur’an, h.89.

6

‫م‬
‫ب مقاَءلوُا هم م‬
‫صششد مقم‬
‫مؤ ل ه‬
‫حمزا م‬
‫ن الل م ل‬
‫مءنوُ م‬
‫ه وممر ء‬
‫سششوُل ء ء‬
‫ماَ ومعمششد ممناَ الل لشش ء‬
‫ذا م‬
‫ماَ مرأىَ ال ل ء‬
‫ومل م ل‬
‫ه وم م‬
-٢٢- ‫سهليماَ ا‬
‫ماَناَ ا ومت م ل‬
‫ه وممر ء‬
‫م إ هلل هإي م‬
‫ماَ مزاد مهء ل‬
‫ه وم م‬
‫سوُل ء ء‬
‫الل ل ء‬
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka
berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya[1207] kepada kita." Dan benarlah Allah
dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.”
Kata hizb terkadang disebut bersamaan dengan qaum dan ummah dalam satu ayat. Ayat
tersebut adalah Q.S al Mu’min/40:5

‫ك مذ لبت قمبل مهم قموُم نوُح والل محزاب من بعدهم وهممششت ك ءشش ل ء‬
‫م‬
‫مششةب ب همر ء‬
‫سششوُل ههه ل‬
‫لأ ل‬
‫م ل ل ء ل ل ء ء ب م ل م ء ه مل ه ه ل م ل ل‬
‫م‬
‫ل‬
‫ف م‬
‫خ ء‬
‫ب‬
‫ع م‬
‫حقل فمأ م‬
‫ل هي مأ ء‬
‫ن ه‬
‫م فمك مي ل م‬
‫ل ل هي ءد ل ه‬
‫كاَ م‬
‫ضوُا ب ههه ال ل م‬
‫ح ء‬
‫ذوه ء وم م‬
‫خذ لت ءهء ل‬
‫قششاَ ه‬
‫جاَد مءلوُا هباَل لمباَط ه ه‬
-٥“Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah
mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka
untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan
kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azabKu?”
Dari pemaparan makna hizb di atas dapat dikatakan bahwa secara umum penggunaan
kata tersebut dalam al Qur’an mengandung pengertian sebagai kelompok tertentu yang
memiliki militansi dan menyatu dalam satu wadah yang disepakati untuk membendung atau
menanggulangi kesulitan.11 Atau yang diduga akan menyulitkan kelompok mereka. Dari
pengertian tersebut jelas ada kesamaan antara makna istilah dengan arti yang digunakan
dalam al Qur’an. Makna ini kemudian berkembang sehingga termasuk juga sebuah kelompok
yang memperjuangkan cita-cita baik atau buruk. Dari sinilah kata tersebut diartikan sebagai
partai politik. Disini terlihat terjadi penyempitan makna dari makna awalnya.12
Tidak ada penjelasan dari para ahli bahasa tentang jumlah minimal anggota dari sebuah
hizb, tiga orang pun sudah dapat dikatakan sebagai hizb. Hal ini mengacu kepada Q.S al
Kahf/18:12

‫م‬
‫حزبي م‬
‫ث ءم بعث لناَهءم ل هنعل م م‬
‫ل‬
-١٢- ‫مدا ا‬
‫نأ ل‬
‫ماَ ل مب هءثوُا أ م‬
‫صىَ ل ه م‬
‫ل مم م ل مل م‬
‫ح م‬
‫م أي ل ا ل ه ل م ل ه‬

11 Ali Nurdin, Qur’anic Society:Menelusuri konsep masyarakat ideal dalam al Qur’an, h.89-90.
12 Ali Nurdin, Qur’anic Society:Menelusuri konsep masyarakat ideal dalam al Qur’an, h.90.

7

“Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua
itu).”
Dari pemaparan al Qur’an juga diketahui bahwa kata hizb berkonotasi netral,
tergantung kata yang mengikutinya, meskipun penggunaannya dalam al Qur’an lebih banyak
yang berkonotasi buruk. Namun demikian al Qur’an hanya membagi ke dalam dua kelompok
saja yaitu hizb Allah dan hizb al-syaitan.

PENUTUP
Kesimpulan
Setiap bahasa akan mengalami perkembangan sesuai dengan pergantian zaman. Di
antara perkembangan bahasa itu adalah perubahan makna, yaitu perubahan kata-kata atau
bunyi ujaran terhadap maknanya. Atau perubahan makna yang terjadi disebabkan karena
terdapat hubungan yang mendasar antara makna asalnya dengan makna yang muncul
kemudian. Dan perubahan itu tidak terjadi langsung seketika, namun ada beberapa faktor
yang mendorong terhadap perubahan tadi sesuai dengan perkembangan zaman.Faktor yang
mempengaruhi perubahan makna secara umum ada dua, yakni faktor kebahasaan dan non
kebahasaan. Salah satu bentuk perubahan makna yaitu ; penyempitan / narrowing.
Dalam pembahasan diatas kata Hizb dalam al-qur’an mengandung pengertian sebagai
kelompok tertentu yang memiliki militansi dan menyatu dalam satu wadah yang disepakati
untuk membendung atau menanggulangi kesulitan atau yang diduga akan menyulitkan
kelompok mereka. Dari pengertian tersebut jelas ada kesamaan antara makna istilah dengan
arti yang digunakan dalam al Qur’an. Makna ini kemudian berkembang sehingga termasuk
juga sebuah kelompok yang memperjuangkan cita-cita baik atau buruk. Dari sinilah kata
tersebut diartikan sebagai partai politik. Disini terlihat terjadi penyempitan makna dari makna
awalnya.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer,Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik, Jakarta :Rineka Cipta, 2004.

8

Chaer, Abdul. Kajian Bahasa : Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran, Jakarta :
Rineka Cipta, 2007.
Azzuhri, Muhandis. Perubahan Makna Nomina Bahasa Arab dalam aL-Qur’an:Analisis
Sosiosemantik.pdf
Ali, Nurdin. Qur’anic Society:Menelusuri konsep masyarakat ideal dalam al Qur’an.
Yogyakarta: PT Gelora aksara pratama, 2006.
http://mauidzaneesasmart.blogspot.co.id/2009/06/perubahan-makna-oleh-mauidzatunnisa.html
http://3ducation-blogger.blogspot.co.id/2011/03/jenis-perubahan-makna.html
http://hamizanabqari.blogspot.co.id/2015/01/ringkasan-tema-semantik.html

9

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63