GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

  

GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH

LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

ATNAN MUSYAROFA

NIM. 121202005

Subject:

  Gangguan interaksi, autis, anak autis

  

Description:

  Anak autis termasuk salah satu anak yang mengalami gangguan perkembangan kompleks yang terjadi sebelum usia tiga tahun. Yang berdampak pada perkembangan sosial, berkomunikasi, interaksisosial, perilaku dan emosi yang tidak berkembang secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan interaksi sosial pada anak autis yang dilaksanakan pada tanggal 6-11 Mei 2015 di Sekolah Luar Biasa Semesta Mojokerto

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dengan rancang bangun

  

survey . Dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan

  teknik purposive smpling. Populasi dalam penelitian ini adalah anak autis Dengan jumlah 20 responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi gangguan interaksi sosial pada anak autis.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mengalami gangguan interak sisosial beratya itu sebanyak 13 responden (65%). Responden yang mengalami gangguan interaksi sosial sedang yaitu 5 responden sedangkan yang mengalami gangguan interaksi sosial ringan yaitu 2 responden.

  Peran tenaga kesehatan khususnya perawat memberikan masukan dan wawasan untuk mengurangi gangguan interaksi sosial pada anak autis. Bagi tempat penelitian lebih meningkatkan kegiatan dalam berkomunikasi siswa anak autis agar interaksinya lebih baik.

  

ABSTRACT

Children with autism include a child suffering from a complex

developmental disorder that occurs before the age of three. It impacts on social

development, communication, social interaction, behaviors and emotions that do

not develop optimally. The research aimed to determine the impaired social

interactions in autistic children, it was held from 6-11 May 2015 in Sekolah Luar

Biasa Semesta Mojokerto.

  This is a descriptive research with survey design. This research used

non-probability sampling with purposive technique sampling. The population in

this study was children with autism with a number of 20 respondents. This study

used observation sheets impaired social interaction in children with autism.

  The results suggest that most experience severe interaction disorder as

many as 13 respondents (65%). Respondents with medium interaction disorder

were 5 respondents, while respondents with light interaction disorder were 2

respondents.

  The role of health professionals, especially nurses is to provide input

and insight to reduce social interaction disorders in children with autism. For the

research site, it is suggested that they increase their activity regarding children

with autism so that students can communicate better interaction.

  Keywords: Interaction Disorder, Autism Contributor :

1. Rifa’atul laila mahmudah, M.Farm-Klin

  2. Mohammad NurFirdausS.Kep.Ns

  Date :30juni 2015 Type material : laporan pedahuluan Identifier : - Right :open document Summary : Latar belakang

  Anak autis termasuk salah satu anak yang mengalami gangguan perkembangan kompleks yang terjadi sebelum usia tiga tahun. Yang berdampak pada perkembangan sosial, berkomunikasi, interaksi sosial, perilaku dan emosi yang tidak berkembang secara optimal. Anak kurang memperhatikan lingkungan dan asik dengan dunianya sendiri. Kondisi anak autis tidak hanya mempengaruhi kehidupan anak itu sendiri namun juga berdampak pada orang tua dan anggota keluarganya serta lingkungan sosial dimana anak itu berada (Supartini, 2009). Permasalahan yang utama yaitu ketidakmampuan anak untuk memahami informasi dan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi sehingga hal ini menyulitkan orang tua dalam memahami anaknya. Dalam bidang interaksi sosial anak autis mempunyai kegagalan dalam membangun interaksi sosial, mereka tidak dapat melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya, anak lebih senang menyendiri, oleh karena itu sangat diperlukan untuk meminimalisir kesulitan, hambatan atau kelemahannya sehingga anak autis dapat melakukan interaksi sosial sesuai dengan tugas perkembangannya (Haryana, 2012).

  Menurut data WHO jumlah kasus autisme mengalamin peningkatan yang signifikan. Jika tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 mengalami peningkatan yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasi 1 dari 88 orang anak saat ini mengalami autisme. Hasil penelitian ini dilakukan oleh pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di amerika serikat atau Centers for Disease Control and prefention (CDC). Perkiraan ini mengalami peningkatan 23 persen. Menurut data depkes RI di indonesia. Peningkatan anak autis juga terlihat meski tidak diketahui pasti berapa jumlahnya karenapemerintah belum pernah melakukan survey. Namun dalam suatu anak dan ketua yayasan autis di indinesia menyebutkan adanya peningkatan yang luar biasa. “bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autis diperkirakan satu per 5000 anak, sekarang meningkat Dalam hal komunikasi anak autis tidak berusaha mencari alternative dalam berkomunikasi seperti penggunaan bahasa nonverbal. Bila akhirnya dapat berbicara, anak autis tidak dapat mempertahankan percakapan atau komunikasi dengan orang lain. Hal ini disebabkan karena anak autis memiliki keterlambatan dalam bahasa. Ketidakmampuan anak autis untuk berkomunikasi serta keterikatan terhadap kegiatan rutinnya membuat anak autis seakan hidup dalam dunianya sendiri. Hal tersebut tentu akan berbeda dibandingkan dengan perkembangan anak lain sebayanya (Haryana, 2012).

  Hasil penelitian Rossyana (2007), menyebutkan interaksi anak autis belum memiliki kemampuan interaksi sosial ditandai dengan: anak masih asyik dengan lingkungannya sendiri, tidak menatap lawan bicara, masih suka berbicara sendiri, dan tidak dapat berinteraksi orang lain yang tidak dikenal. Sedangkan daristu dipendahuluan yang di lakukan oleh penulis di sekolah luar biasa semesta mojokerto pada tanggal 02 april 2015 dengan sampel lima anak autis di peroleh kesimpulan sementara yang mengalami gangguan interaksi sosial beratsebesar 40%. Dan yang mengalami gangguan interaksi sosial sedang sebesar 20%. Sedangkan yang mengalami gangguan interaksi sosial ringan sebesar 40%. Dari gangguan tersebut maka akan menjadi kendala bagi anak tersebut untuk berinteraksi dan bersosialisasi di lingkungan bermain sekolah maupun dirumah.

  Berdasarkan permasalahan di atas, peran perawat sangat penting dalam upaya memberi solusi agar anak autis dapat berinteraksi dengan baik walaupun menggunakan komunikasi non verbal. Jika anak tersebut sudah mengalami gangguan interaksi soail maka, perlu dilakukan kontak sering seperti menyapa saat bertemu.

METODOLOGI PENELITIAN

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dengan rancang bangun

  

survey . Dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan

  teknik purposive smpling. Populasi dalam penelitian ini adalah anak autis Dengan jumlah 20 responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi gangguan interaksi sosial pada anak autis.

HASIL PENELITIAN

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden yang di observasi sebagian besar mengalami gangguan interaksi sosial berat yaitu sebanyak 13 responden (65%).Dari 13 responden yang mengalami gangguan interaksi sosial berat disebabkan oleh kontak sosial yang kurang dan tidak ada timbal balik dari responden serta ekspresi wajah yang datar. Dikontak sosial responden yang tidak melakukan kegiatan dari awal sampai akhir hamper seluruh responden yaitu sebanyak 16 responden (80%).Di komunikasi responden yang tdak melakukan kontak mata saat berbicara juga tidak sedikit yaitu 12 responden (60%). Gangguan interaksi sosial berat banyak di derita responden yang berusia 6-8 tahun.Dan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 14 responden (70%).

  Menurut yatim (2007) gangguan dalam interaksi sosial anak autis meliputi gangguann atau menghindar untuk bertatap muka, tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli merasa senang atau menolak bila di peluk, bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yantg terdekan dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya, ketika bermain, ia selalu menjauh bila di dekati. Dan menurut huzaemah (2010), bahwa kerusakan jaringan otak adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan interaksi. Patricia rodier, ahli embrio dari amerika menyatakan bahwa korelasi antara autis dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, minshe, menemukan pada anak yang terkena autis, bagian otak yang mengendalikan pusat memori dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan, atau pada saat kelahiran bayi. Karin nelson, ahli neorology amerika mengadakan penyelidikan terhadap protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi yang normal mempunyai kadar protein yang tinggi, yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar protein tinggi ini berkembang menjadi autis dan keterbelakangan mental. Kontak sosial yaitu hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial dan masyarakat. Jadi kontak soaial adalah proses dimana orang orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakannya. Seperti kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.

  Gangguan interaksi sosial akan menjadi masalah dalam kehidupan anak autis. Karena, dalam melakukan kegiatan sehari-hari anak tersebut akan kesulitan untuk berinteraksi dengan teman, guru, serta orang tua. Mungkin bukan hanya anak autis yang kesulitan untuk berinteraksi. Ekspresi datar, kontak mata yang kurang, respon verbal yang tidak positif akan menyulitkan orang tua yang memiliki anak autis karena orang tua tidak akan mengerti tentang apa yang menjadi kemauan anak autis tersebut. Anak autis yang mengalami gangguan interaksi sosial berat akan menarik diri entah itu di kelas, dirumah, di lingkungan bermain dan anak autis dengan gangguan interaksi sosial ini suka menyendiri dan asik dengan dunianya sendiri. Meskipun di kelas banyak teman tetapi dia akan lebih memilih bermain sendirian. Tipe ini tidak berusaha mengadakan kontak sosial melainkan hanya menerima saja, saat diajak berinteraksi tidak ada timbal balik dari anak tersebut. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di sekolah luar biasa semesta mojokerto. Sebagian besar gangguan interaksi sosial pada anak autis mengalami gangguan interaksi sosial berat yaitu sebanyak 13 responden(65%), yang di picu oleh kontak sosial yang kurang yaitu ditunjukkan pada pernyataan bahwa anak autis tidak melakukan kegiatan dari awal sampai akhir dan pada komunikasi anak autis tidak melakukan kontak mata saat berbicara. REKOMENDASI 1.

  Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai ilmu dan tambahan wawasan yang baru bagi peneliti

  2. Bagi tempat peneliti Lebih meningkatkan kegiatan siswa atau anak autis agar interaksi pada anak autis lebih baik, dan dapat mengurangi angka gangguan interaksi sosial pada anak autis.

  3. Bagi peneliti selanjutnya Dalam melakukan penelitian tentang gangguan interaksi sosial pada anak autis sebaiknya peneliti selanjutnya mengobservasi langsung kepada responden dan menambah variable serta dapa tmenambah jumlah responden.

  4. Bagi institusi Dalam pembelajaran gangguan interaksi sosial pada anak autis untuk lebih dikembangkan dalam tahap proses belajar mengajar.

  Alamat Korespondensi : landangan situbondo

  Alamat rumah

  • : 083847730213

  Email

  No hp

Dokumen yang terkait

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 9

KUALITAS AIR BERSIH YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKEERTO

0 0 6

MOTIVASI KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS URANGAGUNG SIDOARJO HANUM RISKA AMELIA 1212010015 SUBJECT: Motivasi, Keluarga, Gangguan Jiwa DESCRIPTION: Gangguan jiwa masih menjadi masalah serius k

0 0 7

EFEKTIFITAS BUNGA SEPATU MERAH ( Red Hibiscus rosa-sinesis L.) SEBAGAI ALTERNATIF ANTI KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER FITRI NORMEI ANDRIANI NIM. 1212010013 SUBJECT bunga sepatu merah, flavonoid, kolesterol

1 1 6

PERAN IBU PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA KOTA MOJOKERTO

0 0 7

HARGA DIRI PADA KLIEN GANGGUAN JIWA YANG MENJALANI RAWAT JALAN DI RSU DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

0 0 7

TINGKAT KECEMASAN LANSIA INKONTINENSIA URIN YANG FUNGSI KOGNITIFNYA MASIH BAIK DI UPT PANTI WERDHA MAJAPAHIT MOJOKERTO

0 0 7

PERKEMBANGAN LUKA ULKUS PLANTAR PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA SUMBER GLAGAH KABUPATEN MOJOKERTO DIGNA NURLAELA MAI LESTARI NIM. 12120008 Subject : Kusta, Ulkus Plantar, Perkembangan Luka

0 0 6

ANEMIA KEHAMILAN DENGAN JENIS PERSALINAN DI KLINIK MEDIKA UTAMA WONOKUPANG KECAMATAN BALONG BENDO KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015

0 0 8

HUBUNGAN SANITASI MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 1 7