DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

  

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA

LANSIA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR

KABUPATEN MOJOKERTO

KAMILATIN NISA’

1212020013

  

SUBJECT

Dukungan Keluarga, Depresi, Lansia.

DESCRIPTION

  Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi bisa menjadi masalah yang kronik dan berulang yang menyebabkan seseorang tidak mampu untuk mengurus diri sendiri, selain itu depresi dapat menjurus kepada tindakan bunuh diri (Dani, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto

  Peneliti menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 290 responden dengan sampel besar 168 responden, variable independen dukungan keluarga terhadap lansia dan variable dependen tingkat depresi pada lansia, instrument menggunakan kuesioner dan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Kemudian diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho).

  Hasil penelitian diperoleh data dari 168 responden yang mendapatkan dukungan keluarga kurang 18%, sedang 30%, baik 52%. Sedangkan responden yang mengalami depresi 20%, kemungkinan depresi 39%, dan tidak depresi 20%.

  Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji korelasi spearman rank di dapatkan ρ = 0,000 <α = 0,05 berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

  Oleh sebab itu semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat depresi. Keluarga harusnya mampu memberikan dukungan penuh terhadap lansia agar dapat mengurangi peningkatan depresi pada lansia terutama lansia yang mengalami depresi.

  Kata Kunci :Dukungan Keluarga, Depresi, Lansia

  

ABSTRACT

Depression is a period of disturbance of human function associated with the

feelings of sadness and the accompanying symptoms, including changes in sleep

patterns and appetite, psychomotor, is concentration, anhedonia, fatigue, despair,

helplessness, and suicide. Depression can be chronic and recurring problem that

causes a person unable to take care of themselves, it can also lead to suicide

(Dani, 2012). This study aimed to analyze the relationships between family

support and the level of depression among elderly in Gayaman village,

Mojoanyar Mojokerto.

  Researcher used cross sectional design. The population in this research is

the elderly in Gayaman village, Mojoanyar Mojokerto. There are 290 respondents

with a large sample of 168 respondents, the independent variable is family

support for the elderly and the dependent variable is rate of depression among

elderly. Research instruments are questionnaires and the sampling is purposive

sampling technique. It is then tested by using Spearman Rank (Rho).

  The results suggest that from the data of 168 respondents, 18% receive less

family support, 30% have moderate support, and 52% receive good family

support. Regarding the depression 20% experience depression, 39% have a

likelihood of depression, and 20% do not experience depression.

  Based on the analysis using the Spearman rank correlation test, it suggests

that ρ (0,000) <α (0.05). It means that there is a relationship between family

support and the level of depression among elderly in Gayaman village,

Mojoanyar Mojokerto.

  There Fore, the higher the family support, the lower the levels of depression.

Families should be able to provide full support to the elderly in order to reduce

the increased risk of depression among them, especially depressed elderly.

  Keywords :Family Support, Depression, Elderly Contributor : 1. Eka Diah K., SKM., M.Kes

  2. Sunyoto S.Kep.Ns

  Date : 25 juni 2015 Type Material : Laporan Penelitian Edentifier : - Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

  Secara umum kemunduran fisiologis yang terjadi pada usia tua,baik secara fisik dan mental menyebabkan usia tua kurang peka terhadap berbagai rangsangan internal dan eksternal sehingga seorang usia lansia rentan mengalami gangguan mental seperti depresi. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi bisa menjadi masalah yang kronik dan berulang yang menyebabkan seseorang tidak mampu untuk mengurus diri sendiri, selain itu depresi dapat menjurus kepada tindakan bunuh diri (Dani, 2012).

  Prevalensi depresi pada lanjut usia, sekitar 12-36% lanjut usia yang rawat jalan mengalami depresi. Angka ini meningkat menjadi 30-50% pada lanjut usia dengan penyakit kronis dan perawatan lama yang mengalami depresi (Mangoenpredsojo, 2004 dalam Kurnianto, dkk, 2011). Menurut Kaplan et all (1997), sekitar 25% komunitas lanjut usia dan pasien rumah perawatan ditemukan adanya gejala depresi pada lanjut usia. Depresi menyerang 10-15% lanjut usia 65 tahun ke atas yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50-75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi dari tingkat ringan sampai sedang (Stanley dan Beare, 2007 dalam Kurnianto, dkk, 2011).

  Depresi pada lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain penurunan fungsi dari organ tubuh, kehilangan sumber nafkah, perubahan gaya hidup dan sebagainya. Stress sangat rentan terjadi pada lanjut usia karena faktor kehilangan, penurunan kesehatan fisik, dan kurangnya dukungan dari keluarga (Kristiyaningsih, 2011). Berbagai persoalan hidup yang kompleks menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya, kematian pasangan hidup, persoalan keuangan yang berat, pindah, dan dukungan keluarga yang buruk. Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatife dan dianggap sebagai beban keluarga. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat menjadi pemicu terjadinya depresi menurut (Depsos 2006 dalam Kristiyaningsih, 2011). Apabila kodisi yang seperti ini tidak secepatnya di atasi maka akan berdampak kemasalah kejiwaan. Sehingga mencari solusi dari permasalahan ini sangat dibutuhkan (Kristiyaningsih, 2011).

  Peran perawat sebagai konsultan atau penasehat dengan memberikan masukan kepada keluarga untuk memberikan dukungan baik dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional agar lansia dapat menikmati hari tuanya dengan gembira dan merasa bahagia sehingga lansia bisa terhindar dari depresi (Mubarak, dkk, 2009). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia didesa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto.

METODOLOGI PENELITIAN

  Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Cross

  Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh lansia di Desa

  Gayaman Kecamatan Mojoanyar kabupaten Mojokerto sebanyak 290 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia di Desa gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 168 responden yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Variabel independent dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga terhadap lansia. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tingkat depresi pada lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Setelah data terkumpul kemudian data ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia menggunakan uji sprearman rho dengan tingkat kemaknaan α 0,05 bila hasil yang diperoleh α < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Dukungan Keluarga Terhadap Lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto

  Hasil penelitian yang diperoleh mengenai dukungan keluarga terhadap lansia menunjukkan sebagian besar responden sebanyak 87 orang (52%) Dukungan Keluarga terhadap lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto Baik.

  Menurut Sarason (1983) dalam Zainudin (2002). Dukungan keluarga adalah keberatan, kesedihan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita, pandangan yang samajuga dikemukakan oleh Cobb (2002) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok (Suparyanto, 2012). Hal ini dipengaruhi beberapa indikator antara lain dukungan emosional ,dukungan pengharapan, dukungan materi, dan dukungan informasional sehingga dari hal tersebut berpengaruh terhadap hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia.

  Dalam penelitian ini dari 168 responden 87 responden mendapatkan dukungan keluarga baik, terbukti dengan responden menjawab pertanyaan pada wawancara terstruktur dukungan keluarga

  Dukungan emosional adalah dimana keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarganya (misalnya: umpan balik, penegasan) (Marlyn, 1998 dalam Suparyanto, 2012). Dukungan emosional keluarga terhadap lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 29% didapatkan keluarga selalu mempedulikan dan memperhatikan lansia, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional yang baik disebabkan karena keluarga selalu memberikan perhatian dan kepedulian kepada lansia sehingga lansia merasa nyaman dan merasa dicintai.

  Dukungan Pengharapan adalah dimana keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota (Marlyn, 1998 dalam Suparyanto, 2012). Dukungan pengharapan keluarga terhadap lansiadi Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 30% didapatkan karena keluarga selalu memberikan umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan masalah yang dihadapi oleh lansia, karena dalam dukungan pengharapan keluarga merupakan sumber dan validator bagi anggota keluarganya, sehingga dengan dukungan pengharapan, lansia merasa mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah yang dihadapinya.

  Dukungan materi adalah keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stress (Marlyn, 1998 dalam Suparyanto, 2012). Dukungan materi terhadap lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 21% didapatkan karena keluarga selalu memperhatikan kesehatan lansia, menyediakan segala kebutuhan lansia, merawat lansia dan memberikan tempat istirahat untuk lansia, sehingga dengan dukungan yang seperti itu lansia merasa tidak diabaikan dan masih ada yang mempedulikan. Karena dalam dukungan materi keluarga merupakan sumber pertolongan bagi lansia.

  Dukungan Informasi adalah dukungan dimana keluarga berfungsi sebagai sebuah koletor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia, mencakup member nasehat, petunjuk- petunjuk, saran atau umpan balik.Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai, dan termasuk bagian dari masyarakat (Utami, 2003 dalam Suparyanto, 2012). Dukungan informasi terhadap lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 21% didapatkan karena keluarga selalu mengawasi pola makan, dan pengobatan lansia, dengan adanya dukungan informasi lansia selalu merasa tidak pernah ditinggalkan oleh keluarga dan selalu semangat menjalani masa tuanya. Dalam dukungan informasi ini keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi dengan memberikan nasehat, saran dan petunjuk terhadap lansia.

  Dukungan keluarga merupakan hal paling penting yang harus ada dalam suatu keluarga, karena efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan, karena dengan peningkatan usia harapan hidup tentu mempunyai dampak lebih banyak terhadap suatu penyakit pada lansia, penyakit terbesar adalah gangguan depresi. Sehingga hal ini perlu adanya peran serta yang besar dari keluarga untuk memberikan dukungan dan pemenuhan kebutuhan pada lansia, sehingga timbul mekanisme koping dari lansia dalam menghadapi stress. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kristyaningsih, 2011 dengan jumlah sampel 96 responden, didapatkan hasil dari 7 responden (7%) mendapatkan dukungan keluarga kurang dan 78 responden (81,3%) mendapatkan dukungan keluarga baik.

2. Tingkat Depresi pada Lansia

  Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden 69 orang (41%) Tingkat Depresi pada Lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto menunjukkan Tidak Depresi, sebagian kecil 34 orang (20%) menunjukkan Depresi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa indikator antara lain perasaan depresi, kehilangan minat, insomnia, kelelahan, rasa bersalah, sulit konsentrasi, dan berpikir berulang tentang kematian.

  Hasil penelitian ini dapat disimpulkan dari 168 responden 34 responden yang mengalami depresi pada lansia yang disebabkan karena adanya perasaan depresi (7%), kehilangan minat (7%), ketidak puasan (8%), kelelahan (10%), rasa bersalah (6%), sulit konsentrasi (7%), dan berpikir berulang tentang kematian (8%). Dengan adanya perasaan depresi, kehilangan minat, ketidak puasan, kelelahan, rasa bersalah, sulit berkonsentrasi, dan berfikir berulang tentang kematian dapat menyebabkan lansia kehilangan semangat untuk hidup.

  Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa, dan lain sebagainya (Hawari, 2013:91). Tanda dan gejala depresi secara klinis sebagai berikut : afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya, perasaan bersalah, berdosa, penyesalan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, konsentrasi dan daya ingat menurun, gangguan tidur, insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini seringkali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang meninggal, agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh, gelisah atau lemah tak berdaya), hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas menurun, gangguan seksual (libido menurun), pikiran- pikiran tentang kematian, bunuh diri (Hawari, 2013:91-92). Maka dari itu kita harus peka dengan segala perubahan-perubahan pada lansia dengan munculnya tanda-tanda depresi, dengan begitu keluarga bisa memberikan dukungan lebih terhadap lansia, agar lansia merasa dan beranggapan bahwa dirinya tidak sendiri, lansia merasa diperhatikan, dipedulikan, dan dihargai oleh keluarganya, sehingga dengan itu keluarga mampu mencegah timbulnya depresi pada lansia.

  Depresi dan lanjut usia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani kehidupannya dengan tenang, damai, serta menikmati masa- masa tua bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Sedangkan pada kenyataannya tidak semua lansia mendapatkan hal seperti itu. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lansia disepanjang hidupnya seperti : kemiskinan, stress yang berkepanjangan serta masalah dengan keluarga atau anaknya atau kondisi dimana lansia tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya. Sehingga lansia tidak mempunyai tempat untuk berbagi segala masalah hidupnya.Kondisi seperti ini yang dapat memicu terjadinya depresi pada lansia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kristyaningsih, 2011 dengan jumlah sampel 96 responden didapatkan hasil 6 orang responden (6%) mengalami depresi berat, 5 responden (5%) mengalami depresi sedang, 9 responden (10%) mengalami depresi ringan dan 76 responden (79%) tidak mengalami depresi.

3. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia

  Hasil Penelitian menunjukkan dari 30 responden (18%) yang memiliki dukungan keluarganya kurang diantaranya 18 responden (53%) mengalami depresi dan 12 responden (18%) mengalami kemungkinan depresi, sedangkan yang mendapat dukungan keluarga sedang sebanyak 51 responden (30%) diantaranya 16 responden (23%) tidak depresi, 23 responden (35%) mengalami kemungkinan depresi dan 12 responden (35%) mengalami depresi dan yang mendapatkan dukungan keluarga baik sebanyak 87 responden (52%) diantaranya 53 responden (77%) tidak depresi, 30 responden responden (12%) mengalami depresi.

  Hasil Uji Spearman, s rho dengan tingkat signifikan α = 0,05 didapatkan signifikan < α yaitu 0,000 yang artinya H0 ditolah. Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia yang artinya semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat depresi pada lansia.

  Menurut (Amir, 2005) stessor sosial adalah suatu keadaan yang dirasakan menekan sehingga seseorang tidak dapat beradaptasi dan bertahan. Stressor sosial merupakan faktor resiko yang memicu timbulnya depresi pada lansia. Dan kurangnya dukungan keluarga kepada lansia dapat mempengaruhi koping pada lansia tidak adekuat. Koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan rasa tertekan yang berkepanjangan yang akhirnya dapat menimbulkan gejala depresi.

  Pada penelitian yang dilakukan oleh Kristyaningsih, 2011 diperoleh, mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia dari 96 responden 7 responden (7%) yang dukungan keluarganya kurang di antaraya ada 6 responden (6,3%) mengalami depresi berat dan 1 responden (1%) mengalami depresi ringan. Dari 11 responden yang dukungan keluarganya sedang di antaranya 2 responden (2,1%) mengalami depresi sedang dan 6 responden (6,3%) mengalami depresi ringan. Serta 3 responden (3,1%) tidak mengalami depresi. Dari 78 (81,3%) yang dukungan keluarganya baik di antaraya ada 3 responden (3,1%) mengalami depresi sedang dan 75 responden (78,1%) tidak mengalami depresi.

  Dengan itu anggota keluarga (terutama lanjut usia ) perlu mempunyai mekanisme koping agar mampu memecahkan masalah didalam keluarga. Koping tersebut berasal dari bagaimana individu mampu untuk memecahkan masalah, mempunyai pandangan yang positif terhadap kesehatan fisiknya, materi yang memadai dan dukungan keluarga.Yang kemudian mekanisme koping tersebut dapat mengarah kearah yang adaptif, dimana lansia dapat mengatasi masalahnya yang terhindar dari depresi.

  Pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010), menjelaskan bahwa Depresi pada lansia bisa berawal dari rasa kesepian dan keterasingan. Tetapi dengan adanya dukungan dari keluarga dapat membuat lansia merasa aman, merasa ada yang menemani, ada yang memperdulikan keberadaan lansia. Dukungan keluarga yang telah diberikan dapat membuat lansia merasa diperhatikan khususnya tentang masalah kesehatan. Dengan demikian lansia merasa dibantu dalam mencari solusi dan tidak sendiri lagi. Dengan ini disimpulkan bahwa dukungan keluarga yang baik akan membuat lansia merasa tenang dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat membuat lansia terhindar dari depresi.

  Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kristyaningsih, 2011 bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia.

  KESIMPULAN

  Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto..

  REKOMENDASI

  Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga yang meliputi faktor internal dan eksternal.

  ALAMAT CORRESPONDENSIAL :

  Alamat rumah : Kembangsari, Jatibanteng, Situbondo Email : Kamila.nisa91@gmail.com No Hp : 082337338442

Dokumen yang terkait

DUKUNGAN KELUARGA PADA ANAK TUNA WICARA DI SLB-B PERTIWI KOTA MOJOKERTO

0 0 6

TINGKAT KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS USIA 6-7 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

0 0 6

ULKUS PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA SUMBER GLAGAH KABUPATEN MOJOKERTO MIFTAKHUL KHASANAH NIM 1212010026 Subject:Ulkus Kusta, penderita kusta yang memiliki ulkus DESCRIPTION:

0 0 7

PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM. 1212020016 Subject: Persepsi, Siswa, Penyakit Asma Description : Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan di

0 0 5

PERSEPSI REMAJA TENTANG KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DI DUSUN KAVLING BRINGIN DESA KESAMBI KECAMATAN PORONG SIDOARJO MAYANG KRISTI A. 1212010024 SUBJECT: Persepsi, Remaja, Kehamilan DESCRIPTION: Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkemb

0 0 5

KEADAAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR MOJOKERTO

0 0 7

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI YANG MELATAR BELAKANGI KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA TEGALSARI AMBULU JEMBER LIRIA RAHMATIKA

0 0 7

PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

0 0 9

TEH BROTOWALI Tinospora crispa(L.) MIERS UNTUK MENURUNKAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES TIPE II LELLY RAHMAWATI JAYA NIM 1212010020 Subject : Brotowali, Teh, Diabetes, Kadar gula darah, Penderita

0 0 5

PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA GIZI BESI PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA PELANG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN LAILATUN NI’MAH ZAHROTUN NISA 1212010018 SUBJECT: Perilaku, Anemia Gizi Besi, Wanita Usia Subur DESCRIPTION: Anemia gizi besi adalah keadaa

0 0 7