KEKERASAN RUMAH TANGGA TERHADAP WANITA: KAJIAN PERBANDINGAN SOSIO-PERUNDANGAN DI MALAYSIA DAN INDONESIA Hanafi Arief Dosen FH Uniska, Email : hanafi_ariefyahoo.com Rohani Abdul Rahim

KEKERASAN RUMAH TANGGA TERHADAP WANITA: KAJIAN PERBANDINGAN SOSIO-PERUNDANGAN DI MALAYSIA DAN INDONESIA

Hanafi Arief

Dosen FH Uniska, Email : hanafi_arief@yahoo.com

Rohani Abdul Rahim ABSTRACT

In the present era of pursuing a developed country, family life becomes very challenging and this raised pressure on livelihood needs that are not easily predictable. This causes married couples to face many problems including in having mutual understanding, respect and protection. As a result almost every year, there has been an increase of domestic violence (DV) cases, which was conducted by husbands onto wives. Theoretically, DV victims are controlled, suppressed and abused physically, psychologically and economically because of their weaker position, whom are considered inferior compared to the perpetrator that are more superior. The meaning of "domestic violence" depends significantly on whose perspective it is interpreted either they are of the perpetrators, the victims or the law enforcers. Therefore, this writing conducts an in-depth study to understand the meaning of DV, that causes, forms, and effects legal implications and its enforcement in Malaysia and Indonesia.

Internally, the roots of violence are associated with victims ‟ attitude that challenge the offenders, less appreciative towards husband, dependence, adhere to the perpetrator (do not want to report) and strictly adhere to traditions and customs. Externally, DV can be initiated from the perpetrator‟s personality, life pressure, gender biases and social perceptions, financial management weaknesses, paternalistic culture and the misunderstood culture. Effects of DV can be physical hurt, psychological, and econmical effects on family members. Violence Against Women (VAW) resulted in the establishment of The Declaration of the Elimination of Violence Against Women United Nations, 1993, that intends to protect women from discrimination and domination due to powers practiced arbitrarily by male perpetrator. In Malaysia, the Domestic Violence Act 1994 (Act 521) and in Indonesia, the Republic of Indonesia Law No. 23 of 2004 on the Elimination of Domestic Violence (EDV) provide specific legislation to protect victims.

Key Words: Domestic Violence Againts Women, Comparative Socio-legal Research

PENDAHULUAN

serta budaya berkeluarga yang pada Pembangunan negara modern

akhirnya sistem kekeluargaan ditinggalkan sangat banyak mempengaruhi sistem

utamanya aspek kepentingan serta kekeluargaan

keperluan anggota keluarga. teknologi dan perkembangan pesat dalam

masakini.

Kemajuan

Gaya hidup dan budaya kehidupan sektor perindustrian untuk membangun

modern yang mengenepikan tata-susila, negara maju memberi pengaruh besar

tidak menghormati ibu bapa, boros kepada perilaku, sikap dan gaya hidup

berbelanja, tidak mementingkan anggota berbelanja, tidak mementingkan anggota

ataupun peruntukan dan sifat-sifatnya menyebabkan kehidupan keluarga dihimpit

diri

tersendiri.

oleh kasusengsaraan dan ancaman dari anggota keluarga sendiri khususnya suami.

PEMBAHASAN

Kebiasaan suami menganasi isteri semakin Kekerasan merupakan perlakuan mendapat perhatian apabila terdapat

serangan yang dilakukan secara fisik dan kenaikan dari waktu ke waktu sehingga

psikologis terhadap kehormatan seseorang pemerintah terpaksa mengambil jalan lain

dengan niat mencederakan seseorang. Niat untuk menghalang suami menganiayai

menghina maruah, isteri.

mencederakan,

menindas secara psikologis merupakan hal Kekerasan (violence) terhadap

menentukan apakah isteri mengancam sistem kekeluargaan

utama

untuk

perbuatan disengaja atau tidak. Elizabeth karena menimbulkan dampak negatif

Kandel Englander mengatakan: kepada diri korban seperti dampak

“In general, violence is psikologi dan fisik serta menimbulkan

aggressive behavior with the lingkungan keluarga tidak nyaman bagi

intent to cause harm (physical or keluarga yang lain. Pengalaman yang

psychological). The word intent is dilalui dan dialami mereka dapat

central; physical or psychological mengganggu pemikiran meskipun mereka

harm that occurs by accident, in menerima perlakuan tersebut sebagai

the absence of intent, is not sebagian dari kehidupan berkeluarga serta 1 violence ”

dianggap tidak bertentangan dengan Menurut Organisasi Kesehatan perundangan atau agama.

Dunia (World Health Organisation – Malaysia dan Indonesia adalah

WHO), kekerasan dilakukan dengan dua buah negara yang berusaha

sengaja menggunakan kekuasaan atau menghapus kekerasan rumah tangga

kekerasan secara fisik, mengancam atau melalui undang-undang kekerasan rumah

benar-benar melakukan, terhadap sesuatu tangga. Malaysia memberlakukan Akta

kelompok atau komunitas sehingga dapat Kekerasan Rumahtangga 1994 (Akta) 521,

kecederaan, kematian, dan Indonesia pula memberlakukan Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam rumahtangga (rumahtangga) No.

menyebabkan

1 Elizabeth Kandel Englander dalam

23 tahun 2004. Kedua undang-undang

Rika Saraswati, Perempuan dan penyelesaian kekerasan dalam rumahtangga , PT Citra Aditya

tersebut mempunyai falsafah, objektif

Bakti, Bandung, 2006, hlm 1 Bakti, Bandung, 2006, hlm 1

sebaliknya digolongkan ke dalam bentuk wanita dapat berupa penganiayaan fisik

kekerasan alami. Namun demikian, (dipukul,

terdapat perbuatan yang tidak tergolong ke psikologis

ditendang),

penganiayaan

dalam bentuk perlakuan kekerasan, seperti penderaan keuangan atau kebutuhan pokok

(ancaman,

penghinaan),

memberi tanggapan negatif yang berbasis serta penganiayaan seksual. Manohari

gender yang menimbulkan rasa malu. Subramaniam mengatakan,

Dengan demikian, kekerasan terhadap kekerasan rumah tangga tidak hanya

bentuk

sesama manusia dapat terjadi dalam rumah terbatas kepada bentuk fisik saja, namun

tangga atau di luar konteks rumah tangga juga dalam bentuk tiga kekerasan lain

yang melibatkan kaum laki-laki maupun yaitu kekerasan emosi dan mental, seksual,

wanita.

dan ekonomi. 3 Bentuk kekerasan terhadap wanita Terdapat lebih daripada lima

menurut laporan Pusat Krisis Sehenti bentuk kekerasan rumah tangga yang biasa

Bantuan Korban Kekerasan Rumah tangga

melibatkan unsur emosi, seksual, fizikal pengabaian atau menghalang korban untuk 5 dan ekonomi. Sebagian dari kasus

dirujuk 4 oleh para penulis, seperti

mendapatkan fasilitas kesehatan serta kekerasan ini merupakan perlakuan yang kekerasan terhadap identitas. Bentuk- 6 berulang-ulang yang sukar dihentikan.

bentuk ini masih tidak ditonjolkan sebagai

Tabel 1 Bentuk Kekerasan dalam

suatu bentuk

perundangan kekerasan dalam rumah

Bentuk Kekerasan

Perlakuan Kekerasan

http://www.infosihat.gov.my/penyakit/Dewasa/Keg anasan.pdf,

a. Melakukan dan mencubit,

(09 September 2011). 3 Manohari Subramaniam, Keganasan

coba

menggoncang,

Rumahtangga , ERA Consumer, Selangor Darul

melakukan

menampar,

Ehsan, 2003, hlm 1-2. 4 Unicef, Domestic Violence Against

kecederaan

memukul,

Women and Girls , no.6, June 2000, Innocenti Digest,Innocenti Research Centre, Florance ,Italy;

fisik

menggigit,

Emma Bevan and Daryl J. Higgins, Is Domestic Violence Learned ? The Contribution of Five Forms of Child Maltreatment to Men’s Violence and Adjustments, Journal of Family Violence , Vol.17,

Aid Organisation. No.3, September 2002(@2002), Plenum Publishing

5 Women‟s

wao@po.jaring.my. (17 januari 2009) Corporation ; Michael P. Johnson. 2008. Typology

6 Soraya Jamal, Penderaan Domestik, of Domestic Violence, Intimate Terrorism, Violent

Kuala Lumpur, Pusat Krisis Sehenti Bantuan Resistance, and Situational Couple Violence ,

Mangsa Keganasan Domestik, 16 Januari 2008, Boston: Northeastern University Press

bernama.com. (17 Januari 2009).

memu-singkan

hubungan seks

lengan,

dengan orang

menendang,

yang melayan

menumbuk,

dia cara hina,

layanan dan

tumpul, meni-

kemauan

kam,

seksual, menembak. menuduhan

b. Menghalang

tidak setia, atau pengabaian obatan,

perobatan, obat-

enggan untuk

kursi

melakukan seks. mendapatkan

roda, ma-kanan

memeras, atau

a. Menanam dan mengancam menyediakan

tidur, bantuan

kecederaan fisik sumber

kebersihan

cubaan

terhadap diri diperlukan

yang bantuan,

menanam

sendiri, korban, untuk

memaksa

ketakutan

b. Mengasingkan dan/atau yang mengekalkan

minum alkohol

atau coba meng- lain, kesehatan.

atau

mengkonsumsi

asingkan korban mengancam obat. dari

kawan- untuk

2. Seksual

perkosaan dalam

kawan, keluarga, mencedera-kan

a. Memaksa atau perkawinan, sekolah dan/atau dan/atau coba memaksa perkosaan

menculik kanak- untuk

pekerjaan

kanak, melakukan

kenalan,

gila

mengancam, hubungan seks hubungan seks

seks (pemaksaan

memeras, secara paksa

setelah dipukul),

memeras,

gangguan, seksualitas

b. Coba menghina serangan

ke

permainan korban

bagian-bagian

seksual tubuh,

minda (psiko),

pelacuran paksa,

‘stalking’

cumbuan, liwat,

(pengintipan), (pengintipan),

citra, layanan

hewan dan harta

menafikan akses

perasaan dan

dengan telpon

emosi korban

dan/atau

agar merasa

peribadi korban,

bersama dengan

berulang kali

“memeriksa”

membuat dan

Membuat atau coba kawalan

menerus,

membuat

korban menyeluruh

mengguna

bergantung secara terha-dap

tuduhan

yang

keuangan sumber

tidak berdasar,

keuangan

kurungan secara

termasuk penda- paksa. patan

korban

atau sumber lain Menghina atau coba terus

4. Emosi

kritikan secara

yang diterima menghina harga diri melemahkan

menrus,

korban melalui korban.

kemampuan dan

bantuan orang

kecakapan

lain atau

nama panggilan,

menafikan uang

penghinaan,

dan/atau akses

menjatuhkan

kepada uang, kepada uang,

emosi/psikologi)

perwatakan diri

melarang

korban dan

Sumber: New York State Office for the meminta 7 Prevention of Domestic Violence

pertanggung-

Kekerasan rumah tangga sering

jawaban

dan

dirujuk dalam makna yang sempit kepada

justifikasi

penderaan suami terhadap isteri karena

terhadap semua

korban kekerasan rumah tangga lebih

uang

banyak dialami oleh isteri berbanding dibelanjakan, 8 suami. Tafsiran penderaan secara meluas

yang

membelanjakan

meliputi perlakuan mendera seseorang

semua

anggota keluarga terhadap anggota

keuangan,

keluarga yang lain, seperti isteri, bekas

mendustakan

isteri, suami, bekas suami, orang tua, serta kebajikan yang 9 pencabulan kanak-kanak dan perkosaan.

dilakukan, 10 Pelaku kekerasan tidak terbatas menahan

pada umur, tarap pendidikan, agama, status

informasi

sosial ekonomi, golongan, keadaan

tentang

psikopatologi yang dapat meliputi pelbagai

keluarga,

latar belakang. Korban kekerasan juga

penggunaan bil-

dapat terdiri dari pelbagai latar belakang

bil

yang

yang berbeda dan pelbagai lapisan

dipertanggung-

jawabkan 7 Domestic Violence Response Team, The

Domestic Violence ,

pembayarannya

http://www.woodbridgedvrt.org/pages/fiveforms.ht ml (3 Juli 2012)

terhadap korban. 8 Musdah Mualia, Kekerasan Terhadap

Perempuan (mencari akar kekerasan dalam teologi

6. Kekerasan terhadap Menggunakan

(2002), Edisi I, Journal Women in Islam, hlm 66. 9 Mohd Yusoff, Jal Zabdi, 2004,

Jenayah keganasan rumah tangga . Kuala Lumpur:

(bertumpu dengan perwatakan diri

Universiti Malaya hlm. 5.

10 The Family Violence Prevention

Foundation of Australia, An Evaluation of Interventions with Domestic Violence Perpetrators , August 2009, Australia: Malbourne University Foundation of Australia, An Evaluation of Interventions with Domestic Violence Perpetrators , August 2009, Australia: Malbourne University

terhalang. Anak tidak mendapat kasih menyangkut berbagai macam kezaliman,

sayang ibu, terabaikan atau terpaksa kekerasan, ketidakadilan atau kesalahan,

tinggal dengan orang lain. Wanita yang baik fisik maupun mental, yang dilakukan

menjadi korban akan menjalani proses terhadap isteri. 12 perceraian, tidak dapat mempertahan

Setiap kekerasan rumah tangga perkawinan karena senantiasa terancam menimbulkan dampak yang buruk dan 14 dan tertekan.

serius bukan saja kepada korban wanita, Kekerasan rumah tangga terhadap tetapi juga kepada anggota keluarga lain

wanita sangat sukar dipantau kecuali seperti anak dan orang tua. Terhadap

laporan dilakukan oleh korban, jiran atau korban, dampak yang timbul meliputi rasa

anggota keluarga terdekat. Akibatnya, takut, mengalami

kasus kekerasan rumah tangga sering kecederaan fisik dan psikologi, dan

gangguan tidur,

lenyap sebelum keadilan didapat. Lebih sebagainya. Dampak lain meliputi

buruk lagi, masyarakat beranggapan kegagalan korban untuk berdikari, suka

bahwa kekerasan rumah tangga merupakan menyendiri atau mengasingkan diri dari

urusan keluarga, sehingga tidak wajar keluarga dan kawan-kawan atau menjadi

diketahui. Perlakuan kekerasan dianggap

sebagai hak suami dalam mengalami ketidakstabilan emosi, merasa 15 perkawinan.

ketergantungan kepada keluarga. 13 Korban

isteri

masyarakat yang untuk bergaul, merasa tegang dan kecewa

ketakutan, cemas, fobia serta tertekan

Budaya

menerima konflik dalam rumahtangga serta sukar untuk berpikiran rasional.

sebagai asam garam (risiko) kehidupan Selain itu korban dapat melakukan bunuh

menyebabkan masalah diri, mencederakan diri sendiri dan tidak

berkeluarga

kekerasan rumah tangga ditolerir, semakin mau bergaul dengan kelompok lain.

bertambah banyak dan serius. Kebanyakan Seorang ibu yang menjadi korban,

isteri beranggapan perlakuan suami

11 Manohari Subramaniam, 2003, hlm 1. mereka tidak akan berkelanjutan dan juga

12 Halim dalam Maizatul Akmam Binti

beranggapan suami masih menyayangi

Abu Bakar, et al, Keganasan rumahtangga Corak, Punca, dan Kaedah Penyelesaian (2008), Seminar

mereka. Wanita menyalahkan diri mereka

Kaunseling Keluarga 2008 Fakulti Pendidikan, Universiti Teknologi Malaysia, hlm 1.

sendiri, memikirkan kepentingan anak-

13 Wen Wink,

Penderaan

Wanita:

Keganasan Rumahtangga, http:/ /myde greeinma- jorandminor.com/2010/09/penderaan-wanita- 14 Wen Wink. 2010, (12 September

keganasan-rumah-tangga.html.(12

September

2011). 15 Mohd Yusoff, Jal Zabdi, 2004, hlm. 7.

anak, takut

berpisah

karena

kebergantungan pada suami, atau takut

Tabel 2 Kasus Kekerasan Terhadap

menjadi janda menjadikan korban toleran

Wanita di Malaysia (2000-

kepada kekerasan suami. Akibatnya

kekerasan rumah tangga yang dialami

Kasus Peratus dianggap risiko yang perlu dilalui wanita

Tahun

8.85 apabila memilih untuk berumah tangga.

1. Gambaran Kekerasan

Tangga di Malaysia dan Indonesia

7.47 Di Malaysia, Women’s Aid

8.22 sebanyak 39 persen wanita mengalami

Organisation 16 (WAO) mendapati

19,802 100 kekerasan dari pasangannya. Statistik

Jumlah

Polis Diraja Malaysia

Sumber: Polis Diraja Malaysia dan ABN menunjukkan peningkatan dari 3,756

(PDRM)

NEWS,

kasus (2007) ke 3,769 kasus (2008).

*data statistik PDRM

Angka tersebut menurun sedikit pada +data statistic ABN News tahun 2009 (3,643 kasus) dan pada tahun

perlindungan juga 2010 (Januari -Juli) sebanyak 1,871

Usaha

dijalankan oleh organisasi sosial seperti kasus. 17 ABN News pula mencatat

WAO (2006 sampai 2011) 19 seperti pada peningkatan statistik dari 3,275 kasus

jadual 1.3. Berdasarkan statistik Jabatan (2011) ke 3,488 kasus (2012). 18 Sebanyak

Kebajikan Masyarakat (JKM), Dewan 3,598 wanita termasuk wanita yang

Negara Sesi Desember 2011, 20 jumlah mengalami kekerasan rumah tangga dan

kasus kekerasan rumah tangga yang kasus-kasus penderaan selama Juni 2010

dilaporkan kepada JKM (2006 sampai Juni diberi sesi kaunseling ini dapat dilihat

2011) sebanyak 2,986 kasus. Untuk tahun dalam tabel 1.2.

2006 Negeri yang paling banyak mencatatkan kasus kekerasan rumah

16 Women’s Aid Organisation. Domestic 21 tangga ialah Pulau Pinang (121 kasus).

violence, the

Malaysian

Contex,

wao@po.jaring.my. (15 Februari 2007).

http://myadha. com/2010/12/keganasan- 19 http://search.conduit.com/results.aspx? terhadap-wanita .html. (30 Januari 2013)

q=WAO+annual +statistics (09 Agustus2012)

20 Bernama .com, (http://news.abnxcess.com/bm/2013/11/42499-kes-

18 ABN

NEWS

http://www.bernama.com/bernama/v3/bm/news_lit keganasan-rumah-tangga-direkod-dari-2000-2012 .

e. php?id=331035 (22 Agustus 2013) (10 November 2013)

http://rama4change.wordpress.com/2011/12/08/de

Untuk tahun 2007, negeri yang paling dilaporkan. Juga hanya menggambarkan banyak mencatatkan kasus kekerasan

bahwa dalam keluarga tanpa membedakan rumah tangga ialah Selangor (595 kasus). 22 keturunan, kekerasan rumah tangga tetap

Tabel3 Perlindungan

Korban

terjadi. Sebagian wanita mentolerir

Kekerasan Rumah Tangga

kekerasan walaupun sebenarnya mereka

tidak menerima kekerasan yang dilakukan Tahun

oleh WAO (2006-2011)

Kasus

terhadap mereka.

63 Tabe 4 Kasus Kekerasan Rumahtangga

66 Menurut Bangsa di

62 Malaysia (2006-2011)

Peribumi Sabah

47 Sumber: Women’s Aid Organisation Peribumi Semenanjung

Peribumi Serawak

2 Sepanjang tahun 2006 sampai

bulan Juli 2011 23 , sebanyak 1,635 kasus

31 kekerasan rumah tangga melibatkan

Lain

2986 keturunan Melayu, diikuti oleh 705 kasus

Jumlah

Sumber: Bernama.com (22 melibatkan pasangan India, 487 kasus

Agustus 2012)

keturunan Cina, 79 kasus peribumi Sabah, Alasan lain ialah wanita takut

47 kasus peribumi Sarawak, 2 kasus ditinggalkan, merasa malu atau bersalah peribumi Semenanjung dan 31 kasus

serta tidak mau orang lain tahu. Takut melibatkan keturunan lain, seperti dalam

dikatakan gagal dalam perkawinan karena tabel 4 berikut. Namun begitu, statistik ini

seolah-olah kegagalan hanya ada pada hanya mengambarkan sebahagian kecil

wanita, bergantung kepada suami, tiada saja kasus kekerasan rumahtangga yang

tempat untuk melarikan diri, tiada kemampuan memikul tanggung jawab

wan-negara-sesi-disember-2011-stati

stik-

anak sendiri dan tiada pengetahuan bahwa

keganasan-rumah-tangga/ (11 Januari 2014)

22 dia mempunyai pilihan atau alasan apa-

http://noraza79.t.com/2008/06/karangan-isu- keganasan-rumahtangga.html (11 Januari 2014)

23 http://www.bernama.com/bernama/v3/bm/news_lit

e.php?id= 331035 (22 Agust 2013) e.php?id= 331035 (22 Agust 2013)

kasus ini, pihak berkuasa menghadapi oleh pemikiran struktural yang dibuat dan

pelbagai halangan termasuk budaya ditujukan terhadap wanita, seperti tuntutan

patriarki yang masih kuat dalam sosial baik dalam konteks tuntutan

masyarakat, penegak hukum yang masih tradisional (adat) dan kesalahfahaman

kurang sensitif dalam memberikan dalam ajaran agama tanpa memperhatikan

sokongan kepada korban kekerasan, pemikiran dan pendapat lain. 25 kekurangan informasi mengenai persoalan

Di Indonesia, kasus kekerasan kekerasan dan pusat pelayanan yang tidak terhadap wanita mengalami peningkatan.

dapat diakses oleh korban serta sistem Berdasarkan Catatan Tahunan Komisi

undang-undang kurang peka kepada Nasional Wanita (2012). 26 Pada tahun

perkembangan yang terjadi di masyarakat. 2010, jumlah kekerasan yang dilaporkan

Kekerapan kekerasan dalam adalah sebanyak 105,103 kasus, meningkat

rumah tangga khususnya di kalangan pada tahun 2011 (119,107 kasus), dan pada

wanita Indonesia sangat tinggi. Sebagai tahun 2012 (216,156 kasus). Data tersebut

Indonesia yang belum

contoh, penduduk

berjumlah 237, 641,326 orang (2012) jumlah kasus yang ada dan terjadi dalam

menggambarkan

keseluruhan

mengaku pernah mengalami pelbagai masyarakat (tips of iceberg). Menurut

bentuk kekerasan yaitu 119,630,913 orang laporan, banyak wanita korban kekerasan

lelaki, dan 118,010,413 orang wanita (12 tidak melaporkan kasus kepada pihak

persen atau hampir 141,612,496 juta). berkuasa karena pelbagai alasan seperti

Terutamanya, wanita di perkampungan rasa malu menerima aib, menghindari

mengaku pernah mengalami kekerasan. pandangan negatif dari masyarakat, tiada

Sebagian besar berbentuk kekerasan rumah pengetahuan hukum, proses pengadilan

tangga, seperti penganiayaan, perkosaan, panjang, mengelirukan dan meletihkan.

gangguan seksual atau kecurangan

24 suami.

Rohani Abdul

Rahim,

Konflik

Keluarga: Punca dan Penyelesaian Menurut

Komisi Nasonal Wanita Indonesia

Perspektif Sosio-perundangan , Fakulti Undang- Undang UKM, t. th, hlm. 181.

(Komnas) melaporkan bahwa kekerasan

25 Rohani Abdul Rahim, Toleransi terhadap Gangguan Seksual ditempat kerja dan

terhadap wanita juga meningkat. Tabel 5

Implikasi Perundangan, Penyelidikan Fundamental, Universiti Kebangsaan Malaysia (Kod Projek

menunjukkan peningkatan kasus kekerasan

UU/004/ 2005), Fakulti

Undang-Undang,

Universiti Kebangsaan Malaysia.

Komnas perempuan, 27 Kementerian Dalam Negeri Indonesia, creamwajahalami.com/kekerasan_terhadap_perem

www.tempo.co/read/news/2013 , 26 April 2013 (10 puan , 24 Juli 2013. (9 Desember 2013)

Desember 2013) Desember 2013)

dalam kelurga yang menjadikan penderaan dalam perlaksanaan dan pelaksaan hukum

sebahagian dari cara hidup. Kebiasaan yang

keluarga sehat seperti saling menghormati, melaporkan bahwa kekerasan terhadap

sayang menyayangi, menjadi contoh dan wanita yang terjadi di Indonesia (sampai 8

model peranan tidak lagi menjadi tujuan Desember 2012) 29 sebanyak 124.232

berkeluarga. Jumlah kasus. Ini dapat dilihat dalam Tabel

dalam

hidup

keseluruhan kasus kekerasan rumah tangga 5berikut. Menurut Komisi Nasional

menurut Wilayah (Provinsi) di Indonesia Wanita (Komnas) , jumlah data tersebut

adalah 148,860 kasus.

hanyalah sebahagian kecil saja dari kasus

Tabel 5 Kasus Kekerasan Rumahtangga terhadap Wanita di

sebenarnya kekerasan terhadap wanita di

Indonesia (2007-2012)

seluruh Indonesia karena masih banyak

Jumlah Kasus korban kekerasan yang enggan melaporkan

Tahun

25,522 keadaan yang dialaminya kepada pihak

143,586 Selain itu pula fakta sosial

154,250 menunjukkan bahwa kaum wanita masih

124,555 tertindas dan akibatnya mereka sering

124,232 mengalami kekerasan baik bersifat fisik

626,570 maupun non fisik. Pelakunya mempunyai

Jumlah

hubungan rapat dengan korban, di

Sumber: Komnas, 2013

antaranya bekas suami, bekas kekasih, Untuk tahun (2011-2012) kawasan kakak atau adik ipar, mertua, paman,

yang paling banyak mencatatkan kasus teman dekat „ibu‟, suami tidak sah, kekasih

kekerasan rumah tangga ialah Sulawesi dan sebagainya. Data juga menunjukkan

30 (119,107 kasus) 31 , Jawa (24,232 kasus) , bahwa wanita yang menjadi korban

Sumatera (4,982 kasus) 32 , Kalimantan kekerasan rumah tangga juga berpotensi

menjadi pelaku kekerasan terhadap anggota keluarga lain. Ini memulakan

30 (https://www.google.co.id/search?q=kek

28 www. komnas perempuan.or.id, (7 erasan+rumah+tangga+sulwesi+selatan+2012) Maret 2013)

31 29 http://us.bola.viva.co.id/news/read/373388-komnas-

http://us.bola.viva.co.id/news/read/373388-komnas- perempuan--kdrt-tertinggi-ada-di-jawa-timur. (12 perempuan--kdrt-tertinggi-ada-di-jawa-timur. (12

November 2013).

November 2012). 32 http://www.komnasperempuan.or.id

33 (300 kasus) 34 , Bali (239). Ini dapat (2007), sebanyak 209 kasus (2008), tahun dilihat dalam tabel 6.

209 sebanyak 204 kasus (2009), sebanyak 287 kasus (2010), dan sebanyak 209 kasus

Tabel 6 Kasus Kekerasan Rumahtangga

(2011), 36 seperti dilihat alam jadual 7.

terhadap Wanita mengikut Wilayah Terpilih di

Tabel 7 Kasus Kekerasan Indonesia (2011-2012)

Rumahtangga terhadap Wanita (2007- 2012)

Kementerian* Pertubuhan Wilayah/Provinsi

No

Kasus

Jaringan Jawa

Wanita ** Sulawesi

244,714 Sumber: Komnas Wanita Indonesia (2012

and 2013). * Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Selanjutnya, berdasarkan Laporan Perlindungan Anak, dan Badan Pusat tahunan yang dikeluarkan oleh Komisi

Statistik, 2012

Nasional Wanita Indonesia (Komnas) ** Jaringan Wanita, 2012. bersama-sama dengan Lembaga Bantuan Women’s Crisis Centre Indonesia Hukum (LBH APIK) mengenai kekerasan juga mencatat jumlah pengaduan dan terhadap wanita dalam rumah tangga yang bantuan yang diberikan kepada korban ditangani oleh 383 Jaringan Lembaga

kekerasan rumah tangga 2007 37 – 2011, Penyedia Pelayanan sebanyak 143,586

35 seperti diringkas dalam tabel 8 berikut; kasus (2009), dan 101,128 kasus (2010).

Kementerian Pemberdayaan Wanita dan

Perlidungan Anak dan Badan Pusat Statistik melaporkan sebanyak 283 kasus

33 36 Kementerian Pemberdayaan http://www.klikheadline.com/in/berita/berita.asp?id

Perempuan dan Perlidungan Anak dan Badan Pusat 34 Statistik, Profil Perempuan Indonesia 2011,

http://www2.antarabali.com/berita/21580/kasus-

Jakarta, 2011, hlm. 111.

kekerasan-wanita-di-denpasar-tinggi 37 Mitra Perempuan

`Women‟s Crisis Women’s Crisis Centre’ Centre, http://perempuan.or.id/kategori/ statistik- http//perempuan.or.id/kategori/statistik-catatan-

catatan -tahunan/tahunan/ . (3 Januari 2012) tahunan/tahunan/ (3 Januari 2012)

Tabel 8 Aduan ke Jaringan Wanita

mengalami kekerasan dan gangguan

(WCC) (2007-2011)

seksual pada saat pacaran (dating) Tahun

oleh teman lelaki atau pasangannya. 2007

Kasus

(iv) Tiga dari 10 dari wanita pernah 2008

mendapatkan layanan kesehatan 2009

atau bantuan hukum; 2010

(v) Dua wanita memanfaatkan bantuan 2011

(vi) Dua wanita dibantu oleh Relawan Sumber: Jaringan Wanita ` Women’s Crisis

Jumlah

Mitra Perempuan Centre , 2012.

Pendamping

memilih untuk menuntut secara Mitra Perempuan ( Women’s

hukum;

Crisis Centre ) mencatat: Delapan dari 10 (vii) Enam wanita merupakan rujukan wanita yang datang ke Mitra Perempuan

dari Komnas Perempuan, Kepolisian mengalami kekerasan yang dilakukan oleh

dan hospital;

suami dan mantan suaminya seperti (viii) Dua wanita mendapat informasi berikut;

dari penerbitan Mitra (i) Sembilan dari 10 orang wanita yang

WCC

Perempuan WCC, dan memanfaatkan pelayanan Mitra

(ix) Tiga wanita mendapat informasi dari Perempuan telah mengalami lebih 38 media massa.

dari satu jenis kekerasan (secara Dalam studi kasus, peneliti fisik, psikologi, seksual atau

memperoleh informasi melalui wawancara pengabaian/ekonomi), di samping

dengan dua puluh responden korban menghadapi perselisihan rumah

masing-masing sepuluh tangga;

kekerasan,

responden dari Malaysia dan sepuluh (ii) Sembilan dari 10 wanita mengalami

reponden dari Indonesia. Berdasarkan hasil kasusan kekerasan pada kesehatan

wawancara didapati informan berasal dari jiwanya (mental health) termasuk

golongan yang kurang berpendidikan. seorang mencoba bunuh diri,

mempunyai taraf memberi implikasi kepada kesehatan

Hampir

semua

pendidikan cukup, yaitu hanya sampai fisik dan reproduksi;

menengah, tidak (iii) Sembilan wanita yang datang

pada

sekolah

38 Mitra Perempuan `Women‟s Crisis

meminta bantuan WCC telah

Centre, 3 Januari, 2012, http://perempuan.or.id/ kategori/ statistik-catatan-tahunan/tahunan/. (12 Agustus 2012) Centre, 3 Januari, 2012, http://perempuan.or.id/ kategori/ statistik-catatan-tahunan/tahunan/. (12 Agustus 2012)

menganiaya isteri sesuai atau melanggar menyebabkan

berkemampuan dalam

Informan Malaysia, hanya satu keputusan untuk mencegah kekerasan yang

mengambil

yang bersekolah sampai tahap universitas, terjadi pada diri mereka. Selain itu pula

sedangkan informan lain hanya bersekolah karena taraf pendidikan mereka rendah

hingga taraf sekolah rendah. Informan juga, maka mereka sering dijadikan korban

Indonesia hanya satu yang bersekolah kekerasan oleh suami. Suami sering

sampai pada universitas. Selebihnya menganggap mereka rendah martabat,

mengaku hanya bersekolah di sekolah dianggap kecil, dihina dan tidak

rendah. Didapati ada persamaan tahap memberikan pelayanan secara baik, dan

pendidikan informan baik yang berasal tidak memberikan hak-hak sebagai seorang

dari Malaysia mahupun Indonesia yakni isteri, yaitu pendamping suami juga

kebanyakan informan memiliki tahap sebagai ibu kepada anak-anak. Mereka

cukup. Informan yang mudah dijadikan seperti hamba, sehingga

pendidikan

memiliki taraf berpendidikan yang cukup mudah dipaksa untuk mengikuti kehendak

biasanya belum mempunyai banyak suami. Dalam keadaan seperti ini, apabila

pengetahuan bagaimana untuk mencegah mereka tidak mengikuti kemauan suami,

dan mengendalikan kekerasan yang terjadi maka suami akan melakukan kekerasan

terhadap diri mereka. Sehingga pelaku terhadap mereka. Lagi pula, kaum lelaki

dengan mudah melakukan serangan menganggap diri mereka sebagai golongan

terhadap informan.

yang dominan dan superior dibandingkan

pelaku keganasan dengan kaum wanita, dilihat sebagai

Suami,

memiliki taraf pendidikan sekolah rendah, inferior dalam rumah tangga sehingga

sekolah menengah dan universitas. Hasil seolah-olah

wawancara dengan sepuluh informan melakukan sesuatu perbuatan tanpa ada

membenarkan

mereka

Indonesia, didapati pula semua pelaku halangan.

adalah suami korban sendiri, memiliki membiarkan kaum lelaki menguasai

taraf pendidikan sekolah rendah, Pelaku wanita yang di anggap kurang berkuasa

lain memiliki taraf pendidikan sekolah dan lemah. Sikap ego dan superior lelaki

pendidikan tinggi menyebabkan dia menganggap segala

menengah,

dan

(universitas). Didapati pelaku berasal arahan yang diberikannya wajib dipatuhi

daripada golongan berpendidikan kurang dan ditaati oleh wanita (isteri) dengan cara

baik. Hampir semua pelaku mempunyai baik. Hampir semua pelaku mempunyai

Informan Indonesia, juga memiliki taraf pendidikan pelaku yang hampir

pelbagai jenis pekerjaan juga, seperti guru, semua rendah, menyebabkan mereka lebih

pegawai swasta, menggunakan emosi berbanding pikiran.

pegawai

kantor,

pedagang, dan juga ibu rumah tangga. Di samping itu pula, karena taraf

Kebanyakkan korban dari Malaysia dan pendidikan

Indonesia berasal dari ibu rumah tangga. menyebabkan pelaku kurang mampu

Ini menyebabkan pelaku memiliki persepsi mengendalikan diri sehingga mereka

tertentu terhadap pasangannya seperti tidak sangat mudah melakukan kekerasan.

rendah status dan Dikarenakan taraf pendidikan pelaku lebih

berpendidikan,

kedudukan dalam masyarakat, pengacau, rendah

penekan hidup, pemberi beban, lawan menganggap diri pelaku lebih rendah

menyebabkan

informan

bertengkar, tidak mengerti, mudah ditipu, (inferior). Apabila pelaku melayan korban

dijadikan sumber mendapatkan uang dan seperti ini secara terus menerus, maka

seumpamanya. Persepsi begini menjadi lama-kelamaan

katalis yang menanam sikap (nutures tersinggung dan kekecewaan yang sangat

menimbulkan

rasa

attitudes) yang gemar kepada perlakuan mendalam kepada korban.

keras karena pelaku tidak pernah hormat Pekerjaan

kepada korban sebagai manusia yang mempengaruhi kedudukan informan di

informan

bernyawa dan mempunyai hak, naluri hati mata suami. Karena pekerjaan korban

dan perasaan. Kedudukan informan yang rendah menyebabkan informan berada

terperangkap dalam konflik rumahtangga pada`kedudukan dan keadaan lemah.

yang dicipta oleh pelaku sering Karena secara ekonomi mereka diletakkan

latar belakang dalam kondisi yang sangat bergantung

dipengaruhi

oleh

pemeliharaan dan pendidikan dalam kepada suami, menyebabkan suami merasa

keluarga, kawan-kawan dan pihak ketiga lebih menguasai korban (isteri) dan tanpa

yang menyebabkan korban mengalami belas kasihan dicederakan secara fisik dan

penganiayaan. Malangnya perlakuan ini psikologi. Selain itu, karena kedudukan

sering tidak mendapat perhatian orang luar informan dengan pelaku tidak setaraf

(keluarga terdekat) dan masyarakat sekitar. menjadikan pertengkaran sering terjadi

Pelaku kekerasan berasal dari yang berakhir dengan kekerasan.

Malaysia bekerja sebagai karyawan kantor, Informan Malaysia memiliki

di sektor swasta, dan bahkan tidak pelbagai jenis pekerjaan, seperti di sektor

memiliki pekerjaan. Pelaku berasal dari

Indonesia bekerja sebagai karyawan perhatian yang tidak diberikan ini, kantor, di sektor swasta, dan tidak

menyebabkan pelaku semakin berani dan memiliki pekerjaan. Karena bekerja di

ganas karena apa yang ia lakukan tidak sektor

memberi pengaruh kepada korban dan ketidakpastian

swasta,

menimbulkan

tidak menarik perhatian masyarakat. keuangan dibandingkan dengan mereka

dalam

pendapatan

Informan Malaysia dan Indonesia yang bekerja sebagai karyawan kantor.

yang mengalami kekerasan berasal Oleh karena itu, mereka terpaksa bekerja

daripada mereka yang kawin dalam umur keras mendapatkan uang untuk membiayai

belasan, dua puluhan dan tiga puluhan kehidupan sendiri dan keluarga. Keadaan

tahun. Dari segi umur, kebanyakan mereka seperti ini menyebabkan pelaku menjadi

sebenar telah berumur matang, meskipun tertekan, terbeban dari segi keperluan

umur informan yang matang tidak keuangan keluarga dan mudah marah

memberikan jaminan tidak timbulnya sehingga menyalurkan kemarahan dalam

pertengkaran dalam keluarga yang bentuk kekerasan. Apabila keadaan seperti

permulaan berlakunya ini terjadi terus menerus, maka masalah

merupakan

kekerasan. Informan Malaysia yang kehidupan yang kecil menjadi besar

mengalami kekerasan, didapati kawin menyebabkan pelaku mudah terangsang

dalam umur belasan tahun, umur 20-an untuk meluahkan kemarahan kepada orang

tahun, dan tidak ada satu pun informan terdekat yaitu pasangan atau isterinya guna

dalam umur 30-an. Informan Indonesia melepaskan tekanan yang dihadapinya.

yang mengalami kekerasan kawin dalam Namun begitu, ada juga pelaku yang

umur belasan, 20-an, dan dalam umur 30- merasa kedudukannya lepih superior

an.

menganggap isterinya sebagai orang Bila dibandingkan, didapati ada suruhan atau abdinya sengaja mencetuskan

persamaan umur berkawin informan perasaan kemarahan pada dirinya, semata-

Malaysia dan Indonesia, yaitu di atas umur mata karena mempunyai kepuasan diri

20-an. Ini bermakna bahawa sebahagian apabila dapat melakukan sesuatu yaitu

besar informan berkawin dalam umur yang menganiayai orang lain khususnya

cukup matang. Walaupun demikian pasangan/isteri yang biasanya tidak

tidaklah bermakna bahwa mereka mampu mempedulikan

menghalang kekerasan yang menimpa pasangan/suami karena merasakan banyak

perangai

buruk

mereka. Berdasarkan hasil kajian, belum lagi masalah keluarga yang perlu

ditemukan ada hubungan kematangan diselesaikan. Namun

lama-kelamaan

umur

berkawin dapat mengurangi berkawin dapat mengurangi

perlunya sikap hormat kajian yang dilakukan, banyak faktor yang

antaranya,

menghormati, saling mempercayai, saling menyebabkan berlakunya kekerasan, di

menghargai dan saling membantu. Namun antaranya masalah keuangan, campur

begitu, ada juga perkawinan yang berlaku tangan pihak lain, kehadiran orang ketiga,

atas saran dan kemauan keluarga dan dan sebagainya.

sehingga menjadi alasan timbulnya Menikah hanya dilakukan oleh

ketidakharmonisan dalam rumah tangga. orang yang sehat. Siapa saja yang

Informan Malaysia dan Indonesia melangsungkan perkawinan bertindak

yang mengalami kekerasan, didapati dalam dengan kemauan bebasnya dan persetujuan

umur cukup dewasa untuk menjalani bersama. Bila perkawinan dilakukan

perkawinan. Sebahagian besar informan dengan paksaan dan tipu muslihat,

menerima kekerasan bermula pada tahun perkawinan tidak memberikan dampak

ketiga perkawinan. Dengan itu, korban yang baik. Wanita diberi banyak

sudah cukup berpengalaman dalam kebebasan dalam memilih suami seperti

menghadapi asam garam perkawinan, halnya lelaki diberi kebebasan untuk

masa perkawinan tidak memilih isteri. Berkawin merupakan hak

meskipun

menjamin bebasnya kekerasan dalam individu, tiada siapa pun mempunyai hak

rumahtangga.Informan Malaysia mula memaksa wanita untuk berkawin tanpa

pertama kali menerima kekerasan pada persetujuannya. Informan Malaysia dan

tahun pertama perkawinan, dan tahun Indonesia

berikutnya. Informan Indonesia juga kebanyakan informan berkawin atas

menunjukkan

bahwa

mengalami kekerasan pada tahun pertama kehendak dan persetujuan sendiri, yang

perkawinan dan tahun berikitnya. sebelumnya didahului dengan berkenalan.

Kaum wanita mempunyai banyak Tidak ada seorang pun informan kawin

hak sebagai isteri dalam kehidupan suami- atas kehendak orang lain.

isteri, berkaitan dengan perkahwinan, Terdapat ada persamaan tentang

keuangan cara hidup, perlindungan hukum, kemauan kawin informan Malaysia dan

dan sebagainya. Dari informan Malaysia Indonesia, yaitu atas kemauan sendiri.

dan Indonesia didapati sebab terjadinya Namun yang jelas perkawinan atas dasar

kekerasan ialah karena masalah cara hidup kemauan sendiri tidak menjamin tidak

(keuangan). Ini menyebabkan informan timbul konflik dan kekerasan dalam rumah

turut mencari pekerjaan sambilan untuk tangga. Untuk memastikan rumah tangga

menampung keperluan keluarga. Sebab- aman banyak hal yang perlu dipenuhi, di

sebab lain kurang dominan dalam sebab lain kurang dominan dalam

diterima informan Malaysia dan Indonesia, budaya. Tambahan bagi

seperti kekerasan fisik, emosi, ekonomi Indonesia yakni sifat emosional, dan

informan

dan seksual. Dari empat bentuk kekerasan gangguan seksual.

tersebut, yang paling banyak ditemui ialah Masalah keuangan dianggap

kekerasan fisik dan emosi. Dari informan sebagai sebab yang menonjol berlakunya

Malaysia, diketahui bentuk kekerasan yang kekerasan rumahtangga. Penglibatan pihak

terjadi dipukul, ditendang, ditampar, ketiga dan wanita lain sebagai pengganggu

dilempar; dibentuk kepala, dibekap mulut, dalam urusan rumah tangga yang

Bentuk kekerasan mempengaruhi berlakunya kekerasan

dan

ditumbuk.

psikologis seperti diancam, dihina, tidak dalam rumahtangga. Satu perkara yang

diberi uang belanja, tidak digauli, diperas, sangat menarik ialah adanya pengakuan

dicemburu, dihasut, dihalang berjumpa informan yang berasal dari Malaysia yang

anak, dicaci maki, diteriaki dan diherdik. mengatakan kekerasan disebabkan budaya

Dari informan Indonesia, diketahui seperti atau kebiasaan dalam masyarakat.

ditendang, dipukul, ditampar, dilempar, Namun yang jelas, isteri (korban)

kepala dibentur, digigit, dicekik, ditinju disediakan dengan kuasa menceraikan

dan dipukul. Bentuk kekerasan lain seperti pelaku dengan faskh apabila isteri ingin

dihina, diancam, tidak diberi atau bertindak secara perundangan. Apabila

dikurangi uang belanja, tidak digauli, pihak isteri tidak setuju dengan perceraian,

diugut, dan dimaki.

maka sering suami memaksa dan bahkan Kekerasan yang dilakukan oleh disertai dengan kekerasan pula. Dalam

seseorang menimbulkan kesan negatif budaya bermasyarakat, suami dianggap

kepada diri korban. Dari informan orang paling berkuasa dalam rumah

Malaysia, didapat kesan fisik seperti tangga, tanpa melihat

pendarahan, bengkak, kepala pening, luka, pekerjaan, status sosial, maupun asal

pendidikan,

keguguran kandungan dan lebam. Kesan keluarga suami. Karena suami memiliki

psikologis seperti tertekan, trauma, sedih, kuasa yang besar dalam keluarga,

tertipu, malu. Dari informan Indonesia, menyebabkan suami dapat memaksa pihak

kesan fisik didapati seperti pendarahan, mana saja untuk mematuhi dan memenuhi

bengkak, pusing, luka dan lebam. Kesan kehendaknya. Dengan itu, suami bertindak

psikologis seperti trauma, sedih dan keras, apabila kehendak atau kemauannya

tertipu, malu, dan stres. tidak dipatuhi dan dipenuhi.

Informan Malaysia dan Indonesia (Kantor Sosial), dan menuntut perceraian mengaku menerima pelbagai kesan fisik

di mahkamah (Pengadilan Agama), seperti pendarahan dan bengkak karena

Walaupun demikian ditemukan ada dipukul, ditarik, didorong, disepak dan

informan yang tidak melakukan respon ditumbuk.

apapun. Dari informan Indonesia, didapat mengalami kesan emosi yang sukar diukur

Kebanyakan

informan

beberapa cara informan memberikan keparahannya (severity) tetapi informan

respon terhadap kekerasan seperti: mengakui merasa trauma dan malu untuk

membuat laporan kepada polisi, menuntut berhadapan dengan keluarga, jiran dan

perceraian di Pengadilan Agama), balas masyarakat karena kepincangan dan

pemukulan. Sebaliknya ditemukan ada konflik yang berlaku dalam keluarga.

tidak memberikan Biasanya kekerasan fizikal sentiasa disertai

dengan kekerasan psikologi karena Korban Kekerasan rumah tangga ancaman, perasan dan trauma.

di Malaysia cenderung mengambil Informan Malaysia mengaku

tindakan yang lebih positif dengan menerima kekerasan tapa batas waktu

membuat aduan dan laporan kepada pihak malam, pagi, siang. Sehingga tiada

berkuasa atau mengambil tindakan secara informan yang dapat menyatakan secara

perundangan dengan membawa kasusnya khusus frekuensi berlakunya kekerasan.

ke mahkamah (pengadilan). Sebaliknya, Semua informan menyatakan kekerasan

korban di Indonesia cenderung berdiam selalu didahului dengan pertengkaran.

diri, karena kebanyakan berpendidikan Korban menerima kekerasan apabila tidak

rendah dan masih tidak tahu bagaimana dapat memenuhi permintaan pelaku,

bertindak yang benar. Tiadanya tempat- pelaku dalam keadaan mabuk, tertekan dan

tempat aduan khusus yang diketahui tidak diberi uang oleh korban. Dari

korban juga menyebabkan korban tidak informan Indonesia didapat bahwa

tahu cara terbaik untuk mengatasi kekerasan apabila terjadi pertengkaran,

masalahnya karena tidak pernah mendapat meskipun tidak setiap pertengkaran diikuti

informasi yang sewajarnya dari LSM, dengan kekerasan.

pemerintah, atau pun Jabatan Kebajikan Dari informan Malaysia, didapat

atau Dinas Sosial.

beberapa korban melapor ke Jabatan Dari informan Malaysia didapat Agama Islam (Kantor Urusan Agama),

ada beberapa cara keluarga dan tetangga membuat laporan ke polisi, membuat

memberi respon terhadap kekerasan yang laporan ke Jabatan Kebajikan Masyarakat

menimpa informan, seperti menyokong menimpa informan, seperti menyokong

intenal, tanpa ada juga dengan cara memberi nasihat

diselesaikan

secara

melibatkan orang luar terutama jiran kepada pelaku. Didapati juga keluarga

terdekat juga dan tetangga yang tidak mau memberikan

tetangga.

Keluarga

mengambil sikap yang sama seperti orang respon meskipun mereka telah mengetahui

lain dan tidak mau mengambil peduli. terjadinya kekerasan. Dari informan

Pemahaman informan terhadap Indonesia, didapati beberapa cara keluarga

undang-undang kekerasan rumah tangga dan tetangga memberikan respon kepada

merupakan perkara yang sangat penting. korban, seperti mendorong informan

Informan yang betul-betul memahami dengan membuat gugatan cerai. Didapati

undang-undang kekerasan rumah tangga pula keluarga dan tetangga memberi

sudah tentu lebih mudah menentukan cara nasihat kepada pelaku. Ada keluarga dan

mana dia boleh mengambil langkah jiran yang tidak memberi sebarang respon

bertindak sesuai dengan tingkat keparahan meskipun mereka telah mengetahui

yang dialaminya. Untuk kekerasan yang terjadinya kekerasan.

dengan langkah Terdapat

cukup,

hanya

mendapatkan kaunseling keluargaan oleh keluarga dan jiran di Malaysia dan di

persamaan

sikap

Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO), Indonesia, seperti korban yang enggan

Kantor Urusan Agama, pisah tempat melibatkan keluarga dan jiran karena rasa

tinggal di tempat malu jika diketahui orang lain. Dengan itu

tinggal,

dan

perlindungan. Apabila cedera parah, perlu korban hanya berdiam diri dan menahan

dikenakan di tempat penampungan atau kesan kekerasan yang dialami. Ada

kalau kecederaan teruk di alami, sesuatu keluarga dan jiran yang sudah mengetahui

tindakan dilakukan seperti membawa kekerasan, namun bersikap enggan

perkara ke pengadilan.

campur tangan walaupun sekadar untuk Dari informan Malaysia, didapati menasihati pelaku dengan alasan tidak

informan sudah mengtetahui adanya mau dipersalahkan

undang-undang kekerasan rumah tangga penceraian kepada keluarga korban atau

sekira berlaku

memahami dan karena ingin tidak menimbulkan konflik

meskipun

tanpa

mendalaminya. Didapati pula informan baru yang membawa kepada kekerasan

yang sama sekali tidak tahu tentang terhadap

keberadaan undang-undang kekerasan Keengganan ini juga dikaitkan dengan

rumah tangga. Informan Indonesia kefahaman bahwa masalah keluarga adalah

adanya undang-undang urusan keluarga korban sendiri yang hanya

mengetahui

kekerasan rumah tangga, namun tidak kekerasan rumah tangga, namun tidak

segelintir korban yang tidak tahu peranan keberadaan Undang-undang Kekerasan

dan tujuan perundangan berkenaan Rumah Tangga. Informan mengetahui

diberlakukan. Dengan demikian dapat Undang-undang Kekerasan Rumahtangga

dikatakan bahwa kebanyakan korban tahu melalui surat kabar, kawan, televisi, LSM

pentingnya keberadaan Undang-undang (NGO), pengacara, dan guru.

Kekerasan Rumah Tangga tetapi tidak Surat kabar dan televisi adalah

begitu jelas bagaimana undang-undang saluran utama dan terpenting dalam

dapat mencegah dan melindungi wanita mendapatkan informasi Undang-Undang

dari kekerasan. Mereka percaya apa yang Kekerasan Rumah Tangga. Media siber

di tetapkan oleh pihak pemerintah adalah masih belum menjadi kaedah yang dipilih

untuk melindungi masyarakat dari gejala oleh korban. Ini juga ada kaitannya dengan

yang dapat merusak dan mencederakan pendidikan informan yang masih rendah,

rakyat tetapi tidak memiliki pengetahuan sehingga informasi siber masih dianggap

yang mendalam dan jitu sejauh mana mewah bagi informan.

keberkesanan pemakaian perundangan perlindungan kekerasan dengan cara ini

Informasi

tersebut. Dalam makna lain mereka kurang masih tidak mencapai ke akar dalam

yakin sejauh mana hak dan kepentingan mencari keadilan oleh semua lapisan

mereka dapat dilindungi sesuai dengan masyarakat. Karenanya, penyempurnaan

peruntukan perundangan yang ada, undang-undang

terutama apabila tiada makenisme khusus melindungi dan mencegah kekerasan perlu

yang

betul-betul

dalam menangani permasalahan yang dilakukan dengan makenisme yang sesuai

mereka hadapi.

agar informasi dapat dihayati dan Kekerasan dalam Rumah Tangga dipraktikkan guna memberi dampak positif

adalah setiap perbuatan berupa serangan pemakaian perundangan.

terhadap seseorang terutama wanita, yang Dari informan Malaysia dan

berakibat timbulnya kesengsaraan atau Indonesia diketahui pandangan korban

penderitaan sama ada secara fisik tentang undang-undang kekerasan rumah

mahupun psikologi kepada korban tangga yakni melindungi wanita dan

tersebut. Semua korban wanita didapati anggota keluarga secara keseluruhan. Pada

menerima kesan negatif sama ada kesan dasarnya semua informan mengetahui

fisik mahupun psikologis. Kesan fisik tujuan diadakan undang-undang kekerasan

seperti: lebam atau memar, nyeri, bengkak, rumah tangga, khusus untuk melindungi

luka, mata merah, pening, bibir pecah, luka, mata merah, pening, bibir pecah,

ketakutan yang Kesan psikologis seperti: perasaan malu,

mengalami

berkepanjangan, kesedihan, kebencian dan trauma, stress, serta perasaan terpukul. 39 dendam terhadap pelaku.

Kesan ini dapat bermula dari yang paling Kekerasan dalam rumah tangga ringan sampai kepada yang paling berat.

tidak saja disebabkan faktor budaya, sosio- Kecederaan dianggap paling ringan karena

ekonomi, agama, tahap pendidikan, jenis tidak memerlukan rawatan seperti pening,

kelamin, umur, status sosial ekonomi. takut, dan seumpama. Adapun kesan

Kekerasan dapat terjadi dalam hubungan paling berat memerlukan rawatan khusus

apapun dan kepada sesiapapun, utamanya seperti pendarahan dan keguguran

kepada golongan lemah seperti wanita dan kandungan (fisik), dan trauma dan stres

kanak-kanak. Korban yang melaporkan (psikologis). Kesan psikologis biasanya

biasanya sukar untuk memakan