Analisis Ekonomi Produksi Biji Sintetis
PERENCANAAN INVESTASI USAHA
Analisis Ekonomi Produksi Biji Sintetis Anggrek Macan
(Grammatophyllum scriptum)
untuk Lingkungan yang Berkelanjutan
Final Assignment Paper of Environmental Economic
Graduate School of Environment Science
Magister Program of Environmental Management
Written by:
Theresa Agustina Ana Nico
NIM: 13/359526/PMU/8113
Lecture:
Dr. Ir. Rini Widiati, M.Si
GRADUATE OF SCHOOL
GADJAH MADA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi, salah satunya adalah tanaman anggrek. Anggrek merupakan anggota famili
Orchidaceae yang memiliki lebih dari 26.000 spesies yang tersebar di seluruh
dunia. Dari sekitar 26.000 spesies anggrek di seluruh dunia, 5.000 – 6.000 spesies
diantaranya terdapat di Indonesia (Lestari dan Santoso, 2011).
Keanekaragaman anggrek di Indonesia berjumlah sekitar 6.000 spesies dan
memiliki nilai ekonomi tinggi. Nilai ekonomi tersebut dikarenakan bunga anggrek
yang memiliki daya tarik tersendiri dalam berbagai variasi bentuk, warna, dan
ukuran dengan ciri-ciri yang unik. Meski demikian anggrek memiliki struktur
bunga yang sama dan khas yang terdiri dari sepal, petal, labellum, dan bakal buah
(Novitasari, 2011). Keunikan yang dimiliki bunga anggrek, membuat spesies ini
memiliki potensi genetik yang kaya untuk dikembangkan. Dari sekian banyak
anggrek yang tersebar di Indonesia, salah satu genus anggrek yang memiliki
potensi ekonomi tinggi adalah Grammatophyllum.
Grammatophyllum scriptum atau yang biasa disebut dengan Anggrek Macan
merupakan jenis anggrek epifit yang tersebar di Papua, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan dan NTT (Madulid, 2002). Spesies anggrek ini memiliki ukuran yang
besar dengan pertumbuhan batang tipe monopodial dan biasa tumbuh
berkelompok; jumlah kuntum bunga antara 25-50 buah dengan lebar 4-5 cm, dan
waktu berbunga antara bulan Januari sampai Agustus (Madulid, 2002; Backer dan
Bakhuizen Van den Brink, 1968). Selain itu bentuk dan corak bunganya yang
menarik dengan warna kuning kehijauan berbintik-bintik cokelat semakin
membuat anggrek G. scriptum banyak digemari masyarakat untuk dijadikan
tanaman hias yang memiliki nilai jual tinggi. Namun hal tersebut akan lebih baik
apabila diikuti dengan upaya perbanyakan menggunakan metode pembenihan dan
2
pembibitan yang mumpuni, mengingat permasalahan yang dihadapi anggrek saat
ini dalam hal perbanyakannya di alam masih sulit dilakukan.
Perbanyakan alami dengan biji dari G. scriptum di habitat aslinya masih
sangat sulit diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga
mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga (Gunawan, 2004). Perbanyakaan
generatif anggrek membutuhkan simbiosis dengan mikroorganisme lain mulai dari
tahap penyerbukan hingga perkecambahan, sehingga dalam perkecambahan
dibutuhkan bantuan mikoriza sebagai simbionnya (Arditti, 1992). Hal ini
dikarenakan anggrek memiliki biji dengan ukuran sangat kecil dan tanpa adanya
cadangan makanan (endosperm). Ketiadaan cadangan makanan pada biji anggrek
membuat anggrek sangat sulit berkecambah di lingkungan alami dengan kondisi
normal (Hartman et al., 1990; Yusnita, 2010).
Baru-baru ini telah banyak dikembangkan usaha perbanyakan biji melalui
teknologi biji sintetis. Biji sintetis merupakan pengkapsulan embrio buatan yang
dilakuan dengan teknik kultur jaringan (Lelu et al., 1994). Teknologi biji sintetis
pertama kali digagas oleh Murashige pada tahun 1977, yaitu dengan membungkus
eksplan pada suatu lapisan yang menyerupai struktur terluar dari biji.
Pembungkus fisik yang biasa digunakan adalah natrium alginat (Redenbaugh et
al., 1992). Menurut Saiprasad (2001), salah satu keuntungan teknik biji sintetis
adalah teknik ini sangat cocok untuk tanaman yang tidak mampu menghasilkan
biji atau memiliki biji tetapi tidak memiliki cukup cadangan makanan seperti pada
anggrek.
Teknologi biji sintetis sangat bermanfaat untuk mengurangi penggunaan
pestisida pada tanah serta mengurangi penggunaan lahan perkebunan karena
proses penanamannya berada dalam laboratorium pada suhu dan kondisi ruangan
yang telah diatur. Sebagaimana kita ketahui, peradaban modern memaksa manusia
untuk menggunakan bahan-bahan sintetis sebagai komposisi pestisida dalam
pengelolaan pertanian, sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan ekosistem. Setiap tahun, sekitar 1000-1500 senyawa kimia baru
diproduksi, sementara pada saat ini senyawa kimia yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari berkisar 60.000 (Schnoor, 1996). Jelas bahwa penggunaan
3
senyawa tersebut mempunyai potensi yang besar untuk mencemari atau
berdampak negatif terhadap lingkungan, tidak hanya dimana senyawa tersebut
diproduksi atau digunakan, tetapi menyebar ke tempat yang terpencil atau ribuan
kilometer dari tempatnya diproduksi atau digunakan.
Semua komponen bumi seperti udara, tanah dan air akan mengalami dampak
penggunaan senyawa kimia lama atau baru, yang sebagian besar belum diketahui
secara pasti apa akibatnya bagi manusia dan lingkungannya. Adanya pengetahuan
mengenai pencemar tersebut sangatlah penting untuk tindakan pengelolaan
lingkungan. Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun
2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dapat dijadikan dasar
sebagai upaya pengelolaan lingkungan hidup, pada UULH tersebut dijelaskan
bahwa lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia, masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia membuat
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Gambar 1.1. menunjukkan siklus airtanah yang terkena polutan pestisida.
Gambar 1.1. Siklus Airtanah yang Terkena Polutan Pestisida
4
Batasan ini menyebut pada dua hal terjadinya pencemaran lingkungan.
Pertama, pencemaran itu terjadi oleh karena adanya kegiatan manusia. Kedua,
bahwa pencemaran lingkungan bisa terjadi karena proses alam yang belum tentu
dikehendaki manusia. Salah satu pencemaran lingkungan oleh karena kegiatan
manusia adalah penggunaan pestisida dalam bidang pertanian yang terus menerus
pada suatu areal lahan sehingga mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan
tempat tumbuhnya tanaman. Dengan demikian, pengusahaan biji sintetis G.
scriptum dapat dijadikan alernatif pengelolaan lingkungan, karena dapat
mengurangi penggunaan pestisida yang dapat mencemari tanah dan air, serta
dapat bermanfaat menciptakan kembali keseimbangan alam karena keberadaan
dari G. scriptum tetap terjaga, maka mikoriza yang bersimbiosis dengannya dapat
tetap hidup.
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tugas yang berjudul “Analisis
Ekonomi Produksi Biji Sintetis Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum)
untuk Lingkungan yang Berkelanjutan” ini disusun untuk membuat suatu
proyeksi usaha yang bernilai ekonomi tinggi namun efektif dan efisien serta tetap
memperhatikan lingkungan yang berkelanjutan.
5
BAB II
ASPEK ANALISIS PROYEK
2.1. Aspek Teknis
Indonesia merupakan negara yang kaya
dengan keanekaragaman hayati
Anggrek Grammatophyllum scriptum
berpotensi sebagai tanaman hias
unggulan dengan nilai jual yang tinggi
- Lahan kritis, terbatas dan tidak
produktif
- Adanya penebangan pohon
habitat asli anggrek
- Adanya pencemaran pestisida
Memiliki
Hambatan
Perbanyakan dengan
teknik kultur in vitro
Pembuatan matrik enkapsulasi,
Pembentukan biji sintetis, Penanaman
dan Perbanyakan tanaman G. scriptum
yang unggul dan berkualitas
Manfaat perbanyakan tanaman G.
scriptum secara finansial menguntungkan,
secara ekologis berkelanjutan
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
6
Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi. Salah satunya adalah anggrek dengan jumlah sekitar 5.000 - 6.000 spesies.
Anggrek memiliki karakteristik dari segi bentuk dan corak bunga yang unik
sehingga menjadikan tanaman ini memiliki nilai jual tinggi sebagai tanaman hias
yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu anggrek yang memiliki nilai jual
tinggi adalah Grammatophyllum scriptum. G. scriptum seperti halnya tanaman
anggrek pada umumnya menghadapi permasalahan pada perkecambahan biji. Biji
anggrek G. scriptum bersifat heterozigot, berukuran kecil, dan tidak memiliki
endosperm. Keterbatasan ini menyebabkan perbanyakan anggrek melalui biji
sangat sulit terlebih jika berada di alam, selain itu adanya lahan kritis, lahan yang
tidak produktif, penebangan pohon habitat asli anggrek dan pencemaran tanah
akibat pestisida turut menjadi faktor adanya kelangkaan pada anggrek G.
scriptum. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu teknik yang memberikan
kemudahan dalam perbanyakan anggrek tanpa harus melewati fase biji.
Propagasi anggrek dengan menggunakan teknik kultur jaringan telah banyak
dilakukan. Teknik kultur jaringan memberikan keuntungan bagi anggrek yang
sulit berkecambah secara alami, salah satu penerapan teknik kultur jaringan
adalah pembentukan biji sintetis. Dengan teknik kultur jaringan akan dihasilkan
tanaman dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat.
2.1.1. Tissues Culture
Perbanyakan anggrek G. Scriptum dengan kultur jaringan mampu
menghasilkan, seperti diterangkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kapasitas Produksi G. scriptum
No
1
2
3
Komponen
Jumlah tanaman terjual per bulan
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
Persentase penjualan
a. Tahun 1
b. Tahun 2
c. Tahun 3
Harga jual tanaman
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
7
Satuan
Nilai / Jumlah
botol
botol
300
250
%
%
%
100
100
100
botol
botol
50,000
100,000
Tissues culture atau kultur jaringan merupakan teknologi perbanyakan
tanaman sehingga dihasilkan sejumlah besar tanaman dalam waktu yang singkat
dan dalam jumlah yang besar, bahan utama yang digunakan dalam teknologi ini
adalah jaringan tumbuhan itu sendiri yang di potong kemudian di biakkan dalam
suatu media penuh nutrisi yang dimasukkan ke dalam botol dan diisolasi dalam
ruang kultur jaringan supaya kondisinya steril. Adapun tahapan yang dilakukan
untuk propagasi/perbanyakan anggrek G. scriptum melalui teknologi biji sintetis
meliputi tahap persiapan, tahap pembuatan media, tahap subkultur plb (protocorm
like bodies), penanaman eksplan pada media perlakuan, tahap enkapsulasi plb,
dan tahap pemeliharaan.
a) Tahap Persiapan
1. Erlenmeyer, botol kultur, spatula, pipet (tetes dan ukur), gelas ukur, gelas
beker dan cawan petri dicuci dengan deterjen, di bilas dengan air bersih,
kemudian di simpan di dalam rak dan di biarkan kering dengan mulut
menghadap ke bawah.
2. Skalpel, pinset, dan mata pisau dicuci dengan deterjen dan dikeringkan dengan
tisu kemudian dibungkus kertas.
3. Erlemeyer, gelas beker, dan botol kultur yang sudah kering ditutup dengan
kertas alumunium foil.
4. Semua alat tersebut disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121o C, dengan
tekanan uap air 1,5 atm selama 20 menit.
b) Tahap Pembuatan Media
a. Media Subkultur
1. Media MS dan agar yang akan digunakan ditimbang masing-masing sebesar
17,20 gr dan 4,8 gr dengan menggunakan neraca analitik.
2. Aquades sebanyak 200 ml disiapkan dalam gelas erlenmeyer dan media MS
yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas erlemeyer
sambil diaduk merata dengan sendok.
8
3. Mengukur pH media dengan menggunakan pH meter dan menetapkan pada
pH 5,6-5,8 dengan cara menambahkan NaOH 1 M untuk menaikan pH dan
menambahkan HCl 1 M untuk menurunkan pH. Ditambahkan tetes demi tetes
sampai mencapai pH 5,6-5,8.
4. Agar sebanyak 4 gr dimasukkan ke dalam media.
5. Aquades ditambahkan sampai volume media kurang lebih menjadi 500 ml.
6. Gelas erlenmeyer berisi media dan agar dipanaskan di atas hot plate sambil
diaduk dengan bantuan magnetic stirer hingga media dan agar larut semua.
7. Setelah mendidih, media dituangkan ke dalam botol media steril kurang lebih
20 ml per botol.
8. Botol media ditutup dengan alumunium foil dan disterilisasi kembali
menggunakan autoclave pada suhu 121oC dan tekanan uap 1,5 atm selama 15
menit.
9. Botol media yang telah disterilisasi dikeluarkan dari autoclave, didinginkan
pada suhu ruang dan botol media disimpan dalam rak kultur di ruang inkubasi
sampai saatnya digunakan untuk menanam eksplan.
b.
Matrik Enkapsulasi
Media enkapsulasi dibuat dengan melarutkan masing-masing konsentrasi
media MS dalam aquades kemudian ditambahkan 3% natrium alginat.
Ditempat terpisah di siapkan larutan CaCl2.2H2O dengan konsentrasi 75 mM
sebagai penjendal dalam botol yang berbeda sesuai perlakuan.
c.
Media Perlakuan
Media perlakuan adalah variasi konsentrasi MS instan pada matrik
enkapsulasi. Persentase konsentrasi dibuat dengan melarutkan gram MS
instan tersebut pada larutan natrium alginat hingga volume 100 ml.
c) Tahap Subkultur PLB
Tahap subkultur plb dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan plb
sekunder dari plb yang dihasilkan pada eksplan sebelumnya. Penanaman plb
dilakukan secara aseptis di dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Langkah
9
pertama yang dilakukan adalah dengan mensterilkan tangan menggunakan alkohol
70%. Meja, dinding, dan kaca penutup LAFC dibersihkan menggunakan alkohol
70% kemudian dilap dengan tisu. Alat-alat seperti pinset, tisu, skalpel, gunting
yag diperlukan dalam kultur disterilkan dengan disinari ultraviolet (UV) di dalam
LAFC selama 15 menit. Alat-alat tersebut juga disterilkan dengan dicelupkan
dalam alkohol 96% dan dibakar di atas api bunsen pada saat penanaman planlet
berlangsung. Planlet yang ditanam dalam media kultur, diambil dengan
menggunakan pinset dan ditanam dalam media pada botol kultur, kemudian
ditutup kembali dengan alumunium foil. Kemudian botol kultur yang berisi
eksplan diletakan pada ruang inkubasi dan diamati sampai plb mulai terbentuk.
d) Tahap Enkapsulasi PLB
1. Plb yang sudah terbentuk pada tahap penanaman subkultur diambil dan
dipisahkan. Plb dikeringkan dengan tisu steril kemudian dimasukan pada
larutan natrium alginat yang ditambah dengan beberapa konsentrasi media
MS sesuai rancangan percobaan.
2. Setiap satu plb diambil dari larutan natrium alginat, dan dijatuhkan satu per
satu pada larutan CaCl2.2H2O lalu didiamkan selama 30 menit.
3. Bulatan-bulatan yang sudah terbentuk dipisahkan dari larutan CaCl2.2H2O
kemudian dicuci dengan aquades. Bulatan diletakkan pada botol kultur yang
diberi kapas dan dibasahi akuades.
4. Botol kultur yang telah berisi bulatan-bulatan hasil enkapsulasi plb kemudian
disegel dengan parafilm dan disimpan pada ruang penyimpanan dengan suhu
kamar (25o-27o C).
e) Tahap Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% pada botol
kultur yang telah berisi biji sintetis setiap kali melakukan pengamatan agar
kondisi aseptis di dalam ruang inkubasi tetap terjaga. Selain itu kondisi di dalam
ruang inkubasi diatur pada suhu 20o C-26o C dengan penyinaran pada intensitas
rendah yaitu 2,5-10 W.m2
10
2.2. Aspek Sosial
Pencemaran oleh pestisida di bidang pertanian, mengakibatkan perairan
banyak yang mengalami proses penyuburan (eutrophication). Organisme yang
sesuai dengan kondisi kesuburan yang tinggi berkembang biak dengan cepat dan
mendesak organisme lain. Terjadilah ledakan populasi, misalnya ledakan Eceng
gondok dan ganggang Microcystis yang sering terjadi di Danau Saguling
(Soemarwoto, 2001). Selain adanya eutrofikasi yang timbul akibat pencemaran
pestisida, perairan mengalami apa yang disebut dengan sedimentasi.
Kadar partikel tanah yang tinggi menyebabkan terjadinya pendangkalan
sungai, danau, waduk, saluran irigasi dan pelabuhan karena aliran air melambat,
material besar dan berat tidak terangkat (Soemarwoto, 2001). Pendangkalan
sungai atau sedimentasi meningkatkan bahaya banjir karena volume air yang
dapat disalurkan melalui arus sungai menurun. Gambar 2.1. berikut ini
menunjukkan bahwa adanya pemberian pestisida dengan jumlah tinggi dalam
bidang pertanian memiliki dampak buruk bagi lingkungan biotik dan abiotik.
Gambar 2.2. Dampak Pemberian Pestisida bagi Lingkungan
Penggunaan pestisida tidak lagi dapat terhindarkan dalam bidang pertanian,
kecenderungan memperoleh hasil yang maksimal (produktivitas tinggi dan cepat)
mengabaikan dampak yang terjadi pada lingkungan, sehingga terjadi salinasi
tanah dan keracunan pada tanaman.
Keadaan tersebut tentu meningkatkan risiko bagi manusia sebagai pengguna
tanah dan airtanah. Harus diakui bahwa tanah dan airtanah sebagai tempat
buangan akhir bagi limbah pestisida merupakan alternatif yang menarik dan
11
mudah untuk dilakukan. Gambar 2.3. menunjukkan aktivitas pemberian pestisida
di lahan pertanian oleh petani.
Gambar 2.3. Aktivitas Pemberian Pestisida oleh Petani
Pestisida mereduksi kepadatan populasi serangga hama dengan sangat cepat,
tetapi selain itu juga memiliki dampak negatif, yaitu pengurangan kepadatan
populasi
secara
spesiifik,
membunuh
herbivora
bahkan
karnivora
dan
menyebabkan resistensi pada hama itu sendiri (Soeriaatmadja, 1997). Pemberian
pestisida secara berlebihan, tidak bisa terserap dan memberikan dampak pada
kualitas tanah sehingga terjadi degradasi tanah, selain itu pestisida menyebabkan
rusak/hilangnya aktivitas biologi dalam air dan tanah. Kerusakan lingkungan
terjadi ketika potensi terbarukan mengalami penurunan kualitas atau kuantitas dan
menjadi tidak terbarukan, hal ini mengakibatkan gangguan komponen satu dan
yang lain, karena komponen merupakan suatu sistem.
Insektisida, pestisida atau fungisida yang terdapat didalam tanah, airtanah,
serta udara memiliki kandungan logam yang berperan sebagai kontaminan,
sehingga berbahaya bagi lingkungan biotik maupun abiotik seperti ditunjukkan
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kandungan Kontaminan Logam dan Kation pada Pestisida
Jenis kontaminan
Penggunaannya
Campuran logam, zat warna, insektisida,
Arsen
herbisida dan racun tikus
Campuran logam, pelapis (coating), bahan
Kadmium (Cadmium)
untuk baterai, perlengkapan elektrik, cat,
fotografi dan fungisida
Tembaga (Copper)
Campuran logam, cat, kabel listrik, mesinmesin, elektroplating, jaringan pipa dan
insektisida
Campuran logam, elektroplating, elektronik,
Seng (Zinc)
automotif, fungisida, atap
Sumber: Fetter (1999)
12
Tabel 2.5., 2.6., 2.7., dan 2.8. berikut ini menampilkan senyawa kimia yang
terkandung dalam pestisida efek yang ditimbulkan bagi manusia dan hewan.
Tabel 2.5. Efek Akut dan Efek Kronis Akibat Pemberian Pestisida
Senyawa Kimia
Efek akut
Efek kronis
Pestisida
Aldrin dan Dieldrin
-Tremor, koma
-Karsinogenesis
DDT
-Pusing, nausea, muntah -Minimal
dan tremor
Hydrogen cyanide
-Pemblokiran
sistem -Minimal
pernafasan sel
Pentaclorophenol
-Mengganggu metabolisme -Keracunan hati, termasuk
sel
jaringan
lemak
dan
gangguan kerja enzim
tubuh
Sumber: Watts (1997)
Tabel 2.6. Kandungan Bahan Aktif dan Akibat yang di Timbulkan
13
Tabel 2.7. Efek akut dari kandungan senyawa kimia pestisida terhadap manusia
Jenis senyawa Sistem Sistem
Jaring
Respiratory
Kulit Kemati
saraf
pencernaan
an
an
pusat
syaraf
Pestisida
H
H
H
H
organik
terhalogenasi
Herbisida
H
organik
phenoxy
terhalogenasi
2-4-D
H
Pestisida
H
H
H
organosfor
Pestisida
H
organonitrogen
Insektisida
H
H
H
Carbamat
Fungisida
H
dimethyldithioc
arbonate
Catatan:
H: secara statistik terbukti mempunyai efek pada manusia
A: secara statistik terbukti mempunyai efek pada binatang percobaan
H
H
H
Sumber: Yong et al. (1992)
Tabel 2.8. Dampak Pemberian Pestisida sampai dengan Tingkat DNA/Sel pada Hewan
dan Manusia
Jenis senyawa
Karsinogenik
Mutagenik Teratogenik
Kerusakan
sistem
reproduksi
Pestisida
organik A
A
A
H
terhalogenasi
Herbisida
organik A
A
A
A
phenoxy terhalogenasi
2-4-D
Pestisida organosfor
A
A
A
Pestisida
A
A
A
organonitrogen
Insektisida Carbamat
Fungisida
dimethyldithiocarbonate
Catatan:
H: secara statistik terbukti mempunyai efek pada manusia
A: secara statistik terbukti mempunyai efek pada binatang percobaan
Sumber: Yong et al. (1992)
Dengan semakin meningkatnya pencemaran tanah yang umumnya berakibat
pada pencemaran airtanah, maka upaya perbaikan kualitas lahan yang tercemar
(soil remediation) perlu dilakukan. Teknik remediasi hanya dilaksanakan setelah
14
penanganan kontaminan pada sumbernya cukup memadai untuk mengurangi
terlepasnya kontaminan ke dalam lingkungan. Pelaksanaan remediasi tanah dan
air tanah yang tercemar dapat dilakukan baik in-situ (on-site), maupun ex-situ
(off-site). Teknik in-situ umumnya dilakukan bila lokasi yang terkontaminasi
berada jauh didalam tanah atau secara teknis sulit untuk diambil, misalnya
pencemaran tanah atau akifer oleh NAPL (Non-Aqueous Phase Liquid) dan
pencemaran terjadi dalam skala yang luas.
Pengolahan in-situ merupakan cara yang disarankan bila memungkinkan,
karena akan mengurangi risiko penyebaran pencemar dan menghemat biaya bila
dibandingkan dengan pengolahan ex-situ. Tentu saja hal ini tergantung kondisi
lapangan dan fasilitas penunjang yang tersedia.
Apabila tanah semakin kritis dan ketersediaannya semakin terbatas, maka
lambat laun penanaman tanaman dengan teknologi seperti kultur jaringan akan
semakin di lirik oleh pembudidaya tanaman dan menjadi solusi jitu dalam
menyikapi kelangkaan tanah sebagai media penanaman
2.3. Aspek Komersial
Perencanaan dalam aspek komersial terdiri dari ramalan permintaan dan
penawaran, sistem pemasaran (input dan output), perencanaan pembiaayan, dan
kebijaksanaan harga.
A. Ramalan Permintaan dan Penawaran
Keunggulan yang didapat dari penanaman bibit anggrek menggunakan
teknologi biji sintetis, membuat konsumen tidak memiliki keraguan untuk
membeli tanaman hasil teknologi ini. Dengan adanya biji sintetis, penanganan
atau handling menjadi lebih mudah, sehingga pengiriman yang memerlukan
waktu berhari-hari dan ekspor keluar negeri dapat dilakukan, hal ini membuat
permintaan terhadap bibit anggrek macan ini semakin meningkat. Maka dari itu
biaya yang ditawarkan tidak menjadi masalah bagi konsumen, mengingat proses
pembibitan anggrek macan dengan teknologi biji sintetis tidaklah mudah dan
15
memerlukan keahlian khusus, membuatnya pantas untuk di jual dengan harga
tinggi.
B. Sistem Pemasaran (Input dan Output)
Strategi pemasaran sangatlah penting untuk diperhatikan agar produk yang
ditawarkan dapat dikenal oleh masyarakat luas, selain itu tercipta suatu efisiensi
dan efektifitas yang tinggi karena kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang begitu
besar untuk mencapai target penjualan atau dengan kata lain mendapatkan
pembeli dalam jumlah besar. Adapun target pemasaran yang dituju dari
perencanaan produksi biji sintetis ini meliputi: masyarakat luas dan konsumen
yang berada di luar negara Indonesia, perguruan tinggi, serta instansi pemerintah
yang bergerak dalam bidang pertanian. Berikut ini akan di jelaskan satu per satu
alasan pemilihan target penjualan.
1.
Masyarakat luas dan konsumen dari luar negera Indonesia
Bunga anggrek merupakan bunga yang sangat indah dan diminati oleh
masyarakat luas, namun seringkali tanaman anggrek hasil budidaya tidak mampu
memenuhi banyaknya permintaan konsumen, pemeliharaan tanaman anggrek
dilakukan oleh tenaga yang kurang berkompeten membuat produk yang di
tawarkan kurang menarik dari segi pengemasan (packaging), selain itu adanya
teknologi biji sintetis yang mampu bertahan dalam waktu yang lama membuatnya
tidak cepat busuk. Dengan adanya teknologi biji sintetis, produk yang dihasilkan
seragam dan memiliki kualitas yang unggul karena ditanam oleh tenaga ahli yang
profesional.
2.
Perguruan tinggi
Banyaknya penelitian yang bergerak dalam bidang kutur jaringan, membuat
banyak pula permintaan terhadap tanaman anggrek hasil biji sintetis ini.
Pembiakan dengan teknik kultur jaringan menggunakan tanaman anggrek relatif
mudah dilakukan oleh pemula, dibandingkan menggunakan tanaman lain.
3.
Instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pertanian
Jumlah produksi bibit tanaman anggrek seringkali tidak mencapai target,
akhirnya penjualan tanaman anggrek tidak dapat dilakukan secara optimal. Hal ini
16
dikarenakan pembibitan dengan cara konvensional sangat bergantung dengan
cuaca, sedangkan saat ini kita tidak dapat memprediksi secara pasti waktu yang
tepat ketika akan melakukan suatu pembibitan. Dengan adanya teknik pembibitan
dengan biji sintetis ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan permintaan
jumlah tanaman anggrek, karena proses pembuatan biji sintetis ini berada dalam
ruangan dengan perlakuan dan suhu yang terkontrol maka persentase tanaman
anggrek yang hidup tinggi.
C. Perencanaan Pembiayaan
Rencana pembiayaan kegiatan usaha ini berasal dari modal kredit sebesar
30% dengan bunga 15% per tahun dan modal mandiri sebesar 70 %, sehingga
angsuran beserta bunga pinjaman yang harus di bayarkan nantinya tidak terlalu
berat.
D. Kebijaksanaan Harga
Biaya produksi yang telah disusun berdasarkan pertimbangan permintaan
pasar dan kemampuan daya beli produsen diperkirakan akan memberikan
keuntungan bagi produsen, karena harga jual yang ditawarkan tinggi namun
permintaan terhadap produk juga meningkat oleh karena daya beli konsumen
sangat tinggi, selain itu kualitas produksi yang unggul membuat konsumen tidak
mempermasalahkan harga yang harus dibayar untuk sebuah kualitas yang unggul.
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi dari Grammatophyllum scriptum adalah sebagai berikut:
Divisio
: Magnoliophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Classis
: Liliopsida
Sub Classis
: Liliidae
Ordo
: Orchidales
Familia
: Orchidaceae (Dressler, 1993)
Tribus
: Cymbidiinae
Genus
: Grammatophyllum
Species
: Grammatophyllum scriptum (Lindl.) Bl. (Millar, 1999).
Grammatophyllum scriptum merupakan jenis anggrek epifit, yaitu jenis
anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan inangnya
dan membutuhkan naugan dari cahaya matahari. G. scriptum dapat dijumpai di
Philipina, seperti di kepulauan Luzon, Mindoro, Saman dan Palawan yang
merupakan daerah dataran rendah di hutan primer pada ketinggian 500 m di atas
permukaan laut. Spesies ini juga dapat ditemukan di Malaysia dan Indonesia
(Madulid, 2002). G. scriptum yang terdapat di Indonesia mempunyai daerah
penyebaran di Papua, Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara Timur
(NTT). Spesies ini dapat berasosiasi dengan pohon inang, antara lain Bruguiera
gymnorhiza, Heriiera litoralis, Fruticosum, Ficus sp. Selain itu G. scriptum dapat
pula berasosiasi dengan pohon kelapa yaitu pada sela-sela tangkai daunnya
(Mangiwa, 2002; Millar, 1999). Morfologi G. scriptum dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
18
a
b
Gambar 3.1. Struktur Morfologi Grammatophyllum scriptum
a. Bunga b. Habitus
Penyerbukan G. scriptum di alam tergolong ke dalam penyerbukan yang
dibantu oleh serangga. Hal ini disebabkan oleh warna bunga yang dimiliki G.
scriptum sangat menarik bagi serangga. Biji G. scriptum, seperti anggrek pada
umumnya berukuran kecil dan ringan sekitar 0,05-6 mm dengan berat biji 0,34124 µg sehingga mudah terbawa oleh angin (Arditti, 1992). Selain itu biji anggrek
tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan (endosperm) bahkan
embrionya
belum
mencapai
kematangan
sempurna,
sehingga
dalam
perkecambahan dibutuhkan mikoriza sebagai simbionnya. Sebelum mampu
melakukan fotosintesis, kebutuhan nutrisinya harus dipasok dari luar. Dengan
pemanfaatan teknik kultur jaringan, akan didapatkan tanaman yang mirip dengan
tanaman induknya.
Keuntungan memperbanyak tanaman dengan menggunakan biji sintetis
diantaranya adalah biji atau benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama,
dapat mengembangkan propagasi dalam skala besar, dapat mempertahankan
keseragaman genetik tanaman, dan menghemat ruang serta mudah dalam
penanganannya (Saiprasad, 2001).
3.2. Perkecambahan Biji Sintetis G. scriptum
Perkecambahan diartikan sebagai peristiwa munculnya tunas pada eksplan
plb yang mampu menembus dinding kapsul biji sintetis. Pengamatan yang
19
dilakukan adalah dengan menghitung banyaknya tunas yang terbentuk pada
minggu ke-3, 6, 9, dan 12. Dasar teori yang digunakan dalam kultur jaringan
mengacu pada istilah totipotensi. Schleiden dan Theodore Schwan yang telah
menjuruskan perhatiannya pada kehidupan sel, menemukan satu konsep baru,
bahwa satu sel dapat tumbuh sendiri walaupun telah terpisah dari tanaman
induknya. Mereka mengemukakan bahwa segala peristiwa rumit yang terjadi
dalam tubuh satu organisme selama hidup, bersumber pada sel. Dari konsep inilah
tumbuh pernyataan bahwa satu sel mempunyai kemampuan untuk berkembang.
Sel berkembang dengan jalan regenerasi sehingga pada suatu saat akan terbentuk
satu tanaman sempurna. Kemampuan regenerasi inilah yang disebut totipotensi
(Katuuk, 1989). Biji yang ditanam pada media kapas basah dengan berbagai
variasi konsentrasi media MS mulai mengalami peristiwa perkecambahan pada
awal minggu ketiga (seperti pada Gambar 3.2.).
Gambar 3.2. Perkecambahan Biji Sintetis G. scriptum.
(a) biji sintetis G. scriptum yang sudah berkecambah;
(b) tunas biji sintetis yang sudah menembus kapsul
Pada minggu pertama dan kedua, biji sintetis yang ditanam pada media
perlakuan belum mengalami perubahan. Hal ini dimungkinkan karena proses
penyerapan nutrisi dan hara yang membantu dalam meregenerasi sel membentuk
jaringan baru membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada proses penanaman ini
20
kemunculan tunas mulai terjadi pada minggu ke-3. Tunas yang terbentuk diawali
dengan tonjolan yang berwarna hijau berbentuk bulat di tengah eksplan plb.
Tonjolan hijau tersebut merupakan hasil dari organogenesis yang belum
terdeferensiasi menjadi bagian atau organ yang lengkap. Kemudian tonjolan hijau
tersebut tumbuh membentuk tunas yang dapat menembus dinding biji sintetis.
Tunas yang muncul pada biji sintetis tidak hanya tumbuh dari satu sisi potongan
plb saja. Namun dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu tunas yang muncul
pada bagian sisi potongan plb, seperti yang terlihat pada Gambar 3.3. di bawah
ini.
Gambar 3.3. Tunas Biji Sintetis G. scriptu
21
3.3. Asumsi Perencanaan Analisis Ekonomi
Asumsi perencanaan analisis ekonomi di susun supaya didapatkan prakiraan
mengenai pengeluaran apa saja yang diperlukan dan pendapatan yang diperoleh
selama setahun, serta menjadi dasar atau acuan bagi perencanaan suatu usaha
seperti yang tampak pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Asumsi Perencanaan Analisis Ekonomi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Asumsi
Periode proyek
Bulan kerja tahun
Tenaga kerja bersifat tetap
Pemilik
Sifat usaha
a. Budidaya (Nursery)
b. Perdagangan
Jumlah tanaman terjual per bulan
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
Persentase penjualan
a. Tahun 1
b. Tahun 2
c. Tahun 3
Harga bahan baku tanaman
Bibit
Harga jual tanaman
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
Satuan
tahun
bulan
orang
orang
Nilai / Jumlah
3
12
7
1
%
%
40
60
botol
botol
300
250
%
%
%
100
100
100
Rp/Unit
2,000
botol
botol
50,000
100,000
%
15%
%
%
30%
70%
tahun
tahun
3
1
Pada bulan pertama tidak ada penjualan dari
tanaman kecil dan sedang karena masih dalam
proses pembibitan
Pada bulan kedua dan ketiga tidak ada penjualan
dari tanaman kecil dan sedang karena masih
dalam tahap aklimatisasi
Suku Bunga per Tahun
Proporsi Modal :
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Jangka waktu Kredit :
a. Kredit investasi
b. Kredit modal kerja
Proyek ini akan dilaksanakan selama 3 tahun, dimana pada bulan pertama
hingga bulan ketiga tidak dilakukan penjualan karena tanaman anggrek masih
dalam proses pembibitan dan aklimatisasi atau penyesuaian, proyek ini berjalan di
bawah tanggung jawab dengan 1 pemilik dan 7 pekerja tetap yang mengerjakan
produksi biji sintetis. Target penjualan per satu bulan mampu menjual 300 botol
tanaman kecil dan 250 tanaman sedang, bibit diperoleh seharga Rp 2.000 dan di
jual seharga Rp 50.000 dan Rp 100.000 untuk masing-masing tanaman kecil dan
sedang, mahalnya harga yang harus dibayar dikarenakan sulitnya pembuatan biji
sintetis dan harus dilakukan oleh tenaga ahli, peralatan yang digunakan pun
sangatlah mahal. Suku bunga pinjaman sebesar 15% per tahun dan modal kredit
hanya 30% dari total sumber modal dikarenakan 70% modal berasal dari dana
pribadi pemilik dan bantuan dari dana DIKTI.
23
Tabel 3.2. Rencana Biaya Investasi Produksi Biji Sintetis
Komponen Biaya
Perizinan
Kendaraan
a.Mobil Bak
b.Sepeda Motor
Alat produksi dan budidaya
a.Erlenmeyer
b.Botol kultur
c.Spatula
d.Pipet tetes
e.Pipet ukur
f.Gelas ukur
g.Gelas beker
h.Cawan petri
i.Skalpel
j.Pinset
k.Mata pisau
l.Timbangan analitik
m.Hot plate
n.Gunting
o.Lampu bunsen
p.Hand sprayer
Fasilitas lain
q.Autoclave
r.Oven
Jumlah
SATUAN
Jumlah Fisik
1
Harga
Jumlah
Umur
Nilai
Nilai sisa
Nilai sisa
per Satuan
Rp
Biaya
Rp
Ekonomis
(tahun)
Penyusutan
Rp
di akhir umur
ekonomis (Rp)
di akhir umur
proyek (Rp)
5,000,000
5,000,000
unit
unit
2
3
70,000,000
12,000,000
140,000,000
36,000,000
15
10
7,333,333
3,100,000
30,000,000
5,000,000
118,000,000
26,700,000
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
5
5
3
5
5
5
3
5
2
2
5
1
1
3
5
5
35,000
1,000
2,000
500
25,000
25,000
35,000
15,000
20,000
10,000
5,000
100,000
150,000
15,000
20,000
5,000
175,000
5,000
6,000
2,500
125,000
125,000
105,000
75,000
40,000
20,000
25,000
100,000
150,000
45,000
100,000
25,000
5
5
5
3
5
5
5
5
3
1
1
10
10
10
10
5
28,000
800
960
667
20,000
20,000
14,000
12,000
6,667
10,000
20,000
0
0
3,000
8,000
4,000
35,000
1,000
1,200
500
25,000
25,000
35,000
15,000
20,000
10,000
5,000
100,000
150,000
15,000
20,000
5,000
35,000
1,000
1,200
500
25,000
25,000
35,000
15,000
20,000
10,000
5,000
100,000
150,000
15,000
20,000
5,000
unit
unit
1
1
50,000,000
25,000,000
50,000,000
25,000,000
257,123,500
15
15
1,333,333
1,000,000
12,914,760
30,000,000
10,000,000
75,462,700
30,000,000
10,000,000
185,162,700
Sumber dana investasi dari *) :
a. Kredit
b. Dana sendiri
30%
70%
77,137,050
179,986,450
24
Komponen biaya yang dikeluarkan dari produksi biji sintetis meliputi
perizinan, kendaraan, alat produksi dan budaya, dan fasilitas lain sebesar Rp
257.123.500 memiliki nilai penyusutan sebesar Rp12.914.760, nilai sisa di akhir
umur ekonomis dan nilai akhir di sisa umur proyek berturut-turut sebesar Rp 75.
462.700 dan Rp 185.162.700. Sumber dana berasal dari dana pinjaman atau kredit
dengan persentase 30% sebesar Rp 77.137.050 bunga pinjaman per tahun 15%
dan modal pribadi dengan persentase 70% sebesar Rp 179.986.450.
Tabel 3.3. Biaya Variabel Produksi Biji Sintetis
No
1
2
3
4
5
6
7
Struktur biaya
Bahan baku
a. Bibit
Media tanam
Kapas
Penyubur
Hormon IAA
Reagen
a. Aquades
b. Alkohol 70%
c. Media MS
d. Spirtus
e. Sukrosa
f. NaOH
g. HCl
h. Agar
i. Natrium Alginat
j. CaCl
k. Vitamin
Pendukung
a. Plastik wrap
b. Alumunium foil
Biaya karyawan
Satuan
Jumla
h Fisik
Biaya per
satuan
Rp
Jumlah biaya
1 tahun
Rp
Unit
200
2,000
400,000
4,800,000
Bal
1
50,000
50,000
600,000
ml
10
1,000
10,000
120,000
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
100
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
100
800
1,000
500
800
1,000
1,500
2,000
1,000
1,000
500
10,000
40,000
50,000
25,000
40,000
50,000
75,000
100,000
50,000
50,000
25,000
120,000
480,000
600,000
300,000
480,000
600,000
900,000
1,200,000
600,000
600,000
300,000
Gulung
Gulung
5
5
10,000
10,000
50,000
50,000
600,000
600,000
a. Bonus penjualan
Frekuensi
270
30,000
8,100,000
97,200,000
b. Bonus proyek
Total Biaya Variabel
Frekuensi
4
150,000
600,000
9,775,000
7,200,000
117,300,000
Tabel 3.4. Tabel Pendapatan Produksi Biji Sintetis
HARGA
NO
Produk
VOLUME
UNIT
JUAL
1
2
Jumlah biaya
1 bulan
Rp
Tanaman kecil
Tanaman sedang
300
250
botol
botol
50,000
PENJUALAN
1 BULAN
15,000,000
25,000,000
PENJULAN
1 TAHUN
180,000,000
300,000,000
100,000
TOTAL
40,000,000
Tabel 3.5. Total Biaya Tetap Produksi Biji Sintetis
Biaya
Per Unit
No Uraian
Jumlah
Unit
1
Tenaga Kerja
a. Pemilik
1
Orang
b. Supervisor
1
Orang
c. Karyawan
6
Orang
Sewa tanah
Bensin
1
a. Bensin untuk motor
2
3
Total Biaya
Bulan
2,500,00
0
480,000,000
1
Total Biaya 1
Tahun
2,500,000
30,000,000
800,000
9,600,000
500,000
3,000,000
36,000,000
Bulan
6,000,00
0
6,000,000
72,000,000
100
liter
6,500
650,000
7,800,000
b. Bensin untuk mobil
500
liter
6,500
3,250,000
39,000,000
Listrik
1
Bulan
200,000
200,000
2,400,000
Telepon
1
Bulan
200,000
200,000
2,400,000
Biaya kuli angkut
1
Bulan
100,000
100,000
1,200,000
4
Administrasi
1
Bulan
100,000
100,000
1,200,000
5
Iuran
1
Bulan
20,000
20,000
240,000
6
Biaya sosial
1
Bulan
300,000
300,000
3,600,000
7
Perawatan Kendaraan
1
Bulan
500,000
500,000
6,000,000
8
Biaya lain-lain
Total Biaya Tetap
Biaya Tetap
Total Biaya Produksi
Sumber dana modal
kerja dari
a. Kredit
b. Dana sendiri
1
Bulan
500,000
500,000
18,120,000
18,120,000
27,795,000
6,000,000
217,440,000
217,440,000
334,740,000
30%
70%
77.137.050
179.986.450
800,000
Dari ketiga tabel diatas, kita dapat melihat biaya variabel, biaya tetap dan
pendapatan dari produksi biji sintetis selama satu tahun. Dalam satu tahun, biaya
variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 117.300.000, total biaya tetap Rp
217.440.000 dan pendapatan sebesar Rp 480.000.000.
26
3.3. Angsuran Kredit Investasi
Angsuran kredit investasi dibayarkan setiap bulan selama tiga tahun dengan
bunga pinjaman (discount rate) 15%, angsuran tetap sebesar Rp 2.142.696. Pada
tahun pertama, angsuran yang harus dibayarkan sebesar: Rp 35,515,183, tahun
kedua sebesar: Rp 31,658,331, tahun ketiga sebesar: Rp 27,801,478.
Tabel 3.6. Analisis Kredit Investasi
Angsuran
Periode
Kredit
Tetap
Tahun-0
Bunga
Total
77,137,050
Saldo Awal
Saldo Akhir
77,137,050
77,137,050
Bulan -1
2,142,696
964,213
3,106,909
77,137,050
74,994,354
Bulan -2
2,142,696
937,429
3,080,125
74,994,354
72,851,658
Bulan -3
2,142,696
910,646
3,053,342
72,851,658
70,708,963
Bulan -4
2,142,696
883,862
3,026,558
70,708,963
68,566,267
Bulan -5
2,142,696
857,078
2,999,774
68,566,267
66,423,571
Bulan -6
2,142,696
830,295
2,972,990
66,423,571
64,280,875
Bulan -7
2,142,696
803,511
2,946,207
64,280,875
62,138,179
Bulan -8
2,142,696
776,727
2,919,423
62,138,179
59,995,483
Bulan -9
2,142,696
749,944
2,892,639
59,995,483
57,852,788
Bulan -10
2,142,696
723,160
2,865,856
57,852,788
55,710,092
Bulan -11
2,142,696
696,376
2,839,072
55,710,092
53,567,396
Bulan -12
2,142,696
669,592
2,812,288
53,567,396
51,424,700
Tahun-1
25,712,350
9,802,833
35,515,183
Bulan -1
2,142,696
642,809
2,785,505
51,424,700
49,282,004
Bulan -2
2,142,696
616,025
2,758,721
49,282,004
47,139,308
Bulan -3
2,142,696
589,241
2,731,937
47,139,308
44,996,613
Bulan -4
2,142,696
562,458
2,705,153
44,996,613
42,853,917
Bulan -5
2,142,696
535,674
2,678,370
42,853,917
40,711,221
Bulan -6
2,142,696
508,890
2,651,586
40,711,221
38,568,525
Bulan -7
2,142,696
482,107
2,624,802
38,568,525
36,425,829
Bulan -8
2,142,696
455,323
2,598,019
36,425,829
34,283,133
27
Bulan -9
2,142,696
428,539
2,571,235
34,283,133
32,140,438
Bulan -10
2,142,696
401,755
2,544,451
32,140,438
29,997,742
Bulan -11
2,142,696
374,972
2,517,668
29,997,742
27,855,046
Bulan -12
2,142,696
348,188
2,490,884
27,855,046
25,712,350
Tahun-2
25,712,350
5,945,981
31,658,331
Bulan -1
2,142,696
321,404
2,464,100
25,712,350
23,569,654
Bulan -2
2,142,696
294,621
2,437,317
23,569,654
21,426,958
Bulan -3
2,142,696
267,837
2,410,533
21,426,958
19,284,263
Bulan -4
2,142,696
241,053
2,383,749
19,284,263
17,141,567
Bulan -5
2,142,696
214,270
2,356,965
17,141,567
14,998,871
Bulan -6
2,142,696
187,486
2,330,182
14,998,871
12,856,175
Bulan -7
2,142,696
160,702
2,303,398
12,856,175
10,713,479
Bulan -8
2,142,696
133,918
2,276,614
10,713,479
8,570,783
Bulan -9
2,142,696
107,135
2,249,831
8,570,783
6,428,087
Bulan -10
2,142,696
80,351
2,223,047
6,428,087
4,285,392
Bulan -11
2,142,696
53,567
2,196,263
4,285,392
2,142,696
Bulan -12
2,142,696
26,784
2,169,480
2,142,696
(0)
Tahun-3
25,712,350
2,089,128
27,801,478
Tabel 3.7. Angsuran Kredit Modal Kerja
Bunga :
15%
Periode
Tahun-0
Bulan -1
Bulan -2
Bulan -3
Bulan -4
Bulan -5
Bulan -6
Bulan -7
Bulan -8
Bulan -9
Bulan -10
Bulan -11
Bulan -12
Tahun-1
Kredit
12
Angsuran
Tetap
Bunga
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
8,368,500
104,606
95,889
87,172
78,455
69,738
61,020
52,303
43,586
34,869
26,152
17,434
8,717
679,941
bulan
Total
8,368,500
28
801,981
793,264
784,547
775,830
767,113
758,395
749,678
740,961
732,244
723,527
714,809
706,092
9,048,441
Saldo Awal
8,368,500
8,368,500
7,671,125
6,973,750
6,276,375
5,579,000
4,881,625
4,184,250
3,486,875
2,789,500
2,092,125
1,394,750
697,375
Tahun
1
2
3
3.5.
Angsuran
Pokok
34,080,850
25,712,350
25,712,350
Angsuran
Bunga
Total
Angsuran
10,482,774
5,945,981
2,089,128
Saldo Awal
85,505,550
85,505,550
51,424,700
25,712,350
44,563,624
31,658,331
27,801,478
Saldo Akhir
85,505,550
51,424,700
25,712,350
0
Proyeksi Rugi Laba Usaha
Dalam suatu usaha, perlu dihitung besarnya laba dan rugi yang diperoleh
supaya dapat disusun suatu strategi penjualan lebih lanjut, adanya penghitungan
mengenai laba rugi dari suatu usaha membantu menentukan apakah suatu usaha
tersebut lebih baik di lanjutkan atau tidak. Dari Tabel 3.9. dapat dilihat bahwa total
penerimaan sebesar Rp 480.000.000 selama tiga tahun berturut-turut, sedangkan
total pengeluaran pada tahun pertama sebesar Rp 342.242.534, tahun kedua sebesar
Rp 365.600.741, dan tahun ketiga sebesar Rp 361.743.888. Maka keuntungan dari
penjualan pada tahun pertama sebesar Rp 25,83%, kemudian mengalami
penurunan pada tahun tahun kedua sebesar 21,45% dan peningkatan kembali di
tahun ketiga 22,17% meskipun peningkatan ini tidak lebih banyak daripada profit
on sales di tahun pertama.
Tabel 3.9. Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp)
No
A
Uraian
2
3
100%
100%
100%
480,000,000
480,000,000
480,000,000
107,525,000
199,320,000
10,482,774
12,000,000
117,300,000
217,440,000
12,914,760
5,945,981
12,000,000
117,300,000
217,440,000
12,914,760
2,089,128
12,000,000
Total Pengeluaran
342,242,534
365,600,741
361,743,888
R/L Sebelum Pajak
Pajak (10%)
Laba Setelah Pajak
Profit on Sales
BEP: Rupiah
137,757,466
13,775,747
123,981,719
25.83%
287,010,984
114,399,259
11,439,926
102,959,333
21.45%
312,722,238
118,256,112
11,825,611
106,430,500
22.17%
307,618,049
Penerimaan
Total Penerimaan
B
C
D
E
F
G
Tahun
1
Pengeluaran
i. Biaya Variabel
ii. Biaya Tetap
iii. Depresiasi
iv. Angsuran Bunga
v. Biaya Pemasaran
12,914,760
29
3.6. Proyeksi Cash Flow (Arus Kas)
Analisis kelayakan proyek (suatu aktivitas usaha yang menunjang
pembangunan) adalah proses untuk memproyeksikan anggaran arus biaya dan
pendapatan berdasarkan perhitungan-perhitungan mengenai kebutuhan yang
dituangkan dalam proyeksi cash flow atau arus kas. Arus kas bermanfaat untuk
mengetahui biaya pada periode waktu tertentu sehingga dapat digunakan sebagai
alat untuk perencanaan periode yang akan dating, seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 3.10, total arus masuk dari tahun ke tahun selama 3 tahun sebesar Rp
480.000.000, arus keluar pada tahun pertama sebesar Rp 377.184.371, tahun kedua
Rp
389.838.257 dan tahun ketiga Rp
386.367.090. Tabel tersebut juga
memperlihatkan bahwa perencanaan produksi biji sintetis anggrek macan
merupakan usaha yang memenuhi kriteria kelayakan karena arus kelayakan usaha,
yang menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 55,874,266 yang berarti nilainya positif,
IRR sebesar 24.54% yang nilainya lebih besar dari tingkat bunga pinjaman, Net
B/C rasio lebih dari 1, yaitu sebesar 1.20 dengan PBP sebesar 2, 7 tahun.
Tabel 3.10. Proyeksi Cash Flow (Arus Kas)
Rupiah
No
A
B
Uraian
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Tahun
0
1
2
3
480,000,000
480,000,000
480,000,000
285,018,500
-
480,000,000
480,000,000
480,000,000
480,000,000
185,162,700
665,162,700
665,162,700
257,123,500
9,775,000
18,120,000
107,525,000
199,320,000
34,080,850
10,482,774
13,775,747
117,300,000
217,440,000
25,712,350
5,945,981
11,439,926
117,300,000
217,440,000
25,712,350
2,089,128
11,825,611
77,137,050
8,368,500
179,986,450
19,526,500
30
7. Biaya Pemasaran/Distribusi
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
C
D
E
F
285,018,500
285,018,500
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG
IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (15%)
IRR
Net B/C
PBP
(285,018,500)
1.0000
(285,018,500)
(285,018,500)
Rp
55,874,266
24.54%
1.20
2.7
12,000,000
377,184,371
377,184,371
12,000,000
389,838,257
389,838,257
12,000,000
386,367,090
386,367,090
102,815,629
90,161,743
278,795,610
102,815,629
0.8696
89,404,895
(195,613,605)
90,161,743
0.7561
68,175,231
(127,438,374)
278,795,610
0.6575
183,312,639
55,874,266
tahun
31
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis ekonomi perencanaan produksi biji sintetis
Anggrek
Macan
(Grammatophyllum
scriptum)
untuk
lingkungan
yang
berkelanjutan, maka dapat disimpulkan bahwa: dengan adanya alternatif
penanaman tanaman Anggrek Macan menggunakan teknologi biji sintetis, dapat
bermanfaat mengurangi penggunaan pestisida pada tanah serta mengurangi
penggunaan lahan yang telah terbatas dan kritis. Selain itu, berdasarkan kelayakan
analisis usaha dengan meninjau NVP (Not Present Value) yaitu sebesar Rp
55,874,266, IRR sebesar 24.54%, Net B/C (Net Benefit/Cost) sebesar 1,20, dan
PBP (Pay Back Periode) selama 2,7 tahun maka dapat disimpulkan “Analisis
Ekonomi Produksi Biji Sintetis Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum)
untuk Lingkungan yang Berkelanjutan” merupakan usaha yang layak untuk
dilakukan. Suatu usaha dapat memenuhi kriteria kelayakan apabila: NVP bernilai
positif, nilai IRR lebih dari suku bunga pinjaman, dalam kasus ini 15% dan
besarnya Net B/C Rasio lebih dari 1.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arditi, J. 1992. Fundamental of Orchid. John Willey and Sons, New York.
Arditti, J. and Ernst, R. 1993. Micropropagation of Orchids. John Wiley and Sons,
New York.
Backer, C.A. and Bakhuizen Van den Brink, R.C. 1968. Flora of Java
Spermatophytes Only Vol. 3. The Rijksherbarium Netherlands, Groningen.
Fetter, C. W. 1988. Applied Hygdrogeology Ed. 2. Merril Publishing Company:
New York.
Gunawan, L.W. 2004. Budi Daya Anggrek. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hartman, H.T., Kester, D.E. dan Davis-Jr, F.T. 1990. Plant Propagation:
Principles and Practices. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.
Katuuk, J.R.P. 1989. Teknik Kultur Jaringan dan Mikropropagasi Tanaman.
Penerjemah Widiato, M. Bumi Aksara, Jakarta. Hal. 1-100.
Lelu, M. A., Bastien, C., Klimaszewska, K., Ward, C., and Chatest, P.J. 1994. An
Improved Method for Somatic Plantlet Production in Hybrid Larch (Larix
X Leproeuropaea). Part I. Somatic Ambryo Maturation. Plant Cell Tissue
and Organ Culture 42: 283-285.
Lestari, D. A. and Santoso, W. 2011. Inventory and Habitat Study of Orchid
Species in Lamedai Nature Reserve, Kolaka, Southeast Sulawesi.
Biodiversitas 12 (1): 28-37.
Madulid, D. A. 2002. A Pictorial Guide to the Note Worthy Plants of Palawan,
Palawan Tropical Forestry Protection Programme. Palawan Council for
Substainable Development, Manila.
Mangiwa, E. 2002. Jenis-Jenis Anggrek Epifit Pada Kawasan Hutan Pulau
Rumberpon. Skripsi. Jurusan Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan
Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Redenbaugh, K., Paasch, B.D., Nichol, J.W., Kossler, M.E., Viss, P.R., and
Walker, K.A. 1992. Somatic Seeds: Encapsulation of Asexual Plant
Embryos. Nature Biotechnology 8(4) : 797-801.
Saiprasad, G. V. S. 2001. Artificial Seeds and Their Aplication. General Article
Resonance 6(3): 39-47.
Schnoor, J. L. 1996. Environmental Modeling: Fate and Transport of Pollutants
in Water, Air and Soil. John Wiley and Sons Inc: New York.
Soemarwoto, O. 2001. Paradigma Baru Lingkungan Hidup. UGM Press:
Yogyakarta.
Soeriaatmadja, R. E. 1977. Ilmu Lingkungan. ITB Press: Bandung.
Vejsadova, H. 2006. Factors Affecting Seed Germination and Seedling Growth of
Terrestrial Orchids Cultured In vitro. Acta Biologica Cracoviensia Series
Botanica 48(1): 109–113.
Watts, R. J. 1998. Hazardous Wastes: Sources, Pathways and Receptors . John
Willey and Sons Inc: Singapore.
Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung
Press, Lampung.
33
Analisis Ekonomi Produksi Biji Sintetis Anggrek Macan
(Grammatophyllum scriptum)
untuk Lingkungan yang Berkelanjutan
Final Assignment Paper of Environmental Economic
Graduate School of Environment Science
Magister Program of Environmental Management
Written by:
Theresa Agustina Ana Nico
NIM: 13/359526/PMU/8113
Lecture:
Dr. Ir. Rini Widiati, M.Si
GRADUATE OF SCHOOL
GADJAH MADA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi, salah satunya adalah tanaman anggrek. Anggrek merupakan anggota famili
Orchidaceae yang memiliki lebih dari 26.000 spesies yang tersebar di seluruh
dunia. Dari sekitar 26.000 spesies anggrek di seluruh dunia, 5.000 – 6.000 spesies
diantaranya terdapat di Indonesia (Lestari dan Santoso, 2011).
Keanekaragaman anggrek di Indonesia berjumlah sekitar 6.000 spesies dan
memiliki nilai ekonomi tinggi. Nilai ekonomi tersebut dikarenakan bunga anggrek
yang memiliki daya tarik tersendiri dalam berbagai variasi bentuk, warna, dan
ukuran dengan ciri-ciri yang unik. Meski demikian anggrek memiliki struktur
bunga yang sama dan khas yang terdiri dari sepal, petal, labellum, dan bakal buah
(Novitasari, 2011). Keunikan yang dimiliki bunga anggrek, membuat spesies ini
memiliki potensi genetik yang kaya untuk dikembangkan. Dari sekian banyak
anggrek yang tersebar di Indonesia, salah satu genus anggrek yang memiliki
potensi ekonomi tinggi adalah Grammatophyllum.
Grammatophyllum scriptum atau yang biasa disebut dengan Anggrek Macan
merupakan jenis anggrek epifit yang tersebar di Papua, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan dan NTT (Madulid, 2002). Spesies anggrek ini memiliki ukuran yang
besar dengan pertumbuhan batang tipe monopodial dan biasa tumbuh
berkelompok; jumlah kuntum bunga antara 25-50 buah dengan lebar 4-5 cm, dan
waktu berbunga antara bulan Januari sampai Agustus (Madulid, 2002; Backer dan
Bakhuizen Van den Brink, 1968). Selain itu bentuk dan corak bunganya yang
menarik dengan warna kuning kehijauan berbintik-bintik cokelat semakin
membuat anggrek G. scriptum banyak digemari masyarakat untuk dijadikan
tanaman hias yang memiliki nilai jual tinggi. Namun hal tersebut akan lebih baik
apabila diikuti dengan upaya perbanyakan menggunakan metode pembenihan dan
2
pembibitan yang mumpuni, mengingat permasalahan yang dihadapi anggrek saat
ini dalam hal perbanyakannya di alam masih sulit dilakukan.
Perbanyakan alami dengan biji dari G. scriptum di habitat aslinya masih
sangat sulit diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga
mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga (Gunawan, 2004). Perbanyakaan
generatif anggrek membutuhkan simbiosis dengan mikroorganisme lain mulai dari
tahap penyerbukan hingga perkecambahan, sehingga dalam perkecambahan
dibutuhkan bantuan mikoriza sebagai simbionnya (Arditti, 1992). Hal ini
dikarenakan anggrek memiliki biji dengan ukuran sangat kecil dan tanpa adanya
cadangan makanan (endosperm). Ketiadaan cadangan makanan pada biji anggrek
membuat anggrek sangat sulit berkecambah di lingkungan alami dengan kondisi
normal (Hartman et al., 1990; Yusnita, 2010).
Baru-baru ini telah banyak dikembangkan usaha perbanyakan biji melalui
teknologi biji sintetis. Biji sintetis merupakan pengkapsulan embrio buatan yang
dilakuan dengan teknik kultur jaringan (Lelu et al., 1994). Teknologi biji sintetis
pertama kali digagas oleh Murashige pada tahun 1977, yaitu dengan membungkus
eksplan pada suatu lapisan yang menyerupai struktur terluar dari biji.
Pembungkus fisik yang biasa digunakan adalah natrium alginat (Redenbaugh et
al., 1992). Menurut Saiprasad (2001), salah satu keuntungan teknik biji sintetis
adalah teknik ini sangat cocok untuk tanaman yang tidak mampu menghasilkan
biji atau memiliki biji tetapi tidak memiliki cukup cadangan makanan seperti pada
anggrek.
Teknologi biji sintetis sangat bermanfaat untuk mengurangi penggunaan
pestisida pada tanah serta mengurangi penggunaan lahan perkebunan karena
proses penanamannya berada dalam laboratorium pada suhu dan kondisi ruangan
yang telah diatur. Sebagaimana kita ketahui, peradaban modern memaksa manusia
untuk menggunakan bahan-bahan sintetis sebagai komposisi pestisida dalam
pengelolaan pertanian, sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan ekosistem. Setiap tahun, sekitar 1000-1500 senyawa kimia baru
diproduksi, sementara pada saat ini senyawa kimia yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari berkisar 60.000 (Schnoor, 1996). Jelas bahwa penggunaan
3
senyawa tersebut mempunyai potensi yang besar untuk mencemari atau
berdampak negatif terhadap lingkungan, tidak hanya dimana senyawa tersebut
diproduksi atau digunakan, tetapi menyebar ke tempat yang terpencil atau ribuan
kilometer dari tempatnya diproduksi atau digunakan.
Semua komponen bumi seperti udara, tanah dan air akan mengalami dampak
penggunaan senyawa kimia lama atau baru, yang sebagian besar belum diketahui
secara pasti apa akibatnya bagi manusia dan lingkungannya. Adanya pengetahuan
mengenai pencemar tersebut sangatlah penting untuk tindakan pengelolaan
lingkungan. Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun
2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dapat dijadikan dasar
sebagai upaya pengelolaan lingkungan hidup, pada UULH tersebut dijelaskan
bahwa lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia, masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia membuat
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Gambar 1.1. menunjukkan siklus airtanah yang terkena polutan pestisida.
Gambar 1.1. Siklus Airtanah yang Terkena Polutan Pestisida
4
Batasan ini menyebut pada dua hal terjadinya pencemaran lingkungan.
Pertama, pencemaran itu terjadi oleh karena adanya kegiatan manusia. Kedua,
bahwa pencemaran lingkungan bisa terjadi karena proses alam yang belum tentu
dikehendaki manusia. Salah satu pencemaran lingkungan oleh karena kegiatan
manusia adalah penggunaan pestisida dalam bidang pertanian yang terus menerus
pada suatu areal lahan sehingga mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan
tempat tumbuhnya tanaman. Dengan demikian, pengusahaan biji sintetis G.
scriptum dapat dijadikan alernatif pengelolaan lingkungan, karena dapat
mengurangi penggunaan pestisida yang dapat mencemari tanah dan air, serta
dapat bermanfaat menciptakan kembali keseimbangan alam karena keberadaan
dari G. scriptum tetap terjaga, maka mikoriza yang bersimbiosis dengannya dapat
tetap hidup.
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tugas yang berjudul “Analisis
Ekonomi Produksi Biji Sintetis Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum)
untuk Lingkungan yang Berkelanjutan” ini disusun untuk membuat suatu
proyeksi usaha yang bernilai ekonomi tinggi namun efektif dan efisien serta tetap
memperhatikan lingkungan yang berkelanjutan.
5
BAB II
ASPEK ANALISIS PROYEK
2.1. Aspek Teknis
Indonesia merupakan negara yang kaya
dengan keanekaragaman hayati
Anggrek Grammatophyllum scriptum
berpotensi sebagai tanaman hias
unggulan dengan nilai jual yang tinggi
- Lahan kritis, terbatas dan tidak
produktif
- Adanya penebangan pohon
habitat asli anggrek
- Adanya pencemaran pestisida
Memiliki
Hambatan
Perbanyakan dengan
teknik kultur in vitro
Pembuatan matrik enkapsulasi,
Pembentukan biji sintetis, Penanaman
dan Perbanyakan tanaman G. scriptum
yang unggul dan berkualitas
Manfaat perbanyakan tanaman G.
scriptum secara finansial menguntungkan,
secara ekologis berkelanjutan
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
6
Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi. Salah satunya adalah anggrek dengan jumlah sekitar 5.000 - 6.000 spesies.
Anggrek memiliki karakteristik dari segi bentuk dan corak bunga yang unik
sehingga menjadikan tanaman ini memiliki nilai jual tinggi sebagai tanaman hias
yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu anggrek yang memiliki nilai jual
tinggi adalah Grammatophyllum scriptum. G. scriptum seperti halnya tanaman
anggrek pada umumnya menghadapi permasalahan pada perkecambahan biji. Biji
anggrek G. scriptum bersifat heterozigot, berukuran kecil, dan tidak memiliki
endosperm. Keterbatasan ini menyebabkan perbanyakan anggrek melalui biji
sangat sulit terlebih jika berada di alam, selain itu adanya lahan kritis, lahan yang
tidak produktif, penebangan pohon habitat asli anggrek dan pencemaran tanah
akibat pestisida turut menjadi faktor adanya kelangkaan pada anggrek G.
scriptum. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu teknik yang memberikan
kemudahan dalam perbanyakan anggrek tanpa harus melewati fase biji.
Propagasi anggrek dengan menggunakan teknik kultur jaringan telah banyak
dilakukan. Teknik kultur jaringan memberikan keuntungan bagi anggrek yang
sulit berkecambah secara alami, salah satu penerapan teknik kultur jaringan
adalah pembentukan biji sintetis. Dengan teknik kultur jaringan akan dihasilkan
tanaman dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat.
2.1.1. Tissues Culture
Perbanyakan anggrek G. Scriptum dengan kultur jaringan mampu
menghasilkan, seperti diterangkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kapasitas Produksi G. scriptum
No
1
2
3
Komponen
Jumlah tanaman terjual per bulan
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
Persentase penjualan
a. Tahun 1
b. Tahun 2
c. Tahun 3
Harga jual tanaman
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
7
Satuan
Nilai / Jumlah
botol
botol
300
250
%
%
%
100
100
100
botol
botol
50,000
100,000
Tissues culture atau kultur jaringan merupakan teknologi perbanyakan
tanaman sehingga dihasilkan sejumlah besar tanaman dalam waktu yang singkat
dan dalam jumlah yang besar, bahan utama yang digunakan dalam teknologi ini
adalah jaringan tumbuhan itu sendiri yang di potong kemudian di biakkan dalam
suatu media penuh nutrisi yang dimasukkan ke dalam botol dan diisolasi dalam
ruang kultur jaringan supaya kondisinya steril. Adapun tahapan yang dilakukan
untuk propagasi/perbanyakan anggrek G. scriptum melalui teknologi biji sintetis
meliputi tahap persiapan, tahap pembuatan media, tahap subkultur plb (protocorm
like bodies), penanaman eksplan pada media perlakuan, tahap enkapsulasi plb,
dan tahap pemeliharaan.
a) Tahap Persiapan
1. Erlenmeyer, botol kultur, spatula, pipet (tetes dan ukur), gelas ukur, gelas
beker dan cawan petri dicuci dengan deterjen, di bilas dengan air bersih,
kemudian di simpan di dalam rak dan di biarkan kering dengan mulut
menghadap ke bawah.
2. Skalpel, pinset, dan mata pisau dicuci dengan deterjen dan dikeringkan dengan
tisu kemudian dibungkus kertas.
3. Erlemeyer, gelas beker, dan botol kultur yang sudah kering ditutup dengan
kertas alumunium foil.
4. Semua alat tersebut disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121o C, dengan
tekanan uap air 1,5 atm selama 20 menit.
b) Tahap Pembuatan Media
a. Media Subkultur
1. Media MS dan agar yang akan digunakan ditimbang masing-masing sebesar
17,20 gr dan 4,8 gr dengan menggunakan neraca analitik.
2. Aquades sebanyak 200 ml disiapkan dalam gelas erlenmeyer dan media MS
yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas erlemeyer
sambil diaduk merata dengan sendok.
8
3. Mengukur pH media dengan menggunakan pH meter dan menetapkan pada
pH 5,6-5,8 dengan cara menambahkan NaOH 1 M untuk menaikan pH dan
menambahkan HCl 1 M untuk menurunkan pH. Ditambahkan tetes demi tetes
sampai mencapai pH 5,6-5,8.
4. Agar sebanyak 4 gr dimasukkan ke dalam media.
5. Aquades ditambahkan sampai volume media kurang lebih menjadi 500 ml.
6. Gelas erlenmeyer berisi media dan agar dipanaskan di atas hot plate sambil
diaduk dengan bantuan magnetic stirer hingga media dan agar larut semua.
7. Setelah mendidih, media dituangkan ke dalam botol media steril kurang lebih
20 ml per botol.
8. Botol media ditutup dengan alumunium foil dan disterilisasi kembali
menggunakan autoclave pada suhu 121oC dan tekanan uap 1,5 atm selama 15
menit.
9. Botol media yang telah disterilisasi dikeluarkan dari autoclave, didinginkan
pada suhu ruang dan botol media disimpan dalam rak kultur di ruang inkubasi
sampai saatnya digunakan untuk menanam eksplan.
b.
Matrik Enkapsulasi
Media enkapsulasi dibuat dengan melarutkan masing-masing konsentrasi
media MS dalam aquades kemudian ditambahkan 3% natrium alginat.
Ditempat terpisah di siapkan larutan CaCl2.2H2O dengan konsentrasi 75 mM
sebagai penjendal dalam botol yang berbeda sesuai perlakuan.
c.
Media Perlakuan
Media perlakuan adalah variasi konsentrasi MS instan pada matrik
enkapsulasi. Persentase konsentrasi dibuat dengan melarutkan gram MS
instan tersebut pada larutan natrium alginat hingga volume 100 ml.
c) Tahap Subkultur PLB
Tahap subkultur plb dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan plb
sekunder dari plb yang dihasilkan pada eksplan sebelumnya. Penanaman plb
dilakukan secara aseptis di dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Langkah
9
pertama yang dilakukan adalah dengan mensterilkan tangan menggunakan alkohol
70%. Meja, dinding, dan kaca penutup LAFC dibersihkan menggunakan alkohol
70% kemudian dilap dengan tisu. Alat-alat seperti pinset, tisu, skalpel, gunting
yag diperlukan dalam kultur disterilkan dengan disinari ultraviolet (UV) di dalam
LAFC selama 15 menit. Alat-alat tersebut juga disterilkan dengan dicelupkan
dalam alkohol 96% dan dibakar di atas api bunsen pada saat penanaman planlet
berlangsung. Planlet yang ditanam dalam media kultur, diambil dengan
menggunakan pinset dan ditanam dalam media pada botol kultur, kemudian
ditutup kembali dengan alumunium foil. Kemudian botol kultur yang berisi
eksplan diletakan pada ruang inkubasi dan diamati sampai plb mulai terbentuk.
d) Tahap Enkapsulasi PLB
1. Plb yang sudah terbentuk pada tahap penanaman subkultur diambil dan
dipisahkan. Plb dikeringkan dengan tisu steril kemudian dimasukan pada
larutan natrium alginat yang ditambah dengan beberapa konsentrasi media
MS sesuai rancangan percobaan.
2. Setiap satu plb diambil dari larutan natrium alginat, dan dijatuhkan satu per
satu pada larutan CaCl2.2H2O lalu didiamkan selama 30 menit.
3. Bulatan-bulatan yang sudah terbentuk dipisahkan dari larutan CaCl2.2H2O
kemudian dicuci dengan aquades. Bulatan diletakkan pada botol kultur yang
diberi kapas dan dibasahi akuades.
4. Botol kultur yang telah berisi bulatan-bulatan hasil enkapsulasi plb kemudian
disegel dengan parafilm dan disimpan pada ruang penyimpanan dengan suhu
kamar (25o-27o C).
e) Tahap Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% pada botol
kultur yang telah berisi biji sintetis setiap kali melakukan pengamatan agar
kondisi aseptis di dalam ruang inkubasi tetap terjaga. Selain itu kondisi di dalam
ruang inkubasi diatur pada suhu 20o C-26o C dengan penyinaran pada intensitas
rendah yaitu 2,5-10 W.m2
10
2.2. Aspek Sosial
Pencemaran oleh pestisida di bidang pertanian, mengakibatkan perairan
banyak yang mengalami proses penyuburan (eutrophication). Organisme yang
sesuai dengan kondisi kesuburan yang tinggi berkembang biak dengan cepat dan
mendesak organisme lain. Terjadilah ledakan populasi, misalnya ledakan Eceng
gondok dan ganggang Microcystis yang sering terjadi di Danau Saguling
(Soemarwoto, 2001). Selain adanya eutrofikasi yang timbul akibat pencemaran
pestisida, perairan mengalami apa yang disebut dengan sedimentasi.
Kadar partikel tanah yang tinggi menyebabkan terjadinya pendangkalan
sungai, danau, waduk, saluran irigasi dan pelabuhan karena aliran air melambat,
material besar dan berat tidak terangkat (Soemarwoto, 2001). Pendangkalan
sungai atau sedimentasi meningkatkan bahaya banjir karena volume air yang
dapat disalurkan melalui arus sungai menurun. Gambar 2.1. berikut ini
menunjukkan bahwa adanya pemberian pestisida dengan jumlah tinggi dalam
bidang pertanian memiliki dampak buruk bagi lingkungan biotik dan abiotik.
Gambar 2.2. Dampak Pemberian Pestisida bagi Lingkungan
Penggunaan pestisida tidak lagi dapat terhindarkan dalam bidang pertanian,
kecenderungan memperoleh hasil yang maksimal (produktivitas tinggi dan cepat)
mengabaikan dampak yang terjadi pada lingkungan, sehingga terjadi salinasi
tanah dan keracunan pada tanaman.
Keadaan tersebut tentu meningkatkan risiko bagi manusia sebagai pengguna
tanah dan airtanah. Harus diakui bahwa tanah dan airtanah sebagai tempat
buangan akhir bagi limbah pestisida merupakan alternatif yang menarik dan
11
mudah untuk dilakukan. Gambar 2.3. menunjukkan aktivitas pemberian pestisida
di lahan pertanian oleh petani.
Gambar 2.3. Aktivitas Pemberian Pestisida oleh Petani
Pestisida mereduksi kepadatan populasi serangga hama dengan sangat cepat,
tetapi selain itu juga memiliki dampak negatif, yaitu pengurangan kepadatan
populasi
secara
spesiifik,
membunuh
herbivora
bahkan
karnivora
dan
menyebabkan resistensi pada hama itu sendiri (Soeriaatmadja, 1997). Pemberian
pestisida secara berlebihan, tidak bisa terserap dan memberikan dampak pada
kualitas tanah sehingga terjadi degradasi tanah, selain itu pestisida menyebabkan
rusak/hilangnya aktivitas biologi dalam air dan tanah. Kerusakan lingkungan
terjadi ketika potensi terbarukan mengalami penurunan kualitas atau kuantitas dan
menjadi tidak terbarukan, hal ini mengakibatkan gangguan komponen satu dan
yang lain, karena komponen merupakan suatu sistem.
Insektisida, pestisida atau fungisida yang terdapat didalam tanah, airtanah,
serta udara memiliki kandungan logam yang berperan sebagai kontaminan,
sehingga berbahaya bagi lingkungan biotik maupun abiotik seperti ditunjukkan
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kandungan Kontaminan Logam dan Kation pada Pestisida
Jenis kontaminan
Penggunaannya
Campuran logam, zat warna, insektisida,
Arsen
herbisida dan racun tikus
Campuran logam, pelapis (coating), bahan
Kadmium (Cadmium)
untuk baterai, perlengkapan elektrik, cat,
fotografi dan fungisida
Tembaga (Copper)
Campuran logam, cat, kabel listrik, mesinmesin, elektroplating, jaringan pipa dan
insektisida
Campuran logam, elektroplating, elektronik,
Seng (Zinc)
automotif, fungisida, atap
Sumber: Fetter (1999)
12
Tabel 2.5., 2.6., 2.7., dan 2.8. berikut ini menampilkan senyawa kimia yang
terkandung dalam pestisida efek yang ditimbulkan bagi manusia dan hewan.
Tabel 2.5. Efek Akut dan Efek Kronis Akibat Pemberian Pestisida
Senyawa Kimia
Efek akut
Efek kronis
Pestisida
Aldrin dan Dieldrin
-Tremor, koma
-Karsinogenesis
DDT
-Pusing, nausea, muntah -Minimal
dan tremor
Hydrogen cyanide
-Pemblokiran
sistem -Minimal
pernafasan sel
Pentaclorophenol
-Mengganggu metabolisme -Keracunan hati, termasuk
sel
jaringan
lemak
dan
gangguan kerja enzim
tubuh
Sumber: Watts (1997)
Tabel 2.6. Kandungan Bahan Aktif dan Akibat yang di Timbulkan
13
Tabel 2.7. Efek akut dari kandungan senyawa kimia pestisida terhadap manusia
Jenis senyawa Sistem Sistem
Jaring
Respiratory
Kulit Kemati
saraf
pencernaan
an
an
pusat
syaraf
Pestisida
H
H
H
H
organik
terhalogenasi
Herbisida
H
organik
phenoxy
terhalogenasi
2-4-D
H
Pestisida
H
H
H
organosfor
Pestisida
H
organonitrogen
Insektisida
H
H
H
Carbamat
Fungisida
H
dimethyldithioc
arbonate
Catatan:
H: secara statistik terbukti mempunyai efek pada manusia
A: secara statistik terbukti mempunyai efek pada binatang percobaan
H
H
H
Sumber: Yong et al. (1992)
Tabel 2.8. Dampak Pemberian Pestisida sampai dengan Tingkat DNA/Sel pada Hewan
dan Manusia
Jenis senyawa
Karsinogenik
Mutagenik Teratogenik
Kerusakan
sistem
reproduksi
Pestisida
organik A
A
A
H
terhalogenasi
Herbisida
organik A
A
A
A
phenoxy terhalogenasi
2-4-D
Pestisida organosfor
A
A
A
Pestisida
A
A
A
organonitrogen
Insektisida Carbamat
Fungisida
dimethyldithiocarbonate
Catatan:
H: secara statistik terbukti mempunyai efek pada manusia
A: secara statistik terbukti mempunyai efek pada binatang percobaan
Sumber: Yong et al. (1992)
Dengan semakin meningkatnya pencemaran tanah yang umumnya berakibat
pada pencemaran airtanah, maka upaya perbaikan kualitas lahan yang tercemar
(soil remediation) perlu dilakukan. Teknik remediasi hanya dilaksanakan setelah
14
penanganan kontaminan pada sumbernya cukup memadai untuk mengurangi
terlepasnya kontaminan ke dalam lingkungan. Pelaksanaan remediasi tanah dan
air tanah yang tercemar dapat dilakukan baik in-situ (on-site), maupun ex-situ
(off-site). Teknik in-situ umumnya dilakukan bila lokasi yang terkontaminasi
berada jauh didalam tanah atau secara teknis sulit untuk diambil, misalnya
pencemaran tanah atau akifer oleh NAPL (Non-Aqueous Phase Liquid) dan
pencemaran terjadi dalam skala yang luas.
Pengolahan in-situ merupakan cara yang disarankan bila memungkinkan,
karena akan mengurangi risiko penyebaran pencemar dan menghemat biaya bila
dibandingkan dengan pengolahan ex-situ. Tentu saja hal ini tergantung kondisi
lapangan dan fasilitas penunjang yang tersedia.
Apabila tanah semakin kritis dan ketersediaannya semakin terbatas, maka
lambat laun penanaman tanaman dengan teknologi seperti kultur jaringan akan
semakin di lirik oleh pembudidaya tanaman dan menjadi solusi jitu dalam
menyikapi kelangkaan tanah sebagai media penanaman
2.3. Aspek Komersial
Perencanaan dalam aspek komersial terdiri dari ramalan permintaan dan
penawaran, sistem pemasaran (input dan output), perencanaan pembiaayan, dan
kebijaksanaan harga.
A. Ramalan Permintaan dan Penawaran
Keunggulan yang didapat dari penanaman bibit anggrek menggunakan
teknologi biji sintetis, membuat konsumen tidak memiliki keraguan untuk
membeli tanaman hasil teknologi ini. Dengan adanya biji sintetis, penanganan
atau handling menjadi lebih mudah, sehingga pengiriman yang memerlukan
waktu berhari-hari dan ekspor keluar negeri dapat dilakukan, hal ini membuat
permintaan terhadap bibit anggrek macan ini semakin meningkat. Maka dari itu
biaya yang ditawarkan tidak menjadi masalah bagi konsumen, mengingat proses
pembibitan anggrek macan dengan teknologi biji sintetis tidaklah mudah dan
15
memerlukan keahlian khusus, membuatnya pantas untuk di jual dengan harga
tinggi.
B. Sistem Pemasaran (Input dan Output)
Strategi pemasaran sangatlah penting untuk diperhatikan agar produk yang
ditawarkan dapat dikenal oleh masyarakat luas, selain itu tercipta suatu efisiensi
dan efektifitas yang tinggi karena kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang begitu
besar untuk mencapai target penjualan atau dengan kata lain mendapatkan
pembeli dalam jumlah besar. Adapun target pemasaran yang dituju dari
perencanaan produksi biji sintetis ini meliputi: masyarakat luas dan konsumen
yang berada di luar negara Indonesia, perguruan tinggi, serta instansi pemerintah
yang bergerak dalam bidang pertanian. Berikut ini akan di jelaskan satu per satu
alasan pemilihan target penjualan.
1.
Masyarakat luas dan konsumen dari luar negera Indonesia
Bunga anggrek merupakan bunga yang sangat indah dan diminati oleh
masyarakat luas, namun seringkali tanaman anggrek hasil budidaya tidak mampu
memenuhi banyaknya permintaan konsumen, pemeliharaan tanaman anggrek
dilakukan oleh tenaga yang kurang berkompeten membuat produk yang di
tawarkan kurang menarik dari segi pengemasan (packaging), selain itu adanya
teknologi biji sintetis yang mampu bertahan dalam waktu yang lama membuatnya
tidak cepat busuk. Dengan adanya teknologi biji sintetis, produk yang dihasilkan
seragam dan memiliki kualitas yang unggul karena ditanam oleh tenaga ahli yang
profesional.
2.
Perguruan tinggi
Banyaknya penelitian yang bergerak dalam bidang kutur jaringan, membuat
banyak pula permintaan terhadap tanaman anggrek hasil biji sintetis ini.
Pembiakan dengan teknik kultur jaringan menggunakan tanaman anggrek relatif
mudah dilakukan oleh pemula, dibandingkan menggunakan tanaman lain.
3.
Instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pertanian
Jumlah produksi bibit tanaman anggrek seringkali tidak mencapai target,
akhirnya penjualan tanaman anggrek tidak dapat dilakukan secara optimal. Hal ini
16
dikarenakan pembibitan dengan cara konvensional sangat bergantung dengan
cuaca, sedangkan saat ini kita tidak dapat memprediksi secara pasti waktu yang
tepat ketika akan melakukan suatu pembibitan. Dengan adanya teknik pembibitan
dengan biji sintetis ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan permintaan
jumlah tanaman anggrek, karena proses pembuatan biji sintetis ini berada dalam
ruangan dengan perlakuan dan suhu yang terkontrol maka persentase tanaman
anggrek yang hidup tinggi.
C. Perencanaan Pembiayaan
Rencana pembiayaan kegiatan usaha ini berasal dari modal kredit sebesar
30% dengan bunga 15% per tahun dan modal mandiri sebesar 70 %, sehingga
angsuran beserta bunga pinjaman yang harus di bayarkan nantinya tidak terlalu
berat.
D. Kebijaksanaan Harga
Biaya produksi yang telah disusun berdasarkan pertimbangan permintaan
pasar dan kemampuan daya beli produsen diperkirakan akan memberikan
keuntungan bagi produsen, karena harga jual yang ditawarkan tinggi namun
permintaan terhadap produk juga meningkat oleh karena daya beli konsumen
sangat tinggi, selain itu kualitas produksi yang unggul membuat konsumen tidak
mempermasalahkan harga yang harus dibayar untuk sebuah kualitas yang unggul.
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi dari Grammatophyllum scriptum adalah sebagai berikut:
Divisio
: Magnoliophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Classis
: Liliopsida
Sub Classis
: Liliidae
Ordo
: Orchidales
Familia
: Orchidaceae (Dressler, 1993)
Tribus
: Cymbidiinae
Genus
: Grammatophyllum
Species
: Grammatophyllum scriptum (Lindl.) Bl. (Millar, 1999).
Grammatophyllum scriptum merupakan jenis anggrek epifit, yaitu jenis
anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan inangnya
dan membutuhkan naugan dari cahaya matahari. G. scriptum dapat dijumpai di
Philipina, seperti di kepulauan Luzon, Mindoro, Saman dan Palawan yang
merupakan daerah dataran rendah di hutan primer pada ketinggian 500 m di atas
permukaan laut. Spesies ini juga dapat ditemukan di Malaysia dan Indonesia
(Madulid, 2002). G. scriptum yang terdapat di Indonesia mempunyai daerah
penyebaran di Papua, Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara Timur
(NTT). Spesies ini dapat berasosiasi dengan pohon inang, antara lain Bruguiera
gymnorhiza, Heriiera litoralis, Fruticosum, Ficus sp. Selain itu G. scriptum dapat
pula berasosiasi dengan pohon kelapa yaitu pada sela-sela tangkai daunnya
(Mangiwa, 2002; Millar, 1999). Morfologi G. scriptum dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
18
a
b
Gambar 3.1. Struktur Morfologi Grammatophyllum scriptum
a. Bunga b. Habitus
Penyerbukan G. scriptum di alam tergolong ke dalam penyerbukan yang
dibantu oleh serangga. Hal ini disebabkan oleh warna bunga yang dimiliki G.
scriptum sangat menarik bagi serangga. Biji G. scriptum, seperti anggrek pada
umumnya berukuran kecil dan ringan sekitar 0,05-6 mm dengan berat biji 0,34124 µg sehingga mudah terbawa oleh angin (Arditti, 1992). Selain itu biji anggrek
tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan (endosperm) bahkan
embrionya
belum
mencapai
kematangan
sempurna,
sehingga
dalam
perkecambahan dibutuhkan mikoriza sebagai simbionnya. Sebelum mampu
melakukan fotosintesis, kebutuhan nutrisinya harus dipasok dari luar. Dengan
pemanfaatan teknik kultur jaringan, akan didapatkan tanaman yang mirip dengan
tanaman induknya.
Keuntungan memperbanyak tanaman dengan menggunakan biji sintetis
diantaranya adalah biji atau benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama,
dapat mengembangkan propagasi dalam skala besar, dapat mempertahankan
keseragaman genetik tanaman, dan menghemat ruang serta mudah dalam
penanganannya (Saiprasad, 2001).
3.2. Perkecambahan Biji Sintetis G. scriptum
Perkecambahan diartikan sebagai peristiwa munculnya tunas pada eksplan
plb yang mampu menembus dinding kapsul biji sintetis. Pengamatan yang
19
dilakukan adalah dengan menghitung banyaknya tunas yang terbentuk pada
minggu ke-3, 6, 9, dan 12. Dasar teori yang digunakan dalam kultur jaringan
mengacu pada istilah totipotensi. Schleiden dan Theodore Schwan yang telah
menjuruskan perhatiannya pada kehidupan sel, menemukan satu konsep baru,
bahwa satu sel dapat tumbuh sendiri walaupun telah terpisah dari tanaman
induknya. Mereka mengemukakan bahwa segala peristiwa rumit yang terjadi
dalam tubuh satu organisme selama hidup, bersumber pada sel. Dari konsep inilah
tumbuh pernyataan bahwa satu sel mempunyai kemampuan untuk berkembang.
Sel berkembang dengan jalan regenerasi sehingga pada suatu saat akan terbentuk
satu tanaman sempurna. Kemampuan regenerasi inilah yang disebut totipotensi
(Katuuk, 1989). Biji yang ditanam pada media kapas basah dengan berbagai
variasi konsentrasi media MS mulai mengalami peristiwa perkecambahan pada
awal minggu ketiga (seperti pada Gambar 3.2.).
Gambar 3.2. Perkecambahan Biji Sintetis G. scriptum.
(a) biji sintetis G. scriptum yang sudah berkecambah;
(b) tunas biji sintetis yang sudah menembus kapsul
Pada minggu pertama dan kedua, biji sintetis yang ditanam pada media
perlakuan belum mengalami perubahan. Hal ini dimungkinkan karena proses
penyerapan nutrisi dan hara yang membantu dalam meregenerasi sel membentuk
jaringan baru membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada proses penanaman ini
20
kemunculan tunas mulai terjadi pada minggu ke-3. Tunas yang terbentuk diawali
dengan tonjolan yang berwarna hijau berbentuk bulat di tengah eksplan plb.
Tonjolan hijau tersebut merupakan hasil dari organogenesis yang belum
terdeferensiasi menjadi bagian atau organ yang lengkap. Kemudian tonjolan hijau
tersebut tumbuh membentuk tunas yang dapat menembus dinding biji sintetis.
Tunas yang muncul pada biji sintetis tidak hanya tumbuh dari satu sisi potongan
plb saja. Namun dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu tunas yang muncul
pada bagian sisi potongan plb, seperti yang terlihat pada Gambar 3.3. di bawah
ini.
Gambar 3.3. Tunas Biji Sintetis G. scriptu
21
3.3. Asumsi Perencanaan Analisis Ekonomi
Asumsi perencanaan analisis ekonomi di susun supaya didapatkan prakiraan
mengenai pengeluaran apa saja yang diperlukan dan pendapatan yang diperoleh
selama setahun, serta menjadi dasar atau acuan bagi perencanaan suatu usaha
seperti yang tampak pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Asumsi Perencanaan Analisis Ekonomi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Asumsi
Periode proyek
Bulan kerja tahun
Tenaga kerja bersifat tetap
Pemilik
Sifat usaha
a. Budidaya (Nursery)
b. Perdagangan
Jumlah tanaman terjual per bulan
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
Persentase penjualan
a. Tahun 1
b. Tahun 2
c. Tahun 3
Harga bahan baku tanaman
Bibit
Harga jual tanaman
a. Tanaman kecil
b. Tanaman sedang
Satuan
tahun
bulan
orang
orang
Nilai / Jumlah
3
12
7
1
%
%
40
60
botol
botol
300
250
%
%
%
100
100
100
Rp/Unit
2,000
botol
botol
50,000
100,000
%
15%
%
%
30%
70%
tahun
tahun
3
1
Pada bulan pertama tidak ada penjualan dari
tanaman kecil dan sedang karena masih dalam
proses pembibitan
Pada bulan kedua dan ketiga tidak ada penjualan
dari tanaman kecil dan sedang karena masih
dalam tahap aklimatisasi
Suku Bunga per Tahun
Proporsi Modal :
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Jangka waktu Kredit :
a. Kredit investasi
b. Kredit modal kerja
Proyek ini akan dilaksanakan selama 3 tahun, dimana pada bulan pertama
hingga bulan ketiga tidak dilakukan penjualan karena tanaman anggrek masih
dalam proses pembibitan dan aklimatisasi atau penyesuaian, proyek ini berjalan di
bawah tanggung jawab dengan 1 pemilik dan 7 pekerja tetap yang mengerjakan
produksi biji sintetis. Target penjualan per satu bulan mampu menjual 300 botol
tanaman kecil dan 250 tanaman sedang, bibit diperoleh seharga Rp 2.000 dan di
jual seharga Rp 50.000 dan Rp 100.000 untuk masing-masing tanaman kecil dan
sedang, mahalnya harga yang harus dibayar dikarenakan sulitnya pembuatan biji
sintetis dan harus dilakukan oleh tenaga ahli, peralatan yang digunakan pun
sangatlah mahal. Suku bunga pinjaman sebesar 15% per tahun dan modal kredit
hanya 30% dari total sumber modal dikarenakan 70% modal berasal dari dana
pribadi pemilik dan bantuan dari dana DIKTI.
23
Tabel 3.2. Rencana Biaya Investasi Produksi Biji Sintetis
Komponen Biaya
Perizinan
Kendaraan
a.Mobil Bak
b.Sepeda Motor
Alat produksi dan budidaya
a.Erlenmeyer
b.Botol kultur
c.Spatula
d.Pipet tetes
e.Pipet ukur
f.Gelas ukur
g.Gelas beker
h.Cawan petri
i.Skalpel
j.Pinset
k.Mata pisau
l.Timbangan analitik
m.Hot plate
n.Gunting
o.Lampu bunsen
p.Hand sprayer
Fasilitas lain
q.Autoclave
r.Oven
Jumlah
SATUAN
Jumlah Fisik
1
Harga
Jumlah
Umur
Nilai
Nilai sisa
Nilai sisa
per Satuan
Rp
Biaya
Rp
Ekonomis
(tahun)
Penyusutan
Rp
di akhir umur
ekonomis (Rp)
di akhir umur
proyek (Rp)
5,000,000
5,000,000
unit
unit
2
3
70,000,000
12,000,000
140,000,000
36,000,000
15
10
7,333,333
3,100,000
30,000,000
5,000,000
118,000,000
26,700,000
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
5
5
3
5
5
5
3
5
2
2
5
1
1
3
5
5
35,000
1,000
2,000
500
25,000
25,000
35,000
15,000
20,000
10,000
5,000
100,000
150,000
15,000
20,000
5,000
175,000
5,000
6,000
2,500
125,000
125,000
105,000
75,000
40,000
20,000
25,000
100,000
150,000
45,000
100,000
25,000
5
5
5
3
5
5
5
5
3
1
1
10
10
10
10
5
28,000
800
960
667
20,000
20,000
14,000
12,000
6,667
10,000
20,000
0
0
3,000
8,000
4,000
35,000
1,000
1,200
500
25,000
25,000
35,000
15,000
20,000
10,000
5,000
100,000
150,000
15,000
20,000
5,000
35,000
1,000
1,200
500
25,000
25,000
35,000
15,000
20,000
10,000
5,000
100,000
150,000
15,000
20,000
5,000
unit
unit
1
1
50,000,000
25,000,000
50,000,000
25,000,000
257,123,500
15
15
1,333,333
1,000,000
12,914,760
30,000,000
10,000,000
75,462,700
30,000,000
10,000,000
185,162,700
Sumber dana investasi dari *) :
a. Kredit
b. Dana sendiri
30%
70%
77,137,050
179,986,450
24
Komponen biaya yang dikeluarkan dari produksi biji sintetis meliputi
perizinan, kendaraan, alat produksi dan budaya, dan fasilitas lain sebesar Rp
257.123.500 memiliki nilai penyusutan sebesar Rp12.914.760, nilai sisa di akhir
umur ekonomis dan nilai akhir di sisa umur proyek berturut-turut sebesar Rp 75.
462.700 dan Rp 185.162.700. Sumber dana berasal dari dana pinjaman atau kredit
dengan persentase 30% sebesar Rp 77.137.050 bunga pinjaman per tahun 15%
dan modal pribadi dengan persentase 70% sebesar Rp 179.986.450.
Tabel 3.3. Biaya Variabel Produksi Biji Sintetis
No
1
2
3
4
5
6
7
Struktur biaya
Bahan baku
a. Bibit
Media tanam
Kapas
Penyubur
Hormon IAA
Reagen
a. Aquades
b. Alkohol 70%
c. Media MS
d. Spirtus
e. Sukrosa
f. NaOH
g. HCl
h. Agar
i. Natrium Alginat
j. CaCl
k. Vitamin
Pendukung
a. Plastik wrap
b. Alumunium foil
Biaya karyawan
Satuan
Jumla
h Fisik
Biaya per
satuan
Rp
Jumlah biaya
1 tahun
Rp
Unit
200
2,000
400,000
4,800,000
Bal
1
50,000
50,000
600,000
ml
10
1,000
10,000
120,000
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
ml
100
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
100
800
1,000
500
800
1,000
1,500
2,000
1,000
1,000
500
10,000
40,000
50,000
25,000
40,000
50,000
75,000
100,000
50,000
50,000
25,000
120,000
480,000
600,000
300,000
480,000
600,000
900,000
1,200,000
600,000
600,000
300,000
Gulung
Gulung
5
5
10,000
10,000
50,000
50,000
600,000
600,000
a. Bonus penjualan
Frekuensi
270
30,000
8,100,000
97,200,000
b. Bonus proyek
Total Biaya Variabel
Frekuensi
4
150,000
600,000
9,775,000
7,200,000
117,300,000
Tabel 3.4. Tabel Pendapatan Produksi Biji Sintetis
HARGA
NO
Produk
VOLUME
UNIT
JUAL
1
2
Jumlah biaya
1 bulan
Rp
Tanaman kecil
Tanaman sedang
300
250
botol
botol
50,000
PENJUALAN
1 BULAN
15,000,000
25,000,000
PENJULAN
1 TAHUN
180,000,000
300,000,000
100,000
TOTAL
40,000,000
Tabel 3.5. Total Biaya Tetap Produksi Biji Sintetis
Biaya
Per Unit
No Uraian
Jumlah
Unit
1
Tenaga Kerja
a. Pemilik
1
Orang
b. Supervisor
1
Orang
c. Karyawan
6
Orang
Sewa tanah
Bensin
1
a. Bensin untuk motor
2
3
Total Biaya
Bulan
2,500,00
0
480,000,000
1
Total Biaya 1
Tahun
2,500,000
30,000,000
800,000
9,600,000
500,000
3,000,000
36,000,000
Bulan
6,000,00
0
6,000,000
72,000,000
100
liter
6,500
650,000
7,800,000
b. Bensin untuk mobil
500
liter
6,500
3,250,000
39,000,000
Listrik
1
Bulan
200,000
200,000
2,400,000
Telepon
1
Bulan
200,000
200,000
2,400,000
Biaya kuli angkut
1
Bulan
100,000
100,000
1,200,000
4
Administrasi
1
Bulan
100,000
100,000
1,200,000
5
Iuran
1
Bulan
20,000
20,000
240,000
6
Biaya sosial
1
Bulan
300,000
300,000
3,600,000
7
Perawatan Kendaraan
1
Bulan
500,000
500,000
6,000,000
8
Biaya lain-lain
Total Biaya Tetap
Biaya Tetap
Total Biaya Produksi
Sumber dana modal
kerja dari
a. Kredit
b. Dana sendiri
1
Bulan
500,000
500,000
18,120,000
18,120,000
27,795,000
6,000,000
217,440,000
217,440,000
334,740,000
30%
70%
77.137.050
179.986.450
800,000
Dari ketiga tabel diatas, kita dapat melihat biaya variabel, biaya tetap dan
pendapatan dari produksi biji sintetis selama satu tahun. Dalam satu tahun, biaya
variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 117.300.000, total biaya tetap Rp
217.440.000 dan pendapatan sebesar Rp 480.000.000.
26
3.3. Angsuran Kredit Investasi
Angsuran kredit investasi dibayarkan setiap bulan selama tiga tahun dengan
bunga pinjaman (discount rate) 15%, angsuran tetap sebesar Rp 2.142.696. Pada
tahun pertama, angsuran yang harus dibayarkan sebesar: Rp 35,515,183, tahun
kedua sebesar: Rp 31,658,331, tahun ketiga sebesar: Rp 27,801,478.
Tabel 3.6. Analisis Kredit Investasi
Angsuran
Periode
Kredit
Tetap
Tahun-0
Bunga
Total
77,137,050
Saldo Awal
Saldo Akhir
77,137,050
77,137,050
Bulan -1
2,142,696
964,213
3,106,909
77,137,050
74,994,354
Bulan -2
2,142,696
937,429
3,080,125
74,994,354
72,851,658
Bulan -3
2,142,696
910,646
3,053,342
72,851,658
70,708,963
Bulan -4
2,142,696
883,862
3,026,558
70,708,963
68,566,267
Bulan -5
2,142,696
857,078
2,999,774
68,566,267
66,423,571
Bulan -6
2,142,696
830,295
2,972,990
66,423,571
64,280,875
Bulan -7
2,142,696
803,511
2,946,207
64,280,875
62,138,179
Bulan -8
2,142,696
776,727
2,919,423
62,138,179
59,995,483
Bulan -9
2,142,696
749,944
2,892,639
59,995,483
57,852,788
Bulan -10
2,142,696
723,160
2,865,856
57,852,788
55,710,092
Bulan -11
2,142,696
696,376
2,839,072
55,710,092
53,567,396
Bulan -12
2,142,696
669,592
2,812,288
53,567,396
51,424,700
Tahun-1
25,712,350
9,802,833
35,515,183
Bulan -1
2,142,696
642,809
2,785,505
51,424,700
49,282,004
Bulan -2
2,142,696
616,025
2,758,721
49,282,004
47,139,308
Bulan -3
2,142,696
589,241
2,731,937
47,139,308
44,996,613
Bulan -4
2,142,696
562,458
2,705,153
44,996,613
42,853,917
Bulan -5
2,142,696
535,674
2,678,370
42,853,917
40,711,221
Bulan -6
2,142,696
508,890
2,651,586
40,711,221
38,568,525
Bulan -7
2,142,696
482,107
2,624,802
38,568,525
36,425,829
Bulan -8
2,142,696
455,323
2,598,019
36,425,829
34,283,133
27
Bulan -9
2,142,696
428,539
2,571,235
34,283,133
32,140,438
Bulan -10
2,142,696
401,755
2,544,451
32,140,438
29,997,742
Bulan -11
2,142,696
374,972
2,517,668
29,997,742
27,855,046
Bulan -12
2,142,696
348,188
2,490,884
27,855,046
25,712,350
Tahun-2
25,712,350
5,945,981
31,658,331
Bulan -1
2,142,696
321,404
2,464,100
25,712,350
23,569,654
Bulan -2
2,142,696
294,621
2,437,317
23,569,654
21,426,958
Bulan -3
2,142,696
267,837
2,410,533
21,426,958
19,284,263
Bulan -4
2,142,696
241,053
2,383,749
19,284,263
17,141,567
Bulan -5
2,142,696
214,270
2,356,965
17,141,567
14,998,871
Bulan -6
2,142,696
187,486
2,330,182
14,998,871
12,856,175
Bulan -7
2,142,696
160,702
2,303,398
12,856,175
10,713,479
Bulan -8
2,142,696
133,918
2,276,614
10,713,479
8,570,783
Bulan -9
2,142,696
107,135
2,249,831
8,570,783
6,428,087
Bulan -10
2,142,696
80,351
2,223,047
6,428,087
4,285,392
Bulan -11
2,142,696
53,567
2,196,263
4,285,392
2,142,696
Bulan -12
2,142,696
26,784
2,169,480
2,142,696
(0)
Tahun-3
25,712,350
2,089,128
27,801,478
Tabel 3.7. Angsuran Kredit Modal Kerja
Bunga :
15%
Periode
Tahun-0
Bulan -1
Bulan -2
Bulan -3
Bulan -4
Bulan -5
Bulan -6
Bulan -7
Bulan -8
Bulan -9
Bulan -10
Bulan -11
Bulan -12
Tahun-1
Kredit
12
Angsuran
Tetap
Bunga
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
697,375
8,368,500
104,606
95,889
87,172
78,455
69,738
61,020
52,303
43,586
34,869
26,152
17,434
8,717
679,941
bulan
Total
8,368,500
28
801,981
793,264
784,547
775,830
767,113
758,395
749,678
740,961
732,244
723,527
714,809
706,092
9,048,441
Saldo Awal
8,368,500
8,368,500
7,671,125
6,973,750
6,276,375
5,579,000
4,881,625
4,184,250
3,486,875
2,789,500
2,092,125
1,394,750
697,375
Tahun
1
2
3
3.5.
Angsuran
Pokok
34,080,850
25,712,350
25,712,350
Angsuran
Bunga
Total
Angsuran
10,482,774
5,945,981
2,089,128
Saldo Awal
85,505,550
85,505,550
51,424,700
25,712,350
44,563,624
31,658,331
27,801,478
Saldo Akhir
85,505,550
51,424,700
25,712,350
0
Proyeksi Rugi Laba Usaha
Dalam suatu usaha, perlu dihitung besarnya laba dan rugi yang diperoleh
supaya dapat disusun suatu strategi penjualan lebih lanjut, adanya penghitungan
mengenai laba rugi dari suatu usaha membantu menentukan apakah suatu usaha
tersebut lebih baik di lanjutkan atau tidak. Dari Tabel 3.9. dapat dilihat bahwa total
penerimaan sebesar Rp 480.000.000 selama tiga tahun berturut-turut, sedangkan
total pengeluaran pada tahun pertama sebesar Rp 342.242.534, tahun kedua sebesar
Rp 365.600.741, dan tahun ketiga sebesar Rp 361.743.888. Maka keuntungan dari
penjualan pada tahun pertama sebesar Rp 25,83%, kemudian mengalami
penurunan pada tahun tahun kedua sebesar 21,45% dan peningkatan kembali di
tahun ketiga 22,17% meskipun peningkatan ini tidak lebih banyak daripada profit
on sales di tahun pertama.
Tabel 3.9. Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp)
No
A
Uraian
2
3
100%
100%
100%
480,000,000
480,000,000
480,000,000
107,525,000
199,320,000
10,482,774
12,000,000
117,300,000
217,440,000
12,914,760
5,945,981
12,000,000
117,300,000
217,440,000
12,914,760
2,089,128
12,000,000
Total Pengeluaran
342,242,534
365,600,741
361,743,888
R/L Sebelum Pajak
Pajak (10%)
Laba Setelah Pajak
Profit on Sales
BEP: Rupiah
137,757,466
13,775,747
123,981,719
25.83%
287,010,984
114,399,259
11,439,926
102,959,333
21.45%
312,722,238
118,256,112
11,825,611
106,430,500
22.17%
307,618,049
Penerimaan
Total Penerimaan
B
C
D
E
F
G
Tahun
1
Pengeluaran
i. Biaya Variabel
ii. Biaya Tetap
iii. Depresiasi
iv. Angsuran Bunga
v. Biaya Pemasaran
12,914,760
29
3.6. Proyeksi Cash Flow (Arus Kas)
Analisis kelayakan proyek (suatu aktivitas usaha yang menunjang
pembangunan) adalah proses untuk memproyeksikan anggaran arus biaya dan
pendapatan berdasarkan perhitungan-perhitungan mengenai kebutuhan yang
dituangkan dalam proyeksi cash flow atau arus kas. Arus kas bermanfaat untuk
mengetahui biaya pada periode waktu tertentu sehingga dapat digunakan sebagai
alat untuk perencanaan periode yang akan dating, seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 3.10, total arus masuk dari tahun ke tahun selama 3 tahun sebesar Rp
480.000.000, arus keluar pada tahun pertama sebesar Rp 377.184.371, tahun kedua
Rp
389.838.257 dan tahun ketiga Rp
386.367.090. Tabel tersebut juga
memperlihatkan bahwa perencanaan produksi biji sintetis anggrek macan
merupakan usaha yang memenuhi kriteria kelayakan karena arus kelayakan usaha,
yang menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 55,874,266 yang berarti nilainya positif,
IRR sebesar 24.54% yang nilainya lebih besar dari tingkat bunga pinjaman, Net
B/C rasio lebih dari 1, yaitu sebesar 1.20 dengan PBP sebesar 2, 7 tahun.
Tabel 3.10. Proyeksi Cash Flow (Arus Kas)
Rupiah
No
A
B
Uraian
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Tahun
0
1
2
3
480,000,000
480,000,000
480,000,000
285,018,500
-
480,000,000
480,000,000
480,000,000
480,000,000
185,162,700
665,162,700
665,162,700
257,123,500
9,775,000
18,120,000
107,525,000
199,320,000
34,080,850
10,482,774
13,775,747
117,300,000
217,440,000
25,712,350
5,945,981
11,439,926
117,300,000
217,440,000
25,712,350
2,089,128
11,825,611
77,137,050
8,368,500
179,986,450
19,526,500
30
7. Biaya Pemasaran/Distribusi
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
C
D
E
F
285,018,500
285,018,500
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG
IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (15%)
IRR
Net B/C
PBP
(285,018,500)
1.0000
(285,018,500)
(285,018,500)
Rp
55,874,266
24.54%
1.20
2.7
12,000,000
377,184,371
377,184,371
12,000,000
389,838,257
389,838,257
12,000,000
386,367,090
386,367,090
102,815,629
90,161,743
278,795,610
102,815,629
0.8696
89,404,895
(195,613,605)
90,161,743
0.7561
68,175,231
(127,438,374)
278,795,610
0.6575
183,312,639
55,874,266
tahun
31
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis ekonomi perencanaan produksi biji sintetis
Anggrek
Macan
(Grammatophyllum
scriptum)
untuk
lingkungan
yang
berkelanjutan, maka dapat disimpulkan bahwa: dengan adanya alternatif
penanaman tanaman Anggrek Macan menggunakan teknologi biji sintetis, dapat
bermanfaat mengurangi penggunaan pestisida pada tanah serta mengurangi
penggunaan lahan yang telah terbatas dan kritis. Selain itu, berdasarkan kelayakan
analisis usaha dengan meninjau NVP (Not Present Value) yaitu sebesar Rp
55,874,266, IRR sebesar 24.54%, Net B/C (Net Benefit/Cost) sebesar 1,20, dan
PBP (Pay Back Periode) selama 2,7 tahun maka dapat disimpulkan “Analisis
Ekonomi Produksi Biji Sintetis Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum)
untuk Lingkungan yang Berkelanjutan” merupakan usaha yang layak untuk
dilakukan. Suatu usaha dapat memenuhi kriteria kelayakan apabila: NVP bernilai
positif, nilai IRR lebih dari suku bunga pinjaman, dalam kasus ini 15% dan
besarnya Net B/C Rasio lebih dari 1.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arditi, J. 1992. Fundamental of Orchid. John Willey and Sons, New York.
Arditti, J. and Ernst, R. 1993. Micropropagation of Orchids. John Wiley and Sons,
New York.
Backer, C.A. and Bakhuizen Van den Brink, R.C. 1968. Flora of Java
Spermatophytes Only Vol. 3. The Rijksherbarium Netherlands, Groningen.
Fetter, C. W. 1988. Applied Hygdrogeology Ed. 2. Merril Publishing Company:
New York.
Gunawan, L.W. 2004. Budi Daya Anggrek. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hartman, H.T., Kester, D.E. dan Davis-Jr, F.T. 1990. Plant Propagation:
Principles and Practices. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.
Katuuk, J.R.P. 1989. Teknik Kultur Jaringan dan Mikropropagasi Tanaman.
Penerjemah Widiato, M. Bumi Aksara, Jakarta. Hal. 1-100.
Lelu, M. A., Bastien, C., Klimaszewska, K., Ward, C., and Chatest, P.J. 1994. An
Improved Method for Somatic Plantlet Production in Hybrid Larch (Larix
X Leproeuropaea). Part I. Somatic Ambryo Maturation. Plant Cell Tissue
and Organ Culture 42: 283-285.
Lestari, D. A. and Santoso, W. 2011. Inventory and Habitat Study of Orchid
Species in Lamedai Nature Reserve, Kolaka, Southeast Sulawesi.
Biodiversitas 12 (1): 28-37.
Madulid, D. A. 2002. A Pictorial Guide to the Note Worthy Plants of Palawan,
Palawan Tropical Forestry Protection Programme. Palawan Council for
Substainable Development, Manila.
Mangiwa, E. 2002. Jenis-Jenis Anggrek Epifit Pada Kawasan Hutan Pulau
Rumberpon. Skripsi. Jurusan Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan
Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Redenbaugh, K., Paasch, B.D., Nichol, J.W., Kossler, M.E., Viss, P.R., and
Walker, K.A. 1992. Somatic Seeds: Encapsulation of Asexual Plant
Embryos. Nature Biotechnology 8(4) : 797-801.
Saiprasad, G. V. S. 2001. Artificial Seeds and Their Aplication. General Article
Resonance 6(3): 39-47.
Schnoor, J. L. 1996. Environmental Modeling: Fate and Transport of Pollutants
in Water, Air and Soil. John Wiley and Sons Inc: New York.
Soemarwoto, O. 2001. Paradigma Baru Lingkungan Hidup. UGM Press:
Yogyakarta.
Soeriaatmadja, R. E. 1977. Ilmu Lingkungan. ITB Press: Bandung.
Vejsadova, H. 2006. Factors Affecting Seed Germination and Seedling Growth of
Terrestrial Orchids Cultured In vitro. Acta Biologica Cracoviensia Series
Botanica 48(1): 109–113.
Watts, R. J. 1998. Hazardous Wastes: Sources, Pathways and Receptors . John
Willey and Sons Inc: Singapore.
Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung
Press, Lampung.
33