SERBUK EFFERVESCENT BERBASIS EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica less) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI The Effervescent Powder Uses Beluntas Leaf (Pluchea indica Less) Extract as Natural Antioxidant Source

  

SERBUK EFFERVESCENT BERBASIS EKSTRAK DAUN BELUNTAS

(Pluchea indica less) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI

The Effervescent Powder Uses Beluntas Leaf (Pluchea indica Less) Extract as

Natural Antioxidant Source

  1

  1 Miptakhul Hudha *, Tri Dewanti Widyaningsih

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya, Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email

  

ABSTRAK

  Sekitar 950 spesies tumbuhan di Indonesia diketahui memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami penangkal radikal bebas dalam tubuh. Beluntas merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami bagi tubuhtersebut. Tujuan penelitian untuk menentukan metode ekstraksi dan formula terbaik serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntasberdasarkan karakteristik sifat fisiko kimia dan aktifitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan dua faktoryaitumetode ekstraksiterdiridari 2 level(metode ekstraksi infusa dan metode ekstraksi maserasi) dan formula terdiridari3 level (formula 1, formula 2 dan formula 3). Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan perlakuan terbaik yaitu pada serbuk

  

effervescent metode ekstraksi maserasiformula 1. Didapatkan hasil waktu alir serbuk

effervescent 19.85 detik, sudut diam 40.30 , kompresibilitas 2.62%, kecepatan larut 3.74

  menit, kadar air 7.77 %, aktivitas antioksidan IC 86.21 ppm, total flavonoid 11507.

  50 65 μg

  QE/gram dan total fenol 2480.22 μg GAE/gram. Kata Kunci: Aktivitas antioksidan, daun beluntas, serbuk effervescent, total fenol, total flavonoid.

  

ABSTRACT

Approximately 950 plants species in Indonesia has been known to have potential as

a source of natural antioxidant that protects from free-radical in human body. Beluntas is a

plant that has potential as a natural antioxidant supplement for the body. This study

determine the best extraction method and formula in processing effervescent powder in

terms the physico-chemical and antioxidant. This research uses a nested design method two

factors, extraction method 2 levels (maceration method and infused) and formula3 levels

(Formula 1, formula 2 and formula 3). The research result shows the best treatment is

maceration method formula 1. Obtained results, the flow time is 19.85 seconds; end point is

40.30 ; compressibility is 2.62 %; speed of soluble is 3.74 minutes; water content is 7.77%;

the antioxidant activity of IC is 86.21 ppm; the total of flavonoids is 11507.65 mg QE/g and

  50 the total of phenols is 2480.22 mg GAE/g.

  

Keywords: Antioxidant activity, beluntas leaf, effervescent powder, total of phenols, total of

flavonoids.

  

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.

  Sekitar 950 spesies tumbuhan yang ada di Indonesia memiliki potensi sebagai pangan yang bermanfaat bagi kesehatan diantaranya sebagai antioksidan [1]. Beluntas merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan karena mengandung berbagai macam senyawa fitokimia diantaranya yaitu flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan sterol. Ekstrakdaun beluntas memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu 3.71 mg/L, total fenol 234.65 mg GAE (gallic acid equivalent)/100 g bk dan total flavonoid sebesar 2163.59 mg QE

  

(Quercetin equivalent)/100 g bk [2]. Sehingga daun beluntas sangat berpotensi untuk

  dikembangkan menjadi bahan baku serbuk effervescent.Serbuk effervescent merupakan bentuk sediaan produk pangan fungsional yang diproses dengan campuran tertentu sehingga menghasilkan gas CO

  2 ketika bereaksi dengan air. Gelembung gas CO

  2

  menjadikan serbuk effervescent lebih cepat larut tanpa pengadukan manual. Keunggulan serbuk effervescent adalah mudah diabsorbsi, praktis, dan memberikan efek sparkling seperti minum air soda atau soft drink saat dikonsumsi. Pada proses pembuatan serbuk

  

effervescent membutuhkan formulasi dan metode ekstraksi yang tepat agar dihasilkan

  serbuk dengan karakteristik fisiko kimia terbaik. Sehingga dilakukan penelitian untuk menentukan formula dan metode ekstraksi terbaik pada pembuatan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berdasarkan karakteristik fisiko, kimiadan aktifitas antioksidannya.

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun beluntas yang diperoleh dari daerah Tlogomas kota Malang, gula stevia (Tropicana), asam sitrat, asam tartarat, Na bikarbonat, jahe merah, aquades, dekstrin, etanol 96%, NaCl, gelatin, FeCl

  3 , Mg, HCl pekat, amil alkohol, Na CO , reagen folin ciocalteau, NaNO , AlCl , NaOH, aquades, dan DPPH.

  2

  3

  2

  3 Alat

  Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik digital (Metler Denver AA 200), rotary evaporator, cabinetdryer, shaker, Vacum dryer, ayakan 60 mesh (W.S Tyler), blender kering (Samsung), spektrofotometer (Unico, UV-2100 Spectrophotometer), stopwatch, pH meter (CG 824 SHCOTT), vortex, oven listrik, dan colour reader(Minolta CR-10).

  Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) dua faktor.

  Faktor I adalah metode ekstraksi yang terdiri dari 2 level (metode ekstraksi infusa dan metode ekstraksi maserasi) dan faktor II adalah formula yang terdiri dari 3 level (formula 1, formula 2 dan formula 3). Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga didapat 18 percobaan. Hasil penelitian dianalisis dengan metode Analysis of Variance (ANOVA). Apabila hasil menunjukkan ada perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT pada taraf kepercayaan 5%. Pengujian pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode multiple attribute[3].

  Tahapan Penelitian

  Tahapan penelitian dilakukan dengan 2 tahapan yaitu pembuatan ekstrak serbuk daun beluntas dengan 2 metode ekstraksi (metode ekstraksi maserasi dan infusa) dan pembuatan serbuk effervescent dengan formula yang berbeda. Formulasi Serbuk Effervescent dapat dilihat pada Tabel 1.

  Metode

  Analisis bahan baku serbuk ekstrak daun beluntas metode infusa dan maserasi serta serbuk jahe merah meliputi uji screning fitokimia, total fenol, flavonoid dan IC . Sedangkan,

  50

  analisis produk serbuk effervescent meliputi waktu alir, sudut diam, kompresibilitas, kecepatan larut, warna (L*, a*, b*), kadar air, pH,aktivitas antioksidan, total flavonoid, dan total fenol.

  Tabel 1. Formulasi Serbuk Effervescent Berbasis Ekstrak Daun Beluntas

  Perlakuan

Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3

(%) (%) (%)

  Serbuk Ekstrak Daun Beluntas Metode Ekstraksi Infusa/ Maserasi

  25

  30

  35 (b/b) Asam sitrat (b/b)

  12

  10

  8 Asam tartarat (b/b)

  10

  9

  8 Na Bikarbonat (b/b)

  20

  20

  20 Gula stevia (b/b)

  22

  20

  18 Jahe merah (b/b)

  11

  11

  11 Total 100 100 100

  Prosedur Analisis

  1. Uji Screning Fitokimia

  0.3 gram ekstrak ditambah 10 ml aquades panas, ditambahkan 3

  • – 4 tetes 10% NaCl, diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi dua bagian 2A dan 2B (@ 4 ml). Uji gelatin yaitu larutan 2A ditambah larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%, (uji gelatin positif jika terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya tanin). Uji FeCl

  3 yaitu larutan 2B diberi

  beberapa tetes larutan FeCl (uji FeCl positif jika terjadi perubahan warna menjadi hijau biru

  3

  3

  hingga hitam).Jika penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan (uji gelatin negatif) dan ketika penambahan larutan FeCl terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga

  3

  hitam (uji FeCl positif), menunjukkan adanya senyawa polifenol. Apabila kedua uji sama-

  3 sama bernilai positif, menunjukkan adanya tannin.

  Mekanisme uji sapoinin yaitu 0.3 gram ekstrak ditambahkan 10 ml air suling lalu dikocok selama ± 30 detik. Positif mengandung saponin bila terjadi buih. Sedangkan mekanisme uji flavonoid yaitu 200 mg serbuk Mg dan 0.5 ml HCl pekat dicampur dengan 4 ml ekstrak sampel. Hasil campuran dikocokdan dibiarkan memisah, adanya senyawa flavonoid ditunjukkan dengan adanya warna merah coklat[4].

  2. Waktu Alir

  25 ggranul dituang ke dalam corong pengukur. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul mengalir keluar. Pengukuran waktu alir menggunakan flowmeter. Waktu alir yang baik adalah ≤10 gram/detik atau 100 gram ≤ 10 detik[5].

  3. Sudut diam

  Granul yang jatuh dari uji waktu alir diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan panjang dari granul kemudian diukur sudut diamnya[5].

  4. Kompresibilitas

  50 ggranul dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat sebagai V1 (ml). Berat jenis bulk = m/V1. Massa dalam gelas ukur diketuk

  • – ketuk dari ketinggian 2.5 cm sampai volume tetap (V2). Berat jenis mampat = m/V2[5]. Indeks Kompresibilitas (%) = (Berat Jenis Mampat – Berat jenis bulk) x 100%

  Berat jenis mampat

  5. KecepatanLarut

  Kecepatan larut dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan oleh sampel (b) (gram) sebanyak per serving (7 gram) sampel setiap formulasi. Kemudian dimasukkan ke dalam air 150 ml nersuhu 25

  C, tekan stop watch pada saat serbuk masuk ke dalam air. Matikan stop

  

watch saat seluruh busa pada larutan hilang. Catat waktu yang diperlukan sampel per

serving untuk larut dalam air (a) (detik)[6]. Rumus kecepatan larut adalah sebagai berikut :

  Kecepatan larut = a (gram) b (detik)

  6. Warna (L*, a*, b*)

  Pengukuran warna yaitu dengan colour reader. Mekanisme pengukuran skala warna berdasarkan standar warna pada colour reade rberdasarkan nilai pembacaan L*a*b* colour

  space atau L*c*h*[6].

  7. AktivitasAntioksidan IC

  50 Langkah pertamaujiaktivitasantioksidanyaitu membuat larutan stock. Selanjutnya

  dibuat seri pengenceran ekstrak sampel dengan konsentrasi tertentu (misal 40, 60, 80 dan 100 ppm) dan 1 blanko sebagai kontrol. Dari ke

  • – 4 seri pengenceran dan 1 blanko selanjutnya diambil 4 ml tiap sampel kemudian di tambahkan 1 ml DPPH, dishaker dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Setelah selesai inkubasi kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada λ 517 nm. Setiap sampel diukur secara triplo.

  % Inhibisi = Ab

  • – As Ab Untuk menentukan IC yaitu % inhibisi (penghambatan) pada masing seri

  50

  pengenceran dihitung regresi liniernya sehingga dari grafik tersebut didapatkan persamaan nilai regresi liniernya dan masukan nilai y = 50% dan tentukan nilai x nya sehingga diperoleh

  IC [7].

  50

  8. Total Flavonoid

  Sebanyak 1 ml sampel dari masing

  • – masing formulasi dipipet kedalam labu takar 10 ml yang telah berisi 4 ml akuades kemudian dicampur dengan 0.3 ml 5% NaNO (b/v).

  2 Setelah 5 menit ditambahkan 0.3 ml larutan AlCl 3 10% lalu didiamkan selama 6 menit.

  Setelah 6 menit ditambahkan larutan NaOH 1 M sebanyak 2 ml dan diencerkan hingga volume 10 ml dengan akuades. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm. Total flavonoid dihitung berdasarkan kesetaraan dengan standar quercetin yang dinyatakan dalam mg per gram QE (ekivalen quercetin)[8].

  9. Total Fenol

  1 mlsampelditambahkan larutan Na CO 5% dan reagen folinciocalteau (diencerkan

  2

  3

  1:10) 5 ml. Divortex dan diinkubasi selama 1 jam kemudian di absorbansi dengan spektrofotometer 765 nm. Kemudiandikalibrasi dengan kurva standar asam galat sehingga didapatkan total fenol dalam

  μg GAE/ml[9]. Rumus total fenol adalah sebagai berikut : C = C GAE x V

  G C = Kadar total fenol (

  μg/ml) C GAE = Kadar total fenol dalam bentuk ekuivalen asam galat (

  μg/ml) V = Volume ekstrak yang dihasilkan (ml) G = Massa bahan (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Bahan Baku

  Hasil analisis bahan baku serbuk effervescent ditunjukanpadaTabel 2, 3 dan 4. Tabel 3 menunjukan hasil analisis total fenol dan total flavonoid ekstrak daun beluntas etanol metode maserasi >ekstrak daun beluntas aqudes metode infusa, sedangkan pada jahe merah mengandung total fenol lebih rendah dibandingkan ekstrak daun beluntas metode infusa dan maserasi. Perbedaan tersebut dikarenakan metode ekstraksi dan pelarut yang berbeda. IC

  50 ekstrak daun beluntas etanol metode maserasi memiliki IC 50 98.55 ppm termasuk dalam kategori aktif atau kuat dan ekstrak aquades metode infusa yang memiliki

  IC 50 181.94 ppm termasuk dalam kategori sedang.

  Tabel 2. Data Screning Fitokimia Terhadap Bahan Baku

  Sampel Saponin Polifenol Tanin Flavonoid

  • Beluntas Ekstrak -

  Aquades Metode Infusa

  • Beluntas Ekstrak +++ - Etanol Metode Maserasi
      • Jahe Merah

  

Keterangan :(-) tidaktimbulnoda/warna/buih/endapan, (+) noda/warnacukupintensif,

buih/endapancukupstabil, (++) noda/warnaintensif, buih/endapanstabil, (+++)

noda/warnasangatintensif, buih/endapanlebihstabil.

  Tabel 3. Hasil Analisis Kimia dan Aktifitas Antioksidan

  Total Fenol Total Flavonoid

  IC50 Bahan Baku (ppm) (μg GAE/ml) (μg QE/ml)

  Beluntas Ekstrak 1059.01 ± 69.27 2490.37 ± 267.90 181,94 ± 7.45

  Aquades Metode Infusa Beluntas Ekstrak Etanol

  3147.45 ± 509.51 8097.78 ± 256.28 98,55 ± 33.43 Metode Maserasi

  • Jahe Merah 727.38 ± 133.18 Tabel 4. Hasil Analisis Rendemen Serbuk Ekstrak Daun Beluntas

  Bahan Baku Metode Ekstraksi Rendemen (%)

  Beluntas Infusa Pelarut Aquades 45.50 ± 0.48 Maserasi Pelarut Etanol 20.52 ± 0.41

  Tabel 4 menunjukan rendemen tertinggi yaitu serbuk kering ekstrak daun beluntas pelarut aquades metode infusa hal tersebut dikarenakan metode ini mampu mengekstraksi beberapa komponen non senyawa bioaktif seperti serat larut, asam amino, glikosida dan vitamin C yang ikut terekstrak[10]. Daun beluntas mengandung protein kasar sebesar 19.02 %, vitamin C sebesar 98.25 mg/100 g dan karoten sebesar 2.55 g / 100 g[11]. Sedangkan pada ekstraksi daun beluntas dengan pelarut etanol metode maserasi dilakukan proses evaporasi sehingga konsentrasi ekstrak semakin menurun yang menyebebabkan rendemen menurun karena pembagi dengan masa bahan awal (daun) menurun.

2. Analisis Fisik Serbuk Effervescent Waktu Alir

  Waktu alir yang dibutuhkan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berkisar 6.03

  • – 19.85 detik.

  25,00 20,00 ik)

  15,00 (Det ir

  10,00 Al

  5,00 0,00 Waktu

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

  Perlakuan

  Gambar 1. Rerata Waktu Alir SerbukEffervescent Serbuk effervescent yang baik yaitu serbuk effervescent yang mampu mengalirkan 100 gram serbuk ≤ 10 detik[5]. Sehingga serbuk effervescent formula 2 dan formula 3 metode ekstraksi infusa dengan pelarut aquades memenuhi syarat waktu alir.

  Indeks Kompresibilitas (%)

  Indeks kompresibilitas serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berkisar

  2.62 – 20.73 %.

  25 ) % (

  20 as

  15 ibilit

  10 res

  5 mp Ko

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

  Perlakuan

  Gambar 2. RerataIndeksKompresibilitasSerbukEffervescent Indeks kompresibilitas ≤ 10 % termasuk kategori yang istimewa, indeks kompresibilitas 11

  • – 15% termasuk kategori baik, indeks kompresibilitas 16 – 20 % termasuk kategori sedang[5]. Sehingga serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas pelarut etanol metode maserasi secara keseluruhan termasuk dalam kategori istimewa, sedangkan pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas pelarut aquades metode infusa termasuk kategori sedang.Kompresibilitas dipengaruhi oleh bentuk serbuk, kerapatan dan ukuran partikel[12].

  Kecepatan Larut

  Kecepatan larut menunjukan banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh serbuk

  

effervescent pada ukuran saji (7 gram) untuk dapat larut dengan sempurna pada air dengan

  volume saji 150 ml. Waktu larut serbuk effervescent berkisar 1.95 – 3.74 menit.

  5,00 t ru a 4,00 L it) n n

  3,00 ta e a p (M e

  2,00 c Ke

  1,00 0,00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

  Perlakuan

  Gambar 3. RerataKecepatanLarutSerbukEffervescent Seluruh perlakuan perbedaan metode ekstraksi dan formula pada serbuk

  

effervescent berbasis ekstrak daun beluntas memiliki kecepatan yang baik yaitu kurang dari

5 menit untuk dapat melarutkan 7 gram serbuk kedalama 150 ml air.

  Analisis Warna

  Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas perlakuan pelarut etanol metode maserasi memiliki tingkat kecerahan (L*) berkisar antara 61.80

  • – 66.27 sedangkan pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas perlakuan pelarut aquades metode infusa memiliki tingkat kecerahan (L*) berkisar antara 70.77
  • – 71.00. Serbuk kering ekstrak
daun beluntas pelarut aquades metode infusa lebih terang dengan warna merah agak kecoklatan dikarenakan pada saat proses ekstraksi menggunakan pemanasan pada suhu

  80 C selama 2 jam yang menyebabkan komponen bioaktif dan senyawa pigmen

  • – 90 didalam bahan memudar/rusak berubah menjadi kecoklatan.Sedangkan serbuk kering ekstrak daun beluntas yang menggunakan pelarut etanol metode maserasi memiliki warna hijau kegelapan karena dilakukandengan proses perendaman simplisia daun beluntas kedalam larutan etanol 96% selama 24 jam. Sehingga selama 24 jam tersebut senyawa bioaktif dan pigmen klorofil pada daun beluntas terikut keluar bercampur dengan larutan etanol yang menjadikan ekstrak etanol berwarna hijau pekat.

3. Analisis Kimia Serbuk Effervescent Kadar Air

  Rerata kadar air serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berkisar antara

  7.69 – 8.26 %.

  10,00 8,00 ) (%

  6,00 ir A r a 4,00 Kad

  2,00 0,00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

  Perlakuan

  Gambar 4. Rerata Kadar Air SerbukEffervescent Kadar air merupakan salah satu parameter penentu kualitas produk kering karena akan menentukan daya tahan atau daya simpan produk tersebut. Rendahnya kadar air pada pelarut etanol metode maserasi tersebut karena etanol yang digunakan berkonsentrasi tinggi 96 % dan merupakan pelarut polar yang sangat mudah menguap dibandingkan dengan aquades. Pelarut etanol pada metode maserasi memiliki titik didih lebih rendah dibandingkan dengan pelarut aquades. Titik didih pelarut etanol yaitu sebesar 78.4 C sedangkan aquades (air) memiliki titik didih lebih tinggi yaitu sebesar 100 C[13]. Semakin tinggi konsentrasi etanol yang digunakan maka proses penguapan semakin cepat[14]. Selain itu diduga pada saat proses pengeringan ekstrak daun beluntas pelarut etanol metode maserasi dengan vacuum drying pada suhu 50 C selama 6

  • – 7 jam menyebabkan kandungan air pada perlakuan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan pelarut etanol metode maserasi keluar lebih banyak dibandingkan serbuk ekstrak beluntas aquades metode infusa. Sehingga menyebabkan tingginya kadar air pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan pelarut aquades metode infusa.

  Derajat Keasaman (pH)

  Analisis pH untuk menentukan kualitas dan karakteristik makanan. Karena pada pH rendah makanan memiliki daya simpan lebih lama dibandingan dengan pH netral. Hasil pengamatan pH serbuk effervescent berkisar antara 4.69 – 6.10.

  Peningkatan nilai pH pada masing

  • – masing formula sesuai dengan kadar asam yang ditambahkan (Tabel 1). Presentase penambahan asam (Tabel 1)menunjukan setiap formula yang dibuat mengalami penurunan sehingga pada formula yang ditambahkan asam lebih tinggi maka pH nya akan menurun. Asam sitrat dan tartarat merupakan zat asidulan yang apabila ditambahkan dalam bahan atau produk pangan dapat meningkatkan rasa asam pada bahan atau produk pangan tersebut [15].

  Gambar 5. Rerata pH SerbukEffervescent

  Total Fenol

  Gambar 6. Rerata Total FenolSerbukEffervescent Fenol merupakan kelompok senyawa kimia pada tumbuhan yang memiliki kemampuan antioksidan sebagai radical scavanger dan oxygen scavanger. NilaiTotal fenol padamasing

  • – masing formula mengalami peningkatan sesuai dengan konsentrasi serbuk ekstrak daun beluntas yang ditambahkan (Tabel 1). Perlakuan serbuk effervescent pelarut etanol metode ekstraksi maserasi memiliki total fenol lebih tinggi di bandingkan dengan serbuk effervescent pelarut aquades metode infusa. Pelarut etanol dapat mengekstrak senyawa dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang serta dapat mengekstrak lebih optimal karena memiliki sifat kelarutan yang lebih luas dibandingkan pelarut aquades[13]. Sehingga serbuk effervescent dengan perlakuan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol memiliki total fenol lebih tinggi dibandingkan serbuk effervescent dengan perlakuan metode ekstraksi infusa pelarut aquades.
  • – 14040.99 (μg QE/gram).

  Total Flavonoid

  Rerata total flavonoid serbuk effervescent berkisar antara 4389.13

  Gambar 7. Rerata Total Flavonoid SerbukEffervescent

  0,00 2,00 4,00 6,00 8,00

  pH Perlakuan 0,00 500,00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

  1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 3000,00 3500,00

  A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 T ot a l Fenol (μg GA E/ gra m ) Perlakuan

  0,0000 2500,0000 5000,0000 7500,0000

  10000,0000 12500,0000 15000,0000

  To ta l Fl a v on oi d (μg Q E/gr am ) Perlakuan

A1B1A1B2A1B3A2B1A2B2A2B3

  Meningkatnya kadar total flavonoid pada masing

  • – masing formula sesuai dengan kadar penambahan serbuk kering ekstrak daun beluntas yang ditambahkan (Tabel 1). Sedangkan rerata total flavonoid keseluruhan menunjukan serbuk effervescent pelarut etanol metode ekstraksi maserasi memiliki total flavonoid lebih tinggi dibandingkan pelarut aquades metode infusa. Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas metode ekstraksi maserasi pelarut etanol memiliki kadar total flavonoid lebih tinggi dibandingkan dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades. Perbedaan total flavonoid pada pembuatan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan perlakuan perbedaan metode ekstraksi diduga karena pengaruh beberapa faktor diantaranya adalah jenis pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang digunakan dalam proses ekstraksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi diantaranya adalah jenis pelarut, metode ekstraksi dan suhu.

  Pada metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol yang diduga memiliki kemampuan lebih optimal dalam mengekstrak senyawa bioaktif karena pelarut etanol dapat mengekstrak senyawa dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang[13]. Selain itu proses ekstraksi metode maserasi sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan, dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut. Sedangkan pada metode ekstraksi infusa dengan pelarut aquades memperoleh total flavonoid lebih rendah hal tersebut dikarenakan pada proses ekstraksi serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa menggunakan suhu 80

  C. Dengan suhu tinggi yang digunakan diduga pada

  • – 90 serbuk effervescent pelarut aquades terjadi kerusakan komponen bioaktif sehingga kadar total flavonoidnya lebih rendah.

  Aktivitas Antioksidan IC

50 Nilai aktifitas antioksidan IC

  50 serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas

  dengan perlakuan perbedaan metode ekstraksi dan formula berkisar antara 86.21

  • – 385.15 ppm.

  500,00 400,00 ) m

  300,00 (pp

  200,00

  IC 5 100,00 0,00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

  Perlakuan

  Gambar 8. Rerata Aktivitas Antioksidan Serbuk Effervescent Antioksidan merupakan suatu zat yang memiliki kemampuan untuk mengurangi atau mencegah berlangsungnya proses oksidasi lipid. Semakin tinggi kadar senyawa bioaktif didalam suatu bahan pangan maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidannya. Dalam penelitian ini menggunakan aktivitas antioksidan IC . Nilai IC merupakan nilai yang

  50

  50

  menyatakan konsentrasi senyawa antioksidan yang menyebabkan 50% dari DPPH kehilangan karakter radikal bebasnya[9]. Secara keseluruhan perlakuan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades memiliki nilai IC

  50 lebih tinggi dibandingkan perlakuan serbuk effervescent dengan metode ekstraksi

  maserasi pelarut etanol. Hasil pengujian nilai IC

  50 pada serbuk effervescent metode

  ekstraksi infusa pelarut aquades diperoleh formula 1 sebesar 288.72 ppm, formula 2 sebesar 385.15ppm, dan formula 3 sebesar 342.13 ppm. Sedangkan pada serbuk

  effervescent metode ekstraksi maserasipelarut etanol diperoleh nilai IC 50 formula 1 sebesar

  86.21 ppm, formula 2 sebesar 96.14 ppm dan formula 3 sebesar 89.05 ppm. Semakin rendah nilai IC

  50 maka akan semakin tinggi kadar senyawa antioksidan yang terkandung

  dalam sampel yang dianalisis [7]. Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol pada formula 1, formula 2 dan formula 3 termasuk ke dalam kategori antioksidan yang memiliki aktivitas kuat. Sedangkan pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades pada keseluruhan formulanya mulai formula 1 hingga formula 3 termasuk kedalam kategori lemah.

4. Perlakuan Terbaik

  Analisis perlakuan terbaik dengan metode multiple attribute [3]. Perlakuan terbaik terpilih yaitu serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan perlakuan perbedaan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1.

  Tabel 5. Hasil Analisis Perlakuan Terbaik

  Parameter Uji Hasil

  Kadar Air (%)

  7.77 Warna (L*)

  61.80 Kec. Larut (Menit)

  3.74 Antioksidan IC

  50 (ppm)

  86.21 Total Fenol (μg GAE/g) 2480.22 Total Flavonoid (μg QE/g) 11507.65 Sudut Diam (Derajat)

  40.30 Kompresibilitas (%)

  2.62 Waktu Alir (g/s)

  19.85 Metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1 memiliki karakteristik sifat fisiko kimia yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Salah satu hasil uji pada perlakuan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1 diantaranya memiliki antioksidan IC

  50 86.21 ppm yang termasuk kategori aktif/kuat.

  

SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa perlakuan perbedaan metode ekstraksi berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap sifat fisik waktu alir, kompresibilitas, kecepatan larut, warna (L*, a* dan b*) dan sifat kimia kadar air, pH, total fenol, total flavonoid dan aktivitas antioksidan IC . Perlakuan perbedaan formula

  50

  yang digunakan ber pengaruh nyata (α=0.05) terhadap sifat fisik waktu alir, Kompresibilitas, warna tingkat kemerahan (a*), dan sifat kimia pH. Perlakuan terbaik yaitu serbuk

  

effervescent metode ekstraksi maserasi formula 1 dengan waktu alir 19.85 detik, sudut diam

  40.30 , kompresibilitas 2.62%, tingkat kecerahan (L*) sebesar 61.80, kecepatan larut 3.74 menit, kadar air 7.77 %, aktivitas antioksidan IC sebesar 86.21 ppm, total flavonoid

  50 sebesar 11507.

  65 μg QE/gram dan total fenol 2480.22 μg GAE/gram.

DAFTAR PUSTAKA

  1) Putri, R. K. dan I. Habib. 2007. Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea

  indica, L.) Terhadap Malassezia Sp. Secara Invitro. Mutiara Medika Edisi Khusus 7:1, 07 - 17.

  2) Widyawati, P.S., Wijaya, C.H., Harjosworo, P.S. dan Sajuthi, D. 2010. Pengaruh Ekstraksi dan Fraksinasi Terhadap Kemampuan Menangkap Radikal Bebas DPPH (1,1- Difenil-2- Pikrilhidrazil) Ekstrak dan Fraksi Daun Beluntas (Pluchea Indica Less). Jurnal

  Rekayasa Kimia dan Proses, 1411 –4216.

  3) Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision making. Mc Graw Gill. New York. 4) Studiawan, H. 2009. Petunjuk Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.

  5) Wells, J.I. 1987. Pharmaceutical Preformulation : The Phsicochemical Properties of Drug Substance. John Wiley and Sons. New York. 6) Yuwono, S. S. dan T. Susanto. 2001. Pengujian Fisik Pangan. FTP Universitas Brawijaya. Malang. 7) Widyaningsih, T.D., Novita, W., Jaya, M.M., Ida P.N. dan Sudarma, D.W. 2013. Modul Praktikum Evaluasi Gizi Pangan Lanjut. FTP Universitas Brawijaya. Malang. 8) Kumar, S. 2008. Antioxidant and Free Radical Scavenging Potential of Citrullus

  Colocynthis (l.) Schrad. Methanolic Fruit Extract. J.Acta Pharmacology 58, 215 –220. 9) Sharma, G. N. 2011. Phytochemical Screening and Estimation of Total Phenolic

  Content in Aegle marmelos Seeds. International Journal of Pharmaceutical and

  Clinical7:1, 100 – 105.

  10) Supriyati, N.,Ika , Y. 2011. Pengaruh Cara Ekstraksi Terhadap Kadar Sari dan Kadar Sylimarin Dalam Biji Silybummarianum (L.) Gaertn. Jurnal Ilmu Farmasi dan Klinik 3:6, 465 – 470. 11) Noridayu, A.R., Hii, Y.F., Faridah, A. and Khozirah, S. 2011. Antioxidant and

  Antiacetylcholinesterase of PlucheaIndica Less. International Journal of Food Research 18:3, 925 – 929.

  • – 12) Fudholi, A. 1983. Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direct. Mutiara Medika7:9, 57 61.

  13) Ramadhan, A. dan Phaza, H. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu, dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber OfficinaleRosc) Secara Batch. Artikel Penelitian. Diakses tanggal 03/11/2014.

  14) Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 15) Yu Lin, H. Kuo, Y.H. Lin, Y.L. dan Chiang, W. 2009. Antioxidative effect and active components from leaves of lotus (Nelumbo nucifera). Journal of Agricultural and Food

  Chemistry 57, 6623 –6629.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN GEL PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) PADA PEMBUATAN KERUPUK PULI The Effect Of Adding The Porang Gel (Amorphophallus muelleri Blume) On Making Crackers Puli

0 0 10

PENGARUH PROPORSI GULA MERAH DAN KACANG TANAH SERTA PENAMBAHAN TEPUNG SANTAN TERHADAP BUMBU GADO-GADO INSTAN The Effect of Proportion Palm Sugar and Peanut and The Addition of Coconut Milk Powder to Instant Seasoning Gado-gado

0 0 9

PEMBUATAN SOSIS AYAM MENGGUNAKAN GEL PORANG (Amorphophallus mueleri Blume) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP KARAKTERISTIK SOSIS Production Chicken Sausage Using Porang Gel as a Binder to the Characteristics of Sausages

0 0 9

PEMANFAATAN AIR HUJAN SEBAGAI AIR LAYAK KONSUMSI DI KOTA MALANG DENGAN METODE MODIFIKASI FILTRASI SEDERHANA

0 1 11

KARAKTERISASI EKSTRAK KULIT JERUK BALI MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIC BATH (KAJIAN PERBEDAAN PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI) Characteristic of Pamello Fruit Peel Extract Using Ultrasonic Bath (Study Of Solvent and Extraction Time)

0 0 8

FORMULASI BERAS ANALOG BERBASIS TEPUNG MOCAF DAN MAIZENA DENGAN PENAMBAHAN CMC DAN TEPUNG AMPAS TAHU Formulation of Analogue Rice Based Mocaf and Maizena Flour with Addition CMC and Tofu Waste Flour

0 0 8

PEMBUATAN MINUMAN FUNGSIONAL LIANG TEH DAUN SALAM (Eugenia polyantha) DENGAN PENAMBAHAN FILTRAT JAHE DAN FILTRAT KAYU SECANG Making Functional Drink Liang Tea Bay Leaves (Eugenia polyantha) with Addition of Ginger Filtrate and Secang Wood Filtrate

0 0 7

KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN MIKROBIOLOGIS KOMBUCHA DARI BERBAGAI DAUN TINGGI FENOL SELAMA FERMENTASI Chemical and Microbiological Characteristics of Kombucha from Various High Leaf Phenols During Fermentation

0 0 12

IRADIASI SINAR GAMMA PADA TELUR AYAM BROILER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN (KAJIAN DOSIS IRADIASI DAN PENYIMPANAN SUHU 4°C) Gamma Ray Irradiation on Broiler Chicken Eggs For Improving Food Safety (Study of Dosage Irradiation and Storage at 4°C

0 1 8

Kupan (Kue Pandawa): Healthy Snack from Pumpkin and Canna as a Means of Puppet Education for Children

0 0 7