PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

Muda Setia

Prodi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta email: mudasetia@stieww.ac.id

Zulkifli

Prodi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta email: zulkifli@stieww.ac.id

A bstract

Zakat is a worship that has two dimensions of the vertical and horizontal, which is worship as a form of obedience to God (vertical) and as a duty to fellow human (horizontal). One of the large potential of zakat is zakat income. But so far zakat income has not been well managed including aspects of collection. This study was conducted to determine the effect of the application of the principles of good corporate governance and organizational culture on the motivation to pay zakat income in Yogyakarta Special Region. The result of t test on the variable of good corporate governance has an effect on the motivation of zakat payment of income, it is shown with tcount 3,063 with significance value 0,003. While the organizational culture variable is 2,800 with significance value 0,006. This test shows that the significance value <0.025. F test results on the concurrent effects of good corporate governance and organizational culture shows F count is 6.673 with a significance value of 0.002. This test shows that the significance value <0.05. This test shows that there is a positive influence of Good Corporate Governance and organizational culture on the Motivation of Zakat Payment “. R square value of 0.126 shows that about 12.6% of zakat payment motivation is directly influenced by good corporate governance and organizational culture.

Keywords: good corporate governance, organizational culture, zakat income

PENDAHULUAN

Tujuan Pembangunan Nasional Indone- untuk meningkatkan peran serta umat sia adalah untuk mewujudkan masyarakat beragama dalam pembangunan melalui yang adil dan makmur berdasarkan penggalian dana pembangunan dan Pancasila dan UUD 1945. Meningkatkan pemanfaatan dana zakat, infaq, dan kesejahteraan umum merupakan salah satu sedekah. tujuannya. Untuk mewujudkan hal tersebut,

Tanggung jawab pengelolaan zakat Bangsa Indonesia melaksanakan pem- dilakukan oleh masyarakat bersama bangunan di segala bidang yang bersifat fisik pemerintah. Dalam kaitannya dengan material dan mental spiritual, antara lain pengelolaan zakat tersebut, pemerintah melalui pembangunan dibidang agama. berkewajiban memberikan pembinaan, Pembangunan di bidang agama antara lain pelayanan dan perlindungan kepada

48 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

MUDA SETIA & ZULKIFLI

pembayar/pemberi zakat (muzakki), provinsi, sedangkan BAZDA tingkat penerima zakat (mustahiq) dan kepada kabupaten/kota sudah dibentuk sekitar 75% pengeloa zakat. Untuk maksud tersebut dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia. maka dikeluarkanlah Undang-Undang RI Namun dari sejumlah OPZ tersebut masih Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan sedikit yang telah diaudit dan itupun belum Zakat dan Keputusan Menteri Agama RI semua mempublikasikan laporan keuangan Nomor 373 Tahun 2003 sebagai petunjuk auditan melalui media massa. Peran OPZ pelaksanaannya.

tidak hanya sebatas sosialisasi dan Pengelola zakat harus melibatkan peran penghitungan dana. OPZ punya tanggung

Negara. BASNAZ dan LAZ Indonesia untuk jawab yang lebih besar dari itu. Alih-alih terus membuat inovasi-inovasi baru agar untuk sosialisasi tapi setelah dana lembaga ini ke depan dapat menjadi masyarakat berhasil dihimpun, masyarakat lembaga profesional, serta dapat tdak pernah dapat mengakses bagimana memberikan kontribusi signifikan bagi zakat dan kemana dana yang telah mereka dari umat Islam jika dikelola dengan benar, salurkan. Merupakan keniscayaan jika maka permasalahan sosial akan teratasi akuntabilitas dan transparasi menjadi (Mutawali Asy Sya’rawi :2000).

tuntutan OPZ sekarang ini (Hamidi, 2005). Salah satu potensi zakat yang cukup

Good Corporate Governance secara besar adalah zakat penghasilan. Selama ini umum dikenal sebagai suatu sistem dan

zakat penghasilan belum dikelola secara struktur yang baik untuk mengelola baik termasuk aspek pemungutannya. Tidak perusahaan dengan tujuan meningkatkan seperti pajak penghasilan yang telah nilai pemegang saham serta meng- memiliki ketentuan dan sistem pemungutan akomodasi berbagai pihak yang sendiri, zakat penghasilan masih berkutat berkepentingan dengan perusahaan (stake- pada motivasi muzakki orang membayar holders ), seperti kreditur, pemasok, zakat.

asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas. Prinsip

Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 good corporate governance ini dapat Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, digunakan untuk melindungi pihak-pihak Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) terdiri minoritas dari pengambil alih yang dilakukan dari Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga oleh para manajer dan pemegang saham Amil Zakat (LAZ). Kedua lembaga ini dengan mekanisme legal. Terdapat empat berorientasi pada pemecahan problem komponen utama yang diperlukan dalam masyarakat terutama masalah-masalah konsep Good Corporate Governance, yaitu kebutuhan dasar masyarakat seperti fairness , transparancy, accountability, dan pangan, perumahan, kesehatan dan responsibility. Keempat komponen tersebut pendidikan. Asosiasi Organisasi Pengelola penting karena penerapan prinsip Good Zakat yang dalam forum Zakat (FOZ) Corporate Governance secara konsisten menjelaskan laporan keuangan OPZ baik terbukti dapat meningkatkan kualitas BAZ maupun LAZ belum banyak yang laporan keuangan dan juga dapat menjadi diperiksa auditor eksternal (akuntan publik). penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang

Data Departemen Agama RI menun- mengakibatkan laporan keuangan tidak jukkan bahwa di semua provinsi sudah menggambarkan nilai fundamental terbentuk Badan Amil Zakat (BAZDA) perusahaan. Mulyono (2005) menyatakan

-JU 49

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

50 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

bahwa budaya perusahaan menjadi inti dari empat konteks, yaitu good corporate gover- nance , manajemen, corporate social re- sponsibilities , dan etika bisnis.

Penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menelaah implementasi Good Corpo- rate Governance (GCG) dan budaya organisasi lembaga pengelola zakat dan motivasi muzakki dalam membayar zakat BAZ dan OPZ. Permasalahaan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan budaya organisasi terhadap motivasi membayar zakat penghasilan di Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori utama yang mendasari penelitian ini adalah teori organisasi. Secara sederhana organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerja bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (common goals) (Sobirin, 2007). Dengan kata lain esensi dari organisai adalah sekelompok manusia dan tujuan bersama yang hendak dicapai. Karakteristik organiasai secara lebih komplek terdiri dari lima karakteristik utama, yaitu eintitas sosial, beranggotakan minimal dua orang, berpola kerja yang terstruktur, mempunyai tujuan dan mempunyai identitas diri. Teori Organisasi memiliki dua Dimensi, yaitu dimens struktural dan dimensi kontekstual. Dimensi struktural adalah karakter yang bersumber pada sisi internal organiasi (Sobirin, 2007).

Menurut Triyuwono dan Roekhuddin (2000). Hasil penelitian menunjukan bahwa pihak prisipal dalam konteks manajemen OPZ lebih luas dibanding organisasi lain karena melibatkan Tuhan dalam bentuk formalnya. Agency Theory menyatakan bahwa agen biasanya dinilai sebagai pihak

yang ingin memaksimumkan dirinya, tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi kontak- kontraknya (Suwardjono, 2006).

Zakat merupakan ibadah yang sangat penting strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun pembangunan ekonomi umat. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan umat islam tentang wajib zakat. Zakat juga memiliki otoritas yang sangat kuat dalam lingkup syariat islam. Qardhawi (1993) mengatakan bahwa salah satu ciri khas zakat adalah adanya unsur paksaan, baik dari segi moral mapun segi agama karena zakat adalah bagian dari pilar Islam yang besar setelah syahadat dan sholat. Karena itu Al Qur’an menyatakan bahwa kesedian mengeluarkan zakat, dipandang sebagai indikator utama kepatuhan dan ketundukan seorang terhadap ajaran agama Islam (QS At Taubah: 5 dan 11) sekaligus ciri orang yang akan mendapatkan kebahagiaan dan akan mendapatkan rahmat dan pertolongan-Nya.

Institusi pengelola zakat, dalam situasi apapun digulirkan, keotonoman zakat harus tetap terpelihara. Dalam kurun waktu khilafah islamiah dimana zakat disosialisasi- kan secara baik, perbendaharaan (kas) zakat tidak digabungkan dengan kas lainnya.

Dalam undang-Undang no. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, dikemukakan bahwa perlunya kelembagaan yang mengelola zakat dengan baik, benar dan tepat, dengan tujuan:

a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat

sesuai dengan tuntunan agama.

b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

MUDA SETIA & ZULKIFLI

Good Corporate Governance

menyelesaikan berbagai persoalan Good Corporate governance berkembang ornaisasi. Pola asumsi dasar tersebut

dengan bertumpu pada agency theory, selanjutnya diajarkan kepada anggota- dimana pengelolaan perusahaan harus anggota baru sebagai cara yang benar diawasi dan dikendalikan untuk memastikan untuk berpikir dalam kaitannya dengan bahwa pengelolaan tersebut dilakukan permasalahan organisasi. Budaya organisasi dengan penuh kepatuhan kepada peraturan merupakan bentuk keyakinan nilai, cara dan ketentuan yang berlaku. Nilai yang bisa dipelajari untuk mengatasi dan perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan hidup dalam organisasi. (Pabundu, 2006). kemakmuran pemegang saham, sehingga

Budaya organisasi tidak selalu ber- pemegang saham akan menginvestasikan dampak positif bagi organisasi. Dalam modalnya ke perusahaan tersebut. Dalam praktik, budaya organisasi bisa saja menjadi proses memaksimalkan nilai perusahaan hambatan dalam penerapan aspek-aspek akan muncul konflik kepentingan antara manajerial organisasi. Oleh karena itu, agar manajer dan pemegang saham (pemilik budaya organisai mencapai fungsinya yaitu perusahaan) yang sering disebut agency membentuk budaya organisasi yang problem .

berdampak positif bagi organisasi maka Menurut Monks (2003) dalam Kaihatu perlu adanya tindakan untuk mencegah

(2006) good corporate governance (GCG) terjadinya disfungsi budaya terhadap merupakan sistem yang mengatur dan organisasi. mengendalikan perusahaan yang mencipta-

Robbins (2003) mengungkapkan, kan nilai tambah (value added) untuk semua budaya organisasi merupakan suatu sistem stakeholder . Ada dua hal yang ditekankan

nilai bersama yang dipegang oleh anggota dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak organisasi sehingga bisa membedakan pemegang saham untuk memperoleh suatu organisai dengan organisasi lainnya. informasi dengan benar dan tepat pada Budaya organisai merupakan konsep waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan diskriptif dan bukan evaluatif sehingga untuk melakukan pengungkapan (disclosure) mengukur budaya organisasi adalah secara akurat, tepat waktu, transparan mengukur bagaimana staf/personil terhadap semua informasi kinerja perusahaan, memandang organisasi mereka. Dari kepemilikan dan stakeholder. Penerapan berbagai penelitian, Robbins (2003) Good Corporate Governance bertujuan kemudian merinci dimensi-dimensi yang untuk mengoptimumkan tingkat profitabilitas membangun budaya organisasi Dimensi- dan nilai perusahaan dalam jangka panjang dimensi yang menjadi intisari (essence) tanpa mengabaikan kepentingan stake- budaya organisasi tersebut adalah: holder lainnya.

a. Inovasi dan penambilan resiko (innovation and risk ), yaitu tingkatan bagaimana para

Budaya Organisasi

karyawan terdorong untuk berinovasi Terdapat banyak definisi tetang budaya

dan berani mengambil resiko. organisasi, salah satunya yang dikemukan

b. Perhatian dan rincian (attention to detail), oleh Schein (1992) yang mendefinisikan yaitu tingkatan bagaimana para budaya organisasi sebagai pola asumsi karyawan diharapkan memperhatikan dasar yang dibagi oleh sekelompok orang kecermatan (precision), analisis dan setelah sebelumnya mereka menyakini perhatian kepada rincian. kebenaran pola tersebut sebagai cara untuk

-JU 51

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

52 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

c. Orientasi pada hasil (outcome orienta- tion ), yaitu tingkatan bagaimana manajemen memusatkan perhatian pada hasil dan pada teknis atau proses yang dignakan untuk mencapai hasil.

d. Orientasi pada orang (people orientation), yaitu tingkatan bagaimana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil pada orang yag menjadi anggota organisasi itu.

e. Orientasi pada tim (team orientation) yaitu tingkatan bagaimana kegiatan kerja

diorganisir di sekitar tim dan bukan pada individu,

f. Keagresifan (aggressiveness) yaitu tingkatan bagaimana personil anggota

organisasi memiliki sifat agresif dan kompetitif serta bukan sifat santai-satai.

g. Stabilitas (stability), yaitu tingkatan bagaimana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya kondisi Status Quo dari pada pertumbuhan.

Motivasi Pembayaran Zakat

Motivasi adalah proses yang menjelas- kan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan “saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi”.

Pernyataan ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.

Salah satu elemen penting dalam perspektif sumber daya manusia adalah elemen “motivasi” kerja karyawan, dimana dalam motivasi kerja karyawan inilah tercermin sikap dan kinerja karyawan dalam memberikan kontribusinya kepada perusahaan. Istilah motivasi (motivation) sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu movere, berarti “menggerakkan” (to move) (Winardi, 2007). Pemimpin perusahaan atau manajer harus mampu bertindak sebagai motivator. Pemimpin perusahaa harus selalu menimbulkan dorongan atau motivasi kerja yang tinggi terhadap karyawannya, sehingga karyawan memberikan kontribusi optimalnya pada perusahaan, serta komitmen untuk mengembangkan perusahaan secara bersama-sama.

Dalam perkembangannya, disiplin ilmu Sumber Daya Manusia telah banyak menghasilkan berbagai pedekatan teori motivasi. Salah satu pendekatan teori tersebut adalah teori ekspektasi yang dikemukan oleh Victor Vroom sebagai or- ang pertama yang mengaplikasikan teori ekspektasi untuk memotivasi karyawan di dalam lingkungan pekerjaan. Teori Ekspektansi tersebut sangat menarik, karena di dalam teori ekpektasi tersebut terkandung prinsip hedonisme yang cenderung berupaya untuk memaksimalisasi kesenangan dan meminimalisasi perasaan sakit. Pada umumnya, teori ekspektasi dapat dimanfaatkan untuk memprediksi perilaku pada setiap situasi, dimana terdapat suatu pilihan antara dua buah alternatif.

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

MUDA SETIA & ZULKIFLI

Motivasi merupakan kondisi yang

Tabel 1.

memberikan dorongan dalam diri

Opini Responden tentang Kecukupan

seseorang yang digambarkan sebagai

Sistem Corporate Governance

keinginan, kemauan, dan dorongan. Teori- Skor rata-

No

Variabel

teori motivasi dapat dikerlompokkan atau rata diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu : Fuds sevices the 1. 2,0

(Hasibuan, 2007) desired purpose

a. Teori Kepuasan (Content Theory)

2. Compony is adequate 1,5

ly staffed

Teori ini memusatkan apa adanya

3. Internal control is 1,5 motivasi. Mendasarkan pada faktor-

effective

faktor kebutuhan dan kepuasan individu

1,0 berperilaku dengan cara tertentu.

4. Director play an

yang mengakibatkan bertindak serta

effective role

evaluated property 5. Accountans report an 2,5

b. Teori Motivasi Proses (Process Theory) Penelitian Pratolo (2006) atas 147 Teori ini memusatkan pada bagaimana-

BUMN di Indonesia menjelaskan bahwa nya motivasi. Teori ini pada dasarnya

terdapat pengaruh langsung audit menjawab pertanyaan bagaiman

manajemen, pengendalian intern dan menguatkan, mengarahkan, memelihara,

penerapan prinsip-prinsip GCG terhadap dan menghentikan perilaku individu agar

kinerja perusahaan. Prasetyono dan setiap individu bekerja sesuai dengan

Kompyurini (2008) mengungkapkan bahwa keinginan manajer. Teori ekspektasi

budaya organisasi, komitmen organiasi dan yang dikemukakan oleh Victor Vroom

akuntabilitas publik secara simultan termasuk dalam teori ini.

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Tinjauan Penelitian Terdahulu kinerja rumah saktir derah. (RSD) dalam

katagori kuat. Secara parsial budaya Riset yang dilakukan Soelaeman, organisasi dan komitmen organisasi

Shamsuddoha, Raihan (2006) dalam berpengaruh positif dalam katagori rendah Hamidi (2009), terhadap 10 tipe organisasi signifikan terhadap kinerja RSD, namun bisnis tentang penerapan GCG di akuntabilitas publik berpengaruh positif Bangladesh merinci faktor-faktor yang dalam katagori rendah dan tidak signifikan mempengaruhi praktik menajemen GCG. terhadap kinerja RSD. Dalam penelitian yang sama, responden

Penelitian Triyuwano dan Roekhuddin menempatkan pengendalian internal yang

(2000) menyimpulkan, sumber daya efektif sebagai variabel yang menentukan

manusia manajemen lazis lemah dalam tercapainya kecukupan sistem cor-

porate governance, menerjemahkan akuntabilitas dan praktik

walaupun dalam skor sistem pengendalian intern yang nyata.

yang moderat (tabel 2.2). Secara konseptual, Manajemen lazis tidak memandang profesi

pengendalian intern yang memadai pengelola zakat perlu memiliki orientasi

merupakan sarana untuk mendapatkan ekonomi. Ketidakmampuan untuk memilik

keterandalan informasi yang tinggi. Dalam orientasi ekonomi menyebabkan mandeknya

penyusunan laporan keuangan, pengendalian pemikiran kreatif dalam perencanaan,

intern adalah bentuk bukti yang mendukung sosialisasi zakat, dan mobilisasi potensi

keterandalan, objektivitas dan keterberikasian dana zakat yang sejatinya menjadi salah

angka-angka akuntansi (Suwardjono, 2006). satu indikator kinerja lazis. Pengendalian

-JU 53

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

54 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

intern hanya bersifat ‘di atas kertas’’dan belum diwujudkan secara nyata untuk meningkatkan kinerja lazis.

Kerangka Berpikir

Pada tahun 2001, dunia dikejutkan oleh kejatuhan Enron, sebuah raksasa bisnis energi yang menghebohkan. Meskipun bangkrutnya Enron tidak semata-mata dilihat sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensi, namun masalah sisi internal organisasi korporasi Enron tetap patut dicermati. Pada tahun-tahun akhir menjelang kejatuhannya, sistem pengendalian Enron secara sistematis diabaikan oleh kalangan manajer dan eksekutif. Penelitian Macintosh dan free tersebut mendukung penelitian Simons pada tahun 1990dan 1995 yang menjelas- kan hubungan kultur korporasi dengan sistem pengendalian dan penelitian Schein (1003, 1996, 2004) yang menjelaskan hubungan kepemimpinan dengan kultur organisasi. Pabuntu (2006) menyebutkan salah satu unsur dalam budaya organisasi.

Penelitian Triyuwano dan Roekhuddin (2000) melalui studi kasus pada suatu lembag Amil Zakat dan Sedekah (Lazis) menyebutkan terdapat keunikan mengenai konsep pertanggungjawaban yang dipahami oleh manajemen lazis. Manajemen lazis harus bertanggungjawab kepada tiga pihak, yaitu (1) muzakki, munfiq dan mushaddiq, (2) dewan penasehat/dewan pengawas dan (3) Tuhan. Jadi lingkup akuntabilitas pada lazis menjadi lebih luas daripada akuntabilitas pada lembaga atau orgaisasi lain. Fungsi pengendalian intern memain- kan peran penting sebagai preventif control dan administratif control. Preventif control dijamin untuk menjaga aset dan keakuratan data, sedangkan administrative control didesain untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen. Pada kondisi sistem pengendalian seperti ini, dimana setiap aktivitas organisasi harus

dikendalikan maka perlu dikembangkan social control system . Sistem ini tidak terlalu melibatkan campur tangan orang lain dalam memonitor aktivitas individu. Pengendalian lebih dilakukan oleh individu yang bersangkutan melalui komitmen pribadinya. Ketika akuntabilitas dimaknai sebagai pertanggungjawaban kepada Tuhan, maka social control system adalah berupa konsep ihsan dalam terminology agama Islam. Sobirin (2007) menegaskan, pada posisi inilah budaya organisasi memainkan peranannya dalam ikut menciptakan social control system. Budaya organisasi merupakan social control system yang efektif tidak hanya untuk aktivitas yang tidak rutin namun juga untuk aktivitas rutin yang sebenarnya bisa dikendalikan melalui sistem pengendalian formal.

Sunder (2002) menyebutkan bahwa teori pengendalian organisasi dibangun oleh empat pondasi konsep, yaitu organiasasi sebagai satu set kontrak, harapan-harapan common knowledge dan budaya. Membentuk lingkungan pengendalian identik dengan membangun budaya organisasi karena budaya organisasi dimaknai sebagai sekumpulan nilai,kepercayaan, norma dan pola perilaku anggota organisasi (Herath, 2006). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa setiap OPZ memiliki budaya organisasi. Budaya tumbuh melalui pertukaran informasi tentang sejarah, pengalaman, tradisi, bahasa dan nilai-nilai diantara para anggota. Lebih lanjut, Herath (2006) menyebutkan bahwa nilai dan kepercayaan pada budaya organisasi berperan vital dalam pelaksanaan sistem pengendalian. Dia menggambarkan sistem pengendalian direpresentasikan melalui interaksi tiga konsep yaitu struktur dan strategi korporasi, budaya korporasi, dan sistem informasi manajemen.

Budaya organisasi disebutkan oleh Herath (2006) sebagai komponen pengen-

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

MUDA SETIA & ZULKIFLI

dalian manajemen. Budaya organisasi (Hartono, 2007). Penelitian ini bersifat merupakan komponen penting dalam grounded , yaitu penelitian yang mendasar- menyusun kerangka penelitian tentang kan pada teori-teori yang sudah ada pengendalian manajemen. Sebagai elemen kemudian dikembangkan menjadi sebuah sistem pengendalian manajemen, budaya model penelitian. Data pada penelitian ini organisasi merepresentasikan hubungan bersifat cross sectional karena hanya dan interaksi antar anggota organisasi yang dikumpulkan satu waktu periode penelitian didasarkan dari nilai- nilai, keyakinan, moral untuk menjawab pertanyaan penelitian. dan pengetahuan. Kerangka berpikir penelitian disajikan pada gambar 1.

Populasi dan Sampel

Jumlah populasi pada penelitian ini cukup banyak, maka untuk efesiensi waktu,

Good

biaya dan tenaga akan dilakukan sampling

Corporate Governance

terhadap populasi. Sampel tersebut

dianggap mewakili populasi secara

Motivasi

keseluruhan dalam penelitian. Dengan

Berzakat

mempertimbangkan banyaknya jumlah

Budaya

populasi, maka untuk menentukan jumlah

Organisasi (X2)

sampelnya dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Paul Leedy berikut (Arikunto, 2010: 179).

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan telaah pemikiran dan Keterangan: penelitian sebelumnya, hipotesis yang N : Ukuran sampel

diajukan adalah: Z : Standard Score untuk kesalahan yang

1 : Terdapat pengaruh positif good corpo- rate governanace terhadap motivasi

dipilih

e : sampling error

Pembayaran zakat P : Proporsi harus dalam populasi

H 2 : Terdapat pengaruh positif budaya Berhubung jumlah populasi pada

organisasi terhadap motivasi penelitian ini tidak dapat diketahui dengan pembayaran zakat pasti, maka harga P (1-P) maksimal adalah

H 3 : Terdapat pengaruh positif good corpo- 0,25. Besarnya sampel apabila mengguna- rate governance dan budaya kan confident level 95% dengan tingkat organisasi Motivasi Pembayaran zakat kesalahan tidak lebih dari 10%, maka

dengan rumus tersebut diperoleh

METODE PENELITIAN

perhitungan sebagai berikut.

Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang dilakukan melalui metode survey. Metode survey adalah metode pengumpulan

N = 96,04, dibulatkan menjadi 96 data primer dengan memberikan pertanyaan-

Berdasarkan hasil perhitungan di atas pertanyaan kepada responden individu maka jumlah sampel yang akan digunakan

-JU 55

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

dalam penelitian ini adalah 96 responden. Dalam skala likert umumnya berisi lima Dalam hal ini, jumlah tersebut dianggap bagian skala terhadap pernyataan- sudah cukup mewakili populasi yang akan pernyataan (statements) yang diajukan oleh diteliti.

peneliti dalam kuesioner, antara lain: (1) Selalu, (2) Sering, (3) Kadang-kadang, (4)

Operasionalisasi Variabel

Jarang, (5) Tidak pernah. Mendasarkan pada penelitian terdahulu

Data yang diperoleh pada saat dan kajian pustaka yang dilakukan, peneliti pengumpulan data penelitian akan diuji

memilih variabel good corporate gover- terlebih dulu sebelum dianalisis lebih lanjut. nance , budaya organisasi, sebagai variabel Pengujian instrumen tersebut diuraikan yang mempengaruhi motivasi pembayaran sebagai berikut. zakat penghasilan. Berdasarkan hipotesis yang diajukan dan kerangka pemikiran yang

1. Uji Validitas

telah dipaparkan sebelumnya. Operasional Validasi terhadap kuesioner penelitian masing-masing variabel beserta dimensi- dilakukan melalui validitas eksternal dan

nya disajikan pada tabel 2. validitas internal. Validitas eskternal dilakukan melalui expert judgments dengan

Metode Pengumpulan Data dan

meminta pendapat kepada ahli mengenai

Instrumen Penelitian

butir-butir pertanyaan dalam kuesioner Pengumpulan data merupakan langkah penelitian. Uji validitas internal dilakukan yang sangat diperlukan dalam penelitian. cara menghitung koefisien korelasi Hal ini disebabkan karena analisis data menggunakan teknik Pearson’s Product hanya dapat dilakukan setelah peneliti Moment Correlation . memperoleh data penelitian, sehingga dapat memenuhi tujuan penelitian. Adapun

2. Uji Reliabilitas

metode-metode pengumpulan data yang Pengujian reabilitas merupakan digunakan dalam penelitian adalah melali pengujian yang dilakukan terhadap kuesioner. Kuesioner merupakan salah satu perangkat pertanyaan dari instrumen guna teknik pengumpulan data pada metode sur- mengukur keandalan atau konsistensi dari vey. Kuesioner atau kuesioner merupakan instrumen penelitian. Uji reliabilitas dilakukan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan dengan koefisien alpha (Cronbach) untuk memperoleh informasi dari responden menggunakan rumus Alpha Cronbach. dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010: 194). Metode Analisis Data

Penggunaan kuesioner dilakukan dengan Teknik analisis dan penelitian ini adalah tujuan untuk mengukur variabel-variabel dengan metode analisis jalur. Analisis jalur penelitian.

merupakan pengembangan langsung dari Berdasarkan metode pengumpulan bentuk regresi berganda dengan tujuan

data, maka instrumen yang digunakan pada untuk memberikan estimasi tingkat penelitian ini adalah kuesioner yang kepentingan dan signifikansi hubungan digunakan dalam pengumpulan data. sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat Desain pengukuran yang digunakan dalam variabel. Teknik analisis jalur digunakan instrumen penelitian adalah skala likert untuk menganalisis hubungan sebab akibat untuk pengukuran variabel GCG, budaya yang terjadi pada regresi berganda jika organisasi dan motivasi pembayaran zakat, variabel bebas (exogenous) mempengaruhi

56 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

MUDA SETIA & ZULKIFLI

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi

Skala Prinsip-

Indikator

Keterbukaan informasi Laporan-laporan tersedia dan mudah Interval prinsip

Kebijakan manajemen

Corporate Kesetaraan

Interval Governance kewajaran (Fairness)

& Tingkat kualitas informasi dan

komunikasi. Penyebaran luasan informasi

Interval (Responsibility)

Pertanggungjawaban

Tingkat pemisahan tugas

Kualitas otorisasi transaksi Tingkat penggunaan dukumen dan

catatan. Tingkat pengendalian fisik atas catatan dan aktiva

Akuntabilitas

interval (Accountability)

Akuntabilitas administrasi

(pemenuhan etika dan nilai) Ketepatan waktu Kejelasan sasaran kebijakan Penyajian laporan keuangan Pengendalian keuangan

Budaya Inovasi &pengambilan

Interval resiko

Inovasi dlm pekerjaan

Penyesuaian dgn kemajuan teknologi

Perhatian pada rincian Penilaian pekerjaan Interval

Ketelitian pekerjaan

Orientasi pada hasil

Tujuan yang ditetapkan

Interval

Hasil yang dicapai

Orientasi pada orang Penilaian terhadap pada prestasi Interval

kerja

Orientasi pada tim

Pelayanan kepada tim

Interval

Perhatian pada tim

meningkatkan Interval

kinerja

Stabilitas Pertimbangan kemajuan organisasi Interval Motivasi

Religiusitas

pengetahuan, keyakinan,

Interval pelaksanaan dan penghayatan atas agama

Pendapatan

Jumlah pendapatan

Interval Kemampuan pndapatan memenuhi kebutuhan Ekspektasi akan pendapatan

Pengetahuan zakat

Pengetahuan

Interval

Pemahaman Sumber informasi

Media efektif distribusi

Interval pendapatan

Cara distribusi

-JU 57

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

variabel terikat (endogenous) baik secara β 2 = Koefisien regresi parsial, mengukur langsung mapun tidak langsung.

nilai rata-rata Yi untuk tiap unit Analisis regresi dilakukan untuk

perubahan dalam X 2 dengan mengetahui bagaimana bentuk hubungan

menganggap X 1 konstan atau model yang dianggap sesuai untuk ei = variabel pengganggu

kumpulan data tersebut, pengujian terhadap

hipotesis baik secara parsial maupun Pengujian Hipotesis

simultan dilakukan setelah model regresi Pengujian hipotesis tentang pengaruh yang digunakan bebas dari pelanggaran Good Corporate Governance (X 1 ), budaya

beberapa asumsi. Tujuannya adalah agar organisaasi (X 2 ) terhadap Motivasi hasil penelitian ini dapat diiterpretasikan Pembayaran Zakat (Y) mendasarkan pada secara tepat. Interprestasi hasil penelitian, model yang mengidentifikasi pengaruh vari-

baik secara parsial melalui uji-t maupun able X 1 ,X 2 , terhadap Y. Uji hipotesis tentang secara simultan dengan uji F, hanya pengaruh variable X 1 dan X 2 terhadap Y, dilakukan terhadap varibel-variabel bebas dilakukan dengan menguji nilai koefisien yang secara statistik mempunyai pengaruh jalur yang ditaksir bedasarkan data hasil signifikan terhadap variabel terikat.

pengamatan. Uji hipotesis yang dilaksana- kan dalam penelitian ini meliputi:

Model Regresi

Uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui Model analisis yang digunakan dalam pengaruh Good Corporate Governance

penelitin ini untuk menganalisis pengaruh (X

1 ), budaya organisaasi (X 2 ) terhadap variabel bebas terhadap variabel terikat Motivasi Pembayaran Zakat (Y) secara

adalah regresi linier berganda. Model parsial. Sedang Uji F. Untuk menguji analisis statistik ini dipilih karena penelitian pengaruh Good Corporate Governance ini dirancang untuk meneliti variabel-variabel (X

1 ), budaya organisaasi (X 2 ) terhadap bebas yang berpengaruh terhadap variabel Motivasi Pembayaran Zakat (Y) secara

terikat yang dirumuskan dengan model simultan dilakukan uji F. Rumus uji F adalah sebagai berikut (Gujarati,1995).

sebagai berikut (Sudjana, 2011: 385).

Y i =β 0 +β 1 X 1 +β 2 X 2 + ei

Dalam penelitian ini variabel bebas (X) HASIL DAN PEMBAHASAN dana variabel terikat (Y) ditentukan sebagai Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

berikut.

Uji Validitas

Keterangan: Uji validitas dilakukan untuk mengukur Yi = Motivasi Pembayaran zakat

keakuratan data yang diteliti melalui

X 1 = Good Corparate Gonernance kuesioner yang diajukan kepada responden.

X 2 = Budaya Organisasi Pengujian validitas ini dilakukan melalui analisis butir, yaitu dengan mengkorelasikan

β 0 = Intersep. Konstanta yang merupakan skor masing-masing butir instrumen

rata-rata nilai Yi pada saat X 1 dan X 2 dengan skor total. Pengujian tingkat validitas sama dengan nol

dilakukan terhadap data dari ketiga variabel, β 1 = Koefisien regresi parsial, mengukur yaitu Good Corporate Governance, budaya

nilai rata-rata Yi untuk tiap unit organisasi, dan motivasi pembayaran

perubahan dalam X 1 dengan zakat. menganggap X 2 konstan

58 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

MUDA SETIA & ZULKIFLI

Pengujian korelasi antara skor butir Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai dengan skor total dilakukan dengan teknik Koefisien Cronbach Alpha semua variabel Pearson’s Product Moment . Dalam pengujian bernilai lebih besar dari 60% (0,6). Oleh ini, koefisien korelasi kritis yang diperoleh karena itu, dapat diartikan bahwa semua dari tabel distribusi r dengan menggunakan perangkat instrumen penelitian adalah

df (n-2) = 96 – 2 = 94. Dengan taraf reliabel dan tidak ada yang gugur sehingga signifikansi sebesar 5%, maka diperoleh dapat diikutsertakan pada analisis tabel r sebesar 0,201. Hasil penggujian selanjutnya. terhadap data dari ketiga variabel yang

dikorelasikan menunjukan konstruksi yang Deskripsi Variabel Penelitian kuat apabila tingkat signifikansi ada dibawah Good Corporate Governance

nilai 0,05 atau mempunyai koefisien korelasi Secara keseluruhan, Good Corporate

diatas 0,201. Governance diteliti melalui kuesioner

Uji Reliabilitas dengan 20 butir pertanyaan yang valid dan

reliabel. Pengkategorian tanggapan Uji reliabilitas digunakan untuk menguji responden terhadap Good Corporate

keandalan atau tingkat konsistensi dari Governance diketahui dari nilai rata-rata instrumen penelitian. Suatu instrumen jawaban responden yang merupakan penelitian dikatakan reliabel jika pengukuran Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang tersebut menunjukkan hasil-hasil yang terdiri dari BAZ dan LAZ. Penilaian konsisten dari waktu ke waktu. Pada responden terhadap Good Corporate Gover- penelitian ini, analisis reliabilitas dilakukan nance secara keseluruhan dapat dilihat terhadap ketiga instrumen penelitian, yaitu pada tabel 4. Good Corporate Governance , budaya

Tabel 4 dan gambar di atas menunjukkan organisasi, dan motivasi pembayaran

zakat. Uji reliabilitas ini diukur melalui bahwa mayoritas responden berpendapat koefisien alpha (Cronbach) yang diperoleh bahwa Good Corporate Governance

tergolong baik, dengan jumlah responden dengan teknik reliability analysis. Suatu

faktor dapat dinyatakan reliabel jika memiliki pada kategori tersebut sebanyak 68 orang nilai koefisien alpha (cronbach) positif dan (70,8%). Kelompok kedua adalah responden

yang berpendapat bahwa Good Corporate lebih besar dari 0,6. Hasil pengujian realiabilitas terhadap instrumen pada Governance tergolong sangat baik, yaitu

penelitian ini disajikan pada tabel 3. sebanyak 28 orang (29,2%). Tabel di atas

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas

Keterangan Good Corporate

Variabel Alpha

Nilai Kritis

Cronbach

Reliabel Governance

Budaya Organisasi

Reliabel Motivasi Pembayaran

Reliabel Zakat Sumber: data primer diolah (2015)

-JU 59

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

Tabel 4 .Deskripsi Good Corporate Governance

Cumulative

Percent Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Baik 68 70.8 70.8 70.8 Sangat Baik

Sumber: data diolah (2015) juga menunjukkan bahwa tidak ada budaya organisasi sangat baik adalah

Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang sebanyak 13 orang (13,5%). Jumlah menilai bahwa Good Corporate Gover- responden yang menyatakan budaya nance berkategori cukup, kurang baik, dan organisasi cukup baik adalah sebanyak 12 tidak baik.

orang (12,5%). Tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa masih terdapat

Budaya Organisasi

responden yang menyatakan bahwa Secara keseluruhan, budaya organisasi budaya organisasi tergolong kurang baik diteliti melalui kuesioner dengan 20 butir dan tidak baik. Jumlah responden yang pertanyaan yang valid dan reliabel. menyatakan budaya organisasi kurang baik Pengkategorian terhadap budaya organisasi adalah sebanyak 4 orang (4,2%). Jumlah diketahui dari nilai rata-rata jawaban responden yang menyatakan budaya responden yang merupakan Organisasi organisasi tidak baik adalah sebanyak 7 Pengelola Zakat (OPZ) yang terdiri dari BAZ orang (7,3%). dan LAZ. Budaya organisasi secara

keseluruhan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Deskripsi Budaya Organisasi

Cumulative

Percent Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Tidak Baik 7 7.3 7.3 7.3 Kurang Baik

4 4.2 4.2 11.5 Cukup Baik

12 12.5 12.5 24.0 Baik

60 62.5 62.5 86.5 Sangat Baik

Sumber: data diolah (2015)

Tabel 5 dan gambar di atas menunjukkan Motivasi Pembayaran Zakat

bahwa mayoritas responden menyatakan Secara keseluruhan, Motivasi budaya organisasi tergolong dalam kategori Pembayaran Zakat dinilai melalui jawaban baik, dengan jumlah responden pada responden terhadap 20 butir pertanyaan kategori tersebut sebanyak 60 orang pada kuesioner yang valid dan reliabel. (62,5%). Jumlah responden yang menyatakan Sebagaimana deskripsi Good Corporate

60 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

MUDA SETIA & ZULKIFLI

Governance dan budaya organisasi, Analisa Data Hasil Penelitian Motivasi Pembayaran Zakat juga Analisis Regresi Berganda

dideskripsikan melalui interval kategori. Pengukuran pengaruh Good Corporate

Penilaian responden Organisasi Pengelola Governance dan budaya organisasi

Zakat (OPZ) yang terdiri dari BAZ dan LAZ terhadap motivasi pembayaran zakat

terhadap indikator-indikator pengukuran dilakukan melalui analisis regresi. Analisis

motivasi pembayaran zakat dapat dilihat ini merupakan analisis statistik yang

pada tabel 6.

Tabel 6 Deskripsi Motivasi Pembayaran Zakat

Cumulative

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

Tinggi 52 54.2 54.2 54.2 Sangat Tinggi

Sumber: data diolah (2015) Tabel 6 dan gambar di atas menunjukkan digunakan untuk menjawab permasalahan

bahwa motivasi pembayaran zakat mayoritas penelitian. Analisis regresi yang dilakukan berada pada kategori baik. Hal ini dikatehui dari adalah analisis regresi berganda. Hasil jawaban mayoritas responden terhadap analisis regresi pada pengujian ini dapat indikator-indikator pengukuran motivasi dilihat pada tabel 7. pembayaran zakat. Jumlah responden dengan

Tabel 7 Hasil Analisis Regresi

Unstandardized

Standardized

Collinearity Statistics Model

Coefficients

Coefficients

Tolerance VIF 1 (Constant)

B Std. Error

Beta

Sig.

.002 Good Corporate Governance (X1)

.003 .914 1.094 Budaya Organisasi (X2

Sumber: data diolah (2015) motivasi pembayaran zakat tinggi adalah

sebanyak 52 orang (54,2%). Responden yang Dari tabel 7 di atas dapat disusun memiliki motivasi pembayaran zakat dalam persamaan regresi berikut. kategori sangat tinggi adalah sebanyak 44 or-

Y = 40,560 + 0,428X1 + 0,118X2 ang (45,8%). Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada responden yang memiliki motivasi

Tabel dan persamaan di atas menun- pembayaran zakat sedang, rendah, dan jukkan bahwa Good Corporate Governance sangat rendah.

dan budaya organisasi sama-sama

-JU 61

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

memiliki pengaruh yang positif terhadap Uji Asumsi Klasik

motivasi pembayaran zakat. Pengaruh Uji Normalitas positif atau pengaruh yang searah tersebut

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui dapat diartikan bahwa semakin baik Good

Corporate Governance normalitas dari distribusi residual statistik.

dan budaya

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan organisasi, motivasi pembayaran zakat

dengan teknik Chi Square dengan ketentuan akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin

data yang dikatakan normal jika signifikansi buruk Good Corporate Governance dan

p (Asymp. Sig.) > 0,05, atau nilai X budaya organisasi maka motivasi pem- 2 hitung <

X tabel 2 . Hasil dari uji normalitas data bayaran zakat akan semakin rendah.

disajikan pada tabel 8.

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas

χ Sig. tabel Keterangan Unstandardized

2 Data 2 df χ

hitung

Asymp.

Normal Residual

Sumber: data diolah (2015) Konstanta a yang bernilai postif sebesar

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa 40,560 menunjukkan bahwa motivasi hasil uji normalitas data dengan Chi Square pembayaran zakat sudah bernilai positif menunjukkan nilai signifikansi p (Asymp. atau cukup baik meskipun tidak ada Good Sig.) yang lebih besar dari 0,05, yaitu Corporate Governance dan budaya sebesar 0,069. Selain itu, dapat dilihat pula

bahwa nilai X organisasi. Dengan demikian, apabila Good 2 hitung <X 2 tabel , yaitu 46,917 < Corporate Governance bernilai dan budaya 48,60. Dengan nilai signifikansi p (Asymp.

2 organisasi bernilai 0 maka motivasi 2 Sig.) > 0,05 dan nilai X hitung <X tabel , maka pembayaran zakat masih bernilai positif.

diketahui bahwa residual dari estimasi Koefisien regresi b1 sebesar 0,428 regresi bersifat normal. Dengan demikian,

menunjukkan bahwa motivasi pembayaran dapat dikatakan bahwa residual menyebar zakat akan meningkat sebanyak 0,428 normal dan hasil analisis regresi dapat apabila Good Corporate Governance memenuhi asumsi normalitas. mengalami peningkatan sebanyak 1

Uji Heteroskedastisitas

satuan. Begitu pula halnya dengan koefisien regresi b2 yang bernilai sebesar 0,118.

Heteroskedastisitas adalah salah satu Artinya, apabila skor budaya organisasi penyimpangan dalam asumsi klasik dimana

meningkat sebanyak 1 satuan maka dalam kondisi tertentu tiap unsur distur- motivasi pembayaran zakat akan meningkat bance atau pengganggu (μ i ) memiliki varian (ó sebanyak 0,129. Berdasarkan nilai koefisien 2 ) yang tidak konstan. Untuk mendeteksi b1 dan b2 dapat dipahami bahwa variabel ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan yang lebih dominan mempengaruhi motivasi dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan pembayaran zakat adalah Good Corporate dengan meregresikan variabel bebas Governance .

dengan nilai absolut residual. Hasil uji heteroskedastisitas disajikan pada tabel 9.

62 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

MUDA SETIA & ZULKIFLI

Tabel 9 Uji Heteroskedastisitas

Variabel

Keterangan Good Corporate

t hitung

P-value

Non Heteroskedastisitas Governance

Non Heteroskedastisitas Sumber: data diolah (2015)

Budaya organisasi

Tabel di atas menunjukkan bahwa Pengujian Hipotesis semua nilai probabilitas > 0,025. Hal ini Uji t

menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas dari pengujian yang memiliki

Nilai signifikansi uji t dapat dilihat pada pengaruh signifikan terhadap nilai absolut Tabel 7 sebelumnya. Tabel 7 menunjukkan

residual. Dengan demikian, dapat disim- nilai t hitung dan nilai signifikansi hasil pengujian pulkan bahwa tidak terdapat gejala untuk masing-masing variabel bebas. Hasil heteroskedastisitas pada model regresi.

uji t untuk masing-masing variabel penelitian diuraikan sebagaimana berikut.

Uji Multikolinearitas Pengaruh Good Corporate Governance

Untuk mendeteksi apakah model regresi

terhadap Motivasi Pembayaran Zakat (Uji t)

linier mengalami Multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan nilai toleransi dan

Tabel 7 menunjukkan nilai t hitung untuk nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk variabel Good Corporate Governance

masing-masing veriabel independen. sebesar 3,063, sedangkan nilai t tabel Berdasarkan hasil olah data diperoleh hasil sebesar 1,98552. Dengan demikian, yang disajikan dalam tabel 10.

diketahui bahwa t hitung >t tabel , yaitu 3,063 >

Tabel 10 Uji Multikolinearitas

Keterangan Good Corporate

Variabel Toleransi

VIF

Non Multikolinearitas Governance

Non Multikolinearitas Sumber: data diolah (2015)

Budaya organisasi

1,98552. Hal ini dapat diartikan bahwa Good Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa di Corporate Governance

memiliki pengaruh antara variabel bebas tersebut tidak ada

yang positif dan signifikan terhadap motivasi korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas

pembayaran zakat. Pengujian ini menunjuk- pada model regresi linier. Hal ini dapat

kan bahwa hipotesis 1 penelitian dapat diketahui dari nilai toleransi lebih dari 0,1

diterima, yaitu: “ Terdapat pengaruh positif atau nilai VIF kurang dari 10. Dengan good corporate governanace

terhadap demikian, penelitian ini bebas dari gejala

motivasi pembayaran zakat”. multikolinearitas.

-JU 63

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

Pengaruh Budaya organisasi terhadap sedangkan nilai F tabel adalah 3,09. Hasil

Motivasi Pembayaran Zakat (Uji F)

pengujian menunjukkan bahwa nilai F hitung Tabel 7 menunjukkan nilai t

hitung untuk >F tabel

, yaitu 7,436 > 3,09. Dari pengujian

variabel budaya organisasi adalah sebesar ini diperoleh kesimpulan bahwa Ho ditolak 2,800 sedangkan nilai t

tabel sebesar 1,98552.

dan Ha diterima, atau variabel bebas

Dengan demikian, diketahui bahwa t > hitung berpengaruh signifikan secara bersama- t

sama terhadap variabel terikat. Dengan kata tabel , yaitu 2,800 > 1,98552. Hal ini dapat diartikan bahwa budaya organisasi memiliki lain, hipotesis 3 penelitian dapat diterima,

pengaruh yang positif namun tidak signifikan yaitu “terdapat pengaruh positif Good Cor- terhadap motivasi pembayaran zakat. porate Governance dan budaya organisasi Pengujian ini menunjukkan bahwa hipotesis Motivasi Pembayaran zakat “.

2 penelitian dapat diterima, yaitu: “terdapat

Uji R 2 (Uji Koefisien Determinasi)

pengaruh positif budaya organisasi terhadap motivasi pembayaran zakat”.

Koefisien determinasi atau Coefficient of Determination (R 2 ) mengukur jumlah

Pengaruh Good Corporate Governance

proporsi (bagian) atau persentase total

dan Budaya Organisasi terhadap

variasi dalam Y yang dapat dijelaskan oleh

Motivasi Pembayaran Zakat (Uji F)

model regresi. Dengan kata lain bahwa uji Uji nilai ini digunakan untuk melihat ini dilakukan untuk mengetahui besarnya

adanya pengaruh dari Good Corporate variansi atau determinasi dari variabel Good Governance dan budaya organisasi secara Corporate Governance dan budaya

bersama-sama terhadap motivasi pem- organisasi yang mampu mempengaruhi bayaran zakat. Hasil uji F disajikan pada motivasi pembayaran zakat. Hasil pengujian tabel 11.

R 2 dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 11 Hasil Uji F

Sum of

Model

F Sig. 1 Regression

Squares

df Mean Square

Sumber: data primer diolah (2015) Berdasarkan tabel 11 di atas diketahui

Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai R bahwa nilai F hitung adalah sebesar 6,673, square adalah sebesar 0,126. Hal ini berarti

Tabel 12. Hasil Uji Determinasi

Durbin- Model

Adjusted

Std. Error of

Watson 1 .354

R Square

R Square

the Estimate

Sumber: data primer diolah (2015)

64 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

MUDA SETIA & ZULKIFLI

bahwa sekitar 12,6% motivasi pembayaran dan tidak baik, namun motivasi pembayaran zakat secara langsung dipengaruhi oleh zakat sudah tergolong baik untuk mayoritas good corporate governance dan budaya

Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). organisasi. Dari jumlah tersebut terdapat

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori sisa sebesar 86,4% (100%-12,6%) yang telah dikemukakan pada bagian