Lexical Semantic In Angkola Language

  Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 181-193 Tahun ke-8, No 1 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

LEXICAL SEMANTIC

  Susi Masniari Nasution Professional In House Training

  

  

Abstract

This writing discusses about lexical relation in Angkola language. The

lexical semantic that is observed are homonimy, polisemy, sinonimy,

antonimy, hiponimy, and meronimy. The method applied in this writing is

descriptive qualitative. The sources of the data is taken from Angkola two

native speakers in Perumahan Pendopo III Bandar Setia and Angkola texts.

The method of analysis is the componential analysis that is every word has

been analyzed based on understanding the meaning which has the

characteristic and lexical meaning relational. The result of this analysis

shows that in Angkola language, there is semantic relation or meaning

relation in terms of homonimy, polisemy, sinonimy, hiponimy, and

meronimy.

  Keywords: Lexical semantic, semantic, Angkola language PENDAHULUAN

  Semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna dalam suatu bahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam Djajasudarma, 1999:5) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus, sebagai leksem.

  Semantik dapat dibedakan berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa itu yang menjadi objek penyelidikannya. Kalau yang menjadi objek penyelidikannya adalah leksikal dari bahasa itu, maka jenis semantiknya disebut semantik leksikal. Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksikon-leksikon bahasa yang bersangkutan.

  • – Semantik leksikal adalah ilmu yang menyelidiki makna yang ada pada leksikon leksikon bahasa. Makna leksikal dimiliki oleh unsur – unsur bahasa yang terlepas dari penggunaan atau konteksnya (Kridalaksana, 1984:120). Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan – satuan dari leksikon adalah kata yang merupakan satuan bentuk bahasa yang bermakna. Semantik leksikal mengkaji makna pada tataran kata. Makna kata
  • – kata ternyata membentuk pola tersendiri yaitu pola tautan semantik.

  Makna leksikal disebut juga lexical meaning, semantic meaning, dan external

  

meaning . Makna leksikal adalah makna yang terdapat pada kata yang berdiri sendiri

  Susi Masniari Nasution

  (terpisah dari kata yang lain), baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks atau turunan, dan makna yang ada relatif tetap seperti apa yang dapat kita lihat di dalam kamus.

  Relasi makna antar kata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda, polisemi adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu dengan kata lain; polisemi merupakan frase yang memiliki beberapa makna; sinonimi relasi makna antar kata yang maknanya sama atau mirip, antonimi adalah relasi antar kata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya, hiponimi sebagai makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam rangka generik, dan meronimi adalah relasi makna bagian dengan keseluruhan.

  Tulisan ini mengidentifikasi relasi semantik atau relasi makna mencakup homonimi, polisemi, sinonimi, hiponimi, antonimi dan meronimi bahasa Angkola. Metode yang digunakan dalam analisis adalah metode deskriptif. Data tulisan ini diambil

  • – dari penutur bahasa Angkola yang ada di Perumahan Pendopo III Bandar Setia dan teks teks berbahasa Angkola dengan menggunakan metode analisis komponensial, yaitu setiap kata dianalisis berdasarkan pengertian makna yang dimilikinya sehingga ditemukan ciri dan hubungan makna leksikal.

KAJIAN PUSTAKA

  Seperti kita ketahui dalam setiap bahasa sering ditemukan adanya relasi makna atau hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Relasi semantik atau relasi makna mencakup homonimi, polisemi, sinonimi, hiponimi, antonimi dan meronimi bahasa Angkola. Semantik leksikal mengkaji makna pada tataran kata. Makna kata-kata ternyata membentuk pola tersendiri, yaitu pola tautan semantik. Tautan semantik tersebut akan diuraikan dalam butir-butir sebagai berikut.

  Homonimi

  Kata homonim berasal dari bahasa Yunani kuno, onoma artinya ‘nama‘ dan homo artinya ‘sama‘. Kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya, tetapi mengandung makna dan pengertian yang berbeda. Dengan kata lain, homonim merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya berbeda.

  Chaer (1994:302) mengatakan, homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya ―kebetulan‖ sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing- masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Selanjutnya, Chaer (1998:385) mengatakan, homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.

  Alwasilah (1993:164) mengatakan, homonim ialah beberapa kata diucapkan persis sama tetapi artinya berbeda. Relasi ini disebut homonimi. Sementara itu, Djajasudarma (1999:43) mengatakan, homonimi ialah gejala kesamaan tulisan dan lafal dua kata yang berbeda. Dengan demikian, homonimi adalah hubungan makna dan bentuk bila dua buah makna atau lebih dinyatakan dengan sebuah bentuk yang sama.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014 Polisemi

  Polisemi adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Dengan kata lain, polisemi adalah kata atau frase yang memiliki beberapa makna. Contoh: kata alir mangandung makna: 1) bergerak maju, 2) meleleh, dan 3) berpindah tempat secara beramai-ramai.

  Chaer (1994:301) mengatakan, polisemi adalah sebuah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Selanjutnya, Chaer (1998:386) mengatakan, polisemi adalah kata-kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai akibat terdapatnya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata-kata tersebut.

  Alwasilah (1993:164) mengatakan, polisemi ialah satu kata mempunyai lebih dari satu arti, atau lebih tepat satu leksem mempunyai beberapa makna. Relasi ini disebut polisemi yang berarti banyak makna. Sementara itu, Djajasudarma (1999:43) mengatakan, polisemi menunjukkan bahwa suatu kata memiliki lebih dari satu makna.

  Sinonimi

  Kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama‘ dan

  syn ber

  arti ‘tempat‘. Secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama.

  Chaer (1994:297) mengatakan, sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Selanjutnya, Chaer (1998:388) mengatakan, sinonimi adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama.

  Alwasilah (1993:164) mengatakan, sinonimi ialah beberapa kata (leksem) yang berbeda mempunyai arti yang sama. Relasi ini dinamai sinonimi, sedangkan sinonim sendiri diajukan pada kata-kata yang bersamaan arti. Sementara itu, Djajasudarma (1999:36) mengatakan, sinonimi digunakan untuk menyatakan kesamaan arti. Jika dua kata atau lebih memiliki makna yang sama, maka perangkat kata itu disebut sinonim. Sininimi ialah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip.

  Antonimi Antonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma ‘nama‘, anti ‘melawan‘.

  Secara harafiah antonim berarti nama lain untuk benda lain. Jadi, antonim ialah dua kata yang mengandung makna berlawanan.

  Chaer (1994:299) mengatakan, antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Selanjutnya, Chaer (1998:392) mengatakan, antonimi adalah dua buah kata yang maknanya dianggap berlawanan.

  Alwasilah (1993:165) mengatakan, antonimi ialah beberapa pasangan kata mempunyai arti yang berlawanan. Relasi ini disebut antonimi, dan kata-kata yang berlawanan ini disebut antonym. Sementara itu, Djajasudarma (1999:50) mengatakan, antonimi merupakan hubungan di antara kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna. Antonimi (oposisi) ialah relasi antarkata yang bertentangan atau berkeliaran maknanya.

  Susi Masniari Nasution Hiponimi

  Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama‘ dan

  

hypo ‘di bawah‘. Hiponim ialah semacam relasi makna antara kata yang berwujud atas

  bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas. Kelas atas disebut superordinat (hipernim) dan kelas bawah disebut kohiponim.

  Chaer (1994:305) mengatakan, hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Selanjutnya, Chaer (1998:387) mengatakan, hiponimi adalah kata atau ungkapan yang maknanya termasuk di dalam makna kata atau ungkapan lain.

  Djajasudarma (1999:48) mengatakan, hiponimi adalah hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki. Bila sebuah kata memiliki semua komponen makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya, maka perhubungan itu disebut hiponimi. Hiponimi ialah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik.

  Meronimi Meronimi merupakan bagian dari pemeringkatan atau hierarki kata bercabang.

  Hubungan itu disebut pula hubungan bagian –keseluruhan. Secara hierarkis, kata yang mengandung makana keseluruhan dianggap memiliki peringkat yang lebih tinggi daripada kata bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi makna bagian, seperti rumah memiliki bagian atap, dinding, jendela, pintu, dan lantai.

  Meronimi ialah relasi makna bagian dengan keseluruhan. Relasi makna ini memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, tetapi tidak menyiratkan pelibatan searah.

  METODOLOGI

  Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif. Metode ini menetapkan persyaratan bahwa suatu tulisan yang merupakan hasil dari penelitian harus dilakukan atas dasar fakta yang ada sehingga pemerian yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Metode ini akan mendasari tulisan ini dalam pengumpulan dan penganalisisan data. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara bahasa Angkola yang ada di Perumahan Pendopo III Bandar Setia dan teks-teks berbahasa Angkola. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis komponensial, yaitu setiap kata dianalisis berdasarkan pengertian makna yang dimilikinya sehingga ditemukan ciri dan hubungan makna leksikal. Analisis yang dilakukan dengan menunjukkan dua kata yang sama namun mempunyai makna yang berbeda, begitu juga sebaliknya dua kata yang berbeda namun mempunyai makna yang sama, kemudian dilakukan mencari relasi makna leksikal dan ciri yang ada didalam kedua kata tersebut. Adanya relasi makna leksikal dapat dilihat dari pengertian makna dalam satu kata dengan kata yang lainnya, berikut sebagai contoh pada sinonimi ialah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  Lolot = leleng = honok (lama) Sadia lolot ho di Bandung ---------------- Sadia leleng ho di Bandung Berapa Adv. kau di Bandung Berapa Adv. kau di Bandung ‗Berapa lama kau di Bandung‘ ----------------‗Berapa lama kau di Bandung‘

  Dari penjelasan contoh di atas memperlihatkan bahwa adanya hubungan (relasi)

  • leksikal antar kedua kata tersebut di atas ‗ lolot = leleng‘, penulisan kedua kata tersebut berbeda namun mempunyai makna yang sama. Data ini memperlihatkan bahwa adanya proses relasi leksikal yang terjadi pada kedua kata tersebut.

  ANALISIS

  Tulisan ini merupakan Semantik Leksikal yang biasa disebut sebagai lexical

  

meaning, semantic meaning, dan external meaning adalah makna yang terdapat pada

  kata, baik dalam bentuk dasar, maupun dalam bentuk kompleks atau turunan, seperti makna tetap yang terdapat di dalam kamus. Pada analisis ini dapat ditemukan adanya relasi makna atau relasi semantik yang merupakan hubungan semantik atau kemaknaan yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya.Relasi semantik ini dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, dan kegandaan makna. Dalam bahasa Angkola ini ditemukan relasi semantik atau relasi makna berupa: homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi, dan meronimi. Berikut akan dijelaskan pada analisis dibawah ini: 1.

  Homonimi ialah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda. Contoh: 1. bagas mulak tu bagas aek na bagas pulang ke N(noun) sungai yang Adj.(adjektif) ‘pulang ke rumah‘ ‘sungai yang dalam

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗bagas‘, perubahan dari Noun ke Adjektif menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  2. sude

  sude halak martata sude ibaen ia panganon i

  Num orang tertawa Adj dibuat ia makanan itu (Number)

  ‘habis dibuatnya makanan itu‘

  ’semua orang tertawa‘

  Susi Masniari Nasution

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗sude‘, perubahan dari Num. ke Adj. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  3. anggo

  anggo jolo mangga i anggo sompat ro pe au

  V dulu mangga itu Adv. sempat datang aku

  ’cium dulu mangga itu‘ ‘kalau sempat aku datang‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗anggo‘, perubahan dari V ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  4. bujing ro bujing sian Sipirok anak boru na bujing datang N dari Sipirok perempuan yang Adj. ‘tante datang dari Sipirok‘ ‘perempuan yang cantik

  • makna kata dari ka limat kedua dengan kata ‗bujing‘, perubahan dari N ke Adj. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  5. dabu

  dabu tasnia tu bondar dabu rohangku mambege barita i

  V tasnya ke got Adj hatiku mendengar berita itu ‘tasnya jatuh ke got‘ ‘hatiku lega mendengar berita itu‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗dabu‘, perubahan dari V ke Adj. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

2. Polisemi ialah suatu kata yang memiliki lebih dari satu makna.

  Contoh: 1. batu tarantul patnia tu batu ramos noma batu ni lancat i terantuk kakinya ke N lebat sekali N langsat itu ‘kakinya terantuk ke batu’ ‘lebat sekali buah langsat itu‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗batu‘, perubahan dari N ke N menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  2. ulu mahancit ulu ulu ni kareta api sakit N N kereta api ‘sakit kepala‘ ‘kepala kereta api‘

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗ulu‟, perubahan dari N ke N menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  3. aek

  aek milas maridi tu aek

  N panas mandi ke N ‘mandi ke sungai

  ’air panas‘

  • makna kata dari kalimat k edua dengan kata ‗aek‟, perubahan dari N ke N menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  4. jolo pataru jolo on tu pasar hami juguk di jolo antar Adv ini ke pasar kami duduk di Adv ‘antar dulu ini ke pasar‘ ‘kami duduk di depan

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗jolo‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  5. godang bagas godang sipatu na godang arga rumah Adj sepatu Adj harga ‘rumah besar’ ‘sepatu mahal harga‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗godang‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

3. Sinonimi ialah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip.

  Contoh : 1. pistar = malo danak i pistar danak i malo anak itu Adj anak itu Adj ‘anak itu pintar’ ‘anak itu pandai’

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗ malo‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  Susi Masniari Nasution

  2. ambur = lumpat

  ambur tu jolo lumpat tu jolo

  V ke depan V ke depan

  ’lompat ke depan‘ ’lompat ke depan‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗ lumpat‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  3. butuha = boltok mahancit butuha mahancit boltok sakit N sakit N ‘sakit perut’ ‘sakit perut

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kat a ‗ lumpat‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  4. ihan = gulaen manangkup ihan di tobat manangkup gulaen di tobat menangkap N di kolam menangkap N di kolam ‘menangkap ikan di kolam‘ ‘menangkap ikan di kolam‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗gulaen, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  5. lolot = leleng = honok sadia lolot ho di Bandung sadia leleng ho di Bandung berapa Adv kau di Bandung berapa Adv kau di Bandung ‘berapa lama kau di Bandung‘ ‘berapa lama kau di Bandung‘ sadia honok ho di Bandung berapa Adv kau di Bandung ‘berapa lama kau di Bandung‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗leleng dan honok‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  Hubungan makna antara dua kata yang bersinonim bersifat dua arah. Apabila kata pistar ‘pintar‘ bersinonim dengan kata malo ‘pandai‘, maka kata malo ‘pandai‘ bersinonim dengan kata pistar ‘pintar‘.

  pistar malo 4.

  Antonimi (oposisi) ialah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya. Contoh: 1. milas x ngali aek milas aek ngali air Adj air Adj ‘air panas’ ‘air dingin

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kat a dari kalimat kedua dengan kata ‗ngali‟, perubahan dari Adv. ke Adv.

  menyebabkan adanya perubahan makna leksikal. 2. pistar x oto danak na pistar danak na oto anak yang Adj anak yang Adj ‘anak yang pintar‘ ‘anak yang bodoh

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗oto‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  3. arian x borngin marangkat arian do hami marangkat borngin do hami berangkat Adv kami berangkat Adv kami ‘kami berangkat siang’ ‘kami berangkat malam

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗borngin‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  Susi Masniari Nasution

  4. godang x menek ihan mas na godang ihan mas na menek ikan mas yang Adj ikan mas yang Adj ‘ikan mas yang besar’ ‘ikan mas yang kecil’

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗borngin‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

  5. gadis x tobusi umak manggadis unte di pasar umak manobusi unte di pasar ibu V jeruk di pasar ibu V jeruk di pasar ‘ibu menjual jeruk di pasar‘ ‘ibu membeli jeruk di pasar‘

  Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian

  • makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗manobusi‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal. Kata yang berantonim bersifat berlawanan arah. Jadi, apabila kata milas ‘panas‘ berantonim dengan kata ngali ‘dingin‘, maka hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

  milas ngali 5.

  Hiponimi relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik. Contoh:

  1. sayur ‘sayur‘ siarum ‘bayam‘ silalat ‘daun ubi‘ sabi ‘sawi‘

  • pada kata sayur (sayur). Makna kata

  Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata beragam yang terlihat

  „sayur‟ ditentukan dengan jenis sayur yang disebutkan.

  2. buah ‘buah‘ lancat unte botik honas salak ‘langsat‘ ‘jeruk‘ ‘pepaya‘ ‘nenas‘ ‘salak‘

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang

  • terlihat pada kata buah (buah). Makna kata ‗buah‟ ditentukan dengan jenis buah yang disebutkan.

  3. unggas ‘burung‗ amporik balom barapati tampua anduhur

  ‘gelatik‘ ‘balam‘ ‘merpati‘ ‘tempua‘ ‘ketitiran‘ Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang

  • terlihat pada kata unggas (burung). Makna kata

  „unggas‟ ditentukan dengan jenis burung yang disebutkan.

  4. ihan ‘ikan‘ mera aso-aso tingkalang timpi balanak

  ‘jurung‘ ‘gembung‘ ‘lele‘ ‘tongkol‘ ‘belanak‘ Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang

  • terlihat pada kata ihan (ikan). Makna kata ‗ihan‘ ditentukan dengan jenis ikan yang disebutkan.

  5. dai ‘rasa‘ ancim tonggi macom paet siak ‘asin‘ ‘manis‘ ‘asam‘ ‘pahit‘ ‘pedas‘

  Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang

  • terlihat pada kata dai (rasa). Makna kata ‗dai‘ ditentukan dengan jenis rasa yang disebutkan.

  6. warna ‘warna‘ bontar lomlom gorsing balau rara ‘putih‘ ‘hitam‘ ‘kuning‘ ‘biru‘ ‘merah‘

  Susi Masniari Nasution

  • terlihat pada kata warna (warna). Makna kata

  Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang

  „warna‟ ditentukan dengan jenis warna yang disebutkan.

  6. Meronimi ialah relasi makna bagian dengan keseluruhan. Relasi makna ini memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, tetapi tidak menyiratkan pelibatan searah. Contoh: 1. bagas ‘rumah‘ tarup jandela dingding pintu pantar

  ‘atap‘ ‘jendela‘ ‘dinding‘ ‘pintu‘ ‘lantai‘ Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian rumah.

  • Makna kata

  „bagas‟ (rumah) meliputi makna dari keseluruhan atap, jendela, dinding, pintu, dan lantai.

  2. pamatang ‘badan‘ ulu andora tolonan tangan butuha

  ‘kepala‘ ‘dada‘ ‘leher‘ ‘tangan‘ ‘perut‘ Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian pematang.

  • Makna kata

  „pematang‟ (badan) meliputi makna dari keseluruhan kepala, dada, leher, tangan, dan perut.

  3. ulu ‘kepala‘ obuk bohi mata igung pinggol

  ‘rambut‘ ‘kening‘ ‘mata‘ ‘hidung‘ ‘telinga‘ Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian ulu. Makna

  • kata

  „ulu‟ (kepala) meliputi makna dari keseluruhan rambut, kening, mata, hidung, dan telinga.

  4. roti ‘roti‘ topung gulo pira mantega tepung‘ ‘gula‘ ‘telur‘ ‘mentega‘

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  • kata

  Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian roti. Makna

  „roti‟ (roti) meliputi makna dari keseluruhan tepung, gula, telur, dan mentega.

  5. motor ‘mobil‘ masin sitiur ban pelak kanalpot parsineling

  ‘mesin‘ ‘stir‘ ‘ban‘ ‘pelek‘ ‘knalpot‘ ‘persneling‘ Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian motor.

  • Makna kata

  „motor‟ (mobil) meliputi makna dari keseluruhan mesin, stir, ban, pelek, knalpot, dan persneling.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa dalam bahasa Angkola ditemukan relasi semantik atau relasi makna berupa: homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi, dan meronimi. Perubahan makna bisa disebabkan oleh berbagai sebab, diantaranya; 1) sebab

  • – sebab yang bersifat kebahasaan, 2) sebab – sebab historis yang menyangkut tentang benda, lembaga, gagasan, dan konsep ilmiah, 3) sebab
  • – sebab sosial, 4) faktor psikologis, 5) pengaruh asing, dan 6) kebutuhan akan makna baru.

  DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.

  Aminuddin, 2001. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Darmojuwono, Setiawati. 2006. Semantik: Pengantar Konsep-konsep Dasar dan Kajian Semantis . Makalah. Jakarta: FIB Universitas Indonesia. Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama. Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. Ullmann, Stephen. 1977. Semantics, An Introduction to the Science of Meaning. Basil Blackwell, Oxford.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 194-202 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266 AN ANALYSIS OF CONJUNCTION USED IN ARLENE JAMES’ WORK ― A MEETING OF HEARTS‖ TINA RIA ZEN

  Universitas Muslim Nusantara Medan

  

  

Abstract

This paper deals with the conjunction used in Arlene James‟ work “ A

Meeting of Hearts”. And the conjunction which is analyzed here focus on co-

ordinating and subordinating conjunction. The objective of this paper is to

analyze the types, functions and positions of the conjunction used in the

novel.

  This paper refers to Chomsky‟s theory, where the contents of the

theory is very related with the problem that will be analyzed. And this

theory has important rule in analyze linguistic, especially in languages.The

analysis of language here is more focus on written language and the

advantages of it in communication. The method that used in this research is

qualitatif research. So in doing this research, it is using descriptive analysis

to analyze all the data by learning all of them one by one.In order to get the

needed result, the data are taken from the story of the novel. From the

analysis, it is found two types of the conjunction used are co-ordinating and

subordinating conjunction.

  Keywords: conjunction, co-ordinating conjunction, subordinating conjunction.

  INTRODUCTION The problem of analysis

  Chomsky in his theory says,‖ there are two types of languages, they are oral spoken language and written language. For example of spoken language is oral communication. Why? Because the language here used to make communication one another in expressing the personal reaction of situation also to get the information and add the knowledge. And for example of written language, novel can used as the media.The writers of novel are using the written language to tell and state their thought, feelings, ideas, gestures or situation and condition to the readers in their works. By that way, the readers can comprehend what the writers mean easily. Beside that, the novel writers use objective and subjective style in writing.While the language that they used is Formal language, that is a language that used by a reputable writer or speaker.

  Tahun ke-8, No 1

  Tina Ria Zen

  Based on the statement above, it is realized that language is very needed in human life, in order to make understand each other. Not only for direct communication but also indirect ;like the language that we find in the novel. Cause the topic that want to analyzed is novel, so Warriners (1986) statement quoted,‖ in order to speak and write correctly in English, we must follow the rules of the language; they are part of speech and part of the sentence, while language is a system of speec h sound‖. Part of speech itself is divided into eight parts such as noun, pronoun, adjective,verb, adverb, preposition, conjunction and interjection.

  The objective of analysis

  The objective of this research is to analyze how the conjunction used in the novel. And in this paper the analysis of conjunction will be analyzed any further because as we know, still few of people has analyzed this topic. Maybe caused of private opinion of each. Really, if we see at glance, we thought that conjunction is conjunction only, which is very simple subject to analyze and looks like very easy to discuss. But after analyzing the data, it prooved that its rather difficult. At fact, it has many types with different functions and position of each. That‘s why in this research this subject is very interesting to analyze.

  The Related Literature

  In designing this research, the writer refers to some information applied in some book to support the idea of analysis. Geoffrey Leech (1982:241) in his book says:‖conjunction, like prepositions are introductory linking words, but they often introduce clauses rather than phrases.‖ Marcella Frank (1972:206) mentions: ― like prepositions the conjunctions are member of a small class that have no characteristic form.‖ Dr.Erhans Anggawirya (199

  5:159) mentions: ―Conjunction is a word that joins words or group of words. JJ. Lambert (1972:276) explains: ― among the structural element of English are several sets of words and phrases sometimes called ―connective‖. They relate various words, phrases and sentences to each other. In the conventional grammars, they are classified under different headings, most familiarly as prepositions and conjunctions, but also as some of adverbs and a few of pronouns. Aurner and Burtsness (1970:139) state that there are four main types of function words serve as connectors, they are co-ordinating conjunction, lingking adverbs, subordinating conjunction and relative pronouns.

THE METHODOLOGY

  In doing the analysis, this paper applies a descriptive analysis. In order to get the data for this paper,the qualitative research used as the method. The data are taken from the English novel. The first step in collecting the data is by read the novel from the beginning until the end. Then comprehend the implicit and explicit meaning of that novel. After that, see one by one carefully, which sentences use the conjunction. Taking some them to make as the

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  samples and note them one by one.The second is grouped or classified them suitable with types, functions and positions. After all steps above are done well, so the last step is analyze on the line of the sentences one by one.

  ANALYSIS AND FINDING A Brief Description of Conjunction

  Before discussing conjunction any further, it is better to define it because it has various definitions based on different theory from linguists and grammarians. Basically, conjunction word was from Latin word that is ‗conjunctionem‘ which has meaning ‗a joining together‘. But beside that, there are several rather same defenition from different expert‘s opinions, like: 1.

  Bernard (1993) says in his book: A Short Guide To Traditional Grammar,that conjunctions are words which join other words or groupof words.

2. Anggawirya has same opinion with Bernard that says conjunction is a words that jon words or group of words.

  All of question words like: who, which, whom, whose, what, where, when, why and how can be form as conjunctions which join a noun and has meaning ‗ yang ‗ in Indonesian.

  The Types of Conjunction

  Conjunction is divided into two types, they are co-ordinating conjunction and subordinating conjunction.

  • Co-ordinating conjunction Tine Thoburan (1987) in his book MacMillan English states that a co- ordinating conjunction is a single word used to connect part of sentence such as words, phrases or clauses. And words thay usually used are and, but, or, for, and nor. According to Bernard, conjunction is words that used to join another words or group of words which has the same type. They are and, but, or or . For example: For word : Noun + conjunction + Noun :Cup and plate.

  For phrase : I try to find the meaning of the words in dictionary or in my note book. For clause : My friend went to Bali and I went to Jakarta.

  While Wishon (1980) states that co-ordinate conjunctions are words which is used to join equal sentence parts. And words that used to join it are and, or, nor, but, for, so and yet, which mean distinct.

  a.

   And here has function to show argumentation For example : Dogs are friendly animal and they are intelligent also.

  b.

  

But and yet to show contrast, but yet sometimes considered a conjunctive adverb like

however rather than a co- ordinate conjunction.

  • * Subordinating conjunction

  

result or effect, purpose or intention, condition, concession, comparison, level or way and

time.

  For examples in sentences:  She made a promise that she would come soon. (apposition)  I couldn‘t go because I was sick. (cause or reason)  He walked so slowly that he made himself late. ( result or effect)  He walked so slowly that he is right be late. (purpose or intention)  She talks as if she was drunk. (condition)

   Time

: as as soon as, while, in

   Way or Level

: according to, as far as

i.

   Comparison

: as....as , more ... than

h.

   Concession :eventough, although g.

   Purpose or Intention : that, in order, so, e. Condition

: if, unless, as if, whether

f.

   Result or effect : that d.

   Cause or reason : because, as since c.

   Apposition : that b.

  The subordinate conjunction which used as conjunction in : a.

  While Erhans Anggawirya (1995) states that subordinating conjunction joins the main clause with the subordinate clause becauseit depens on the main clause. This way is called ―modes of defences” which has nine kinds. They are: apposition, cause or reason,

  For examples:  Her daughter moved away, but she stayed in town.

  because, before, if, since, that, till, until, unless, when, where and while.

  And Sydney Greenbaumn (1992) notes in her book that subordinators introduce subordinate clauses. There are some common subordinators, like after, although, as,

  A subordinating conjunction is a word or group of words that joins a subordinate to a main clause in a sentence ( Thoburan: 1987: 11). The words used as subordinating conjunction are after, although, as, because, before,if, since, than, through, unless, until, when,whenever, where, whereas and while .

   The books were cheap, so I bought all of them.

  For examples:  That student failed, for he was very lazy in this year.

   For and So to show reason

  d.

  For examples:  Are you going to beach, or will you stay home?  I do not write Arabic, nor do I speak it very well.

   Or and Nor to show contrast/ alternation

  c.

  Tina Ria Zen

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

   She can answer all of the question in the exam although she didn‘t study last night. (concession)  She is as beautiful as you. (comparison)  She is more beautiful than you. (way or level)

  The Positions of Conjunction

  In general, all conjunction stand between sentence patterns and it may stands either between the patterns or at the end of the second pattern or in the middle of the second pattern. For examples: a.

  We asked Sam to join us; however he was too tired.

  b.

  We asked Sam to join us; he was too tire, however.

  c.

  We asked Sam to join us; he was, however, too tired. More over, the clause co-ordinators are restricted to initial position in the clause and the clauses beginning the co-ordinator cannot be moved in front of the clauses. For examples:

  • Jhon plays the guitar and his sister plays the piano.
  • They are living in England or they are spending a vacation there.
  • Or they are spending a vacation there, they are living in England. But a few sometimes as subordinators and sometimes as sentence connectors. For examples:
  • Though he didn‘t want to do it, he had it.
  • He did it; he didn‘t want to, though.
  • He did it, though he didn‘t want to.

  The Functions of Conjunction

  Most of conjunctions have functions as the connectors which are divided into four main types:

  1. Co-ordinating conjunction may connect two or more elements of equal rank. Thus, they form pairs or series of items with the same grammatical structure. For examples:

  • The director dictated the reply, and his secretary typed it at once.
  • The equipment had been wrapped carefully, but it was damaged by careless handling.
  • The clerk took hours on that job, for he didn‘t finish it until now.

2. Movable clause connectors or Linking adverb such as therefore, thus, consequently,

  hence, nevertheless,nonetheless, accordingly, however, yet, furthermore, connect

  sentences or independent clauses in a compound sentence. For examples: * The book makes the main idea clear; however it does not provide enough details.

  Tina Ria Zen * The monthly report will be late; nevertheless, these changes must be made.

  • Two additional clerts will be required, therefore advertise for them in the morning newspaper.

Dokumen yang terkait

Formulasi Dan Evaluasi Secara In Vitro Kompleks Nanopartikel Alginat-Kitosan Yang Mengandung Amoksisilin Dan Bovine Serum Albumin

0 0 53

Formulasi Dan Evaluasi Secara In Vitro Kompleks Nanopartikel Alginat-Kitosan Yang Mengandung Amoksisilin Dan Bovine Serum Albumin

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanopartikel 2.1.1 Pengenalan umum nanopartikel - Formulasi Dan Evaluasi Secara In Vitro Kompleks Nanopartikel Alginat-Kitosan Yang Mengandung Amoksisilin Dan Bovine Serum Albumin

0 1 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Formulasi Dan Evaluasi Secara In Vitro Kompleks Nanopartikel Alginat-Kitosan Yang Mengandung Amoksisilin Dan Bovine Serum Albumin

0 0 8

Formulasi Dan Evaluasi Secara In Vitro Kompleks Nanopartikel Alginat-Kitosan Yang Mengandung Amoksisilin Dan Bovine Serum Albumin

0 0 17

Induksi Tunas Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dengan Pemberian α-Benzil Amino Purina dan α-Asam Asetat Naftalena Secara In –vitro

0 0 8

Seleksi In Vitro Dengan Menggunakan Peg Pada Beberapa Varietas Tomat Terhadap Kondisi Cekaman Kekeringan

0 0 8

An Error Analysis In Using Tenses Made By The Third Year Students Of SMK 7 Medan

0 1 18

AN ANALYSIS ON CONTRASTIVE NEGATION IN ENGLISH AND INDONESIAN Mayasari YP. Dharma Karya Beringin mayasari_spdyahoo.com Abstract - An Analysis On Contrastive Negation In English And Indonesian

0 0 10

INDONESIAN – ENGLISH CODE SWITCHING AND CODE MIXING FOUND IN THE NOVEL ―KAMAR CEWEK‖ Dian Marisha Putri Fakultas Ilmu Budaya USU caca_milanoyahoo.com Abstrak - Indonesian – English Code Switching And Code Mixing Found In The Novel ―Kamar Cewek‖

0 0 8