Teknologi Hidroponik untuk Tanaman Sawi Menggunakan Metode DFT

  See discussions, stats, and author profiles for this publication at

  · December 2014 CITATIONS DOI: 10.13140/2.1.4745.6326 Technical Report READS 25,931

  , including: 15 authors

   PUBLICATIONS     CITATIONS    

6 SEE PROFILE

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROPONIK BUDIDAYA SAWI

  Oleh: Devi Phina F14100117 Azmi Syahrian Zehn F14110095 Davin Pradana F14110020 Norisa Adhi Tina F14110097 Rizal Erwin S F14110044 Fahmi Faizal F14110098 Rusnaldi F14110045 Lois Marihot F14110101 Gerry andryana K F14110064 Wahyudi Rahari F14110105 Prakoso Ari Wibowo F14110068 Avicienna Ul-haq M F14110108 Jantammy R. M F14110080 Faturrahman N F14110128 Antoni Wijaya F14110084

DAFTAR ISI

  DAFTAR TABEL ii

  DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN

  ii

PEMBAGIAN TUGAS

  3 TINJAUAN PUSTAKA

  18

  14

  6 Grafik perubahan PH pada nutrisi

  14

  7 Grafik Perubahan EC

  14

  8 Sampel nomor 7 setelah panen

  9 Sampel nomor 8 setelah panen

  

  18

  10 Sampel nomor 3 setelah panen

  19

  11 Sampel nomor 9 setelah panen

  19 DAFTAR LAMPIRAN

  2 Latar Belakang

  1 PENDAHULUAN

  5 Grafik perkembangan jumlah daun pada tanaman

  4

  4 METODOLOGI Waktu dan Tempat Pelaksanaan

  1

  9 Tata Letak 9 Rona Lingkungan

  10 Alat dan Bahan

  10 HASIL DAN PEMBAHASAN

  13 SIMPULAN DAN SARAN

  20 DAFTAR PUSTAKA

  21 DAFTAR TABEL

  

  

  2 Pengukuran parameter pertumbuhan dan nutrisi hidroponik

  13 DAFTAR GAMBAR

  1 Ilustrasi rangkaian zig zag

  4

  2 Laboratorium greenhouse pengamata

  2 Tujuan

  3

  

  

Pembagian Tugas untuk Laporan Teknologi Greenhouse dan Hidroponik

1 Menyusun Pendahuluan

ii) Pembibitan sawi.

  2.5 Metode/Prosedur i) Persiapan

  3.4 Kesimpulan (3.1; 3.2; 3.3) Lois Marihot (F14110101) (3.3; 3.4; 3.5) Antoni Wijaya (F14110084) (3.3; 3.4; 3.5) Gerry A. K. (F14110064)

  tajam untuk menjawab tujuan)

  3.3 Pembahasan/evaluasi data (dasar pembahasan/evaluasi didapat dari bab-bab diatasnya, seperti tinjauan pustaka dan metodologi,

  3.2 Pengolahan data

  3.1 Kompilasi data

  Pustaka

  Pengukuran parameter-parameter di hidroponik (2.1) Davin Pradana (F14110020) (2.2) Azmi Syahrian Zehn (F14110095) (2.3) Jantammy R.M. (F14110080) (2.4) Rizal Erwin S. (F14110044) (2.5.i) & (2.5.ii) Wahyudi R. (F14110105) (2.5 iii) & (2.5.iv) Devi P. (F14100117)

  Pelakasanaan (Hidroponik) iii) Pemeliharaan (Hidroponik) iv)

   Prosedur pembibitan  Pemeliharaan bibit  Pengukuran ii)

  2.4 Alat dan Bahan (meliputigreenhouse dan alat-alat yang digunakan sepanjang praktikum)

  Tabel 1 Pembagian Tugas Anggota Kelompok No. Tugas Penanggung Jawab

  2.3 Rona lingkungan (iklim, topografi, dan ketersediaan air)

  2.2 Tata Letak Budidaya

  2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

  2 Metodologi (Jika memungkinkan sertakan gambar)

  (F14110045) (1.3.i) Fahmi Faizal (F14110098) (1.3.ii) Faturrahman N. (F14110128) (1.3.iii) Prakoso A.W. (F14110068) (1.3.iv) Avicienna U. M. (F14110108)

  (1.2) Rusnaldi

  (1.1) Norisa Adhi Tina (F14110097)

  iii) Mengenai budi daya sawi iv) Mengenai nutrisi (Larutan AB) dan cara menurunkan dan meningkatkan PH.

  1.3 Tinjauan Pustaka i) Mengenai budidaya menggunakan teknologi hidroponik khususnya menggunakan deep flow technique.

  1.2 Tujuan

  1.1 Latar belakang

3 Hasil, Pembahasan, Kesimpulan, Daftar

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.

  Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.

  Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

  Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi hidroponik dilakukan untuk dapat menghasilkan produk caisim yang bebas pestisida serta fisik produk yang baik karena terlindungi dan ternaungi oleh tutupan greenhouse. Budidaya caisim dilakukan karena merupakan salah satu sayuran daun yang digemari pasar sehingga sampai sekarang ini terus dilakukan perkembangan proses pembudidayaan caisim agar dihasilkan produk yang baik, dan bermutu tinggi hingga menyebabkan naiknya nilai jual produk caisim dipasaran. Salah satu proses pembelajaran budidaya caisim dilakukan dengan skala kecil untuk dapat mengamati pola tumbuh caisim, kebutuhan nutrisi, dan lingkungan optimum untuk caisim di dalam ruangan greenhouse.

  

Tujuan

  Tujuan dilakukannya kegiatan budidaya caisim dengan sistem hidroponik adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui proses penyemaian benih caisim menggunakan media arang sekam.

  2. Mengetahui dan memahami bagaimana budidaya caisim menggunakan sistem hidroponik.

  3. Untuk mempelajari dan memahami cara budidaya tanaman sawi mengunakan teknik hidroponik tipe deep flow technique (DFT).

  4. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas hasil budidaya tanaman sawi mengunakan teknik hidroponik tipe deep flow technique (DFT).

  5. Memahami proses pertumbuhan dan kebutuhan pertumbuhan caisim mulai awal pembibitan hingga panen.

  

TINJAUAN PUSTAKA

Deep Flow Technique

  Sistem Hidroponik Deep Flow Technique merupakan metode budidaya tanaman hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dalam. Kedalaman lapisan berkisar antara 4-6 cm. prinsip kerja system hidroponik DFT yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus menerus selama 24 jam. Teknik hidroponik ini dikategorikan sebagai system hidroponik tertutup. Umumnya penerapan teknik hidroponik ini digunakan pada budidaya tanaman daun dansayuran buah (Chadirin, 2007)

  Pada teknik DFT system pipa, aliran nutrisi dengan kedalaman 2-3 cm mengalir pada pipa PVC berdiamaeter 10 cm dan pada pipa tersebut dikletakkan tanaman dalam pot plastic, sehingga tanaman akan menerima nutisi yang mengalir tersebut. Pot plastic tersebut mengandung material seperti arang sekam sebagai tumpuan akar dan bagian bawah dari material tersebut menyentuh larutan nutrisi yang mengalir. Pipa PVC dapat dirangkai dalam satu bidang atau zig zag, tergantung pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Sistem rangkaian pipa zigzag lebih memanfaatkan tempat secara efisien, namun hanya dpat dipraktikan pada tanaman yang mempunyai dengan tinggi tanaman yang rendah. Sedangkan system rangkaian satu bidang dapat dipraktikkan pada tanaman yang tinggi atau rendah. (Ruaf-asia Foundation, 2010)

  Gambar 1 Ilustrasi Rangkaian system zig zag pada DFT (Ruaf-asia Foundation, 2010)

  Tanaman diletakkan dalam pot plastik dan diletakkan secara tepat pada lubang yang telah dibuat disepanjang pipa pvc. Pot plastic tersebut dilubangi pada bagian bawah dan samping, sebagai penyerapan nutrisi. Pipa PVC dipasang pada slop 1 inch per 30-40, untuk membuat aliran nutrisi mengalir. Aerasi nutrisi

  

Pembibitan Sawi

  Ada 2 cara pembibitan tanaman sawi. Cara pertama, benih di semai di bedengan yang berukuran kecil 0.5 x 1 m² atau luas ukuran sesuai dengan kebutuhan bibit. Cara kedua, benih di semai di wadah plastik dengan luas ukuran wadah sesuai kebutuhan bibit (dapat dibeli ditoko). Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.

  Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

  Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air selama ± 2 jam. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam digunakan untuk disemai. Kemudian benih disebar secara merata diatas bedeng persemaian dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang 1:1, (media tanam) setebal ± 7 cm. Benih yang telah disebar disiram sampai basah kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari.

  Sebaiknya bedeng persemaian diberi naungan. Bila bibit sudah berumur 2-3 minggu setelah disemai, bibit tersebut sudah siap untuk ditanam. Perlakuan yang sama pula dilakukan jika benih disemai di wadah plastik. Wadah tersebut diteduhkan di rumah persemaian sampai bibit berumur 2-3 minggu. Bibit tersebut sudah siap untuk ditanam.

  

Budidaya Sawi Konvensional Menggunakan Tanah sebagai Perbandingan

  Teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan adalah benih, pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan.Tahap benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil penanaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

  Tahap kedua adalah pengolahan tanah. Secara umum tahap ini adalah digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Selain itu lahan harus bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi membutuhkan cahaya matahari langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan jauh hari sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO

  3 ) atau dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ).

  Tahap ketiga adalah pembibitan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman agar benih dapat lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Ukuran bedengan pembibitan adalah lebar 80-120 cm, panjang 1-3 meter, dan tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu sebelum benih ditabur ke lahan, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang terlebih dahulu lalu ditambah pupuk 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram KCl. Cara melakukan pembibitan adalah: benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan tumbuh, setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.

  Tahap keempat adalah penanaman. Seminggu sebelum penanaman dilakukan, pemberian pupuk terlebih dahulu, yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, KCl 75 kg/ha. Jarak tanam dalam bedengan adalah 40 x 40 cm, 30 x 30 cm, dan 20 x 20 cm. Bibit dipindahkan dengan hati-hati. Tahap terakhir adalah pemeliharaan. Pemeliharaan adalah hal yang penting dalam budidaya tanaman. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan, dan pemupukan. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru, biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman, dan pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam (Margiyanto 2008).

  

Hal Penting dalam Budidaya Sawi

  Dalam budidaya tanaman sawi, unsur hara (nutrisi) dan kondisi iklim mikro merupakan hal yang sangat berpengaruh. Unsur hara yang tersedia cukup akan diserap oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sedangkan iklim berkaitan dengan faktor di luar tanaman dalam mendukung pertumbuhannya. Untuk itu harus diketahui sifat-sifat tanaman terkait dengan iklim yang sesuai dengan pertumbuhannya. Tanaman sawi lebih sesuai jika ditanam di dataran tinggi penyinaran dengan sinar matahari merupakan faktor utama di dalam pertumbuhan optimal tanaman sawi (Telaumbanua, Purwantana, dan Sutiarso 2014).

  Sawi mulai dipanen setelah tanaman berumur 45-50 hari. Panen dilakukan dengan cara mencabut atau memotong pangkal batang. Bila panen terlambat dapat menyebabkan tanaman cepat berbunga. Sawi yang baru dipanen ditempatkan di tempat yang teduh, agar tidak cepat layu. Untuk mempertahankan kesegaran sayuran ini perlu diberi air dengan cara dipercik (Rieuwpassa 2011).

  Larutan Hara

  Menurut Jensen (1997), larutan hara tanaman merupakan bahan-bahanyang diserap oleh tanaman dan berisi satu atau lebih unsur esensial yangdiperlukan oleh tanaman. Syarat yang harus dipenuhi oleh unsur esensial sebagaihara tanaman adalah 1) kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan tanamantidak dapat melengkapi pertumbuhan vegetatif maupun generatif dalam siklushidupnya, 2) unsur tersebut secara langsung terlibat sebagai hara tanaman.

  Tanaman dapat berkembang dengan baik dalam larutan garam nutrisisebagai pengganti tanah dimana tanaman menerima oksigen dan semua komponenmineral penting dalam komposisi yang tidak meracuni.Terdapat 16 elemenpenting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tigabelas unsur fungsional diperoleh tanaman dalam tanah antara lain nitrogen (N),fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). unsurunsur tersebut diperlukan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur haramakro. Unsur besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), boron (Bo),molibdenum (Mo), dan klor (CI) digunakan dalam jumlah sedikit sehinggadisebut unsur hara mikro. Unsur-unsur lain seperti karbon (C) dan oksigen (0)diperoleh langsung dari udara dan hidrogen (H) diperoleh baik langsung maupuntidak langsung dari dalam tanah (Soepardi, 1983). Menurut Resh (1998) dalambudi daya hidroponik diperlukan 6 unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan7 unsur hara mikro (Fe, CI, Mn, Cu, Zn, B dan Mo) untuk mendukungpertumbuhan tanaman.

  Parameter yang berpengaruh pada larutan hara untuk tanaman, salahsatunya adalah pH. Menurut Diatloff (1999) pH merupakan kepanjangan daripadahydrogenii (potensial hidrogen) yaitu nilai (dari 1 sampai 14) yang menunjukkanreaksi asam atau basa dari suatu larutan. Larutan hara budi daya hidroponik seladabiasanya dipertahankan antara pH 5.6-6.0 (Morgan 1999). Tetapi sebagian besarbudi daya tanaman hidroponik, larutan dipertahankan konstan pada kisaran pH 5.5-6.5 dengan menambah larutan asam atau basa (Adam, et al., 1995). Tinggirendahnya nilai pH akan mempengaruhi ketersediaan yang dibudidayakan. Penurunan dan peningkatan pH dapat dilakukan dengan

  3

  3

  4

  2

  4

  menambah senyawa asam – basa seperti HNO , H PO , atau H SO untuk asam dan senyawa KOH untuk basa.

  Parameter kedua yang berpengaruh pada larutan hara untuk tanaman adalah konduktivitas listrik (EC, Electrical Conductivity) yang juga dikenalsebagai faktor konduktivitas (CF, Conductivity factor) atau Daya Hantar Listrik(DHL) yaitu pengukur kadar garam dalam larutan hara. Konduktivitas listrikmemberi indikasi mengenai nutrisi yang terkandung pada larutan dan yangdiserap oleh akar. Larutan yang kaya nutrisi akan mempunyai konduktivitas listrikyang lebih besar daripada larutan yang mempunyai sedikit ion-ion garam. NilaiEC tergantung dari jenis-jenis ion yang terkandung di dalam larutan nutrisi,konsentrasi ion, dan suhu larutan (Morgan 2000b). Tingkat EC yang digunakan dalam hidroponik tanaman

  • 3

  daun seperti seladayang ditanam di dataran rendah adalah 0.5-2.5 mS.cm . Total konsentrasi elemendalam larutan nutrisi antara 1000-1500 ppm (Morgan 1999). Pada penelitian Nurfinayati (2004), menyatakan bahwaselada masih bisa tumbuh

  • 1 baik sampai EC 1 550 µS.cm .

  

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

  Praktikum matakuliah Teknologi Greenhouse dan Hidroponik dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengamatan pada tanaman dilakukan setiap hari. Waktu pengamatan dimulai pada tanggal 11 November 2014 s/d bulan 16 Desember 2014. Tempat pengamatan l aboratorium Greenhouse “Siswadhi Soepardjo”Departemen Teknik Mesin dan BiosistemFakultas Teknologi Pertanian (Gambar 2).

  Gambar 2 Laboratorium greenhouse pengamatan, Leuwikopo

  

Tata Letak

  U

  Airoponic 2 Airoponic 1

  Rakit apung

  Sistem budidaya Hydroponic kit 2 kelompok 1 Hydroponic kit 1 Budidaya kelompok kami menggunakan hidroponic kit dengan sistem deep flow

  

nutrition . Letak dari hidroponic kit di sebelah selatan dekat dengan pintu keluar. Di dalam

  greenhouse bagian selatan terdapat saluran air dan listrik. Hidroponic kit membutuhkan asupan daya listrik untuk menggerakkan pompa sehingga letak yang dekat dengan sumber listrik dianjurkan. Apabila terlalu jauh dapat menggunakan kabel terminal. Cahaya untuk tanaman selalu tersedia karena bangunan greenohouse yang memanjang dari arah utara ke selatan sedangkan arah datangnya cahaya matahari dari timur ke barat. Tanaman akan mendapatkan cahaya yang cukup dari pagi sampai sore. Bangunan greenhouse yang dindingnya terbuat dari kasa atau kawat akan mempermudah aliran angin untuk menurunkan suhu di dalam greenhouse. Hidroponic kit yang terletak di tengah sebelah belakang akan mengalami pertukaran udara dengan baik.

  Rona Lingkungan Lokasi pembangunan greenhouse terletak di Leuwikopo, Bogor. dengan

koordinat 6°33'52"LS 106°43'31"BT. Secara umum Bogor terletak pada

ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan

suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 °C dan kelembaban udaranya

kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8 °C, paling sering

terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh

angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat.

  Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0

  • –15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15
  • –30%. Jenis tanah hampir di seluruh

    wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih

    dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi.

    Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya

    akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air

    masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap

    air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di

    kota ini dalam setahun (70%).

  

Alat dan Bahan

  Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: a.

  Greenhouse b. EC(Electrical Conductivity c. PH meter d. Penggaris e. Saluran pipa f. Pompa g.

  Gelas plastik h. Bibit sawi i. Arang sekam j.

  

Prosedur

1. Persiapan Hidroponik

  Pembersihan benih Perhitungan jumlah awal benih

  Persiapan media tanam Penyebaran benih di media tanam

  Peletakkaan benih di greenhouse Penyiraman benih

  Peletakkan kode sampel pada bibit Pengambilan data (tinggi, jumlah daun dan dokumentasi)

  Pengamatan Benih sawi

  Bibit sawi

2. Pelaksanaan Hidoroponik a.

  Pemindahan tanaman sawi ke dalam dipflow tehnique paralon Bibit sawi

  Pembersihan perlengkapan dipflow tehnique paralon Pengecekan Fungsional alat

  Persiapan media tanam hidroponik : 1.

  Gelas plastik sebanyak 65-70 buah (dinding berpori)

2. Arang sekam

  Pemasukan arang ke gelas media tanam (3/4 tingginya) Penyiraman

  Penyiraman benih Pengamatan

  Peletakkan bibit sawi ke dalam media tanam gelas Peletakkan media tanam ke dalam plot Dipflow Tehnique Paralon b.

  Pemberian larutan nutrisi Pengisian air ke dalam wadah penyedia air

  Pemberian air pada pipa plot tanaman Pengaturan kemiringan aliran air pada pipa agar seragam

  Pemberian 100 ml larutan AB mix ke dalam wadah larutan nutrisi Pengaturan pH (5.5-6.5), EC (±1000)

  Larutan AB mix A

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Parameter Pertumbuhan dan Nutrisi Hidroponik

  6.9 03/12/2014

  7.2 06/12/2014

  19.84 7 1166

  7.4 05/12/2014

  18.99 7 1144

  7 04/12/2014

  18.72 7 1154

  17.65 7 1158

  6.9 07/12/2014

  7 02/12/2014

  16.17 7 1162

  6.9 01/12/2014

  15.18 6 1160

  6.8 30/11/2014

  13.88 6 1189

  7.3 29/11/2014

  20.65 7 1189

  21.37 7 1136

  6.9 28/11/2014

  7.51 13/12/2014

  31.51 10 1004

  30.44 10 1084 7.595 16/12/2014

  7.79 15/12/2014

  29.69 10 1164

  7.65 14/12/2014

  28.07 9 1105

  27.15 9 1046

  6.9 08/12/2014

  26.5 8 1046 7.605 12/12/2014

  7.7 11/12/2014

  25.85 8 1046

  7.68 10/12/2014

  24.2 8 1073

  7.66 09/12/2014

  23.27 7 1100

  13.36 6 1171

  12.95 6 1197

  Tanggal Tinggi Rata-rata

  5.07 4 1247

  5.88 4 1108

  8 16/11/2014

  5.54 4 1037

  7.2 15/11/2014

  5.43 4 1276

  7.6 14/11/2014

  7.5 13/11/2014

  6.26 4 1127

  4.35 4 1212

  7.3 12/11/2014

  3.75 3 1013

  11/11/2014

  Conductivity (μC) PH

  Rata-rata Electrical

  Tanaman (cm) Jumlah Daun

  7.5 17/11/2014

  7.4 18/11/2014

  6 27/11/2014

  7.4 23/11/2014

  12.39 6 1183

  7.2 26/11/2014

  10.53 6 1190

  7 25/11/2014

  9.53 6 1176

  7.3 24/11/2014

  8.86 5 1174

  8.84 5 1042

  6.93 5 1389

  7.4 22/11/2014

  8.39 5 1145

  7.1 21/11/2014

  8.19 5 1023

  7 20/11/2014

  7.94 5 2017

  7.5 19/11/2014

  7.4

  15 Ga mbar

  6

  25

  00

  20

  00

  15

  00

  10

  50

  12 11/11/2014 13/11/2014 15/11/2014 17/11/2014 19/11/2014 21/11/2014 23/11/2014 25/11/2014 27/11/2014 29/11/2014 01/12/2014 03/12/2014 05/12/2014 07/12/2014 09/12/2014 11/12/2014 13/12/2014 15/12/2014

  10

  8

  

4

  4 G ra fik p erke m ba nga n ti ngg i t an aman hi dropo nik seti ap ha ri

  2

  35 11/11/2014 13/11/2014 15/11/2014 17/11/2014 19/11/2014 21/11/2014 23/11/2014 25/11/2014 27/11/2014 29/11/2014 01/12/2014 03/12/2014 05/12/2014 07/12/2014 09/12/2014 11/12/2014 13/12/2014 15/12/2014

  30

  25

  20

  15

  10

  5

  6 G ra fik p eruba ha n P H pa da nutrisi pa da hidroponik setiap ha ri

  Ga mbar

  5 G ra fi k p erke m ba nga n jum lah da un tan aman di hi dropo nik seti ap ha ri

  Ga mbar

  00 11/11/2014 13/11/2014 15/11/2014 17/11/2014 19/11/2014 21/11/2014 23/11/2014 25/11/2014 27/11/2014 29/11/2014 01/12/2014 03/12/2014 05/12/2014 07/12/2014 09/12/2014 11/12/2014 13/12/2014 15/12/2014 Gambar 7 Grafik perubahan EC pada nutrisi hidropinik setiap hari Tabel 2 Bobot semua sampel tanaman setelah dipanen No.

  Sampel Bobot Tanaman dan

  19 /11/2 014

  35.4

  9

  39.65 (tidak pakai gelas)

  39.65

  10

  13.4

  2.75

  10.65 Tabel 3 Bobot semua tanaman setelah dipanen Parameter nilai(g) Bobot Bahan + Nampan 3280 Bobot Nampan 820 Bobot Bahan 2460

  500 1000 1500 2000 2500

  11 /11/2 014

  13 /11/2 014

  15 /11/2 014

  17 /11/2 014

  21 /11/2 014

  38.17

  23 /1 1/

  2

  01

  4

  25 /11/2 014

  27 /11/2 014

  

29

/11/2

014

  01 /12/2 014

  03 /12/2 014

  05 /12/2 014

  07 /12/2 014

  09 /12/2 014

  11 /12/2 014

  13 /12/2 014

  2.77

  8

  Gelas Bobot

  52.79

  Gelas Bobot

  Tanaman

  1

  32.18

  2.92

  29.26

  2

  8.1

  2.93

  5.17

  3

  55.75

  2.96

  4

  82.04

  38.05

  2.76

  35.29

  5

  25.95

  2.83

  23.12

  6

  17.55

  2.77

  14.78

  7

  84.83

  2.79

  15 /12/2 014

  

PEMBAHASAN

  Berdasarkan Gambar 4, terlihat pertumbuhan tanaman yang memiliki tren meningkat secara linier. Namun pada data pengamatan tanggal 20 November 2014, grafik jatuh pada titik nol karena tidak ada pengukuran pada hari tersebut. Hal yang sama juga ditunjukan pada Gambar 5 dimana jumlah rata-rata daun cenderung meningkat mendekati angka 6. Pada Gambar 6, nilai pH larutan nutrisi mayoritas di atas nilai 7 sehingga larutan terlalu basa. Hal ini masih di atas nilai pH optimum yang yang berkisar antara5.5

  • – 6.5 (Suhardiyanto 2010). Pada Gambar 7 terjadi peningkatan EC yang mencapai nilai 2017 pada hari Kamis tanggal 19 November 2014 karena penambahan larutan AB yang mencapai 1 liter.

  Pertumbuhan sawi yang meningkat setiap hari bisa disebabkan oleh ketersediaan larutan nutrisi yang selalu mengalir, suhu lingkungan yang berada dalam kisaran suhu yang rendah hingga hangat (26

  C) sesuai dengan Telaumbanua, Purwantana, dan Sutiarso (2014), dan kelembaban udara yang cukup (70 %) tinggi pada rona lingkungan. Nilai EC yang didapat pada

  • -1

  pengamatan berada di atas 1 000 µS.cm . Hal ini masih sesuai dengan literatur yang dikemukakan Morgan (1999) dimana nilai ideal berkisar antara 1 000

  • 1 sampai 1 500 µS.cm .

  Perubahan nilai EC yang bisa meningkat disebabkan karena jumlah larutan garam terlarut meningkat seiring penyerapan hara oleh tanaman. Jumlah ion yang diserap bergantung kebutuhan unsur oleh tanaman yang dibudidayakan. Pada tanaman yang dibudidayakan untuk diambil daunnya, unsur K untuk perkembangan daun menjadi yang utama, sehingga pada larutan nutrisi yang ada dalam tangki, jumlah ion K akan bekurang. Jumlah air yang ada dalam tangki nutrisi juga mengalami pengurangan karena ada air yang terserap oleh tanaman.

  Jumlah potasium berpengaruh pada jumlah daun yang setiap hari meningkat karena salah satu fungsi potasium adalah perannya pada pertumbuhan daun. Bila dilihat pada Lampiran 1, sebaran pertumbuhan pada sampel tidak merata terlihat dari tinggi tanaman yang berbeda jauh, misalnya pada sampel nomor 2 dengan nomor 3.

  Proses pemanenan dilakukan pada umur 36 hst yaitu pada tanggal 16 Desember 2014. Berdasarkan Tabel 3, distribusi sebaran massa sampel pada talang yang berada di atas memiliki bobot yang besar misalnya sampel 7, 8, 3, dan

  9. Namun ada juga individu yang posisinya berada di talang bagian atas tetapi bobotnya tidak terlalu besar seperti pada sampel 6. Nilai bobot sawi secara keseluruhan 3280 g. Bila bobot total tersebut dibagi total individu saat panen yang berjumlah 63 buah maka bobot rata-rata per individu sebesar 52 g per individu. Nilai ini masih lebih kecil dari potensi bobot maksimum sawi yang mencapai 400 g per individu (Soenaryono 1983). Hal ini disebabkan karena sawi dipanen lebih cepat yaitu baru 36 hst sedangkan umur panen sawi adalah 45-50 tergantun akar pada awal penanaman. Beberapa sampel pada minggu ke 3 masih memiliki akar yang belum mampu menjangkau air karena ketinggian air pada beberapa tingkatan talang tidak terlalu tinggi sesuai literatur yaitu sekitar 6 cm. Gambar mengenai keadaan beberapa sampel tanaman saat panen bisa dilihat pada Gambar 8,9,10, dan 11.

  Gambar 8 Sampel nomor 8 setelah panen

   Gambar 9 Sampel nomor 7 setelah panen

  Gambar 10 Sampel nomor 5 setelah panen Gambar 11 Sampel nomor 9 setelah panen

  

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  Sistem hidroponik deep flow technique merupakan salah satu teknik hidroponik yang menggunakan aliran air pada akar. Kualitas dan kuantitas tanaman pada sistem hidroponik ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kelembaban udara, suhu lingkungan, keberadaan larutan nutrisi, ketersedian kandungan larutan nutrisi (nilai EC), pH larutan nutrisi, dan sebagainya. Nilai EC, suhu lingkungan dan kelembaban pada pengamatan sudah sesuai literatur. Nilai pH pada pengamatan belum sesuai dengan literatur. Bobot per individu saat panen sawi pada praktikum ini belum memenuhi standar literatur yang ditetapkan karena faktor panen yang terlalu cepat, larutan nutrisi, dan tinggi aliran pada awal tanam.

  

Saran

  Perlu adanya pembagian jadwal yang lebih ketat mengenai pengamatan dan perbaikan infrastruktur pendukung dalam pengamatan. Perlu penambahan bahan kimia pada larutan nutrisi untuk menurunkan pH. Perlu kalibrasi penentuan tinggi dari media tanam dan aliran yang sesuai dengan pemanjangan akar pada awal masa tanam.

  

DAFTAR PUSTAKA

Adam CR., Bamford, KM and Early, KM. 1995. Principle of Horticulture.

  Butterworth Heinemang. London. 278 p. Chadirin, Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah Departemen Teknik Pertanian, IPB.

  Diatloff E. 1998. pH-what does it really mean? Practical hydroponics &Greenhouse-International Trade Directory 1998-1999:148-151. Harjad, SS. 1990. Dasar-dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian.

  IPB. Bogor. hal506 Jensen M. H. 1997. Hydroponics. Hort.Science 32(6) :1018- 1020. Morgan L. 1999. Hydroponic Lettuce Production. Casper Publ. Pty Ltd.

  Narrabeen. lllp. Morgan, L. 2000b. The pH Factor In Hydroponics, p.47-51. In Amy Knutson (ed). The Best of The Growing Edge. New Moon Publ. Inc. Corvallis.

  Nurfinayati. 2004. Pemanfaatan berulang larutan nutrisi pada budidaya selada (Lactuca sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST).

  Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. IPB. Resh HM. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. Co.

  Santa Barbara. 527p. Ruaf-asia Foundation, 2010. Hydroponics. Departement of Agriculture, Ministry of Agriculture Priyowidodo, Titis. 2014. Cara Budidaya Caisim Organik.

  [tanggal unduh 23

  November 2014) Rieuwpassa, Alexander J. Teknologi budidaya sawi [internet]. [diunduh tahun 2014 nov 24]. Tersedia pada:

  

  Maspary. 2014. Cara tepat menanam sawi dan caisim [Internet]. [diunduh tahun 2014 nov 24]. Tersedia pada:

  

  Edi S dan Bobohoe J. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Margiyanto E. 2008. Budidaya Tanaman Sawi. http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/ [terhubung berkala]. Rieuwpassa AJ. 2011. Teknologi Budidaya Sawi. http://maluku.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content& view=article&id=289:teknologi-budidaya-sawi&catid=15:benih Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah.Fakultas Pertanian. IPB.

  Bogor. Suhardiyanto H. 2010. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Bogor : IPB Press.

  Telaumbanua M, Purwantana B, dan Sutiarso L. 2014. Rancang Bangun Aktuator Pengendali Iklim Mikro di Dalam Greenhouse untuk Pertumbuhan Tanaman Sawi. Jurnal Agritech 34:2(213-222).

  

  Pemerintah Kota Bogor[tahun tidak diketahui].Letak geografis[internet].[diunduh 2014 nov 24]. Tersedia pada: