Bahasa Suroboyoaan Dalam Analisis Sosiol
Bahasa Suroboyoaan Dalam Analisis
Sosiolinguistik
(Karakteristik Bahasa Suroboyoan Dalam Perpektif Sosiolinguistik)
Di susun oleh:
Tayev Dedayev
(Mahasiswa Prodi Sosiologi 2015)
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
yang berjudul “Bahasa Suroboyoaan Dalam Analisis Sosiolinguistik”
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak yang
membantu terselesaikannya makalah ini. Saran dan kritik pembaca dapat membangun makalah
ini agar menjadi lebih baik.
Surabaya ,7 November 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahasa adalah salah satu sarana dan wahana penyampaian pesan oleh masyarakat sebagai
bentuk gambaran aktivitas dan maksud akan suatu hal yang bersifat objective maupun
subjektif.Bahasa juga memiliki keragaman warna kosa kata seperti halnya di Indonesia yang
terdi atas banyak budaya dan bahasa di berbagai wilayah di Indonesia,salah satunya adalah
bahasa surabayaan (suroboyooan) di kota Surabaya Jawa timur.Bagi masyarakat Jawa Timur
kota Surabaya adalah salah satu kota besar di Indonesia setelah Jakarta dengan banyak
keragaman budaya dan bahasa yang disana terutama kota Surabaya adalah kota besar,bentuk
interaksi didalamnya pun beragam terutama pada bahasa suroboyooan yang memiliki kekhasan
bahasan dan konotasi yang digunakan sebagai sarana komunikasi antar warga Surabaya,baik
masyarakat asli maupun para pendatang dari luar kota Surabaya,dengan bahasa suroboyoan
sebenarnya menjadi salah satu sarana pengantar untuk berbagai kalangan yang tinggal di kota
Surabaya baik pada kalangan kelas elit maupun kelas bawah,namun pada dasarnya bahasa
suroboyoan lebih berkembang pada kalangan kelas menengah kebawah karena bahasa
suroboyoan lebih akrab dengan masyarakat dengan tipikal kelas menengah dan kaum marginal di
pinggiran kota Surabaya dan menjadikan bahasa suroboyoan memiliki nilai pandangan
masyarakat luar terhadap bahasa suroboyoan sebagai bahasa yang universal terhadap berbagai
kalangan,pada perkembangannya bahasa suroboyoan menjadi faktor utama perubahan budaya
yang terjadi dimana bahasa suroboyoan menjadi bahasa yang dominan di kota Surabaya walau
banyak budaya,etnis dan keragaman lainnya berada di kota Surabaya,fenomena inilah yang
menjadikan bahasa suroboyoan menarik untuk dilihat secara sosiolinguistik dimana bahasa
suroboyoan menjadi faktor utama perubahan perilaku masyarakat pendatang dan wahana
pengantar antar kelas,etnis dan budaya di kota Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa bahasa suroboyoan sebagai bahasa paling dominan di kota Surabaya dengan
keberagaman budaya dan bahasa?
2. Bagaimana bahasa suroboyoan berlaku diberbagai kalangan masyarakat kota Surabaya
dengan analisis Sosiolinguistik?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana bahasa suroboyoan dengan
sudut pandang dan analisis Sosiolinguistik serta 4irri khas sosiolek suroboyoan yang terjadi pada
masyarakat kota Surabaya dengan beragam budaya dan bahasa didalamnya sebagai sarana
komunikasi berbagai lapisan masyarakat yang ada.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan fenomena sosiolek bahasa
suroboyan di kota Surabaya dengan pandangan analisis Sosiolinguistik serta penjelasan
dominasi bahasa suroboyoan dengan keberagaman budaya dan bahasa di kota Surabaya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bahasa Suroboyoan
Bahasa adalah sarana komunikasi berupa simbol suara ritme dan konotasi sebagai
penyampai pesan isi hati untuk menunjukan maksud tertentu saat melakukan interaksi sosial
pada masyarakat baik antar individu maupun dengan kelompok sosial yang ada,bahasa juga
memiliki unsure budaya didalamnya yang menjadi 5irri khas akan kebahasaan yang dimiliki
pada wilayah yang kental akan budaya bahasa dan keragaman pola perilaku masyarakat yang
dipengaruhi oleh budaya yang telah diwariskan oleh para generasi budaya sebelumnya,sama
halnya seperti pada bahasa suroboyoan di kota Surabaya yang dikenal sebagai salah satu bahasa
yang fenomenal di Indonesia dan menjadikan bahasa suroboyoan menjadi identitas tersendiri
bagi masyarakat kota Surabaya.Ciri khas paling menonjol dari bahasa suroboyoan adalah
konotasi kata dan kalimat yang digunakan lebih pada penekanan makna yang erat seperti kata
“…Cukk…” pada setiap bentuk interaksi antar individu diberbagai tempat di kota
Surabaya,bahasa yang digunakan ini menjadi makna tersendiri saat kata “..cukk…”digunakan
diberbagai kalangan dan status sosial yang ada yaitu menjadi tanda akan sangat eratnya
hubungan yang terjalin antara dua aktor sosial yang terlibat dan tak mengenal bagaimana status
sosial yang dimiliki atau batasan usia yang menjadi lawan jenis komunikasi.Terjadinya
keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
5irri55y, tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan
Agustina, 2004: 61).
Bahasa suroboyoan juga diliputi oleh adanya faktor pendukung hadirnya bahasa
suroboyoan menjadi dominan Chaer dan Agustina (2004: 62) membedakan variasi bahasa
menjadi empat, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakai, variasi dari segi
keformalan, dan variasi dari segi sarana.
2. Sejarah Bahasa Suroboyoan
Bahasa arekan atau bahasa suroboyoan memiliki status bahasa yang berbeda
dengan bahasa yang disekitar wilayah matraman di jawa timur maupun diluar jawa
timur,dalam sejarahnya ini juga dorong oleh adanya perilaku masyarakat yang dekat
dengan daerah pantai yang menjadi jalur perdagangan dari jaman dahulu hingga sekarang
terlebih lagi faktor budaya dan perilaku masyarakat kota Surabaya yang terkenal dengan
keras dan tegas terbukti saat masyarakat kota Surabaya melakukan perlawanan dengan
para penjajah membuat kultur di kota Surabaya terkenal akan keras,ditambah asal usul
nama kota Surabaya yang berasal dari pertarungan antara buaya dan hiu yang merebutkan
wilayah dan dimenangkan oleh buaya dalam sebuah pertarungan sengit menjadi faktor
pendukung kultur yang hadir di kota Surabaya.Budaya yang terus berkembang
melahirkan kosa kata yang menjadi khas bagi masyarakat Surabaya dalam berinteraksi
sesamanya sebagai wujud identitas ketegasan dan kepribadian seseorang saat
menunjukan status sosial lewat bahasa pada lingkungan masyarakat.
Pada dasarnya jika dilihat secara sejarah dari bahasa arekan atau suroboyoan ini
menjadi semakin populer di kalangan masyarakat saat Indonesia dijajah oleh Belanda
maupun Jepang terutama di kota Surabaya karena
bahasa yang digunakan sebagai
sumber semangat juang yang tinggi oleh masyarakat Surabaya dengan bahasa yang tegas
dan kasar,serta berlaku secara umum pada semua lapisan masyarakat baik muda maupun
tua sebagai media pengantar pesan maksud hati perjuangan
dalam melakukan
pergerakan.
Bahasa suroboyoan secara umum dikenal sebagai bahasa yang statusnya lebih
unggul dari pada bahasa yang lain di Jawa timur,bentuk stigma masyarakat terhadap
masyarakat Surabaya membuat bahasa suroboyoan menjadi bahasa pengatar berbagai
daerah di Jawa Timur sehingga para pendatang pun tidak jarang meninggalkan bahasa
lamanya dan budayanya karena mengganggap bahasa suroboyoan lebih tinggi maknanya
dari pada bahasa daerah di sekitar kota Surabaya.
3. Sistem Kosa Kata Suroboyoan
Dalam kesehariaan bahasa suroboyoan menjadi media komunikasi yang paling sering
digunakan oleh banyak kalangan,dalam penggunaan bahasanya bahasa suroboyoan menjadi
indikator penting dalam melihat keeratan hubungan sosial didalam masyarakat dan dianggap
sebagai memiliki fasilitas akses bahasa ke berbagai kalangan dan strata pada masyarakat
terutama di kota Surabaya.Ekspresi dari bahasa suroboyan sendiri memiliki sistem yang
cukup beragam dalam penggunaanya,dalam bentuk interaksi dalam sebuah instansi bahasa
suroboyan dianggap sebagai simbol kehormatan tersendiri artinya bahasa suroboyan menjadi
legal bagi orang yang sudah lama dikenal dan dapat mengikuti perubahan interaksi sosial
dalam sebuah organisasi atau instansi didalamnya beda halnya bentuk ekprese kosa kata
suroboyoan dalam masyarakat kompleks perumahan pinggiran,sistem kosa katanya hanya
berlaku pada usia tertentu dan untuk golongan tertentu saja,hal ini terjadi karena adanya
nilai-nilai yang tertanam yaitu menghormati golongan yang sudah tua atau lanjut
usia,penggunaan bahasa suroboyoan dalam lingkup masyarakat kompleks masih dikatakan
terbatas dan kurang leluasa namun berbeda dengan lingkup anak muda atau kalangan
mahasiswa di sekitaran kampus yang secara leluasa menggunakan bahasa suroboyoan.
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:
•
“Pongor, Gibeng, Santap, Jotos, Tempeleng, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
•
“kathuken” berarti “kedinginan” (bahasa Jawa standar: kademen);
•
“gurung” berarti “belum” (bahasa Jawa standar: 7irri7);
•
“gudhuk” berarti “bukan” (bahasa Jawa standar: dudu);
•
“deleh” berarti “taruh/letak” (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
•
“kek” berarti “beri” (dikek’i=diberi, kek’ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);
•
“ae” berarti “saja” (bahasa Jawa standar: wae);
•
“gak/ogak” berarti “tidak” (bahasa Jawa standar: ora);
•
“arek” berarti “anak” (bahasa Jawa standar: bocah);
•
“cak” berarti “mas” atau “kakak laki-laki” (bahasa Jawa standar: mas);
•
“kate/kape” berarti “akan” (bahasa Jawa standar: arep);
•
“laopo/lapo” berarti “sedang apa” atau “ngapain” (bahasa Jawa standar: ngopo);
•
“opo’o” berarti “mengapa” (bahasa Jawa standar: kenopo);
•
“soale” berarti “karena” (bahasa Jawa standar: kerono);
•
“atik” (diucapkan “atek”) berarti “pakai” atau “boleh” (khusus dalam kalimat”gak atik!”
yang artinya “tidak boleh”);
•
“longor/peleh” berarti “tolol” (bahasa Jawa standar: goblok/ndhableg);
•
“cek” (“e” diucapkan seperti kata “sore”) berarti “agar/supaya” (bahasa Jawa standar:
ben/supados);
•
“gocik” berarti “takut/pengecut” (bahasa Jawa standar: jireh);
•
“mbadog” berarti “makan” (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
•
“manteb soro/mantab jaya” berarti “enak luar biasa” (bahasa Jawa standar: enak pol/enak
banget/enak tenan);
•
“rusuh” berarti “kotor” (bahasa Jawa standar: reged);
•
“gae” berarti “pakai/untuk/buat” (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
•
“andhok” berarti “makan di tempat selain rumah” (8irri8 warung);
•
“cangkruk” berarti “nongkrong”;
•
“babah” berarti “biar/masa bodoh”;
•
“matek” berarti “mati” (bahasa Jawa standar: mati);
•
“sampek/sampik” berarti “sampai/hingga” (bahasa Jawa standar: nganti);
•
“barekan” berarti “lagipula”;
•
“masiyo” berarti “walaupun”;
•
“nang/nak” berarti “ke” atau terkadang juga “di” (bahasa Jawa standar: menyang);
•
“mari” berarti “selesai”;(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai
kesatuan dalam pertanyaan “wis mari tah?” yang berarti “sudah selesai kah?” Pengertian
ini sangat berbeda dengan “mari” dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek
Suroboyoan, “mari” berarti “sembuh”
•
“mene” berarti “besok” (bahasa Jawa standar: sesuk);
•
“maeng/mau” berarti “tadi”.
•
“koen” (diucapkan “kon”) berarti “kamu” (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala
sebagai pengganti “koen”, kata “awakmu” juga digunakan. Misalnya “awakmu wis
mangan ta?” (Kamu sudah makan kah?”) Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti
“badanmu” (awak = badan)
•
“ladhing” berarti “pisau” (bahasa Jawa standar: peso);
•
“lugur/ceblok” berarti “jatuh” (bahasa Jawa standar: tiba);
•
“dhukur” berarti “tinggi” (bahasa Jawa standar: dhuwur);
•
“thithik” berarti “sedikit” (bahasa Jawa standar: sithik);
•
“temen” berarti “sangat” (bahasa Jawa standar: banget);
•
“pancet” berarti “tetap sama” ((bahasa Jawa standar: tetep);
•
“sembarang” berarti “terserah” (bahasa jawa standar: sekarep);
•
“iwak” berarti “lauk” (bahasa Jawa standar: lawuh, “iwak” yang dimaksud disini adalah
lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, “mangan karo iwak tempe”, artinya Makan
dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
•
“engkuk” (u diucapkan o) berarti “nanti” (bahasa Jawa standar: mengko);
•
“ndhek” berarti “di” (bahasa Jawa standar: “ing” atau “ning”; dalam bahasa Jawa standar,
kata “ndhek” digunakan untuk makna “pada waktu tadi”, seperti dalam kata “ndhek
esuk” (=tadi pagi),”ndhek wingi” (=kemarin));
•
“nontok” lebih banyak dipakai daripada “nonton”;
•
“yok opo” (diucapkan /y@?@p@/) berarti “bagaimana” (bahasa Jawa standar: “piye”
atau *”kepiye”; sebenarnya kata “yok opo” berasal dari kata “kaya apa” yang dalam
bahasa Jawa standar berarti “seperti apa”)
•
“peno”/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata
meja) artinya kamu
•
“jancuk” ialah kata makian yang sering dipakai seperti “fuck” dalam bahasa Inggris;
merupakan singkatan dari bentuk pasif “diancuk”; variasi yang lebih kasar ialah
“mbokmu goblok, makmu 9irri9, dengkulmu sempal, matamu suwek”; oleh anak muda
sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
•
“waras” ialah sembuh dari sakit (dalam Bahasa Jawa Tengah sembuh dari penyakit jiwa)
•
“embong” ialah jalan besar / jalan raya (bahasa Jawa standar : “9irri9/dalan gedhe”)
•
“nyelang” arinya pinjam sesuatu
•
“parek/carek” artinya dekat
•
“ndingkik” artinya mengintip
•
“semlohe” artinya sexy (khusus untuk perempuan)
“jancuk” dari kata ‘dancuk’ dan turunan dari ‘diancuk’ dan turunan dari ‘diencuk’ yg artinya
‘disetubuhi’ (‘dientot’ bahasa betawinya). Orang Jawa (golongan Mataraman) pada umumnya
menganggap dialek Suroboyoan adalah yang terkasar, namun sebenarnya itu menujukkan sikap
tegas, lugas, dan terus terang. Sikap basa basi yang diagung-agungkan Wong Jawa, tidak berlaku
dalam kehidupan Arek Suroboyo. Misalnya dalam berbicara, Wong Jawa menekankan tidak
boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena
dianggap tidak sopan. Tapi dalam budaya Arek Suroboyo, hal tersebut menandakan bahwa orang
tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara. Tapi kata jancuk
juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan. Arek-arek Suroboyo apabila telah lama tidak
bertemu dengan sahabatnya jika bertemu kembali pasti ada kata jancuk yang terucap, contoh:
“Jancuk! Yok opo khabare, rek. Suwi gak ketemu!” Jancuk juga merupakan tanda seberapa
dekatnya Arek Suroboyo dengan temannya yang ditandai apabila ketika kata jancuk diucapkan
obrolan akan semakin hangat. Contoh: “Yo gak ngunu, cuk, critane, matamu, mosok mbalon gak
mbayar”.Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam
mengekspresikan kata ‘sangat’, mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa
menambahkan kata sangat (banget atau temen) dengan menambahkan 10irri “u”, misalnya
“sangat panas” sering diucapkan “puanas”, “sangat pedas” diucapkan “puedhes”, “sangat enak”
diucapkan “suedhep”. Apabila ingin diberikan penekanan yang lebih lagi, 10irri “u” dapat
ditambah.
•
Hawane puanas (udaranya panas sekali)
•
Sambele iku puuuedhes (sambal itu sangat sangat pedas sekali)
Selain itu. Salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah
menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran –no. Dalam bahasa
Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran –ke
•
“Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!” (Hidupkan lampunya!)
•
“Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sakbungkus!” (Belikan kopi sebungkus!)
(dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arekan)
Beragamnya makna pada bahasa suroboyoan menjadikan penggunaanya tergantung bagaimana
arti makna pada interaksi sosial sebenarnya pada masyarakat di daerah Surabaya.Pola
komunikasi yang terjadi di masyarakat Surabaya mengalami titik lebur budaya yang berlaku
pada masyarakat pendatang dan masyarakat yang memiliki orientasi budaya yang cukup kuat di
lingkungannya,dan menciptakan dimensi budaya tersendiri yang saling terhubung dengan bahasa
suroboyoan sebagai bahasa pengantar antar budaya di kota Surabaya.
BAB III
KESIMPULAN
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan pesan hati kepada lawan bicara atau
khalayak ramai,bentuk interaksi menggunakan bahasa sangatlah beragam tergantung bagaimana
lingkungan dan kesepakatan bahasa yang digunakan sebagai pengantar komunikasi terhadap
masyarakat sosial,salah satunya adalah bahasa Suroboyoan atau bahasa Arek’an dimana dalam
bahsa suroboyoan ini memiliki keunikan tersendiri dalam segi penggunaannya dan aktor yang
menggunakannya.Dalam lingkungan kota Surabaya,bahasa ini menjadi bahasa paling fenomenal
karena bahasa suroboyoan menjadi bahasa daerah yang mempersatukan banyak kebudayaan di
sekitar kota Surabaya dan pada moment tertentu seperti dalam bentuk interaksi ekonomi bahasa
suroboyoan menjadi pengantar yang baik antar banyak etnis di surbaya seperti etnis Cina,Madura
dan Arab karena bahasa suroboyan memiliki kosa kata yang mudah dimengerti segala lapisan
sehingga mempermudah dalam hal perdagangan dan ekonomi.
Dalam penggunaan bahasa suroboyoan tidak semua daerah di Surabaya menggunakan
secara gambling bahasa suroboyoan ini,teradapat tingkatan tertentu dalam lingkungan
masyarakat saat menggunakan bahasa suroboyoan ini,jika pada suatu instansi pemerintahan
bahasa suroboyoan menjadi bahasa mempererat komunikasi dan status seseorang di mata
lingkungannya karena bahasa suroboyan memiliki dialek yang cukup tegas dan kasar sehingga
saat penggunaanya pada suatu instansi menjadikan aktor yang menggunakan itu sebagia individu
yang saling memahami dan erat hubungan kerjanya,berbeda dengan penerapan bahasa suroboyan
pada masyarakat pemukiman dimana bahasa suroboyan hanya berlaku khusus pada setiap
golongan pada masyarakat tertentu.Contohnya pada kalangan anak-anak dan remaja,bahasa
suroboyoan hanya berlaku pada golongan itu saja karena masyarakat atau golongan tersebut
memiliki keterbatasan menggunakan bahasa suroboyan diluar golongannya karena masih
mengikuti nilai-nilai dan rasa hormat pada golongan lainnya contohnya pada orang yang lebih
tua atau orang yang memiliki jenjang pendidikan tinggi atau orang yang memiliki pengaruh yang
cukup kuat pada masyarakat sekitar pemukiman.Secara analisis bahasa suroboyoan memiliki
keunikan tersendiri dalam penggunannya dan menjadi identitas khusus bagi masyarakat Jawa
Timur atas ketegasan dan lugasnya bahasa suroboyoan.
DAFTAR PUSTAKA
http://colinawati.blog.uns.ac.id/2012/02/09/dialek-sosiolek-fungsiolek-dan-kronolek/
eprints.uny.ac.id/8429/3/BAB%202-07205244130.pdf
Sihabudin,Ahmad Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi
Sosiolinguistik
(Karakteristik Bahasa Suroboyoan Dalam Perpektif Sosiolinguistik)
Di susun oleh:
Tayev Dedayev
(Mahasiswa Prodi Sosiologi 2015)
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
yang berjudul “Bahasa Suroboyoaan Dalam Analisis Sosiolinguistik”
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak yang
membantu terselesaikannya makalah ini. Saran dan kritik pembaca dapat membangun makalah
ini agar menjadi lebih baik.
Surabaya ,7 November 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahasa adalah salah satu sarana dan wahana penyampaian pesan oleh masyarakat sebagai
bentuk gambaran aktivitas dan maksud akan suatu hal yang bersifat objective maupun
subjektif.Bahasa juga memiliki keragaman warna kosa kata seperti halnya di Indonesia yang
terdi atas banyak budaya dan bahasa di berbagai wilayah di Indonesia,salah satunya adalah
bahasa surabayaan (suroboyooan) di kota Surabaya Jawa timur.Bagi masyarakat Jawa Timur
kota Surabaya adalah salah satu kota besar di Indonesia setelah Jakarta dengan banyak
keragaman budaya dan bahasa yang disana terutama kota Surabaya adalah kota besar,bentuk
interaksi didalamnya pun beragam terutama pada bahasa suroboyooan yang memiliki kekhasan
bahasan dan konotasi yang digunakan sebagai sarana komunikasi antar warga Surabaya,baik
masyarakat asli maupun para pendatang dari luar kota Surabaya,dengan bahasa suroboyoan
sebenarnya menjadi salah satu sarana pengantar untuk berbagai kalangan yang tinggal di kota
Surabaya baik pada kalangan kelas elit maupun kelas bawah,namun pada dasarnya bahasa
suroboyoan lebih berkembang pada kalangan kelas menengah kebawah karena bahasa
suroboyoan lebih akrab dengan masyarakat dengan tipikal kelas menengah dan kaum marginal di
pinggiran kota Surabaya dan menjadikan bahasa suroboyoan memiliki nilai pandangan
masyarakat luar terhadap bahasa suroboyoan sebagai bahasa yang universal terhadap berbagai
kalangan,pada perkembangannya bahasa suroboyoan menjadi faktor utama perubahan budaya
yang terjadi dimana bahasa suroboyoan menjadi bahasa yang dominan di kota Surabaya walau
banyak budaya,etnis dan keragaman lainnya berada di kota Surabaya,fenomena inilah yang
menjadikan bahasa suroboyoan menarik untuk dilihat secara sosiolinguistik dimana bahasa
suroboyoan menjadi faktor utama perubahan perilaku masyarakat pendatang dan wahana
pengantar antar kelas,etnis dan budaya di kota Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa bahasa suroboyoan sebagai bahasa paling dominan di kota Surabaya dengan
keberagaman budaya dan bahasa?
2. Bagaimana bahasa suroboyoan berlaku diberbagai kalangan masyarakat kota Surabaya
dengan analisis Sosiolinguistik?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana bahasa suroboyoan dengan
sudut pandang dan analisis Sosiolinguistik serta 4irri khas sosiolek suroboyoan yang terjadi pada
masyarakat kota Surabaya dengan beragam budaya dan bahasa didalamnya sebagai sarana
komunikasi berbagai lapisan masyarakat yang ada.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan fenomena sosiolek bahasa
suroboyan di kota Surabaya dengan pandangan analisis Sosiolinguistik serta penjelasan
dominasi bahasa suroboyoan dengan keberagaman budaya dan bahasa di kota Surabaya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bahasa Suroboyoan
Bahasa adalah sarana komunikasi berupa simbol suara ritme dan konotasi sebagai
penyampai pesan isi hati untuk menunjukan maksud tertentu saat melakukan interaksi sosial
pada masyarakat baik antar individu maupun dengan kelompok sosial yang ada,bahasa juga
memiliki unsure budaya didalamnya yang menjadi 5irri khas akan kebahasaan yang dimiliki
pada wilayah yang kental akan budaya bahasa dan keragaman pola perilaku masyarakat yang
dipengaruhi oleh budaya yang telah diwariskan oleh para generasi budaya sebelumnya,sama
halnya seperti pada bahasa suroboyoan di kota Surabaya yang dikenal sebagai salah satu bahasa
yang fenomenal di Indonesia dan menjadikan bahasa suroboyoan menjadi identitas tersendiri
bagi masyarakat kota Surabaya.Ciri khas paling menonjol dari bahasa suroboyoan adalah
konotasi kata dan kalimat yang digunakan lebih pada penekanan makna yang erat seperti kata
“…Cukk…” pada setiap bentuk interaksi antar individu diberbagai tempat di kota
Surabaya,bahasa yang digunakan ini menjadi makna tersendiri saat kata “..cukk…”digunakan
diberbagai kalangan dan status sosial yang ada yaitu menjadi tanda akan sangat eratnya
hubungan yang terjalin antara dua aktor sosial yang terlibat dan tak mengenal bagaimana status
sosial yang dimiliki atau batasan usia yang menjadi lawan jenis komunikasi.Terjadinya
keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
5irri55y, tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan
Agustina, 2004: 61).
Bahasa suroboyoan juga diliputi oleh adanya faktor pendukung hadirnya bahasa
suroboyoan menjadi dominan Chaer dan Agustina (2004: 62) membedakan variasi bahasa
menjadi empat, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakai, variasi dari segi
keformalan, dan variasi dari segi sarana.
2. Sejarah Bahasa Suroboyoan
Bahasa arekan atau bahasa suroboyoan memiliki status bahasa yang berbeda
dengan bahasa yang disekitar wilayah matraman di jawa timur maupun diluar jawa
timur,dalam sejarahnya ini juga dorong oleh adanya perilaku masyarakat yang dekat
dengan daerah pantai yang menjadi jalur perdagangan dari jaman dahulu hingga sekarang
terlebih lagi faktor budaya dan perilaku masyarakat kota Surabaya yang terkenal dengan
keras dan tegas terbukti saat masyarakat kota Surabaya melakukan perlawanan dengan
para penjajah membuat kultur di kota Surabaya terkenal akan keras,ditambah asal usul
nama kota Surabaya yang berasal dari pertarungan antara buaya dan hiu yang merebutkan
wilayah dan dimenangkan oleh buaya dalam sebuah pertarungan sengit menjadi faktor
pendukung kultur yang hadir di kota Surabaya.Budaya yang terus berkembang
melahirkan kosa kata yang menjadi khas bagi masyarakat Surabaya dalam berinteraksi
sesamanya sebagai wujud identitas ketegasan dan kepribadian seseorang saat
menunjukan status sosial lewat bahasa pada lingkungan masyarakat.
Pada dasarnya jika dilihat secara sejarah dari bahasa arekan atau suroboyoan ini
menjadi semakin populer di kalangan masyarakat saat Indonesia dijajah oleh Belanda
maupun Jepang terutama di kota Surabaya karena
bahasa yang digunakan sebagai
sumber semangat juang yang tinggi oleh masyarakat Surabaya dengan bahasa yang tegas
dan kasar,serta berlaku secara umum pada semua lapisan masyarakat baik muda maupun
tua sebagai media pengantar pesan maksud hati perjuangan
dalam melakukan
pergerakan.
Bahasa suroboyoan secara umum dikenal sebagai bahasa yang statusnya lebih
unggul dari pada bahasa yang lain di Jawa timur,bentuk stigma masyarakat terhadap
masyarakat Surabaya membuat bahasa suroboyoan menjadi bahasa pengatar berbagai
daerah di Jawa Timur sehingga para pendatang pun tidak jarang meninggalkan bahasa
lamanya dan budayanya karena mengganggap bahasa suroboyoan lebih tinggi maknanya
dari pada bahasa daerah di sekitar kota Surabaya.
3. Sistem Kosa Kata Suroboyoan
Dalam kesehariaan bahasa suroboyoan menjadi media komunikasi yang paling sering
digunakan oleh banyak kalangan,dalam penggunaan bahasanya bahasa suroboyoan menjadi
indikator penting dalam melihat keeratan hubungan sosial didalam masyarakat dan dianggap
sebagai memiliki fasilitas akses bahasa ke berbagai kalangan dan strata pada masyarakat
terutama di kota Surabaya.Ekspresi dari bahasa suroboyan sendiri memiliki sistem yang
cukup beragam dalam penggunaanya,dalam bentuk interaksi dalam sebuah instansi bahasa
suroboyan dianggap sebagai simbol kehormatan tersendiri artinya bahasa suroboyan menjadi
legal bagi orang yang sudah lama dikenal dan dapat mengikuti perubahan interaksi sosial
dalam sebuah organisasi atau instansi didalamnya beda halnya bentuk ekprese kosa kata
suroboyoan dalam masyarakat kompleks perumahan pinggiran,sistem kosa katanya hanya
berlaku pada usia tertentu dan untuk golongan tertentu saja,hal ini terjadi karena adanya
nilai-nilai yang tertanam yaitu menghormati golongan yang sudah tua atau lanjut
usia,penggunaan bahasa suroboyoan dalam lingkup masyarakat kompleks masih dikatakan
terbatas dan kurang leluasa namun berbeda dengan lingkup anak muda atau kalangan
mahasiswa di sekitaran kampus yang secara leluasa menggunakan bahasa suroboyoan.
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:
•
“Pongor, Gibeng, Santap, Jotos, Tempeleng, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
•
“kathuken” berarti “kedinginan” (bahasa Jawa standar: kademen);
•
“gurung” berarti “belum” (bahasa Jawa standar: 7irri7);
•
“gudhuk” berarti “bukan” (bahasa Jawa standar: dudu);
•
“deleh” berarti “taruh/letak” (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
•
“kek” berarti “beri” (dikek’i=diberi, kek’ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);
•
“ae” berarti “saja” (bahasa Jawa standar: wae);
•
“gak/ogak” berarti “tidak” (bahasa Jawa standar: ora);
•
“arek” berarti “anak” (bahasa Jawa standar: bocah);
•
“cak” berarti “mas” atau “kakak laki-laki” (bahasa Jawa standar: mas);
•
“kate/kape” berarti “akan” (bahasa Jawa standar: arep);
•
“laopo/lapo” berarti “sedang apa” atau “ngapain” (bahasa Jawa standar: ngopo);
•
“opo’o” berarti “mengapa” (bahasa Jawa standar: kenopo);
•
“soale” berarti “karena” (bahasa Jawa standar: kerono);
•
“atik” (diucapkan “atek”) berarti “pakai” atau “boleh” (khusus dalam kalimat”gak atik!”
yang artinya “tidak boleh”);
•
“longor/peleh” berarti “tolol” (bahasa Jawa standar: goblok/ndhableg);
•
“cek” (“e” diucapkan seperti kata “sore”) berarti “agar/supaya” (bahasa Jawa standar:
ben/supados);
•
“gocik” berarti “takut/pengecut” (bahasa Jawa standar: jireh);
•
“mbadog” berarti “makan” (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
•
“manteb soro/mantab jaya” berarti “enak luar biasa” (bahasa Jawa standar: enak pol/enak
banget/enak tenan);
•
“rusuh” berarti “kotor” (bahasa Jawa standar: reged);
•
“gae” berarti “pakai/untuk/buat” (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
•
“andhok” berarti “makan di tempat selain rumah” (8irri8 warung);
•
“cangkruk” berarti “nongkrong”;
•
“babah” berarti “biar/masa bodoh”;
•
“matek” berarti “mati” (bahasa Jawa standar: mati);
•
“sampek/sampik” berarti “sampai/hingga” (bahasa Jawa standar: nganti);
•
“barekan” berarti “lagipula”;
•
“masiyo” berarti “walaupun”;
•
“nang/nak” berarti “ke” atau terkadang juga “di” (bahasa Jawa standar: menyang);
•
“mari” berarti “selesai”;(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai
kesatuan dalam pertanyaan “wis mari tah?” yang berarti “sudah selesai kah?” Pengertian
ini sangat berbeda dengan “mari” dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek
Suroboyoan, “mari” berarti “sembuh”
•
“mene” berarti “besok” (bahasa Jawa standar: sesuk);
•
“maeng/mau” berarti “tadi”.
•
“koen” (diucapkan “kon”) berarti “kamu” (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala
sebagai pengganti “koen”, kata “awakmu” juga digunakan. Misalnya “awakmu wis
mangan ta?” (Kamu sudah makan kah?”) Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti
“badanmu” (awak = badan)
•
“ladhing” berarti “pisau” (bahasa Jawa standar: peso);
•
“lugur/ceblok” berarti “jatuh” (bahasa Jawa standar: tiba);
•
“dhukur” berarti “tinggi” (bahasa Jawa standar: dhuwur);
•
“thithik” berarti “sedikit” (bahasa Jawa standar: sithik);
•
“temen” berarti “sangat” (bahasa Jawa standar: banget);
•
“pancet” berarti “tetap sama” ((bahasa Jawa standar: tetep);
•
“sembarang” berarti “terserah” (bahasa jawa standar: sekarep);
•
“iwak” berarti “lauk” (bahasa Jawa standar: lawuh, “iwak” yang dimaksud disini adalah
lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, “mangan karo iwak tempe”, artinya Makan
dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
•
“engkuk” (u diucapkan o) berarti “nanti” (bahasa Jawa standar: mengko);
•
“ndhek” berarti “di” (bahasa Jawa standar: “ing” atau “ning”; dalam bahasa Jawa standar,
kata “ndhek” digunakan untuk makna “pada waktu tadi”, seperti dalam kata “ndhek
esuk” (=tadi pagi),”ndhek wingi” (=kemarin));
•
“nontok” lebih banyak dipakai daripada “nonton”;
•
“yok opo” (diucapkan /y@?@p@/) berarti “bagaimana” (bahasa Jawa standar: “piye”
atau *”kepiye”; sebenarnya kata “yok opo” berasal dari kata “kaya apa” yang dalam
bahasa Jawa standar berarti “seperti apa”)
•
“peno”/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata
meja) artinya kamu
•
“jancuk” ialah kata makian yang sering dipakai seperti “fuck” dalam bahasa Inggris;
merupakan singkatan dari bentuk pasif “diancuk”; variasi yang lebih kasar ialah
“mbokmu goblok, makmu 9irri9, dengkulmu sempal, matamu suwek”; oleh anak muda
sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
•
“waras” ialah sembuh dari sakit (dalam Bahasa Jawa Tengah sembuh dari penyakit jiwa)
•
“embong” ialah jalan besar / jalan raya (bahasa Jawa standar : “9irri9/dalan gedhe”)
•
“nyelang” arinya pinjam sesuatu
•
“parek/carek” artinya dekat
•
“ndingkik” artinya mengintip
•
“semlohe” artinya sexy (khusus untuk perempuan)
“jancuk” dari kata ‘dancuk’ dan turunan dari ‘diancuk’ dan turunan dari ‘diencuk’ yg artinya
‘disetubuhi’ (‘dientot’ bahasa betawinya). Orang Jawa (golongan Mataraman) pada umumnya
menganggap dialek Suroboyoan adalah yang terkasar, namun sebenarnya itu menujukkan sikap
tegas, lugas, dan terus terang. Sikap basa basi yang diagung-agungkan Wong Jawa, tidak berlaku
dalam kehidupan Arek Suroboyo. Misalnya dalam berbicara, Wong Jawa menekankan tidak
boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena
dianggap tidak sopan. Tapi dalam budaya Arek Suroboyo, hal tersebut menandakan bahwa orang
tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara. Tapi kata jancuk
juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan. Arek-arek Suroboyo apabila telah lama tidak
bertemu dengan sahabatnya jika bertemu kembali pasti ada kata jancuk yang terucap, contoh:
“Jancuk! Yok opo khabare, rek. Suwi gak ketemu!” Jancuk juga merupakan tanda seberapa
dekatnya Arek Suroboyo dengan temannya yang ditandai apabila ketika kata jancuk diucapkan
obrolan akan semakin hangat. Contoh: “Yo gak ngunu, cuk, critane, matamu, mosok mbalon gak
mbayar”.Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam
mengekspresikan kata ‘sangat’, mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa
menambahkan kata sangat (banget atau temen) dengan menambahkan 10irri “u”, misalnya
“sangat panas” sering diucapkan “puanas”, “sangat pedas” diucapkan “puedhes”, “sangat enak”
diucapkan “suedhep”. Apabila ingin diberikan penekanan yang lebih lagi, 10irri “u” dapat
ditambah.
•
Hawane puanas (udaranya panas sekali)
•
Sambele iku puuuedhes (sambal itu sangat sangat pedas sekali)
Selain itu. Salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah
menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran –no. Dalam bahasa
Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran –ke
•
“Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!” (Hidupkan lampunya!)
•
“Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sakbungkus!” (Belikan kopi sebungkus!)
(dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arekan)
Beragamnya makna pada bahasa suroboyoan menjadikan penggunaanya tergantung bagaimana
arti makna pada interaksi sosial sebenarnya pada masyarakat di daerah Surabaya.Pola
komunikasi yang terjadi di masyarakat Surabaya mengalami titik lebur budaya yang berlaku
pada masyarakat pendatang dan masyarakat yang memiliki orientasi budaya yang cukup kuat di
lingkungannya,dan menciptakan dimensi budaya tersendiri yang saling terhubung dengan bahasa
suroboyoan sebagai bahasa pengantar antar budaya di kota Surabaya.
BAB III
KESIMPULAN
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan pesan hati kepada lawan bicara atau
khalayak ramai,bentuk interaksi menggunakan bahasa sangatlah beragam tergantung bagaimana
lingkungan dan kesepakatan bahasa yang digunakan sebagai pengantar komunikasi terhadap
masyarakat sosial,salah satunya adalah bahasa Suroboyoan atau bahasa Arek’an dimana dalam
bahsa suroboyoan ini memiliki keunikan tersendiri dalam segi penggunaannya dan aktor yang
menggunakannya.Dalam lingkungan kota Surabaya,bahasa ini menjadi bahasa paling fenomenal
karena bahasa suroboyoan menjadi bahasa daerah yang mempersatukan banyak kebudayaan di
sekitar kota Surabaya dan pada moment tertentu seperti dalam bentuk interaksi ekonomi bahasa
suroboyoan menjadi pengantar yang baik antar banyak etnis di surbaya seperti etnis Cina,Madura
dan Arab karena bahasa suroboyan memiliki kosa kata yang mudah dimengerti segala lapisan
sehingga mempermudah dalam hal perdagangan dan ekonomi.
Dalam penggunaan bahasa suroboyoan tidak semua daerah di Surabaya menggunakan
secara gambling bahasa suroboyoan ini,teradapat tingkatan tertentu dalam lingkungan
masyarakat saat menggunakan bahasa suroboyoan ini,jika pada suatu instansi pemerintahan
bahasa suroboyoan menjadi bahasa mempererat komunikasi dan status seseorang di mata
lingkungannya karena bahasa suroboyan memiliki dialek yang cukup tegas dan kasar sehingga
saat penggunaanya pada suatu instansi menjadikan aktor yang menggunakan itu sebagia individu
yang saling memahami dan erat hubungan kerjanya,berbeda dengan penerapan bahasa suroboyan
pada masyarakat pemukiman dimana bahasa suroboyan hanya berlaku khusus pada setiap
golongan pada masyarakat tertentu.Contohnya pada kalangan anak-anak dan remaja,bahasa
suroboyoan hanya berlaku pada golongan itu saja karena masyarakat atau golongan tersebut
memiliki keterbatasan menggunakan bahasa suroboyan diluar golongannya karena masih
mengikuti nilai-nilai dan rasa hormat pada golongan lainnya contohnya pada orang yang lebih
tua atau orang yang memiliki jenjang pendidikan tinggi atau orang yang memiliki pengaruh yang
cukup kuat pada masyarakat sekitar pemukiman.Secara analisis bahasa suroboyoan memiliki
keunikan tersendiri dalam penggunannya dan menjadi identitas khusus bagi masyarakat Jawa
Timur atas ketegasan dan lugasnya bahasa suroboyoan.
DAFTAR PUSTAKA
http://colinawati.blog.uns.ac.id/2012/02/09/dialek-sosiolek-fungsiolek-dan-kronolek/
eprints.uny.ac.id/8429/3/BAB%202-07205244130.pdf
Sihabudin,Ahmad Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi