TEORI STRUKTURAL GENETIK Kajian Analisis

TEORI STRUKTURAL GENETIK Kajian Analisis Cara Kerja Teori pada
Karya Sastra Masterpeace (Model Goldman)
11 January 2013 - dalam Umum Oleh aliyahmuthoharoh-fib09

Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek
individual mencoba menghasilkan pandangan dunianya (world vision) kepada subjek kolektifnya
(Arif, 2007). Signifikasi yang dielaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial di
sekitarnya menunjukkan bahwa sastra berakar pada kultur dan masyarakat tertentu.
Strukturalisme adalah cara berfikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi
struktur (Hawks dalam Pradopo, 2007). Pada hakikatnya dunia ini lebih tersusun dari hubunganhubungan daripada benda-bendanya. Dalam kesatuan hubungan tersebut, setiap unsur atau
analisirnya tidak memiliki maknanya sendiri-sendiri, kecuali hubungan dengan analisir lain
sesuai dengan posisinya di dalam struktur. Pada hakikatnya sastra selalu berkaitan dengan
masyarakat dan sejarah yang melingkupi penciptaan karya tersebut.
Teori strukturalisme dalam ilmu sastra lahir dan berkembang melalui tradisi formalisme.
Artinya hasil-hasil yang dicapai melalui tradisi-tradisi formalisme sebagian besar dilanjutkan
dalam strukturalisme. Disuatu pihak para pelopor formalisme sebagian besar ikut andil dalam
mendirikan strukturalisme, dilain pihak atas dasar pengalaman formalismelah mereka
mendirikan strukturalisme dengan pengertian bahwa berbagai kelemahan yang terdapat dalam
formalisme di perbaiki kembali oleh strukturalisme oleh karena itulah Mukarosvky seorang
tokoh formalis Rusia berpendapat bahwa strukturalisme yang mulai diperkenalkan pada tahun
1934 tidak menggunakan nama metode ataupun teori (Chalima, 1994) sebab teori merupakan

bidang ilmu pengetahuan tertentu sedangkan metode merupakan prosedur imiah yang relaif
baku. Pada masa tersebut strukturalisme terpaku dan terbatas sebagai sudut pandang
epestimologi saja, sebagi system tertentu dengan mekanisme antar hubungan. Oleh sebab itu
Robert Schools (1977) menjelaskan keberadaan strukturalisme menjadi tiga tahap, yaitu: sebagai
pergeseran paradigma berfikir, sebagai metode dan terakhir sebagai teori. Mekanisme seperti ini
merupakan cara yang biasa dalam perkembangan ilmu pengetahuaan. Jadi bisa dikatakan bahwa
strukturalisme mulai dengan lahirannya ketidakpuasan dan berbagai kritik terhadap formalisme.
Paham strukturalis, menganut paham penulis Paris yang dikembangkan oleh Ferdinand de
Saussure (Arif, 2007). Paham ini mencakup bentuk dan makna atau isi sebagai analisisnya. Atau
seperti yang dikemukakan Luxemburg (1989) tentang signifiant-signifie dan paradigmasyntagma. Unsur inilah yang selalu berhubungan dengan makna secara keseluruhan. Maka kedua
unsur itu penting dalam penafsiran sastra. Teori struktur juga merupakan paham filsafat yang
memandang dunia sebagai realita yang berstruktur, dan membentuk jaringan relasi dan
keharusan. Jaringan ini bersifat otonom sehingga membentuk sistem baku dalam penelitian
sastra.

Sejarah Teori Strukturalisme Genetik
Orang yang dianggap sebagai peletak dasar madhab genetik adalah Hippolyte Taine
(1766-1817) seorang kritikus dan sejarawan Francis. Ia mencoba menelaah sastra dari presfektif
sosiologis dan mencoba mengembangkan wawasan sepenuhnya ilmiah dalam pendekatan sastra
seperti halnya ilmu scientific dan exacta. Menurutnya bahwa satra tidak hanya karya yang

bersifat imajinatif dan pribadi melainkan suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu
lahir. Ini merupakan konsep ginetik pertama tetapi metode yang digunakan berbeda, setiap tokoh
mempunyai metodenya masing-masing. Tetapi kesamaan konsep setruktur hanya pada konteks
hubungan phenomena konsep. Lucien Goldman (1975) seorang Marksis adalah orang yang
kemudian mengembangkan fenomena hubungan tersebut dengan teorinya yang dikenal dengan
strukturalisme genetic. Pada prinsifnya teori ini melengkapi sutrukturalisme murni yang yang
hanya menganalisis karya sastra dari aspek intristiknya saja dan memakai peranan bahasa sastra
sebagai bahasa yang khas.
Strukturalisme genetik memasukan faktor genetik dalam karya sastra, genetik sastra
artinya asal usul karya sastra. Adapun faktor yang terkait dalam asal muasal karya sastra adalah
pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan saat karya sastra itu diciptakan.
Ditambah lagi ia memasuki struktur sosial dalam kajiaannya yang membuat teori ini dominan
pada priode tertentu terutama di Barat dan Indonesia.

Pada pertengahan tahun 1970an, Indonesia mulai dikenal teori-teori sastra yang bersifat
khusus strukturalisme dan sosiologi sastra. Orientasi sastra keduanya sangat berbeda. Teori
strukturalisme merupakan salah satu teori sastra yang terbaru di Indonesia.
Teori struktural berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. (Wellek
& Warren, 1989: 39). Memaparkan bahwa Tidak mungkin kita menyusun: teori sastra tanpa
kritik sastra dan teori sastra; kritik sastra tanpa teori sastra dan sejarah sastra. Oleh sebab itu

diperlukan kajian sastra untuk memahami isi atau teks sastra tersebut. Salah satu objek kajiannya
menggunakan teori struktural.
Objek kajian sastra struktural adalah sistem sastra, yaitu konvensi yang abstrak dan
umum yang mengatur hubungan karya sastra secara utuh dan otonom. Menurut (Teww, 1984: 31)
strukturalisme sering dipahami sebagai bentuk. karya sastra adalah bentuk. Oleh sebab itu
strukturalisme sering dianggap sekedar formalisme modern. Memang, ada kesamaan antara teori
struktural dan formalis yakni sama-sama menganalisis arti dari teks itu sendiri. Dengan kata lain
dalam analisisnya tersebut menelaah sastra dalam segi intrinsik yang membangun suatu karya
sastra. Yang melatarbelakanginya adalah pentingnya kehadiran suatu karya sastra. Sejak zaman
Yunani Aristoteles telah mengenalkan strukturalisme dengan konsep: wholeness, unity,
complexity, dan coherance.

Pengertian dan Pembagian Teori Strukturalisme Genetik dan Teori Struktural lainya
Teori struktural bertujuan untuk memaparkan dengan cermat makna karya sastra secara
menyeluruh. Pendekatan struktural adalah suatu pendekan yang menitik beratkan karya sastra
sebagai suatu struktur yang otonom, yang kurang lebih terlepas dari hal-hal yang berada diluar
karya sastra (Teww, 1984:36).
Pemahaman tentang hal diluar karya sastra, berangkat dari karya itu sendiri. Teori
struktural ini dibutuhkan untuk mengetahui unsur-unsur berdasarkan paradigma pembangun
struktur kebahasaannya dan mengetahui pola strukturnya. Tujuan yang lain dari konsep teori

struktural adalah untuk menjaga kritik Sastra agar tetap bekerja. Dalam teori struktural
berkembang dan dibagi menjadi teori strukturalisme formalis, strukturalisme dinamik,
strukturalisme semiotik dan termasuk di dalamnya adalah teori strukturalisme genetik.
Teori strukturalisme formalis merupakan Istilah Formalisme (dari kata Latin forma yang
berarti bentuk, wujud) berarti cara pendekatan dalam ilmu dan kritik sastra yang
mengesampingkan data biografis, psikologis, ideologis, sosiologis dan mengarahkan perhatian
pada bentuk karya sastra itu sendiri. Para Formalis meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang
membedakan sastra dari ungkapan bahasa lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan
pula untuk menyebut model pendekatan ini karena mereka memandang karya sastra sebagai
suatu keseluruhan struktur yang utuh dan otonom berdasarkan paradigma struktur
kebahasaannya. Kaum Formalis Rusia tahun 1915-1930 dengan tokoh-tokohnya seperti Roman
Jakobson, Rene Wellek, Sjklovsky, Eichenhaum, dan Tynjanov. Sumbangan penting kaum
formalis bagi ilmu sastra adalah secara prinsip mereka mengarahkan perhatian kita kepada unsurunsur kesastraan dan fungsi puitik. Sampai sekarang masih banyak dipergunakan istilah teori
sastra dan analisis sastra yang berasal dari kaum Formalis. Pada prinsipnya teori strukturalisme
formalis bahwa karya sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri dan merupakan
struktur dari unsur-unsur pembangun karya sastra dan makna sebuah karya sastra hanya dapat
diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antar unsur
Teori strukturalisme dinamik merupakan jembatan penghubung antara teori struktural
formalis dan teori semiotic dengan prinsipnya yaitu mengaitkan dengan asal-usul teks tetapi
penekananya berbeda, struktural dinamik menekankan pada struktur, tanda dan realitas. Tokohtokoh pelopor pada struktur dinamik adalah Julia Cristeva dan Roland Bartes (Strukturalisme

Prancis).
Teori strukturalisme semiotik adalah pada prinsipnya teori ini mempelajari berbagai objek,
peristiwa, atau seluruh kebudayaan sebagai tanda
Tokohnya p[elopornya adalahFerdinand de Saussure (Prancis),Jurij Lotman (Rusia) dan Charles
Sanders Pierce (USA).

Teori Strukturalisme Genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian
terhadap asal-usul karya (Chalima, 1994). Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien
Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori tersebut dikemukakan dalam
bukunya yang berjudul The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the Pensees of Paskal and
the Tragedies of Racine (Chalima, 1994). Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di
dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi pendekatan strukturalisme murni yang anti
historis dan kausal. Pendekatan strukturalisme juga dinamakan sebagai pendekatan objektif (Juhl
dalam Arif, 2007).
Struktural genetik merupakan salah satu pendekatan yang mencoba menjawab kelemahan
dari pendekatan strukturalisme otonom. Kelemahan tersebut hanya terletak pada penekanannya
yang berlebihan terhadap otonomi karya sastra sehingga mengabaikan dua hal pokok yang tidak
kurang pentingnya, yaitu kerangka sejarah sastra dan kerangka sosial budaya yang mengitari
karya itu (Faruk dalam Chalima 1994). Pendekatan strukturalisme genetik juga mempercayai
bahwa karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkan kategori yang

saling berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk yang namanya struktularisme genetik
kategori tersebut ialah fakta kemanusiaan yang berarti struktur yang bermakna dari segala
aktifitas atau prilaku manusia baik yang verbal maupun maupun fisik yang berusaha di pahami
oleh pengetahuaan sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa dalam teori strukturalisme
genetik Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain,
kategori-kategori itu adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia,
pemahaman dan penjelasan.
Dalam teori ini di terangkan bahwa teori tidak mengganggap karya sastra hanya sebagai
sebuah struktur (structure), tetapi juga struktur yang bermakna (significant structure)
sebagaimana yang tertulis dalam tulisan Goldman “the concept of the Significant Structure in the
History of Culture” maksudnya bahwa karya sastra bukan hanya berciriksn adanya koherensi
internal (Internal Koherence) tetapi setiap elemenya juga memiliki hubungan dengan makna
struktur global, dunia, atau lingkungan sosial dan alamnya (manuaba, 2009:21)
Istilah genetik mengandung pengertian bahwa karya satra itu mempunyai asal-usulnya
(Genetik) di dalam proses sejarah atau masyarakat. Strukturalisme genetik mengakui adanya
homologi antara struktur karya sastra dengan kesadaran kolektif dan struktur dalam karya sastra
merupakan ekspresi integral dan koheren dari semesta.
Strukturalisme genetik dalam pendekatanya ialah mempercayai bahwa karya sastra itu
merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkan kategori yang saling berkaitan satu sama
lainnya sehingga membentuk yang namanya struktularisme geneti kategori tersebut ialah fakta

kemanusiaan yang berarti struktur yang bermakna dari segala aktifitas atau prilaku manusia baik
yang verbal maupun maupun fisik yang berusaha di pahami oleh pengetahuaan. Semua aktivitas
itu merupakan respon dari subjek kolektif (subjek transindividual) dalam dunia sastra
transindividual subjek yang artinya terjadi kesamaan rasa dan pikiran antara pengarang (penulis)
karya sastra dengan para pembaca dalam memahami karya sastra atau fakta manusia tadi, terus
pandangan dunia terhadap subjek kolektif (Transindividual Subject) fakta kemanusiaan dan
terakhir adalah struktur karya sastra menurut Goldman karya sastra merupakan produk
strukturasi dari transindividual subject yang mempunyai struktur yang koheren dan terpadu terus

karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner dan dalam mengekspresikan
pandangan dunia tersebut pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek dan relasi
relasi secara imajiner dalam pendapat tersebut golman mempunyai konsep struktur yang bersifat
tematik.
Teori strukturalisme genetik menjelaskan struktur dan asal muasal struktur tersebut
dengan memperhatikan relevansi konsep homologi yaitu kelas sosial yang mempertahankan
relevansi struktur dan ia menggunakan metode dialektika yang menekankan dan
merpertimbangkan koherensi struktural dalam teori ini menekankan subjek transindividual yang
berarti sebagai subjek dalam menciptakan karya sastra yakni penulis harus bisa menyampaikan
perasaan dan pikiranya kepada pembaca dalam karya sastra misalnya supaya pembaca bisa
memahami dan mengerti apa yang disampaikan penulis dan terjadi sama rasa dan pikiran dalam

memahami karya sastra dan pandangan dunia pengarang terhadap subjek kolektif
(transindividual subject) dan fakta manusia.
Untuk menopang teorinya tersebut Goldmann membangun seperangkat kategori yang
saling bertalian satu sama lain sehingga membentuk apa yang disebut sebagai strukturalisme
genetik di atas. Kategori-kategori itu adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi,
pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan (Faruk dalam Chalima, 1994).
1. Fakta Kemanusiaan
Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktifitas atau perilaku manusia baik yang verbal
maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta ini dapat berwujud
aktifitas sosial tertentu, aktivitas politik tertentu, maupun kreasi kultural seperti filsafat, seni
rupa, seni patung, dan seni sastra (Faruk dalam Chalima, 1994). Fakta-fakta kemanusiaan pada
hakikatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta
yang kedua mempunyai peranan penting dalam sejarah, sedangkan fakta yang pertama tidak
memiliki hal itu (Faruk dalam Chalima, 1994). Goldmann (Faruk dalam Chalima, 1994)
menganggap bahwa semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti. Yang
dimaksudkannya adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur tertentu dan arti
tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus
mempertimbangkan struktur dan artinya. Goldman (Faruk dalam Chalima, 1994) juga
mengatakan bahwa fakta-fakta kemanusiaan mempunyai arti karena merupakan respon-respon
dari subjek kolektif atau individual, pembangunan suatu percobaan untuk memodifikasi situasi

yang ada agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subjek itu. Dengan kata lain, fakta-fakta itu
merupakan hasil usaha manusia mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya
dengan dunia sekitar .
2. Subjek kolektif
Subjek kolektif adalah subjek yang berparadigma dengan subjek fakta sosial (historis).
Subjek ini juga disebut subjek trans individual. Goldmann mengatakan (Faruk dalam
Chalima,1994) revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar, merupakan
fakta sosial (historis). Individu dengan dorongan libidonya tidak akan mampu menciptakannya.
Yang dapat menciptakannya hanya subjek transindividual. Subjek transindividual adalah subjek

yang mengatasi individu, yang didalamnya individu hanyalah merupakan bagian. Subjek trans
individual adalah kumpulan individu-individu yang tidak berdiri sendiri-sendiri, merupakan satu
kesatuan, satu kolektivitas.
3. Struktur Karya Sastra
Struktur karya sastra, dalam hal ini roman, tetap menjadi sesuatu yang penting. Struktur
roman merupakan hal pokok yang harus diketahui dan dianalisis lebih dulu sebelum
menganalisis pandangan dunia pengarang. Struktur roman adalah hal-hal pokok dalam roman
yang meliputi unsur-unsur intrinsiknya. Di dalam eseinya yang berjudul The Epistemology of
Sociology, Goldmann mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya yaitu
pertama bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. dan kedua

bahwa dalam usahanya dalam mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan
semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasirelasi secara imajiner . Dengan mengemukakan dua
hal tersebut Goldmann dapat membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi. Menurutnya
filsafat mengekspresikan pandangan dunia secara konseptual, sedangkan sosiologi mengacu pada
empirisitas (Chalima dalam Faruk, 1994).
Dalam eseinya yang berjudul The Sociology of Literature: Status and Problem Method
Goldmann mengatakan bahwa dalam hampir seluruh karyanya penelitian dipusatkan pada
elemen kesatuan, pada usaha menyingkapkan struktur yang koheren dan terpadu yang mengatur
keseluruhan semesta karya sastra (Faruk dalam Chalima,1994).
4. Pandangan Dunia
Goldmann (dalam Suwardi Endraswara, 2003:57) berpendapat, karya sastra sebagai
struktur bermakna itu akan mewakili pandangan dunia (vision du monde) penulis, tidak sebagai
individu melainkan sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
strukturalisme genetik merupakan penelitian sastra yang menghubungkan antara struktur sastra
dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya. Oleh
karena itu, karya sastra tidak akan dapat dipahami secara utuh jika totalitas kehidupan
masyarakat yang telah melahirkan teks sastra diabaikan begitu saja. Pengabaian unsur
masyarakat berarti penelitian sastra menjadi pincang.
Pandangan dunia adalah kerucutisasi ide-ide, gagasan-gagasan dari suatu kelompok sosial
tertentu dan dipertentangkan dengan ide-ide, gagasan-gagasan kelompok sosial lainnya.

Pandangan dunia menurut Goldmann adalah istilah yang cocok bagi kompleks
menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang
menghubungkan secara bersama-sama anggotaanggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang
mempertentangkannyadengan kelompok-kelompok sosial lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif,
pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang
dihadapi subjek kolektif yang memilikinya.
(Suwardi Endraswara,2003:60) menyatakan bahwa hipotesis Goldmann yang mendasari
penemuan world view adalah tiga hal yaitu yang pertama semua perilaku manusia mengarah

pada hubungan rasionalitas , maksudnya selalu berupa respon terhadap lingkungannya. Kedua
bahwa kelompok sosial mempunyai tendensi untuk menciptakan pola tertentu yang berbeda dari
pola yang sudah ada dan yang ketiga perilaku manusia adalah usaha yang dilakukan secara tetap
menuju transendensi, yaitu aktivitas, transformasi, dan kualitas kegiatan dan semua aksi sosial
dan sejarah. Pada bagian lain, Goldmann (dalam Suwardi Endraswara, 2003:58) mengemukakan
bahwa pandangan dunia merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai hubungan
manusia dengan sesamanya dan dengan alam semesta. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan
dunia adalah sebuah kesadaran hakiki masyarakat dalam menghadapi kehidupan. Namun dalam
karya sastra hal ini amat berbeda dengan keadaan nyata. Kesadaran tentang pandangan dunia ini
adalah kesadaran mungkin atau kesadaran yang telah ditafsirkan bisa dikatakan bahwa karya
sastra sebenarnya merupakan ekspresi pandangan dunia yang imajiner.

Metode Penelitian dengan Teori Strukturalisme Genetik
Teori strukturalisme genetik difokuskan pada kajian intrinsik karya sastra, baik secara
parsial maupun secara keseluruhan. Kedua, mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok
pengarang, karena ia adalah suatu bagian dari komunitas tertentu. Ketiga, mengkaji latar
belakang sosial dan sejarah yang ikut mengondisikan terciptanya karya sastra. Dari ketiga cara
tersebut akan diperoleh abstraksi pandangan dunia pengarang yang diperjuangkan oleh tokoh
problematik.
Suwardi Endraswara mengatakan bahwa penelitian strukturalisme genetik
memandang karya sastra dari dua sudut, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian
unsur intrinsik (kesatuan dan koherensinya) sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan
menghubungkan berbagai unsur dengan relitas masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi
zaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur
intrinsik karya sastra (Suwardi Endraswara, 2003:56). Goldmann memberikan rumusan
penelitian strukturalisme genetik, dalam tiga hal (dalam Suwardi Endraswara, 2003:57), yaitu:
1. Penelitian terhadap karya sastra seharusnya dilihat sebagai satu kesatuan;
2. Karya sastra yang diteliti mestinya karya sastra yang bernilai sastra yaitu karya yang
mengandung tegangan (tension) antara keragaman dan kesatuan dalam suatu keseluruhan (a
coherent whole);
3. Jika kesatuan telah ditemukan, kemudian dianalisis dalam hubungannya dengan latar belakang
sosial. Sifat hubungan tersebut:
a. yang berhubungan dengan latar belakang sosial adalah unsur kesatuan,
b. latar belakang yang dimaksud adalah pandangan dunia suatu kelompok sosial yang
dilahirkan pengarang sehingga hal tersebut dapat dikongkretkan.

Secara sederhana, kerja peneliti strukturalisme genetik dapat dapat diformulasikan dalam tiga
langkah.
1.

Peneliti bermula dari kajian unsure intrinsik, baik secara parsial maupun dalam jalinan
keseluruhannya.

2. Mengkaji kehidupan sosial budaya pengarang, karena ia merupakan bagian dari
komunitas tertentu.
3. Mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat
diciptakan oleh pengarang (Suwardi Endraswara, 2003:62). Ada satu langkah yang
terlewatkan oleh Suwardi Endraswara dalam penelitian strukturalisme genetik ini, yaitu
mengkaji pandangan dunia pengarang, seperti pendapat Iswanto (Racmat Djoko Pradopo,
2007). Pandangan dunia ini merupakan perantara antara struktur dalam karya sastra
dengan genetika karya sastra tersebut.

Tahap penelitian dalam mengkaji karya sastra menggunakan teori strukturalisme genetik menurut
Goldman ada 3 yaitu;
1. Tesis merupakan informasi apa yang di perlukan berupa data
2. Antitesis merupakan pemberian opini terhadap realitas, anti tesis ini melebur dengan tesis dan
memeberikan suatu opini pada relitas/sintesis.
3. Sintesis berupa realitas dan kembali lagi menjadi tesis kembali.
Dan prosedur (metode) teori strukturalisme genetik menurut Goldman terhadap penelitian karya
sastra masterpeace (karya sastra besar) adalah sebagai berikut:
Penelitiaan karya sastra dilihat dari satu kesatuaan karya sastra yang dianalisis hanyalah karya
yang mempunyai nilai sastra yang mempunyai tegangan (tention) antara keragaman dan
kesatuaan dalam sesuatu keseluruhan yang padat (coherent whole) jika kesatuaan telah
ditemukan, kemudiaan dianalisis hubungannya dengan latar belakang sosial. Sifat hubungan
tersebut, yang berhubungan dengan latar belakang social adalah unsur kesatuaan, latar belakang
yang dimaksud pandangan dunia suatu kelompok sosial yang dilahirkan oleh pengarang.
Secara pendeskripsianya adalah seperti berikut:
1. Menentukan teks yang dipakai sebagai objek kajian dengan membandingkan teks secara
filosofis dari awal hingga akhir.

2. Menentukan fokus objek kajian yaitu makna totalitas teks dengan merumuskan
pandangan dunia kemudian menganalisis struktur teks dan menghubungkanya dengan
struktur sosial teks.
3. Melakkukan kajian pustaka (library research) yang mendukung penulisan dan
pembahasan mengenai teks seperti buku-buku sosial budaya baik tentang keadaan
masyarakat pada masa tersebut, atau karya-karya lain dari pengarangnya untuk
mengetahui informasi adanya keterkaitan hubungan antar teks.
4. Menganalisis objek kajian dengan teori strukturalisme genetik dan metode dialektis.
Aplikasi kajian teori strukturalisme Genetik:
1. Struktur teks
2. Struktur sosial
3. Pandangan dunia

Peneliti/Analisis

Berdasarkan
kedua
pemahaman yaitu
antara
penggabungan
konsep
strukturalisme
lain dengan
strukturalisme
genetik dapat
dirumuskan atau
memediasi kedua
pandangan
dengan
pandangan dunia
pada karya sastra.
Kedua struktur
dapat dibaca dari
pandangan dunia
maka akan dapat
difahami dari teks
tersebut.

Cara
pengaplikasian
teori
struturalisme
genetik:

-Pandangan
dunia

-Analisis teks

Pemahaman secara bolak-balik untuk mencapai
pemaknaan bebas

-Struktur sosial

Cara analisis model dialektis (manuaba, 2009:30-31) :
1. Mengungkapkan dan diformulasikan pandangan dunia teks yang dibangun berdasarkan
pemahaman menyeluruh tentang struktur teks dan struktur sosial masyarakat pada masa
pembuatan teks sastra.
2. Menganalisis struktur teks sesuai dengan konsep struktur Goldman, teks dipandan
sebagai ekspresi pandangan dunia teks sastra.
3. Menghubungkan dengan struktur sosial masyarakat yang konkret, yang melatarbelakangi
lahirnya teks sastra, kemudian hasil pemahaman dipergunakan dalam memahami struktur
teks sastra secara urut terus menerus hingga ditemukan makna totalitas teks.

Prinsip dalam teori Genetik :
1. Struktur bermakna
Untuk memahami struktur internal teks tetap harus dikaitkan dengan struktur yang lebih luas
secara menglobal dari lingkungan sosialnya dimana sastra dilahirkan.
1. Subjek Kolektif
Dalam penciptaan sebuah karya sastra menurut prinsip teori Genetik pengarang teks
dipandang dari segi individu pengarang sebagai wakil menyuarakan suara sosial dari kelompok
yang melahirkan karya sastra dengan kata lain bahwa pengarangnya sendiri bukanlah pengarang
yang dipandang secara individu/ sendiri yang menciptakan karya tersebut tetapi karya sastra
ditulis oleh subjek kolektiv yaitu lahirnya karya sastra diciptakan dari peran, keadaan dan
lingkungan sekitar termasuk lingkungan keluarga yaitu anggota keluarganya sebagai subjek
kolektiv pengarang, lingkungan sekolah yaitu teman sekolah, lingkungan masyarakat yaitu
tetangga,masyarakat desanya yang menjadi kelompok/subjek kolektif ikut andil dalam lahirnya
karya sastra, lingkungan Organisasi, dan lain-lain. Menurut Goldman tidak semua kelompok
layak dianggap sebagai subjek kolektif. Yang layak hanyalah kelompok yang pandangan
dunianya tertuang dalam karya-karyanya atau yang sistem-sistem gagasan atau aktifitasnya
cenderung ke arah penciptaan pandangan yang lengkap mengenai mengenai kehidupan manusia.
Kelompok tersebut adalah memegang peranan yang menentukan dalam sejarah menimbulkan
perubahan historis dan memiliki pengaruh yang dominan atas kresi kultural yang utama
(Manuaba,2009: 22).

1. Pandangan Dunia
Gagasan, perasaan, pikiran-pikiran yang diekspresikan pengarang sebagai anggota kelompok
atau subjek kolektif sosial dengan kelompok yang lain. Goldman berpendapat bahwa cenderung
yang berpikiran sosial adalah pengarang dan seorang filsuf. Dimana pandangan dunia tersebut
merupakan sebagai mediasi hubungan antara karya sastra dengan subjek secara tidak langsung.
Menurut Goldman pandangan dunia merupakan realitas empirik tetapi merupakan kompleks
menyeluruh gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan pikiran-pikiran yang menyatukan anggota
kelompok dalam satu kelompok sosial tetentu dan yang mempertentangkanya dengan kelompokkelompok sosial yang lainya (Manuaba, 2009:22). Pandangan dunia bisa berarti adalah
merupakan ekspresi teoritis dan kesadaran kolektif dari kelompok sosial seperti yang
diungkapkan Goldman bahwa kesadaran kolektif atau kesadaran kelompok merupakan tendensi
umum bagi perasaan, aspirasi, dan pemikiran dari anggota kelompok sosial tertentu; sebuah
tendensi yang berkembang sebagai akibat dari situasi ekonomi dan sosial tertentu, dan yang
melahirkan serangkaian aktifitas yang dilakkukan oleh komunitas yang nyata atau potensial yang
dibentuk oleh kelompok sosial tersebut (Manuaba,2009:23).
1. Dialektik
Goldman termasuk penganut aliran faham Marxisme yaitu kelompok yang mengakui
karya sastra sebagai objek estetik.

Pemanfaatan Teori Strukturalisme Genetik Pada Karya Sastra Masterpeace dan Karya Sastra
Besar
Karya sastra yang menjadi objek kajian menggunakan teori strukturalisme genetik
merupakan karya sastra yang memiliki keunggulan tersendiri di mata dunia yang dianggap
fenomenal dari para pembacanya dan merupakan karya besar yang disebut Masterpeace. Karya
sastra Masterpeace adalah karya sastra yang mampu melintas batas budaya dari aspek sosiologis
dan filosofis dimana karya sastra merupakan karya sastra yang agung, karya sastra yang kuat
(besar) sebagai syarat karya sastra untuk di teliti menggunakan teori ini. Seperti yang
diungkapkan Goldman bahwa karya-karya besar yang biasa disebut karya Masterpeace lebih
efektif menggunakan teori strukturalisme Genetik. Dengan artian bahwa dalam karya
Masterpeace banyak mengangkat soal-soal kemanusiaan, sosial, budaya, dan problematik global
yaitu secara menyeluruh totalitas mengangkat permasalahan tentang hidup dan lebih umumnya
karya mewakili dari sekelompok orang karna bersifat menyuarakan suara sosial sehingga
menghasilkan karya sastra yang mempunyai kesatuaan (unity) dan keragaman (complexity)
yakni didalamnya terdapat kategori-kategori yang saling bertaliaan satu sama lain yang
membentuk strukturalisme genetik yakni kateori-kategori tersebut ialah; fakta kemanusiaan,
subjek kolektif (trans individual subject), stukturasi, pandangan dunia pemahaman dan
penjelasan. Terus karya satra merupakan sebuah struktur tetapi struktur itu bukanlah sesuatu
yang setatis melainkan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses ses-

strukturisasi dan destruktusi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat atas karya yang
bersangkutan. Contoh karya sastra besar adalah novel Durga Umayi karya Y.B Mangunwijaya
yang pernah diteliti oleh Putera Manuaba terkait karyanya dapat dinilai sebagai karya yang
problematik dan inovatif baik dalam bentuk maupun isinya (Manuaba,2009:2),mendapatkan
sambutan luas dari para pembacanya, novel Durga Umayi merupakan novel yang membawa
semangat pembaharuan dan eksperimen terlebih karena pengarangnya seorang pastor,
budayawan, filsuf, arsitek, teoritikus, pendidik dan aktivis sosial (manuaba,2009:4) menjadi
tantangan menarik bagi penelitinya dan novel Laskar Pelangi milik Andrea Hirata yang pada
dasarnya pernah meraih penghargaan Best Seller. Novel ini banyak mengangkat soal-soal
kemanusiaan, sosial, budaya, dan problematik global dalam realita sebenarnya. sambutan dari
masyarakat sangat banyak karna termasuk novel populer dan fenomenal dibuktikan dengan
adanya kewajiban anak SD di seluruh Indonesia diwajibkan untuk menontonya. Maka dengan
berbagai hal diatas maka novel-novel tersebut sangat menarik bila dikaji denga teori
strukturalisme genetik

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63