S PKR 1103699 Chapter1

(1)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah yang menarik untuk kita kaji dalam hal pendidikan dewasa ini adalah mutu pendidikan di Indonesia yang masih rendah. Menurut Education for All Global Monitoring Report yang ditulis oleh UNESCO tahun 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan rendah. Indonesia berada di peringkat 69

dari 127 negara dalam Education Development Index. Sedangkan menurut

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menitnya ada empat anak yang putus sekolah.

Selain itu mahalnya biaya pendidikan menjadi salah satu hal yang membuat banyaknya siswa putus sekolah. Untuk tingkat SD, SMP, dan SMA pemerintah sudah memberikan bantuan berupa BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Tetapi pada kenyataannya masih ada pungutan-pungutan liar yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab yang membuat orang tua siswa tetap mengeluarkan uang untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Menurut data Kemendiknas 2010 akses pendidikan di Indonesia masih perlu mendapat perhatian, lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan 13,19% bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki.

Salah satu cara yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mencoba menerapkan beberapa


(2)

2

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurikulum. Sejauh ini sudah ada 7 kurikulum yang diterapkan di Indonesia, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan terakhir adalah Kurikulum 2013.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 Sisidiknas Pasal 4 ayat 4

menyatakan, “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran.” Kreativitas ini yang diharapkan dapat tumbuh dalam diri

siswa. Hal tersebut membuat sekarang ini guru lebih sering menyuruh siswa-siswanya untuk mencari materi yang diajarkan sebelum mereka yang memberikan materi tersebut.

Maka dari itu pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 yang ternyata banyak menimbulkan pro dan kontra. Banyak guru dan siswa yang kelelahan dengan diterapkannya Kurikulum 2013. Malah belum semua guru benar-benar mengerti apa itu Kurikulum 2013. Masih banyak yang tidak mengerti bagaimana menerapkannya ketika mengajar. Hal ini akan berakibat fatal. Karena sang panutan pun tidak mengerti apa yang harus ia lakukan. Padahal banyak tuntutan yang harus diselesaikan.

Tetapi ada beberapa hal yang kita dapat cermati dari kurikulum

baru ini. Kurikulum 2013 menekankan model pembelajaran Discovery

Learning, Problem Based Learning dan Discovery Learning. Tiga model pembelajaran ini diharapkan dapat membangun kreativitas siswa karena siswa diharuskan mencari dan membuat sesuatu yang sama sekali baru bagi mereka. Mereka akan terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Discovery Learning adalah model pembelajaran dimana siswa menemukan konsep sendiri dan mengorganisasinya sampai pada suatu kesimpulan. Model pembelajaran memiliki prinsip yang sama seperti


(3)

Nita Alifanti, 2015

beberapa hal yang mungkin telah ia ketahui sebelumnya. Siswa akan mengkolaborasikan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diketahuinya dan lahirlah sebuah konsep.

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang membuat siswa agar berpikir dan memecahkan sebuah masalah. Masalah dijadikan sebuah awal untuk membuat siswa berpikir kreatif untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Guru berperan dalam meluruskan pemecahan masalah yang ditemukan oleh siswa.

Sedangkan Discovery Learning adalah model pembelajaran yang hampir sama dengan Problem Based Learning, tetapi di dalam model pembelajaran ini siswa sudah tahu apa yang harus dilakukan, kemudian siswa membuat sebuah proyek dari materi yang telah didapatkannya. Hal ini akan membuat siswa bereksplorasi. Learning by doing akan terjadi dalam metode pembelajaran ini. Siswa akan lebih termotivasi dengan pembelajaran.

Di Kota Bandung, sudah banyak sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Salah satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan adanya Kurikulum 2013 ada beberapa pelajaran baru. Untuk SMK yang memiliki jurusan Administrasi Perkantoran, mata pelajaran Korespondensi termasuk mata pelajaran baru. Sebenarnya mata pelajaran ini sudah ada sejak dulu tetapi dengan nama Melakukan Prosedur Administrasi (MPA).

Perbedaan MPA dengan Korespondensi adalah kompetensi yang diajarkannya. Dalam MPA, siswa diajarkan bagaimana menangani surat (mail handling). Tetapi dalam mata pelajaran Korespondensi, siswa diajarkan untuk membuat surat. Mulai dari ejaan sampai bentuk-bentuk surat juga kalimat-kalimat yang pantas untuk membuat surat.


(4)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam pelajaran Korespondensi, siswa diajarkan komunikasi lisan dan tulisan. Tetapi, meskipun Korespondensi mengenai surat menyurat, siswa harus tahu bagaimana cara berkomunikasi secara lisan baik secara langsung atau tidak. Salah satu materi yang akan diajarkan kepada siswa adalah Tata Cara Menerima Panggilan Telephone. Materi ini perlu dipahami oleh siswa karena mereka harus tahu bagaimana menangani telephone dengan baik dan benar.

Melakukan komunikasi melalui telephone memang sudah bukan hal yang asing. Tetapi dalam mata pelajaran Korespondensi, siswa-siswa akan diajari bagaimana cara berkomunikasi melalui telephone sesuai

aturan. Mereka juga akan diajari spelling abjad yang akan mempermudah

mereka ketika berkomunikasi melelaui telephone. Spelling abjad juga berguna agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika sedang melakukan komunikasi melalu telephone.

Di bawah ini adalah nilai materi Tata Cara Menerima Panggilan Telephone kelas X SMK Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2012-2013 dan 2013-2014:


(5)

5

Nita Alifanti, 2015

Tabel 1.1

Nilai Kompetensi Dasar Tata Cara Menerima Panggilan Telephone Tahun Ajaran 2012-2013

Kelas KKM Jml.

Siswa

Pengetahuan Keterampilan Sikap

> KKM % < KKM % = KKM % > KKM % < KKM % = KKM %

X AP 1

2, 67

36

siswa 5 siswa 13, 8%

20

siswa 55,5 %

11

siswa 30,5 % 6 siswa 16,6 %

22

siswa 61, 1 %

10

siswa 27, 7 % B

X AP 2

36

siswa 7 siswa 19,4% 19siswa 52,7%

10

siswa 27,7 % 7 siswa 19, 4 % 21

siswa 58, 3 %

10

siswa 27, 7 % B

X AP 3

34

siswa 8 siswa 23,5 %

19

siswa 55,8 % 7 siswa 20,5%

11

siswa 32, 3 % 18

siswa 52, 9 % 7 siswa 20, 5 % B

X AP 4

38 siswa

10

siswa 26,3 %

17

siswa 44,7%

11

siswa 28,9 % 8 siswa 21%

21

siswa 55, 2 % 9 siswa 23, 6 % B

X AP 5

38

siswa 9 siswa 23,6 %

20

siswa 52,6% 9 siswa 23, 6 % 5 siswa 13, 1 % 22

siswa 57, 8 %

11

siswa 28, 9 % B

X AP 16

24

siswa 7 siswa 29,1%

13

siswa 54,1 % 4 siswa 12, 5 % 4 siswa 16,6 %

13

siswa 54, 1 % 7 siswa 29, 1 % B

Jumlah 206

siswa

46

siswa 22,6%

154

siswa 52,5%

45

siswa 23,9%

41

siswa 19,8%

117

siswa 56,5%

54

siswa 26,2%


(6)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.2

Nilai Kompetensi Dasar Tata Cara Menerima Panggilan Telephone Tahun Ajaran 2013-2014

Kelas KKM Jml.

Siswa

Pengetahuan Keterampilan Sikap

> KKM % < KKM % = KKM % > KKM % < KKM % = KKM %

X AP 1

2, 67

36

siswa 6 siswa 16,6%

17

siswa 47,2 % 13siswa 36,1% 8 siswa 22,2 %

19

siswa 52,7% 9 siswa 25% B

X AP 2

35

siswa 8 siswa 22,8%

15

siswa 42,8%

12

siswa 34,2% 5 siswa 14,2%

24

siswa 68,5% 6 siswa 17,1% B

X AP 3

36 siswa

10

siswa 27,7% 14siswa 38,8% 12siswa 33,3 % 9 siswa 25%

22

siswa 61,1% 5 siswa 13,8% B

X AP 4

38 siswa

14

siswa 36,8% 18siswa 47,3 % 6siswa 15,7 % 8 siswa 15,7%

20

siswa 47,3%

10

siswa 26,3% B

X AP 5

38

siswa 8 siswa 15,7 %

12

siswa 60, 5 %

18

siswa 47,3%

10

siswa 26,3% 19siswa 50% 9 siswa 23,6 % B

X AP 16

38

siswa 7 siswa 18,4% 22siswa 57,8% 9 siswa 23,6% 7 siswa 18,4%

20

siswa 52,6%

11

siswa 28,9% B

Jumlah 221

siswa

53

siswa 23%

132

siswa 49%

38

siswa 31,7%

40

siswa 20.2%

110

siswa 55,3%

55


(7)

Nita Alifanti, 2015


(8)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilihat dari dua tabel di atas, tidak ada perubahan yang signifikan untuk nilai siswa pada tahun ajaran 2012-2013 dengan 2013-2014. Memang terdapat perbedaan seperti pada tahun ajaran 2012-2013, presentase siswa yang memiliki nilai di bawah KKM untuk aspek pengetahuan mencapai 52,5% dan menurun di tahun selanjutnya menjadi 49%. Dan untuk keterampilannya pun terdapat penurunan presentase, dari 56,5% menjadi 55,3%.

Meskipun turunnya nilai siswa ini tidak begitu signifikan, tetap saja ini tidaklah memuaskan. Karena berdasarkan data yang dimiliki penulis, nilai siswa lebih banyak yang berada di bawah KKM atau di bawah 2,67 yang setara dengan 75 apabila dikonversikan ke skor nilai berskala 10-100. Terlebih untuk keterampilan. Karena yang diharapkan dari lulusan siswa-siswi SMK adalah mereka akan lebih terampil ketika berada di lapangan.

Kurang maksimalnya hasil belajar ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Seperti yang dikatakan oleh B.Bloom dalam Sudjana (2010: 23):

“Terdapat dua faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar

yaitu karakteristik intern siswa yang meliputi: kemampuan, minat, hasil belajar sebelumnya dan motivasi. Serta karakteristik ekstern kualitas pengajaran yang meliputi: guru, metode

pembelajaran dan fasilitas belajar.”

Berdasarkan pernyataan di atas, model pembelajaran termasuk faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Maka dari itu peneliti memiliki kesempatan untuk memperbaiki keadaan dengan cara melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa.

Peneliti memilih Discovery Learning karena dirasa akan


(9)

Nita Alifanti, 2015

Sebenarnya dari tahun kemarin, ketika Kurikulum 2013 mulai diterapkan di SMKN 3 Bandung, beberapa guru sudah menerapkan juga model pembelajaran ini. Tetapi dari wawancara peneliti dengan guru Korespondensi, terkadang guru lebih memilih metode konvensional karena dianggap lebih mudah untuk diterapkan.

Peneliti memilih model pembelajaran Discovery Learning

karena setelah berbincang dengan guru mata pelajaran Korespondensi di SMKN 3 Bandung, model pembelajaran ini dianggap cocok diterapkan di kelas agar siswa mengeksplor sendiri kompetensi yang akan mereka capai agar mereka lebih tahu konsep dasar dari materi tersebut. Siswa harus benar-benar paham akan ilmunya terlebih dahulu sebelum menerapkannya di dunia kerja.

Discovery Learning akan menumbuhkan rasa penasaran bagi siswa yang akan membuat mereka berinisiatif untuk mencari informasa-informasi yang dibutuhkan. Hal positif ini tentunya diharapkan oleh para guru agar siswa merasa senang ketika belajar karena apabila siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan guru, siswa dapat merasa bosan.

Model Pembelajaran ini juga dapat menimbulkan rasa puas bagi siswa, apabila siswa tersebut berhasil menemukan apa yang harus mereka cari. Hal ini akan menumbuhkan motivasi bagi siswa yang membuat siswa semangat dalam mengikuti pelajaran dan membuat siswa lebih mudah dalam menerima pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti

mengadakan penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran


(10)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Melihat latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka inti dari penelitian dapat dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut: Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning dengan siswa yang menggunakan

model pembelajaran konvensional? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti secara umum adalah untuk memperoleh informasi melalui kajian ilmiah tentang penerapan

Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa. sedangkan secara khusus, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya perrbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan Discovery Learning

dengan siswa yang menggunakan model konvensional. 1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif model pembelajaran untuk guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa didiknya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti lainnya untuk dijadikan penelitian selanjutnya.

Selain itu, apabila penelitian ini berhasil, penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar mereka dan untuk pendidik dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa didiknya. Penelitian ini juga dapat dijadikan media informasi bagi sekolah dan dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.


(1)

5

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 1.1

Nilai Kompetensi Dasar Tata Cara Menerima Panggilan Telephone Tahun Ajaran 2012-2013

Kelas KKM Jml.

Siswa

Pengetahuan Keterampilan Sikap

> KKM % < KKM % = KKM % > KKM % < KKM % = KKM % X AP 1

2, 67

36

siswa 5 siswa 13, 8%

20

siswa 55,5 %

11

siswa 30,5 % 6 siswa 16,6 %

22

siswa 61, 1 %

10

siswa 27, 7 % B X AP 2

36

siswa 7 siswa 19,4% 19siswa 52,7%

10

siswa 27,7 % 7 siswa 19, 4 % 21

siswa 58, 3 %

10

siswa 27, 7 % B X AP 3

34

siswa 8 siswa 23,5 %

19

siswa 55,8 % 7 siswa 20,5%

11

siswa 32, 3 % 18

siswa 52, 9 % 7 siswa 20, 5 % B X AP 4

38 siswa

10

siswa 26,3 %

17

siswa 44,7%

11

siswa 28,9 % 8 siswa 21%

21

siswa 55, 2 % 9 siswa 23, 6 % B X AP 5

38

siswa 9 siswa 23,6 %

20

siswa 52,6% 9 siswa 23, 6 % 5 siswa 13, 1 % 22

siswa 57, 8 %

11

siswa 28, 9 % B X AP 16

24

siswa 7 siswa 29,1%

13

siswa 54,1 % 4 siswa 12, 5 % 4 siswa 16,6 %

13

siswa 54, 1 % 7 siswa 29, 1 % B

Jumlah 206

siswa

46

siswa 22,6%

154

siswa 52,5%

45

siswa 23,9%

41

siswa 19,8%

117

siswa 56,5%

54

siswa 26,2% Sumber: Guru Korespondensi SMKN 3 Bandung


(2)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 1.2

Nilai Kompetensi Dasar Tata Cara Menerima Panggilan Telephone Tahun Ajaran 2013-2014

Kelas KKM Jml.

Siswa

Pengetahuan Keterampilan Sikap

> KKM % < KKM % = KKM % > KKM % < KKM % = KKM % X AP 1

2, 67

36

siswa 6 siswa 16,6%

17

siswa 47,2 % 13siswa 36,1% 8 siswa 22,2 %

19

siswa 52,7% 9 siswa 25% B X AP 2

35

siswa 8 siswa 22,8%

15

siswa 42,8%

12

siswa 34,2% 5 siswa 14,2%

24

siswa 68,5% 6 siswa 17,1% B X AP 3

36 siswa

10

siswa 27,7% 14siswa 38,8% 12siswa 33,3 % 9 siswa 25%

22

siswa 61,1% 5 siswa 13,8% B X AP 4

38 siswa

14

siswa 36,8% 18siswa 47,3 % 6siswa 15,7 % 8 siswa 15,7%

20

siswa 47,3%

10

siswa 26,3% B X AP 5

38

siswa 8 siswa 15,7 %

12

siswa 60, 5 %

18

siswa 47,3%

10

siswa 26,3% 19siswa 50% 9 siswa 23,6 % B X AP 16

38

siswa 7 siswa 18,4% 22siswa 57,8% 9 siswa 23,6% 7 siswa 18,4%

20

siswa 52,6%

11

siswa 28,9% B

Jumlah 221

siswa

53

siswa 23%

132

siswa 49%

38

siswa 31,7%

40

siswa 20.2%

110

siswa 55,3%

55


(3)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Guru Korespondensi SMKN 3 Bandung


(4)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilihat dari dua tabel di atas, tidak ada perubahan yang signifikan untuk nilai siswa pada tahun ajaran 2012-2013 dengan 2013-2014. Memang terdapat perbedaan seperti pada tahun ajaran 2012-2013, presentase siswa yang memiliki nilai di bawah KKM untuk aspek pengetahuan mencapai 52,5% dan menurun di tahun selanjutnya menjadi 49%. Dan untuk keterampilannya pun terdapat penurunan presentase, dari 56,5% menjadi 55,3%.

Meskipun turunnya nilai siswa ini tidak begitu signifikan, tetap saja ini tidaklah memuaskan. Karena berdasarkan data yang dimiliki penulis, nilai siswa lebih banyak yang berada di bawah KKM atau di bawah 2,67 yang setara dengan 75 apabila dikonversikan ke skor nilai berskala 10-100. Terlebih untuk keterampilan. Karena yang diharapkan dari lulusan siswa-siswi SMK adalah mereka akan lebih terampil ketika berada di lapangan.

Kurang maksimalnya hasil belajar ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Seperti yang dikatakan oleh B.Bloom dalam Sudjana (2010: 23):

“Terdapat dua faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar

yaitu karakteristik intern siswa yang meliputi: kemampuan, minat, hasil belajar sebelumnya dan motivasi. Serta karakteristik ekstern kualitas pengajaran yang meliputi: guru, metode

pembelajaran dan fasilitas belajar.”

Berdasarkan pernyataan di atas, model pembelajaran termasuk faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Maka dari itu peneliti memiliki kesempatan untuk memperbaiki keadaan dengan cara melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa.

Peneliti memilih Discovery Learning karena dirasa akan


(5)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebenarnya dari tahun kemarin, ketika Kurikulum 2013 mulai diterapkan di SMKN 3 Bandung, beberapa guru sudah menerapkan juga model pembelajaran ini. Tetapi dari wawancara peneliti dengan guru Korespondensi, terkadang guru lebih memilih metode konvensional karena dianggap lebih mudah untuk diterapkan.

Peneliti memilih model pembelajaran Discovery Learning

karena setelah berbincang dengan guru mata pelajaran Korespondensi di SMKN 3 Bandung, model pembelajaran ini dianggap cocok diterapkan di kelas agar siswa mengeksplor sendiri kompetensi yang akan mereka capai agar mereka lebih tahu konsep dasar dari materi tersebut. Siswa harus benar-benar paham akan ilmunya terlebih dahulu sebelum menerapkannya di dunia kerja.

Discovery Learning akan menumbuhkan rasa penasaran bagi siswa yang akan membuat mereka berinisiatif untuk mencari informasa-informasi yang dibutuhkan. Hal positif ini tentunya diharapkan oleh para guru agar siswa merasa senang ketika belajar karena apabila siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan guru, siswa dapat merasa bosan.

Model Pembelajaran ini juga dapat menimbulkan rasa puas bagi siswa, apabila siswa tersebut berhasil menemukan apa yang harus mereka cari. Hal ini akan menumbuhkan motivasi bagi siswa yang membuat siswa semangat dalam mengikuti pelajaran dan membuat siswa lebih mudah dalam menerima pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti

mengadakan penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran


(6)

Nita Alifanti, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X DI SMK NEGERI 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Melihat latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka inti dari penelitian dapat dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut: Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning dengan siswa yang menggunakan

model pembelajaran konvensional? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti secara umum adalah untuk memperoleh informasi melalui kajian ilmiah tentang penerapan

Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa. sedangkan secara khusus, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya perrbedaan

hasil belajar siswa yang belajar menggunakan Discovery Learning

dengan siswa yang menggunakan model konvensional. 1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif model pembelajaran untuk guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa didiknya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti lainnya untuk dijadikan penelitian selanjutnya.

Selain itu, apabila penelitian ini berhasil, penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar mereka dan untuk pendidik dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa didiknya. Penelitian ini juga dapat dijadikan media informasi bagi sekolah dan dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.