PT.Vale

Kasus Dana CSR di Sulteng, Ini Penjelasan PT Vale Indonesia
Oleh:
Tempo.co
Selasa, 13 Desember 2016 19:26 WIB

image: https://cdn.tmpo.co/data/2014/01/27/id_258347/258347_620.jpg

Seorang pekerja mengawasi proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk, Sorowako,
Sulawesi (8/1). REUTERS/Yusuf Ahmad
TEMPO.CO, Palu - Senior Manager Communications PT Vale Indonesia Bayu Aji
mengatakan, kerjasama PT Vale Indonesia dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah sudah
sesuai dengan mekanisme dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. "Mekanisme hibah
yang disalurkan oleh PT Vale kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah melalui
proses tata kelola perusahaan," ujarnya melalui surat klarifikasi yang ditujukan kepada Tempo,
Selasa, 13 Desember 2016.
Menurut Bayu, PT Vale Indonesia adalah perusahaan terbuka dan terikat sejumlah peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maupun di dunia internasional. Penerimaan

dana berupa hibah dari pihak ketiga kepada pemerintah daerah termasuk salah satu sumber
penerimaan daerah yang diperkenankan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan,
khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah dan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

“Dengan demikian, pemberian hibah tersebut bukan merupakan sesuatu yang melawan hukum
karena telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Bayu
Rujukan lainnya, kata Bayu, adalah Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas, serta Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 7
Tahun 2011 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah.
Bayu menegaskan, tidak ada ketentuan yang melarang pemberian dana untuk kegiatan CSR
dan atau ComDev dilakukan melalui mekanisme hibah. “Tujuan dilakukannya hibah dalam hal
ini justru agar pemberian, pengalokasian dan penggunaan dananya transparan, terarah dan
akuntabel," ucapnya. Ia mengatakan PT Vale siap untuk berkoordinasi dengan pihak terkait
untuk menjelaskan hal tersebut.
Sebelumnya, Lembaga Swadaya Masyarakat Front Pemuda Peduli Daerah (FPPD) Sulawesi
Tengah melaporkan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola ke Komisi Pemberantasan
Korupsi. Longki dilaporkan terkait dugaan korupsi dana Coorporate Social Responsibility
(CSR) PT Vale Indonesia senilai Rp 11,7 miliar dan belasan kasus proyek lainnya.
Dalam laporan ke KPK bernomor 87808 tanggal 09 Desember 2016, FPPD menduga Longki
telah mencederai hak-hak rakyat mendapatkan dana CSR atas beroperasinya perusahaan yang
mengolah sumber daya alam di wilayah setempat.
Dalam laporan itu, kata Ketua FPPD, Eko Arianto, Longki diduga melakukan konspirasi jahat
terhadap penggunaan dana CSR dari PT Vale Indonesia, yang diterima pada 14 Januari 2016.

Dana itu tidak digunakan untuk pembangunan berkelanjutan, tapi melenceng. Bahkan sarat
dengan banyak kepentingan.
Berdasarkan data yang dihimpun FPPD, terlihat jelas cara distribusi dana CSR ke 14 SKPD
dan Biro Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Distribusi dana tidak bersentuhan dengan
substansi kepentingan dan kebutuhan rakyat secara langsung.
Penandatanganan serah terima dana CSR dilaksanakan di ruang kerja Wakil Gubernur
(almarhum) Sudarto. Direktur PT Vale Indonesia, Nikolas D. Karter, dengan tegas

menyebutkan dana Rp 11,7 miliar itu adalah bagian dari program CSR perusahaan untuk
membantu masyarakat Sulawesi Tengah dan telah dicanangkan sejak 2015.
Namun, berdasarkan kesepakatan yang diteken Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah dengan
PT Vale Indonesia, dana CSR yang menjadi tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat
Sulawesi Tengah diubah menjadi dana hibah. Atas dasar itulah, pemerintah provinsi kemudian
mengelola dana itu secara langsung.
Pengelolaan dana itu dilakukan dengan menggunakan alas hukum dana hibah. Dana CSR itu
juga dijadikan sebagai pendapatan daerah dari sektor lain lain. Setelah itu pemerintah Sulawesi
Tengah memasukkan dana itu kedalam batang APBD Perubahan 2016 sebelum didistribusikan
ke SKPD.
Cara pengelolaan dana CSR itu ditentang oleh sejumlah anggota DPRD Sulawesi Tengah.
Mereka menolak dana CSR dimasukan ke dalam APBD Perubahan tahun 2016. Sebab

peralihan dana CSR menjadi dana hibah tidak punya dasar hukum.
Dalam laporan FPPD ke KPK juga mencantumkan hasil investigasi dan bukti pelaporan soal
beberapa proyek yang terindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Beberapa proyek
bermasalah itu diduga melibatkan Longki. Proyek-proyek tersebut adalah:
1. Proyek Pengadaan KTP Kabupaten Parigi Moutong tahun 2004, senilai Rp 8 miliar,
kontraktor

PT

Utama

Beton.

2. Proyek Pembangunan Pasar Sentral Parigi senilai Rp 46 miliar (secara bertahap), kontraktor
PT
3.

Waskita
Proyek


pembangunan

Pasar

Karya.

Kota

Raya

bertahap

Rp

10

miliar.

4. Pembangunan Kantor Bupati Parimo dengan total nilai Rp 74 miliar. Dikerjakan oleh PT
Global.

5.

Pembangunan

6.

Pengadaan

7.
8.
9.
10.
11.

Pengadaan

Gedung
mobil

spare


parts

Pembangunan

Parimo

pembakaran
alat

Terminal

Pembangunan

berat

Mobil

Balai
Pick


di

Tiboli

Jembatan

Pembangunan
Pengadaan

DPRD

senilai

sampah

Rp

Towera,


senilai

Rp

12

Ponulele
Sungai
Up

Rp

Rp
unit

Rp

miliar.

1,8

Rp

miliar.
1,5

miliar

Napu
10

32

miliar.

(bertahap).

50

miliar.


Rp13

miliar.

1,4

miliar.

12. Rehabilitasi lahan dan hutan sejak tahun anggaran 2011-2013, lokasi tersebar di seluruh
daerah di Sulawesi Tengah, terutama di Taman Lore Lindu, Lembah Bosowa.
Sementara itu, Longki mengatakan dana bantuan dari PT Vale diterima berdasarkan MoU
antara pemerintah daerah dan PT Vale. Dana itu dimasukan ke kas pemerintah daerah dan telah
dibuat peraturan daerah melalui DPRD berkaitan dengan APBD Perubahan 2016. “Terima
kasih dengan laporan-laporan mereka (FPPD)," katanya saat dihubungi Tempo, Ahad, 11
Desember 2016.
Longki menjelaskan, uang itu digunakan sesuai ketentuan peraturan undang-undang yang
berlaku. “Apanya yang di korupsi," ujarnya.
Ihwal dugaan korupsi anggaran proyek lain, menurut Longki, bisa dilihat setelah ada
pemeriksaaan KPK atau pemeriksaan dari mana saja. "Tuduhan korupsi yang lain itu masih
bagian dari ketidakpuasan dari kelompok tertentu waktu pilkada lalu," ucap Longki.

AMAR BURASE
Read more at https://nasional.tempo.co/read/827568/kasus-dana-csr-di-sulteng-ini-penjelasanpt-vale-indonesia#gVy0wcjBMdDGqUXV.99

Dokumen yang terkait

PT.Vale

0 0 4