Bentuk Pertunjukan Kesenian Angklung Carang Wulung di Desa Lebaksiu Lor Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal.

BENTUK PERTUNJUKAN KESENIAN ANGKLUNG
CARANG WULUNG DI DESA LEBAKSIU LOR
KECAMATAN LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL

SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Program Sarjana S1
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Arum Purwinda Putra
2503408009

JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

i

SARI


Arum Purwinda Putra. 2012. Bentuk Pertunjukan Kesenian Angklung
Carang Wulung di Desa Lebaksiu Lor Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal.
Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I Drs. Slamet Haryono,
M.Sn dan Dosen Pembimbing II Drs. Bagus Susetyo, M.Hum.
Latar belakang penulis mengambil tema Bentuk Pertunjukan sebagai
kajian dalam penelitian ini adalah berdasarkan kenyataan bahwa kelompok
kesenian angklung Carang Wulung dalam pertunjukannya sudah dibuat, digarap,
dan disajikan secara tertata. Hal tersebut yang membuat kelompok angklung
Carang Wulung lebih dikenal dan berbeda dari pada kelompok angklung lainnya.
Permasalahan yang dikaji yaitu bagaimanakah bentuk pertunjukan kesenian
angklung Carang Wulung di Desa Lebaksiu Lor Kecamatan Lebaksiu Kabupaten
Tegal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
bentuk pertunjukan kesenian angklung Carang Wulung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang
dilakukan menggunakan analisis data interaktif, yang dibagi dalam tiga tahap,
meliputi reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan / verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan kelompok
kesenian angklung Carang Wulung dikaji secara tekstual, terdiri dari bentuk

komposisi dan bentuk penyajian. Dari segi bentuk komposisinya, kelompok ini
membawakan lagu-lagunya dengan aransemen-aransemen yang telah digarap
dengan baik. Untuk menghasilkan nada yang merdu dan komplek, kelompok
Carang Wulung tidak hanya menggunakan alat musik angklung saja, tapi sudah
ditambah dan dipadukan dengan alat musik yang lain, seperti: gambang,
kentongan, cello, bass, teplak, tamborin, dan simbal, terkadang juga dilengkapi
dengan kendang dangdut. Sedangkan dari segi bentuk penyajian, dalam
pementasannnya sudah diisi dengan tarian dan atraksi, serta juga terdapat seorang
mayoret yang memimpin jalannya pertunjukan pada saat pentas.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat penulis berikan adalah
kepada para pemain kelompok angklung Carang Wulung agar lebih menambah
koreografi gerakan dan aransemen yang berbeda untuk setiap lagu sehingga tidak
monoton, serta dalam bentuk pertunjukan acara tanggapan ditambah dengan
penari-penari agar pertunjukan lebih menarik.

vii