EFEKTIFITAS PROSES MIXING AKTIVATOR (EM 4) DAN BIO HS DENGAN METODE DUAL TRAY PADA PROSES KOMPOSTING.

SKRIPSI
EFEKTIFITAS PROSES MIXING AKTIVATOR (EM 4)
DAN BIO HS DENGAN METODE DUAL TRAY
PADA PROSES KOMPOSTING

Oleh :
IMADE IRAWAN HENDRA GUNAWAN
0852010044

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

SKRIPSI

EFEKTIFITAS PROSES MIXING AKTIVATOR (EM 4)
DAN BIO HS DENGAN METODE DUAL TRAY
PADA PROSES KOMPOSTING

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
Gelar Sarjana Teknik (S-1)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Oleh :
IMADE IRAWAN HENDRA GUNAWAN
0852010044

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


0

SKRIPSI
EFEKTIFITAS PROSES MIXING AKTIVATOR (EM 4)
DAN BIO HS DENGAN METODE DUAL TRAY
PADA PROSES KOMPOSTING
oleh :
IMADE IRAWAN HENDRA GUNAWAN
NPM: 0852010044
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada hari : …………… Tanggal : ……………………
Menyetujui
Pembimbing

Penguji I

Ir. Naniek Ratni JAR.,M.Kes

NIP: 19590729 198603 2 001

Dr. Ir. Munawar, MT.
NIP : 19600401 198803 1001

Mengetahui
Ketua Program Studi

Penguji II

Dr.Ir. Munawar, MT
NIP : 19600401 198803 1001

Ir. Yayok Suryo Purnomo, MS.
NIP: 19600601 1987031 001
Penguji III

Okik Hendriyanto C.,ST.,MT
NIP: 3 7507 99 0172 1
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

Untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tanggal :
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes.
NIP : 19590729 198603 2 001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

0

CURRICULUM VITAE
Peneliti
Nama Lengkap
NPM
Tempat/tanggal lahir
Alamat
Telp. Rumah
Nomor Hp.
Email


Imade Irawan Hendra Gunawan
0852010044
Denpasar / 30 April 1990
Asrama Polda Bali Blok I / 4
Denpasar - Bali
(0361) 241630
087851509511
[email protected]

Pendidikan
No
Nama Univ/Sekolah
1
2
3
4

FTSP UPN ”Veteran”
Jatim
SMAN 1 Denpasar

SMPN 3 Denpasar
SD Saraswati 2 Denpasar

Jurusan
Tehnik
Lingkungan
IPA
Umum
Umum

Mulai
Dari Sampai
2008 2012
2005
2002
1996

2008
2005
2002


Tugas Akademik
No.
Kegiatan
1 Kuliah Lapangan
2
3
4
5
6

Tempat/Judul
Water Treatment Megumi, Bali dan
Pengelolaan Hutan Mangrove, Bali
Kunjungan Pabrik IPAL SIER,PT. Multi Bintang Indonesia
Mojokerto, IPLD Sewon Bantul, PT. Sritex
Sukoharjo
Desa Meneng Kidul, Kec. Sumberasih,
KKN
Kab.Probolinggo

Kerja Praktek
PDAM Denpasar. Studi Proses Pengolahan
Air Minum Kota Denpasar
PBPAB
Pengolahan Air Buangan Pabrik Bir
SKRIPSI
Efektifitas Proses Mixing Aktivator (EM 4)
dan Bio HS Dengan Metode Dual Tray
pada Proses Komposting

Orang Tua
Nama
Alamat
Telp
Pekerjaan

I Komang Susanta
Asrama Polda Bali Blok I / 4 Denpasar - Bali
(0361) 241630
Polisi


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

0

Keterangan
Lulus
Lulus
Lulus
Lulus

Selesai tahun
2010
2010
2011
2011
2012
2012


KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat TuhanYang Maha Esa, akhirnya saya dapat
meyelesaikan skripsi saya yang berjudul “EFEKTIFITAS PROSES MIXING
AKTIVATOR (EM 4) DAN BIO HS DENGAN METODE DUAL TRAY
PADA PROSES KOMPOSTING”.
Skripsi saya ini merupakan bagian dari syarat kelulusan dan syarat untuk
mendapatkan gelar S1 Teknik Lingkungan. Dengan adanya skripsi saya ini
diharapkan membawa manfaat yang besar baik bagi mahasiswa Teknik
Lingkungan UPN “Veteran” maupun bagi masyarakat umum.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada :
1. Ir. Naniek Ratni JAR.,M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jatim.
2. Dr.Ir. Munawar, MT.T selaku ketua Program Studi Teknik Lingkungan
UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ir. Naniek Ratni JAR.,M.Kes.. selaku Dosen pembimbing skripsi saya
yang telah sabar membimbing. Terima kasih Ibu atas segala bimbingan
dan bantuanya.
4. Bapak Ir. Yayok Suryo P.,MT, Bapak Okik H,C; ST,MT, Bapak Dr.Ir.
Munawar, MT., selaku dosen penguji saya, terima kasih bapak atas saran,

arahan, dan kritiknya sehingga saya bisa menjadi lebih baik lagi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

Saya sadar bahwa skripsi saya ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
segala saran dan kritik sangat saya harapkan demi sempurnanya skripsi saya ini.
Akhirnya, semoga skripsi saya ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
terlebih bagi generasi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jatim juga bagi masyarakat luas pada umumnya.

Surabaya, Oktober 2012

I MADE IRAWAN HENDRA GUNAWAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................

i

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

viii

INTISARI ....................................................................................................

x

ABSTRAK ...................................................................................................

xi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang ...................................................................

1

I.2

Rumusan Masalah ..............................................................

3

I.3

Tujuan Penelitian................................................................

3

I.4

Manfaat Penelitian..............................................................

3

TINJ AUAN PUSTAKA
II.1

Gambaran Umum Sampah ..................................................

4

II.2

Macam-macam Karakteristik Sampah ................................

5

II.2.1 Penggolongan Sampah berdasarkan Asalnya ..........

5

II.2.2 Penggolongan Sampah berdasarkan Komposisinya ...

6

II.2.3 Penggolongan Sampah berdasarkan Bentuknya ......

6

II.2.4 Penggolongan Sampah berdasarkan Lokasinya .......

7

II.2.5 Penggolongan

Sampah

berdasarkan

Proses

Terjadinya .................................................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

7

II.3

II.4

II.5

II.6

II.7

II.8

Penggolongan Sampah Berdasarkan Jenisnya .....................

8

II.3.1 Sampah Perkotaan ..................................................

9

II.3.2 Sampah Industri .....................................................

10

II.3.3 Sampah Berbahaya .................................................

10

Timbulan Sampah Negara-negara Berkembang ..................

11

II.4.1 Kondisi Sosial dan Budaya .....................................

12

II.4.2 Kondisi Tata Kota Perkotaan di Indonesia ..............

13

Proses Pengkomposan ........................................................

14

II.5.1 Pengkomposan Sampah ..........................................

15

II.5.2 Bahan Baku Kompos Sampah ................................

17

II.5.3 Tempat Pengkomposan ..........................................

18

Penggunaan Effective Microorganisms (EM4) dalam
Pengkomposan ...................................................................

19

II.6.1 Penggunaan Bio HS ..............................................

20

Kompos sebagai Salah Satu Contoh Pupuk Organik ...........

23

II.7.1 Untuk Tanaman Hias ..............................................

23

II.7.2 Untuk Tanaman Sayuran ........................................

24

II.7.3 Untuk Tanaman Buah-Buahan................................

24

II.7.4 Untuk Tanaman Lainnya ........................................

24

Prinsip Proses Pengkomposan ............................................

25

II.8.1 Mikrobiologi

yang

Mempengaruhi

Proses

Pengkomposan .......................................................
II.9

25

Standar Kualitas Kimia pada Komposting dengan Metode
Biasa ..................................................................................

27

II.9.1 Standar Kualitas Kompos .......................................

27

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

BAB III METODE PENELITIAN
III.1 Bahan yang Digunakan .......................................................

28

III.2 Alat yang Digunakan ..........................................................

28

III.3 Variable Penelitian .............................................................

29

III.3.1

Variable Peubah ...................................................

29

III.3.2

Variable Tetap ......................................................

29

III.4 Prosedur Kerja ....................................................................

29

III.4.1

Proses Komposting ...............................................

30

III.5 Kerangka Penelitian ...........................................................

33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pengaruh Banyaknya Volume Mikroorganisme Terhadap
Kualitas Kimia Kompos .....................................................
IV.1.1

Pengaruh Banyaknya Volume Mikroorganisme
terhadap Nilai Karbon Organik (C) .......................

IV.1.2

36

Pengaruh banyaknya Volume Mikroorganisme
terhadap Nilai Kalium (K) ....................................

IV.1.5

35

Pengaruh Banyaknya Volume Mikroorganisme
terhadap Nilai Phosfor (P) ....................................

IV.1.4

34

Pengaruh Banyaknya Volume Mikroorganisme
terhadap Nilai Nitrogen (N) ..................................

IV.1.3

34

37

Pengaruh Banyaknya Volume Mikroorganisme
terhadap Nilai C/N Rasio pada Masing-masing
Waktu Komposting ..............................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

38

vi

IV.2 Pengaruh Waktu (T) Pengomposan terhadap Nilai C
Organik, N, P, K dan C/N RASIO ......................................
IV.2.1

Pengaruh Waktu (T) Pengomposan terhadap Nilai
Karbon Organik (C)..............................................

IV.2.2

41

Pengaruh Waktu (T) Pengomposan terhadap Nilai
Kalium (K) ...........................................................

IV.2.5

40

Pengaruh Waktu (T) Pengomposan terhadap Nilai
Phosfor (P) ...........................................................

IV.2.4

39

Pengaruh Waktu (T) Pengomposan terhadap Nilai
Nitrogen (N).........................................................

IV.2.3

39

42

Pengaruh Waktu (T) Pengomposan terhadap Nilai
C/N Rasio.............................................................

IV.3 Pengaruh

Komposting

Metode

Dual Tray

43

Apabila

Dibandingkan dengan Komposting Biasa (One Tray)
terhadap Kualitas Kimia Kompos yang Dihasilkan .............
BAB V

44

KESIMPULAN DAN SARAN
V.1

Kesimpulan ........................................................................

46

V.2

Saran ..................................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5

Kondisi optimum proses pengkomposan ..................................

Tabel 3.5

Jumlah dosis pemakaian aktivaktor dan waktu uji pada Proses
komposting ..............................................................................

17

32

Tabel 4.1.1 Pengaruh banyaknya volume mikroorganisme terhadap nilai C
organik ....................................................................................

34

Tabel 4.1.2. Pengaruh banyaknya volume mikroorganisme terhadap nilai N
(Nitrogen) ................................................................................

36

Tabel 4.1.3 Pengaruh banyaknya volume mikroorganisme terhadap nilai P
(Phosfor)..................................................................................

37

Tabel 4.1.4 Pengaruh banyaknya volume mikroorganisme terhadap nilai K
(Kalium) ..................................................................................

39

Tabel 4.3.1 Kualitas kimia kompos organik dengan metode (one tray)
dengan waktu kematangan kompos 30 hari ..............................

44

Tabel 4.3.2 Kualitas kimia kompos organik dengan metode dual tray
dengan waktu kematangan kompos 10 hari ..............................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

44

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6.1 Mikroorganisme yang terkandung dalam Bio HS ...............

22

Gambar 2.8.1 Fungi..................................................................................

26

Gambar 2.8.2 Bakteri ...............................................................................

26

Gambar 2.8.3 Protozoa .............................................................................

26

Gambar 3.4.1 Prosedur Kerja ...................................................................

31

Gambar 3.4.2 Skema Proses Komposting .................................................

31

Gambar 3.4.3 Aktivator EM 16 kemasan ..................................................

32

Gambar 3.4.4 Aktivator EM 4 ..................................................................

32

Gambar 3.4.5 Bak Komposter Berpori......................................................

32

Gambar 4.1.1 Hubungan antara banyaknya volume mikroorganisme
terhadap nilai karbon organik (%) ......................................

34

Gambar 4.1.2 Hubungan antara banyaknya volume mikroorganisme
terhadap nilai nitrogen (%) .................................................

35

Gambar 4.1.3 Hubungan antara banyaknya volume mikroorganisme
terhadap nilai phospor (%)................................................

36

Gambar 4.1.4 Hubungan antara banyaknya volume mikroorganisme
terhadap nilai kalium (%) ...................................................

37

Gambar 4.1.5 Hubungan antara banyaknya volume mikroorganisme
terhadap nilai C/N rasio (%) ...............................................

38

Gambar 4.2.1 Hubungan lama waktu (T) pengomposan terhadap nilai
karbon organik (%) ............................................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

39

Gambar 4.2.2 Hubungan lama waktu (T) pengomposan terhadap nilai
nitrogen (%) .......................................................................

40

Gambar 4.2.3 Hubungan lama waktu (T) pengomposan terhadap nilai
phosphor (%) .....................................................................

41

Gambar 4.2.4 Hubungan lama waktu (T) pengomposan terhadap nilai
kalium (%) .........................................................................

42

Gambar 4.2.5 Hubungan lama waktu (T) pengomposan terhadap nilai
C/N (%) .............................................................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

43

ABSTRAK

Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang
serius. Salah satu upaya mengatasi masalah sampah di kota besar adalah dengan
melakukan penekanan pada proses pengomposan. Pengomposan merupakan suatu
teknik pengolahan limbah padat yang mengandung bahan organik biodegradable.
Selain menjadi pupuk organik kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah,
memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta zat
hara lain. Pada umumnya proses pengomposan biasa berlangsung dalam waktu
yang cukup lama sehingga Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk mempercepat
waktu pengomposan serta memperoleh kualitas kimia kompos yang baik dengan
konsentrasi pemakaian aktivator seefisien mungkin. Pada penelitian ini proses
pengomposan dilakukan dalam skala lab menggunakan campuran antara aktivator
EM4 dan Bio Hs dengan metode dual tray (bertingkat) dengan perbandingan
pemakaian aktivator 1:1 dimana variable volume pemakaian aktivator sebesar 60
ml,70 ml, 90 ml, 100 ml serta variable waku yang diteliti selama 5, 10, 15, dan 20
hari dengan proses aerob. Dari hasil analisa diperoleh konsentrasi penggunaan
aktivator 100 ml efektif untuk menurunkan C/N RASIO (tingkat kematangan
kompos) dari konsentrasi C/N RASIO awal 58 turun menjadi 10 pada lama waktu
pengomposan 10 hari dengan kadar C organik (37.11), nilai N (3.42), nilai K
(1.17) dan nilai P (9.2). Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh cukup
bagus. Karena sudah memasuki standar SNI 19-7030-2004

Kata kunci : Kompos, kombinasi EM4 dan Bio Hs, dual tray (bertingkat), aerob.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

x

ABSTRACT

Trash is one of problems needed to get the serious attention. One of efforts to
tackle the trash problem in large city is by making emphasize on the composting
process. Composting is a processing technique of solid waste containing
biodegradable organic matter. In addition to be the organic fertilizer, compost
may also capable to repair the structure of land, increase land capability in
absorp water and retain water and other utritional substances. In general, the
composting process commomly takes place within the quite long time, thus the
Purpose of this Research was intended to accelerate the composting time and to
obtain the good compost chemical quality with the activator use concentration as
efficient as possible. In this research the Composting Process was conducted in
the lab scale using the mixture between the EM4 activator and Bio Hs by the dual
tray (staged) method with the proportion of activator use 1 : 1 in which the
activator use volumes variable were as much as 60 ml, 70 ml, 90 ml, 100 ml and
the times variable researched were 5, 10, 15, and 20 days with the aerobic
process. Of the analysis results obtained the activation use concentration of 100
ml was effective to lower the C/N RATIO (compost maturity level) from the initial
C/N RATIO concentration of 58 dropped to 10 in the composting time length of 10
days with the contents of organic C (37.11), N value (3.42), K value (1.17) abd P
value (9.2). This case indicated that the obtained results were good enough. Due
to it has already entered in the SNI standard 19-7030-2004.

Key words: Compost, EM4 and Bio Hs combination, dua tray (staged), aerobic.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian

yang serius. Data dari Dinas Kebersihan Kota Surabaya saja masalah sampah dari
tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah
penduduk. Permasalahan yang saat ini dialami oleh pemerintah Kota Surabaya
adalah tata cara pengelolaan sampah dari sumber sampah awal hingga
ke pembuangan akhir. Tingginya volume sampah harian di kota Surabaya
berpengaruh terhadap kuota tampung di TPA yang sudah melebihi batas
maximum. Anonim, (2010). Pertambahan jumlah penduduk dan kebutuhan akan
barang hasil produksi yang pesat juga menjadi faktor utama yang mendasari
kenaikan volume sampah dan berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah
yang di hasilkan. Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama
antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju perubahan sikap,
perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan. Sebagai upaya menggugah
kepedulian dalam penanganan permasalahan lingkungan, khususnya persampahan
serta untuk menciptakan kualitas lingkungan pemukiman yang bersih dan ramah
lingkungan maka, harus dilakukan perubahan. Bila terjadi keselarasan antara
pemerintah dan masyarakat bukan tidak mungkin masalah sampah ini akan
selesai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Salah satu upaya mengatasi masalah sampah di Kota Surabaya adalah
dengan melakukan penekanan pada proses pengkomposan .Anonimous, (2010)
proses pengkomposan yang paling sederhana dengan memisahkan sampah
organik dan anorganik memerlukan sosialisasi yang intensif dari pemerintah
kepada masyarakat. Pengkomposan merupakan suatu teknik pengolahan limbah
padat yang mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan
mikroorganisme). Selain menjadi pupuk organic kompos juga dapat memperbaiki
struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan
air serta zat hara lain. Pengkomposan alami akan membutuhkan waktu lama yaitu
2 – 3 bulan bahkan 6 – 12 bulan. Pengkomposan dapat berlangsung dengan
fermentasi yang lebih cepat dengan bantuan aktifator kusumayati, (2004).
Effective Microorganisme (EM 4) dan Bio HS merupakan Aktivator yang dapat
membantu mempercepat proses pengkomposan dan bermanfaat meningkatkan
unsure hara kompos. Dari penjelasan tersebut maka timbul gagasan adanya
penelitian pengkomposan sampah kota dengan kombinasi

EM4 dan Bio HS

tersebut guna mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas kompos yang dihasilkan
serta bahan kompos optimal yang dapat diaplikasikan di TPA regional. Melalui
pengkomposan sampah kota menggunakan kombinasi aktifator EM4 dan Bio HS
diharapkan dapat menjadi alternatif dalam mengurangi volume sampah yang
masuk ke TPA, meningkatkan kualitas produk kompos sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan memberikan nilai ekonomis melalui
sampah kota organic melalui penjualan kompos yang dihasilkan. Penentuan
perbandingan antara sampah kota organic dengan kotoran sapi ditentukan dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

rumus, Prasetyo (2008) agar diperoleh rasio C/N standart pengkomposan berikut
kisaran kelembaban (kadar air) standart untuk proses pengkomposan dengan
perbandingan komposisi antara sampah kota organik dengan serbuk gergaji sesuai
dengan jumlah timbulan sampah asli di lapangan (TPA regional).

I.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, muncul pertanyaan penelitian sebagai rumusan

masalah (research question) sebagai berikut :
- Seberapa besar pengaruh prosess komposting terhadap pendegradasian kuota
sampah yang kian signifikan

I.3

Tujuan Penelitian

Tujuan :
- Uji efektifitas serta konsentrasi dari kombinasi aktivaktor EM4 dan Bio HS
apabila diaplikasikan pada

proses komposting dengan metode dual tray

(bertingkat)

I.4

Manfaat Penelitian

1. Mempercepat waktu proses komposting sampah.
2. Hasil akhir pada kualitas kompos yang dihasilkan dapat maksimal dan efektif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

II.1

Gambaran Umum Sampah
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis
(karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat
Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga,
pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan. Perkembangan dan
pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan mengakibatkan daerah
pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut
menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah
selain aktivitas penduduk antara lain adalah : jumlah atau kepadatan penduduk,
sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan waktu, kebiasaan
penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi. Nuryanto.,(2008)
Ciri-ciri yaitu :
a. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi
(barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.
b. Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada
harganya.
c. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan
banyak masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan. Jenis

4
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Sampah dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu sampah perkotaan, sampah industri dan
sampah berbahaya. Dari pembagian jenis sampah tersebut dapat di peroleh
bagaimana cara perlakuan terhadap masing masing jenis sampah tersebut dan
bagaimana penanganan yang tepat.

II.2

Macam-Macam dan Karakteristik Sampah
Penggolongan sampah ini dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu

didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat
danjenisnya. Penggolongan sampah seperti itu penting sekali diketahui dan
diadakan, selain untuk mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga
sebagai dasar penanganan dan pemanfaatan sampah.
II.2.1 Penggolongan sampah berdasar kan asalnya
Sampah dapat dijumpai disegala tempat dan hampir disemua kegiatan.
Berdasarkan asalnya, maka dapat digolongkan sampah-sampah sebagai berikut :
a. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini adalah
sampah dari asrama rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.
b. Sampah dari hasil kegiatan industri atau pabrik.
c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian.

Kegiatan pertanian

meliputi

perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sampah dari kegiatan
pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.
d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan sampah
toko.
e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

II.2.2 Penggolongan sampah berdasar kan komposisinya
Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang
sama, sehingga komponen-komponen penyusunan juga akan sama. Misalnya
sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam atau daun-daunan saja. Setidak
tidaknya apabila tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar
komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan komposisinya, sampah
dibedakan menjadi dua macam :
a. Sampah yang seragam; sampah dari kegiatan industri pada umumnya
termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas
kertas, karton, kertas karbon, dan masih dapat digolongkan dalam golongan
sampah yang seragam.
b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari
pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.
II.2.3 Penggolongan sampah berdasar kan bentuknya
Sampah dari rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisa-sisa air
pencuci, sisa-sisa makanan yang bentuknya berupa cairan atau seperti bubur.
Sedangkan beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap air, debu, atau
sampah berbentuk padatan.
Dengan demikian berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu
a. Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng,
plastik.
b. Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bahan
cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga yang berbentuk cair atau
bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu sampah dari pabrik gula tebu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan gas-gas
lainnya.
II.2.4 Penggolongan sampah berdasar kan lokasinya
Baik di kota atau di luar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuktumpuk. Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah, dapat dibedakan :
Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar.
Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah di luar perkotaan,
misalnya di desa, di daerah permukaan, di pantai.
II.2.5 Penggolongan sampah berdasar kan proses terjadinya
Berdasarkan proses terjadinya, dibedakan antara :
a. Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami, misalnya
rontoknya daun-daunan di pekarangan rumah.
b. Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan-kegiatan
manusia.
II.2.6 Penggolongan sampah berdasar kan sifatnya
Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan yaitu :
a. Sampah organik, yang terdiri dari atas daun-daunan, kayu, kertas, karbon,
tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah. Sampah organik adalah sampah
yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun
oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah
didegradasi oleh mikrobia.
b. Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi dan logam lainnya,
gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak dapat tersusun oleh senyawasenyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikrobia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

II.3

Penggolongan Sampah Berdasar kan J enisnya
Berdasarkan atas jenisnya, sampah dapat digolongkan menjadi sembilan

golongan, yaitu :
a. Sampah makanan (sisa-sisa makanan termasuk makanan ternak )
b. Sampah kebun atau pekarangan
c. Sampah kertas
d. Sampah plastik
e. Sampah kain
f. Sampah kayu
g. Sampah logam
h. Sampah gelas dan keramik
Sampah berupa abu dan debu yang dimaksud karakteristik sampah adalah
sifat-sifat sampah yang meliputi sifat-sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Kalau
ditinjau secara fisis, adalah sukar untuk memerinci sifat-sifat sampah, terutama
sampah yang berbentuk padatan. Ini disebabkan sampah padatan selalu tidak
homogen. Lain halnya dengan sampah berbentuk cairan lebih mudah diadakan
identifikasi sifat-sifat fisisnya. Demikian juga apabila diadakan peninjauan
biologis. Sedemikian jauh masih sedikit atau boleh dikatakan belum ada
keterangan tentang sifat-sifat fisis dan biologis sampah, baik yang padatan
maupun yang cairan. Sedangkan hasil-hasil penelitian yang menguntungkan sifat
kimiawi sampah juga masih jarang dijumpai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

II.3.1 Sampah per kotaan
Sampah perkotaan terdiri dari berbagai jenis, yaitu :
a. Sampah organik
b. Sampah non organik
c. Sampah debu dan residu
d. Sampah jalan
e. Sampah kontruksi
Sampah organik terdiri dari sampah berupa sayuran, buah-buahan, dan sisa
dari pemotongan hewan di pasar tradisional, aktivitas memasak dan aktivitas
makan. Sifat dari sampah organik sangat mudah membusuk dan memiliki kadar
yang tinggi. Sampah non organik merupakan sampah yang memiliki ciri tidak
membusuk. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua yaitu sampah non organik yang
mudah terbakar. Sampah non organik yang mudah terbakar adalah sampah kertas,
kardus, plastik, textil, karet, kulit, kayu, dan furniture. Sedangkan untuk sampah
non organik yang tidak mudah terbakar adalah gelas, tembikar, keramik dan
kaleng. Sampah debu dan residu merupakan sampah sisa hasil pembakaran kayu,
batubara, batu kapur, dan sebagainya. Residu dari pembangkit listrik seperti
PLTU tidak termasuk dalam kategori ini. Sampah jalanan terdiri dari sampah yang
ditemukan dari aktivitas penyapuan jalanan yang umumnya berupa dedaunan,
kotoran, buangan sampah dari kendaraan, puntung rokok, dan sampah lainnya
yang ditemukan di jalan. Sampah kontruksi merupakan sampah hasil dari aktivitas
kontruksi, remodeling, rehabilitas dan pemeliharaan bangunan kontruksi.
Biasanya sampah jenis ini lebih berupa bebatuan, beton, batu bata, batako, kayu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

plester, papan triplek, plumbing, genteng, eternity, sisa bagian dari kabel, pipa dan
sebagainya.
II.3.2 Sampah industri
Sampah industri merupakan sampah yang berasal dari sisa aktivitas dari
industri. Biasanya sampah industri berupa sisa bahan baku, pembungkus, bahan
kimia, sampah kebun dan sisa makanan.
II.3.3 Sampah berbahaya
Sampah berbahaya merupakan sampah yang memerlukan penanganan
tersendiri. Sampah berbahaya memiliki sifat : mudah menyala, korosif, reaktif dan
beracun. Sampah berbahaya ini dikategorikan menjadi lima yaitu : bahan radio
aktif, bahan kimia, sampah biologi, sampah lahan yang mudah terbakar, dan
bahan yang mudah meledak. khususnya mengenai sampah ini dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan lingkungan, kesehatan dan keamanan, serta pencemaran.
Inayah, (2009). Gangguan tersebut dapat disebutkan sebagai berikut ;
a. Sampah dapat menimbulkan pencemaran atau pengotoran. Pencemaran dapat
berupa udara yang kotor karena mengandung gas-gas yang terjadi dari
perombakan sampah, bau yang tidak sedap, daerah yang becek dan kadangkadang berlumpur lebih-lebih apabila musim hujan.
b. Sampah bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi physicochemis yang
tidak sesuai dengan lingkungan yang normal. Biasanya dapat kenaikan suhu
dan perubahan PH menjadi terlalu asam atau terlalu basah. Keadaan demikian
akan menyebabkan terganggunya kehidupan di lingkungan sekitarnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

c. Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah. Keadaan ini
disebabkan karena selama proses perombakan sampah menjadi senyawasenyawa sederhana diperlukan oksigen yang diambil dari udara di sekitarnya.
Karena kekurangan oksigen kehidupan flora dan fauna menjadi terdesak.
Beberapa jenis tanaman, hewan-hewan dan ikan akan menjadi mati. Sehingga
akan mengganggu ekologi daerah di sekitar sampah. Apabila hal tersebut
dibiarkan terus-menerus, dapat terjadi akibat yang lebih parah, misalnya tanah
menjadi gersang (kurus).
d. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi sampah dapat membahayakan
kesehatan dan bahkan kadang-kadang beracun serta dapat mematikan.
e. Berbagai penyakit dapat timbul dari sampah. Penyakit ini dapat ditularkan
oleh lalat atau serangga lainnya, binatang-binatang seperti tikus dan anjing.

II.4

Timbulan Sampah Negara-negara Ber kembang
Tingkat timbunan sampah di negara-negara berkembang rata-rata masih di

bawah negara-negara maju. Timbunan sampah sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan suatu negara dan pola konsumtif, selain jumlah penduduk. Negaranegara berkembang mempunyai pendapatan nasional masih dibawah negaranegara maju, sehingga jumlah timbunan sampah masih dibawah negara-negara
maju. Rata-rata jumlah timbunan sampah sebesar 0,63 kg/kap/hari dan jumlah
penduduk sebesar 5,.04.250 dari 5 (lima) negara berkembang. Kota Surabaya
(Indonesia) menduduki tingkat timbunan sampah tertinggi disbanding dengan
negara-negara berkembang lainnya, bahkan hampir menyamai tingkat timbunan
sampah di negara-negara maju.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

II.4.1 Kondisi sosial dan budaya
Kondisi sosial dan budaya menjadi faktor yang sangat penting untuk
mengetahui kebiasaan dan perilaku masyarakat negara tersebut dalam pengelolaan
sampah. Selain itu, pola konsumtif masyarakat dan gaya hidup masyarakat juga
akan mempengaruhi besarnya timbunan sampah dan komposisi sampah yang
dimiliki. Negara-negara berkembang umumnya memandang sampah sebagai
barang yang sudah tidak berguna dan tidak mereka inginkan, sehingga tindakan
yang mereka lakukan adalah membuangnya. Persoalan muncul ketika setiap orang
memperlakukan sampah sesuai dengan pemahaman

mereka masing-masing,

misalnya dengan meninggalkan atau membuang sampah di sembarang tempat
yang mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan kumuh. Sebagian lagi
membuang sampah ke selokan atau sungai, yang mengakibatkan pendangkalan
dan penyumbatan saluran, yang merupakan salah satu penyebab banjir dan
genangan di daerah perkantoran. Sementara kebiasaan untuk memilih sampah
belum banyak dilakukan, karena tidak mengerti bagaimana cara pengelolaan
sampah yang baik dan benar. Masyarakat India lebih menyukai membuang
sampah di sungai, lahan kosong dan tepi jalan daripada berjalan 100 meter ke
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) dari rumahnya. Masyarakat India
tidak setuju untuk memisahkan sampah, karena membutuhkan banyak waktu dan
merupakan pekerjaan kotor. Nuryanto, (2008). Untuk masyarakat Indonesia,
khususnya masyarakat Kota Depok, 21,74 tidak melakukan pemisahan sampah
dan hanya 8,22% masyarakat yang membawa sampahnya ke TPS. Sudarso,(1985).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

II.4.2 Kondisi tata kota perkotaan di Indonesia
Kondisi perkotaan di Indonesia, khususnya kota-kota besar dibagi menjadi
beberapa area, yaitu kawasan komersial, kawasan pertokoan dan kawasan
perkantoran. Lokasi kawasan industri biasanya berada di luar kota dan kawasan
tersebut biasanya hanya untuk lokasi industri saja, akan tetapi ada sebagian yang
berlokasi di dalam kota. Kawasan industri mempunyai tata letak bangunan yang
sudah didesain berdasarkan konsep industrial

estate, sehingga kawasan ini

mempunyai ciri khas tersendiri. Sudarso,(1985).
Kawasan permukaan di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu kawasan
pemukiman mewah, kawasan pemukiman menengah dan kawasan miskin kota.
Kawasan pemukiman mewah biasanya berupa rumah-rumah tinggal di kota-kota
satelit, kawasan apartemen dan kawasan elit perkantoran, seperti pemukiman
di BSD Lipoo Karawaci, Bukit Sentul, kawasan Menteng serta Pesona Khayangan
dan sebagainya. Untuk kawasan pemukiman ini sudah tersedia lengkap fasilitas
dan infrastruktur pendukung, seperti pusat perbelanjaan, kantor pertokoan internet
dan sebagainya. Perencanaan tata letaknya pun menganut system barat, sehingga
lebih tertata.
Kawasan pemukiman menengah biasanya berupa rumah-rumah penduduk
dengan luas bangunan kurang lebih 70 – 45 m2. Biasanya perumahan ini dapat
dijumpai pada perumahan-perumahan (non real estate) dan rumah-rumah di tepian
kota. Pemukiman kelas menengah ini tidak didukung fasilitas dan infrastruktur
pendukung seperti pada pemukiman mewah, akan tetapi masih mendapat
pelayanan infrastruktur dasar, seperti telepon, listrik, sampah dan air minum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Kawasan pemukiman miskin kota mempunyai ciri khas yaitu kawasan
pemukiman ini sangat padat, biasanya sebagian besar bangunan pemukiman
tersebut non permanen dan sisanya permanen. Begitu padatnya kawasan ini, akses
atau jalan masuk ke kawasan ini tidak dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat.
Pelayanan infrastruktur yang didapatkan hanya pelayanan listrik, akan tetapi
itupun hanya sebagian. Sudarso,(1985).

II.5

Proses Pengkomposan
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah

organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia
menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari
sampah tersebut dapat digunakan kembali. Yuwono.,(2006). Menurut Sulistryoni
(2005), sampah organik di bedakan menjadi sampah organik yang mudah
membusuk (misalnya sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah
organic yang tidak mudah membusuk (misal: plastik dan kertas). Kegiatan atau
aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir.
Oleh karena itu diperlukan system pengelolaan sampah yang baik.
Sementara itu, penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal
pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benarbenar aman . Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secara preventive, yaitu
memanfaatkan sampah salah satunya seperti usaha pengomposan. Sulistryoni
(2005).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

II.5.1 Pengkomposan sampah
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan -bahan
hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat
proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa
ditambahkan pupuk buatan pabrik,seperti urea. Sampah kota bisa juga digunakan
sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah
kota harus terlebih dahulu dipilah-pilah, kompos yang rubbish harus dipisahkan
terlebih dahulu. Jadi yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyalah
sampah-sampah jenis garbage saja. Sulistryoni (2005).
Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada
proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara
pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Kompos dapat
digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun
tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah,
maka sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapat ditingkatkan.
Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka
maka kesuburan tanah akan menurun.
Oleh karena itu, untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburannya
maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos. Menurut Yuwono ,(2006)
banyak faktor yang mempengaruhi proses pembuatan kompos, baik biotik
maupun abiotik. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Pemisahan bahan: bahan-bahan yang sekiranya lambat atau harus
dipisahkan, baik yang berbentuk logam, batu, maupun plastik. Bahkan, bahan-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

bahan tertentu yang bersifat toksik serta dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari dalam timbunan bahan, misalnya
residu pestisida.
b. Bentuk bahan : semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan
baik pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil
dan homogen, lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi
aktivitas mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula terhadap
kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang
dihasilkan.
c. Nutrien : untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan
sumber nutrien Karbohidrat, misalnya antara 20% – 40% yang digunakan
akan diasimilasikan menjadi komponen sel dan CO2, kalau bandingan sumber
nitrogen dan sumber Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N-rasio) =
10 : 1. Untuk proses pengomposan nilai optimum adalah 25 : 1, sedangkan
maksimum 10 : 1
d. Kadar air bahan tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, misalnya, kadar
air optimum di dalam pengomposan bernilai antara 50 – 70, terutama selama
proses fasa pertama. Kadang-kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan
bisa bernilai sampai 85%, misalnya pada jerami. Disamping persyaratan di
atas, masih diperlukan pula persyaratan lain yang pada pokoknya bertujuan
untuk mempercepat proses serta menghasilkan kompos dengan nilai yang
baik, antara lain, homogenitas (pengerjaan yang dilakukan agar bahan yang
dikomposkan selalu dalam keadaan homogen), aerasi (suplai oksigen yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

baik agar proses dekomposisi untuk bahan -bahan yang memerlukan), dan
penambahan starter (preparat mikroba) kompos dapat pula dilakukan,
misalnya untuk jerami. Agar proses pengomposan bisa berjalan secara
optimum, maka kondisi saat proses harus diperhatikan. Kondisi optimum
proses pengomposan bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.5 Kondisi optimum proses pengkomposan
PARAMETER

NILAI

C/N – RASIO BAHAN

30 – 35: 1

C/P - RASIO BAHAN

75 – 150 : 1

Bentuk/ukuran materi 1,3 – 3,3,cm untuk proses pabrik
dan untuk proses biasa sederhana

3,3 – 7,6 cm

Kadar air bahan

50 – 60%
3

Aerasi 0,6 – 1,8 m udara/hari/kg bahan selalu proses
termofilik, sedang untuk proses selanjutnya makin
berkurang
Tempratur Maksimum
Sumber: Unus, (2002)

55oC

II.5.2 Bahan baku kompos sampah
Proses pengomposan atau membuat kompos adalah proses biologis karena
selama proses tersebut berlangsung, sejumlah jasad hidup yang disebut mikroba,
seperti bakteri dan jamur, berperan aktif. Yuwono ,(2006). Dijelaskan lebih lanjut
agar peranan mikroba di dalam pengolahan bahan baku menjadi kompos berjalan
secara baik, persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi :
a. Kadar air bahan baku : daun-daun yang masih segar atau tidak kering, kadar
airnya memenuhi syarat sebagai bahan baku. Dengan begitu, daun yang sudah
kering, yang kadar airnya juga akan berkurang, tidak memenuhi syarat.
Hal tersebut harus diperhatikan karena banyak pengaruhnya terhadap kegiatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

mikroba dalam mengolah bahan baku menjadi kompos. Seandainya sudah
kering, bah an baku tersebut harus diberi air secukupnya agar menjadi lembab.
b. Bandingan sumber C (Karbon) dengan N (zat lemas) bahan bandingan ini
umumnya disebut rasio/bandingan C/N. dengan bandingan tersebut proses
pengomposan berjalan baik dengan menghasilkan kompos bernilai baik pula,
paling tinggi 30, yang artinya kandungan sumber C berbanding dengan
kandungan sumber = 30 : 1. Sebagai contoh, kalau menggunakan jerami
sebagai bahan baku kompos, nilai rasio C/N -nya berkisar 15 – 25, jadi terlalu
rendah. Karena itu, bahan baku tersebut harus dicampur dengan benar agar
nilai rasio C/N-nya berkisar 30.
c. Misalnya, lima bagian sampah yang terdiri atas daun-daunan dari pekarangan
dicampur dengan dua bagian kotoran kandang, akan mencapai nilai rasio C/N
mendekati 30, atau lima bagian sampah tersebut dicampur dengan lumpur
selokan (lebih kotor akan baik) sebanyak tiga bagian, juga akan mencapai
rasio C/N sekitar 30. Sementara itu, untuk jerami, lima bagian jerami harus
ditambah dengan tiga bagian kotoran kandang, atau kalau tidak ada
dengan empat bagian Lumpur sedotan sehingga nilai rasio C/N-nya akan
mendekati 30.
II.5.3 Tempat pengkomposan
Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan
rumah) yang dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. Yuwono (2006).
Dengan demikian, bentuk tempat pengomposan dapat bermacam-macam, antara
lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

a. Berbentuk lubang dengan ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 2,5 x 1 x1 m
(panjang, lebar, dan tinggi), bisa lebih, bisa juga kurang, tergantung kepada
lahan yang dapat digunakan sebagai tempat pembuatan kompos, serta bahan
baku yang akan dibuat atau diproses. Bentuk lubang mudah dibuat. Selain itu,
setiap bahan baku yang akan dimasukkan hanya tinggal dijatuhkan
kedalamannya. Namun, kejelekan dari tempat berbentuk lubang ini ialah kalau
musim hujan akan tergenang air sehingga proses pengomposan akan
terhambat. Tambahan pula, bahan sukar untuk dicampurkan sampai merata.
b. Berbentuk bak, baik dengan dinding yang terbuat dari batu bata (tembok), dari
bambu, dari kayu ataupun dari bahan-bahan lainnya. Kebaikan dari tempat ini
ialah mudah untuk mencampurkan bahan, tidak tergenang air di musim hujan.
Adapun kejelekannya, memerlukan biaya yang cukup mahal untuk membuat
dinding.

II.6

Penggunaan Effective Microorganisms (EM4) Dalam Pengkomposan
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam

medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari
mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Sugihmoro ,(1994).
Adapun jenis mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain :
Lactobacillus

sp.,

Khamir,

Actinomycetes,

Streptomyces.

Selain

memfermentasikan bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4 merangsang
perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan bagi kesuburan
tanah dan bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, pelarut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

fosfat dan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman.
EM4 dapat digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat proses
dekomposisi sampah organik. Setyowati, (2008).
Setiap bahan organik akan terfermentasi oleh EM 4 pada suhu 40 – 50oC.
Pada proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam
laktat, asam amino, dan senyawa organic lainnya serta melarutkan unsur hara
yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh
tanaman. Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gas yang
berbau busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik untuk
berkembang biak di sana. Kusumayati,(2004)
II.6.1 Penggunaan Bio HS
Kandungan mikroo