PWJ Janji Ngadu ke Gubernur.
Pikiran Rakyat
o Senin . Selasa0 Rabuo
4
123
17
18
OJan
19
OPeb
5
20
6
21
7
22
8
23
Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Mlnggu
9
o Mar OApr o Me; OJun
24
(!!)25
OJul
11
12
26
13
27
0 Ags OSep
14
28
OOkt
15
29
8Nov
16
30
ODes
P erjuangan Para
Pahlawan Antikorupsi
Oleh RENA YULIA
'U{A para pejuang yang
melawan penjajah pada
10 November 1945 disebut pahlawan kemerdekaan,
pantaslah rasanya jika Polri,
kejaksaan, KPK, dan seluruh lapisan masyarakat yang berjuang memberantas korupsi disebut pahlawan antikorupsi. Penegakan hukum terhadap kasus korupsi mulai JI1enemukan
titik terang setelah berdirinya
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Satu demi satu, koruptor berjatuhan masuk ke
dalam penjara. Masyarakat
angkat topi terhadap KPK
Namun, keberhasilan KPK
dalam memberantas korupsi
diuji, hingga salah satu pimpinan KPKpun terjebak dalam dugaan kasus pembunuhan yang
dibumbui perselingkuhan. Pencarian koruptor seolah-olah
berhenti. Pergantian sejumlah
pimpinan KPK menjadikan
konfJik baru yang mengawali
pengobok-obokan
institusi
KPK sendiri. Testimoni, rekayasa, rekaman hingga berujung
pada kriminalisasi KPK
Selama ini, KPK yang wewenangnya memberantas korupsi
selalu menegakkan hukum tanpa pandang bulu, termasuk
melakukan penyeli~
terha-
J
Kllplng
dap petinggi Polri terkait dengan kasus korupsi. Penyelidikan pun dimulai dengan penyadapan. Penyadapan itulah yang
memunculkan istilah cicak vs
buaya.
Qpini masyarakat pun berkembang. Penahanan pimpinan KPK disebut-sebut sebagai
upaya mengkriminalisasikan
KPK Padahal, kriminalisasi
mengandung arti suatu perbuatan yang tadinya bukan perbuatan pidana menjadi perbuatan pidana. Jika diartikan secara letterlijk, kriminalisasi
KPK mengandung arti menjadikan KPK sebagai sebuah perbuatan yang tadinya bukan tindak pidana sekarang menjadi
tindak pidana. KPK adalah sebnah lembaga bukan perbuatan. Apakah mungkin bisa dikriminalisasikan.
Kriminalisasi yang terjadi di
dunia hukum tidak berjalan dengan sendirinya. Ada proses
yang harus dilalui. Tahapan pertama, suatu perbuatan yang
akan dikriminalisasikan haruslah perbuatan yang memang dianggap meresahkan oleh masyarakat. Setidaknya perbuatan tersebut sudah melanggar normanorma di. dalam masyarakat.
Hanya saja belum-,diatur dalam
-:;;.,
Hum as
Un pad
2009
31
peraturan penmdang-undangan.
Tahap kedua, perbuatan tersebut diakomodasi untuk masuk dalam draf perundang-undangan. Proses di sini pun tidaklah sebentar. Butuh waktu
yang lama untuk menjadikan
suatu perbuatan diatur dalam
perundang-undangan
karena
UU yang baik harus dibentuk
dengan memperhatikan unsur
sosiologis, filosofis, dan yuridis.
Tahap ketiga, UU tersebut
dilegalisasi dengan disahkan
oleh pemerintah atas persetujuan badan legislatif, selanjutnya dimuat dalam lembaran
negara supaya diketahui oleh
umum. Dari situlah akan berlaku rechtfict'ie.
Polisi & masyarakat
Kata kriminalisasi, diakui
atau pun tidak, telah menyudutkan citra kepolisian. Padahal, jauh sebelum KPK terbentuk, kepolisian dan kejaksaan
telah melakukan berbagai perjuangan untuk melawan korupsi. J asa polisi dan jaksa dalam
memberantas korupsi menjadi
tidak terlihat. Semua tertutupi
dengan konfJik kriminalisasi
yang terjadi.
Masyarakat seakan tidak percaya terhadap polisi. Semua
penjelasan yang diberikan polisi
dianggap pembenaran semata.
penegakan hukum terhadap kasus korupsinya pun menjadi bi-
~,
ranya upaya penal dan nonpenal. Namun upaya penal dan
nonpenal dalam pelaksanaannyahams salingmenunjang,tidak bisa dilaksanakan secara
as. Pengusutan kasus korupsinya tidak lagi menjadi yang utama. Semua malah bennuara pada konflik anWpenegak hukum.
Padahal, Polri dan KPK adalah
aparatur penegak hukum yang
memiliki tugas dan wewenang
untuk sarna-sarna menegakkan
hukum di negeri ini, tennasuk
memberantas korupsi. Pembagianwewenang dalarn memberantas korupsi di antara keduanya pun telah jelas.
Kini, sinergitas antara Polri
dan KPK maupun kejaksaan
merupakan harga mutlak dalarn agenda pemberantasan korupsi. Jika tidak ada sinergitas
maka akan muncul berbagai
kerugian. Di antaranya sulit untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan masing-masing inc
stansi. Kesulitan dalarn memecahkan masalah yang dihadapi
,
parsial. Keterbatasari upaya penal hams ditunjang oleh upaya
nonpenal.
Upaya nonpenal yang paling
strategis adalah segala upaya untuk menja~
masyarakat sebagai lingkungan sosial dan lingkungan hidup yang sehat secara
materiil dan imateriil dari faktorfaktor kriminogen. lni berarti,
masyarakat dengan seluruh potensinya hams dijadikan sebagai
faktor antikriminogen yang merupakan bagian integral dari keseluruhan politik kriminal.
Dalam memberantas korupsi, kini, masyarakat sudah arnbil bagian menjadi pejuang antikorupsi. Berbagai demonstrasi yang menyuarakan antikorupsi pun digelar. Kinelja aparat penegak hukum dinilai dan
diawasi. Bahkan masyarakat
dengan gagah dan berani pasang badan demi memberantas
korupsi di negeri ini.
Semoga peljuangan melawan korupsi tidak akan berhenti. Selarnat Rari PahlawaQ.***
dan ketidakjelasan dari wewenang yang berdampak pada
efektivitas penegakan hukum.
Peran serta masyarakat dalarn
menegakkan hukum tentu sangat dibutuhkan. Penegakan
hukum yang baik adalah penegakan hukum yang dilakukan
secara objektif dan tidak memihak serta memperhatikan dan
mempertimbangkan secara seksarna nila-nilai yang hidup dan
berkembang dalarn masyarakat.
Secara nyata, penegakan hukum itu dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Di anta-
-
Penulis, dosen Hukum Pidana dan Kriminologi Fakultas Hukum Unisba, Mahasiswa Program Doktor [lmu Hukum.Unpad.
-~
~-
I
o Senin . Selasa0 Rabuo
4
123
17
18
OJan
19
OPeb
5
20
6
21
7
22
8
23
Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Mlnggu
9
o Mar OApr o Me; OJun
24
(!!)25
OJul
11
12
26
13
27
0 Ags OSep
14
28
OOkt
15
29
8Nov
16
30
ODes
P erjuangan Para
Pahlawan Antikorupsi
Oleh RENA YULIA
'U{A para pejuang yang
melawan penjajah pada
10 November 1945 disebut pahlawan kemerdekaan,
pantaslah rasanya jika Polri,
kejaksaan, KPK, dan seluruh lapisan masyarakat yang berjuang memberantas korupsi disebut pahlawan antikorupsi. Penegakan hukum terhadap kasus korupsi mulai JI1enemukan
titik terang setelah berdirinya
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Satu demi satu, koruptor berjatuhan masuk ke
dalam penjara. Masyarakat
angkat topi terhadap KPK
Namun, keberhasilan KPK
dalam memberantas korupsi
diuji, hingga salah satu pimpinan KPKpun terjebak dalam dugaan kasus pembunuhan yang
dibumbui perselingkuhan. Pencarian koruptor seolah-olah
berhenti. Pergantian sejumlah
pimpinan KPK menjadikan
konfJik baru yang mengawali
pengobok-obokan
institusi
KPK sendiri. Testimoni, rekayasa, rekaman hingga berujung
pada kriminalisasi KPK
Selama ini, KPK yang wewenangnya memberantas korupsi
selalu menegakkan hukum tanpa pandang bulu, termasuk
melakukan penyeli~
terha-
J
Kllplng
dap petinggi Polri terkait dengan kasus korupsi. Penyelidikan pun dimulai dengan penyadapan. Penyadapan itulah yang
memunculkan istilah cicak vs
buaya.
Qpini masyarakat pun berkembang. Penahanan pimpinan KPK disebut-sebut sebagai
upaya mengkriminalisasikan
KPK Padahal, kriminalisasi
mengandung arti suatu perbuatan yang tadinya bukan perbuatan pidana menjadi perbuatan pidana. Jika diartikan secara letterlijk, kriminalisasi
KPK mengandung arti menjadikan KPK sebagai sebuah perbuatan yang tadinya bukan tindak pidana sekarang menjadi
tindak pidana. KPK adalah sebnah lembaga bukan perbuatan. Apakah mungkin bisa dikriminalisasikan.
Kriminalisasi yang terjadi di
dunia hukum tidak berjalan dengan sendirinya. Ada proses
yang harus dilalui. Tahapan pertama, suatu perbuatan yang
akan dikriminalisasikan haruslah perbuatan yang memang dianggap meresahkan oleh masyarakat. Setidaknya perbuatan tersebut sudah melanggar normanorma di. dalam masyarakat.
Hanya saja belum-,diatur dalam
-:;;.,
Hum as
Un pad
2009
31
peraturan penmdang-undangan.
Tahap kedua, perbuatan tersebut diakomodasi untuk masuk dalam draf perundang-undangan. Proses di sini pun tidaklah sebentar. Butuh waktu
yang lama untuk menjadikan
suatu perbuatan diatur dalam
perundang-undangan
karena
UU yang baik harus dibentuk
dengan memperhatikan unsur
sosiologis, filosofis, dan yuridis.
Tahap ketiga, UU tersebut
dilegalisasi dengan disahkan
oleh pemerintah atas persetujuan badan legislatif, selanjutnya dimuat dalam lembaran
negara supaya diketahui oleh
umum. Dari situlah akan berlaku rechtfict'ie.
Polisi & masyarakat
Kata kriminalisasi, diakui
atau pun tidak, telah menyudutkan citra kepolisian. Padahal, jauh sebelum KPK terbentuk, kepolisian dan kejaksaan
telah melakukan berbagai perjuangan untuk melawan korupsi. J asa polisi dan jaksa dalam
memberantas korupsi menjadi
tidak terlihat. Semua tertutupi
dengan konfJik kriminalisasi
yang terjadi.
Masyarakat seakan tidak percaya terhadap polisi. Semua
penjelasan yang diberikan polisi
dianggap pembenaran semata.
penegakan hukum terhadap kasus korupsinya pun menjadi bi-
~,
ranya upaya penal dan nonpenal. Namun upaya penal dan
nonpenal dalam pelaksanaannyahams salingmenunjang,tidak bisa dilaksanakan secara
as. Pengusutan kasus korupsinya tidak lagi menjadi yang utama. Semua malah bennuara pada konflik anWpenegak hukum.
Padahal, Polri dan KPK adalah
aparatur penegak hukum yang
memiliki tugas dan wewenang
untuk sarna-sarna menegakkan
hukum di negeri ini, tennasuk
memberantas korupsi. Pembagianwewenang dalarn memberantas korupsi di antara keduanya pun telah jelas.
Kini, sinergitas antara Polri
dan KPK maupun kejaksaan
merupakan harga mutlak dalarn agenda pemberantasan korupsi. Jika tidak ada sinergitas
maka akan muncul berbagai
kerugian. Di antaranya sulit untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan masing-masing inc
stansi. Kesulitan dalarn memecahkan masalah yang dihadapi
,
parsial. Keterbatasari upaya penal hams ditunjang oleh upaya
nonpenal.
Upaya nonpenal yang paling
strategis adalah segala upaya untuk menja~
masyarakat sebagai lingkungan sosial dan lingkungan hidup yang sehat secara
materiil dan imateriil dari faktorfaktor kriminogen. lni berarti,
masyarakat dengan seluruh potensinya hams dijadikan sebagai
faktor antikriminogen yang merupakan bagian integral dari keseluruhan politik kriminal.
Dalam memberantas korupsi, kini, masyarakat sudah arnbil bagian menjadi pejuang antikorupsi. Berbagai demonstrasi yang menyuarakan antikorupsi pun digelar. Kinelja aparat penegak hukum dinilai dan
diawasi. Bahkan masyarakat
dengan gagah dan berani pasang badan demi memberantas
korupsi di negeri ini.
Semoga peljuangan melawan korupsi tidak akan berhenti. Selarnat Rari PahlawaQ.***
dan ketidakjelasan dari wewenang yang berdampak pada
efektivitas penegakan hukum.
Peran serta masyarakat dalarn
menegakkan hukum tentu sangat dibutuhkan. Penegakan
hukum yang baik adalah penegakan hukum yang dilakukan
secara objektif dan tidak memihak serta memperhatikan dan
mempertimbangkan secara seksarna nila-nilai yang hidup dan
berkembang dalarn masyarakat.
Secara nyata, penegakan hukum itu dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Di anta-
-
Penulis, dosen Hukum Pidana dan Kriminologi Fakultas Hukum Unisba, Mahasiswa Program Doktor [lmu Hukum.Unpad.
-~
~-
I