Bandung, Kota yang Sakit?

.

~

~
.

17

1

[(OMPAS

2
18

o Jan

3
19


0

0

Senin

Peb

4

0

Selasa

20

5

Mar.


~
21

0

Rabu

7
22

Q Apr 0

0
8
23

Mei

0


Kamis

9

_9Jun

10

.

24

25

Jul

Jumaf

11


0

o Sabfu

12
27

26

Ags

0

13

OSep

Minggu

14

28

15
29

OOkt

ONov

16
30

31

ODes

~

Bandun~ Kotayang Sakit?
=-""--


Oleh

DJOKO

SUBINARTO

eberapa kalangan menilai, kualitas kehidupan
di Kota Bandung dari waktu ke waktu semakin
menurun. Mereka berpendapat, Bandung saat ini
telah menjadi sebuah kota yang sakit Betulkah demikian?
Apa indikatomya?

B

Seperti halnya individu, sebuah
kota memang harus diupayakan
untuk senantiasa sehat. Mengapa?
Kota yang sehat akan menjadi
tempat yang nyaman dan aman

bagiwarganya untuk bekeIja, tinggal, sekiligus menikmati kualitas
kehidupan yang lebihbaik.
Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), kota yang sehat
adalah kota yang senantiasa ternsmenerus menciptakan dan meningkatkan kondisi lingkungan sosial dan kondisi lingkungan fisikke
arah yang semakin baik. Kota tersebut juga terus mengupayakan
perluasan dan pemanfaatan sumber dayanya sehingga memungkinkan segenap warga mampu untuk saling mendukung dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan dalam mengembangkan segenap potensi warga kota secara
maksimal.
Indlkator lingkungan
Aspek lingkungan menjadi salah satu indikator penting untuk
menentukan apakah sebuah kota
sehat atau tidak. Indikator lingkungan ini meliputi antara lain
tingkat polusi lingkungan, persentase luas lahan hijau terbuka dengan luas lahan kota, akses warga
terhadap lahan hijau terbuka, tingkat aktivitas olahraga dan.--~.~..
rekreasi

.

warga, fasilitas bagi pejalan kaki,
fasilitas bagipengguna sepeda dan

jumlah warga yang menggunakan
sepeda, sena fasilitas danjaringan
transportasi umum.
Terkait dengan polusi lingkungan, harus diakui, salah satu masalah besar yang sedang dihadapi
Kota Bandung dewasa ini adalah
masalah pencemaran udara. Buruknya manajemen transportasi,
semakin meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor, serta masih
rendahnya tingkat kesadaran lingkungan warga kota boleh jadi
membuat tingkat polusi udara di
Kota Kembang ini semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Sejauh ini terdapat beberapa
polutan utama yang mencemari
dan menurunkan kualitas udara
Kota Bandung, yakni nitrogen dioksida (N02), nitrat oksida (NO),
partikel debu, karbon monoksida
(CO),dan timbal (Pb). Zat-zat polutan tersebut sebagian besar dihasilkan oleh pembakaran bahan
bakar kendaraan bermotor. Posisi
Bandungyangberadapadasebuah
cekungan menjadikan zat-zat pencemar itu sulit keluar dari kawasan

Bandung dan akan terns terakumulasi sepanjangtahun.
Tingkat pencemaran udara
yang terus meningkat ini diperparah dengan masih minimnya

PengelolaKotaBandung
tampaknyabelummampu
menyediakantransportasi
massalyang murah,
nyaman,dan aman.

persentase luas lahan hijau terbuka dibandingkan dengan luas lahan kota. Berdasarkan analisis para pakar lingkungan, wilayah perkotaan seperti Bandung semestinya memiliki minimal 30 persen
lahan hijau terbuka dari luas kota
keseluruhan. Saat ini lahan hijau
terbuka Kota Bandung baru mencapai 8,87 persen (Kompas Jawa
Barat, 9 Juni 2009).
Lahan hijau terbuka dengan
berbagai pohon dan vegetasi lainnya memiliki fungsi membersihkan udara kota. Mereka menjadi
penabir partikel debu sekaligus
menyerap gas-gasberacun, seperti
karbon dioksida, nitrogen oksida,

sulfur oksida, dan timbal. Di sisi
lain, pohon-pohon dan vegetasi
lain menjadi sumber oksigen yang
notabene dibutuhkan manlisia.
Minimnya lahan hijau terbuka
di Bandung menjadikan akses
warga Bandung terhadap lahan hijau terbuka menjadi kian rendah.
Hal ini berimbas pada menipisnya
aktivitas olahraga dan rekreasi luar ruangan wargakota.

~

K lip i n 9 Hum 0 5 U n pod
---

"

----

2 0 0 9- -- ---


Pada Saatsarna,fasilitasbagipejalan kaki harnpir bisa dibilang sangat minim, sementara fasilitas
bagi pengguna sepeda sarna sekali
belum ada. Hasilnya, jumlah pejalan kaki dan pe!1ggunasepeda di
Kota Bandungjuga sangat rendah.
Padahal, dua hal ini sangat memberi kontribusi bagi sehatnya sebuah kota. Kota Brighton di Inggris, misalnya, beberapa kali dinobatkan sebagai kota tersehat di
Eropa karena kota tersebut menyediakan fasilitas yang mendorong warganya untuk lebih memilih berjalan kaki dan naik sepeda
ketimbang menggunakan kendaraan bermotor.
Dalarnsoaltransportasi umum,
pengelola Kota Bandung tampaknyahinggakini belum marnpu menyediakan transportasi massal
yang murah, nyaman, dan arnan.
Transportasi massal yang murah,
nyaman, dan arnan diharapkan dapat menurunkan angka transportasi berbasis kendaraan pribadi,
yangpadagilirannya akan ikut menurunkan tingkat polusi udara KotaBandung.
Indikator lain
Selain indikator lingkungan, indikator layanan kesehatanbeserta
indikator sosial-ekonomijuga bisa
digunakan untuk menentukan
apakah sebuah kota sakit atau sehat.
Indikator kt)~eh~!;$'QanlaYanan kesehatan meliPnti antaralain
keberadaan program pendidikan
kesehatan bagiwargakota, persentase bayi yang diimunisasi, rasio
jumlah warga dengan dokter/pe-

---

tugas medis, rasio jumlah warga
dengan perawat, persentase warga
yang tercangkup oleh layanan asuransi kesehatan, danjumlah masalah kesehatan yang diberi perhatian oleh pengelola kota pertahun.
Adapun indikator sosial-ekonomi mencakup persentase pendu~
duk yang hidup dengan fasilitas
yangburuk, taksiranjumlah warga
yang tunawisma, jumlah penganggur, persentase warga yang berpenghasilan di bawah rata-rata
pendapatan per kapita, tingkat kebangkrutan industri/usaha, persentase jumlah tempat penitipan
anak denganjumlah anak prasekolah, persentase jumlah anak yang
lahirdan hidup denganjumlah ibu,
tingkat aborsi dikaitkan dengan
jumlah total kelahiran yang hidup,
serta persentase orang cacat yang
bekerja.
Idealnya,semua elemen dari indikator tersebut, baik lingkungan,
layanan kesehatan, maupun sosial-ekonomi, harus senantiasa diperhatikan dengan saksarna dan
dijadikan acuan pokok bagi setiap
kebijakan pembangunan yang diarnbil pengelola Kota Bandung.
Bagaimanapun, abai terhadap elemen-elemen dari ketiga indikator
tersebut hanya akan menjadikan
Kota Bandung yang sudah dinilai
Sakitini bertambah sakit.
Kota yang semakin sakit akan
membuat warganya semakin tidak
nyarnan dan semaki~. tidak bisa
menikmati kualitas~kehidupansecara maksimal.
DJOKO SUBINARTO
Penulis Lepas;Alumnus
UniversitasPadjadjaran-

-

~~~

~

----