EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM (Studi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah) Epistemologi Ekonomi Islam (Studi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah).

EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM
(Studi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah)

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan kepada
Program Studi Magister Pemikiran Islam
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar MagisterPemikiran Islam (MPI)

Oleh
Anindya Aryu Inayati
NIM: O 000 130 008

PROGRAM STUDI MAGISTER PEMIKIRAN ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015M/1436H

EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM

(Studi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah)
Anindya Aryu Inayati, Sudarno Shobron, dan Imron Rosyadi
Magister Pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengupas dasar-dasar epistemologi
ekonomi Islam Ibnu Khaldun, yaitu sumber, metode dan validitas kebenaran ilmu
ekonominya yang tertuang dalam karyanya, yaitu Muqaddimah. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan (library research), yang menggunakan
pendekatan filosofis. Sumber primer dalam penelitian ini adalah bagian satu dari
Kitabu-l-‘Ibar wa Diwanu-l-Mubtada’ wa-l-Khabar Fi Ayyami-l-‘Arab wa-l‘Ajam wa-l-Barbar wa Man ‘Aasharahum min Dzawi-l-Sulthan al-Akbar, yaitu
pendahuluan kitab tersebut, yang kemudian terkenal dengan nama Muqaddimah
Ibnu Khaldun, dan bagian terakhirnya yang berupa autobiografi Ibnu Khaldun,
atau dikenal dengan nama At-Ta’rif bi Ibni Khaldun wa Rihlatuhu Gharban wa
Syarqan. Adapun sumber sekunder yang digunakan ialah buku-buku yang
berkaitan tentang epistemologi Ibnu Khaldun, pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun,
jurnal, beberapa hasil penelitian terdahulu dan lain sebagainya. Metode analisis
yang digunakan adalah metode hermeneutika Jurgen Habermas yang mencakup;
interpretasi dan pemahaman latar belakang kehidupan Ibnu Khaldun melalui
biografinya. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kerangka

epistemologi ekonomi Islam Ibnu Khaldun yaitu al-‘Umran (peradaban), al-fikr
(pemikiran), at-ta’lim (pengajaran) dan pembagian ilmu, at-tarikh (sejarah) dan
al-waqi’ al-Ijtima’i (realitas sosial). Sumber ekonomi Islam Ibnu Khaldun adalah
wahyu (al-Qur’an dan as-Sunnah), akal, indera, intuisi, fenomena realita sosial
dan sejarah. Metode ekonomi Islam Ibnu Khaldun adalah metode deduktiveanalytic dan empirical-inductive. Validitas kebenaran menurut Ibnu Khaldun
dibagi menjadi dua, mutlak dan relative. Kebenaran mutlak diuji melalui otoritas
penyampainya dan kebenaran relatif diuji dengan kelayakan dan kemungkinan
data dengan realita yang ada.
Kata kunci : Ibnu Khaldun; epistemologi; sumber ilmu; metode ilmu; validitas
kebenaran ilmu.
ABSTRACT
The objective of this study was to observe the basics of epistemology of
Islamic economics of Ibn Khaldun, including the sources, methods and validity of
economic science truth contained in his work, namely Muqaddimah. This study
belongs to library (library research), and analyzed by a philosophical approach.
The primary source of this research is part of Kitabu-l-‘Ibar wa Diwanu-lMubtada’ wa-l-Khabar Fi Ayyami-l-‘Arab wa-l-‘Ajam wa-l-Barbar wa Man

1

‘Aasharahum min Dzawi-l-Sulthan al-Akbar, the introduction of the book, which

became known by the name of Muqaddimah Ibn Khaldun, and the final section in
the form of autobiography Ibn Khaldun, or known as at- Ta'rif bi-Ibni Khaldun
wa wa Rihlatuhu Gharban Syarqan. The secondary sources used is related books
on epistemology Ibn Khaldun, Ibn Khaldun's economic thought and so forth,
journals, and some of the results of previous research. To understand the contents
of Ibn Khaldun content in Arabic and thoughts, used hermeneutic of Jurgen
Habermas method which includes; through language interpretation and
understanding of the background of the life of Ibn Khaldun through his biography.
Based on the research results, it was found that the framework of Islamic
economic epistemology of Ibn Khaldun are; al - 'Umran (civilization), al - fikr
(thought), at- ta’lim (teaching) and the division of science, at- tarikh (history) and
al - waqi ' al - ijtimai (social reality). Sources of Islamic economics Ibn Khaldun
was a revelation (Qur'an and Sunnah), intellect, senses, intuition, the phenomenon
of social reality and history. Ibn Khaldun's Islamic economic method is a
deductive - analytic method and empirical - inductive method. The validity of the
truth according to Ibn Khaldun is divided into two, absolute and relative. Absolute
truth is tested through the authority of the conveyer and relative truth tested with
the feasibility and possibility of data with the existing reality.
Keywords : Ibn Khaldun; epistemology; the source of knowledge; methods of
science; the validity of the truth of science .

A. PENDAHULUAN
Pelajaran paling berharga dari 30 tahun proyek islamisasi ilmu ekonomi
Islam—sebagaimana dinyatakan oleh M. Aslam Haneef—adalah belum cukup
seriusnya sarjana-sarjana muslim dalam mendiskusikan masalah filosofis dan
metodologis disiplin ilmu ekonomi modern yang hendak diislamisasikan, terlebih
lagi pemahaman terhadap warisan ulama-ulama berupa turath Islam.1 Kajian
epistemologi dalam khazanah keilmuan Islam masih memerlukan banyak
pengembangan dan pembahasan.2 Epistemologi seringkali menjadi materi ‘yang
terlupakan’ dalam proses pengembangan keilmuan Islam, padahal epistemologi
1
M. Aslam Haneef, “Islamisasi Ilmu Ekonomi: Apa yang Salah?”, Majalah Pemikiran
dan Peradaban Islam: ISLAMIA, Thn I, No. 6, 2005. Jakarta: Penerbit Khairul Bayan, hlm. 50.
2
Adi Setia, “Epistemologi Islam menurut Al-Attas: Satu Uraian Ringkas”, Majalah
Pemikiran dan Peradaban Islam: ISLAMIA …, hlm. 53.

2

merupakan bagian dasar, akar, dan awal mula suatu ilmu. Epistemologi yang
keliru akan merumuskan suatu faham ilmu yang keliru dan menyertakan konsepkonsep yang keliru pula.

Kajian epistemologi merupakan langkah kedua yang diperlukan dalam
semua studi ilmu. Ketika membincang mengenai ‘darimana mengetahui,
bagaimana hal itu diketahui dan apakah benar pengetahuan itu’ maka ketika itu
pula seseorang sedang melakukan suatu perenungan epistemologis. Setiap
epistemologi lahir dari kandung pandangan dunia tertentu.3 Epistemologi
merupakan pembahasan mengenai phenomena (apa yang nampak) dan noumena
atau essence (hakikat). Filsafat Islam meskipun tidak mengkhususkan kajian
epistemologi dalam satu bab tertentu berjudul ‘Teori Pengetahuan’, akan tetapi
selalu memaparkan masalah-masalah yang terkait dengan epistemologi pada
setiap pembahasan sehubungan dengan ilmu pengetahuan, pemahaman, rasio,
logika dan lain-lainnya.4
Usaha Islamisasi Ilmu Ekonomi tidak dapat dipisahkan dari masalah
epistemologi dan metodologi. Epistimologi merupakan basis dari suatu kajian
keilmuan. Sehingga proses islamisasi ilmu ekonomi Islam pun tidak boleh
melewatkan basis awal dari ilmu tersebut, yaitu epistemologi ekonomi Islam.
Urgensi pemahaman Islam secara menyeluruh melalui worldview yang benar,
mestilah diikuti dengan konsepsi filosofis Islam. Filsafat sebagai akar, akan

3
Mulyadi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam, (Bandung: Mizan Media Utama,

2003), hlm. 8.
4
Murtadha Muthahari, Mengenal Epistemologi, (terj: Muhammad Jawad Bafaqih),
(Jakarta: Lentera, 2001), hlm. 22.

3

menuntun ilmu ekonomi Islam untuk dapat berdiri diatas pijakan yang benar,
yaitu framework Islam.5
Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadrami atau

dikenal

dengan nama Ibnu Khaldun, mengungkapkan besarnya kontribusi turath terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan modern. Ibnu Khaldun bahkan dinyatakan layak
dinobatkan sebagai bapak ekonomi modern dengan konsep-konsep dasar ekonomi
yang ia tuliskan dalam karya mega-fenomenalnya, sebuah pendahuluan dari
Kitabu-l-‘Ibar wa Diwanu-l-Mubtada’ wa-l-Khabar Fi Ayyami-l-‘Arab wa-l‘Ajam wa-l-Barbar wa Man ‘Aasharahum min Dzawi-l-Sulthan al-Akbar atau
yang lebih terkenal dengan nama Muqaddimah. Karya Ibnu Khaldun ini tidak
hanya mencakup konsep-konsep mengenai ekonomi, tetapi di dalamnya juga

terdapat konsep-konsep dasar ilmu sosiologi modern, ilmu sejarah, ilmu
pendidikan dan ilmu filsafat. Keberagaman konsep yang terkandung dalam satu
karya tersebutlah yang menjadikan Ibnu Khaldun sebagai seorang tokoh
fenomenal bagi dunia keilmuwan modern. Bahkan tidak tanggung-tanggung,
seorang peneliti sosial Barat, N. Schmidt, dalam karyanya Ibn Khaldun:
Historian, Sosiologist, and Philosopher menyatakan bahwa Ibn Khaldun adalah
seorang tokoh yang terkenal dan menjulang tinggi di atas tokoh-tokoh lainnya.
Muqaddimah, bagi banyak peneliti Barat, adalah sebuah mukjizat intelektual dan
isapan jempol seorang jenius.6
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pemikiran
ekonomi Ibnu Khaldun dan epistemologi ekonomi Islam, diantaranya adalah
M. Aslam Haneef, Islamisasi…., hlm. 51.
Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun Dan Pola Pemikiran Islam, (terj: Mansuruddin
dan Achmadi Thoha) (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989), hlm. 20.
5

6

4


penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sholihin pada tahun 2011 berjudul
Epistemologi Madzhab Kontemporer Ekonomi Islam dan Implikasinya terhadap
Keilmuan Ekonomi Islam di Indonesia: Perspektif Filsafat Ilmu dan Sosiologi
Pengetahuan. Sebuah penelitian untuk meraih gelar Magister Studi Islam di
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Indonesia. Namun penelitian ini tidak
menjelaskan sumber ilmu dan validitas kebenaran ekonomi Islam, melainkan
memaparkan tentang metodologi ilmu ekonomi Islam semata.
Gambaran yang cukup komprehensif mengenai epistemologi Ibnu
Khaldun ditulis oleh Zaid Ahmad dalam sebuah buku berjudul The Epistemology
of Ibn Khaldun. Hanya saja, penulis menekankan konsep pengetahuan menurut
Ibnu Khaldun (Epistemologi Ibnu Khaldun) dengan mengkaji bab ke-enam (Kitab
al-‘Ilm) dari karya mega-fenomenal Muqaddimah, dan tidak membahasa sumber,
metode mencapai ilmu dan kebenaran ilmu menurut Ibnu Khaldun.
Kajian epistemologi ekonomi Islam pada seorang tokoh dalam bidang
ekonomi juga pernah dilakukan oleh Abdul Mughits. Ia menulis artikel penelitian
berjudul Epistemologi Ilmu Ekonomi Islam (Kajian Atas Pemikiran M. Abdul
Mannan Dalam Teori Dan Praktek Ekonomi Islam). Penulis memaparkan
epistemologi Islam yang didasarkan atas pemikiran M. Abdul Mannan serta
implikasinya terhadap teori dan praktek ekonomi Islam. Sedangkan pada
penelitian ini, mengkaji aspek filosofis dari teori-teori ilmu ekonomi modern yang

disampaikan Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah.
Berdasarkan latar belakang masalah dan telaah pustaka yang telah
dikemukakan, maka dirumuskan satu masalah yang akan dijawab oleh penelitian

5

ini, yaitu: “Bagaimana dasar epistimologi ekonomi Islam Ibn Khaldun dalam
karyanya Muqaddimah?” Rumusan masalah ini akan mengupas tentang pola
epistemologi ekonomi Islam Ibnu Khaldun, sumber ilmu ekonomi Islam, metode
Ibnu Khaldun dalam mencapai teori ekonomi Islam dan validitas kebenaran teoriteori tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis epistemologi
ekonomi Islam Ibnu Khaldun dalam karyanya Muqaddimah.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yang
menggunakan pendekatan filosofis.Yaitu suatu cara atau jalan yang ditempuh
dalam proses terencana untuk memecahkan masalah-masalah tentang kefilsafatan.
Pendekatan

filosofis

digunakan


untuk

meneliti

pemikiran

tokoh

dan

mengungkapkan hakekat segala sesuatu yang nampak (pheunomena). Pendekatan
ini dipilih karena penelitian merupakan kajian pemikiran tokoh, yaitu Ibnu
Khaldun dan mengenai epistemologi yang merupakan cabang dari filsafat. 7
Penelitian ini memiliki sumber-sumber data yang dikelompokkan menjadi
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah bagian pertama Kitabu-l-‘Ibar wa Diwanu-l-Mubtada’ wa-lKhabar Fi Ayyami-l-‘Arab wa-l-‘Ajam wa-l-Barbar wa Man ‘Aasharahum min
Dzawi-l-Sulthan al-Akbar

yaitu yang terkenal dengan sebutan Muqaddimah,


karya Abdurrahman Ibnu Khaldun, yang diterbitkan oleh Daaru Ibni al-Jauzi,
Cairo, pada tahun 2010. Sumber data primer lainnya adalah kitab bagian terakhir
dari Kitab al-‘Ibar, yaitu autobiografi Ibnu Khaldun yang ia tulis sendiri dengan
7

Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Cetakan ke15 (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990), hlm. 68.

6

judul At-Ta’rif bi Ibni Khaldun wa Rihlatuhu Gharban wa Syarqan, yang
diterbitkan oleh Daaru-l-Kitab al-Lubnaniy, Lebanon, pada tahun 1979.
Adapun sumber-sumber data sekunder berupa buku-buku yang ditulis
untuk membedah pemikiran Ibnu Khaldun, serta artikel, tulisan dan jurnal yang
berhubungan dengan tema penelitian, yaitu epistemologi dan Ibnu Khaldun.
Diantaranya adalah Dirasat ‘An Muqaddimah Ibnu Khaldun yang ditulis oleh Abu
Khaldun Syati’ al-Khushari, Fikr Ibn Khaldun al-Asybiyah wa ad-Daulah, yang
Muhammad ‘Abed Al-Jabiry, Watak Peradaban dalam Epistemologi Ibnu
Khaldun yang ditulis oleh Hafidz Hasyim, dan lain-lainnya.
Proses analisis data dalam penelitian ini melalui dua tahap. Tahap pertama
adalah proses analisis data dengan metode hermeneutika Jurgen Habermas.
Peneliti memahami teks asli Muqaddimah yang berbahasa Arab dan meninjaunya
melalui teori komunikatif yang menjelaskan hubungan antara bahasa yang
digunakan Ibnu Khaldun, pengalamannya dalam dunia politik-ekonomi dan
pendidikannya sehingga menghasilkan tindakan praktis berupa penulisan
Muqaddimah. Tahap kedua, peneliti melakukan proses analisa dengan metode
deduktif. Peneliti mengambil kesimpulan yang bersifat khusus, yaitu tentang
epistemologi ekonomi Islam Ibnu Khaldun, dari pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun
dan pemikiran epistemologinya yang masih bersifat umum. Hasil analisis ini akan
menjelaskan sumber teori-teori ekonomi Islam yang dipaparkan Ibnu Khaldun,
metodenya mencapai teori-teori tersebut dan validitas kebenaran teori-teori
ekonomi Islam yang ia tuangkan dalam karya mega-fenomenalnya, Muqaddimah.

7

C. EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM
1. Definisi Epistemologi
Epistemologi berasal daribahasa Yunani ‘episteme’ yang berarti
pengetahuan, dan ‘logos’ yang berarti teori.8 Epistemologi dapat juga
diartikan sebagai teori tentang pengetahuan, atau theory of knowledge.9
Epistemologi mengkaji secara mendalam serta radikal asal-usul pengetahuan,
struktur, metode dan validitas pengetahuan tersebut. Secara garis besar,
epistemologi membahas tiga persoalan pokok, yaitu: 1) Apakah sumbersumber pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan itu datang bagaimanakah
kita mengetahuinya? 2) Apakah sifat dasar pengetahuan itu? Poin ini
membahas permasalahan antara apa yang terlihat dan apa yang hakikat. 3)
Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)? Bagaimanakah kita dapat
membedakan yang benar dari yang salah? Sedangkan poin terakhir ini
merupakan pembahasan mengenai masalah verifikasi.10
Filsafat Pengetahuan Islam atau Epistemologi Islam adalah suatu
pengkajian mengenai sumber pengetahuan, metode mencapai pengetahuan dan
kebenaran pengetahuan menurut kacamata Islam (Islamic Worldview). Secara
8

Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2007), hlm. 26; Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ed.1, (Jakarta: Rajawali
Press, 2013), hlm.160; Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu: Konsep, Sejarah, dan Pengembangan
Metode Ilmiah, (Yogyakarta: CAPS, Centre of Academic Publishing Service, 2012), hlm. 118.
9
Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam,
(Jakarta: UI-Press, 2006), hlm. 2; Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan
Penerapannya di Indonesia, (Bandung: Mizan Media Utama, 2002), hlm. 121; Ahmad Tafsir,
Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Cet.14, (Bandung: Remaja
Rosdakarya., 2005), hlm. 23.
10
Amin Abdullah, Aspek Epistemologis Filsafat Islam, dalam Irma Fatimah (ed), Filsafat
Islam: Kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, Historis, Prospektif. (Yogyakarta: Lembaga
Studi Filsafat Islam (LESFI), 1992), hlm. 28. Lihat juga; Muhyar Fanani, Metode Studi Islam:
Aplikasi Sosiologi Pengetahuan sebagai Cara Pandang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
46-47.

8

lebih mendalam, Miska Muhammad Amin merumuskan filsafat pengetahuan
Islam sebagai usaha manusia untuk menelaah masalah objektivitas,
metodologi, sumber serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan
menggunakan subjek Islam sebagai titik-tolak berpikir.11
2. Sumber Ilmu
Ilmu

pengetahuan,

menurut

kacamata

Barat

bersumber

dari

pengalaman (emperi) dan akal (rasio).12 Sedangkan sumber ilmu dalam Islam
adalah al-Qur’an, as-Sunnah, akal dan indera. Al-Qur’an dan as-Sunnah
(wahyu), akal, dan indera, merupakan sumber pengetahuan yang berpusat
kepada iradat Allah.13 Prof. Juhaya S. Praja dan Prof. Omar Hasan Kasule
menambahkan indera dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan dalam
Islam, disamping wahyu, akal dan intuisi.14 M. Akram Khan berpendapat
bahwa sumber ilmu ekonomi Islam antara lain: Al-Qur’an, As-Sunnah, hukum
Islam dan yurisprudensinya (melalui ijma’, qiyas dan ijtihad), sejarah
peradaban umat Islam, dan data-data lain yang berkaitan dengan kegiatan
ekonomi.15

11

Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam…, hlm. 11-12.
Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu…, hlm. 124.
13
Majid Irsan Al-Kaylani, Falsafatu-l-Tarbiyati-l-Islamiyah, (Mekah: Maktabah Hadi,
1988), hlm. 232.
14
Wahyu, pengamatan empiris, akal dan kesimpulan mempunyai keterkaitan yang kuat
antara satu sama lain. Akal digunakan untuk memahami wahyu dan menarik kesimpulan dari
pengamatan empiris. Wahyu melindungi akal dan memberikan informasi mengenai pengetahuan
yang tidak kasat mata, sebab akal tidak dapat memahami dunia empiris secara maksimal tanpa
mendapatkan bantuan. Omar Hasan Kasule, Epistemologi Islam dan Integrasi Ilmu Pengetahuan
pada Universitas Islam: Epistemologi Islam dan Proyek Reformasi Kurikulum, (Makassar:
Unismuh, Kasule’s Copyright, 2009), hlm. 2.
15
Pendapat ini didukung pula oleh ilmuwan ekonomiIslam lainnya. Lihat: Veithzal Rivai
dan Andi Buchari, Islamic Econimics, Ekonomi Syariah bukan Opsi Tapi Solusi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm. 22; Agustianto, Epistemologi Ekonomi Islam, makalah tidak diterbitkan, hlm.
4.
12

9

3. Metode Mencapai Ilmu
Ilmu pengetahuan secara umum, dibedakan menurut usaha manusia
untuk mencapainya menjadi 2, yaitu acquired knowledge atau al-‘ilm al-kasby
dan perennial knowledge atau al-‘ilm al-ladunny. Ilmu jenis yang pertama
didapatkan dengan usaha aktif manusia melalui pendekatan ilmiah, baik
berupa pengelaman, riset, survei, eksperimen dan lain sebagainya. Sedangkan
ilmu jenis kedua, diperoleh tanpa usaha manusia, atau disebut juga ‘ilm
khudhury.16 Metodologi ekonomi Islam mengenal beberapa madzhab dalam
merumuskan, menemukan maupun mengembangkan ilmu ekonomi Islam.
Diantaranya adalah madzhab Baqir As-Sadr, madzhab mainstream dan
madzhab alternatif. Madzhab Baqir As-Sadr yang dipelopori oleh Muhammad
Baqir As-Sadr17 menekankan pentingnya subjektivisme dalam ilmu ekonomi
Islam. Mazhab mainstream menggunakan metode deduktif dan induktif dalam
penelitian ekonomi Islam. Mazhab alternatif lahir dari kritik terhadap kedua
mazhab metodologi ekonomi Islam yang telah mendahului. ilmu ekonomi
Islam mazhab alternatif dilakukan melalui suatu metode yang disebut ushul
iqtishadiah.18

Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan…, hlm. 104.
Muhammad Baqir As-Sadr adalah seorang ilmuwan Syiah Iran yang mendalami
ekonomi Islam. ia lahir pada 1 Maret 1935 di Baghdad, dan 3 tahun kemudian dia berpindah ke
komunitas Syiah di Najaf. Pemikirannya telah mewarnai khazanah pengembangan ilmu ekonomi
Islam di Iran dan Irak. Muhammad Sholihin, Pengantar Metodologi Ekonomi Islam, Dari Mazhab
Baqir As-Sadr hingga Mazhab Mainstream, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 3.
18
Ushul Iqtishadiah adalah ushul ekonomi Islam yang berfungsi melahirkan pernyataan
deskriptif atau pernyataan normatif ekonomi Islam. objek dari ushul iqtishadiah adalah al-Qur’an
dan as-Sunnah, sebagaimana objek ushul fiqh. Metode ushul iqtishadiah adalah rasionalismededuktif dan rasionalisme-induktif, mengingat bahwa sumber ekonomi Islam selain al-Qur’an dan
as-Sunnah, adalah realitas empiris. Dalam ushul iqtishadiah, rasionalisme-induktif lebih
cenderung digunakan karena ushul iqtishadiah berfungsi mengeluarkan pernyataan universal
16

17

10

4. Validitas Kebenaran Ilmu
Ilmu ekonomi Islam merupakan hasil perumusan dari aplikasi sistem
ekonomi Islam yang bersumber dari seperangkat aturan berekonomi yang
ditetapkan Allah dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Kebenaran ilmu ekonomi
Islam tidak dibuktikan melalui metode ilmiah, akan tetapi dibuktikan melalui
metode ‘aqliyah.19 Ilmu ekonomi Islam tersusun dari dua sumber, yaitu
berbagai aturan berekonomi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang dirumuskan
dalam fiqh muamalat dan realitas empiris. Penggunaan metode ilmiah hanya
dapat menguji kebenaran ilmu ekonomi Islam pada tataran realitas empiris,
akan tetapi tidak dapat menguji kebenaran pada tataran fakta-fakta
transendental yang mendasari nilai dari ilmu ekonomi Islam.
D. PEMIKIRAN IBNU KHALDUN
1. Biografi Ibnu Khaldun
Waliyuddin Abdurrahman Abu Zaid bin Muhammad bin Muhammad
bin Muhammad bin al-Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Khaldun, dilahirkan di Tunisia pada 1 Ramadhan 732H/ 27
Mei 1332 M.20 Ibnu Khaldun dilahirkan di keluarga yang berpendidikan dan

berupa hipotesis tentang ekonomi Islam untuk kemudian difalsifikasi dengan kenyataan empiris.
Ibid, hlm. 331.
19
Metode ilmiah adalah bagian dari metode ‘aqliyah yaitu metode berfikir logis. Metode
ilmiah memiliki tahap akhir yang menentukan validitas kebenaran suatu ilmu, yaitu pengujian
ilmiah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan riset eksperimental di laboratorium.
Sedangkan metode aqliyah lebih luas cakupannya dari metode ilmiah, sebab metode aqliyah dapat
digunakan untuk mencari kebenaran dari fakta-fakta transendental-metafisika melalui teks-teks
wahyu yang tidak dapat diuji dengan eksperimen. Dwi Condro Triono, Ekonomi Islam…., hlm.
141 dan 414.
20
Sudah menjadi kebiasaan orang Arab untuk memanggil seseorang dengan nama anak
pertamanya dengan didahului dengan kata “abu”. Maksudnya ayah si anak. Selain nama panjang
tersebut, nama Ibnu Khaldun terkadang ditambahi al-Maliki –terutama setelah menjadi hakim di
Mesir –yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang menganut madzhab Imam Malik bin

11

terhormat, ia dibesarkan dalam atmosfir pendidikan yang baik. Ayah Ibnu
Khaldun adalah guru pertamanya. Ia belajar membaca dan menghafal alQur’an, kemudian belajar qiraat (tata baca) kepada Imam Qiraat Andalus.21
Ibnu Khaldun belajar membaca, menulis dan ilmu bahasa dari ayahnya
sendiri, Abu Abdullah Muhammad bin Khaldun. Selain itu, ia juga belajar
fiqh, retorika dan tata bahasa Arab, pun mempelajari kitab-kitab Hadist,
diantaranya adalah al-Kutub as-Sittah dan al-Muwatta’, serta mendapatkan
ijazah keilmuan dalam bidang ini. Ia juga mempelajari secara mendalam Fiqh
madzhab Maliki.22
Karir politik Ibnu Khaldun diawali dengan menjadi seorang sekretaris
pribadi bagi Sultan Muda Abu Ishaq.23 Jabatan demi jabatan diterima Ibnu
Khaldun di berbagai dinasti yang berganti-ganti menguasai wilayah Afrika
Utara. Setelah lebih dari 30 tahun berpolitik, ia memutuskan untuk berhenti
dan kemudian menulis al-Ibar berserta Muqaddimah pada tahun 779H.
Sebenarnya Ibnu Khaldun telah menggeluti dunia tulis-menulis sejak masa
studinya di Tunisia. Beberapa karyanya sebelum ia menulis Muqaddimah,
antara lain; Risalah fi al-Mantiq, Risalah fi al-Hisab, Talkhis li Qashidah al-

Anas dan atau al-Hadlrami yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berasal dari daerah
Hadlramaut, Yaman. Lihat; Abdurrahman Bin Khaldun, At-Ta’rif bi Ibni Khaldun wa Rihlatuhu
Gharban wa Syarqan, (Libanon: Daaru-l-Kitab al-Lubnaani, 1979), hlm. 3; Ali Abdulwahid Wafi,
Ibnu Khaldun, Karya dan Riwayatnya, terj: Akhmadi Thoha, (Jakarta: PT GrafitiPress, 1985),
hlm.3-4; Hafidz Hasyim, Watak Peradaban dalam Epistemologi Ibnu Khaldun, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar dan Stain Jember Press, 2012), hlm. 41; Syauqi Ahmad Dunya, Ulama’u-lmuslimin wa ‘Ilmu-l-Iqtishad: Ibnu Khaldun Muassisu ‘ilmi-l-Iqtishad, (Makkah, Saudi Arabia:
Daar Ma’aadz, 1993), hlm.17.
21
Abdurrahman bin Khaldun, At-Ta’rif..., hlm. 17.
22
Ibid, hlm. 20.
23
Muhammad Abdullah Enan, Biografi Ibnu Khaldun…, hlm. 32.

12

Burdah, Talkhis Kitab Fakhrur-Razi, dan Sharh li Rajzi fi Ushuli-l-Fiqh.24 Ia
berpindah ke Mesir empat tahun kemudian dan mengajar di beberapa
universitas di Mesir, diantaranya adalah universitas al-Azhar, Cairo. Pada 786
H, ia diangkat menjadi Hakim Agung Madzhab Maliki.25 Ibnu Khaldun
meninggal sebagai seorang hakim di usia ke-78 pada Ramadhan 808H/16
Maret 1406M.26
2. Pemikiran Ekonomi dan Epistemologi dalam Muqaddimah
Ibnu Khaldun membagi pembahasan dalam Muqaddimah ke dalam
enam pasal (bab), yaitu: 1) Peradaban manusia secara umum dan ragamnya di
bumi. 2) Peradaban primitif, suku-suku dan bangsa-bangsa liar. 3) Kerajaan
secara umum, kekhalifahan, kerajaan, dan tingkat-tingkat kesultanan. 4)
Peradaban maju dan perkotaan. 5) Profesi, usaha, mata pencaharian, dan
macam-macamnya. 6) Ilmu pengetahuan dan cara-cara memperolehnya.27
Pembahasan mengenai pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun, yaitu
terdapat pada beberapa sub-bab di bab 3, bab 4 dan mayoritas sub-bab di bab
5 dari Muqaddimah.

Ibnu Khaldun memaparkan teori tentang pajak dan

24

Ibnu al-Khatib tidak mencantumkan Muqaddimah beserta al-‘Ibar di dalam biografi
Ibnu Khaldun yang ditulisnya karena ia meninggal dunia pada masa muda, yaitu sebelum Ibnu
Khaldun tinggal di Qal’ah Ibnu Salamah dan menulis Muqaddimah. Abu Khaldun Sathi’ alKhushari, Dirasaat ‘an Muqaddimah Ibnu Khaldun, (Cairo: Maktabah al-Khanajy, Beirut: Daar
al-Kitab al-‘Araby, 1978), hlm. 96. Lihat juga; Hafidz Hasyim, Watak Peradaban …, hlm. 45.
Karya-karya tersebut telah dicantumkan oleh Ibnu Khaldun dalam bab keenam dari buku bagian
pertama Ibnu Khaldun, yaitu Muqaddimah. Hal tersebut yang membuatnya tidak menyebutkan
karya-karya pendek tersebut dalam autobiografi tentang dirinya yang ia tulis sendiri sebagai
bagian dari buku bagian ketiga dari karya fenomenalnya al-‘Ibar, yaitu at-Ta’rif. Lihat;
Abdurrahman bin Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun…., hlm. 359-437.
25
Hafidz Hasyim, Watak Peradaban…., hlm. 51. Muhammad Abdullah Enan, Biografi
Ibnu Khaldun…., hlm. 86.
26
Ia menjabat sebagai hakim untuk kelima kalinya pada Syakban 807H dan dipecat tiga
bulan kemudian. Pada 808H ia diangkat kembali menjadi hakim selama beberapa minggu, yaitu
sebelum ia meninggal dunia. Muhammad Abdullah Enan, Biografi Ibnu Khaldun….., hlm. 109.
27
Abdurrahman Bin Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Cetakan pertama, (Cairo:
Daar Ibni al-Jauzy, 2010), hlm. 34.

13

pengaruhnya bagi negara di pasal ke-38 hingga pasal ke-42 dari bab ketiga.
Kemudian teori tentang harga-harga di kota dijelaskan pada pasal ke-11 dan
12 dari bab keempat, namun teori ini tidak berdiri sendiri akan tetapi
berkesinambungan dengan teori mekanisme harga di pasal ke-14 dari bab
kelima. Ia mengawali bab 5 dengan penjelasan mengenai hakikat rezeki dan
hasil usaha manusia, dilanjutkan dengan teori produksi, organisasi (division of
labour), teori tentang nilai, uang, gaji, laba dan keseimbangan harga di pasar
(equilibrium price of market).
Epistemologi Ibnu Khaldun dilandaskan kepada beberapa teori kunci,
yaitu al-‘umran (peradaban), al-fikr (pemikiran), at-ta’lim (pengajaran) dan
pembagian ilmu, at-tarikh (sejarah) dan al-waqi’ al-Ijtima’i (realitas sosial).
Doktor Syauqi Ahmad Dunya, menyatakan bahwa setidaknya ada tiga unsur
global yang mewakili sumber ilmu bagi Ibnu Khaldun, yaitu an-Naql
(transfer), al-Aql (akal pikiran) dan al-Waqi’ (realitas sosial).28 Ilmu-ilmu
naqli bersumber dari kitabullah al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW,
sebagai pedoman utama umat manusia dalam menjajaki hidup. Ilmu-ilmu
naqli didapatkan melalui pengajaran dari Nabi atau ulama terdahulu.
Sedangkan ilmu-ilmu ‘aqli bersumber pada akal dan pikiran manusia, yaitu
sebagai watak dasar dan fitrah manusia yang membedakannya dengan
makhluk lain. Ilmu-ilmu ‘aqli didapatkan dari proses berfikir, baik dengan
mengamati al-Waqi’ (realita sosial), ataupun dengan mengkaji sejarah dari
umat dan bangsa-bangsa terdahulu.

28

Syauqi Ahmad Dunya, ‘Ulama-u-l-Muslimin wa ‘Ilmi-l-Iqtishad…., hlm. 163.

14

Ilmu pengetahuan naqli diperoleh dengan pengajaran dari ulama yang
memahami tentang wahyu, baik itu al-Qur’an maupun as-Sunnah. Sedangkan
ilmu pengetahuan ‘aqli dicapai manusia dengan cara berfikir. Proses berfikir
ini kemudian mengantarkan manusia untuk memahami kejadian, fenomena
dan berbagai ilmu logika lainnya. Ia menggunakan metode deduktif, dan lebih
cenderung menggunakan metode induktif dalam menyimpulkan suatu teori.
Kebenaran pengetahuan adalah dicapai melalui berfikir alami, yaitu berfikir
tanpa bimbang sehingga mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
E. EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM IBNU KHALDUN
1. Sumber Ilmu Ekonomi Islam
Ketika membincang mengenai sumber dari ilmu ekonomi Islam—yaitu
teori-teori ekonomi— Ibnu Khaldun, maka akan kembali dipaparkan
mengenai dua jenis ilmu pengetahuan menurut Ibnu Khaldun, yaitu ilmu
pengetahuan naqli dan ‘aqli. Dalam kaitannya dengan kedua jenis ilmu ini,
teori-teori ekonomi Islam Ibnu Khaldun sebagiannya termasuk dalam ilmu
pengetahuan naqli, yaitu teori tentang hakikat rezeki, kepemilikan harta dan
hasil usaha manusia. Sedangkan sebagian lainnya adalah ilmu pengetahuan
‘aqli, yaitu teori tentang produksi, pembagian kerja, perpajakan, nilai, uang,
gaji dan harga. Dengan demikian, maka sumber dari teori-teori ilmu ekonomi
Islam yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun yaitu wahyu (al-Qur’an dan asSunnah), akal, indera, intuisi, pengalaman dan sejarah bangsa-bangsa
terdahulu.

15

2. Metode Ilmu Ekonomi Islam
Ibnu Khaldun adalah seorang ilmuwan Islam yang menggunakan
kekuatan analisis pemikiran (al-fikr) untuk membaca fenomena sosial yang
ada disekitarnya melalui kacamata Islam. Pendekatan yang ia gunakan adalah
pendekatan sejarah. Secara gamblang ia memaparkan bahwa teorinya
dihasilkan dari perbandingan hubungan logis sebab-akibat dalam sejarah antar
bangsa-bangsa. Tampak jelas dalam Muqaddimah, ia menyisipkan fakta
sejarah sebagai pijakan bagi setiap statement yang ia sampaikan.29 Hasil
analisis tersebut ia simpulkan dengan komprehensif diantara data-data yang
ada, lalu ia menyusun hipotesa teori dari kesimpulannya tersebut, sebagai
suatu kebenaran.30 Proses ini menggambarkan bahwa Ibnu Khaldun adalah
salah satu pengguna metode empirical-induktif yang banyak digunakan oleh
madzhab mainstream ekonomi Islam.
Proses selanjutnya, Ibnu Khaldun mencermati hipotesa permasalah
tersebut dan ia evaluasi melalui pengetahuannya tentang prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah hukum ilmu ekonomi sosial (fiqh muamalat). Dengan kata lain,
ia menyimpulkan suatu cabang permasalahan yang berasal dari kaidah
pokoknya (qaidah al-ushuliyah). Maka Ibnu Khaldun pun menggunakan
metode deductive-analytic dalam merumuskan teori ekonomi Islamnya.

29

Sebagai contoh, Ibnu Khaldun menjelaskan perbandingan harga-harga di kota beserta
sebab-sebabnya dengan menyisipkan fakta sejarah di daerah Andalusia yang semuanya serba
mahal dan wilayah Barbar yang harga-harga makanan pokok relatif murah akibat kebaikan tanah
dan sumburnya tumbuhan. Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun, Mukaddimah…, hlm. 649.
30
Miska Muhammad Amin, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam,
(Jakarta: UI-Press, 2006), hlm. 66.

16

3. Validitas Kebenaran Ilmu Ekonomi Islam
Data ekonomi Islam yang diperoleh Ibnu Khaldun dibagi menjadi dua
yaitu data naqli dan data ‘aqli. Data naqli yang diperoleh melalui pengajaran
turun-temurun dari para Nabi, sahabat, tabi’in dan ulama-ulama setelahnya,
diuji kebenarannya dengan menggunakan metode jarh wat-ta’dil, yaitu
metode yang banyak digunakan oleh ulama hadist. Metode ini amat sangat
teliti dan cermat, dimana setiap data yang didapatkan diteliti kebenaran
dengan menganalisis sumber data, hingga kepada kepribadiannya dan
keturunannya. Tujuan dari penerapan metode ini adalah untuk mendapatkan
data yang valid dan benar, oleh karena itu otoritas sumber data sangat
diperhatikan.31
Sedangkan data ‘aqli, yang diperoleh melalui kerja pikiran, seperti
berita maupun data tentang peristiwa-peristiwa, kebenarannya diuji dengan
kesesuaian kenyataan yang ada dengan berita tersebut. pengujian dilakukan
dengan metode observasi terhadap realitas sosial manusia yang merupakan
unsur dari peradaban.
F. KESIMPULAN
Kajian mengenai teori epistemologi Ibnu Khaldun dimulai dengan
memahami kerangka epistemologisnya, yaitu al-‘Umran (peradaban), al-fikr
(pemikiran), at-ta’lim (pengajaran) dan pembagian ilmu, at-tarikh (sejarah) dan
al-waqi’ al-Ijtima’i (realitas sosial). Kemudian ditemukan sumber ilmu,

31
Ibnu Khaldun menyatakan: “Janganlah anda percaya begitu saja terhadap berita-berita
yang sampai kepada anda. Telitilah berita-berita tersebut dan nilailah dengan kaidah-kaidah yang
benar agar anda dapat memberikan penilaian tepat dengan cara yang paling baik.” Abdurrahman
bin Muhammad bin Khaldun, Mukaddimah…, hlm. 23.

17

metodologi ilmu yang dilalui Ibnu Khaldun dan validitas kebenaran menurutnya.
Ditinjau dari kerangka epistemologi tersebut, tampak jelas bahwa ekonomi Ibnu
Khaldun adalah ekonomi peradaban, atau lebih banyak disebut dengan istilah
ekonomi makro. Hasil dari analisis ini, ditemukanlah sumber, metode dan
validitas kebenaran ilmu ekonomi Islam Ibnu Khaldun.
1. Sumber Ilmu Ekonomi Islam Ibnu Khaldun
Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu yang memadukan antara ilmuilmu naqli, yang bersumber dari wahyu dan bersifat mutlak kebenarannya, dan
ilmu-ilmu ‘aqli yang didapatkan manusia melalui kemampuan berfikirnya.
Maka sumber ilmu ekonomi Islam adalah wahyu (al-Qur’an dan as-Sunnah),
akal pikiran, indera, intuisi, sejarah dan realitas fenomena sosial.
2. Metode Ilmu Ekonomi Islam Ibnu Khaldun
Adapun metodologi yang digunakan Ibnu Khaldun dalam proses
menemukan teori-teori ekonomi Islam, adalah metode induktif-empiris dan
metode analisis deduktif. Langkah-langkah yang ia tempuh antara lain;
a. Melakukan pengamatan komprehensif terhadap faktor-faktor peradaban,
yang mencakup faktor ekonomi Islam. Kemudian membuat hipotesa dari
fakta sosial ditinjau menurut ajaran Islam.
b.

Evaluasi hipotesa dengan qawaid al-ushuliyah dan fiqh mu’amalat
dengan metode analisis deduktif.

c. Menguji hipotesa berdasarkan rekaman sejarah bangsa-bangsa kini dan
terdahulu, kemudian merumuskan teori.

18

3. Validitas Kebenaran Ilmu Ekonomi Islam Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun membedakan kebenaran menjadi dua, mutlak dan relatif.
Kebenaran wahyu bersifat mutlak, sedangkan kebenaran yang dicapai oleh
akal bersifat relatif. Ilmu ekonomi Islam memiliki kedua jenis kebenaran
tersebut. Kebenaran mutlak dijamin oleh otoritas penyampainya, yaitu para
Nabi, sahabat, tabi’in dan para ulama yang telah diuji kompetensinya melalui
metode jarh wa ta’dil. Sedangkan kebenaran relatif diuji dengan prinsipprinsip dan kaidah-kaidah yang disepakati. Berita dan data yang menyangkut
peristiwa-peristiwa sosial diuji dengan kesesuaian antara fakta dan data,
ditinjau dari kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut menurut sifat dan pola
fenomena sosial masyarakat.
G. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amin, Miska Muhammad. 2006. Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat
Pengetahuan Islam. Jakarta: UI-Press.
Baali, Fuad dan Wardi, Ali. 1989. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. (terj).
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Charris. 1990. Metodologi Penelitian
Filsafat. Cet-15. Yogyakarta: Kanisius.
Dunya, Syauqi Ahmad. 1993. ‘Ulamau-l-Muslimin wa ‘Ilmi-l-Iqtishad: Ibnu
Khaldun Muassisu ‘ilmi-l-Iqtishad. Mekah: Daar Ma’adz.
Enan, Muhammad Abdullah. 2013. Biografi Ibnu Khaldun: Kehidupan dan Karya
Bapak Sosiologi Dunia. (terj). Jakarta: Penerbit Zaman.
Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu: Konsep, Sejarah, dan Pengembangan
Metode Ilmiah. Yogyakarta: Centre of Academic Publishing Service
(CAPS).
Fanani, Muhyar. 2008. Metode Studi Islam: Aplikasi Sosiologi Pengetahuan
sebagai Cara Pandang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fatimah, Irma (ed). 1992. Filsafat Islam: Kajian Ontologis, Epistemologis,
Aksiologis, Historis, Prospektif. Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam
(LESFI).
Hasyim, Hafidz. 2012. Watak Peradaban dalam Epistemologi Ibnu Khaldun.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan STAIN Jember Press.
19

Ibnu Khaldun, Abdurrahman. 1979. At-Ta’rif bi Ibni Khaldun wa Rihlatuhu
Gharban wa Syarqan. Lebanon: Daar al-Kitab al-Lubnany.
_______________________. 2010. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Cairo: Daar Ibn
al-Jauzy.
_______________________. 2011. Mukaddimah Ibnu Khaldun (terj: Marturi
Irham, Malik Supar, Abidun Zuhri) Cet-1. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ed-1. Jakarta: Rajawali Press.
Kartanegara, Mulyadi. 2003. Pengantar Epistemologi Islam. Bandung: Mizan
Media Utama.
Kasule, Omar Hasan. 2009.Epistemologi Islam dan Integrasi Ilmu Pengetahuan
pada Universitas Islam: Epistemologi Islam dan Proyek Reformasi
Kurikulum. Makassar: Unismuh, Kasule’s Copyright.
Al-Kaylani, Majid Irsan. 1988. Falsafatu-l-Tarbiyati-l-Islamiyah. Mekah:
Maktabah Hadi.
Al-Khushory, Abu Khaldun Syati’. 1978. Dirasat ‘an Muqaddimah Ibn Khaldun.
Cairo: Maktabah al-Khanajy, Beirut: Daar al-Kitab al-‘Araby.
Kuhn, Thomas S. 2000. The Structure of Scientific Revolutions: Peran Paradigma
dalam Revolusi Sains. (terj). Bandung: Penerbit Rosdakarya.
Muthahari, Murtadha. 2001. Mengenal Epistemologi. (terj). Jakarta: Lentera.
Praja, Juhaya S. 2002. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan
Penerapannya di Indonesia. Bandung: Mizan Media Utama.
Rivai, Veithzal dan Buchari, Andi. 2009. Islamic Economics. Ekonomi Syariah
bukan Opsi Tapi Solusi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sholihin, Muhammad. 2013. Pengantar Metodologi Ekonomi Islam: Dari Mazhab
Baqir as-Sadr Hingga Mazhab Mainstream. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Soetriono dan Hanafie, Rita. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Tafsir, Ahmad. 2005. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Cet-14. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Triono, Dwi Condro. 2011. Ekonomi Islam Madzhab HAMFARA: Jilid I Falsafah
Ekonomi Islam. Yogyakarta: Irtikaz.
Wafi, Ali Abdulwahid. Ibnu Khaldun: Karya dan Riwayatnya. (terj). Jakarta: PT
GrafitiPress.
Jurnal
Haneef, M. Aslam. “Islamisasi Ilmu Ekonomi: Apa yang Salah?”. Majalah
Pemikiran dan Peradaban Islam: ISLAMIA. Thn. I, no. 6, 2005. Jakarta:
Penerbit Khairul Bayan.
Setia, Adi. “Epistemologi Islam menurut Al-Attas: Satu Uraian Ringkas”.
Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam: ISLAMIA. Thn. I, no. 6, 2005.
Jakarta: Penerbit Khairul Bayan.

20