METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB MUQADDIMAH IBNU KHALDUN

METODE PENDIDIKAN ISLAM
DALAM KITAB MUQADDIMAH IBNU KHALDUN

SKRIPSI

Oleh:
Safwannur
NPM: 20120720216

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

METODE PENDIDIKAN ISLAM
DALAM KITAB MUQADDIMAH IBNU KHALDUN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) strata Satu
pada Progam Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :
Safwannur
NPM: 20120720216

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i

PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa

: Safwannur


NPM

: 20120720216

Program Studi

: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri
dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Yogyakarta, 30 Mei 2016
Yang membuat pernyataan

Safwannur
NPM. 20120720216


ii

MOTTO

َ
‫رير ملٍ العلماء تصبيد وكخاةٓ العلٍ وانغر قيٓ عبادة وإذا أصاب َِ ذلك امداد‬
‫ وإذا مام َِ مره ّغر‬,‫ وإذا مطر َْٕا ى اأرض حأأ ّوره‬,‫ثوبٓ قىأّما دم الشٕداء‬
ْ
.‫إيٓ أٔي اجمػ قينال ٔذا عبد َِ عباد اه أكرَٓ اه وذش َػ اأّبيا‬
﴾‫﴿اإَام احصِ ابري‬
Gerak pena orang yang menuntut ilmu adalah tasbih, menuntut ilmu itu sendiri
dan merenungkannya adalah ibadah. Dan apabila tinta pena itu mengenai
pakaiannya, maka seakan-akan dia tetesan darah orang yang syahid, dan
apabila tetesan itu jatuh di atas tanah cahayanya bersinar. Dan apabila orang
yang berilmu itu berdiri dari kuburnya (di hari kebangkitan) semua mata
memandangnya, lalu dikatakan orang inilah dari hamba-hamba Allah yang
dimuliakannya, kemudian dihimpunlah ia bersama para nabi.
(Imam al-Hasan al-Bashri )


iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan teruntuk:
1. Ayahanda (Allah yarham Sulaiman), Ibunda terkasih (Halimah) dan
nenek (Salbiah) yang tak pernah lelah mendo’akanku sehingga
menjadi peneguh disetiap langkahku.
2. Kakak-kakak dan adik-adikku tercinta (bang Sudirman dan kak
Halimah, bang Baihaqi, Kak Manna Hayati dan bang Kasman, bang
Zulhilmi, adek Khairul Amal dan adek Miftahul Jannah) yang
selalu mendorongku untuk terus berjuang.
3. Ibu dr. Rahmawati A. Latief, Sp.PD-KGH yang telah memberikan
sarana dan prasarana demi kelancaran studiku dan ustadz Drs. H.
Baihaqi Muhammad yang selalu memotivasiku untuk terus berpacu
mengejar cita-cita.
4. Ustadz/ah di Dayah Modern Ihyaaussunnah Lhokseumawe, Aceh.
5. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Pendidikan Ulama Tarjih
Muhammadiyah Yogyakarta.
6. Almamaterku, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i
HALAMAN NOTA DINAS......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................ix
ABSTRAK ....................................................................................................................xi
TRANSLITERASI ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 9
E. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ................................ 12
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 12
B. Kerangka Teoretik ........................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 44
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................... 44
B. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 45

v

C. Sumber Data ................................................................................................. 45
D. Teknik Analisis Data .................................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 48
A. Gambaran Umum Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun ....................................... 48
1. Biografi Singkat Ibnu Khaldun ................................................................... 50
2. Pendidikan Ibnu Khaldun............................................................................ 52
3. Karya-karya Ibnu Khaldun .......................................................................... 55
4. Corak Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun ............................................... 57
B. Metode Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun ............................................ 60
C. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pendidikan Islam Ibnu Khaldun ............ 73
D. Relevansi Metode Pendidikan Islam Ibnu Khaldun dengan Pendidikan

Agama Islam Saat Ini ........................................................................................ 81
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 85
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 85
B. SARAN ............................................................................................................. 87
C. KATA PENUTUP ............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 90
CURRICULUM VITAE ............................................................................................. 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................... 97

vi

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan metode-metode pendidikan
Islam yang terdapat dalam kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun. Sedangkan manfaat
dan kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah wawasan keilmuan
khususnya yang berhubungan dengan penelitian tafsir sehingga bisa diambil
manfaatnya dan dijadikan teladan bagi umat islam khususnya para pendidik dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak kepada peserta didiknya.
Penelitian ini adalah tergolong penelitian kepustakaan (library research)
yang mengkaji Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun dengan menggunakan analisis

data yaitu analisis isi (content analysis). Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analitis karena penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan informasi
berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks yang diteliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun menawarkan
beberapa metode yang dapat digunakan oleh para pendidik dalam suatu proses
pembelajaran, yaitu Metode Dialog dan Diskusi (al-Muḥāwarah wa al-Manāẓir),
Metode Peringkasan Buku, Metode pentahapan dan pengulangan (at-Tadrīj wa
at-Tikrār), Metode Fokus pada Satu Bidang Ilmu, Metode Mendahulukan
Pengajaran Bahasa Arab Sebelum Mengajarkan al-Qur’an, Metode kasih sayang,
dan Metode Widya-Wisata (Rihlah). Adapun keunggulan dan kelemahannya
adalah: Metode Dialog dan Diskusi dapat melatih peserta didik untuk dapat
berbicara dalam suatu forum ilmiah. Namun, tidak semua peserta didik bisa
terlibat aktif dalam dialog dan diskusi. Metode Peringkasan Buku membuat
peserta didik bisa langsung mendapatkan inti dari suatu pembelajaran. Namun,
peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Metode
pentahapan dan pengulangan membuat peserta didik akan memperoleh
pemahaman yang sempurna, karena materi pelajaran disampaikan secara rinci.
Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan
pembelajaran. Metode Fokus pada Satu Bidang Ilmu menjadikan peserta didik

akan memahami dan mampu menguasai suatu bidang ilmu secara sempurna.
Namun, peserta didik hanya memahami satu bidang ilmu saja. Metode
Mendahulukan Pengajaran Bahasa Arab Sebelum Mengajarkan al-Qur’an dapat
memudahkan peserta didik untuk lebih memahami al-Qur’an. Namun,
dikhawatirkan peserta didik hanya pintar dalam berbicara dengan menggunakan
bahasa Arab dibandingkan dengan membaca al-Qur’an. Metode kasih sayang
dapat melatih peserta didik untuk memeliki rasa kasih sayang terhadap sesama.
Namun, peserta didik menjadi manja.Metode Widya-Wisata menjadikan peserta
didik dapat melihat secara langsung suatu proses pembelajaran. Namun,
membutuhkan banyak biaya dan waktu. Metode pendidikan Islam yang
ditawarkan Ibnu Khaldun masih relevan dengan pendidikan Islam saat ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap insan
yang mendiami alam jagad raya ini. Tanpa adanya pendidikan, manusia akan
terjerumus ke dalam lembah kebodohan sehingga tidak bisa menjalankan
fungsinya sebagai makhluk yang mulia, dibandingkan makhluk lainnya. Hanya

pendidikan yang bisa mengangkat harkat dan martabat seorang manusia untuk
mencapai derajat kemuliaan. Maka dari itu, dapatlah dikatakan bahwa pendidikan
merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala
aspek hidup. Sepanjang sejarah hidup manusia, seluruh kelompok umat manusia
menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitas
(Salim dan Kurniawan, 2012: 211).
Sejak awal kelahirannya, Islam telah memberikan perhatian yang besar
terhadap masalah pendidikan. Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan
usaha yang paling strategis untuk mengangkat harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang mulia. Melalui pendidikan, berbagai potensi yang dimiliki
manusia, yakni potensi basyariyah, insāniyah dan an-nās yang dimiliki manusia
dapat diberdayakan secara optimal sehingga ia dapat melaksanakan fungsinya
sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka ibadah kepada Allah Swt (Nata,
2012: 119-120). Oleh karena itu, tugas pendidikan Islam senantiasa bersambung

2

(kontinu) dan tidak terbatas. Hal ini karena hakikat pendidikan Islam merupakan
proses tanpa akhir sejalan dengan konsensus universal yang ditetapkan oleh Allah
Swt (Mujib dan Mudzakkir, 2014: 51). Pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana

yang kondusif bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami dari
satu generasi kepada generasi berikutnya (Rasyidin dan Nizar, 2005: 22).
Hakikat pendidikan dalam Islam adalah kewajiban mutlak yang
dibebankan kepada semua umat Islam. Kewajiban untuk mencari ilmu
pengetahuan sudah dimulai semenjak wujud manusia masih berupa janin dalam
kandungan sang ibu, dan kewajiban itu baru berakhir ketika manusia masuk ke
lihat lahat. Secara praktis, hakikat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai
hakikat pengajaran al-Quran dan as-Sunnah (Basri, 2009: 56). Sistem pendidikan
Islam diharapkan tidak saja sebagai penyangga nilai-nilai, tetapi sekaligus sebagai
penyeru pikiran-pikiran produktif dan berkolaborasi dengan perubahan zaman
(Tholkhah dan Barizi, 2004: 4).
Bagi seorang muslim, pendidikan Islam menjadi hal yang tidak bisa
terpisahkan dalam hidupnya. Sebab, pendidikan Islam merupakan amanat yang
yang harus dikenalkan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan
Islam mengantarkan manusia pada perilaku yang berpedoman pada syariat Allah.
Dengan demikian, pendidikan Islam sangatlah dibutuhkan umat manusia. Melalui
pendidikan Islam, dapat menyelamatkan anak manusia dari penindasan dan
pencampakan sistem materialisme, paham serba boleh, pemanjaan dan lain
sebagainya. Melalui pendidikan Islam pula, dalam diri manusia akan tertanam
pemuliaan dan penghargaan terhadap manusia (An-Naḥlāwi, 1995: 26-27).

3

Pendidikan dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Buktinya,
wahyu pertama yang diterima Rasulullah Saw di gua hira‟ adalah perintah untuk
membaca (Q.S. al-„Alaq: 1-5). Aktivitas membaca termasuk bagian dari proses
pendidikan, karena dengan membaca dapat menambah khazanah pengetahuan dan
membuka cakrawala berpikir seseorang manusia. Membaca adalah gerbang
menuju ilmu. Perpaduan ilmu yang memadai dan iman yang kokoh, menjadikan
manusia mampu menjalankan fungsi sebagai hamba sekaligus khalifah (wakil)
Allah di muka bumi (Jabrohim [ed.], 2010: 119-120). Oleh karena pendidikan
menduduki posisi terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah kalau
orang Islam meletakkan al-Quran dan hadis sebagai dasar bagi teori-teori
pendidikannya (Tafsir, 2004: 22). Orang yang berilmu (berpendidikan) akan
diberi keistimewaan, yaitu mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah Swt. Dalam
al-Qur‟an Allah berfirman:

َ َُ َ َْ
َ َْ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ
ُ
َ
َ
َ
َ
...‫ات‬
ِ ‫اَيِ آَْوا َِْكٍ و‬
ِ َ‫يرق ِػ ا‬...
‫اَيِ أوحوا ال ِعلٍ درح م‬

...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat...(Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11).
Pendidikan Islam terlahir dari sebuah paradigma Islam berupa pemikiran
menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan dunia, sebelum dunia
dan kehidupan setelahnya serta kaitan (hubungan) antara kehidupan dunia dengan
kehidupan sebelum dan sesudahnya (Yusanto et al., 2014: 58). Pendidikan Islam
bertujuan untuk membentuk kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi
insan kamil (manusia utuh rohani dan jasmani), sehingga dapat hidup dan

4

berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah Swt. Maka
dari itu pendidikan Islam diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna
bagi

dirinya

dan

masyarakatnya,

serta

senantiasa

mengamalkan

dan

mengembangkan ajaran Islam. Dapatlah dikatakan bahwa substansi pendidikan
Islam adalah untuk mengarahkan manusia untuk semakin dekat kepada Allah
(Daradjat (1991) dalam Uhbiyati, 1997: 41). Dengan kata lain, tujuan pendidikan
Islam adalah untuk merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan
manusia, baik secara individual maupun secara sosial (an-Naḥlāwi, 1995: 117).
Pendidikan yang Islami, tidak lain adalah upaya mengefektifkan aplikasi nilainilai agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan secara
utuh kepada manusia, masyarakat dan dunia pada umumnya (Fathurrohman dan
Sutikno, 2014 :122).
Dunia pendidikan Islam saat ini harus siap berkompetisi untuk menghadapi
derasnya arus globalisasi. Namun terkadang, umat Islam belum siap untuk
menghadapi perjumpaan dengan peradaban global, disebabkan sifat tertutup
dengan dunia luar dan adanya sifat defensif yang berlebihan. Akibatnya sistem
pengajaran cenderung mengedepankan ranah kognitif, sehingga metode pembeoan
menjalar dan berkembang. Praktik pendidikan semacam ini berefek pada kurang
berkembangnya ranah afektif dan psikomotor dalam suatu pembelajaran (Lestari
dan Ngatini, 2010: 83).
Seorang pendidik yang menginginkan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien, harus menguasai berbagai teknik atau metode
penyampaian materi dan dapat menggunakan metode yang tepat dalam proses

5

belajar mengajar, sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik
yang menerima. Dalam pemilihan teknik atau metode pembelajaran memang
memerlukan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, para pendidik dituntut untuk
pandai

memilih

dipergunakannya

dan

mempergunakan teknik

(Maunah,

2009:

55).

atau metode

Metode

yang akan

digunakan

untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kerja nyata, agar tujuan
bisa tercapai secara optimal (Gunawan, 2014: 258). Maka dari itu, metode yang
digunakan oleh guru harus mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi
siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar. Sesungguhnya proses belajar
merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang mampu menciptakan
suasana belajar dan siswa memberi respons terhadap usaha guru tersebut
(Hamdani, 2011: 81).
Dalam pelaksanaanya pendidikan Islam membutuhkan metode yang tepat.
Hal ini bertujuan untuk menghantarkan kegiatan pendidikan kearah yang dicitacitakannya. Sebaik dan sesempurna apapun suatu kurikulum pendidikan Islam,
tidak akan berarti apa-apa, bila tidak diimbangi dengan metode atau cara yang
tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Penerapan metode yang
tidak tepat akan berdampak pada terhambatnya proses belajar mengajar, serta
berakibat pada terbuangnya waktu dam tenaga secara percuma (Janawi, 2013:
133). Metode pendidikan Islam juga merupakan bagian dari alat-alat pendidikan
karena berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan Islam,
semua metode dan alat-alat pendidikan harus berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam
sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah (Basri, 2010: 140).

6

Metode pendidikan Islam yang dikembangkan untuk memperlembut hati anak
didik juga berkaitan secara langsung dengan keteladanan semua pihak yang
terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, baik keluarga, masyarakat, pendidik
dan pemerintah (Basri, 2010: 169). Oleh sebab itu, metode pendidikan Islam
dipandang sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi
mereka. Selain itu, juga dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk
Ilahi dan konsep-konsep peradaban manusia (an-Nahlaw, 1995: 204).
Namun kenyataannya, banyak para pendidik yang tidak memahami metode
pengajaran yang sesuai dengan peserta didik yang dihadapi. Hal ini membuat
peserta didik merasa jenuh dan putus asa dengan tumpukan tugas dari beberapa
mata pelajaran yang dijejalkan oleh lembaga pendidikan. Metode pembelajaran
yang monotan juga membuat peserta didik tertekan dan seakan ingin lari dari
kelas (Roqib, 2009: 89). Padahal, bagi seorang pendidik, penguasaan terhadap
metodologi pengajaran adalah merupakan salah satu persyaratan bagi seorang
tenaga pendidik professional (Bukhari (1985) dalam Nata, 2008: 27).
Pakar pendidikan seperti Mahmud Yunus pernah mengatakan bahwa
penguasaan terhadap metodologi pengajaran jauh lebih penting daripada
pemberian materi (Yunus (1965) dalam Nata, 2008: 27). Oleh sebab itu, metode
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses pendidikan. Sebab,
metode

sangat

menentukan

berhasil

tidaknya

proses

pendidikan

yang

dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Maka dari itu, metode harus
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman
(Kosim, 2012: 139). Menguasai metode mengajar merupakan suatu keniscayaan,

7

sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak
menguasai metode secara tepat (Fathurrohman dan Sutikno, 2014: 15).
Dilihat dari sisi yang lain, realitas pendidikan Islam akhir-akhir ini secara
berangsur-angsur mulai terlihat kemajuannya. Berdirinya lembaga-lembaga
pendidikan Islam dengan beberapa model yang ditawarkan menjadi bukti nyata
kemajuan pendidikan Islam (Sanaky, 2015: 10). Melalui lembaga pendidikan
pesantren yang tersebar hingga ke seluruh pelosok pedesaan di Indonesia,
pendidikan Islam telah mengembangkan pendidikan seumur hidup (Nata, 2008:
143). Perlu disadari bersama bahwa pendidikan Islam bukan hanya sekedar
transfer of knowledge, melainkan lebih kepada penataan suatu sistem atas fondasi
keimanan dan kesalehan, suatu sitem yang terkait langsung dengan Tuhan (Salim
dan Kurniawan, 2012: 211).
Pada abad pertengahan, telah muncul tokoh-tokoh besar yang berkontribusi
besar tehadap perkembangan dunia pendidikan, di antaranya adalah Ibnu Khaldun.
Beliau

adalah salah seorang cendikiwan muslim yang hidup pada zaman

kegelapan Islam (Suharto (2003) dalam Iqbal (2015: 513). Jika bagi Eropa periode
ini disebut sebagai cikal bakal renaissance, maka bagi dunia Islam justru
merupakan periode kemunduran dan disintegrasi, ditandai oleh kemandekan
pemikiran dan kekacauan poitik (Baali dan Wardi (1989) dalam Kosim (2012 :3).
Keunikan sosok Ibnu Khaldun telah berhasil memunculkan pemikiran
pendidikan yang istimewa dan praktis. Pahit manis kehidupan yang dilaluinya
semakin mematangkan gagasan-gagasan pendidikan yang dihasilkannya menujun
horizon baru pemikiran pendidikan Islam (Iqbal, 2015: 513). Dalam karya

8

monumentalnya yang berjudul Muqaddimah Ibnu Khaldūn, beliau menguraikan
secara

gamblang

mengenai

pendidikan

Islam

yang

mencakup

metode

pengajarannya, cara memperoleh dan berbagai dimensinya, serta segala aspek
yang berkaitan dengannya (Ibnu Khaldūn, 2004: 155). Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian terhadap metode pendidikan Islam yang ditawarkan Ibnu
Khaldun dan relevansinya terhadap pendidikan Islam saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat
diambil beberapa pokok permasalahan yang menjadi fokus utama penulisan
skripsi ini yaitu:
1. Bagaimana metode pendidikan Islam yang ditawarkan Ibnu Khaldun?
2. Apa keunggulan dan kelemahan metode pendidikan Islam Ibnu Khaldun?
3. Apa relevansinya terhadap pendidikan agama Islam saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Pembahasan

mengenai

Metode

Pendidikan

Islam

Dalam

Kitab

Muqaddimah Ibnu Khaldun ini memiliki tujuan. Adapun Tujuan penelitian ini
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengkaji lebih tentang metode pendidikan Islam yang ditawarkan Ibnu
Khaldun.
2. Ingin mengetahui kelemahan dan keunggulan metode pendidikan Islam Ibnu
Khaldun.
3. Ingin mengetahui relevansi metode pendidikan Islam Ibnu Khaldun dengan
Pendidikan Agama Islam saat ini.

9

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a. Sebagai informasi dan pembanding bagi penelitian-penelitian selanjutnya
yang meneliti suatu kitab dalam bidang pendidikan, khususnya yang
berkenaan dengan metode pendidikan Islam.
b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam khazanah keilmuan dan pendidikan
Islam, yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas pendidikan dan
cakrawala berpikir anak bangsa melalui metode pendidikan Islam yang
terkandung dalam sebuah kitab karya ulama besar Islam dan relevansinya
terhadap perkembangan pendidikan Islam.
2. Secara Praktis
penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para pendidik untuk
meningkatkan pemahaman dan wawasan dalam dunia pendidikan, agar dapat
menerapkan macam-macam metode pendidikan Islam yang terdapat dalam
kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun, sehingga dapat memperkaya khazanah
pengetahuan dan informasi bagi para pendidik serta menjadikan proses
belajar peserta didik lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Harapannya, pendidik dapat menggabungkan beberapa metode pendidikan
dalam praktek mengajarnya dan dapat memilih metode pendidikan yang
relevan dengan situasi dan kondisi dalam proses pembelajaran.

10

E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab
yang terbagi dalam beberapa sub bab yang saling berhubungan, yaitu sebagai
berikut:
Bab I, Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teoritik. Bab ini memuat tentang
tinjauan pustaka berupa penelitian-penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya
yang relevan dengan tema skripsi yang diangkat. Selain itu juga memuat kerangka
teoritik yang berkaitan dengan tema skripsi, terdiri dari metode pendidikan,
macam-macam metode dalam pendidikan, metode pendidikan Islam di pondok
pesantren dan tugas dan fungsi metode pendidikan Islam.
Bab III, Metode Penelitian. Bab ini menguraikan tentang metode penelitian
yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data,
sumber data, dan teknik analisi data.
Bab IV, Hasil dan Pembahasan. Bab ini merupakan analisis dan hasil
pembahasan terhadap kitab yang diangkat, yaitu kitab Muqaddimah Ibnu
Khaldun.

Memuat Gambaran umum kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun yang

meliputi biografi singkat Ibnu Khaldun, pendidikannya, karya-karyanya dan corak
pemikiran pendidikannya. Selanjutnya membahasa tentang metode pendidikan
Islam yang terkandung di dalam kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun, kelemahan dan
keunggulan metode tersebut, dan relevansinya terhadap pendidikan Agama Islam
saat ini.

11

Bab V, Penutup. Bab ini berisi kesimpulan yang peneliti berikan dari hasil
analisa penulisan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya. Juga
sebagai jawaban atas persoalan yang diangkat peneliti, sekaligus sebagai penutup
dari seluruh penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini.

Selain itu, juga

memuat saran-saran dari hasil penelitian yang ditujukan kepada para pendidik dan
masyarakat dalam dunia pendidikan, dan kepada para pelajar atau mahasiswa
yang akan melakukan penelitian serupa. Bagian terakhir dari bab ini adalah kata
penutup (closing speech) yang berisi ungkapan rasa syukur dan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, juga
memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk memberikan saran dan kritik bagi
penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Peneliti telah melakukan penelusuran terhadap karya-karya ilmiah yang
berkaitan dengan tema penelitian ini. Penelitian tentang Ibnu khaldun dan metode
pendidikan Islam sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sehingga ditemukan
beberapa penelitian yang dapat dijadikan perhatian, di antaranya adalah:
Pertama, Penelitian Lilik Ardiansyah (2013), pada Program Studi
Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Yogyakarta tentang “Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang
Pendidikan”. Penelitian ini

menggunakan metode historis kritis, dengan

pendekatan politik, sosiologi dan psikologi. Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang pemikir yang berpegang teguh
dan komitmen terhadap ajaran agama. Pemikiran Ibnu Khaldun sesungguhnya
tidak dapat dilepaskan dari akar pemikiran Islam. Ibnu Khaldun berpendapat
bahwa pendidikan adalah upaya untuk memperoleh suatu kepandaian, pengertian
dan kaedah-kaedah yang baru.
Pandangan Ibnu Khaldun tentang pendidikan berpijak pada konsep dan
pendekatan filosofis-empiris. Melalui pendekatan ini, ia memberikan arahan
terhadap visi tujuan pendidikan Islam secara ideal dan praktis. Adapun tujuan
pendidikan Islam adalah mencari ridha Allah Swt. Tantangan pendidikan menurut
Ibnu Khaldun adalah pendidikan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas yaitu melahirkan masyarakat yang berbudaya serta berusaha untuk

13

melestarikan dan meningkatnya untuk eksistensi masyarakat selanjutnya dengan
menghargai kebudayaan tersebut.
Kedua, Penelitian Nur Afifah (2012), pada Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta, tentang “Pemikiran Ibnu Khaldun
Tentang Pendidikan”. menggunakan metode dokumentasi, dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa bahwa terdapat 4 faktor
pendidikan yang ditawarkan Ibnu Khaldun yakni tujuan, pendidik, peserta didik,
metode pengajaran dan materi pendidikan. Semua komponen pendidikan tersebut
sesuai dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan sekarang. Namun, ada
beberapa pemikiran beliau yang berbeda dengan para ahli pendidikan yakni
tentang tujuan pendidikan. Disini pemikiran Ibnu Khaldun lebih kepada realistis.
Bahwa pendidikan bukan hanya untuk mengangkat derajat manusia. Namun, agar
manusia mampu memperoleh penghasilan dan menghasilkan industri-indutri
untuk eksistensi hidup manusia selanjutnya. Selain itu, pemikiran beliau tentang
jangan berhenti terlalu lama dalam proses belajar, belum ditemukan dalam teori
para ahli pendidikan masa sekarang. Serta hal-hal yang menghambat proses
pendidikan belumlah berlaku pada masa sekarang yakni tentang banyaknya buku
dan banyaknya ringkasan. Konsep pemikiran Ibnu Khaldun juga sangat relevan
dengan konsep pendidikan masa sekarang, dan sangat cocok untuk diterapkan
dalam kegiatan belajar dimana pun.
Ketiga, Penelitian Hikma Hayati Lubis (2008), pada Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tentang “Pemikiran Ibnu
Khaldun Mengenai Pengembangan Masyarakat Islam.” Menggunakan metode

14

content analisys dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan bahwa terdapat pemikiran Ibnu Khaldun yang dianggap masih relevan
untuk pengembangan masyarakat Islam. Di antara konsep yang pengembangan
masyarakat Islam yang yang dinukil Ibnu Khaldun adalah: 1). Individu: bahwa
manusia memiliki kekurangan dan kelemahan di samping kelebihan yang dimiliki.
Maka kelebihan perlu dibina agar dapat mengembangkan potensi pribadi. 2).
Ashabiyah: yaitu sikap kekeluargaan, yang apabila dibina dan diarahkan kepada
penanaman jiwa keagamaan maka akan menghasilkan sikap yang positif
mengarah kepada sikpa menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. 3). Masyarakat
ijtima’ al-insani: dengan adanya sikap solidaritas maka terciptalah sistem sosial
masyarakat ijtima’ al-insani yang diarahkan kepada terbentuknya masyarakat
yang islami. 4). Negara: merupakan wadah untuk menciptakan tatanan masyarakat
yang ideal sesuai dengan ajaran Islam. 5). Peradaban: tujuan akhir dari
pengembangan masyarakat Islam adalah terwujudnya masyarakat madani yang
memiliki peradaban tinggi, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, demokratisasi,
inklusivisme, independent, makmur dan sejahtera.
Keempat, Penelitian Wiwin Siswatini (2008), pada Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Malang, tentang

“Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun Dalam Prolegomena (Analisis
Epistemologi dan Metode Pembelajaran).” Dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan: (1) Cara Memperoleh Ilmu
Pengetahuan menurut Ibnu Khaldun dengan: Berpikir (tafakkur), Keragu-raguan
(Skeptisme),dan Pembiasaan (Ta’wid), (2) Ibnu Khaldun membagi ilmu

15

pengetahuan dalam 2 kategori : al-ulum an-naqliyah dan al-ulum al-aqliyyah.
Sistem Pendidikan Islam dalam perspektifnya berorentasi pada persoalan dunia
dan ukhrawi. Sehingga dalam lembaga Islam seperti SD/MI, SLTP/MTs,
SLTA/MA dan Universitas tidak mengenal dikotomi antar ilmu pengetahuan
umum dan agama (3) Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ibnu
Khaldun Terhadap peserta didik dengan: Metode pentahapan (Tadarruj), Metode
pengulangan (Tikrari), Metode kasih sayang (al-Qurb Wa al–Muyanah), Metode
peninjauan kematangan usia dalam pengajaran Al-Qur‟an, Metode Penyesuaian
Fisik Dan Psikis Peserta Didik, Metode Penguasaan satu bidang, Metode
Peningkatan Pengembangan Potensi Peserta Didik, Metode Widya-Wisata
(Sirah), Metode Lapangan (Praktek), Metode Menghindari Peringkasan Buku.
Kelima, Penelitian Khoirul Taqwim (2009), pada Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tentang “Relevansi
Pemikiran Ibnu Khaldun Dengan Ekonomi Islam”. Menggunakan metode
deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa pemikiran yang digagas oleh Ibnu Khaldun tentang ekonomi sangat
berkaitan dengan nilai-nilai ekonomi Islam, sebab Ibnu Khaldun mempunyai
kesamaan dengan perekonomian Islam sebagai salah satu sendi kehidupan yang
penting bagi manusia, dan al-Qur‟an telah mengatur sedemikian rupa.
Keenam, Penelitian Lutfi Kusuma Dewi (2015), pada Fakultas Agama
Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, tentang “Metode Pendidikan Islam Dalam Novel Amelia Serial
Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye”. Menggunakan metode metode kualitatif

16

non interaktif (analisis dokumen), dengan pendekatan sastra yaitu pendekatan
objektif dan pragmatis. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa novel
Amelia Serial Anak-Anak Mamak karya Tere Liye terdapat banyak metode
pendidikan Islam yang terkandung didalamnya diantaranya adalah metode
keteladanan, metode dialog, metode kisah, metode perumpamaan, metode
pembiasaan, metode nasihat, metode pemberian hadiah dan pemberian hukuman,
metode ceramah, metode demonstrasi, metode proyek, metode peringatan, dan
metode praktik. Adapun relevansi antara metode pendidikan Islam yang
terkandung dalam novel Amelia Serial Anak-Anak Mamak karya Tere Liye
terhadap praktik pendidikan saat ini memiliki keterkaitan yang sangat erat, sebab
ilmu pengetahuan akan mudah diterima dan difahami oleh peserta didik apabila
pendidik mampu menerapkan metodenya dengan tepat dan maksimal. Begitu juga
dengan perkembangan pendidikan. Berkembang atau tidaknya pendidikan semua
bergantung kepada proses dari praktik pendidikan yang ada. Sedangkan proses
dalam praktik pendidikan tersebut bergantung kepada cara para pendidik
mengelolanya. Sehingga novel Amelia Serial Anak-Anak Mamak karya Tere Liye
cocok untuk digunakan oleh para pendidik sebagai bahan referensi.
Ketujuh, Penelitian Muh Nor Hadi (2007), pada Fakultas Tarbiyah, Prodi
Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
tentang “Relevansi Konsep Pedagogik Ibnu Khaldun Terhadap Pembelajaran
Bahasa Arab (Perspektif Metodologis)”. Menggunakan metode kualitatif, dengan
pendekatan historis. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa metode
pembelajaran yang Ibnu Khaldun umumnya didasarkan pada fitrah manusia.

17

Metode-metode pun ditentukan oleh faktor internal dan eksternal peserta didik.
Metode-metode yang relevan dengan pembelajran Bahasa Arab adalah metode
audio lingual, metode humanis, metode pentahapan, metode pemisahan materi,
metode kasih sayang.
Dari tinjauan pustaka diatas terdapat perbedaan dengan yang akan peneliti
lakukan diantaranya adalah; tinjauan pustaka pertama lebih menekankan pada sisi
historis, politik dan sosiologis. Tinjauan pustaka yang kedua lebih menekankan
pada komponen-komponen pendidikan yang ditawarkan Ibnu Khaldun. Tinjauan
pustaka yang ketiga terletak pada subjek penelitian yaitu lebih menekankan pada
Pengembangan Masyarakat Islam. Tinjauan pustaka yang keempat lebih
menekankan pada analisis epistimologi, tinjauan pustaka yang kelima terletak
pada subjek pembahasan yaitu lebih menekankan pemikiran Ibnu Khaldun tentang
ekonomi Islam, tinjauan pustaka yang keenam lebih menekankan pada metode
pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Amelia serial anak-anak mamak
karya Tere Liye dan tinjauan pustaka ketujuh lebih menekankan pada metode
pembelajaran bahasa Arab. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan lebih
menekankan pada metode pendidikan Islam yang terkandung dalam kitab
muqaddimah Ibnu Khaldun disertai dengan keunggulan dan kelemahannya.
Sejauh pengamatan peneliti, karya-karya tersebut berkisar seputar
pemikiran dan konsep pendidikan Ibnu Khaldun dalam pembahasan yang luas.
Dari sinilah peneliti berupaya untuk menggali lebih dalam mengenai pemikiran
Ibnu Khaldun, lebih spesifik tentang metode pendidikan
ditawarkannya dan relevansinya dengan pendidikan Islam saat ini.

Islam

yang

18

B. Kerangka Teoretik
1. Metode Pendidikan
a. Pengertian Metode Pendidikan
Menurut bahasa, istilah metode sering diartikan “cara”. Kata
metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti
melalui, dan hodos berarti jalan atau cara (Arifin (1991) dalam Gunawan,
2014: 255). Secara literal, metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri
dari dua kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan.
Jadi metode berarti jalan yang di lalui (Arifin (1987) dalam Rasyidin dan
Samsul Nizar, 2005: 65). Secara etimologi istilah metodologi berasal dari
bahasa Yunani, yakni dari kata Metodos yang berarti cara atau jalan, dan
Logos artinya ilmu (Yusuf dan Anwar, 1995: 1). Dengan demikian,
metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan (Gunawan, 2014: 255).
Secara semantik, metodologi berarti ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien (Sukir (1979) dalam
Yusuf dan Anwar, 1995: 1). Metode juga dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan

oleh

pendidik

dalam

menyampaikan

materi

dengan

menggunakan bentuk tertentu, seperti ceramah, diskusi ( alaqah),
penugasan, dan cara-cara lainnya (Roqib, 2009: 91). Dalam bahasa Arab,
kata metode dikenal istilah ṭarīqah yang berarti langkah-langkah yang
harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Oleh sebab itu, bila

19

dihubungkan dengan pendidikan, maka langkah tersebut harus diwujudkan
dalam proses pendidikan dalam kerangka pembentukan kepribadian
peserta didik (Salim dan Kurniawan, 2012: 210). Dengan demikian,
metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Fathurrohman dan
Sutikno, 2014: 55).
Rasyidin dan Nizar (2005: 66) mengklasifikasikan metode
pendidikan ke dalam tiga sudut pandang:
1) Dari segi pendidik, metode berarti suatu prosedur yang dipergunakan
pendidik dalam melaksankan tugas-tugas

kependidikan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Dari segi peserta didik, metode berarti teknik yang dipergunakan
peserta didik untuk menguasai materi tertentu dalam proses mencari
ilmu pengetahuan.
3) Dari segi pembuat kebijakan, metode berarti cara yang dipergunakan
dalam merumuskan aturan-aturan tertentu dari suatu prosedur.
b. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Metode

Pendidikan

Islam

adalah

prosedur

umum

dalam

penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan
atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai supra sistem (Mujib dan
Mudzakkir, 2014: 165). Sedangkan Arif (2008: 102) mendefinisikan
Metode Pendidikan Islam adalah jalan atau cara untuk diterapkan dalam

20

proses belajar mengajar agama Islam, guna tercapainya tujuan dan cita-cita
pendidikan Islam.
Dari dua definisi di atas, dapat dipahami bahwa definisi metode
pendidikan Islam dengan metode pendidikan pada umumnya tidak jauh
berbeda. Letak perbedaannya hanya di penekanan keislamannya saja.
pendidikan Islam lebih mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan
yang berazaskan Islam.
2. Macam-macam Metode dalam Pendidikan
Terdapat beberapa metode yang umum digunakan dalam proses
pendidikan. Metode-metode tersebut kiranya dapat menjadi pertimbangan
bagi para pendidik dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Yusuf dan
Anwar (1995: 41-94), menguraikan beberapa metode yang dapat digunakan
dalam pendidikan, di antaranya:
a. Metode Ceramah
Yaitu cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan
penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai. Ini adalah
cara yang banyak digunakan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat
dalam mengembangkan dan mendakwahkan agama Islam. Fathurrohman
dan Sutikno (2014: 61) menyatakan bahwa metode ceramah lazim
disebut metode kuliah atau pidato, yang dalam pelaksanaannya dilakukan
oleh guru secara monolog dan hubungan satu arah. Pada umumnya siswa
mengikuti secara pasif, karena perhatian terpusat pada guru. Menurut

21

Hamdani (2011: 156) metode ceramah dapat dilakukan oleh guru dalam
situasi sebagai berikut:
1) Untuk memberikan pengarahan; petunjuk di awal pembelajaran;
2) Waktu terbatas, sedangkan materi atau informasi banyak yang akan
disampaikan;
3) Lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajar, sedangkan
jumlah siswa banyak.
b. Metode Diskusi atau Musyawarah
Merupakan

salah

satu

yang

digunakan

dalam

dalam

menyelesaikan suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan
bersama, dengan jalan musyawarah atau mufakat. Dalam metode ini
terjadi pertukaran gagasan dan opini antara para siswa dan guru.
Diskusi sangat bermanfaat dalam menakar pengetahuan, ketrampilan
dan sikap siswa. Diskusi juga bisa membantu guru menjalin hubungan
dengan siswa (Smaldino et al., 2014: 36).
c. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Yaitu metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan
(meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian, atau untuk
memperlihatkan cara untuk melakukan sesuatu dan jalannya suatu
proses pembuatan tertentu kepada siswa. Dalam metode ini, siswa
melihat contoh nyata atau aktual dari sebuah ketrampilan atau prosedur.
Peran guru di sini adalah sebagai tutor yang menjelaskan kepada siswa
yang mengarahkan dan menunjukkan suatu proses (Smaldino et al.,

22

2014: 32). Dalam mendemonstrasikan suatu pelajaran, guru hendaknya
terlebih dahulu mendemonstrasikan terlebih dahulu yang sebaikbaiknya, lalu siswa mempraktekkan sesuai dengan petunjuk (Daradjat,
1995: 296).
d. Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan (Role Playing)
Yaitu suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan
bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Role Playing adalah cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan siswa. Jumlah pemain dalam metode ini lebih
biasanya lebih dari satu orang, bergantung pada peran apa yang
diperankan. Sisi keunggulan dari metode ini adalah seluruh siswa dapat
berpartisipasi

dan

mempunyai

kesempatan

untuk

menguji

kemampuannya dalam bekerja sama (Hamdani, 2011: 87).
e. Metode Kerja Kelompok
Yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan cara guru
mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup
tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan. Dalam
metode ini guru bisa menjadikan kelas sebagai satu kesatuan( kelompok
tersendiri) atau dengan membaginya menjadi kelompok-kelompok kecil
(sub-sub

kelompok).

menyesuaikan
pengelompokan

dengan

Dalam
situasi

berdasarkan

pembagian
dan
jenis

kelompok

kondisi
kelamin,

guru

siswa.

bisa

Seperti

pengelompokan

23

berdasarkan minat dan kemampuan belajar dan sebagainya (Suparta,
2008: 179).
f. Metode Tanya Jawab
Yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan jalan guru
mengajukan suatu pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dijawab,
bisa pula diatur pertanyaann-pertanyaan diajukan siswa lalu dijawab
oleh siswa lainnya. Menurut asy-Syalhub (2014: 161) metode tanya
jawab dapat digunakan di awal, pembicaraan atau di tengah-tengah
pembicaraan, untuk menarik perhatian siswa dan memotivasinya untuk
menghadirkan pikiran. Hamdani (2011: 157) mengungkapkan bahwa
metode tanya jawab dinilai tepat apabila pelaksanaanya ditujukan
untuk:
1) Meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa
memusatkan lagi perhatian;
2) Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa;
3) Mengarahkan pengamatan dan pemikiran siswa;
g. Metode Latihan Siap (Drill)
Yaitu suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/cara
melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam
melaksanakan tugas latihan yang diberikan. Dalam metode ini siswa
dituntut untuk selalu belajar dan mengerjakan latihan yang diberikan
oleh guru, sehingga bisa menguntungkan mereka. Siswa

diberikan

pemahaman secara bertahap, sehingga materi yang diajarkan dapat

24

lebih melekat dalam pikiran siswa. Metode ini juga dapat digunakan
untuk mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar
berlangsung (Susilowati, 2013: 4). Menurut Daradjat (1995: 303)
pemeriksaan latihan dapat dilakukan dengan cara:
1) Secara klasikal, yaitu murid menukarkan pekerjaannya dengan
pekerjaan temannya yang lain.
2) Secara individual, yaitu guru membuat jawaban yang benar,
selanjutnya anak didik mencocokkannya dengan latihan mereka
masing-masing.
3) Anak didik mencocokkan dengan kunci jawaban yang telah tersedia
lebih dahulu.
h. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Yaitu

guru

menyajikan

bahan

pelajaran

dengan

cara

memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakan dengan penuh rasa
tanggung jawab dan kesadaran. Dalam metode ini siswa bisa
melaksanakan di rumah, di sekolah dan di tempat lainnya. Metode ini
sering disebut “pekerjaan rumah”. Penggunaan metode ini dapat
merangsang pelajar untuk aktif belajar, baik secara individual maupun
kelompok (Suparta dan Aly, 2008: 178). Hal terpenting dalam metode
ini adalah melatih siswa agar berpikir bebas ilmiah (logis dan
sistematis) sehingga dapat memecahkan problem yang dihadapinya dan
dapat mengatasi serta mempertanggungjawabkannya (Daradjat, 1995:
298).

25

i. Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Yaitu suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana dua orang
guru atau lebih bekerja sama untuk mengajar suatu kelompok (group)
siswa/kelas tertentu. Dalam metode ini, satu kelas dihandle oleh
beberapa guru. Suparta (2008: 182) menguraikan beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan metode ini:
1) Program pelajaran hendaknya disusun bersama oleh tim;
2) Membagi tugas kepada tiap-tiap guru;
3) Setiap anggota dalam satu regu harus memiliki tujuan dan perhatian
yang sama;
4) Hendaknya dihindari terjadinya jam bebas akibat ketidakhadiran
seorang guru atau tim.
j. Metode Insersi (Sisipan)
Yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara: inti sari
ajaran-ajaran

Islam

atau

jiwa

agama/emosi

religius

diselipkan/disisipkan di dalam materi pelajaran umum. Dalam
pelaksaan metode ini, guru menyisipkan jiwa agama ke dalam mata
pelajaran umum secara halus, sehingga hampir tidak kerasa, bahwa
sesungguhnya peserta didik telah mendapat suntikan atau santapan
rohaniah (agama). Pelaksanaan metode ini tidak terlalu banyak
memakan waktu, sebab di saat berlangsungnya atau berakhirnya mata
pelajaran umum dihubungkan dengan hal-hal yang mengandung nilai

26

agama, baik melalui prolog maupum cerita (Yusuf dan Anwar, 1995:
73).
k. Metode Menyelubung (Wrapping)
Yaitu cara menyajikan bahan pelajaran agama atau hikmah
keimanan dan sebagainya, sengaja dibungkus atau diselubungi dengan
bentuk-bentuk lain. Dalam metode ini, penyampaian pelajaran agama
selalu dimulai dengan materi umum

yang berfungsi sebagai

pembawanya, sedangkan yang menjadi materi pokok adalah materi
agama. Materi umum hanya sebagai kulit pembungkusnya (Fikri, 2011:
122).
l. Metode Audio Visual
Yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan
alat-alat/media

pengajaran

yang

dapat

memperdengarkan,

atau

mempergakan bahan-bahan tersebut, sehingga siswa dapat menyaksikan
secara langsung bahan-bahan peragaan itu.

Media ini mempunyai

kemampuan yang lebih baik, karena meliputi karakteristik audio (suara)
dan visual (gambar). Media ini dapat dibagi dua, yaitu: a) audio visual
diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam; b) audio
visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak (Haryoko, 2009: 3)
m. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan siswa
dihadapkan dengan kondisi masalah. Dari masalah yang sederhana,

27

menuju masalah yang sulit/muskil. Menurut Janawi, masalah pada
dasarnya masalah dapat dibagi dua, yaitu masalah yang sederhana dan
masalah yang lebih komplit. Oleh sebab itu, dalam pemecahan masalah
terdapat dua pola atau kerangka berpikir, yaitu berpikir kreatif dan
berpikir logis (Janawi, 2013: 214).
n. Metode Inquiry
Yaitu suatu metode pengajaran dengan cara guru menyuguhkan
suatu peristiwa kepada siswa yang menimbulkan teka-teki, dan
memotivisir siswa untuk untuk mencari pemecahan masalah. Dalam
metode ini, peserta didik diberi peluang untuk terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Metode ini lebih memfokuskan pada peserta
didik. Peserta didik ditantang untuk mencari, melakukan dan
menentukan sendiri, sehingga anak lebih produktif bukan reproduktif
(Janawi, 2013: 204). Pada dasarnya Inquiry merupakan perluasan
proses penemuan yang digunakan lebih mendalam. Proses Inquiry
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti
merumuskan masalah, merancang eksperimen dan melakukannya,
kemudian mengumpulkan data, menganalisa data, lalu menarik
kesimpulan (Bektiarso, 2015: 59-60)
o. Metode Karya Wisata
Yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan guru
mengajar atau membawa siswa ke suatu tempat/objek tertentu yang ada

28

hubungannya dengan pendidikan. Menurut Ahmadi (1997) dalam
Fitryiani dan Subrata (2013: 2) kelebihan metode karyawisata adalah:
1) Memberi kepuasan kepada anak mengenai lingkungan luar kelas;
2) Anak didik dapat memperoleh tambahan pengalaman;
3) Anak didik akan bersikap terbuka, objektif, dan berpandangan luas
akibat dari pengetahuan yang diperoleh dari luar yang akan
mempertinggi prestasi kepribadiannya.
p. Metode Proyek (Project Method)
Yaitu

cara

menyajikan

bahan

pelajaran

dengan

jalan

memberikan kegiatan kepada para siswa untuk memilih, merancang dan
memimpin pikiran serta pekerjaannya. Metode ini juga dinamakan
metode pengajaran unit. Implementasinya adalah dengan cara siswa
disuguhi dengan berbagai macam masalah, dan siswa sama-sama
m