HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HAEMODIALISA Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Haemodialisa.

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN DEPRESI PADA
PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HAEMODIALISA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
TUTIK RAHAYU
J 210 131 002

FAKULTAS ILMUKESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA
2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

FAKTJLTAS ILMU KESEIIATAII
(02'll) 71'7417
Fax:'715448
KartasuraTelp.

Jl. A. Yani TromolPos l-Pabelan,
Suakarta 57102
SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAII
Yang betanda tangandibawahini pembimbingskripsi/tugasalhir :
Pembimbing I
: Arif Widodo,A. Kep.,M, Ke$.

Nama
Pembimbing II

: Kartinah,S.kep.

Nama

Telah membacadanmencermatinaskahartikel publikasi ilmiah, yang merupakan
akhirdarimahasisua:
ringkasan
skripsi'rugas
Nama


Tutik Rahalu

NIM

J 2t013t002

Fakultas

Ilmu Kesehatan

Progam Studi

Sl Keperawatan
"HUBLTNGAN KONSEP DIRI DENGAN DEPRTSI

iudul

PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI
HAEMODIALISA''


Naskahatikel te6ebut,1a1,ak
dandapatdisetujuiuntuk dipublikasikan.
Demikian suat persetujuanini dibuat, semogadapaf dipergunakansebagaimana
mestnya.
Surakarta,9 Juli 20 | 5
Pembimbing I

tl

,l

gd

\

Arif Widodo,A.Kep.,M.Kes

Pembimbing

oM


Kartinah,S.Kep.

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

1

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN DEPRESI
PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HAEMODIALISA
Tutik Rahayu*
Arif Widodo, A.Kep., M.Kes**
Kartinah, S.Kep.**
Abstrak
Penyakit gagal ginjal merupakan masalah kesehatan yang mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Individu yang menderita penyakit gagal ginjal
kronis sering mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi. Sebagian besar
pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa tidak bisa kembali beraktivitas
dan mengalami depresi dan berpotensi mengalami perubahan konsep diri.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Islam Surakarta terhadap 5

pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa, terdapat 3 pasien yang
menyatakan rasa putus asa, tidak berdaya dan tidak bisa melakukan aktivitas yang
berat karena mudah lelah. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan konsep
diri dengan depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa. Jenis
penelitian adalah desain survai analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel penelitian adalah pasien penderita gagal ginjal yang menjalani
haemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta sebanyak 43 pasien. Pengambilan
sampel menggunakan total sampling. Instrument penelitian menggunakan
kuesioner konsep diri dan depresi dari The Beck Depresion Inventory (BDI).
Analisis data penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan konsep diri
dengan depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa
menggunakan uji Pearson Correlation. Hasil penelitian diketahui 24 responden
(55,8%) mempunyai konsep diri buruk dan 19 responden (44,2%) mempunyai
konsep diri baik. Terdapat 23 responden (53,5%) mengalami depresi dan 20
responden (46,5%) tidak depresi. Hasil data dari uji Pearson Correlation
diperoleh rhitung sebesar -0,691. Nilai p value sebesar 0,000 disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap depresi. Besar kecilnya
hubungan dilihat dari nilai correlations coefficient sebesar 0,691, hasil ini
termasuk interval 0,59 – 0,69, sehingga dapat disimpulkan termasuk kategori kuat.
Semakin konsep diri pasien gagal ginjal baik maka akan semakin menurunkan

depresi pasien. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah lebih memperdalam
cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.

Kata kunci : Konsep diri, Depresi, Gagal Ginjal, Haemodialisa

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

2

SELF-CONCEPT RELATIONSHIP WITH DEPRESSION IN PATIENTS
WITH RENAL FAILURE WHO UNDERGO HAEMODIALYSIS
Abstrack
Kidney disease is a health problem that is increasing every year. Most
patients with renal failure who undergo back haemodialysis can not move and are
depressed and potentially experiencing changes in self-concept. Based on the
results of preliminary studies in Surakarta Islamic Hospital to 5 kidney failure
patients undergo haemodialysis, there were 3 patients who expressed despair,
helpless and can not do heavy activity because of tiredness. The research

objective was to determine the relationship of the self-concept with depression of
renal failure patients undergo haemodialysis. Desain kind of research is analytic
survey with cross sectional approach. Samples were patients with kidney failure
who undergo haemodialysis in Surakarta Islamic Hospital as many as 43 patients.
Sampling using total sampling. Instrument self-concept studies using
questionnaires and depression of the Beck Depression Inventory (BDI). Analysis
of research data to determine whether there is a relationship with the self-concept
of depression in patients with renal failure who underwent haemodialysis using
Pearson Correlation test. The survey results revealed 24 respondents (55.8%) had
a poor self-concept, and 19 respondents (44.2%) have a good self- concept. There
are 23 respondents (53.5%) experienced depression and 20 respondents (46.5%)
is not depressed. Results of the test of Pearson correlation of data obtained rvalue 0.691. P value of 0.000 was concluded there is a significant relationship between
self-concept to depression. The size of the relationship seen from the correlations
coefficient of 0.691 these results include the interval from 0.59 to 0.69 so that it
can be concluded, including strong category. The more self-concept renal failure
better the more it will degrade depressed patients. Suggestions for further
research are further deepen research so that coverage can be more helpful in the
development of science, especially in the field of health.
Keywords: self-concept, depression, kidney failure, haemodialysis


PENDAHULUAN
Latar Belakang
laporan
Indonesian
Renal
Registry (IRR) pada tahun 2009, tercatat
12.900 pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani haemodialisa, dan pada tahun
2010 sebanyak 14.833 penderita dan
meningkat lagi pada tahun 2011
sebanyak 22.304 penderita (IRR, 2012).
Kasus gagal ginjal di Jawa Tegah yang
tertinggi adalah kota Surakarta terdapat
1497 kasus (25,22%) dan yang kedua

adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 742
kasus (12,50%) (Dinkes Jateng, 2008).
Individu
yang
menderita

penyakit gagal ginjal kronis sering
mengalami gangguan kejiwaan seperti
depresi. Prevalensi depresi berat pada
laki-laki sekitar 1,1%-15% dan pada
wanita mencapai 1,8%-23%. Namun
pada pasien gagal ginjal yang menjalani
haemodialisa prevalensinya sekitar
20%-30% dan bahkan bisa mencapai
47% (Andri, 2013).

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

Studi
pendahuluan
yang
dilakukan peneliti, di Rumah Sakit
Islam Surakarta terhadap 5 pasien gagal
ginjal kronis, terdapat 3 pasien yang
menyatakan rasa putus asa, tak berdaya

dan tak bisa melakukan aktivitas yang
berat karena mudah capek.
Tujuan penelitian
Mengetahui hubungan konsep
diri dengan depresi pada pasien gagal
ginjal yang menjalani haemodialisa di
Rumah Sakit Islam Surakarta.
LANDASAN TEORI
Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronis merupakan
penurunan fungsi ginjal progresif yang
ireversibel ketika ginjal tidak mampu
mempertahankan
keseimbangan
metabolik, cairan dan elektrolit yang
menyebabkan terjadinya uremia dan
azotemia (Smeltzer dan Bare, 2004).
Tanda dan gejala dalam Gagal Ginjal
Kronik
Tanda

dan
gejala
yang
ditimbulkan pada gagal ginjal kronis
antara lain: (1) gejala kardiovaskuler
meliputi hipertensi, pitting edema, gagal
jantung kongestif, edema pulmoner
akibat cairan berlebih, dan perikarditis
akibat iritasi lapisan perikardial oleh
toksin uremik. (2) gejala dermatologi
yang sering terjadi mencakup rasa gatal
yang parah. (3) gejala gastrointestinal
mencakup nafas berbau amonia,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan.
(4) perubahan neuromuskuler meliputi
perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi, kedutan otot
dan kejang (Smeltzer dan Bare, 2004).
Haemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu
teknologi
tinggi
sebagai
terapi

3

pengganti
fungsi
ginjal
untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
atau racun tertentu dari peredaran darah
manusia seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, urea, kreatinin, asam urat,
dan zat-zat lain melalui membran semi
permeable sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi (Haryono, 2013).
Konsep Diri
Konsep
diri
didefinisikan
sebagai semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan
yang
merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya
dan
mempengaruhi
hubungannya
dengan orang lain. Konsep diri tidak
terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari
sebagai
hasil
pengalaman
unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan
orang terdekat dan dengan realitas dunia
(Stuart, 2007).
Depresi
Depresi merupakan gangguan
jiwa yang ditandai dengan trias depresi,
yaitu
kesedihan
berkepanjangan,
motivasi menurun, dan kurang tenaga
untuk melakukan kegiatan sehari-hari
(Keliat, 2011). Depresi adalah gangguan
mental umum yang menyajikan dengan
mood depresi, kehilangan minat atau
kesenangan, perasaan bersalah atau
rendah diri, tidur terganggu atau nafsu
makan menurun, energi rendah, dan
hilang konsentrasi (WHO, 2014).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain
survai analitik Pendekatan yang
digunakan pendekatan Cross Sectional.
Populasi dalam penelitian ini
adalah keseluruhan pasien Gagal Ginjal
Kronik yang saat ini rutin menjalani

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

haemodialisis di Rumah Sakit Islam
Surakarta pada bulan Mei 2015
diperoleh data sebanyak 43 pasien.
Sampel yang digunakan dengan metode
total sampling.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
dengan
menggunakan kuesioner konsep diri
yang terdiri dari 23 pertanyaan yang
telah di uji validitasnya menggunakan
Pearson Product Moment dan uji
reabilitas menggunakan rumus Alpha
Cronbach.
Kuesioner
depresi
menggunakan BDI (the beck depression
inventory) yang sudah baku dan tidak
diuji validitasnya. Tehnik Analisa Data
menggunakan uji pearson correlation,
dimana arah hubungan bersifat negatif
dan data berdistribusi normal yang
sebelumnya telah di uji kenormalan
datanya menggunakan Kolmogorov
Smirnov.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Distribusi Responden Berdasarkan
Karakteristik
Tabel
1.
Distribusi
frekuensi
karakteristik responden penelitian di
Rumah Sakit Islam Surakarta bulan
April 2015
Karakteristik
F
(%)
Jenis Kelamin
Perempuan
18
41,9
Laki-laki
25
58,1
Usia
19 - 27
2
4,7
28 - 36
8
18,6
37 - 45
10
23,3
46 - 54
8
18,6
55 - 63
13
30,2
64 - 27
2
4,7
Pendidikan
SD
11
25,6
SMP
10
23,3

4

SMA
17
39,5
Diploma
2
4,7
S1
3
7,0
Haemodialisa
17 - 107
22
51,2
108 - 198
10
23,3
199 - 289
5
11,6
290 - 380
1
2,3
381 - 471
2
4,7
472 - 562
3
7,0
Berdasarkan pada tabel 1
responden berjenis kelamin laki-laki
terdapat 25 orang (58,1%), sedangkan
perempuan terdapat 18 orang (41,9%).
Distribusi
frekuensi
untuk
usia
responden diketahui yang terbanyak
adalah usia 55-63 tahun (30,2%),
sedangkan yang paling sedikit yakni
usia 19-27 tahun (4,7%) dan usia 64-72
tahun (4,7%).
Berdasarkan distribusi frekuensi
untuk pendidikan responden paling
banyak berpendidikan SMA yaitu
sebanyak
17
orang
(39,5%),
berpendidikan SD 11 orang (25,6%),
berpendidikan SMP 10 orang (23,3%),
berpendidikan S1 3 orang (7,0%), dan
berpendidikan Diploma terdapat 2 orang
(4,7%).
Distribusi
frekuensi
karakteristik
responden
berdasar
haemodialisa terdapat
22 orang
(51,2%) responden telah melakukan
haemodialisa sebanyak 17-107 kali, dan
terdapat 1 orang (2,3%) responden telah
melakukan haemodialisa sebanyak 290380 kali. Adapun terdapat 3 orang
(7,0%) responden telah melakukan
haemodialisa sebanyak 472-562 kali.
Analisis Univariat
Konsep Diri
Tabel 2. Analisis Deskriptif Data
Konsep Diri
Kategori
F
%
Konsep diri tidak 24
55,8
Baik

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

Konsep diri baik
19
44,2
Total
43
100
Tabel 2 menunjukkan sebagian
besar konsep diri responden termasuk
kategori tidak baik, yaitu terdapat 24
orang (55,8%).
Depresi
Tabel 3. Analisis Deskriptif Data
Depresi
Depresi
F
%
Tidak depresi 20
46,5
Depresi
23
53,5
Total
43
100
Tabel 3 menunjukkan lebih dari
sebagian responden yakni 23 orang
(53,5%) mengalami depresi.
Analisis Bivariat
Uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data
Variabel -value -α Kriteria
Konsep Diri 0,110 0,05 Normal
Depresi
0,776 0,05 Normal
Tabel 4 menunjukkan bahwa p
value > 0,05, sehingga disimpulkan data
berdistribusi normal, selanjutnya untuk
uji bivariat jika data numerik
berdistribusi normal menggunakan
Statistict Parametrics dengan Pearson
Correlation dan disajikan kembali pada
tabel 5.berikut ini:
Tabel 5. Hasil Uji Pearson Correlation
Konsep
Diri
Buruk
Baik
Jumlah

Depresi
T D
4
20
16 3
20 23

Total
24
19
43

rhitung
- 0,691

P*
0,000

*uji pearson correlation
Tabel 8 dengan Crosstabulating
menunjukkan bahwa pada konsep diri
yang tidak baik terdapat 24 orang,
terdiri dari 20 orang yang mengalami
depresi dan hanya 4 orang yang tidak

5

depresi. Sedangkan pada konsep diri
yang baik terdapat 19 orang, terdiri 16
orang tidak depresi dan hanya 3 orang
yang mengalami depresi.
Hasil
analisis
Pearson
Correlation diperoleh rhitung sebesar 0,691 dan diperoleh p value sebesar
0,000. Maka dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara konsep
diri terhadap depresi dengan hasil
menunjukkan nilai negatif. Semakin
konsep diri pasien gagal ginjal baik
maka akan semakin menurunkan
depresi pasien. Besar kecilnya atau kuat
lemahnya hubungan dapat dilihat dari
nilai correlations coefficient, sebesar
0,691, hasil ini termasuk interval 0,59 –
0,69, sehingga dapat disimpulkan
termasuk kategori kuat.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian
jenis kelamin responden diperoleh data
58,1% jenis kelamin laki-laki lebih
banyak
dari
pada
perempuan.
Banyaknya responden laki-laki karena
faktor gaya hidup yang tidak sehat
seperti merokok, tekanan darah tinggi,
kholesterol darah, alkohol dan obat
terlarang lainnya, obat analgetika &
Non-Steroidal Anti Inflamatory Drugs
(NSAID), dan diabetes (Agarwal,
2005). Penelitian Aghighi pada tahun
2009, dari total 35.859 orang, jumlah
penderita yang terdaftar di seluruh
Rumah Sakit di Iran dari tahun 1997
sampai dengan 2006, terdapat penderita
laki-laki sebanyak 20.633 (57,53%)
orang dan perempuan sebanyak 15.266
(42,57%). Sedangkan pada penelitian
Rustina (2012), menyatakan bahwa
berdasarkan karakteristik responden
menurut jenis kelamin terbanyak
penderita gagal ginjal yang menjalani

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

haemodialisa adalah laki-laki 38
responden
(56,72%),
sedangkan
perempuan 29 responden (43,28%).
Prevalensi ini sangat dipengaruhi oleh
gaya hidup yang tidak sehat.
Usia
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang
terkena gagal ginjal dan menjalani
proses haemodialisa paling banyak
berusia 55-63 tahun (30,2%). Seiring
bertambahnya usia juga akan diikuti
oleh penurunan fungsi ginjal. Hal
tersebut terjadi terutama karena pada
usia lebih dari 40 tahun akan terjadi
proses hilangnya beberapa nefron.
Perkiraan penurunan fungsi ginjal
berdasarkan pertambahan umur tiap
dekade
adalah
sekitar
10
ml/menit/1,73m2.
Berdasarkan
perkiraan tersebut, jika telah mencapai
usia
dekade
keempat,
dapat
diperkirakan telah terjadi kerusakan
ringan, yaitu dengan nilai Glomerular
Filtration
Rate
(GFR)
60-89
ml/menit/1,73 m2. Artinya, sama
dengan telah terjadi penurunan fungsi
ginjal sekitar 10% dari kemampuan
ginjal. Semakin meningkatnya usia, dan
ditambah dengan penyakit kronis seperti
tekanan darah tinggi (hipertensi) atau
diabetes, ginjal cenderung akan menjadi
rusak dan tidak dapat dipulihkan
kembali (Cecilialudji, 2015). Hasil
penelitian lain menyatakan bahwa
karakteristik responden menurut usia
terbanyak penderita gagal ginjal yang
menjalani haemodialisa adalah usia 51 –
56 tahun sebanyak 14 orang (20,9%)
dan yang paling sedikit usia 33 – 38
sebanyak 2 orang (7,46%). Hal tersebut
dikarenakan diusia tersebut telah
mengalami beberapa penurunan fungsi
organ tubuh termasuk ginjal (Rustina,
2012).

6

Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang
terkena gagal ginjal dan menjalani
proses haemodialisa paling banyak
tingkat pendidikan SMA (39,5%).
Pendidikan
SMA
merupakan
pendidikan
yang
cukup
untuk
memperoleh wawasan pada manusia.
Tingkat pendidikan dapat meningkatkan
seseorang tentang kesehatan. Sehingga
semakin tinggi pendidikan sesorang
diharapkan
semakin
banyak
pengalaman yang dimiliki dan dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada (Perry, 2005). Faktor pendidikan
seseorang juga menentukan kecemasan,
seseorang dengan pendidikan tinggi
diharapkan
akan
lebih
mampu
mengatasinya dan menggunakan koping
yang efektif serta konstruktif dari pada
seseorang yang berpendidikan rendah.
Frekuensi Haemodialisa
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang
terkena gagal ginjal dan menjalani
proses haemodialisa paling banyak telah
melakukan hemodialisa sebanyak 7-107
kali (51,2%). Sedangkan haemodialisa
paling banyak yaitu 472-562 terdapat 3
orang (7,0%). Rentang waktu lama
menjalani hemodialisa pada pasien
penyakit
ginjal
kronik
sangat
berpengaruh terhadap keadaan dan
kondisi pasien baik fisik maupun
psikisnya, perasaan takut adalah
ungkapan emosi dari pasien yang paling
sering diungkapkan. Pasien sering
merasa takut akan masa depan yang
akan dihadapi dan perasaan marah yang
berhubungan
dengan
pertanyaan
mengapa hal tersebut terjadi pada
dirinya. Ketakutan dan keputusasaan
juga kerap datang karena harus

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

tergantung dengan alat hemodialisa
(Wurara, 2013).
Konsep diri pada pasien gagal ginjal
yang menjalani haemodialisa
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar konsep
diri responden termasuk tidak baik
(55,8%). Penderita gagal ginjal yang
memiliki konsep diri negatif akan
cenderung bersikap pesimistik terhadap
keadaan yang dialamiya, membencinya,
tidak mampu menghargai dan menerima
keadaan dirinya, selalu berpikir negatif,
menutup diri dan menghindar ketika
dituntut harus berinteraksi dengan orang
lain, tidak memiliki
pertahanan
psikologis yang mampu menjaga
dirinya, merasa terasing dan malang
karena keadaannya, serta seringkali
mengalami kecemasan yang tinggi dan
perasaan tertekan yang terus menerus
sehingga dapat meningkatkan terjadinya
depresi. Namun jika penderita gagal
ginjal memiliki konsep diri yang positif
maka penderita akan cenderung lebih
mampu menerima keadaan dirinya,
tidak mudah putus asa, terbuka dengan
orang lain
baik keluarga maupun
lingkungan sosialnya, tetap optimis dan
berjuang
menjalani
kehidupan
walaupun kondisi tubuh melemah
sehingga akan cenderung jauh dari
kecemasan dan perasaan tertekan yang
dapat meningkatkan terjadinya depresi
(Azahra, 2013).
Pada penelitian yang dilakukan
oleh Hardianti (2014) yang meneliti
gambaran psikologis pasien gagal ginjal
kronik dengan tindakan hemodialisa di
RSUD Dr. M. M Dunda Limboto
Kabupaten Gorontalo, menemukan hasil
bahwa konsep diri pada pasien gagal
ginjal
kronik
dengan
tindakan
hemodialisa tidak menerima atau
konsep
dirinya
buruk
(61,9%).

7

Sedangkan penelitian lain, untuk
kategori variabel konsep diri diperoleh
20% pada kategori tinggi, 78,33%
kategori sedang, dan 1,67% berada
kategori rendah (Azahra, 2013).
Tingkat depresi pada pasien gagal
ginjal yang menjalani haemodialisa
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar
responden mengalami depresi (53,5%).
Depresi merupakan keadaan abnormal
pada seseorang yang ditunjukkan
dengan munculnya gejala-gejala seperti
perubahan
suasana
hati
berupa
kesedihan, kesepian dan apatis, adanya
kecenderungan untuk menyalahkan diri
sendiri, keinginan untuk menghukum
diri sendiri, adanya perubahan fungsi
vegetatif, berupa gangguan tidur,
gangguan makan, kehilangan nafsu
seksual (libido) serta adanya perubahan
tingkat aktivitas seperti gerakan dan
perkembangan mental yang menjadi
lambat atau sangat cepat serta
kehilangan minat dan motivasi terhadap
aktivitas atau kegiatannya bahkan
adanya pikiran tentang kematian atau
keinginan untuk bunuh diri.
Penelitian tentang hubungan
dukungan keluarga dengan depresi pada
pasien penyakit ginjal kronik di ruangan
hemodialisa BLU RSUP Prof. Dr. R D.
Kandou Manado, menemukan hasil
bahwa pasien penyakit ginjal kronik di
ruangan hemodialisa tingkat depresinya
tinggi (70%) (Suryaningsih, 2013).
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Hardianti
(2014)
yang
meneliti
gambaran psikologis pasien gagal ginjal
kronik dengan tindakan hemodialisa di
RSUD.Dr.M.M
Dunda
Limboto
Kabupaten Gorontalo, menemukan hasil
bahwa tingkat depresi pada pasien gagal
ginjal
kronik
dengan
tindakan

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

hemodialisa mengalami depresi sedang
(57,1%).
Hubungan antara konsep diri dengan
depresi
Tabel Crosstabulating diketahui
terdapat 24 orang yang memiliki konsep
diri tidak baik, empat diantaranya tidak
depresi namun masih terdapat 20 orang
lagi yang mengalami depresi. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal
yang menjalani hemodialisa yang
memiliki konsep diri yang tidak baik
83,3% yang mengalami depresi. Konsep
diri
seseorang
diyakini
dapat
mempengaruhi
terjadinya
depresi
sebagaimana Dobson dan Shaw
menyatakan bahwa konsep diri yang
negatif seringkali berhubungan dengan
terjadinya depresi. Individu dengan
konsep
diri
negatif
seringkali
mengalami kecemasan yang terus
menerus ketika menghadapi suatu
masalah yang tidak dapat diterimanya
dengan baik (Ritandiyono, 1996).
Keadaan tersebut akan mengikis harga
dirinya dan menimbulkan kekecewaan
emosional yang sangat parah sehingga
meningkatkan terjadinya depresi.
Adapun pasien yang memiliki
konsep diri negatif namun tidak
mengalami depresi dikarenakan ada
faktor lain yang membuat pasien tidak
depresi meskipun mempunyai konsep
diri yang negatif seperti dukungan
sosial yang akan membuat individu
menjadi lebih siap dan optimis dalam
menyikapi persoalan sehingga akan
lebih mudah menghadapi masalah dan
akan
lebih
kecil
kemungkinan
mengalami stress dan depresi (Smet,
1994).
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Azzahra pada tahun 2013,
menunjukkan nilai t sebesar -2,957
dengan p = 0,005 (p< 0,001). Nilai t

8

bertanda negatif, ini menunjukkan
bahwa
konsep
diri
mempunyai
hubungan yang berlawanan arah dengan
depresi. Semakin tinggi konsep diri
maka akan semakin rendah terjadinya
depresi dan sebaliknya. Perbedaan
penelitian
ini
yaitu
Azzahra
menggunakan tiga variabel yang terdiri
dari konsep diri, dukungan sosial dan
depresi yang menggunakan analisis
dengan metode statistik analisis
berganda,
sedangkan
peneliti
menggunakan uji Pearson Correlation
yang terdiri dari dua variabel yaitu
konsep diri dengan depresi.
Terdapat 19 orang yang
memiliki konsep diri baik, tiga
diantaranya mengalami depresi dan
terdapat 16 orang yang tidak depresi.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa
memiliki konsep diri baik (84,2%) tidak
mengalami depresi. Rogers menyatakan
bahwa individu yang memiliki konsep
diri yang positif akan memiliki
penerimaan diri dan harga diri yang
positif pula. Mereka akan menganggap
dirinya berharga dan cenderung
menerima diri sendiri sebagaimana
adanya, sedangkan individu yang
memiliki konsep diri yang negatif akan
cenderung merendahkan harga dirinya
sehingga menyebabkan individu tidak
mampu menerima keadaan dirinya yang
menyebabkan menjadi frustasi hingga
depresi (Ritandiyono, 1996).
Penelitian yang dilakukan oleh
Sukmawati (2008) yang menunjukkan
bahwa individu dengan konsep diri
yang positif memiliki tingkat depresi
yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan individu dengan konsep diri
yang negatif disebabkan karena konsep
diri yang dimiliki akan mempengaruhi
individu dalam proses berpikir, bersikap
dan bertingkah laku.

Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani
Haemodialisa

Adapun pasien yang mengalami
depresi namun mempunyai konsep diri
yang
baik
dikarenakan
depresi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain yaitu faktor fisik meliputi genetika,
usia, gaya hidup, penyakit fisik, obatobatan dan faktor psikologi yang
meliputi kepribadian, kehilangan, harga
diri, stress, serta efek yang diakibatkan
oleh penyakit jangka panjang (Lubis,
2009).
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai rhitung sebesar -0,691 dan
p value 0,000. Maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang signifikan
antara konsep diri terhadap depresi
dengan hasil menunjukkan nilai negatif.
Semakin konsep diri pasien gagal ginjal
baik maka akan semakin menurunkan
depresi pasien. Rogers menyatakan
individu yang memiliki konsep diri
positif akan memiliki penerimaan diri
dan harga diri yang positif pula. Mereka
akan menganggap dirinya berharga dan
cenderung menerima diri sendiri
sebagaimana
adanya,
sedangkan
individu yang memiliki konsep diri
yang
negatif
akan
cenderung
merendahkan harga dirinya sehingga
menyebabkan individu tidak mampu
menerima keadaan dirinya yang
menyebabkan terjadinya frustasi hingga
depresi (Ritandiyono, 1996).
Penelitian
yang
dilakukan
Azahra (2013) yang menunjukkan
bahwa individu dengan konsep diri
yang positif memiliki tingkat depresi
yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan individu dengan konsep diri
yang negatif disebabkan karena konsep
diri memiliki pengaruh terhadap
individu dalam proses berpikir, bersikap
dan bertingkah laku. Dengan hasil
penelitian terdapat peran negatif antara
konsep diri dengan depresi dengan nilai
t = -2,957 dan p = 0,005 (p