OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN JEMAAT HKBP CIKETING (Studi Analisis Isi Kuantitatif Deskriptif Objektivitas Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa Pos periode 13 September - 21 September 2010).
OBJEKTIVITAS BERITA
INSIDEN JEMAAT HKBP CIKETING
(Studi Deskriptif Kuantitatif Analisi Isi Objektivitas Berita
Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa Pos Edisi 13 September-21 September 2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
oleh :
CLEVELAND RONALDO FATRIK YOMAKI
0643010156
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2010
JUDUL PENELITIAN
: OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN
JEMAAT HKBP CIKETING (Studi
Deskriptif Kuantitatif Analisi Isi Objektifitas
Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa
Pos Edisi 13 September-21 September 2010)
Nama Mahasiswa
: CLEVELAND RONALDO FATRIK
YOMAKI
NPM
: 0643010156
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Lisan
PEMBIMBING
Dra. Sumardjijati, MSi
NIP. 19620323 199309 2001
DEKAN
Dra. Ec.Hj.Suparwati,M.Si
NIP. 030 175 349
i
OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN JEMAAT HKBP CIKETING
( Studi Deskriptif Kuantitatif Analisis Isi Objektivitas Berita Insiden Jemaat
HKBP Ciketing di Jawa Pos Edisi 13 September-21 September 2010)
Disusun Oleh :
Cleveland Ronaldo Fatrik Yomaki
0643010156
Telah dipertahankan dihadapkan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 02 Desember 2010
PEMBIMBING
TIM PENGUJI
1. Ketua
Dra. Sumardjijati, MSi
NIP. 19620323 199309 2001
Dra. Sumardjijati, MSi
NIP. 19620323 199309 2001
2. Sekretaris
Drs. Kusnarto.M.Si
NIP. 19580801 1984021001
3.Anggota
Dra. Dyva Claretta, M.Si
NPT. 36601 94 00251
Mengetahui,
DEKAN
Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si
NIP. 030 175 349
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH BAPA, Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat
dunia karena dengan limpahan kasih, sukacita dan penyertaan -Nya saja, penulis pada
akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi tepat waktu.
Skripsi yang ditulis oleh penulis berjudul “OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN
JEMAAT HKBP CIKETING (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF ANALISIS ISI
OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN JEMAAT HKBP CIKETING DI JAWA POS
PERIODE 13 SEPTEMBER – 21 SEPTEMBER 2010)” merupakan hasil dari usaha
dan kerja keras penulis dalam menempuh kuliah serta support ilmu dari semua Dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa
Timur, yang telah senantiasa memberikan yang terbaik untuk mahasiswa Jurusan Ilmu
komunikasi pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Kesuksesan merupakan hasil dari kerja keras, doa serta dukungan dari orang lain
sehingga penulis-pun tidak lupa untuk mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penulisan Skripsi ini :
1. Ibu Ibu Dra. EC. Hj. Suparwati ,M.Si
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Sumardjijati ,M.Si Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Wali yang
berperan besar bagi penulis tercatat mulai menjadi mahasiswa di Kampus ini
4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
menanamkan ilmu, paradigma dan membentuk pribadi yang kritis sebagai modal
paling berharga dimasa mendatang.
5. Papa dan Mama, yang telah mendidik,mendukung dan selalu mendoakan yang
terbaik untuk penulis sehingga dapat membanggakan keluarga. Semoga Papa
dan Mama bangga melihat anak ketiganya sedikit lagi menuju gelar sarjana.
6. Meirike Yosephine IE, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dan
selalu menjadi sumber inspirasiku
7. All of my friends, Handz Wahyu, Qeis, Dimas, Renato, Danang, Wedi, Kribo,
Okim, Ino, Arab, David, Fadilla, Kunto, Arief, Didiet, Evert Ie, Black Car
Community Surabaya Dan tidak lupa dukungan semua teman-teman di UPN
“Veteran” Jatim angkatan selama lebih dari 4 tahun ini.
8. Dan semua pihak yang membantu terseleseikannya Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari ketidak sempurnaan dan
kesalahan sehingga apabila ada kesalahan dalam penulisan Skripsi ini, harap maklum
adanya.untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Skripsi ini Sehingga, dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan
Penulis khususnya
Surabaya, 22 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. .
vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. viii
ABSTRAKSI ……………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... 8
2.1 Media Massa………….. ............................................................. 8
2.1.1 Surat Kabar ......................................................................... 9
2.1.2 Berita ................................................................................. 10
2.1.2.1 Bagian Berita…………………………………….13
2.2 Obyektifitas Berita………… ...................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 23
3.1 Definisi Operasional .................................................................. 23
vi
3.1.1
Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing............................ 23
3.2 Unit Analisi………… ................................................................. 24
3.3 Kategorisasi Objektifitas Pers..................................................... 25
3.4 Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sample…………….... 30
3.4.1
Populasi………………................................................... 30
3.4.2
Sample dan Teknik Penarikan Sample............................ 30
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..33
4.1 Surat Kabar Harian Jawa Pos…………………………………………...33
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ……………………………………...35
4.2.1 Akurasi Pemberitaan ………..………………………...……….41
4.2.2 Fairness ………………………………………………..………47
4.2.3.Validitas Pemberitaan ………………………………………….50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………..... 57
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 57
5.2 Saran ………………………………………………………………….. 58
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 59
LAMPIRAN ………………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Konsep Objektivitas Westershal ………………………………. 19
Gambar 2.
Kerangka Berpikir Penelitian ………………..……………….…..… 32
Gambar 3.
Kategorisasi Akurasi Pemberitaan .…………...…………... 41
Gambar 4.
Akurasi Sub Kategori Kesesuaian Judul
dengan Isi berita ………………………………………………. 42
Gambar 5.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Pencantuman Waktu Terjadinya …………………………... 43
Gambar 6.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Penggunaan Data Pendukung ……………………….…….… 44
Gambar 7.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Penggunaan Data Pendukung …………………………….…. 45
Gambar 8.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Faktualitas Berita …………………………………….………
Gambar 9.
46
Kategorisasi Fairness …………………………..………….… 47
Gambar 10. Fairnes Sub Kategori
Penggunaan Sumber Berita…………………………………
Gambar 11
48
Fairness Sub Kategori
Ketidakberpihakan Dalam Luas Kolom……….………..… 50
Gambar 12. Kategorisasi Validitas Pemberitaan……….………………. 51
Gambar 13. Validitas Sub Kategori
Atribusi Sumber Berita…………………………………….... 52
Gambar 14. Validitas Sub Kategori Kompentensi Berita …………….. 54
Gambar 14. Tabel Centang Objektivitas Berita ………………............ 55
ABSTRAKSI
Cleveland Ronaldo Fatrik Yomaki, OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN
JEMAAT HKBP CIKETING (Studi Analisis Isi Kuantitatif Deskriptif
Objektivitas Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa Pos periode 13
September - 21 September 2010)
Pada pedoman Ilmu Jurnalistik, syarat-syarat kelayakan berita adalah: fakta,
Obyektif, balance, akurat dan lengkap. Namun jurnalis bukanlah robot yang dapat
diprogram senantiasa melaporkan fakta secara apa adanya, sedangkan berita
sangat potensial dalam membentuk opini publik. Untuk itu objektivitas berita
penting untuk diteliti melalui penelitian deskriptif dengan menggunakan
metodologi Riset Kuantitatif dalam metode Analisis Isi melalui Kategorisasi
Objektivitas Pers milik Rachma Ida guna mengukur Akurasi Pemberitaan,
Fairness dan Validitas Pemberitaan terhadap Objektivitas Berita Insiden Jemaat
HKBP Ciketing di Harian Jawa Pos periode 13 September – 21 September 2010.
Dalam penelitian ini disimpulkan, Jawa Pos dalam memberitakan Berita
tentang konflik Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Harian Jawa Pos periode 13
September – 21 September meskipun telah menerapkan prinsip Objektivitas Pers
dalam Kategorisasi Akurasi dan Validitas, namun dalam kategorisasi Fairness,
Jawa Pos dinilai belum memenuhi pedoman Objektivitas dalam menyajikan berita
konflik Insiden Jemaat HKBP Ciketing kepada publiknya
Kata Kunci : Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing Bekasi, Objektivitas
Pemberitaan, Analisis Isi Kuantitatif, Akurasi, Fairness, Validitas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi, sehingga
media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hingga saat ini, media massa
dengan mudah kita dapati. Dalam era globalisasi dimana informasi menjadi
kebutuhan, media massa menjadi solusinya. Sampai-sampai ada kelompok baru,
yaitu kelompok kognitariat, kelompok yang selalu membutuhkan informasi dari
media massa.
Media massa terdiri dari media massa cetak, dan media massa elektronik.
Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media
massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain–lain. Media
cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru mampu memberikan pemahaman
yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam
dibanding media lainnya (Cangara, 2005:128)
Pada konteks komunikasi, perubahan-perubahan sikap dan perilaku individu
ataupun masyakat, secara umum dipengaruhi oleh, ataupun merupakan efek dari
adanya penyebaran pesan-pesan melalui proses komunikasi (Newcomb, 1985:
119), efek komunikasi massa ini, menurut Blumer dan Gurevitch, terjadi karena
1
2
secara umum media massa memiliki efek potensial yang sangat besar pada
khalayaknya (Muhtadi, 2008:35).
Mengutip Agus Sudibyo (2001:259), bahwa pemberitaan di media senantiasa
dirumuskan sarat dengan muatan-muatan etika, moral dan nilai-nilai. Namun bila
kembali menilik pada pedoman Ilmu Jurnalistik, syarat-syarat kelayakan berita
mengacu pada: fakta (real event, statement dan expert opinion), Obyektif (tidak
pernah lepas dari data dan fakta), balance (tidak memihak/cover both side), akurat
dan lengkap (unsur 5W+1H).
Maka menjadi pertanyaan besar, lanjut Sudibyo, bila para jurnalis sendiri
bukanlah robot yang dapat diprogram untuk senantiasa melaporkan fakta secara
apa adanya. Sehingga pada gilirannya, media bukan saja berfungsi sebagai saluran
informasi, tetapi juga berperan sebagai kekuatan sosial yang ikut menentukan
perubahan - perubahan dalam masyarakat.
Secara teoritis, terdapat lima fungsi utama Pers (Jurnal dasar-dasar Ilmu
Jurnalistik): sebagai sarana mediasi, bertujuan memberikan informasi yang aktual
dan faktual, bertujuan untuk mendidik, menghibur dan terakhir, melaksanakan
kontrol sosial antara masyarakat dengan pemerintah.
Di Indonesia, kebebasan pers dan jurnalis dalam hak serta etika profesinya,
diatur dan dilindungi oleh Kode Etik Perusahaan Pers (Soehoet, 2002: 42) dan
Kode Etik Jurnalistik dimana keduanya diatur lebih dalam melalui UU Republik
Indonesia no. 32 thn 2002 tentang Penyiaran. Berdasarkan perkembangan Ilmu
Komunikasi, sejalan dengan pandangan bangsa, paradigma positivistik telah jauh
3
lebih dahulu menentukan sikap dalam memandang fakta pada media massa
sebagai cermin realita yang harus dibangun atas fakta real, media massa bersifat
netral, jurnalis dalam melaporkan peliputan tidak mencampurkan nilai dan
ideologinya, jurnalis menempatkan diri sebagai pelapor berita dengan apa adanya
dimana berita yang dilaporkan bersifat adil, cover both side, obyektif dan
menghindari penggunaan bahasa ambiguitas.
Doris Graber dalam bukunya Mass Media and American Politics (1984: 10)
menyebutkan bahwa media bukanlah ranah yang netral dimana berbagai
kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapat perlakuan
yang sama dan seimbang. Media justru bisa menjadi subyek yang mengkonstruksi
realitas berdasarkan penafsiran dan definisinya sendiri untuk disebarkan pada
khalayak (201:55).
Sejumlah pemberitaan setiap hari menyebar kepenjuru dunia melalui
media massa. Masyarakat dunia seakan ikut terlibat dalam tiap peristiwa hanya
karena informasi serta pesan yang diserapnya melalui media massa. Belum lagi
atas pertimbangan aktualitas berita yang mampu menaikkan oplah, membuat
hampir seluruh media massa menempatkan berita-berita tersebut menjadi
Headline ataupun tajuk rencana
Dewasa ini, pemberitaan di media massa didominasi dengan tema-tema berita
yang berisikan kejahatan, masalah-masalah moral masyarakat serta kecelakaan
dan bencana alam. Yang paling hangat dan menjadi pembicaraan adalah
pemberitaan mengenai konflik antar umat beragama yang terjadi di Ciketing,
4
Bekasi. Secara constant, seluruh media massa mengangkat topik ini menjadi
headline atau berita utama. Kejadian yang sejatinya mematahkan arti dari Bhineka
Tunggal Ika yang menjadi kebanggaan rakyat Indonesia ini, mengundang banyak
perhatian masyarakat yang berasal dari berbeda-beda latarbelakang.
Disinilah arti penting dari objektifitas berita serta arah ataupun model
pemberitaan yang disajikan media massa. Karena realitas media massa mampu
membangun realitas kenyataan di benak khalayaknya. Untuk itu media massa
sangat diharapkan menjadi penyaji fakta, netral dan obyektif.
Objektif ataupun tidaknya sebuah berita di media massa sangatlah sensitif,
dampak sebuah pemberitaan di media massa bukan hal yang patut diremehkan.
Bilamana terdapat sebuah pemikiran negatif masuk kedalam nalar melalui tulisan
yang disebarluaskan melalui media massa, yang sakit, marah, atau terkena
dampaknya mampu melingkupi satu golongan masyarakat. Yang bisa angkat
senjata, lalu yang mati pun bisa mencapai ribuan. Sebuah tulisan media massa
yang berakibat fatal, antara lain sebuah artikel yang tidak sensitive ataupun
sebuah gambar pria sangar, bersorban, dan mengacungkan pedang di sebuah
koran di Indonesia, juga sempat membuat makin meruncingnya perang antar
agama di Maluku (2000).
Tulisan berita yang objektif sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mampu
melihat fakta yang sebenarnya terjadi atas suatu peristiwa. Tulisan yang objektif
membantu masyarakat untuk mencari kesimpulan sendiri atas sebuah kejadian
dengan tanpa menjadi pemicu meluasnya konflik melalui berita yang profokatif.
5
Pemberitaan pers atas suatu konflik selalu memiliki dua dampak, mendorong
terciptanya
perdamaian
antara
pihak
yang
berkonflik
atau
sebaliknya,
mempertajam konflik. Kebangkitan jurnalisme sejak era reformasi 1998, telah
mendorong pers Indonesia cenderung kebablasan. Pemberitaan umumnya bersifat
bombastis, dengan judul-judul profokatif dan foto-foto yang menyulut kebencian,
terutama yang berkaitan dengan suku, agama, dan ras (SARA).
Pers pula pada dasarnya memiliki idealisme yang sesuai dengan visi misinya
sendiri. Namun setiap saat pers juga diperhadapkan pada situasi pedang bermata
dua, antara fungsi idealisme yang diyakininya dengan tuntutan komersialitas atas
pemberitaan, karena bagaimanapun idealisnya sebuah lembaga pers, dia tetaplah
sebuah perusahaan yang berorientasi pada profit sehubungan tanggungjawabnya
atas kesejahteraan pekerjanya.
Insiden koflik antar agama yang terjadi pada 12 september 2010 di Ciketing,
Bekasi menjadi sangat penting dan menarik untuk diangkat menjadi topic
penelitian karena pemberitaan atas insiden ini menjadi sangat riskan karena harus
benar-benar berada disisi yang netral. Kesalahan dalam pemberitaan dengan
keberpihakan dalam tulisan di media massa memiliki kemampuan untuk memicu
meluasnya konflik ini.
Tanpa pemberitaan yang memihak pun, kejadian ini sudah cukup memiliki
kandungan konflik yang tinggi karena terdapat perselisihan antara 2 agama
mayoritas di Indonesia. Atas dasar inilah, penulis menggunakan media dengan
6
tingkat readership tertinggi di Indonesia yang memiliki pengaruh yang besar
terhadap setiap terbitannya atas khalayak pembacanya.
Karena meski telah terdapat regulasi, teori ilmu serta kode etik yang jelas dan
tepat sasaran, bukan berarti kenyataan yang terjadi dalam media massa di
Indonesia sudah sejalan dengan aturan-aturan diatas. Melalui penelitian analisis isi
atas media massa terbesar di Indonesia dengan oplah mencapai 400.000 pada
pemberitaan insiden Jemaat HKBP di Ciketing, Bekasi dan pemanfaatan Ilmu
Komunikasi Media Massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan
atas objektifitas pers dari harian Jawa Pos yang menjadi subyek penelitian.
1.2. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimanakah Objektifitas
Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa Pos edisi 13 September sampai
dengan 21 September 2010?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Obyektifitas Berita Insiden Jemaat
HKBP Ciketing di Jawa Pos edisi 13 September sampai dengan 21 September
2010.
7
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan Studi Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Jurnalistik melalui upaya mengkaji Obyektifitas
Pemberitaan pers dalam pemberitaan di media massa. Serta sebagai suatu
bukti bahwa penelitian tentang analisis isi memiliki peran penting dalam
teori dan metodologi sebagi fenomena komunikasi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para jurnalis,
berkaitan dengan perannya dalam mengkonstruksi berita di media massa,
mengingat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi
perusahaan pers pada pertimbangan dalam menyajikan berita, sehubungan
fungsinya sebagai pengawas dan kontrol sosial diantara masyarakat dan
pemerintah.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
2.1
Media Massa
Media massa merupakan “kependekan” dari komunikasi massa. Media
massa lahir untuk menjembatani komunikasi antar massa. Massa adalah
masyarakat luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama lain.
Ketergantungan antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang mampu
menyalurkan hasrat, gagasan dan kepentingan masing - masing agar diketahui dan
dipahami oleh yang lain. Penyaluran hasrat, gagasan dan kepentingan tersebut
dinamai pesan (message). Dengan demikian, pada hakikatnya media massa adalah
saling-silang pesan antar massa. Oleh karena itu, kita patut memahami posisi
(kedudukan) media massa dan saling - silang pesan. (Pareno: 2005,7). Media
massa yang kita kenal saat ini adalah:
a. Media cetak, terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah.
b. Media elektronik, terdiri dari radio siaran, televisi siaran (Abdullah: 2001, 9)
Menurut Pareno (2005:7) dalam berbagai wacana tentang fungsi media
massa, disebutkan empat fungsi media massa yaitu : penyalur informasi, fungsi
mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut
melekat dalam media massa secara utuh, dalam arti luas harus dilaksanakan secara
bersama-sama, tidak boleh mengutamakan satu atau dua fungsi tapi mengabaikan
fungsi-fungsi lainnya.
8
9
Media juga mengubah bentuk kontrol sosial. Paul Lazarsfeld dan Robert
K. Merton (Rivers dan Peterson, 2003:39) juga melihat media dapat
menghaluskan paksaan sehingga tampak sebagai bujukan. Mereka mengatakan
bahwa kelompok-kelompok kuat kian mengandalkan teknik manipulasi melalui
media untuk mencapai apa yang diinginkannya, termasuk agar mereka bisa
mengontrol secara lebih halus.
Sebagai suatu sistem, media massa berinteraksi dengan system-system
sosial, politik, dan ekonomi. Sistem media massa dengan sistem tersebut saling
mempengaruhi dan saling bergantung. Artinya, sistem media massa tidak dapat
berjalan apabila system-system lainnya itu juga tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Demikian juga sebaliknya, sistem sosial ataupun sistem politik atau
juga system ekonomi tidak berfungsi manakala sistem media massa juga tidak
berfungsi. (Pareno: 2005, 69)
2.1.1 Surat Kabar
Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat
kabar. Dengan sendirinya surat kabar juga mempunyai fungsi-fungsi komunikasi
massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standard surat kabar.
Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang berupa
lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan
terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum. Selain itu surat kabar juga
10
mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Pareno (2005 : 24) karakteristik surat
kabar adalah sebagai berikut :
a. Berita merupakan unsur utama yang dominan.
b. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.
c. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.
d. Umpan balik relatif lebih lamban.
e. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.
f. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.
g. Ditentukan oleh jalur distribusi.
Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin tahu
sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise, menghilangkan
kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk
menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran merupakan
sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang seruis. Bagi
sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk
mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak
sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari
kehidupan sehari-hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313).
2.1.2 Berita
Berita berasal dari bahsa sansekerta Vrit yang dalam bahasa Inggris
disebut Write yang arti sebenarnya adalah ada atau terjadi .Ada juga yang
menyebut dengan Vritta artinya kejadian atau yang telah Terjadi .Menurut
11
kamus besar ,berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang
hangat. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang
benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media
berkala seperti surat kabar, radio, televisi,atau media on-line internet.
News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat
sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak
pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau
majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan. Menurut Dean M. Lyle
Spencer Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik
perhatian sebagian besar dari pembaca.
Menurut Willard C. Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa ( baru )
yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu berita
dapat menarik atau mempunyai makanan bagi pembaca surat kabar, atau karena
itu dapat menarik pembaca-pembaca tersebut.
Menurut William S Maulsby : Berita adalah suatu penuturan secara benar
dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang
dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.
Menurut Eric C. Hepwood : Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang
penting yang dapat menarik perhatian umum.
Sedangkan Dja’far H Assegaf mengungkapkan bahwa berita adalah
laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staff redaksi
suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah
12
karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena
mencakup segi–segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.
Menurut J.B. Wahyudi : Berita adalah laporan tentang peristiwa atau
pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru
dan dipublikasikan melalui media massa periodic. Definisi berita yang lainnya
juga dating dari Amak Syarifuddin : yang menyatakan berita sebagai suatu
laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik
media massa.
Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada
beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni:
Laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting
disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas.
Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,
jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam:
a) Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan
kepentingan
atau
amat
penting
segera
diketahui
pembaca.
Berisi informasi peristiwa khusus (special event) yang terjadi secara tibatiba.
b) Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita
pendukung.
13
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal
yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau
penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau
penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para
cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa,
kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
2.1.2.1. Bagian Berita
Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya yaitu:
a) Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna
untuk:
(1) Menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan
diberitakan.
(2) Menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
b) Dateline
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal
kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan
tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan
inisial media.
14
c) Lead
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah
berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang
menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati
sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.
d) Body
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan
bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan
perkembangan berita. Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur 5W 1H yaitu :
(1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(4) When - kapan terjadinya?
(5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How - bagaimana terjadinya?
(7) What next - terus bagaimana?
2.2. Objektivitas Berita
Berita sebagai alat kontrol social. Maksud berita sebagai alat kontrol sosial
adalah: memberitakan peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak pada tempatnya
dan ihwal yang menyalahi aturan, supaya peristiwa buruk tidak terulang lagi dan
kesadaran berbuat baik serta mentaati peraturan makin tinggi. Makanya berita
sebagai alat kontrol sosial bisa disebut berita buruk.
15
Selama ini ada pendapat yang dianut oleh banyak orang bahwa berita buruk
akan melahirkan hal yang buruk pula. Misalnya: berita menyeluruh tentang
gerakan Papua Merdeka dikhawatirkan akan mengancam persatuan nasional.
Tetapi, akhir-akhir ini, di negara maju, berkembang pendapat bahwa berita buruk
justru melahirkan pelajaran yang baik untuk memperkuat nilai dan identitas
kolektif yang sudah dimiliki (Ericson, Baranek dan Chan 1987: 65). Sebab,
khalayak cenderung memproyeksikan keadaan yang mereka lihat pada diri
mereka. Begitu mereka melihat kehidupan gerakan Papua Merdeka yang tidak
enak dan tidak tentram, saat itu pula mereka tidak ingin meniru mereka.
Pada sisi yan lain, penyiaran berita buruk tentang sebuah lembaga pemerintah
bisa melahirkan opini publik yang baru dan citra yang baru pula tentang lembaga
pemerintah tersebut. Biarpun begitu, ia bisa merangsang gagasan-gagasan dari
khalayak untuk ikut membantu memperbaiki lembaga pemerintah tersebut. Kalau
berita itu tidak disiarkan, bukan mustahil gagasan-gagasan khalayak untuk
memperbaiki lembaga tersebut tidak muncul.
Bagi individu yang terlibat langsung dalam sebuah berita buruk penyiaran
beritanya akan membuat ia selalu ingat bahwa khalayak tahu ia pernah teledor dan
khilaf. Ingatan ini akan membuatnya berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Ini dimungkinkan karena sesungguhnya seorang individu akan merasa
gundah dan resah bila khalayak tahu ia pernah berbuat salah.
Kalau selama ini ada kekhawatiran bahwa berita sebagai kontrol sosial akan
meresahkan khalayak dan merugikan kepentingan umum, kenyataan di atas
16
menimbulkan pendapat bahwa berita sebagai kontrol sosial lebih banyak
mendatangkan keuntungan daripada kerugian. Salah satu keuntungan itu adalah
merangsang timbulnya gagasan-gagasan khalayak.
Sesungguhnya yang menjadi batas pemberitaan resmi di Indonesia ada tiga,
yaitu Undang-Undang, Kode Etik Jurnalistik dan Code of Conduct yang dimiliki
media pers. Undang-Undang membatasi media pers dari hal-hal yang boleh
diberitakan melalui pasal-pasalnya. Ia merupakan hukum positif. Bila ada media
pers yang melanggar, maka ia akan dituntut di pengadilan. Sebuah UndangUndang yang harus dipatuhi media pers sekarang adalah Undang-Undang No. 40
Tahun 1999.
Kode Etik Jurnalistik membatasi wartawan tentang apa yang baik dan tidak
baik diberitakan. Peraturan ini dikeluarkan oleh asosiasi profesi wartawan. Karena
itu, sanksi bagi pelanggarnya diberikan oleh asosiasi profesi wartawan
bersangkutan. Sanksi ini lebih bersifat moral. Wartawan yang melanggarnya akan
disebut tidak bermoral, dikucilkan dari kehidupan media pers atau diskors.
Sekarang, siapa pun wartawan Indonesia harus mematuhi Kode Etik
Wartawan Indonesia (KEWI) yang sudah disusun bersama-sama oleh berbagai
asosiasi profesi wartawan Indonesia di Bandung, 6 Agustus 1999. KEWI terdiri
atas tujuh pasal, yaitu:
i.
Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat utnuk memperoleh
informasi yang benar
17
ii.
Wartawan Indonesia menempuh cara yang etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber
informasi
iii.
Wartawan Indonesia menghormati azas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran
informasi, serta tidak melakukan plagiat.
iv.
Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,
fitnah, sadis dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan
susila.
v.
Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan
profesi.
vi.
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.
vii.
Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan serta melayani hak jawab.
Code of Conduct, dalam pada itu, merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh
sebuah media pers tentang apa yang boleh dan tidak boleh diberitakan. Ia
mengikat wartawan sebagai pekerja di sebuah media pers. Karena itu, sanksi bagi
pelanggarnya diberikan oleh media pers yang menerbitkan Code of Conduct itu.
Tidak jarang sanksi itu lebih keras dari sanksi yang diberikan oleh asosiasi profesi
wartawan, misalnya pemutusan hubungan kerja.
18
Dengan ketiga batas pemberitaan di atas terlihat bahwa media pers tidak
bebas begitu saja menyiarkan berita. Ada peraturan-peraturan yan membatasinya
menyiarkan berita kepada khalayak. Kalau ada pihak yang mengatakan bahwa
media pers sangat bebas, itu tidak benar. Media pers memiliki berbagai batasan
pemberitaan. Justru karena batasan pemberitaan itulah diaeksis sebagai kekuatan
keempat (fourth estate), setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas
dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada dibenak khalayak –
the world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan
informasi media massa tidak kontekstual dengan realitas.
Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan
cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana
pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari konsep objektivitas. Oleh karena itu, jika
terdapat sebuah paradigma yang berkaitan dengan
ilmu jurnalistik, pasti
ditemukan sebuah paradigma yang mensyaratkan adanya konsep obyektvitas
dalam penyajian berita.
Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang objektiv, yaitu
“reporting format that generally sepates fact from pinion presents an emosionally
detached view of the news, and strives for fairness and ballanced” ( DeFleur,
1994: 635).
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa
19
pemberitaan disurat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran (Siebert,
1986:100). Menyajikan semua pihak disini berarti memiliki data sumber berita
serta luas kolom yang seimbang, barulah sebuah berita memenuhi sebuah
pemberitaan yang objektiv .
Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat,
tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu
memang pendapat (Siebert, 1986: 100).
Jurgen Westerstahl menjabarkan konsep objektivitas pada bagan berikut :
Objectivity
Faktuality
Truth
Relevance
Impartiality
Ballance/non
- partisanship
Neutral
presentation
Bagan 1. Konsep Objektivitas Westerstahl ( Westerstahl, 1983: 405)
20
Westerstahl mengajukan komponen utama obyektivitas berita dalam
observasinya “ Maintaining objectivity in the dissemination of news can, it seems
to me, most easily be defined as “adherence to certain norms or
standards”(Westerståhl, 1983:403).
Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa
atau pernyataan yang dapat di cek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa
komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan/reporter, suatu
sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian
sasaran yang diinginkan.
Ada jurnalis yang hanya saja menempatkan objektivitas sebagai simbol
keyakinan
didalam
mengoperasionalisasikan
pekerjaannya,
objektivitas
dan
ada
dalam
pula
jurnalis
yang
rutinitas
tugas
serta
tanggungjawabnya sehari-hari ( charllote, 2006: 3).
Unsur lain dalam objektivitas adalah akurasi. Dalam akurasi dituntut
adanya kesesuaian judul berita dengan isi berita itu sendiri. Akurasi juga
mencakup adanya pencantuman waktu peristiwa dan kejadian yang jelas serta
yang menambah nilai keakuratan sebuah berita adalah adanya data pendukung
berita yang berupa table, graphic ataupun foto. Yang terutama dalam nilai akurasi,
sebuah berita tidak boleh mencampurkan antara fakta dengan opini yang ada
dalam sebuah penulisan berita (kriyantono, 2009:247)
Yang tidak kalah penting dan menjadi bagian dari objektivitas berita
adalah validitas sumber beritanya dimana untuk sebuah berita yang objektif
21
seharusnya memiliki keterangan atribut sumber berita yang jelas dan juga berasal
dari pelaku yang terkait langsung dengan kejadian pemberitaan.
Objektivitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers.
Objektivitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial, hal
ini penting mengingat signifikasi efek media terhadap khalayak.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Penelitian
ini
menggunakan
metodologi
riset
kuantitatif
yang
mengharuskan peneliti bersikap obyektif dan memisahkan diri dari data, karena
riset ini menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.
Berdasarkan metodologi diatas, penelitian ini menggunakan metode
analisis isi yang digunakan untuk menganalisis isi pesan yang tampak, dengan
cara sistematik dan obyektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian
deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistimatik, factual dan akurat
atas fakta serta sifat yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.
3.1.1. Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing
Subyek pada penelitian ini adalah surat kabar nasional, Jawa Pos, dengan
kantor penerbitan yang bertempat di kota Surabaya, Jawa Timur. Harian Jawa Pos
hingga kini memiliki tiras tidak kurang dari 400.000 eksemplar yang menjadikan
media ini menjadi surat kabar dengan oplah nomor 1 di Indonesia. Dengan
pertimbangan tiras sebesar itu, menunjukkan bahwasannya Jawa Pos memiliki
jumlah pembaca yang besar, meluas di masyarakat khususnya di Jawa Timur
dengan tingkat readership mencapai 96% (Nielsen 2009) dari masyarakat
mayoritas memeluk agama muslim sehingga sangat mampu memunculkan opini
publik yang cukup signifikan.
23
24
Sedangkan Obyek penelitian ini adalah seluruh berita insiden jemaat
HKBP Ciketing yang berawal dari kejadian penyerangan pada Minggu 12
September 2010 dan muncul menjadi headline di Jawa Pos pada 13 September
2010, pemberitaan insiden ini terus menjadi topik bahasan utama dan tulisan news
in depth di media ini lebih dari satu pekan. Batasan ini berdasarkan pertimbangan
aktualitas dari fenomena konflik yang termassa bagi masyarakat Indonesia, yakni
insiden jemaat HKBP Ciketing, Bekasi.
Mengingat insiden ini menyangkut nilai SARA yang sangat rentan serta
performance kinerja kepolisian dalam menangani kasus khusus seperti ini,
menjadikan berita insiden ini mampu memiliki daya tarik pembaca yang besar,
memiliki nilai berita yang tinggi dan sesuai dengan khalayak harian Jawa Pos
yang besar dan luas.
3.2. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini menggunakan unit referens, yaitu rangkaian
kata, kalimat atau paragraf yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti
sesuai dengan kategori yang digunakan. Unit Referens
ini digunakan untuk
menganalisis penggunaan data pendukung, ketidakberpihakan pemberitaan serta
validitas keabsahan pemberitaan, akurasi
melalui pencampuran antara fakta
ataupun opini, maka baru dapat diketahui objektifitas pemberitaan pers yang
diteliti.
25
3.3. Kategorisasi Objektifitas Pers
Dari berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing yang dianalisa, kemudian penulis
mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan
agar diperoleh hasil akurat, karena validitas metode dan hasil-hasilnya sangat
bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian menggunakan
kategorisasi yang digunakan oleh Rachmah Ida, PhD untuk menganalisis
objektivitas berita insiden jemaat HKBP Ciketing, Bekasi dengan skala nasional
dari surat kabar Jawa Pos dengan tiras minimal 400.000 eksemplar.
a. Kategori akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut aspek relevansi, apakah
kalimat judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita
atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. Ketepatan mengacu pada
judul utama headline, bukan sub judul. Dengan demikian, konsep ini
dibagi dalam:
1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita. Ini menyangkut aspek
relevansi, yakni apakah kalimat judul merupakan bagian dari kalimat
yang sama pada isi berita. Selain itu dalam judul atau isi berita itu,
apakah terdapat penggunaan kata atau kalimat denotatif serta
penggunaan tanda baca yang mengesankan makna ganda. Ketepatan
mengacu pada judul utama headline, bukan sub judul. Dengan
demikian, konsep ini dibagi dalam dua kategorisasi:
26
a) Sesuai, yaitu apabila judul merupakan bagian dari kalimat yang
sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi
berita.
b) Tidak sesuai, yaitu apabila judul bukan merupakan bagian dari
kalimat yang sama pada isis berita, atau bukan merupakan kutipan
yang jelas-jelas ada.
2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Konsep ini untuk
melihat akurasi fakta atau opini, yaitu apakah mencantumkan tanggal
atau adanya kata-kata yang menunjukkan waktu terjadinya peristiwa
atau wawancara. Terdapat dua kategori dalam dua konsep ini, yaitu:
a) Dicantumkan waktu, yaitu apabila dalam tulisan mencantumkan
tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu
atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal dan kata-kata.
b) Tidak dicantumkan waktu, yaitu jika dalam tulisan itu tidak
mencantumkan baik tanggal ataupun kata-kata yang menunjukkan
waktu.
3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian
yang
ditampilkan.
Kelengkapan
data
pendukung
antara
lain
menggunakan: tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar dan lain-lain.
Konsep ini dibagi dua, yaitu:
27
a) Ada data pendukung, yaitu apabila tulisan itu dilengkapi dengan
salah satu data pendukung, seperti foto peristiwa, tabel, statistik
(angka-angka)
dan
data
referensi
(buku,
UU,
Peraturan
Pemerintah dan lain-lain).
b) Tidak ada data pendukung, yaitu apabila tulisan itu sama sekali
tidak dilengkapi dengan data pendukung, seperti foto peristiwa,
tabel, statistik (angka-angka) dan dat referensi (buku, UU,
Peraturan Pemerintah dan lain-lain).
4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta
dengan opini wartawan yang menulis berita. Konsep ini dibagi atas
dua kategori, yaitu:
a) Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel
berita itu terdapat kata-kata opinionative, seperti: tampaknya,
diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya,
diperkirakan, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver,
sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.
b) Tidak mencampur fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel
berita
itu
tidak
terdapat
kata-kata
opinionative,
seperti:
tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya,
seolah,
agaknya,
diperkirakan,
diramalkan,
kontroversi,
mengejutkan, manuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative
lainnya.
28
b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut
keseimbangan penulisan berita yang meliputi:
1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan, yaitu:
a) Seimbang, yaitu apabila masing-masing pihak yang diberitakan
diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah
sumber beritanya.
b) Tidak seimbang, yaitu jika masing-masing pihak yang diberitakan
tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari
jumlah sumber beritanya.
2) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters
kolom) yangdipakai, yaitu:
a) Seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak
yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.
b) Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihakpihak yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah
kesamaan.
c. Untuk mengetahui bagaimana validitas keabsahan pemberitaan, diukur
dari:
29
1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas
maupun dalam upaya konfirmasi atau chek dan re chek). Konsep ini
dibagi menjadi:
a) Sumber berita jelas, apabila dalam berita itu sumber berita yang
dipakai dicantumkan identitasnya seperti nama, pekerjaan, atau
sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi.
b) Sumber berita tidak jelas, apabila dalam berita itu tidak
dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan, atau
sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi.
2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan
informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi
peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi
kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar
kedekatannya dengan media yang bersangkuttan atau karena
jabatannya. Kategori ini dibagi dalam:
a) Wartawan, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil
pengamatan wartawan secara langsung, yaitu mengungkap
informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar dan diketahui
oleh wartawan itu sendiri.
b) Pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan
hasil wartawan dengan sumber berita yang mengalami peristiwa
tersebut (pelaku langsung interaksi sosial). Misalnya: saksi mata,
30
saksi korban, atau orang yang memang langsung terlibat dengan
peristiwa itu sendiri atau memang ada dilokasi ketika peristiwa itu
terjadi.
c) Bukan pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan
merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak
mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan
atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita.
Misalnya petugas humas, juru bicara, kapuspen, atau juga pejabat
yang berwenang tetapi tidak berada dilokasi ketika peristiwa itu
terjadi.
3.5. Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sample
3.5.1. Populasi
Penentuan populasi dalam suatu penelitian merupakan upaya bagi peneliti
untuk membatasi ruang lingkup analisisnya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh berita insiden Jemaat HKBP Ciketing, Bekasi pada harian Jawa Pos
periode 13 September 2010 – 21 September 2010. Selama kurun waktu tersebut,
diperoleh jumlah sebanyak 9 terbitan, Dimana dengan 9 terbitan, terdapat 13 unit
berita insiden Jemaat HKBP Ciketing.
3.5.2. Sample dan Teknik Penarikan Sample
Dalam penarikan sample, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah
besar-kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sample haruslah
31
representatif atau mampu mewakili secara keseluruhan. Henry Subiakto,
menyatakan, dalam makalah content analysis jika jumlah populasi penelitian
cukup besar, maka untuk mempermudah penelitian, dapat mengambil sample
dengan jumlah 50%, 25%, atau minimal 10% dari keseluruhan populasi (Suyanto,
1995:173).
Dalam kurun periode 13 September 2010 sampai 21 September 2010,
didapatkan populasi sebanyak 9 terbitan dan didalamnya terdapat 13 unit berita
insiden jemaat HKBP. Dalam penelitian ini, diambil sample sebesar 100% atau
seluruh populasi (total sampling) yang berjumlah 13 unit berita.
Selanjutnya penelitian ini dimulai dengan terlebih dahulu memasukkan
semua unit berita insiden jemaat HKBP Ciketing dari tiap terbitan Jawa Pos sesuai
masa periode yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh peneliti, dengan secara
sistematis dan berurutan, dilakukan pencatatan kode pada tiap unit berita.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data primer, yaitu
data yang diambil secara langsung dari harian Jawa Pos yang berupa unit berita
insiden Jemaat HKBP, baik di halaman headlines Jawa Pos, berita utama serta
News in Depth pada periode 13 September 2010 sampai 21 September 2010 yang
terlebih dahulu telah didokumentasikan. Prosedur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Pertama, dengan melakukan pencatatan terhadap setiap unit
referens berita insiden Jemaat HKBP Ciketing.
32
Kedua, setiap data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding
untuk memasukkan data-data berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan
sebelumnya. Dengan metode analisis data yang selanjutnya akan dilakukan proses
penghitungan dan analisis, diinterpertasikan guna memperoleh jawaban dari
permasalahan yang telah dirumuskan, serta untuk mengetahui tujuan penelitian.
3.7. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, terlebih dahulu data yang terkumpul akan
diuraikan dengan menggunakan lembar koding. Selanjutnya teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Data dianalisis dengan
menggunakan tabulasi silang dalam tabel frekuensi. Dari tabulasi tersebut, akan
dilakukan analisis dan perhitungan prosentase atas akurasi, fairness dan validitas
yang diungkapkan dalam berita insiden
INSIDEN JEMAAT HKBP CIKETING
(Studi Deskriptif Kuantitatif Analisi Isi Objektivitas Berita
Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa Pos Edisi 13 September-21 September 2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
oleh :
CLEVELAND RONALDO FATRIK YOMAKI
0643010156
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2010
JUDUL PENELITIAN
: OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN
JEMAAT HKBP CIKETING (Studi
Deskriptif Kuantitatif Analisi Isi Objektifitas
Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa
Pos Edisi 13 September-21 September 2010)
Nama Mahasiswa
: CLEVELAND RONALDO FATRIK
YOMAKI
NPM
: 0643010156
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Lisan
PEMBIMBING
Dra. Sumardjijati, MSi
NIP. 19620323 199309 2001
DEKAN
Dra. Ec.Hj.Suparwati,M.Si
NIP. 030 175 349
i
OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN JEMAAT HKBP CIKETING
( Studi Deskriptif Kuantitatif Analisis Isi Objektivitas Berita Insiden Jemaat
HKBP Ciketing di Jawa Pos Edisi 13 September-21 September 2010)
Disusun Oleh :
Cleveland Ronaldo Fatrik Yomaki
0643010156
Telah dipertahankan dihadapkan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 02 Desember 2010
PEMBIMBING
TIM PENGUJI
1. Ketua
Dra. Sumardjijati, MSi
NIP. 19620323 199309 2001
Dra. Sumardjijati, MSi
NIP. 19620323 199309 2001
2. Sekretaris
Drs. Kusnarto.M.Si
NIP. 19580801 1984021001
3.Anggota
Dra. Dyva Claretta, M.Si
NPT. 36601 94 00251
Mengetahui,
DEKAN
Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si
NIP. 030 175 349
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH BAPA, Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat
dunia karena dengan limpahan kasih, sukacita dan penyertaan -Nya saja, penulis pada
akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi tepat waktu.
Skripsi yang ditulis oleh penulis berjudul “OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN
JEMAAT HKBP CIKETING (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF ANALISIS ISI
OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN JEMAAT HKBP CIKETING DI JAWA POS
PERIODE 13 SEPTEMBER – 21 SEPTEMBER 2010)” merupakan hasil dari usaha
dan kerja keras penulis dalam menempuh kuliah serta support ilmu dari semua Dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa
Timur, yang telah senantiasa memberikan yang terbaik untuk mahasiswa Jurusan Ilmu
komunikasi pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Kesuksesan merupakan hasil dari kerja keras, doa serta dukungan dari orang lain
sehingga penulis-pun tidak lupa untuk mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penulisan Skripsi ini :
1. Ibu Ibu Dra. EC. Hj. Suparwati ,M.Si
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Sumardjijati ,M.Si Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Wali yang
berperan besar bagi penulis tercatat mulai menjadi mahasiswa di Kampus ini
4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
menanamkan ilmu, paradigma dan membentuk pribadi yang kritis sebagai modal
paling berharga dimasa mendatang.
5. Papa dan Mama, yang telah mendidik,mendukung dan selalu mendoakan yang
terbaik untuk penulis sehingga dapat membanggakan keluarga. Semoga Papa
dan Mama bangga melihat anak ketiganya sedikit lagi menuju gelar sarjana.
6. Meirike Yosephine IE, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dan
selalu menjadi sumber inspirasiku
7. All of my friends, Handz Wahyu, Qeis, Dimas, Renato, Danang, Wedi, Kribo,
Okim, Ino, Arab, David, Fadilla, Kunto, Arief, Didiet, Evert Ie, Black Car
Community Surabaya Dan tidak lupa dukungan semua teman-teman di UPN
“Veteran” Jatim angkatan selama lebih dari 4 tahun ini.
8. Dan semua pihak yang membantu terseleseikannya Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari ketidak sempurnaan dan
kesalahan sehingga apabila ada kesalahan dalam penulisan Skripsi ini, harap maklum
adanya.untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Skripsi ini Sehingga, dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan
Penulis khususnya
Surabaya, 22 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. .
vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. viii
ABSTRAKSI ……………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... 8
2.1 Media Massa………….. ............................................................. 8
2.1.1 Surat Kabar ......................................................................... 9
2.1.2 Berita ................................................................................. 10
2.1.2.1 Bagian Berita…………………………………….13
2.2 Obyektifitas Berita………… ...................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 23
3.1 Definisi Operasional .................................................................. 23
vi
3.1.1
Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing............................ 23
3.2 Unit Analisi………… ................................................................. 24
3.3 Kategorisasi Objektifitas Pers..................................................... 25
3.4 Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sample…………….... 30
3.4.1
Populasi………………................................................... 30
3.4.2
Sample dan Teknik Penarikan Sample............................ 30
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..33
4.1 Surat Kabar Harian Jawa Pos…………………………………………...33
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ……………………………………...35
4.2.1 Akurasi Pemberitaan ………..………………………...……….41
4.2.2 Fairness ………………………………………………..………47
4.2.3.Validitas Pemberitaan ………………………………………….50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………..... 57
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 57
5.2 Saran ………………………………………………………………….. 58
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 59
LAMPIRAN ………………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Konsep Objektivitas Westershal ………………………………. 19
Gambar 2.
Kerangka Berpikir Penelitian ………………..……………….…..… 32
Gambar 3.
Kategorisasi Akurasi Pemberitaan .…………...…………... 41
Gambar 4.
Akurasi Sub Kategori Kesesuaian Judul
dengan Isi berita ………………………………………………. 42
Gambar 5.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Pencantuman Waktu Terjadinya …………………………... 43
Gambar 6.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Penggunaan Data Pendukung ……………………….…….… 44
Gambar 7.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Penggunaan Data Pendukung …………………………….…. 45
Gambar 8.
Akurasi Pemberitaan Sub Kategori
Faktualitas Berita …………………………………….………
Gambar 9.
46
Kategorisasi Fairness …………………………..………….… 47
Gambar 10. Fairnes Sub Kategori
Penggunaan Sumber Berita…………………………………
Gambar 11
48
Fairness Sub Kategori
Ketidakberpihakan Dalam Luas Kolom……….………..… 50
Gambar 12. Kategorisasi Validitas Pemberitaan……….………………. 51
Gambar 13. Validitas Sub Kategori
Atribusi Sumber Berita…………………………………….... 52
Gambar 14. Validitas Sub Kategori Kompentensi Berita …………….. 54
Gambar 14. Tabel Centang Objektivitas Berita ………………............ 55
ABSTRAKSI
Cleveland Ronaldo Fatrik Yomaki, OBJEKTIVITAS BERITA INSIDEN
JEMAAT HKBP CIKETING (Studi Analisis Isi Kuantitatif Deskriptif
Objektivitas Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa Pos periode 13
September - 21 September 2010)
Pada pedoman Ilmu Jurnalistik, syarat-syarat kelayakan berita adalah: fakta,
Obyektif, balance, akurat dan lengkap. Namun jurnalis bukanlah robot yang dapat
diprogram senantiasa melaporkan fakta secara apa adanya, sedangkan berita
sangat potensial dalam membentuk opini publik. Untuk itu objektivitas berita
penting untuk diteliti melalui penelitian deskriptif dengan menggunakan
metodologi Riset Kuantitatif dalam metode Analisis Isi melalui Kategorisasi
Objektivitas Pers milik Rachma Ida guna mengukur Akurasi Pemberitaan,
Fairness dan Validitas Pemberitaan terhadap Objektivitas Berita Insiden Jemaat
HKBP Ciketing di Harian Jawa Pos periode 13 September – 21 September 2010.
Dalam penelitian ini disimpulkan, Jawa Pos dalam memberitakan Berita
tentang konflik Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Harian Jawa Pos periode 13
September – 21 September meskipun telah menerapkan prinsip Objektivitas Pers
dalam Kategorisasi Akurasi dan Validitas, namun dalam kategorisasi Fairness,
Jawa Pos dinilai belum memenuhi pedoman Objektivitas dalam menyajikan berita
konflik Insiden Jemaat HKBP Ciketing kepada publiknya
Kata Kunci : Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing Bekasi, Objektivitas
Pemberitaan, Analisis Isi Kuantitatif, Akurasi, Fairness, Validitas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi, sehingga
media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hingga saat ini, media massa
dengan mudah kita dapati. Dalam era globalisasi dimana informasi menjadi
kebutuhan, media massa menjadi solusinya. Sampai-sampai ada kelompok baru,
yaitu kelompok kognitariat, kelompok yang selalu membutuhkan informasi dari
media massa.
Media massa terdiri dari media massa cetak, dan media massa elektronik.
Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media
massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain–lain. Media
cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru mampu memberikan pemahaman
yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam
dibanding media lainnya (Cangara, 2005:128)
Pada konteks komunikasi, perubahan-perubahan sikap dan perilaku individu
ataupun masyakat, secara umum dipengaruhi oleh, ataupun merupakan efek dari
adanya penyebaran pesan-pesan melalui proses komunikasi (Newcomb, 1985:
119), efek komunikasi massa ini, menurut Blumer dan Gurevitch, terjadi karena
1
2
secara umum media massa memiliki efek potensial yang sangat besar pada
khalayaknya (Muhtadi, 2008:35).
Mengutip Agus Sudibyo (2001:259), bahwa pemberitaan di media senantiasa
dirumuskan sarat dengan muatan-muatan etika, moral dan nilai-nilai. Namun bila
kembali menilik pada pedoman Ilmu Jurnalistik, syarat-syarat kelayakan berita
mengacu pada: fakta (real event, statement dan expert opinion), Obyektif (tidak
pernah lepas dari data dan fakta), balance (tidak memihak/cover both side), akurat
dan lengkap (unsur 5W+1H).
Maka menjadi pertanyaan besar, lanjut Sudibyo, bila para jurnalis sendiri
bukanlah robot yang dapat diprogram untuk senantiasa melaporkan fakta secara
apa adanya. Sehingga pada gilirannya, media bukan saja berfungsi sebagai saluran
informasi, tetapi juga berperan sebagai kekuatan sosial yang ikut menentukan
perubahan - perubahan dalam masyarakat.
Secara teoritis, terdapat lima fungsi utama Pers (Jurnal dasar-dasar Ilmu
Jurnalistik): sebagai sarana mediasi, bertujuan memberikan informasi yang aktual
dan faktual, bertujuan untuk mendidik, menghibur dan terakhir, melaksanakan
kontrol sosial antara masyarakat dengan pemerintah.
Di Indonesia, kebebasan pers dan jurnalis dalam hak serta etika profesinya,
diatur dan dilindungi oleh Kode Etik Perusahaan Pers (Soehoet, 2002: 42) dan
Kode Etik Jurnalistik dimana keduanya diatur lebih dalam melalui UU Republik
Indonesia no. 32 thn 2002 tentang Penyiaran. Berdasarkan perkembangan Ilmu
Komunikasi, sejalan dengan pandangan bangsa, paradigma positivistik telah jauh
3
lebih dahulu menentukan sikap dalam memandang fakta pada media massa
sebagai cermin realita yang harus dibangun atas fakta real, media massa bersifat
netral, jurnalis dalam melaporkan peliputan tidak mencampurkan nilai dan
ideologinya, jurnalis menempatkan diri sebagai pelapor berita dengan apa adanya
dimana berita yang dilaporkan bersifat adil, cover both side, obyektif dan
menghindari penggunaan bahasa ambiguitas.
Doris Graber dalam bukunya Mass Media and American Politics (1984: 10)
menyebutkan bahwa media bukanlah ranah yang netral dimana berbagai
kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapat perlakuan
yang sama dan seimbang. Media justru bisa menjadi subyek yang mengkonstruksi
realitas berdasarkan penafsiran dan definisinya sendiri untuk disebarkan pada
khalayak (201:55).
Sejumlah pemberitaan setiap hari menyebar kepenjuru dunia melalui
media massa. Masyarakat dunia seakan ikut terlibat dalam tiap peristiwa hanya
karena informasi serta pesan yang diserapnya melalui media massa. Belum lagi
atas pertimbangan aktualitas berita yang mampu menaikkan oplah, membuat
hampir seluruh media massa menempatkan berita-berita tersebut menjadi
Headline ataupun tajuk rencana
Dewasa ini, pemberitaan di media massa didominasi dengan tema-tema berita
yang berisikan kejahatan, masalah-masalah moral masyarakat serta kecelakaan
dan bencana alam. Yang paling hangat dan menjadi pembicaraan adalah
pemberitaan mengenai konflik antar umat beragama yang terjadi di Ciketing,
4
Bekasi. Secara constant, seluruh media massa mengangkat topik ini menjadi
headline atau berita utama. Kejadian yang sejatinya mematahkan arti dari Bhineka
Tunggal Ika yang menjadi kebanggaan rakyat Indonesia ini, mengundang banyak
perhatian masyarakat yang berasal dari berbeda-beda latarbelakang.
Disinilah arti penting dari objektifitas berita serta arah ataupun model
pemberitaan yang disajikan media massa. Karena realitas media massa mampu
membangun realitas kenyataan di benak khalayaknya. Untuk itu media massa
sangat diharapkan menjadi penyaji fakta, netral dan obyektif.
Objektif ataupun tidaknya sebuah berita di media massa sangatlah sensitif,
dampak sebuah pemberitaan di media massa bukan hal yang patut diremehkan.
Bilamana terdapat sebuah pemikiran negatif masuk kedalam nalar melalui tulisan
yang disebarluaskan melalui media massa, yang sakit, marah, atau terkena
dampaknya mampu melingkupi satu golongan masyarakat. Yang bisa angkat
senjata, lalu yang mati pun bisa mencapai ribuan. Sebuah tulisan media massa
yang berakibat fatal, antara lain sebuah artikel yang tidak sensitive ataupun
sebuah gambar pria sangar, bersorban, dan mengacungkan pedang di sebuah
koran di Indonesia, juga sempat membuat makin meruncingnya perang antar
agama di Maluku (2000).
Tulisan berita yang objektif sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mampu
melihat fakta yang sebenarnya terjadi atas suatu peristiwa. Tulisan yang objektif
membantu masyarakat untuk mencari kesimpulan sendiri atas sebuah kejadian
dengan tanpa menjadi pemicu meluasnya konflik melalui berita yang profokatif.
5
Pemberitaan pers atas suatu konflik selalu memiliki dua dampak, mendorong
terciptanya
perdamaian
antara
pihak
yang
berkonflik
atau
sebaliknya,
mempertajam konflik. Kebangkitan jurnalisme sejak era reformasi 1998, telah
mendorong pers Indonesia cenderung kebablasan. Pemberitaan umumnya bersifat
bombastis, dengan judul-judul profokatif dan foto-foto yang menyulut kebencian,
terutama yang berkaitan dengan suku, agama, dan ras (SARA).
Pers pula pada dasarnya memiliki idealisme yang sesuai dengan visi misinya
sendiri. Namun setiap saat pers juga diperhadapkan pada situasi pedang bermata
dua, antara fungsi idealisme yang diyakininya dengan tuntutan komersialitas atas
pemberitaan, karena bagaimanapun idealisnya sebuah lembaga pers, dia tetaplah
sebuah perusahaan yang berorientasi pada profit sehubungan tanggungjawabnya
atas kesejahteraan pekerjanya.
Insiden koflik antar agama yang terjadi pada 12 september 2010 di Ciketing,
Bekasi menjadi sangat penting dan menarik untuk diangkat menjadi topic
penelitian karena pemberitaan atas insiden ini menjadi sangat riskan karena harus
benar-benar berada disisi yang netral. Kesalahan dalam pemberitaan dengan
keberpihakan dalam tulisan di media massa memiliki kemampuan untuk memicu
meluasnya konflik ini.
Tanpa pemberitaan yang memihak pun, kejadian ini sudah cukup memiliki
kandungan konflik yang tinggi karena terdapat perselisihan antara 2 agama
mayoritas di Indonesia. Atas dasar inilah, penulis menggunakan media dengan
6
tingkat readership tertinggi di Indonesia yang memiliki pengaruh yang besar
terhadap setiap terbitannya atas khalayak pembacanya.
Karena meski telah terdapat regulasi, teori ilmu serta kode etik yang jelas dan
tepat sasaran, bukan berarti kenyataan yang terjadi dalam media massa di
Indonesia sudah sejalan dengan aturan-aturan diatas. Melalui penelitian analisis isi
atas media massa terbesar di Indonesia dengan oplah mencapai 400.000 pada
pemberitaan insiden Jemaat HKBP di Ciketing, Bekasi dan pemanfaatan Ilmu
Komunikasi Media Massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan
atas objektifitas pers dari harian Jawa Pos yang menjadi subyek penelitian.
1.2. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimanakah Objektifitas
Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing di Jawa Pos edisi 13 September sampai
dengan 21 September 2010?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Obyektifitas Berita Insiden Jemaat
HKBP Ciketing di Jawa Pos edisi 13 September sampai dengan 21 September
2010.
7
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan Studi Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Jurnalistik melalui upaya mengkaji Obyektifitas
Pemberitaan pers dalam pemberitaan di media massa. Serta sebagai suatu
bukti bahwa penelitian tentang analisis isi memiliki peran penting dalam
teori dan metodologi sebagi fenomena komunikasi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para jurnalis,
berkaitan dengan perannya dalam mengkonstruksi berita di media massa,
mengingat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi
perusahaan pers pada pertimbangan dalam menyajikan berita, sehubungan
fungsinya sebagai pengawas dan kontrol sosial diantara masyarakat dan
pemerintah.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
2.1
Media Massa
Media massa merupakan “kependekan” dari komunikasi massa. Media
massa lahir untuk menjembatani komunikasi antar massa. Massa adalah
masyarakat luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama lain.
Ketergantungan antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang mampu
menyalurkan hasrat, gagasan dan kepentingan masing - masing agar diketahui dan
dipahami oleh yang lain. Penyaluran hasrat, gagasan dan kepentingan tersebut
dinamai pesan (message). Dengan demikian, pada hakikatnya media massa adalah
saling-silang pesan antar massa. Oleh karena itu, kita patut memahami posisi
(kedudukan) media massa dan saling - silang pesan. (Pareno: 2005,7). Media
massa yang kita kenal saat ini adalah:
a. Media cetak, terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah.
b. Media elektronik, terdiri dari radio siaran, televisi siaran (Abdullah: 2001, 9)
Menurut Pareno (2005:7) dalam berbagai wacana tentang fungsi media
massa, disebutkan empat fungsi media massa yaitu : penyalur informasi, fungsi
mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut
melekat dalam media massa secara utuh, dalam arti luas harus dilaksanakan secara
bersama-sama, tidak boleh mengutamakan satu atau dua fungsi tapi mengabaikan
fungsi-fungsi lainnya.
8
9
Media juga mengubah bentuk kontrol sosial. Paul Lazarsfeld dan Robert
K. Merton (Rivers dan Peterson, 2003:39) juga melihat media dapat
menghaluskan paksaan sehingga tampak sebagai bujukan. Mereka mengatakan
bahwa kelompok-kelompok kuat kian mengandalkan teknik manipulasi melalui
media untuk mencapai apa yang diinginkannya, termasuk agar mereka bisa
mengontrol secara lebih halus.
Sebagai suatu sistem, media massa berinteraksi dengan system-system
sosial, politik, dan ekonomi. Sistem media massa dengan sistem tersebut saling
mempengaruhi dan saling bergantung. Artinya, sistem media massa tidak dapat
berjalan apabila system-system lainnya itu juga tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Demikian juga sebaliknya, sistem sosial ataupun sistem politik atau
juga system ekonomi tidak berfungsi manakala sistem media massa juga tidak
berfungsi. (Pareno: 2005, 69)
2.1.1 Surat Kabar
Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat
kabar. Dengan sendirinya surat kabar juga mempunyai fungsi-fungsi komunikasi
massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standard surat kabar.
Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang berupa
lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan
terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum. Selain itu surat kabar juga
10
mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Pareno (2005 : 24) karakteristik surat
kabar adalah sebagai berikut :
a. Berita merupakan unsur utama yang dominan.
b. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.
c. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.
d. Umpan balik relatif lebih lamban.
e. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.
f. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.
g. Ditentukan oleh jalur distribusi.
Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin tahu
sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise, menghilangkan
kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk
menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran merupakan
sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang seruis. Bagi
sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk
mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak
sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari
kehidupan sehari-hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313).
2.1.2 Berita
Berita berasal dari bahsa sansekerta Vrit yang dalam bahasa Inggris
disebut Write yang arti sebenarnya adalah ada atau terjadi .Ada juga yang
menyebut dengan Vritta artinya kejadian atau yang telah Terjadi .Menurut
11
kamus besar ,berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang
hangat. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang
benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media
berkala seperti surat kabar, radio, televisi,atau media on-line internet.
News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat
sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak
pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau
majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan. Menurut Dean M. Lyle
Spencer Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik
perhatian sebagian besar dari pembaca.
Menurut Willard C. Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa ( baru )
yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu berita
dapat menarik atau mempunyai makanan bagi pembaca surat kabar, atau karena
itu dapat menarik pembaca-pembaca tersebut.
Menurut William S Maulsby : Berita adalah suatu penuturan secara benar
dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang
dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.
Menurut Eric C. Hepwood : Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang
penting yang dapat menarik perhatian umum.
Sedangkan Dja’far H Assegaf mengungkapkan bahwa berita adalah
laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staff redaksi
suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah
12
karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena
mencakup segi–segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.
Menurut J.B. Wahyudi : Berita adalah laporan tentang peristiwa atau
pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru
dan dipublikasikan melalui media massa periodic. Definisi berita yang lainnya
juga dating dari Amak Syarifuddin : yang menyatakan berita sebagai suatu
laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik
media massa.
Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada
beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni:
Laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting
disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas.
Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,
jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam:
a) Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan
kepentingan
atau
amat
penting
segera
diketahui
pembaca.
Berisi informasi peristiwa khusus (special event) yang terjadi secara tibatiba.
b) Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita
pendukung.
13
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal
yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau
penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau
penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para
cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa,
kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
2.1.2.1. Bagian Berita
Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya yaitu:
a) Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna
untuk:
(1) Menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan
diberitakan.
(2) Menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
b) Dateline
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal
kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan
tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan
inisial media.
14
c) Lead
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah
berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang
menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati
sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.
d) Body
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan
bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan
perkembangan berita. Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur 5W 1H yaitu :
(1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(4) When - kapan terjadinya?
(5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How - bagaimana terjadinya?
(7) What next - terus bagaimana?
2.2. Objektivitas Berita
Berita sebagai alat kontrol social. Maksud berita sebagai alat kontrol sosial
adalah: memberitakan peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak pada tempatnya
dan ihwal yang menyalahi aturan, supaya peristiwa buruk tidak terulang lagi dan
kesadaran berbuat baik serta mentaati peraturan makin tinggi. Makanya berita
sebagai alat kontrol sosial bisa disebut berita buruk.
15
Selama ini ada pendapat yang dianut oleh banyak orang bahwa berita buruk
akan melahirkan hal yang buruk pula. Misalnya: berita menyeluruh tentang
gerakan Papua Merdeka dikhawatirkan akan mengancam persatuan nasional.
Tetapi, akhir-akhir ini, di negara maju, berkembang pendapat bahwa berita buruk
justru melahirkan pelajaran yang baik untuk memperkuat nilai dan identitas
kolektif yang sudah dimiliki (Ericson, Baranek dan Chan 1987: 65). Sebab,
khalayak cenderung memproyeksikan keadaan yang mereka lihat pada diri
mereka. Begitu mereka melihat kehidupan gerakan Papua Merdeka yang tidak
enak dan tidak tentram, saat itu pula mereka tidak ingin meniru mereka.
Pada sisi yan lain, penyiaran berita buruk tentang sebuah lembaga pemerintah
bisa melahirkan opini publik yang baru dan citra yang baru pula tentang lembaga
pemerintah tersebut. Biarpun begitu, ia bisa merangsang gagasan-gagasan dari
khalayak untuk ikut membantu memperbaiki lembaga pemerintah tersebut. Kalau
berita itu tidak disiarkan, bukan mustahil gagasan-gagasan khalayak untuk
memperbaiki lembaga tersebut tidak muncul.
Bagi individu yang terlibat langsung dalam sebuah berita buruk penyiaran
beritanya akan membuat ia selalu ingat bahwa khalayak tahu ia pernah teledor dan
khilaf. Ingatan ini akan membuatnya berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Ini dimungkinkan karena sesungguhnya seorang individu akan merasa
gundah dan resah bila khalayak tahu ia pernah berbuat salah.
Kalau selama ini ada kekhawatiran bahwa berita sebagai kontrol sosial akan
meresahkan khalayak dan merugikan kepentingan umum, kenyataan di atas
16
menimbulkan pendapat bahwa berita sebagai kontrol sosial lebih banyak
mendatangkan keuntungan daripada kerugian. Salah satu keuntungan itu adalah
merangsang timbulnya gagasan-gagasan khalayak.
Sesungguhnya yang menjadi batas pemberitaan resmi di Indonesia ada tiga,
yaitu Undang-Undang, Kode Etik Jurnalistik dan Code of Conduct yang dimiliki
media pers. Undang-Undang membatasi media pers dari hal-hal yang boleh
diberitakan melalui pasal-pasalnya. Ia merupakan hukum positif. Bila ada media
pers yang melanggar, maka ia akan dituntut di pengadilan. Sebuah UndangUndang yang harus dipatuhi media pers sekarang adalah Undang-Undang No. 40
Tahun 1999.
Kode Etik Jurnalistik membatasi wartawan tentang apa yang baik dan tidak
baik diberitakan. Peraturan ini dikeluarkan oleh asosiasi profesi wartawan. Karena
itu, sanksi bagi pelanggarnya diberikan oleh asosiasi profesi wartawan
bersangkutan. Sanksi ini lebih bersifat moral. Wartawan yang melanggarnya akan
disebut tidak bermoral, dikucilkan dari kehidupan media pers atau diskors.
Sekarang, siapa pun wartawan Indonesia harus mematuhi Kode Etik
Wartawan Indonesia (KEWI) yang sudah disusun bersama-sama oleh berbagai
asosiasi profesi wartawan Indonesia di Bandung, 6 Agustus 1999. KEWI terdiri
atas tujuh pasal, yaitu:
i.
Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat utnuk memperoleh
informasi yang benar
17
ii.
Wartawan Indonesia menempuh cara yang etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber
informasi
iii.
Wartawan Indonesia menghormati azas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran
informasi, serta tidak melakukan plagiat.
iv.
Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,
fitnah, sadis dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan
susila.
v.
Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan
profesi.
vi.
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.
vii.
Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan serta melayani hak jawab.
Code of Conduct, dalam pada itu, merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh
sebuah media pers tentang apa yang boleh dan tidak boleh diberitakan. Ia
mengikat wartawan sebagai pekerja di sebuah media pers. Karena itu, sanksi bagi
pelanggarnya diberikan oleh media pers yang menerbitkan Code of Conduct itu.
Tidak jarang sanksi itu lebih keras dari sanksi yang diberikan oleh asosiasi profesi
wartawan, misalnya pemutusan hubungan kerja.
18
Dengan ketiga batas pemberitaan di atas terlihat bahwa media pers tidak
bebas begitu saja menyiarkan berita. Ada peraturan-peraturan yan membatasinya
menyiarkan berita kepada khalayak. Kalau ada pihak yang mengatakan bahwa
media pers sangat bebas, itu tidak benar. Media pers memiliki berbagai batasan
pemberitaan. Justru karena batasan pemberitaan itulah diaeksis sebagai kekuatan
keempat (fourth estate), setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas
dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada dibenak khalayak –
the world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan
informasi media massa tidak kontekstual dengan realitas.
Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan
cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana
pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari konsep objektivitas. Oleh karena itu, jika
terdapat sebuah paradigma yang berkaitan dengan
ilmu jurnalistik, pasti
ditemukan sebuah paradigma yang mensyaratkan adanya konsep obyektvitas
dalam penyajian berita.
Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang objektiv, yaitu
“reporting format that generally sepates fact from pinion presents an emosionally
detached view of the news, and strives for fairness and ballanced” ( DeFleur,
1994: 635).
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa
19
pemberitaan disurat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran (Siebert,
1986:100). Menyajikan semua pihak disini berarti memiliki data sumber berita
serta luas kolom yang seimbang, barulah sebuah berita memenuhi sebuah
pemberitaan yang objektiv .
Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat,
tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu
memang pendapat (Siebert, 1986: 100).
Jurgen Westerstahl menjabarkan konsep objektivitas pada bagan berikut :
Objectivity
Faktuality
Truth
Relevance
Impartiality
Ballance/non
- partisanship
Neutral
presentation
Bagan 1. Konsep Objektivitas Westerstahl ( Westerstahl, 1983: 405)
20
Westerstahl mengajukan komponen utama obyektivitas berita dalam
observasinya “ Maintaining objectivity in the dissemination of news can, it seems
to me, most easily be defined as “adherence to certain norms or
standards”(Westerståhl, 1983:403).
Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa
atau pernyataan yang dapat di cek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa
komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan/reporter, suatu
sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian
sasaran yang diinginkan.
Ada jurnalis yang hanya saja menempatkan objektivitas sebagai simbol
keyakinan
didalam
mengoperasionalisasikan
pekerjaannya,
objektivitas
dan
ada
dalam
pula
jurnalis
yang
rutinitas
tugas
serta
tanggungjawabnya sehari-hari ( charllote, 2006: 3).
Unsur lain dalam objektivitas adalah akurasi. Dalam akurasi dituntut
adanya kesesuaian judul berita dengan isi berita itu sendiri. Akurasi juga
mencakup adanya pencantuman waktu peristiwa dan kejadian yang jelas serta
yang menambah nilai keakuratan sebuah berita adalah adanya data pendukung
berita yang berupa table, graphic ataupun foto. Yang terutama dalam nilai akurasi,
sebuah berita tidak boleh mencampurkan antara fakta dengan opini yang ada
dalam sebuah penulisan berita (kriyantono, 2009:247)
Yang tidak kalah penting dan menjadi bagian dari objektivitas berita
adalah validitas sumber beritanya dimana untuk sebuah berita yang objektif
21
seharusnya memiliki keterangan atribut sumber berita yang jelas dan juga berasal
dari pelaku yang terkait langsung dengan kejadian pemberitaan.
Objektivitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers.
Objektivitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial, hal
ini penting mengingat signifikasi efek media terhadap khalayak.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Penelitian
ini
menggunakan
metodologi
riset
kuantitatif
yang
mengharuskan peneliti bersikap obyektif dan memisahkan diri dari data, karena
riset ini menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.
Berdasarkan metodologi diatas, penelitian ini menggunakan metode
analisis isi yang digunakan untuk menganalisis isi pesan yang tampak, dengan
cara sistematik dan obyektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian
deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistimatik, factual dan akurat
atas fakta serta sifat yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.
3.1.1. Berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing
Subyek pada penelitian ini adalah surat kabar nasional, Jawa Pos, dengan
kantor penerbitan yang bertempat di kota Surabaya, Jawa Timur. Harian Jawa Pos
hingga kini memiliki tiras tidak kurang dari 400.000 eksemplar yang menjadikan
media ini menjadi surat kabar dengan oplah nomor 1 di Indonesia. Dengan
pertimbangan tiras sebesar itu, menunjukkan bahwasannya Jawa Pos memiliki
jumlah pembaca yang besar, meluas di masyarakat khususnya di Jawa Timur
dengan tingkat readership mencapai 96% (Nielsen 2009) dari masyarakat
mayoritas memeluk agama muslim sehingga sangat mampu memunculkan opini
publik yang cukup signifikan.
23
24
Sedangkan Obyek penelitian ini adalah seluruh berita insiden jemaat
HKBP Ciketing yang berawal dari kejadian penyerangan pada Minggu 12
September 2010 dan muncul menjadi headline di Jawa Pos pada 13 September
2010, pemberitaan insiden ini terus menjadi topik bahasan utama dan tulisan news
in depth di media ini lebih dari satu pekan. Batasan ini berdasarkan pertimbangan
aktualitas dari fenomena konflik yang termassa bagi masyarakat Indonesia, yakni
insiden jemaat HKBP Ciketing, Bekasi.
Mengingat insiden ini menyangkut nilai SARA yang sangat rentan serta
performance kinerja kepolisian dalam menangani kasus khusus seperti ini,
menjadikan berita insiden ini mampu memiliki daya tarik pembaca yang besar,
memiliki nilai berita yang tinggi dan sesuai dengan khalayak harian Jawa Pos
yang besar dan luas.
3.2. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini menggunakan unit referens, yaitu rangkaian
kata, kalimat atau paragraf yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti
sesuai dengan kategori yang digunakan. Unit Referens
ini digunakan untuk
menganalisis penggunaan data pendukung, ketidakberpihakan pemberitaan serta
validitas keabsahan pemberitaan, akurasi
melalui pencampuran antara fakta
ataupun opini, maka baru dapat diketahui objektifitas pemberitaan pers yang
diteliti.
25
3.3. Kategorisasi Objektifitas Pers
Dari berita Insiden Jemaat HKBP Ciketing yang dianalisa, kemudian penulis
mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan
agar diperoleh hasil akurat, karena validitas metode dan hasil-hasilnya sangat
bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian menggunakan
kategorisasi yang digunakan oleh Rachmah Ida, PhD untuk menganalisis
objektivitas berita insiden jemaat HKBP Ciketing, Bekasi dengan skala nasional
dari surat kabar Jawa Pos dengan tiras minimal 400.000 eksemplar.
a. Kategori akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut aspek relevansi, apakah
kalimat judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita
atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. Ketepatan mengacu pada
judul utama headline, bukan sub judul. Dengan demikian, konsep ini
dibagi dalam:
1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita. Ini menyangkut aspek
relevansi, yakni apakah kalimat judul merupakan bagian dari kalimat
yang sama pada isi berita. Selain itu dalam judul atau isi berita itu,
apakah terdapat penggunaan kata atau kalimat denotatif serta
penggunaan tanda baca yang mengesankan makna ganda. Ketepatan
mengacu pada judul utama headline, bukan sub judul. Dengan
demikian, konsep ini dibagi dalam dua kategorisasi:
26
a) Sesuai, yaitu apabila judul merupakan bagian dari kalimat yang
sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi
berita.
b) Tidak sesuai, yaitu apabila judul bukan merupakan bagian dari
kalimat yang sama pada isis berita, atau bukan merupakan kutipan
yang jelas-jelas ada.
2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Konsep ini untuk
melihat akurasi fakta atau opini, yaitu apakah mencantumkan tanggal
atau adanya kata-kata yang menunjukkan waktu terjadinya peristiwa
atau wawancara. Terdapat dua kategori dalam dua konsep ini, yaitu:
a) Dicantumkan waktu, yaitu apabila dalam tulisan mencantumkan
tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu
atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal dan kata-kata.
b) Tidak dicantumkan waktu, yaitu jika dalam tulisan itu tidak
mencantumkan baik tanggal ataupun kata-kata yang menunjukkan
waktu.
3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian
yang
ditampilkan.
Kelengkapan
data
pendukung
antara
lain
menggunakan: tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar dan lain-lain.
Konsep ini dibagi dua, yaitu:
27
a) Ada data pendukung, yaitu apabila tulisan itu dilengkapi dengan
salah satu data pendukung, seperti foto peristiwa, tabel, statistik
(angka-angka)
dan
data
referensi
(buku,
UU,
Peraturan
Pemerintah dan lain-lain).
b) Tidak ada data pendukung, yaitu apabila tulisan itu sama sekali
tidak dilengkapi dengan data pendukung, seperti foto peristiwa,
tabel, statistik (angka-angka) dan dat referensi (buku, UU,
Peraturan Pemerintah dan lain-lain).
4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta
dengan opini wartawan yang menulis berita. Konsep ini dibagi atas
dua kategori, yaitu:
a) Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel
berita itu terdapat kata-kata opinionative, seperti: tampaknya,
diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya,
diperkirakan, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver,
sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.
b) Tidak mencampur fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel
berita
itu
tidak
terdapat
kata-kata
opinionative,
seperti:
tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya,
seolah,
agaknya,
diperkirakan,
diramalkan,
kontroversi,
mengejutkan, manuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative
lainnya.
28
b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut
keseimbangan penulisan berita yang meliputi:
1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan, yaitu:
a) Seimbang, yaitu apabila masing-masing pihak yang diberitakan
diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah
sumber beritanya.
b) Tidak seimbang, yaitu jika masing-masing pihak yang diberitakan
tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari
jumlah sumber beritanya.
2) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters
kolom) yangdipakai, yaitu:
a) Seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak
yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.
b) Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihakpihak yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah
kesamaan.
c. Untuk mengetahui bagaimana validitas keabsahan pemberitaan, diukur
dari:
29
1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas
maupun dalam upaya konfirmasi atau chek dan re chek). Konsep ini
dibagi menjadi:
a) Sumber berita jelas, apabila dalam berita itu sumber berita yang
dipakai dicantumkan identitasnya seperti nama, pekerjaan, atau
sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi.
b) Sumber berita tidak jelas, apabila dalam berita itu tidak
dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan, atau
sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi.
2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan
informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi
peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi
kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar
kedekatannya dengan media yang bersangkuttan atau karena
jabatannya. Kategori ini dibagi dalam:
a) Wartawan, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil
pengamatan wartawan secara langsung, yaitu mengungkap
informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar dan diketahui
oleh wartawan itu sendiri.
b) Pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan
hasil wartawan dengan sumber berita yang mengalami peristiwa
tersebut (pelaku langsung interaksi sosial). Misalnya: saksi mata,
30
saksi korban, atau orang yang memang langsung terlibat dengan
peristiwa itu sendiri atau memang ada dilokasi ketika peristiwa itu
terjadi.
c) Bukan pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan
merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak
mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan
atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita.
Misalnya petugas humas, juru bicara, kapuspen, atau juga pejabat
yang berwenang tetapi tidak berada dilokasi ketika peristiwa itu
terjadi.
3.5. Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sample
3.5.1. Populasi
Penentuan populasi dalam suatu penelitian merupakan upaya bagi peneliti
untuk membatasi ruang lingkup analisisnya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh berita insiden Jemaat HKBP Ciketing, Bekasi pada harian Jawa Pos
periode 13 September 2010 – 21 September 2010. Selama kurun waktu tersebut,
diperoleh jumlah sebanyak 9 terbitan, Dimana dengan 9 terbitan, terdapat 13 unit
berita insiden Jemaat HKBP Ciketing.
3.5.2. Sample dan Teknik Penarikan Sample
Dalam penarikan sample, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah
besar-kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sample haruslah
31
representatif atau mampu mewakili secara keseluruhan. Henry Subiakto,
menyatakan, dalam makalah content analysis jika jumlah populasi penelitian
cukup besar, maka untuk mempermudah penelitian, dapat mengambil sample
dengan jumlah 50%, 25%, atau minimal 10% dari keseluruhan populasi (Suyanto,
1995:173).
Dalam kurun periode 13 September 2010 sampai 21 September 2010,
didapatkan populasi sebanyak 9 terbitan dan didalamnya terdapat 13 unit berita
insiden jemaat HKBP. Dalam penelitian ini, diambil sample sebesar 100% atau
seluruh populasi (total sampling) yang berjumlah 13 unit berita.
Selanjutnya penelitian ini dimulai dengan terlebih dahulu memasukkan
semua unit berita insiden jemaat HKBP Ciketing dari tiap terbitan Jawa Pos sesuai
masa periode yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh peneliti, dengan secara
sistematis dan berurutan, dilakukan pencatatan kode pada tiap unit berita.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data primer, yaitu
data yang diambil secara langsung dari harian Jawa Pos yang berupa unit berita
insiden Jemaat HKBP, baik di halaman headlines Jawa Pos, berita utama serta
News in Depth pada periode 13 September 2010 sampai 21 September 2010 yang
terlebih dahulu telah didokumentasikan. Prosedur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Pertama, dengan melakukan pencatatan terhadap setiap unit
referens berita insiden Jemaat HKBP Ciketing.
32
Kedua, setiap data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding
untuk memasukkan data-data berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan
sebelumnya. Dengan metode analisis data yang selanjutnya akan dilakukan proses
penghitungan dan analisis, diinterpertasikan guna memperoleh jawaban dari
permasalahan yang telah dirumuskan, serta untuk mengetahui tujuan penelitian.
3.7. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, terlebih dahulu data yang terkumpul akan
diuraikan dengan menggunakan lembar koding. Selanjutnya teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Data dianalisis dengan
menggunakan tabulasi silang dalam tabel frekuensi. Dari tabulasi tersebut, akan
dilakukan analisis dan perhitungan prosentase atas akurasi, fairness dan validitas
yang diungkapkan dalam berita insiden