La Belle Epoque.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Perancangan tugas akhir ini, memilih konsep La Belle Epoque. La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Gaya berbusana dari La Belle Epoque dipadukan dengan masa kejayaan Perancis, diharapkan dapat mewujudkan keinginan para wanita yang ingin tampil dengan anggun, mewah, dan elegan. Jaman kemakmuran dan keemasaan merupakan unsur utama untuk konsep yang akan direalisasikan pada koleksi perancangan. Pemilihan bahan yang berunsur gold, desain busana yang mewah, juga manipulating fabric dengan brukat, bordir, payet yang indah juga disesuaikan dengan karakteristik La Belle Epoque.
Tahapan pengerjaan dalam konsep La Belle Epoque mengalami beberapa kendala mulai dari pemilihan desain, pemilihan, pemilihan manipulatingfabric, dan proses penjaitan yang membutuhkan waktu yang lama. Proses penjahitan membutuhkan waktu yang lama karena menggunakan beberapa teknik khusus. Koleksi bridal semi haute couture ini diharapkan diterima di pasaran khususnya para wanita di Indonesia yang mengedepankan kualitas, kemewahan, keanggunan, dan gaya yang elegan. Target pasar adalah wanita yang berusia 20-35 tahun dengan target ekonomi kelas menengah atas dan digunakan untuk acara resmi seperti pernikahan.
Keywords : La Belle Epoque, mewah, elegan, anggun.
(2)
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
La Belle Epoque is a golden era and the era of prosperity in France. Fashion style of La Belle Epoque, combined with the heyday of the French, is expected to realize the desire of women who want to look graceful, luxurious, and elegant. Golden age of prosperity is a key element for the concept to be realized in the design collection. The selection of the materials are element of gold, luxury fashion design, also manipulating fabric with brocade, embroidery, sequins beautifully well adapted to the characteristics of La Belle Epoque.
Stages of processing in the concept of La Belle Epoque had problems starting from design selection, election, manipulating fabric election, and sewing process that takes a long time. Suturing process takes a long time because of using some special techniques. The spring haute couture bridal collection is expected to be adapted in the mass market, especially the women in Indonesia, which puts the quality, luxury, elegance, and elegant style. The target market is women aged 20-35 years from the upper middle class and is used for formal events such as weddings.
(3)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Abstrak………..………...……....i
Abstract………...………..…………...ii
Kata Pengantar……….……...……..iii
Lembar Persetujuan……….………..v
Lembar Pengesahan……….……….vi
Pernyataan Publikasi Karya dan Laporan……….………...vii
Pernyataan Hasil Karya Pribadi………..……….….viii
BAB I Pendahuluan………..……….…….1
I.1 Latar Belakang……….………...1
I.2 Identifikasi Masalah………2
I.3 Batasan Masalah………..3
I.4 Tujuan Perancangan………...….…3
I.5 Metode Perancangan………...……3
I.6 Sistem Penulisan………...…………..4
BAB II Landasan Teori…………..……….….………..6
II.1 Teori Fashion……….………6
II.1.1 Definisi Fashion...6
II.1.2 Haute Couture………7
II.1.3 Tren Fashion………..7
II.2 Teori Busana………...…..7
II.2.1 Definisi Busana……….7
II.2.2 Fungsi Busana………...7
II.3 Teori Warna………..9
II.3.1 Definisi Warna………..9
(4)
Universitas Kristen Maranatha
II.4 Teori Tekstil……….………...11
II.4.1 Definisi Tekstil………11
II.4.2 Taffeta………..11
II.4.3 Organdi………11
II.5 Teori Reka Bahan………...………12
II.5.1 Definisi Reka Bahan………...12
II.5.2 Brukat………..12
II.5.3 Opnaisel………...13
II.5.4 Teknik Neci Kenur………..13
II.6 Teori Pola Busana………...13
II.6.1 Definisi Pola Busana………...13
II.6.2 Pola Dasar Busana………...13
II.6.3 Proses Pembuatan Pola Busana………...14
II.6.4 Teknik Pecah Pola………...14
II.7 Teori Penjahitan Busana………15
II.7.1 Definisi Penjahitan Busana……….15
II.7.2 Proses Penjahitan Busana………...15
II.8 La Belle Epoque……….15
II.8.1 Sejarah La Belle Epoque………15
II.8.2 Gaya Busana La Belle Epoque………...18
BAB III Deskripsi Objek Studi……….………….….…………22
3.1 Deskripsi Objek Perancangan………...………22
3.2 Identifikasi Objek Perancangan……….…..……….23
3.3 Deskripsi dan Survey Fungsi………..………..24
BAB IV Konsep Perancangan……….26
4.1 Perancangan Umum……….….………...26
(5)
Universitas Kristen Maranatha
BAB V Penutup……….………43
5.1 Kesimpulan……….……….……….43
5.2 Saran………..………...43
DAFTAR PUSTAKA………..…………..…45
DATA PENULIS………...………....…..46
LAMPIRAN………..………..…….………….47
A.
Pola Kecil dan Ukuran Model………48
B.
Material………..49
C.
Foto Busana………51
D.
Technical Drawing……….52
E.
Ilustrasi Fashion……….53
F.
Reka Bahan………54
G.
Proses Pembuatan………..55
H.
Mind Map………...56
(6)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.3 Lingkaran Warna Brewster………10
Gambar II.3 Lingkaran Warna Panas dan Dingin………..10
Gambar II.8 Poster Perancis tahun 1984………16
Gambar II.8 World Fair tahun 1900 di Paris………..17
Gambar III.1 Suasana Perkotaan di Paris………...22
Ilustrasi Fashion Gaun I………..28
Flat Drawing Gaun I………...29
Foto Gaun I……….30
Ilustrasi Fashion Gaun II……….32
Flat Drawing Gaun II………..33
Foto Gaun II………34
Ilustrasi Fashion Gaun III………...36
Flat Drawing Gaun III……….37
Foto Gaun III………..38
Ilustrasi Fashion Gaun IV……….……..40
Flat Drawing Gaun IV………41
Foto Gaun IV………..42
(7)
Universitas Kristen Maranatha
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871 dan berakhir ketika Perang Dunia I pada 1914. Jaman keemasan dan jaman kemakmuran sangat mempengaruhi fashion pada masa La Belle Epoque. Hiasan renda,
ruffles, bordir, topi yang besar sangat populer pada masa ini.
Berdasarkan pemaparan sejarah di atas, penulis memilih konsep La Belle Epoque yang merupakan "era indah" dalam sejarah Perancis. Gaya berbusana dari La Belle Epoque
diharapkan dapat mewujudkan keinginan para wanita yang ingin tampil dengan anggun, mewah, dan elegan. Koleksi kali ini , perancang ingin mewujudkan era kejayaan dan era kemakmuran masa La Belle Epoque pada koleksi perancangannya kali ini dengan menonjolkan kesan anggun, mewah, elegan, dan berkelas.
Perancang akan membuat koleksi bridal yang mengarah pada semi haute couture.
Bridal semi haute couture dipilih oleh perancang karena sesuai dengan gaya desain perancang dan diharapkan mampu menjawab keinginan pasar dengan mewujudkan design yang tidak monoton dan harga dapat bersaing. Karakteristik koleksi bridal semi haute couture perancang adalah diwujudkannya kesan era kejayaan dan era kemakmuran pada masa La Belle Epoque. Koleksi bridal semi haute couture selalu dapat digunakan untuk busana pengantin dan juga dapat digunakan oleh keluarganya. Perancang membuat jenis
bridal yang dapat disesuaikan dengan budaya pengantin dan dapat juga digunakan oleh keluarga pengantin sehingga tidak ada masalah dengan budaya pernikahan yang akan digunakan baik itu konsep barat ataupun adat. Kebaya konsep kontemporer bisa menjadi konsep busana yang bergaya adat sehingga memberikan banyak variasi pada desain bridal.
Di kalangan masyarakat modern saat ini banyak yang lebih memilih bridal tetapi tidak terfokus pada busana pengantin saja sebagai pilihan untuk membuat suatu rancangan baju yang anggun, mewah dan elegan. Masyarakat lebih untuk mempergunakan jasa penjahit karena dapat menyesuaikan selera dan keinginan. Fenomena di Indonesia juga menjadikan pasar bagi perancang untuk memenuhi kebutuhan pasar seperti socialita atau public figure
(8)
Universitas Kristen Maranatha
2
Indonesia, salah satu contohnya yaitu artis Krisdayanti memilih rancangan designer Vera Wang sebagai busana pengantinnya. Fenomena masyarakat Indonesia khususnya kaum
socialita atau public figure membuktikan bahwa konsep budaya Barat mulai digemari tetapi juga masih ada yang menjunjung tinggi adat.
Koleksi bridal semi haute couture ini diharapkan diterima di pasaran khususnya para wanita di Indonesia yang mengedepankan kualitas, kemewahan, keanggunan, dan gaya yang elegan. Target pasar adalah wanita yang berusia 20-35 tahun dengan target ekonomi kelas menengah atas. Target ekonomi kelas atas dipilih karena koleksi bridal semi haute couture
menggunakan bahan yang bermutu baik dan mengedepankan kualitas. Koleksi bridal semi
haute couture ini ditujukan untuk para wanita yang bergaya feminim, mempunyai gaya hidup glamour yang suka dengan kemewahan sangat cocok menggunakan koleksi bridal
semi haute couture ini. Wanita yang bekerja di pada industri fashion dan kecantikan ataupun untuk orang-orang yang kurang sadar akan fashion tetapi ingin tampil fashionable
merupakan contoh kecil wanita yang direkomendasikan menggunakan koleksi bridal semi
haute couture ini.
I.2 Identifikasi masalah
1. Bagaimana menggunakan aturan- aturan baku membuat konsep berdasarkan
image mewah, elegan, anggun yang ingin ditunjukan untuk diaplikasikan ke busana.
2. Pengolahan bahan-bahan brukat, organdi, tile, taffeta, sifon yang dimodifikasi menjadi satu kesatuan manipulating fabric yang unik dan menarik.
3. Proses pembuatan yang rumit karena pembuatan manipulating fabric yang menggunakan proses jahit tangan sehingga membutuhkan kerapian dan ketelitian.
4. Desain yang disukai oleh sebagian kalangan masyarakat adalah desain dari desainer luar atau brand yang sudah terkenal, sehingga desain dirancang untuk dapat menarik sebagian kalangan masyarakat dan dapat bersaing di pasaran.
(9)
Universitas Kristen Maranatha
3
I.3 Batasan Masalah
1. Proses perancangan yang disesuaikan dengan konsep La Belle Epoque sehingga konsumen dapat memahami dibalik busana tersebut.
2. Pembuatan desain dan manipulating fabric yang unik dengan pemilihan jenis bahan yang bermutu baik serta ditunjang dengan perpaduan warna yang menarik sehingga koleksi bridal tidak menjadi pasaran dan monoton.
I.4 Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan ini adalah mendesain busana koleksi bridal semi haute couture
berdasarkan konsep La Belle Epoque untuk wanita usia 20-35 tahun. Perancang mengharapkan konsep La Belle Epoque tersampaikan dengan baik melalui perancangan busana. Desain busana dan manipulating fabric yang dibuat diharapkan mempunyai ciri khas tersendiri yaitu menggunakan kain brukat, organdi, tile, taffeta, sifon yang dimodifikasi menjadi satu kesatuan yang unik. Koleksi bridal semi haute couture ini diharapkan dapat berkembang sesuai dengan trend dalam hal penggunaan bahan-bahan yang berkualitas baik, warna yang sesuai dengan konsep, siluet S, dan manipulating fabric yang unik.
I.5 Metode Perancangan
Metode perancangan menggunakan beberapa proses perancangan. Langkah awal yang dilakukan desainer adalah menentukan inspirasi yang akan dipilih sebagai konsep perancangan. Konsep dibuat dan dipikirkan secara matang sehingga dapat sesuai dengan inspirasi yang telah dipilih yaitu La Belle Epoque. Sketsa desain dibuat sesuai dengan konsep La Belle Epoque dan inspirasi dari jaman kemakmuran Perancis, sehingga penyampaian secara visual dapat ditersampaikan dengan baik. Konsep manipulating fabric
unik dan menarik yang dipikirkan dan didesain secara matang. Pemilihan bahan-bahan yang baik dan sesuai dengan warna pada konsep yang sudah diambil. Pembuatan pola secara benar dan teliti sesuai dengan design-design yang sudah ditetapkan dan dipilih dengan baik. Penjahitan yang rapi baik menggunakan mesin maupun penjahitan secara manual mulai dari penjahitan dasar kain, opnesel, furing, dan manipulating fabric yang sudah di rancang sedemikian rupa.
(10)
Universitas Kristen Maranatha
4
1. Mencari inspirasi dan konsep yang sesuai pada era jaman dahulu.
2. Mencari data-data dari konsep yang sudah ditentukan dan membaca dari beberapa sumber kemudian memantapkan konsep yang sudah dipilih.
3. Pembuatan moodboard, mindmap sesuai dengan konsep yang sudah dipilih.
4. Pembuatan desain busana dari gambar yang ada pada moodboard, dan keyword yang telah dibuat, gambar-gambar yang sudah di desain kemudian dipilih 4 yang akan diwujudkan.
5. Pencarian kain yang sesuai dengan konsep dan tema serta karakter yang ingin ditampilkan perancang dalam pakaian yang dibuat.
6. Pewarnaan 4 design yang akan diwujudkan sesuai dengan warna-warna kain yang sudah dipilih.
7. Pembuatan pola sesuai dengan desain yang sudah di rancang. 8. Proses cutting sesuai dengan pola yang sudah dibuat.
9. Proses penjahitan dengan kain yang sudah di cutting. 10. Finishing busana yang telah dijahit.
I.6 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab I membahas tentang latar belakang perancangan, mulai dari mencari inspirasi dan tema sehingga dapat menjadi satu kesatuan konsep yang utuh. Rumusan masalah tentang permasalahan yang muncul secara umum serta batasan masalah yang lebih khusus dan merupakan hal yang harus dipecahkan agar koleksi sesuai dengan tujuan dan menjadi sempurna. Tujuan perencanaan dan harapan dari hasil akhir rancangan ini. Selain itu ada sistematika penulisan yaitu kesimpulan tiap bab agar jelas.
Bab II Kerangka Teori
Bab II membahas tentang beberapa teori yaitu teori fashion, teori busana tentang sejarah dan fashion dari La Belle Epoque, teori warna secara umum dan juga tentang teori warna gold yang menjadi pilihan warna dalam perancangan, dan teori tekstil tentang cara pembuatan dan penjaitan koleksi busana.
(11)
Universitas Kristen Maranatha
5
Bab III Deskripsi Objek Studi PerancanganBab III membahas tentang koleksi baju yang dirancang dan juga konsepnya. Membahas tentang unsur desain objek yang tiap unsurnya terdiri definisi, identifikasi, dan survey lapangan.
Bab IV Konsep Perancangan
Bab IV membahas tentang perancangan umum, khusus, dan detail. Perancangan umum berisi tentang image board, narasi konsep, color chat, material dan juga koleksi desain. Perancangan khusus berisi tentang setiap desain perancang dan setiap desain berisi tentang bahan,manipulating fabric juga polanya. Perancangan detail menjelaskan keunikan dari koleksi busana dan manipulating fabric yang perancang buat.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab V membahas tentang semua jawaban dari identifikasi masalah dalam rancangan ini, dapat dihasilkan bagaimana hasil akhir dari perancangan koleksi busana apakah sesuai atau tidak dengan harapan dari perancang. Saran juga sangat penting agar dapat memotivasi pembaca serta menjadikan pembelajaran bagi perancang agar lebih baik ke depannya.
(12)
Universitas Kristen Maranatha
43
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Koleksi perancangan busana La Belle Epoque merupakan semi haute couture yang lebih cocok digunakan untuk acara-acara besar, seperti acara pernikahan, event-event
tertentu, award, atau acara besar lainnya. Busana-busana yang dibuat ditujukan untuk wanita usia 20-35 tahun dan tidak menutup kemungkinan untuk diluar usia tersebut. Busana dilengkapi dengan manipulating fabric yang berbeda-beda antari lain opnaisel, lipit, kain serong dengan pola keong, teknik neci/kenur, dan brukat yang dijahit tangan yang dimodifikasi ulang kembali. Artinya, pada koleksi perancangan kali ini perancang ini menonjolkan sisi kemewahan dan keglamoran yang sesuai dengan jaman La Belle Epoque. Busana- busana yang ingin ditampilan oleh perancang adalah memiliki ciri khas tersendiri tetapi tetap dalam satu konsep yang sama.
V.2 Saran
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang dan memproduksi koleksi perancangan kali ini. Salah satu permasalahan dalam perancangan kali ini adalah menentukan desain-desain busana yang dapat mewakili dari keseluruhan moodboard La Belle Epoque sehingga penyelesaian masalah perancang yaitu mewujudkan era kejayaan dan era kemakmuran pada setiap busana. Permasalahan yang lain adalah menentukan dan memadukan warna-warna yang cocok sesuai dengan konsep dan penyelesaiannya adalah dengan memadukan warna- warna yang masih ada unsur gold yang merupakan salah satu warna populer pada era tersebut. Pemilihan brukat juga menjadi salah satu permasalahan karena harus menentukan dan memadukan brukat yang cocok dengan warna kain dan harus dimodifikasi ulang kembali agar menjadi kesatuan yang unik dan penyelesaiannya adalah memilih brukat yang tidak monoton yang sudah terdapat bordiran, payetan, timbul, dll. Kesulitan juga terlihat dalam proses penjahitan karena desain setiap busana cukup rumit dan memerlukan ketelitian dan waktu yang tidak sebentar yaitu ada yang bertumpuk, menggunakan kain serong dengan pola keong, ada yang harus menggunakan teknik neci dan kenur terlebih dahulu, opnaisel, brukat yang harus dijahit secara manual menggunakan tangan.
(13)
Universitas Kristen Maranatha
44
Dalam pengolahan perpaduan baru ditemukan kesimpulan :
1. Bahan taffeta, organdi, tile dapat dijadikan kesatuan yang menarik bila penempatan dan pengolahannya dilakukan dengan komposisi yang baik.
2. Bahan organdi dapat dijadikan salah satu manipulating fabric yang menarik bila di bentuk ulang dan dimodifikasi.
3. Brukat yang di desain ulang dan di komposisikan dengan baik dapat menjadi nilai tambah dalam sebuah busana.
(14)
Universitas Kristen Maranatha
45
DAFTAR PUSTAKA
Poespo, Goet. 2002. A-Z Istilah Fashion. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Thomas, Weston. 2001-2011. Theories of Fashion Custome and Fashion History. Jakarta Darmaprawira W.A, Sulasmi. 2002. Warna : Teori dan Kreatifitas Penggunaannya Edisi ke-2. Bandung : ITB
Amy T. Peterson,Ann T. Kellog. 2008. The Greenwood Encyclopedia of Clothing Through American History 1900 to The Present. Artikel Online,
http://books.google.com/history+fashion+la+belle+epoque ( diakses : 27 Maret 2013 ) Philippe, Julian. 1982. La Belle Epoque. Artikel Online,
http://books.google.com/history+of+la+belle+epoque ( diakses : 27 Maret 2013 ) Gunawan, Belinda. 2012. Kenali Tekstil. Jakarta
Nudelman, Zoya. 2010. The Art of Couture Sewing. China Pratiwi. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Bandung Wolff, Collete. 1996. The Art of Manipulating Fabric. USA Bruce, Margaret. 2012. Fashion Marketing. UK
(1)
I.3 Batasan Masalah
1. Proses perancangan yang disesuaikan dengan konsep La Belle Epoque sehingga konsumen dapat memahami dibalik busana tersebut.
2. Pembuatan desain dan manipulating fabric yang unik dengan pemilihan jenis bahan yang bermutu baik serta ditunjang dengan perpaduan warna yang menarik sehingga koleksi bridal tidak menjadi pasaran dan monoton.
I.4 Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan ini adalah mendesain busana koleksi bridal semi haute couture berdasarkan konsep La Belle Epoque untuk wanita usia 20-35 tahun. Perancang mengharapkan konsep La Belle Epoque tersampaikan dengan baik melalui perancangan busana. Desain busana dan manipulating fabric yang dibuat diharapkan mempunyai ciri khas tersendiri yaitu menggunakan kain brukat, organdi, tile, taffeta, sifon yang dimodifikasi menjadi satu kesatuan yang unik. Koleksi bridal semi haute couture ini diharapkan dapat berkembang sesuai dengan trend dalam hal penggunaan bahan-bahan yang berkualitas baik, warna yang sesuai dengan konsep, siluet S, dan manipulating fabric yang unik.
I.5 Metode Perancangan
Metode perancangan menggunakan beberapa proses perancangan. Langkah awal yang dilakukan desainer adalah menentukan inspirasi yang akan dipilih sebagai konsep perancangan. Konsep dibuat dan dipikirkan secara matang sehingga dapat sesuai dengan inspirasi yang telah dipilih yaitu La Belle Epoque. Sketsa desain dibuat sesuai dengan konsep La Belle Epoque dan inspirasi dari jaman kemakmuran Perancis, sehingga penyampaian secara visual dapat ditersampaikan dengan baik. Konsep manipulating fabric unik dan menarik yang dipikirkan dan didesain secara matang. Pemilihan bahan-bahan yang baik dan sesuai dengan warna pada konsep yang sudah diambil. Pembuatan pola secara benar dan teliti sesuai dengan design-design yang sudah ditetapkan dan dipilih dengan baik. Penjahitan yang rapi baik menggunakan mesin maupun penjahitan secara manual mulai dari penjahitan dasar kain, opnesel, furing, dan manipulating fabric yang sudah di rancang sedemikian rupa.
(2)
Universitas Kristen Maranatha
4
Terdapat beberapa tahapan dalam praktik perancangan busana,yaitu : 1. Mencari inspirasi dan konsep yang sesuai pada era jaman dahulu.
2. Mencari data-data dari konsep yang sudah ditentukan dan membaca dari beberapa sumber kemudian memantapkan konsep yang sudah dipilih.
3. Pembuatan moodboard, mindmap sesuai dengan konsep yang sudah dipilih.
4. Pembuatan desain busana dari gambar yang ada pada moodboard, dan keyword yang telah dibuat, gambar-gambar yang sudah di desain kemudian dipilih 4 yang akan diwujudkan.
5. Pencarian kain yang sesuai dengan konsep dan tema serta karakter yang ingin ditampilkan perancang dalam pakaian yang dibuat.
6. Pewarnaan 4 design yang akan diwujudkan sesuai dengan warna-warna kain yang sudah dipilih.
7. Pembuatan pola sesuai dengan desain yang sudah di rancang. 8. Proses cutting sesuai dengan pola yang sudah dibuat.
9. Proses penjahitan dengan kain yang sudah di cutting. 10. Finishing busana yang telah dijahit.
I.6 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab I membahas tentang latar belakang perancangan, mulai dari mencari inspirasi dan tema sehingga dapat menjadi satu kesatuan konsep yang utuh. Rumusan masalah tentang permasalahan yang muncul secara umum serta batasan masalah yang lebih khusus dan merupakan hal yang harus dipecahkan agar koleksi sesuai dengan tujuan dan menjadi sempurna. Tujuan perencanaan dan harapan dari hasil akhir rancangan ini. Selain itu ada sistematika penulisan yaitu kesimpulan tiap bab agar jelas.
Bab II Kerangka Teori
Bab II membahas tentang beberapa teori yaitu teori fashion, teori busana tentang sejarah dan fashion dari La Belle Epoque, teori warna secara umum dan juga tentang teori warna gold yang menjadi pilihan warna dalam perancangan, dan teori tekstil tentang cara pembuatan dan penjaitan koleksi busana.
(3)
Bab III Deskripsi Objek Studi Perancangan
Bab III membahas tentang koleksi baju yang dirancang dan juga konsepnya. Membahas tentang unsur desain objek yang tiap unsurnya terdiri definisi, identifikasi, dan survey lapangan.
Bab IV Konsep Perancangan
Bab IV membahas tentang perancangan umum, khusus, dan detail. Perancangan umum berisi tentang image board, narasi konsep, color chat, material dan juga koleksi desain. Perancangan khusus berisi tentang setiap desain perancang dan setiap desain berisi tentang bahan,manipulating fabric juga polanya. Perancangan detail menjelaskan keunikan dari koleksi busana dan manipulating fabric yang perancang buat.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab V membahas tentang semua jawaban dari identifikasi masalah dalam rancangan ini, dapat dihasilkan bagaimana hasil akhir dari perancangan koleksi busana apakah sesuai atau tidak dengan harapan dari perancang. Saran juga sangat penting agar dapat memotivasi pembaca serta menjadikan pembelajaran bagi perancang agar lebih baik ke depannya.
(4)
Universitas Kristen Maranatha
43
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Koleksi perancangan busana La Belle Epoque merupakan semi haute couture yang lebih cocok digunakan untuk acara-acara besar, seperti acara pernikahan, event-event tertentu, award, atau acara besar lainnya. Busana-busana yang dibuat ditujukan untuk wanita usia 20-35 tahun dan tidak menutup kemungkinan untuk diluar usia tersebut. Busana dilengkapi dengan manipulating fabric yang berbeda-beda antari lain opnaisel, lipit, kain serong dengan pola keong, teknik neci/kenur, dan brukat yang dijahit tangan yang dimodifikasi ulang kembali. Artinya, pada koleksi perancangan kali ini perancang ini menonjolkan sisi kemewahan dan keglamoran yang sesuai dengan jaman La Belle Epoque. Busana- busana yang ingin ditampilan oleh perancang adalah memiliki ciri khas tersendiri tetapi tetap dalam satu konsep yang sama.
V.2 Saran
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang dan memproduksi koleksi perancangan kali ini. Salah satu permasalahan dalam perancangan kali ini adalah menentukan desain-desain busana yang dapat mewakili dari keseluruhan moodboard La Belle Epoque sehingga penyelesaian masalah perancang yaitu mewujudkan era kejayaan dan era kemakmuran pada setiap busana. Permasalahan yang lain adalah menentukan dan memadukan warna-warna yang cocok sesuai dengan konsep dan penyelesaiannya adalah dengan memadukan warna- warna yang masih ada unsur gold yang merupakan salah satu warna populer pada era tersebut. Pemilihan brukat juga menjadi salah satu permasalahan karena harus menentukan dan memadukan brukat yang cocok dengan warna kain dan harus dimodifikasi ulang kembali agar menjadi kesatuan yang unik dan penyelesaiannya adalah memilih brukat yang tidak monoton yang sudah terdapat bordiran, payetan, timbul, dll. Kesulitan juga terlihat dalam proses penjahitan karena desain setiap busana cukup rumit dan memerlukan ketelitian dan waktu yang tidak sebentar yaitu ada yang bertumpuk, menggunakan kain serong dengan pola keong, ada yang harus menggunakan teknik neci dan kenur terlebih dahulu, opnaisel, brukat yang harus dijahit secara manual menggunakan tangan.
(5)
Dalam pengolahan perpaduan baru ditemukan kesimpulan :
1. Bahan taffeta, organdi, tile dapat dijadikan kesatuan yang menarik bila penempatan dan pengolahannya dilakukan dengan komposisi yang baik.
2. Bahan organdi dapat dijadikan salah satu manipulating fabric yang menarik bila di bentuk ulang dan dimodifikasi.
3. Brukat yang di desain ulang dan di komposisikan dengan baik dapat menjadi nilai tambah dalam sebuah busana.
(6)
Universitas Kristen Maranatha
45
DAFTAR PUSTAKA
Poespo, Goet. 2002. A-Z Istilah Fashion. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Thomas, Weston. 2001-2011. Theories of Fashion Custome and Fashion History. Jakarta Darmaprawira W.A, Sulasmi. 2002. Warna : Teori dan Kreatifitas Penggunaannya Edisi ke-2. Bandung : ITB
Amy T. Peterson,Ann T. Kellog. 2008. The Greenwood Encyclopedia of Clothing Through American History 1900 to The Present. Artikel Online,
http://books.google.com/history+fashion+la+belle+epoque ( diakses : 27 Maret 2013 ) Philippe, Julian. 1982. La Belle Epoque. Artikel Online,
http://books.google.com/history+of+la+belle+epoque ( diakses : 27 Maret 2013 ) Gunawan, Belinda. 2012. Kenali Tekstil. Jakarta
Nudelman, Zoya. 2010. The Art of Couture Sewing. China Pratiwi. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Bandung Wolff, Collete. 1996. The Art of Manipulating Fabric. USA Bruce, Margaret. 2012. Fashion Marketing. UK