UNGKAPAN PENGANDAIAN ~と; ~ば; ~たら; ~ならDALAM BAHASA JEPANG DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA.

(1)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNGKAPAN PENGANDAIAN

~と

;

~ば

;

~たら

;

~なら

DALAM BAHASA JEPANG DAN PADANANNYA DALAM

BAHASA INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh

RIANNY PUSPITASARI 1103349

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNGKAPAN PENGANDAIAN

~と

;

~ば

;

~たら

;

~なら

DALAM BAHASA JEPANG DAN PADANANNYA DALAM

BAHASA INDONESIA

Oleh Rianny Puspitasari S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

© Rianny Puspitasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia


(4)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia


(5)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Rianny Puspitasari (2013). Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~な らDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Penelitian ini berjudul Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~な らDalam Bahasa Jepang Dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia. Seringkali

dalam proses penerjemahan ditemui kesulitan, ada banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama pengungkapan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pesan yang disampaikan haruslah dalam padanan yang terdekat dan wajar dalam bahasa sasaran, sedangkan tidak semua bahasa memiliki padanan yang sama bahkan dekat dengan bahasa lainnya. Inilah yang terkadang menjadi kendala dalam penerjemahan. Begitu pun dalam ungkapan pengandaian, tentu meski bahasa Jepang dan bahasa Indonesia sama-sama memiliki ungkapan tersebut, namun perlu diteliti padanan kata diantara keduanya. Pemadanan ini dimaksudkan untuk mempermudah proses penerjemahan dalam ungkapan pengandaian bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan meneliti data-data kalimat-kalimat pengandaian yang ada pada novel berjudul “Botchan” karya Natsume Soseki dan juga terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Metode yang dipakai adalah metode deskriptif dengan menggunakan metode kajian distribusional. Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan memilih dan memisahkan kalimat-kalimat yang mengandung ungkapan pengandaian bahasa Jepang (To, Ba, Tara, dan Nara) yang diterjemahkan ke dalam ungkapan pengandaian bahasa Indonesia menjadi jika, apabila, kalau dan seandainya, dari keseluruhan novel tersebut, kemudian dilakukan teknik subtitusi atau penyulihan. Hasil penelitian yang ditemukan adalah bentuk pengandaian ~とpadanannya adalah apabila, jika, kalau; bentuk

pengandaian ~ ば padanannya adalah apabila, jika, kalau dan seandainya;

bentuk pengandaian ~ た ら padanannya adalah apabila, jika, kalau dan seandainya; bentuk pengandaian ~ な ら padanannya adalah apabila, jika, kalau dan seandainya. Konjungsi yang bermakna persyaratan, antara yang satu

dengan yang lain bisa saling substitusi, namun hal ini pun bisa ditentukan dari nuansa yang terkandung dalam kalimat, konjungsi „apabila‟ dan „jika‟ mengandung nuansa lebih formal, sedangkan „kalau‟ cenderung lebih netral. Adapun „seandainya‟ bermakna sesuatu yang yang kemungkinannya kecil bahkan hampir tidak mungkin terjadi.

Kata Kunci: Ungkapan Pengandaian Bahasa Jepang (To, Ba, Tara, Nara), Ungkapan Pengandaian Bahasa Indonesia (jika, apabila, kalau, seandainya), Padanan


(6)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Japanese Conditional Sentence ~と; ~ば; ~たら; ~ならand their

Contrasts in Bahasa Indonesia Rianny Puspitasari (2014)

Abstract

This research raises the topic of „Conditional Sentence‟ in Japanese and its contrast analysis to Bahasa Indonesia. Translation frequently brings forth difficulties. Some difficulties are rooted in how cautious they should be in transferring certain expression from a source to a target language. The transfer should meticulously and rationally give the closest meaning toward the target, while since all languages are different in nature any language may possibly not have the closest or even similar meaning to certain target language. Likewise, it is also the case in Conditional Sentence. Although Japanese and Bahasa Indonesia both have Conditional Sentence but one will always need to look at their contrast. This comparing process eases translation process. This research is conducted by analyzing through bunch of Conditional Sentence uses in a novel entitled, „Botchan‟ written by Natsume Soseki and its Indonesian-translated version. It employs descriptive approach through distributional analysis. Data are collected by selecting and dividing sentences into Conditional Sentence class of To, Ba,

Tara, and Nara translated into Bahasa of Jika, Apabila, Kalau, and Seandainya.

The wordings are then substituted. It finds that the word ~とcan be accurately

translated into apabila, jika, kalau; theword ~ば intoapabila, jika, kalau dan seandainya; ~ た ら into apabila, jika, kalaudanseandainya; while ~ な ら

into apabila, jika, kalau dan seandainya. These conjunctions meaning required condition in order for other condition(s) to undergo can be interchangeable, but the level of formality should also be considered. The formal use covers Apabila and Jika, while Kalau is less formal. Seandainya can mean „almost impossible‟ and even „not a chance‟.

Key words: Conditional Sentence in Japanese (To, Ba, Tara, Nara), Conditional Sentence in Bahasa Indonesia (Jika, Apabila, Kalau, Seandainya), Contrast.


(7)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Sistematika Pelaporan ... 4

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 6

A. Teori Terjemahan ... 6

B. Padanan Kata dan Makna ... 9

C. Definisi Pengandaian ... 11

D. Ungkapan Pengandaian Bahasa Indonesia ... 12

1. Konjungsi Subordinatif Persyaratan ... 15

2. Ungkapan Pengandaian Pada Penelitian Ini... 17

3. Rekapitulasi Ungkapan Pengandaian Apabila, Jika, Kalau dan Seandainya ... 19

E. Ungkapan Pengandaian Bahasa Jepang ... 21

1. Pembahasan Ungkapan Pengandaian Bahasa Jepang ... 21

2. Persamaan dan Perbedaan ば 、 たら 、 と 、 なら ... 36

3. Rekapitulasi Ungkapan Pengandaian ば 、 たら 、 と 、 なら ... 41

F. Hasil Penelitian Terdahulu ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49


(8)

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Jenis Data ... 49

2. Sumber Data ... 50

3. Cara Mengumpulkan Data ... 50

C. Teknik Pengolahan Data ... 50

1. Pengumpulan Data ... 51

2. Analisa Data ... 51

3. Generalisasi ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Bentuk Pengandaian Dalam Bahasa Indonesia ... 53

B. Bentuk Pengandaian Dalam Bahasa Jepang ... 54

C. Padanan Bentuk Pengandaian Bahasa Jepang Dengan Bentuk Pengandaian Bahasa Indonesia ... 60

1. Data Kalimat Ungkapan Pengandaian ~と ... 60

2. Data Kalimat Ungkapan Pengandaian ~ば ... 67

3. Data Kalimat Ungkapan Pengandaian ~たら ... 75

4. Data Kalimat Ungkapan Pengandaian ~なら ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

1

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menerjemahkan pada dasarnya adalah mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain (Larson, 1984:3 dalam Simatupang, 2000:1). Bentuk lain yang dimaksud bisa berupa bentuk bahasa sumber atau bahasa sasaran. Penerjemahan tentu memiliki pengaruh besar dalam kehidupan kita, dengan adanya penerjemahan, informasi tentang ilmu pengetahuan apapun menjadi lebih luas. Oleh karena itu, pengetahuan tentang terjemahan menjadi salah satu hal yang penting dalam suatu kajian bahasa. Menerjemahkan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tidaklah mudah. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama pengungkapan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pesan yang disampaikan haruslah dalam padanan yang terdekat dan wajar dalam bahasa sasaran, sedangkan tidak semua bahasa memiliki padanan yang sama bahkan dekat dengan bahasa lainnya. Inilah yang terkadang menjadi kendala dalam penerjemahan.

Begitu pun antara bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, proses penerjemahan dari teks bahasa Jepang ke dalam bahasa Jepang tidaklah mudah. Tidak semua kosakata yang ada dalam bahasa Jepang bisa dipadankan ke dalam bahasa Indonesia satu persatu. Perbedaan kondisi alam, social dan budaya Jepang dengan Indonesia, bisa mengakibatkan tidak adanya suatu kata dalam salah satu bahasa tersebut.

Begitu pun dalam ungkapan pengandaian, tentu meski bahasa Jepang dan bahasa Indonesia sama-sama memiliki ungkapan tersebut,


(10)

2

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

namun perlu diteliti padanan kata diantara keduanya. Pemadanan ini dimaksudkan untuk mempermudah proses penerjemahan dalam ungkapan pengandaian bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

Pengandaian dalam bahasa Indonesia, biasanya ditandai dengan adanya kata penghubung seperti andaikan, andaikata, seandainya, seumpama, apabila, asal, asalkan, bila, bilamana, jika, jikalau, kalau, manakala, sekiranya, dalam mana, tanpa (Nardiati, dkk. 1996). Berbeda dengan bahasa Indonesia yang mempunyai banyak padanan kata dalam ungkapan pengandaian, dalam bahasa Jepang Sutedi (Nihongono Bunpou, 2002) menuturkan ada empat ungkapan pengandaian yang biasa digunakan, yaitu penggunaan bentuk Ba, penggunaan bentuk Tara,

penggunaan To, penggunaan Nara.

Dalam bahasa Jepang, empat bentuk ungkapan pengandaiannya masing-masing memiliki syarat yang berbeda. Sedangkan dalam ungkapan pengandaian bahasa Indonesia tidak memiliki syarat apapun dalam penggunaannya. Tidak semua ungkapan pengandaian pada bahasa Jepang dapat dipakai dalam semua jenis kalimat. Sedangkan ungkapan pengandaian pada bahasa Indonesia dapat digunakan ke dalam satu jenis kalimat yang sama tanpa ada pengecualian.

Perbedaan diatas membuat penerjemah bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam memadankan ungkapan pengandaian bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang perbedaan ungkapan pengandaian yang ada dalam bahasa Jepang dan padanannya dalam ungkapan pengandaian dalam bahasa Indonesia.

B. Rumusan dan Batasan Masalah Rumusan Masalah


(11)

3

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini penulis akan mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa bentuk pengandaian yang digunakan dalam bahasa Indonesia? 2. Apa bentuk pengandaian yang digunakan dalam bahasa Jepang?

3. Bagaimana padanan bentuk pengandaian bahasa Indonesia dengan bentuk pengandaian bahasa Jepang?

Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis akan memfokuskan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya akan meneliti bentuk pengandaian yang digunakan dalam bahasa Indonesia.

2. Penelitian ini hanya akan meneliti bentuk pengandaian yang digunakan dalam bahasa Jepang.

3. Penelitian ini hanya akan meneliti bagaimana padanan bentuk pengandaian bahasa Indonesia dengan bentuk pengandaian bahasa Jepang yang ada dalam novel “Botchan”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bentuk pengandaian yang digunakan dalam bahasa

Indonesia.

2. Untuk mengetahui bentuk pengandaian yang digunakan dalam bahasa Jepang.

3. Untuk mengetahui bagaimana padanan bentuk pengandaian bahasa Indonesia dengan bentuk pengandaian bahasa Jepang.

Manfaat yang diharapkan akan diperoleh melalui penelitian ini adalah:


(12)

4

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Dapat memberikan referensi bagi para pembelajar bahasa jepang, khususnya mengenai penggunaan ungkapan pengandaian dalam kalimat bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.

2. Sebagai referensi bagi pengajar bahasa Jepang, khususnya mengenai tingkat kesulitan penggunaan dari masing-masing ungkapan pengandaian bahasa Jepang yang dihadapi pembelajar. Dengan demikian para pengajar lebih bijak dalam mengajarkan ungkapan pengandaian dari yang mudah berlanjut pada yang sulit.

D. Sistematika Pelaporan

Laporan penelitian ini terdiri lima bab; Bab I berupa pendahuluan, Bab II berisi tentang landasan teoritis, Bab III membahas tentang metodologi penelitian, Bab IV memuat tentang analisis data, Bab V berisi simpulan dari hasil penelitian serta saran bagi penelitian selanjutnya.

Bab I memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan. Latar belakang masalah merupakan asumsi dasar dilakukannya penelitian, dengan mencantumkan contoh kasus dan dugaan sementara peneliti terhadap masalah penelitian. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang menjadi fokus utama penelitian; dalam penelitian ini diajukan tiga pertanyaan utama. Batasan masalah merupakan garis yang menentukan sejauh mana atau dari sudut pandang mana peneliti akan menggali jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Tujuan penelitian adalah target yang ingin dicapai lewat penelitian ini, sekaligus menjawab pertanyaan penelitian yang dimuat dalam rumusan masalah. Manfaat penelitian adalah gambaran mengenai implikasi hasil penelitian bagi dunia pengajaran bahasa Jepang. Sistematika pembahasan merupakan gambaran singkat mengenai urutan dan isi dari laporan penelitian.


(13)

5

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab II berisi tentang kajian teori dan penelitian terdahulu. Kajian teori merupakan panduan dalam menganalisis data; berisi tentang teori mengenai teori terjemahan, padanan kata dan makna, serta ungkapan pengandaian baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang. Sedangkan penelitian terdahulu berisi tentang penelitian terdahulu mengenai ungkapan pengandaian.

Bab III membahas tentang metodologi penelitian, meliputi metode analisis data, teknik pengumpulan data, sumber data, serta teknik pengolahan data

Bab IV memuat tentang analisis data dan pembahasan; membahas bagaimana ungkapan pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang serta padanan ungkapan pengandaian bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia. Data yang disajikan dengan kalimat dan terjemahan dalam novel, kemudian di subtitusi dengan ungkapan pengandaian bahasa Indonesia.

Bab V berisi tentang simpulan dari hasil penelitian yang diuraikan dalam bab IV serta saran bagi penelitian selanjutnya.


(14)

49

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulannya. Oleh karena itu, metode penelitian adalah suatu proses yang sistematis dari tahap perencanaan sampai tahap pengambilan kesimpulan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini menguraikan agar penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada. Lebih jelas lagi, Djajasudarma menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah metode yang gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah bahasa.

Adapun metode kajian yang digunakan dalam mengkaji data penelitian ini adalah metode kajian distribusional. Digunakan metode kajian ini atas dasar pertimbangan setiap bahasa berhubungan satu sama lain membentuk satu kesatuan yang padu. (Saussure, 1916 dalam Djajasudarma, 1993: 60)

B. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dari kalimat jitsurei dan sakurei. Jitsurei merupakan contoh-contoh kalimat yang diambil dari teks-teks berbahasa Jepang dan berbahasa Indonesia, baik berupa novel, cerpen, buku pelajaran, dan lainnya (Sutedi, 2003: 178). Sakurei adalah contoh penggunaan yang dibuat oleh peneliti sendiri. Sutedi dalam


(15)

Dasar-50

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dasar Linguistik Bahasa Jepang (2008:128), kedua jenis data tersebut masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Akan tetapi, jika peneliti menggunakan kedua jenis data tersebut secara bersamaan, maka kekurangan keduanya bisa ditutupi dengan saling melengkapinya.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung ungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang, diambil dari novel yang berjudul “Botchan” karya Natsume Soseki.

Sedangkan data-data kalimat yang menyatakan ungkapan pengandaian dalam bahasa Indonesia diambil dari terjemahan novel yang sama yang berjudul “Botchan: Si Anak Bengal” yang

diterjemahkan langsung dari novel berbahasa Jepang oleh Jonjon Johana.

3. Cara Mengumpulkan Data

Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan memilih dan memisahkan kalimat-kalimat yang mengandung ungkapan pengandaian bahasa Jepang (To, Ba, Tara, dan Nara) yang diterjemahkan ke dalam ungkapan pengandaian bahasa Indonesia menjadi jika, apabila, kalau dan seandainya, dari keseluruhan novel tersebut.

C. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan sehubungan dengan metode distribusional adalah teknik subtitusi (penyulihan). Teknik penyulihan adalah teknik untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsure terganti atau unsure ginanti dengan unsure pengganti (Sudaryanto 1993:48 dalam Sutjiati, 2008). Sehubungan dengan kajian distribusional maka teknik lanjutan yang biasa dilakukan adalah pelesapan, penyulihan, penyisipan, perluasan, pemindahan unsur dan para frase. Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik subtitusi (penyulihan).


(16)

51

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui teknik ini penulis akan meneliti konjungsi (To, Ba, Tara, dan

Nara) yang menyatakan pengandaian dalam bahasa Jepang yang kemudian

dipadankan ke dalam ungkapan pengandaian bahasa Indonesia. Dalam hal ini konjungsi (To, Ba, Tara, dan Nara) yang dipadankan dengan konjungsi apabila, jika, kalau dan seandainya, apakah dapat disulih atau tidak dan apakah makna tersebut berterima dalam bahasa Indonesia atau tidak.

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan di atas, maka langkah konkrit yang akan dilakukan dalam penelitian berikut ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Langkah ini diawali dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin, yakni kalimat yang mengandung bentuk pengandaian dari novel yang menjadi sumber data. Setelah dikumpulkan, kemudian dipisahkan berdasarkan jenis-jenis bentuk pengandaiannya dalam bahasa Jepang. Kemudian setelah itu, dilihat bagaimana terjemahannya dalam bahasa Indonesia dan dilakukan pencatatan.

2. Analisa Data

Setelah pengumpulan data, maka tahap selanjutnya yaitu memadankan makna kalimat yang mengandung ungkapan-ungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang dengan terjemahan ungkapan pengandaian dalam bahasa Indonesia. Misalnya dengan menyajikan contoh kalimat dalam bahasa Jepang dengan penerjemahannya, kemudian disubtitusi dengan ungkapan pengandaian bahasa Indonesia yang lain. Selanjutnya dilihat apakah semua ungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang bisa diartikan sama dengan ungkapan pengandaian yang ada dalam bahasa Indonesia dilihat dari sisi makna yang terkandung di dalamnya.


(17)

52

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Generalisasi

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil generalisasi secara induktif tentang ungkapan pengandaian bahasa Jepang dan padanannya bahasa Indonesia. Kemudian hasilnya diharapkan bisa digunakan bagi pengajar dalam menerapkan pengajaran di kelas dan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam mengurangi kesalahan pemahaman ungkapan bentuk pengandaian tersebut.


(18)

91

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti. Kesimpulan diperoleh dari hasil analisis dan penafsiran data yang telah ada. Sedangkan, saran-saran diberikan sebagai bahan pertimbangan agar dapat membantu terlaksananya kegiatan pengajaran dengan baik.

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk pengandaian adalah ungkapan yang ditandai oleh kata tertentu, memiliki makna syarat atau pengandaian yang kemungkinannya bisa terjadi ataupun tidak terjadi dan merupakan kalimat yang di dalamnya terdapat kedudukan klausa induk dan klausa bawahan. Makna „syarat‟ dari „pengandaian‟ hampir sama. Bedanya adalah bahwa „syarat‟ dapat saja terpenuhi, sedangkan „pengandaian‟ hampir tidak mungkin terpenuhi. Bentuk ungkapan pengandaian dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai dengan konjungsi jika, kalau, apabila, andaikata, asal, asalkan, jikalau,

sekiranya, dan seandainya.

2. Bentuk pengandaian bahasa Jepang atau yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan jouken bun adalah bentuk yang dipakai sebagai predikat dari anak kalimat dalam suatu kalimat majemuk, dimana anak kalimat itu merupakan sebuah frase keterangan atau juga frase sambung, biasanya terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Dalam bahasa Jepang, bentuk pengandaian yang ada adalah To と , Ba , Tara た ら dan Nara な ら . Adapun jenis-jenis kalimat pengandaian

dalam bahasa Jepang secara umum:

a. Katei jouken / menunjukan kondisi pengandaian


(19)

92

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Kakutei jouken / menunjukan kondisi kepastian

d. Jijitsuteki jouken / menunjukan kondisi factual.

3. Hasil dari padanan bentuk pengandaian bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia dari novel “Botchan”:

Bentuk pengandaian ~と: apabila, jika, kalau

Bentuk pengandaian ~ば: apabila, jika, kalau dan seandainya

Bentuk pengandaian ~たら: apabila, jika, kalau dan seandainya

Bentuk pengandaian ~なら: apabila, jika, kalau dan seandainya

Konjungsi yang bermakna persyaratan, antara yang satu dengan yang lain bisa saling substitusi, namun hal ini pun bisa ditentukan dari nuansa yang terkandung dalam kalimat, konjungsi „apabila‟ dan „jika‟ mengandung nuansa lebih formal, sedangkan „kalau‟ cenderung lebih netral. Adapun „seandainya‟ bermakna sesuatu yang yang kemungkinannya kecil bahkan hampir tidak mungkin terjadi.

B.

Saran

Setelah melakukan penelitian, ada beberapa hal yang menurut penulis perlu ditingkatkan dan ditindaklanjuti. Penulis banyak mendapatkan hal baru yang dapat bermanfaat untuk pembelajaran bahasa Jepang dan untuk penelitian selanjutnya. Hal-hal tersebut terangkum dalam saran-saran berikut ini:

1. Bagi pembelajar bahasa Jepang, semakin berhati-hati dengan penggunaan ungkapan pengandaian baik bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia, karena masing-masing ungkapan pengandaian memiliki banyak makna dan berbeda-beda.

2. Dalam penelitian ini, sumber yang dipakai hanya satu novel. Agar lebih kuat dan mendalam, penelitian berikutnya bisa mengambil dari jumlah novel yang lebih banyak dan variatif namun tetap dengan terjemahannya.


(20)

93

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Penelitian selanjutnya semoga bisa dikembangkan untuk mengetahui bagaimana penguasaan mahasiswa dalam ungkapan pengandaian bahasa Jepang dan juga penguasaan mereka dalam memadankan ungkapan pengandaian bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian hal ini bisa berkontribusi dalam bidang pendidikan agar bisa diketahui urutan bentuk pengandaian dari yang paling mudah berlanjut ke bentuk pengandaian yang paling sulit untuk diajarkan kepada mahasiswa.


(21)

94

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djenar, Dwi Noverini. 2003. Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing. Victoria: Oxford University Press.

Hasunuma, A. et al. 2003. Jouken Hyougen. Tokyo: Kuroshio Shuppan.

Nardiati, dkk. 1996. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. Depdikbud Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Erlangga.

Simatupang, Maurits D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Dirjen Perguruan Tinggi Pendidikan Nasional.

Sutedi, Dedi. 2009. Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang (diktat kuliah), Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI.

Sutedi, Dedi. 2002. Nihongo no Bunpo (Tata Bahasa Jepang Untuk Tingkat

Dasar). Bandung: Humaniora Utama Press.

Sutedi, Dedi. 2010. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (Nihongo no Kiso). Bandung: Humaniora Utama Press.


(22)

95

Rianny Puspitasari, 2014

Ungkapan Pengandaian ~と; ~ば; ~たら; ~ならDalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siti Azizah, S., (2008). Analisis Kontrastif Ungkapan Pengandaian Bahasa

Jepang dan Bahasa Indonesia. Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Sutjiati, Neneng. 2008. Konjungsi –To, -Ba, -Tara, Dan –Nara Yang Menyatakan Pengandaian Dalam Bahasa Jepang Kajian Struktur Kalimat Pengandaian. Tesis Pascasarjana UNPAD Sumedang: tidak

diterbitkan.

Wouthuyzen, Mariana. 2006. Adverbia Dalam Bahasa Jepang dan Padanannya

Dalam Bahasa Indonesia (Kajian Semantik dan Struktur). Tesis

Pascasarjana UNPAD Sumedang: tidak diterbitkan.

Zulhelfa. 2009. Verbalisasi Ajektiva Bahasa Inggris Dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia. Tesis Pascasarjana UNPAD Sumedang: tidak


(1)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil generalisasi secara induktif tentang ungkapan pengandaian bahasa Jepang dan padanannya bahasa Indonesia. Kemudian hasilnya diharapkan bisa digunakan bagi pengajar dalam menerapkan pengajaran di kelas dan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam mengurangi kesalahan pemahaman ungkapan bentuk pengandaian tersebut.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti. Kesimpulan diperoleh dari hasil analisis dan penafsiran data yang telah ada. Sedangkan, saran-saran diberikan sebagai bahan pertimbangan agar dapat membantu terlaksananya kegiatan pengajaran dengan baik.

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk pengandaian adalah ungkapan yang ditandai oleh kata tertentu, memiliki makna syarat atau pengandaian yang kemungkinannya bisa terjadi ataupun tidak terjadi dan merupakan kalimat yang di dalamnya terdapat kedudukan klausa induk dan klausa bawahan. Makna „syarat‟

dari „pengandaian‟ hampir sama. Bedanya adalah bahwa „syarat‟ dapat saja terpenuhi, sedangkan „pengandaian‟ hampir tidak mungkin terpenuhi. Bentuk ungkapan pengandaian dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai dengan konjungsi jika, kalau, apabila, andaikata, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya.

2. Bentuk pengandaian bahasa Jepang atau yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan jouken bun adalah bentuk yang dipakai sebagai predikat dari anak kalimat dalam suatu kalimat majemuk, dimana anak kalimat itu merupakan sebuah frase keterangan atau juga frase sambung, biasanya terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Dalam bahasa Jepang, bentuk pengandaian yang ada adalah To と , Ba , Tara た ら dan Nara な ら . Adapun jenis-jenis kalimat pengandaian dalam bahasa Jepang secara umum:

a. Katei jouken / menunjukan kondisi pengandaian b. Hanjijitsuteki jouken / menunjukan kondisi anti factual


(3)

d. Jijitsuteki jouken / menunjukan kondisi factual.

3. Hasil dari padanan bentuk pengandaian bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia dari novel “Botchan”:

Bentuk pengandaian ~と: apabila, jika, kalau

Bentuk pengandaian ~ば: apabila, jika, kalau dan seandainya Bentuk pengandaian ~たら: apabila, jika, kalau dan seandainya Bentuk pengandaian ~なら: apabila, jika, kalau dan seandainya Konjungsi yang bermakna persyaratan, antara yang satu dengan yang lain bisa saling substitusi, namun hal ini pun bisa ditentukan dari nuansa yang terkandung dalam kalimat, konjungsi „apabila‟ dan „jika‟ mengandung nuansa lebih formal, sedangkan „kalau‟ cenderung lebih netral. Adapun

„seandainya‟ bermakna sesuatu yang yang kemungkinannya kecil bahkan hampir tidak mungkin terjadi.

B.

Saran

Setelah melakukan penelitian, ada beberapa hal yang menurut penulis perlu ditingkatkan dan ditindaklanjuti. Penulis banyak mendapatkan hal baru yang dapat bermanfaat untuk pembelajaran bahasa Jepang dan untuk penelitian selanjutnya. Hal-hal tersebut terangkum dalam saran-saran berikut ini:

1. Bagi pembelajar bahasa Jepang, semakin berhati-hati dengan penggunaan ungkapan pengandaian baik bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia, karena masing-masing ungkapan pengandaian memiliki banyak makna dan berbeda-beda.

2. Dalam penelitian ini, sumber yang dipakai hanya satu novel. Agar lebih kuat dan mendalam, penelitian berikutnya bisa mengambil dari jumlah novel yang lebih banyak dan variatif namun tetap dengan terjemahannya.


(4)

3. Penelitian selanjutnya semoga bisa dikembangkan untuk mengetahui bagaimana penguasaan mahasiswa dalam ungkapan pengandaian bahasa Jepang dan juga penguasaan mereka dalam memadankan ungkapan pengandaian bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian hal ini bisa berkontribusi dalam bidang pendidikan agar bisa diketahui urutan bentuk pengandaian dari yang paling mudah berlanjut ke bentuk pengandaian yang paling sulit untuk diajarkan kepada mahasiswa.


(5)

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djenar, Dwi Noverini. 2003. Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing. Victoria: Oxford University Press.

Hasunuma, A. et al. 2003. Jouken Hyougen. Tokyo: Kuroshio Shuppan.

Nardiati, dkk. 1996. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. Depdikbud Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Erlangga.

Simatupang, Maurits D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Dirjen Perguruan Tinggi Pendidikan Nasional.

Sutedi, Dedi. 2009. Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang (diktat kuliah), Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI.

Sutedi, Dedi. 2002. Nihongo no Bunpo (Tata Bahasa Jepang Untuk Tingkat Dasar). Bandung: Humaniora Utama Press.

Sutedi, Dedi. 2010. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (Nihongo no Kiso). Bandung: Humaniora Utama Press.


(6)

Siti Azizah, S., (2008). Analisis Kontrastif Ungkapan Pengandaian Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sutjiati, Neneng. 2008. Konjungsi –To, -Ba, -Tara, Dan –Nara Yang Menyatakan Pengandaian Dalam Bahasa Jepang Kajian Struktur Kalimat Pengandaian. Tesis Pascasarjana UNPAD Sumedang: tidak diterbitkan.

Wouthuyzen, Mariana. 2006. Adverbia Dalam Bahasa Jepang dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia (Kajian Semantik dan Struktur). Tesis Pascasarjana UNPAD Sumedang: tidak diterbitkan.

Zulhelfa. 2009. Verbalisasi Ajektiva Bahasa Inggris Dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia. Tesis Pascasarjana UNPAD Sumedang: tidak diterbitkan.