Tindak tutur percakapan guru dengan siswa kelas x sma negeri 2 Boyolali JURNAL. JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

TINDAK TUTUR PERCAKAPAN GURU DENGAN SISWA KELAS X
SMA NEGERI 2 BOYOLALI
Abdullah Fauzan, Muhammad Rohmadi, Purwadi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Sebelas Maret
Email : embunsorehari@gmail.com
Abstract

Abdullah Fauzan. SPEECH ACT BETWEEN TEACHER AND STUDENTS
AT THE TENTH GRADE OF SMA NEGERI 2 BOYOLALI. Thesis, Teacher
Training and Education Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, August
2015. This research are explaining and describing the types of speech acts used
between teacher and students in learning Indonesian at the tenth grade of SMA
Negeri 2 Boyolali, the intentions of the speech act between teacher and students in
learning Indonesian at the tenth grade of SMA Negeri 2 Boyolali, the functions of
the speech act between teacher and students in learning Indonesian at the tenth
grade of SMA Negeri 2 Boyolali. This study was descriptive qualitative, a

research that aims to describe or represent the reality based concepts, categories,
and not based on numeral. The result of the research indicates the speech act
between teacher and students in learning Indonesian at the tenth grade of SMA
Negeri 2 Boyolali that are found in Indonesian language learning in the
classroom include locution, illocution, and per locution.
Keywords: Speech act, types of speech acts, the intentions of speech act, the
function of speech act

Abstrak
Abdullah Fauzan. TINDAK TUTUR PERCAKAPAN GURU DENGAN
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BOYOLALI. Penelitian ini menjelaskan
dan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur guru dan siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali, maksud yang terkandung
dalam tindak tutur guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas X
SMA Negeri 2 Boyolali, fungsi tindak tutur guru dengan siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri Boyolali. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan atau melukiskan kenyataan yang ada berdasarkan konsep,
kategori, dan tidak berdasarkan angka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tindak tutur guru dengan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X

SMA Negeri Boyolali yang ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
di kelas meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Kata Kunci : Tindak tutur, jenis tidak tutur, maksud tindak tutur, fungsi tindak
commit to user
tutur

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia karena
manusia tidak pernah terlepas dari pemakaian bahasa. Para ahli bahasa biasanya
memberikan batasan tentang bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang
bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk
berinteraksi serta mengidentifikasikan diri. Sebagai makhluk sosial, manusia
memerlukan alat untuk berkomunikasi terhadap sesama, yaitu bahasa. Bahasa
bukan merupakan satu-satunya alat komunikasi manusia. Manusia mengenal juga
isyarat, simbol, kode, maupun bunyi yang semuanya akan bermakna jika sudah
diterjemahkan dalam bahasa manusia

Dalam kehidupan masyarakat, manusia selalu melakukan interaksi atau
hubungan dengan sesamanya menggunakan bahasa. Bahasa dan manusia adalah
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dalam pengertian keduanya saling
berhubungan erat. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia
karena dengan bahasa manusia dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikiran
atau gagasannya. Agar komunikasi berlangsung dengan baik, manusia harus
menguasai beberapa keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdapat
empat macam, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Setiap keterampilan bahasa mempunyai hubungan yang erat dengan konsep
berpikir yang mendasari bahasa.
Kalimat bahasa sebagai lambang makna dalam bahasa lisan lambang itu
diwujudkan dalam bentuk tindak ujar dan dalam bahasa tulis wujud simbol tulisan
dan keduanya memiliki tempat masing- masing. Baik bahasa lisan maupun tulis
digunakan manusia untuk berkomunikasi. Selain itu, Finocchiaro (dalam Leech,
1994 :2 ) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol vokal yang arbitrar yang
memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain
yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Austin (dalam Leech 1993:316) mengemukakan tiga jenis tindakan yaitu,
tindak lokusi (locutionary act), ilokusi (ilocutionary act), dan perlokusi
(perlocutionary act).

1. Tindak Tutur Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Tindak
tutur ini sering disebut sebagai “The Act of Saying Something”. Misalnya,
Windi mengerjakan tesis. Kalimat tersebut diutarakan oleh penuturnya
semata-mata untuk

menginformasikan sesuatu tanpa tendensi

untuk

melakukan sesuatu, apabila untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak
lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi karena dalam

pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturannya.
Tindak tutur lokusi adalah yang mengaitkan suatu topik dengan
sesuatu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan pokok
dengan predikat atau topik dan penjelasan (Setiawan 2012 :47). Oleh
Gunarwan (dalam Sulistyo, 2013 :7) tindak tutur lokusi adalah tindak tutur
yang

dimaksudkan

untuk

menyatakan

sesuatu.

Lokusi

semata-mata

merupakan tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan

sesuatu dengan kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu dalam
kamus dan kaidah sintaksisnya. Dijelaskan oleh Sulistyo (2013 :7) bahwa
tindak tutur lokusi adalah tuturan yang disampaikan kepada mitra tutur atau
tindak tutur yang mengacu ke tindakan mengucapkan tuturan yang secara
semantik mempunyai makna. Contoh tuturan lokusi yakni “Saya sedih”.
Kalimat tersebut jika disampaikan kepada teman senasib, meskipun tidak
dijelaskan secara detail, maksud dari tuturan tersebut adalah mereka akan
menyadarinya karena rasa sedih tersebut disebabkan oleh masa studinya yang
bertahun-tahun belum lulus dan fungi dari tindak tutur tersebut adalah
mengungkapkan kesedihan.
2. Tindak Tutur Ilokusi
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan
atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
commit
Tindak ilokusi disebut sebagai
The to
Actuser
of Doing Something. Tindak tutur

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan dan
sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang
mewujudkan suatu ungkapan (Setiawan, 2012:48). Menurut Sulistyo (2013:7)
tindak tutur ilokusi adalah tuturan yang ingin disampaikan kepada mitra tutur
atau tindak tutur yang mengacu ke tindakan mengeluarkan tuturan yang di
samping mempunyai makna semantik juga mempunyai daya (force) tuturan
atau maksud tuturan (di dalam arti untuk apa tuturan itu di ungkapkan).
Oka (dalam Sulistyo, 2013:13) mengklasifikassikan tindak tutur
ilokusi menjadi lima kategori yakni (1) asertif (Assertives), (2) direktif
(directives), (3) komisif (commissives), (4) ekspresif (expressive), dan (5)

deklarasi

(declaration).

Kelima


klasifikasi

tindakan

ilokusi

tersebut

penjelasannya sebagai berikut.
a. Asertif (Assertives)
Tindakan ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang
diungkapkan. Contoh tindakan ini yakni menyatakan, mengusulkan,
membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. Berikut
ini adalah contoh tindak ilokusi asertif (menyatakan).
“Pada awal 2013 saya harus mulai bekerja untuk
menyelesaikan tugas akademik”.
Tuturan ini sebagai pernyataan seorang mahasiswa dalam
penyelesaian studinya. Maksud dari tuturan di atas adalah sebagai
mahasiswa tersebut akan berusaha menyelesaikan tugas akademiknya,
sedangkan fungsinya adalah sebagai motivasi terhadap diri sendiri.

b. Direktif (Directives)
Tindakan ilokusi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu efek
berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur. Contoh tindak ilokusi
direktif

yakni

memesan,

memerintah,

memohon,

menuntut,

menasihati. Berikut ini adalah contoh tindak tutur direktif (menasihati).
“Anakku, jadilah pelajar yang suka belajar dan berdoa”.

commit to user


dan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tuturan ini berupa sebuah nasihat seorang ibu kepada anaknya.
Maksud dari tuturan tersebut adalah agar anaknya menjadi lebih baik,
sedangkan fungsinya adalah sebagai nasihat seorang ibu kapada anaknya.
c. Komisif (Commissive)
Pada tindakan ilokusi ini penutur terikat pada suatu tindakan di
masa depan. Contohnya, menjanjikan, menawarkan, dan berkaul. Berikut
ini adalah contoh tindak ilokusi komisif (menjanjikan).
“Apabila kamu dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
kamu akan saya beri hadiah yang berharga”.
Tuturan tersebut merupakan tindak ilokusi menjanjikan yang
mempunyai fungsi agar orang yang diberi janji lebih semangat dalam
melakukan sesuatu.
d. Ekspresif (Expressive)
Tindakan ilokusi ini berfungsi untuk mengungkapkan atau

mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat
dalam ilokusi. Misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat, member maaf, mengecam, memuji, dan mengucapkan bela
sungkawa. Berikut ini adalah contoh tindakan ilokusi ekspresif (memberi
selamat)
“Selamat Andi, kamu mendapat rangking satu di kelas”.
Tuturan di atas termasuk dalam tindak ekspresif memberi selamat
yang mempunyai maksud turut senang dengan keberhasilan Andi
memperoleh rangking satu di kelasnya dan fungsi dari tuturan tersebut
adalah menyampaikan rasa senang kepada Andi karena keberhasilannya.
e. Deklarasi (Declarations)

Menurut Searle (dalam Sulistyo 2013) ilokusi merupakan tindak
tutur yang sangat khusus misalnya memecat, memberi hukuman, dan
mengangkat pegawai. Berikut ini adalah contoh tindak ilokusi deklarasi
(memecat).
“Setelah akhir bulan, pabrik akan mengurangi pegawai pada bagian
cetak”.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tuturan di atas termasuk dalam tidak ilokusi direktif memecat yang
mempunyai maksud akan mengurangi jumlah pegawai setelah akhir bulan
dan mempunyai fungsi sebagai peringatan kepada pegawai pada bagian
cetak.
3. Tindak Tutur Perlokusi
Tindak

perlokusi

adalah

tindak

tutur

yang

pengutaraannya

dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut
sebagai The Act of Affecting Something. Sebuah tuturan yang diutarakan
seseorang sering kali mempunyai daya pengaruh (perlucotionary act) atau
efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja maupun
tidak disengaja. Tindak tutur perlokusi adalah hasil atau efek yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan “situasi dan
kondisi” pengucapan kalimat itu (Setyawan, 2012 : 48). Menurut Sulistyo
(2013 : 7) tindak tutur perlokusi adalah pesan yang harus diinterpretasikan
oleh mitra tutur atau dengan istilah lain bahwa tindak tutur ini mengacu ke
tindakan mengucapkan tuturan di samping mempunyai makna (semantis),
dan mempunyai daya (yang bertumpu pada maksud tuturan), juga
mempunyai efek kepada si mitra tutur. Austin (dalam Sulistyo, 2013 : 7)
menjelaskan bahwa tindak tutur perlokusi merupakan tuturan yang diucapkan
seseorang penutur yang seringkali memiliki efek atau daya pengaruh
(perlocutionary force). Contoh tindak perlokusi, “Tahun depan masa studimu

akan berakhir”. Tuturan tersebut mempunyai maksud memperingatkan
mahasiswa bahwa tahun depan masa studinya akan berakhir, sehingga
menimbulkan efek ketakutan jika dirinya akan dikenakan sanksi dikeluarkan
(drop out). Fungsi dari tuturan tersebut adalah sebagai peringatan yang

dituturkan penutur terhadap mitra tutur.
Percakapan sering kita artikan sebagai pertukaran informasi antara satu
pihak dengan pihak lain. Pengertian itu adalah makna umum dari percakapan,
tetapi sesungguhnya percakapan itu memiliki makna yang lebih luas dan spesifik.
Menurut Richardt dalam Antilan Purba (2002:93) percakapan adalah interaksi oral
commit
to user atau lebih. Sedangkan menurut
dengan bertatap muka antara dua
partisipan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Antilan Purba (2002:95) percakapan adalah pertukaran pembicaraan yang diawali
dan diinterpretasikan berdasarkan kaidah-kaidah dan norma-norma kerja sama
percakapan yang dipahami secara intuisi dan dibutuhkan secara umum. Memang
cukup sulit memahami pernyataan dari Antilan Purba tersebut. Tetapi dapat kita
gambarkan bahwa maksudnya adalah percakapan bukan hanya sekedar pertukaran
pembicaraan atau topik informasi semata tetapi juga dibutuhkan keahlian atau
kecakapan tertentu agar percakapan itu berjalan efektif.
Percakapan merupakan pelatihan organ bicara kita dalam menggunakan
bahasa. Hal ini dapat kita peroleh berdasarkan pengalaman dengan belajar tata
bahasa serta perbendaharaan kata. Dengan belajar bahasa, kita akan lebih
memahami cara pemakaian bahasa dan kosa kata yang kita miliki akan lebih luas
sehingga kita akan lebih mudah mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam
pikiran kita yang berefek pada efektifnya komunikasi dengan lawan bicara. Oleh
karena itu, studi percakapan perlu kita pahami dengan baik agar kompetensi
percakapan mampu kita praktikkan dengan benar dalam tindak bahasa sehari-hari.
Pengertian percakapan itu sendiri sesungguhnya berkaitan erat dengan
pengertian bahasa. Bahasa diperlukan sebagai media dalam komunikasi verbal.
Kaidah-kaidah bahasa dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen bahasa
seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Melalui proses inilah struktur
bahasa ditemukan. Oleh karena itu, struktur bahasa tidak dapat dipisahkan dari
percakapan. Hal inilah yang merujuk bahwa percakapan adalah suatu aktivitas
yang dipelajari untuk memperoleh kompetensi berbahasa.
Menurut Popper (dalam Leech 1993 : 75) fungsi bahasa dalam komunikasi
yang paling menonjol dalam komunikas primitif adalah fungsi informasi
(signaling function), fungsi ekspresif (fungsi bahasa yang bersifat interpersonal
Fungsi bahasa menurut Halliday (dalam Leech);
1. Fungsi idesional : bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan dan
menginterpretasi pengalaman dunia ( fungsi ini dibagi menjadi dua
subfungsi, yaitu subfungsi Eksprensial (experiential) dan subfungsi logikal
(logical).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2. Fungsi interpersonal : bahsa berfungsi sebagai pengungkapan sikap
penutur dan sebagai pengaruh pada sikap dan perilaku penutur
3. Fungsi tekstual : bahasa berfungsi sebagai alat menyusun sebuah teks (teks
adalah contoh bahasa lisan dan tulisan)
Situasi yang berbeda menuntut adanya jenis-jenis dan derajat sopan santun
yang berbeda pula (Leech 1993:161). Menurut Leech, fungsi ilokusi dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi
tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan
terhormat.
1. Kompetitif (competitive) : tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial;
misalnya, memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis
2. Menyenangkan (convival) : tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial;
misalnya menawarkan, mengajak, mengundang, menyapa, mengucapkan
terima kassih, dan mengucapkan selamat
3. Bekerja sama (collaborative) : tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan
sosial; misalnya menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan
4. Bertentangan (conflictive) : tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan
sosial; misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi
Di antara empat jenis ilokusi ini, jenis yang melibatkan sopan santun ialah jenis
pertama (kompetitif) dan kedua (menyenangkan). Sedangkan untuk ketiga dan
keempat lebih mengacu pada paksaan yang tidak mengedepankan nilai kesopanan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA, tepatnya di SMA Negeri 2 Boyolali.
Tempat tersebut dipilih dengan alasan dapat dijangkau peneliti. Selain itu, dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Boyolali khususnya kelas X,
ditemukan ujaran-ujaran tindak tutur yang diungkapkan guru sebagaimana
dijelaskan dalam latar belakang masalah. Penelitian ini akan dilakukan kurang
lebih selama sebelas bulan yang dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan
pelaporan, yakni mulai bulan oktober
2014tohingga
commit
user bulan Agustus 2015.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah tindak tutur, sedangkan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam, yaitu
peristiwa, dokumen, dan informan. Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam
penelitian ini adalah peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang terfokuskan pada pola interaksi guru dengan siswa.
Peristiwa tersebut adalah pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri
2 Boyolali. Dokumen berupa catatan maupun rekaman yang disampaikan guru
dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X, sedangkan yang menjadi
informan adalah guru dan siswa yang melakukan proses pembelajaran bahasa
Indonesia tersebut
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jenis-jenis

Tindak

Tutur

Percakapan

Guru

dengan

Siswa

dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA Negeri 2 Boyolali
Jenis atau Bentuk tindak tutur guru yang terdapat dalam pembelajaran
bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali,sudah mencakup tiga jenis di
atas, yaitu: lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur yang
menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini sering disebut sebagai “The Act of Saying
Something”. Misalnya, Windi mengerjakan tesis. Kalimat tersebut diutarakan oleh

penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk
melakukan sesuatu, apabila untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi
merupakan

tindakan

yang

paling

mudah

diidentifikasi

karena

dalam

pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturannya.
G : Bisa dimulai?
S : (Siswa diam dan bersiap)
G : Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
S : Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
G : Selamat siang anak-anak.
S : Siang, Pak.
Konteks data di atas merupakan ucapan salam umat Islam yang sudah
lazim digunakan di Indonesia yang isinya mengungkapkan keselamatan dan
keberkahan bagi yang diberi salam. Sama halnya konteks data di atas merupakan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ucapan salam yang lebih umum digunakan sebagai bentuk toleransi apabila mitra
bicara bersifat heterogen atau berasal dari agama yang berbeda.
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak
ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak tutur ilokusi adalah
pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan dan sebagainya. Ini erat
hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan
(Setiawan, 2012:48). Menurut Sulistyo (2013:7) tindak tutur ilokusi adalah
tuturan yang ingin disampaikan kepada mitra tutur atau tindak tutur yang mengacu
ke tindakan mengeluarkan tuturan yang di samping mempunyai makna semantik
juga mempunyai daya (force) tuturan atau maksud tuturan (di dalam arti untuk apa
tuturan itu di ungkapkan).
S : Siang, Pak.
G :Ciri-ciri guru yang baik sebelum mengajar?
S : Absen dulu.
Pada konteks data di atas guru menanyakan kepada siswa ciri-ciri guru
yang baik melakukan pekerjaan apa sebelum mengajar. Sontak seluruh siswa
menjawabnya dengan jawaban yang sama, yakni absen atau presensi dahulu.
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of
Affecting Something. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali

mempunyai daya pengaruh (perlucotionary act) atau efek bagi

yang

mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja maupun tidak disengaja.
Tindak tutur perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu
pada pendengar sesuai dengan “situasi dan kondisi” pengucapan kalimat itu (Budi
2012 : 48). Menurut Sulistyo (2013 : 7) tindak tutur perlokusi adalah pesan yang
harus diinterpretasikan oleh mitra tutur atau denga istilah lain bahwa tindak tutur
ini mengacu ke tindakan mengucapkan tuturan di samping mempunyai makna
(semantis), dan mempunyai daya (yang bertumpu pada maksud tuturan), juga
mempunyai efek kepada si mitra tutur.
G : Saya memutuskan bulan
ini merupakan
bulan akhir di semester satu,
commit
to user
nilai semester satu kelas 10 insyaallah sudah menjadi pertimbangan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

kenaikan kelas. Nanti itu juga menjadi pertimbangan ketika kelas 12.

Pada konteks data (33) Guru bukan semata-mata mengungkapkan nilai
semester satu kelas 10 sebagai pertimbangan nanti di kelas 12, tetapi secara tidak
langsung merupakan imbauan kepada para siswa untuk meningkatkan hasil
belajar mereka sehingga mereka meningkat minat intensitas belajar mereka.

Maksud yang Terkandung dalam Tindak Tutur Percakapan Guru dengan
Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA Negeri 2 Boyolali
Nababan (dalam Setiawan, 2012: 10) memakai istilah pragmatik secara
lebih luas, yang mengacu pada “aturan- aturan pemakaian bahasa, yaitu pemilihan
bentuk bahasa dan penentuan maknanya sehubungan dengan maksud pembicara
sesuai dengan konteks dan keadaan”. Warsito (2010) berpendapat bahwa
pragmatik adalah cabang linguistic yang mengkaji makna tuturan dengan cara
menghubungkan faktor nonlingual seperti konteks, komunikasi, pengetahuan,
serta situasi pemakaian bahasa dalam rangka penggunaan tuturan oleh penutur dan
lawan tutur.Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa pragmatik merupakan
sebuah ilmu yang mencoba mengkaji bagaimana orang memahami dan
menghasilkan tindak komunikatif atau tindak tutur dalam sebuah situasi tutur
yang konkret; dan situasi yang konkret itu biasanya berupa percakapan juga
menjelaskan bahwa dalam sebuah komunikasi verbal dapat dibedakan dua
maksud atau makna dalam setiap tuturan atau tindak komunikatifnya. Maksud
atau makna yang pertama adalah maksud informatif atau makna kalimat; dan yang
kedua adalah maksud komunikatif atau makna penutur.
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk
diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa
menyertakan konteks tuturan yang tercantum dalam situasi tutur. Tindak tutur
lokusi diutarakan oleh penuturnya semata mata untuk melakukan sesuatu apalagi
untuk memengaruhi lawan tuturnya. Berikut data maksud yang terkandung dalam
tindak tutur lokusi guru dengan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas
commit to user
X SMA Negeri 2 Boyolali.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

G : Bisa dimulai?
S : (Siswa diam dan bersiap)
G : Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
S : Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
G : Selamat siang anak-anak.
S : Siang, Pak.
Konteks data di atas merupakan ucapan salam umat Islam yang sudah
lazim digunakan di Indonesia yang isinya mengungkapkan keselamatan dan
keberkahan bagi yang diberi salam. Sama halnya konteks data berikutnya
merupakan ucapan salam yang lebih umum digunakan sebagai bentuk toleransi
apabila mitra bicara bersifat heterogen atau berasal dari agama yang berbeda. Hal
tersebut baermaksud hanyahanya menyatakan sesuatu hal dalam konteks ini
adalah salam.
Tindak ilokusi memiliki maksud atau tujuan untuk menyuruh atau
memerintah lawan tutur. Tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih
dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di
mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Dengan demikian tindak ilokusi
merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur. Berikut data maksud
yang terkandung dalam tindak tutur ilokusi guru dengan siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali.
S : Siang, Pak.
G :Ciri-ciri guru yang baik sebelum mengajar?
S : Absen dulu.
Pada konteks data di atas guru menanyakan kepada siswa ciri-ciri guru
yang baik melakukan pekerjaan apa sebelum mengajar. Sontak seluruh siswa
menjawabnya dengan jawaban yang sama, yakni absen atau presensi dahulu.
Dilihat dari data tersebut maksud daari tindak tutur tersebut yakni, meminta
respons siswa untuk memberikan jawaban (tindak tutur direktif meminta).
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of
Affecting Something. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali

mempunyai daya pengaruh (perlucotionary act) atau efek bagi yang
commit to user
mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja maupun tidak disengaja.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Berikut data maksud yang terkandung dalam tindak tutur perlokusi guru dengan
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali.
G : Saya memutuskan bulan ini merupakan bulan akhir di semester satu,
nilai semester satu kelas 10 insyaallah sudah menjadi pertimbangan
kenaikan kelas. Nanti itu juga menjadi pertimbangan ketika kelas 12.

Pada konteks data di atas Guru bukan semata-mata mengungkapkan nilai
semester satu kelas 10 sebagai pertimbangan nanti di kelas 12. Maksud dari
tuturan guru adalah agar siwa meningkatkan belajarnya karena penilaian kenaikan
kelas sudah dimulai dari sekarang.

Fungsi Tindak Tutur Guru terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas X SMA Negeri 2 Boyolali
Fungsi tindak tutur bahasa guru dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu fungsi
sosial dan fungsi edukasional. Fungsi sosial tindak tutur bahasa guru adalah
kegunaan tindak tutur bahasa guru dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan
sosial, sedangkan fungsi edukatif tindak tuturan bahasa guru adalah kegunaan
tindak tutur bahasa guru dalam hubungan dengan bidang pembelajarannya. Fungsi
sosial tindak tutur bahasa Guru, sejalan dengan yang dinyatakan oleh Leech
(1993), fungsi sosial tindak tutur bahasa dapat dikelompokkan ke dalam empat
kategori, (1) fungsi kompetitif, (2) fungsi convivial, (3) fungsi kolaboratif, (4)
fungsi konfliktif.
Fungsi kompetitif
Dalam fungsi ini, maksud penutur adalah membuka persaingan sebagai
tujuan sosial. Fungsi ini terdapat antara lain dalam bentuk tindak tutur
memerintah, sebagaimana tampak pada tuturan
G : Okeee, hari ini saya akan mencoba juga membaca puisi, dikeraskan di
depan panggung, disoting dibuat penelitian, luarbiasa sekali. Biar
pembacaannya nanti enak, nanti saya minta bantuan anda mengiringi
lagunya.
S : Serentak siswa bertepuk tangan
G : Kita coba dulu ya.
G : Dengarkan dulu, kemarin sudah sempat saya ajarkan sedikit, mudahcommit
to user
mudahan hari ini sudah lancar.


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

…Siswa berlatih dipandu guru untuk membaca satu larik puisi dengan
nada atau irama …
G : Suarane rodo digatukne (suaranya yang agak pas).
S : Iya Pak
Pada konteks di atas fungsi ini terdapat bentuk tindak tutur memerintah
ketika guru mencoba menyuruh siswa untuk mencocokkan suara backing
vokalnya antara siswa satu dengan siswa yang lainnya.
Fungsi Konvivial (menyenangkan)
Dalam fungsi ini, maksud penutur sejalan dengan tujuan sosial, misalnya
penutur memuji, sebagaimana yang contohnya pada
G : Sekarang yang akhirnya naik ya.
S : Semuuut…..
S : Horeeeeeeeee (sambil tepuk tangan).
G : Lumayaaaaan. Kita pelajari dulu apa yang disebut prosedur komplek
itu.
Pada konteks data di atas guru memuji siswa yang sudah mulai bisa
menyanyikan lagu backing vocal secara bersama dengan mengutarakan kata
“lumayaaaan”. Dalam percakapan tersebut, guru dengan memberikan pujian
bermaksud menyenangkan siswanya, sementara menyenangkan orang lain sejalan
dengan tujuan sosial. Dengan demikian, dampaknya dapat diprediksi bahwa siswa
yang dipuji akan merasa dihargai dan diapresiasi terhadap kegiatan belajarnya
sehingga menimbul perasaan senang dan merasa puas.
Fungsi Kolaboratif (kerja sama)
Dalam fungsi ini maksud penutur tidak menghiraukan tujuan sosial,
misalnya penutur menanyakan sesuatu, sebagaimana tampak pada tuturan pada
unit berikut.
G : Bolehkah sholat dibolak balik urutannya?.
S : tidak boleh
G : Iya, Tidak boleh. Oh iya, sebelum sholat kita ngapain?
S : Wudhu.
G : Wudhu itu dibuat prosedur kompleks kira-kira bisa tidak?
S : Bisa Pak
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

G : Bolehkah wudhu kaki kita yang dicuci lebih dulu? Kemudian bokong
kita?
Pada konteks data di atas guru bertanya kepada siswa apakah sholat bisa
diaplikasikan ke dalam prosedur komplek atau tidak. Sekalipun maksud penutur
tidak menghiraukan tujuan sosial, penutur tetap terikat oleh keharusan bahasa,
yaitu tidak boleh menyatakan hal-hal yang tidak sejalan dengan tujuan-tujuan
sosial.
Fungsi Konfliktif
Dalam fungsi ini maksud penutur bertentangan dengan tujuan sosial. Hal
itu berarti bahwa penutur jelas-jelas bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya
penutur memarahi petuturnya. Terlihat pada contoh berikut:
G : Yo ojo banter-banter (jangan keras-keras)! Coba lagi!
S : Semuuut……
S : Susah pak, nadanya sulit
G : Astagfirulloooh, mosok angel (masak sulit). Semuuuutttt rodo
munggah sitik (agak naik sedikit), teruuus kesumpelaaaan turuuun leng e.

S : Susah beneran yo Pak.
Pada konteks data di atas guru memarahi siswa yang masih tidak bisa pas
dalam bernyanyi. Walaupun dalam konteks marah, guru tetap tidak menggunakan
kata yang kasar sehingga dapat menyakiti perasaan siswa.

PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada
pembahasan di atas peneliti dapat mengambil beberapa simpulan bahwa Pola Tindak
Tutur Guru terhadap siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri
Boyolali yang ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas meliputi

tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maksud tindak tutur guru terhadap siswa
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri Boyolali tergantung jenisnya,
yakni maksud tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah

tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena

user
pengidentifikasiannya cenderungcommit
dapat to
dilakukan
tanpa menyertakan konteks

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

tuturan yang tercantum dalam situasi tutur. Tindak tutur ilokusi sulit diidentifikasi
karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur,
kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, serta faktor lain yang mempengaruhi.
Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian utama untuk memahami tindak
tutur. Tindak tutur perlokusi yang diutarakan seseorang sering kali mempunyai daya
pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja maupun
tidak disengaja.
Fungsi Tindak Tutur Guru terhadap siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas X SMA Negeri Boyolali yang diujarkan guru sangat bervariasi heterogen.

Tindak tutur memiliki fungsi sosial dan fungsi edukatif. Fungsi sosial tindak tutur
bahasa dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, (1) fungsi kompetitif, (2)
fungsi convivial, (3) fungsi kolaboratif, (4) fungsi konfliktif.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA
Leech, G. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M.D.D. Oka).
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia . Medan: USU Press
Purwo, B.K. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum
1984. Yogyakarta: Kanisius.
Setiawan, B. 2012. Pragmatik: Sebuah Pengantar. Salatiga: Widya Sari Press.
Sulistyo, Edy Tri. 2013. Pragmatik : Suatu Kajian Awal. Surakarta: Sebelas Maret
University press.
Warsito, J. 2010. Analisis Tindak Tutur Bahasa Lisan dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMK Bina Mandiri Indonesia Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010. (Skripsi). Surakarta: FKIP UNS.

commit to user