Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Program Siaran Radio untuk Anak-Anak: Program Siaran Radio Enyong Bocah Tegal T1 362011068 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perancangan

Seiring perkembangan zaman, kemajuan media massa di Indonesia ikut berkembang pesat. Bukan hanya di wilayah perkotaan saja, namun di daerah pun sudah banyak yang mendirikan media massa seperti media cetak dan media elektronik, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta. Kehadiran media massa ini sangat memberikan kontribusi untuk perkembangan masyarakat setempat.

Media baru sekarang ini banyak bermunculan, namun radio masih menjadi primadona bagi masyarakat setempat. Sifatnya yang hanya bisa dinikmati dengan audio melalui saluran atau pemancar gelombang elektromagnetik, membuat radio mudah untuk diakses dengan harga yang murah tanpa melihat letak geografis. Radio pun bisa kita dengarkan sehari-hari melalui handphone, mobil, dan lain-lain, sehingga membuat masyarakat akan lebih cepat mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhannya.

Fungsi radio merupakan alat informasi sebagai penyalur pendidikan, penerangan, propaganda baik yang bersifat umum maupun keagamaan. Peran radio sebagai media elektronik yang bersifat audio menjadi salah satu perantara untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak yang dituju. Masyarakat bisa bertukar gagasan atau ide untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Radio masih menjaga eksistensinya agar masyarakat tetap memilihnya sebagai wadah untuk mencari informasi, tentunya dengan dukungan penyiar dan program acara yang menarik. Kehadiran penyiar dinilai sangat penting dalam memandu sebuah program siaran, untuk mencari perhatian para pendengarnya. Pemilihan penyiar pun sangat diperlukan, agar bisa menyesuaikan jenis program


(2)

siaran. Program siaran memang menjadi daya tarik dalam mempertahankan eksistensi sebuah perusahaan radio. Isi konten yang terdapat dalam sebuah program siaran akan menjadi daya tarik untuk pendengar. Dari situlah radio berlomba-lomba untuk menarik perhatian pendengar, namun terkadang membuat radio lupa untuk menjaga kualitas dan eksistensi dalam membuat sebuah program acara tanpa mempertimbangkan kebutuhan yang pendengar inginkan. Mayoritas pembuatan program acara di radio lebih banyak hiburan dibandingkan informasinya. Lebih melirik target sasaran pendengar yaitu para kawula muda dan orang tua, sedangkan untuk anak-anak masih jarang radio membuat sebuah program siaran. Sekalipun di sebuah radio pemerintah yang memang diharuskan dalam membuat program siaran harus memberikan untuk semua kalangan termasuk anak-anak.

Maka dari itu, penulis ingin membuktikan sejauh mana perhatian radio untuk anak-anak yang dinilai sebagai bibit penerus bangsa. Dalam tugas akhir ini, penulis melakukan observasi di sebuah kota kecil, yaitu Kota Slawi Kabupaten Tegal. Alasannya, ingin melihat perkembangan sebuah radio khususnya dalam pembuatan program siaran anak di daerah lokal. Kota Slawi Kabupaten Tegal memiliki kurang lebih terdapat 8 radio yang masih aktif.1 Namun hanya 6 radio yang berhasil penulis lakukan wawancara agar mengetahui perkembangannya.

Penulis melakukan wawancara terhadap 6 radio, menghasilkan beberapa faktor mengenai program siaran anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian oleh radio di Kabupaten Tegal yaitu (1) lagu anak-anak yang tidak up to date, (2) kurang perhatiannya perusahan/label music dalam mengorbitkan penyanyi dan lagu anak-anak yang sesuai dengan umur atau karakternya, (3) perlu memilih penyiar yang berkompenten sesuai karakter program siaran anak, (4) kemasan/isi konten program siaran anak-anak yang tidak monoton, (5) target sasaran pendengar yang kurang tepat yaitu bukan anak-anak, dan (6) kurangnya pengenalan radio kepada anak-anak.

1

http://infotegal.com/2011/06/list-stasiun-radio-di-tegal/ diunduh pada hari Kamis, 12 Maret 2014 Pukul 19.30 WIB


(3)

Penulis melakukan beberapa wawancara dan memunculkan beberapa faktor yang membuat program siaran anak-anak masih kurang diperhatikan oleh media khususnya radio. Padahal, sebuah media sebaiknya memberikan kontribusinya untuk semua kalangan. Media merupakan saluran penyampaian pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, sehingga membuat media seperti radio, harus selalu inovatif untuk proses pembuatan program acaranya.

Program siaran anak-anak memang masih kurang diperhatikan oleh pihak pemedia yang berada di Kab. Tegal. Meskipun radio masih ada yang mengudarakan program siaran anak-anak, pengemasannya tidak sangat diperhatikan. Di samping itu, program siaran anak-anak memang masih dipandang sebelah mata. Beberapa orang masih kurang dalam memberikan perhatiannya, para pemilik media radio menganggap bahwa program siaran anak-anak tidak begitu menjual dan tidak tepat sasaran. Sebetulnya, jika dalam bentuk program siarannya dikemas semenarik mungkin dan menyesuaikan sesuai kubutuhan, anak-anak pun akan belajar untuk mendengar radio sejak dini. Apalagi di jaman yang semakin berkembang dengan kemajuan teknologinya, membuat radio bukan menjadi komoditas utama. Dari radio, anak-anak bisa mendapat informasi yang mendidik dan menghibur. Anak-anak juga mendapat informasi yang di rumah dan sekolah tidak ia terima. Radio ini muncul sebagai teman pelengkap anak-anak.

Beberapa instansi yang terkait pun penulis ikut wawancarai, tujuannya agar dapat mengetahui perkembangan radio masih dikenal dan dibutuhkan tidak. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sudarko, selaku Tim Pengawas TK/SD dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (UPTD Kec. Slawi):

“Kehadiran radio memang sebaiknya membantu memberikan kebutuhan anak-anak yang tidak ia dapat dari sekolahnya. Sebaiknya dalam pembuatan program siaran anak-anak, mengajak anak-anak untuk ikutserta di dalamnya. Instansi pendidikan pun ikut


(4)

memberikan kontribusinya seputar pergantian kurikulum dan

menyangkut informasi seputar pendidikan di daerahnya.2”

Dari instansi pendidikan pun masih mempunyai perhatian untuk kehadiran radio bisa lebih bermanfaat lagi untuk anak-anak. Dengan kehadiran radio khususnya program siaran khusus anak-anak, Lembaga Pendidikan seperti Dikpora bisa saling bekerjasama untuk memberikan informasi. Anak-anak bisa mendapatkan informasi berupa pengetahuan yang tidak ia dapat dari sekolah. Misalnya, beberapa informasi seputar pendidikan mengenai beasiswa, lomba-lomba dan masih banyak lagi.

Di tempat lain, penulis pun ikut mewawancarai seorang yang berkompeten dalam bidang kesenian. Bapak Moch. Soleh Yusuf M. C. S, S. T selaku Ketua Komite Dewan Kesenian Kab. Tegal, mengatakan bahwa:

“Radio sudah tidak seperti dulu lagi. Radio sudah menjadi

barang andtik, menjadi generasi kedua dalam mendapatkan informasi. Berkurangnya pendengar dipicu karena beberapa hal, yaitu minimnya pengenalan radio lebih mendalam lagi kepada anak-anak. Di sini peran orang tua pun sangat mempengaruhi. Dari orang tua, anak-anak bisa belajar dengan arahan dan bimbingannya. Bukan hanya itu saja, letak geografis juga mendukung perkembangan sebuah radio, misalnya jenis bahasa yang digunakan disesuaikan daerahnya. Bukan hanya itu saja, waktu yang dimiliki anak-anak pun sudah berkurang. Anak-anak lebih menghabiskan waktunya di luar rumah”.3

Inilah peran orang tua yang dinilai sangat penting bagi anak. Agar anak-anak mau mengenal radio sejak dini, dibutuhkan kerjasama orang tua. Sebaiknya

2

Wawancara dengan Pak Sudarko selaku Tim Pengawas TK/SD UPTD Kec. Slawi, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Tegal pada Tanggal 4 Agustus 2015 Pukul 11.00 WIB 3

Wawancara dengan Bapak Moch. Soleh Yusuf M. C. S, S. T selaku Kepala Komite Dewan Kesenian Kab. Tegal pada Tanggal 5 Agustus 2015 Pukul 10.00 WIB


(5)

orang tua menemani anak-anak disaat mendengarkan radio. Sisi positifnya, kedekatan anak-anak akan semakin erat dengan orang tuanya. Bisa lebih baik lagi menjaga komunikasi antar anak dan orang tua. Sehingga, hadirnya radio bisa membuat anak-anak peka terhadap informasi di luar jangkauannya serta tetap menjaga komunikasi dengan orang tuanya.

Dari pihak pemedia juga penulis lakukan wawancara lagi. Seorang penyiar program siaran anak-anak dari Radio Slawi FM pun ikut memberikan tanggapannya. Ibu Neri Apri Ningsih (nama udaranya yaitu Kak Rida) memberikan pemaparannya bahwa:

“Program siaran anak-anak memang tidak akan lepas dari Radio Slawi FM. Namun kehadiran program siaran anak-anak memang masih kurang diperhatikan. Minimnya iklan untuk anak-anak yang masuk dan jingle anak-anak-anak-anak, mengurangi sisi dukungan sebuah program siaran anak-anak. Pengemasan program siarannya pun, kurang mendapatkan perhatian. Tidak jauh berbeda, hanya terdapat salam-salam dan diberikan tips untuk anak-anak. Kadang siarannya pun tidak berjalan dengan lancar, dikarenakan ada beberapa breaking news yang harus didahulukan

untuk mengudara.4”

Dari medianya pun sangat menyayangkan kurangnya perhatian untuk anak-anak. Sebaiknya memang lebih inovatif lagi kemasan yang akan diberikan untuk anak. pihak-pihak terkait pun saling mendukung adanya program siaran anak-anak.

Agar lebih jelasnya lagi, penulis pun membuktikan bahwa kehadiran radio memang masih dibutuhkan untuk anak-anak. Untuk rentan usia, penulis mencoba

4

Wawancara dengan Ibu Neri Apri Ningsih selaku penyiar program siaran anak-anak Radio Slawi FM pada Tanggal 3 Agustus 2015 Pukul 07.00 WIB


(6)

melakukan survei lapangan yaitu 4 hingga 9 tahun. Penulis melakukan obervasi ke empat sekolah yang letaknya berada di desa dan tengah kota, yaitu SD N Slawi Kulon 03 a,b,c, SD N Dukuh Wringin 01, TK Dharma Bakti dan TK Tunas Harapan Nusa. Masing-masing sekolah dibagikan angket kuisioner yang berisi 30 pertanyaan, namun bahasa yang digunakan menyesuaikan bahasa anak-anak. Tujuannya agar mempermudah anak-anak untuk memahaminya. Untuk sekolah SD diplih hanya tiga kelas saja, yaitu kelas 3. Karena ingin membatasi objek penelitian dan sesuai kebutuhan rentan usianya. Jumlah siswa yang terdapat disekolah yaitu TK Tunas Harapan Nusa berjumlah 27 anak, TK Dharma Bakti berjumlah 13 anak, SD N Slawi Kulon 03 berjumlah 99 anak dan SD N Dukuh Wringin 01 berjumlah 70 anak. Dari semua intansi sekolah ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar anak-anak hanya mengenal radio secara namanya saja. Sedangkan untuk lebih detail masih jarang yang mengetahuinya. Rata-rata anak-anak Sekolah Dasar kelas 3 baik yang di desa dan di kota masih ada yang mendengarkan radio khususnya program siaran anak-anak. Namun untuk anak-anak yang masih duduk di TK dan SD kelas 2 masih jarang yang mendengarkan dan mengetahui, bahwa ada Radio yang mengudarakan program siaran anak-anak. Namun, di pertanyaan terakhir penulis menyisipkan pesan untuk radio bagi anak-anak. Mayoritas jawaban dari mereka adalah Radio masih anak-anak butuhkan, namun harus lebih diperkenalkan lagi secara detail. Bukan hanya dari orang tua saja, namun instansi-instansi pendidikan yang terkait pun sebaiknya ikutserta dalam memberikan kontribusinya. Anak-anak menginginkan program, siaran yang lebih edukasi, menghibur dan selalu mengajak dalam proses pengemasanannya.

Dari beberapa wawancara yang dilakukan, penulis akhirnya membandingkan antara fenomena yang berkembang dengan kenyataan yang ada. Memang program siaran anak-anak masih dipandang sebelah mata, bentuk pengemasannya pun masih monoton dan tidak diperhatikan benar-benar. Lebih baik dari pihak media melakukan survei agar konten acara yang terdapat di program siaran bisa tersampaikan sesuai


(7)

dengan segmentasinya. Pada kenyataannya, anak-anak masih membutuhkan program siaran yang terdapat di radio. Namun dalam proses pengemasaan program siarannya, lebih inovatif, edukasi dan menghibur. Anak-anak memang sangat membutuhkan tempat untuk membantu perkembangan dirinya. Daya imajinasi dan daya ingat anak-anak yang masih bagus, membuat radio dinilai sebagai menarik perhatian anak-anak-anak-anak dalam berfikir.

Pandangan tentang anak pun dimunculkan menurut pendapat para ahli. John Locke berpendapat bahwa pikiran seorang anak-anak merupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar. Sehingga dengan adanya media audio seperti radio ini, bisa membantu keberlangsungan perkembangan anak-anak menuju lebih positif lagi. Anak-anak akan mendapatkan pengalaman setelah mendengarkan radio, sembari mereka belajar mendengar untuk memaknai pesan yang diberikan penyiar. Asalkan dengan proses penyampaian yang baik, mendidik, menghibur dan mengajak anak-anak untuk ikutserta dalam program acara anak-anak-anak-anak di radio, maka akan tersalurkan sesuai segmentasinya. Dengan radio, anak-anak bisa belajar lebih bijak lagi dalam menggunakan media.

Tokoh yang satu ini dikenal berseberangan dengan Locke adalah Jean J. Rousseau yang dikenal sebagai pelopor kaum hereditas (pewarisan watak dari induknya menurut DNA/gen). Ia lebih berpendapat mengenai perkembangan anak sudah dibekali rasa keadilan dan moralitas sejak lahir. Hanya saja tugas orang tua adalah memberikan kesempatan agar bakat atau bawaan tersebut dapat berkembang dan memandu pertumbuhan anak.5 Perkembangan anak-anak memang tidak luput dari bimbingan orang tuanya. Dari orang tualah, setidaknya anak-anak diperkenalkan radio sebagai media/wadah perkembangan anak-anak melalui isi konten/pesan yang ada dalam program siarannya. Agar anak-anak mengetahui kegunaan radio sebagai

5

Wiwin Dinas Pratisti.2007.Psikologi Anak Usia Dini.Surakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang


(8)

media pembelajaran hal positif untuk dirinya. Tentunya orang tua senantiasa mendampingi anak-anak, agar ketika mereka bertanya atau tidak paham dengan apa yang ia dengar bisa membantu menjawabnya.

Penulis mencoba menyebar kuisioner ke anak-anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Pada rentan usia 6 hingga 12 tahun dianggap sebagai segmentasi yang tepat, di umur tersebut anak-anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Anak-anak sudah bisa belajar mendengarkan, menulis, memperhatikan hal-hal sekitar dan mendengarkan dengan baik. Bukan hanya itu saja, daya tarik radio yang bisa membuat imajinasi anak-anak sebagai senjata untuk menjaga eksistensi. Agar bisa menciptakan bibit penerus bangsa yang cerdas, memanfaatkan media secara baik, anak-anak mendapatkan informasi yang mendidik serta sesuai dengan umurnya. Dari penjabaran yang sudah penulis ketahui, membuat penulis untuk merancang sebuah program siaran seputar dunia anak.

Penulis sudah mempunyai sebuah rencana, yaitu ingin membuat rancangan program siaran radio dengan segmentasi anak-anak. Radio yang terdapat di Kota Slawi Kab. Tegal, dipilih penulis sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari ide atau konsep acara yang dibuat kepada para pendengarnya. Anak-anak di usia 6 hingga 12 tahun sebagai target sasarannya. Nama program acara anak-anak yang akan

dirancang adalah “Enyong Bocah Tegal”. Rencana waktu yang akan ditentukan untuk

program siaran tersebut mengudara yaitu hari Minggu Pukul 08.00 – 09.00 WIB. Diharapkan diakhir weekend atau hari libur, anak-anak lebih bisa menikmati program acara radio di rumah bersama orang tuanya.

1.2 Rumusan Masalah Perancangan

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah, yaitu:

Bagaimana memproduksi sebuah program siaran radio untuk anak-anak yang informatif, inovatif, edukatif, menghibur dan dapat menarik minat pendengarnya khususnya anak-anak dengan rentan usia 6 hingga 12 tahun?


(9)

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan dari TA ini adalah menciptakan program siaran radio untuk anak-anak yang informatif, inovatif, edukatif sebagai salah satu sumber informasi serta hiburan khususnya anak-anak di Kabupaten Tegal. Dalam proses pengemasan isi konten acaranya, harus sesuai dengan umur anak-anak.

1.4 Manfaat Perancangan

Dari judul yang dipilih adalah “Perancangan Program Siaran Radio untuk

Anak-anak: Program Radio “Enyong Bocah Tegal”, penulis berharap agar perancangan ini dapat bermanfaat bagi anak-anak di Kota Slawi Kab. Tegal. Dengan adanya program siaran tersebut, akan menjadi wadah aspirasi untuk anak-anak sebagai pendengar. Anak-anak Tegal bisa termotivasi dari informasi yang disampaikan sekaligus menambah pengetahuan baru bagi anak-anak. Serta memperkenalkan radio sejak dini kepada anak-anak, agar radio bisa dikenal serta digunakan secara terus-menerus untuk semua kalangan.


(1)

memberikan kontribusinya seputar pergantian kurikulum dan menyangkut informasi seputar pendidikan di daerahnya.2”

Dari instansi pendidikan pun masih mempunyai perhatian untuk kehadiran radio bisa lebih bermanfaat lagi untuk anak-anak. Dengan kehadiran radio khususnya program siaran khusus anak-anak, Lembaga Pendidikan seperti Dikpora bisa saling bekerjasama untuk memberikan informasi. Anak-anak bisa mendapatkan informasi berupa pengetahuan yang tidak ia dapat dari sekolah. Misalnya, beberapa informasi seputar pendidikan mengenai beasiswa, lomba-lomba dan masih banyak lagi.

Di tempat lain, penulis pun ikut mewawancarai seorang yang berkompeten dalam bidang kesenian. Bapak Moch. Soleh Yusuf M. C. S, S. T selaku Ketua Komite Dewan Kesenian Kab. Tegal, mengatakan bahwa:

“Radio sudah tidak seperti dulu lagi. Radio sudah menjadi barang andtik, menjadi generasi kedua dalam mendapatkan informasi. Berkurangnya pendengar dipicu karena beberapa hal, yaitu minimnya pengenalan radio lebih mendalam lagi kepada anak-anak. Di sini peran orang tua pun sangat mempengaruhi. Dari orang tua, anak-anak bisa belajar dengan arahan dan bimbingannya. Bukan hanya itu saja, letak geografis juga mendukung perkembangan sebuah radio, misalnya jenis bahasa yang digunakan disesuaikan daerahnya. Bukan hanya itu saja, waktu yang dimiliki anak-anak pun sudah berkurang. Anak-anak lebih menghabiskan waktunya di luar rumah”.3

Inilah peran orang tua yang dinilai sangat penting bagi anak. Agar anak-anak mau mengenal radio sejak dini, dibutuhkan kerjasama orang tua. Sebaiknya

2

Wawancara dengan Pak Sudarko selaku Tim Pengawas TK/SD UPTD Kec. Slawi, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Tegal pada Tanggal 4 Agustus 2015 Pukul 11.00 WIB 3

Wawancara dengan Bapak Moch. Soleh Yusuf M. C. S, S. T selaku Kepala Komite Dewan Kesenian Kab. Tegal pada Tanggal 5 Agustus 2015 Pukul 10.00 WIB


(2)

orang tua menemani anak-anak disaat mendengarkan radio. Sisi positifnya, kedekatan anak-anak akan semakin erat dengan orang tuanya. Bisa lebih baik lagi menjaga komunikasi antar anak dan orang tua. Sehingga, hadirnya radio bisa membuat anak-anak peka terhadap informasi di luar jangkauannya serta tetap menjaga komunikasi dengan orang tuanya.

Dari pihak pemedia juga penulis lakukan wawancara lagi. Seorang penyiar program siaran anak-anak dari Radio Slawi FM pun ikut memberikan tanggapannya. Ibu Neri Apri Ningsih (nama udaranya yaitu Kak Rida) memberikan pemaparannya bahwa:

“Program siaran anak-anak memang tidak akan lepas dari Radio Slawi FM. Namun kehadiran program siaran anak-anak memang masih kurang diperhatikan. Minimnya iklan untuk anak-anak yang masuk dan jingle anak-anak-anak-anak, mengurangi sisi dukungan sebuah program siaran anak-anak. Pengemasan program siarannya pun, kurang mendapatkan perhatian. Tidak jauh berbeda, hanya terdapat salam-salam dan diberikan tips untuk anak-anak. Kadang siarannya pun tidak berjalan dengan lancar, dikarenakan ada beberapa breaking news yang harus didahulukan untuk mengudara.4”

Dari medianya pun sangat menyayangkan kurangnya perhatian untuk anak-anak. Sebaiknya memang lebih inovatif lagi kemasan yang akan diberikan untuk anak. pihak-pihak terkait pun saling mendukung adanya program siaran anak-anak.

Agar lebih jelasnya lagi, penulis pun membuktikan bahwa kehadiran radio memang masih dibutuhkan untuk anak-anak. Untuk rentan usia, penulis mencoba

4

Wawancara dengan Ibu Neri Apri Ningsih selaku penyiar program siaran anak-anak Radio Slawi FM pada Tanggal 3 Agustus 2015 Pukul 07.00 WIB


(3)

melakukan survei lapangan yaitu 4 hingga 9 tahun. Penulis melakukan obervasi ke empat sekolah yang letaknya berada di desa dan tengah kota, yaitu SD N Slawi Kulon 03 a,b,c, SD N Dukuh Wringin 01, TK Dharma Bakti dan TK Tunas Harapan Nusa. Masing-masing sekolah dibagikan angket kuisioner yang berisi 30 pertanyaan, namun bahasa yang digunakan menyesuaikan bahasa anak-anak. Tujuannya agar mempermudah anak-anak untuk memahaminya. Untuk sekolah SD diplih hanya tiga kelas saja, yaitu kelas 3. Karena ingin membatasi objek penelitian dan sesuai kebutuhan rentan usianya. Jumlah siswa yang terdapat disekolah yaitu TK Tunas Harapan Nusa berjumlah 27 anak, TK Dharma Bakti berjumlah 13 anak, SD N Slawi Kulon 03 berjumlah 99 anak dan SD N Dukuh Wringin 01 berjumlah 70 anak. Dari semua intansi sekolah ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar anak-anak hanya mengenal radio secara namanya saja. Sedangkan untuk lebih detail masih jarang yang mengetahuinya. Rata-rata anak-anak Sekolah Dasar kelas 3 baik yang di desa dan di kota masih ada yang mendengarkan radio khususnya program siaran anak-anak. Namun untuk anak-anak yang masih duduk di TK dan SD kelas 2 masih jarang yang mendengarkan dan mengetahui, bahwa ada Radio yang mengudarakan program siaran anak-anak. Namun, di pertanyaan terakhir penulis menyisipkan pesan untuk radio bagi anak-anak. Mayoritas jawaban dari mereka adalah Radio masih anak-anak butuhkan, namun harus lebih diperkenalkan lagi secara detail. Bukan hanya dari orang tua saja, namun instansi-instansi pendidikan yang terkait pun sebaiknya ikutserta dalam memberikan kontribusinya. Anak-anak menginginkan program, siaran yang lebih edukasi, menghibur dan selalu mengajak dalam proses pengemasanannya.

Dari beberapa wawancara yang dilakukan, penulis akhirnya membandingkan antara fenomena yang berkembang dengan kenyataan yang ada. Memang program siaran anak-anak masih dipandang sebelah mata, bentuk pengemasannya pun masih monoton dan tidak diperhatikan benar-benar. Lebih baik dari pihak media melakukan survei agar konten acara yang terdapat di program siaran bisa tersampaikan sesuai


(4)

dengan segmentasinya. Pada kenyataannya, anak-anak masih membutuhkan program siaran yang terdapat di radio. Namun dalam proses pengemasaan program siarannya, lebih inovatif, edukasi dan menghibur. Anak-anak memang sangat membutuhkan tempat untuk membantu perkembangan dirinya. Daya imajinasi dan daya ingat anak-anak yang masih bagus, membuat radio dinilai sebagai menarik perhatian anak-anak-anak-anak dalam berfikir.

Pandangan tentang anak pun dimunculkan menurut pendapat para ahli. John Locke berpendapat bahwa pikiran seorang anak-anak merupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar. Sehingga dengan adanya media audio seperti radio ini, bisa membantu keberlangsungan perkembangan anak-anak menuju lebih positif lagi. Anak-anak akan mendapatkan pengalaman setelah mendengarkan radio, sembari mereka belajar mendengar untuk memaknai pesan yang diberikan penyiar. Asalkan dengan proses penyampaian yang baik, mendidik, menghibur dan mengajak anak-anak untuk ikutserta dalam program acara anak-anak-anak-anak di radio, maka akan tersalurkan sesuai segmentasinya. Dengan radio, anak-anak bisa belajar lebih bijak lagi dalam menggunakan media.

Tokoh yang satu ini dikenal berseberangan dengan Locke adalah Jean J.

Rousseau yang dikenal sebagai pelopor kaum hereditas (pewarisan watak dari

induknya menurut DNA/gen). Ia lebih berpendapat mengenai perkembangan anak sudah dibekali rasa keadilan dan moralitas sejak lahir. Hanya saja tugas orang tua adalah memberikan kesempatan agar bakat atau bawaan tersebut dapat berkembang

dan memandu pertumbuhan anak.5 Perkembangan anak-anak memang tidak luput

dari bimbingan orang tuanya. Dari orang tualah, setidaknya anak-anak diperkenalkan radio sebagai media/wadah perkembangan anak-anak melalui isi konten/pesan yang ada dalam program siarannya. Agar anak-anak mengetahui kegunaan radio sebagai

5

Wiwin Dinas Pratisti.2007.Psikologi Anak Usia Dini.Surakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang


(5)

media pembelajaran hal positif untuk dirinya. Tentunya orang tua senantiasa mendampingi anak-anak, agar ketika mereka bertanya atau tidak paham dengan apa yang ia dengar bisa membantu menjawabnya.

Penulis mencoba menyebar kuisioner ke anak-anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Pada rentan usia 6 hingga 12 tahun dianggap sebagai segmentasi yang tepat, di umur tersebut anak-anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Anak-anak sudah bisa belajar mendengarkan, menulis, memperhatikan hal-hal sekitar dan mendengarkan dengan baik. Bukan hanya itu saja, daya tarik radio yang bisa membuat imajinasi anak-anak sebagai senjata untuk menjaga eksistensi. Agar bisa menciptakan bibit penerus bangsa yang cerdas, memanfaatkan media secara baik, anak-anak mendapatkan informasi yang mendidik serta sesuai dengan umurnya. Dari penjabaran yang sudah penulis ketahui, membuat penulis untuk merancang sebuah program siaran seputar dunia anak.

Penulis sudah mempunyai sebuah rencana, yaitu ingin membuat rancangan program siaran radio dengan segmentasi anak-anak. Radio yang terdapat di Kota Slawi Kab. Tegal, dipilih penulis sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari ide atau konsep acara yang dibuat kepada para pendengarnya. Anak-anak di usia 6 hingga 12 tahun sebagai target sasarannya. Nama program acara anak-anak yang akan

dirancang adalah “Enyong Bocah Tegal”. Rencana waktu yang akan ditentukan untuk

program siaran tersebut mengudara yaitu hari Minggu Pukul 08.00 – 09.00 WIB.

Diharapkan diakhir weekend atau hari libur, anak-anak lebih bisa menikmati program

acara radio di rumah bersama orang tuanya.

1.2 Rumusan Masalah Perancangan

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah, yaitu:

Bagaimana memproduksi sebuah program siaran radio untuk anak-anak yang informatif, inovatif, edukatif, menghibur dan dapat menarik minat pendengarnya khususnya anak-anak dengan rentan usia 6 hingga 12 tahun?


(6)

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan dari TA ini adalah menciptakan program siaran radio untuk

anak-anak yang informatif, inovatif, edukatif sebagai salah satu sumber informasi serta hiburan khususnya anak-anak di Kabupaten Tegal. Dalam proses pengemasan isi konten acaranya, harus sesuai dengan umur anak-anak.

1.4 Manfaat Perancangan

Dari judul yang dipilih adalah “Perancangan Program Siaran Radio untuk

Anak-anak: Program Radio “Enyong Bocah Tegal”, penulis berharap agar

perancangan ini dapat bermanfaat bagi anak-anak di Kota Slawi Kab. Tegal. Dengan adanya program siaran tersebut, akan menjadi wadah aspirasi untuk anak-anak sebagai pendengar. Anak-anak Tegal bisa termotivasi dari informasi yang disampaikan sekaligus menambah pengetahuan baru bagi anak-anak. Serta memperkenalkan radio sejak dini kepada anak-anak, agar radio bisa dikenal serta digunakan secara terus-menerus untuk semua kalangan.