ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH KARANG DALAM NOVEL MOGA Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH KARANG DALAM NOVEL MOGA
BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE: TINJAUAN
PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai gelar
Sarjana S-1

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

YULI SULISTYOWATI
A 310 090 041

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

Naskah Publikasi 2013

ABSTRAK

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH KARANG DALAM NOVEL MOGA
BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE: TINJAUAN
PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
Yuli Sulistyowati, A 310 090 041, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan unsur-unsur yang
membangun novel MBDA karya Tere Liye, (2) mendiskripsikan aspek
kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA dengan tinjauan psikologi sastra,
dan (3) memaparkan implementasi hasil penelitian novel MBDA karya Tere Liye
sebagai bahan ajar di SMA. Hasil analisis struktural novel MBDA karya Tere Liye
menunjukkan bahwa novel ini bertema arti sebuah kehidupan. Tokoh utama dalam
novel ini adalah Melati, sedangkan tokoh pendamping dalam novel ini, antara lain
Karang, Bunda HK, Tuan HK, Salamah, Ibu-ibu gendut, dan Kinasih. Alur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alur maju (progresif). Hal itu terlihat dari
jalan cerita yang runtut dari awal, tengah dan akhir. Latar tempat dalam penelitian
ini terjadi di pelabuhan kota, perbukitan, teras, kamar, ruang makan dan di
belakang kota. Latar waktu terjadi selama tiga tahun. Latar sosial dalam penelitian

ini adalah kehidupan seorang anak kecil berusia enam tahun. Hasil analisis aspek
kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA karya Tere Liye meliputi 1) pribadi
yang tidak lekas putus asa, 2) pribadi yang senang membaca, dan 3) pribadi yang
berbicara singkat, tetapi mantap. Penelitian tentang aspek keribadian tokoh
Karang dalam novel MBDA karya Tere Liye dapat digunakan dalam pembelajaran
sastra di SMA kelas XI. Dalam hal ini siswa dituntut mampu menganalisis unsur
instriksik dan ekstriksik dalam novel.
Kata kunci: kepribadian tokoh Karang, struktur novel MBDA dan psikologi
sastra.

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

1

Naskah Publikasi 2013

PENDAHULUAN
Karya sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan kemampuan dan
kekuatan imajinasinya, sehingga seorang


pengarang mampu menciptakan

suatu karya sastra. Nurgiantoro (2007:54) menyatakan bahwa seringkali karya
sastra itu tercipta karena pengarang bermaksud untuk menanggapi, menyerap,
dan mentransformasikan karya sastra sebelumnya. Namun, karya sastra yang
telah tercipta tidak semata-mata merupakan hasil kesanggupan seorang
pengarang menciptakannya, tetapi karya sastra yang tercipta itu dapat juga
merupakan hasil meniru, menyerap, menanggapi, dan mentransformasikan
karya sastra sebelumnya.
Sebuah karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan
dan

konteks

penyajinya

disusun

secara


terstruktur,

menarik,

serta

menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi
pengalaman dan pengetahuan secara potensial memiliki berbagai macam
bentuk representasi kehidupan. Mengkaji karya sastra dapat membantu kita
dalam mengungkap makna serta pesan yang disampaikan pengarang. Untuk
itu, diperlukan sebuah penelitian sastra. Penelitian merupakan suatu karya atau
tata kerja yang diterapkan dalam upaya memecahkan masalah secara hati-hati,
teliti dan mendalam berdasarkan bukti-bukti (Siswantoro, 2005:54).
Seperti penelitian lainnya, penelitian sastra harus dilakukan dengan hatihati, cermat dan objektif agar dapat menghasilkan penelitian yang berbobot.
Tujuannya adalah menemukan prinsip-prinsip baru yang belum ditemukan
orang lain. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian sastra antara

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

2


Naskah Publikasi 2013

lain: 1) hipotesis atau asumsi tidak diperlukan sebab analisis bersifat deskripsi,
bukan generaralisasi, 2) populasi dan sempel tidak mutlak diperlukan, 3)
kerangka penelitian tidak bersifat tertutup, dan diskripsi pemahaman
berkembang terus, 4) objek yang sesungguhnya bukanlah bahasa, tetapi
wacana atau teks (Ratna, 2011:20). Penelitian sastra tidak akan berhasil jika
peneliti tidak memahami sastra. Salah satu cara untuk memahami karya sastra
adalah mengetahui makna-makna yang terkandung dalam karya sastra
tersebut, salah satunya dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra.
novel merupakan salah satu karya sastra yang di dalamnya memuat nilai
estetika, nilai pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan. Mahayana (2007:226)
mengatakan bahwa pengarang lewat karyanya mencoba mengungkapkan
fenomena kehidupan manusia, yaitu berbagai peristiwa dalam kehidupan ini.
Pengarang

menghayati

berbagai


permasalahan

tersebut

kemudian

mengungkapkanya dalam bentuk sarana fiksi menurut pandanganya. Hal ini
ditampilkan sastrawan Indonesia melalui karya-karyanya, seperti yang
terdapat pada novel MBDA karya Tere Liye. Oleh karena itu, penulis
melakukan penelitian dengan judul “Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam
Novel

MBDA

karya

Tere

Liye: Tinjauan Psikologi


Sastra

dan

Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”.
Novel MBDA karya Tere Liye dipilih dalam penelitian ini karena sangat
menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya, yakni
Karang yang mencoba bangkit dari perasaan bersalahnya dengan membimbing
Melati seorang gadis yang bisu, buta, dan tuli untuk mengenali dunia. Karang

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

3

Naskah Publikasi 2013

sebenarnya hampir kehilangan hidupnya setelah delapan belas anak didiknya
tewas dalam kecelakaan kapal. Perasaan bersalahnya hampir setiap hari
menghantuinya selama tiga tahun terakhir. Akan tetapi rasa cintanya terhadap

anak-anak membuat Karang terdorong untuk mengajari Melati menemukan
dunia yang baru.
Peneliti dengan tinjauan psikologi sastra pernah dilakukan oleh Nunung
Yunita Amalya (2011) melakukan penelitian untuk skripsinya yang berjudul
“Aspek Kepribadian Niyala dalam Novel Setetes Embun Cinta Niyala karya
Habiburrahman El Shirazy Tinjauan: Psikologi Sastra”, Ahmad Safi’I (2012)
melakukan penelitian yang berjudul “Aspek Kepribadian Tokoh Utama Alif
Fikri dalam Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Psikologi
Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”, dan Deviana
Evi Eryani (2012) juga melakukan penelitian yang berjudul “Aspek
Kepribadian tokoh Dila dalam Novel Surat Buat Themis karya Mira W.
Tinjauan Psikologi Sastra”.
Penelitian di atas mempunyai persamaan dan perbedaan. Ada beberapa
persamaanya yaitu sama-sama pengkaji aspek kepribadian tokoh, sedangkan
perbedaannya terdapat pada objek yang dikaji.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan unsur-unsur yang
membangun novel MBDA karya Tere Liye, (2) mendiskripsikan aspek
kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA dengan tinjauan psikologi
sastra, (3) memaparkan implementasi hasil penelitian novel MBDA karya Tere
Liye sebagai bahan ajar di SMA.


Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

4

Naskah Publikasi 2013

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji novel MBDA karya
Tere Liye adalah deskriptif kualitatif. Diskripsi kualitatif merupakan usaha
pemberian diskripsi atas fakta yang tergali atau terkumpul yang dilakukan
secara sistematis (Siswantoro, 2005:57). Strategi penelitian ini adalah strategi
studi terpancang dan studi kasus atau biasa disebut embedded dan case study
yang berfokus pada aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA
karya Tere Liye dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra.
Objek penelitian ini adalah aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel
MBDA karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika. Jakarta cetakan ke14 tahun 2012. Data dalam penelitian ini berwujud kutipan kata, ungkapan dan
kalimat yang terdapat dalam novel MBDA karya Tere Liye. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber. Sumber data
tersebut terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber

data primer dalam penelitian ini adalah novel MBDA karya Tere Liye yang
diterbitkan oleh Republika. Jakarta cetakan ke-14 tahun 2012. Sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah artikel yang mempunyai relevansi untuk
memperkuat argumentasi di dalam kajian dan untuk melengkapi hasil
penelitian ini. Data sekunder membantu peneliti dalam menganalisis data
primer dalam sebuah penelitian berupa artikel-artikel di situs internet (on line)
yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu, Soraya Agustina, biografi
Tere Liye (www://sorayaagustina.blogspot.com/tereliye.html) diakses pada 10 juni
Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

5

Naskah Publikasi 2013

2013 pukul 10.45 WIB dan Tanya biografi, biogfafi Tere Liye ( http://tanyabiografi.blogspot.com/2013/01/biografi-tere-liye.html) di akses pada 10 juni 2013

pukul 10.45 WIB.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
kepustakaan, teknik simak dan catat. Teknik kepustakaan yaitu menggunakan
sumber-sumber tertulis untuk mencari data seperti catatan, buku, gambar,

data-data yang bukan data angka (Jabrohim, 2001:91). Teknik simak adalah
suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu
penggunaan bahasa. Teknik catat adalah teknik lanjutan, yaitu dengan
mencatat dan membaca teori yang diperlukan, mengutif langsung dan tidak
langsung dengan membuat refleksi, kemudian meringkas teori yang dicatat,
sehingga menjadi susunan yang harmonis (Mahsun, 2006:91). Teknik simak
dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan
penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer
sebagai sasaran peneliti yaitu yang berupa teks novel MBDA karya Tere Liye
dalam memperoleh data yang diinginkan.
Teknik validasi data atau keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dengan berbagai teknik yang sesuai dan tepat
untuk menggali data dalam bagi penelitian. Ketepatan data tersebut tidak
hanya tergantung dari ketepatan memiliki sumber data dan teknik
pengumpulan datanya, akan tetapi juga diperlukan teknik pengambilan
validasi datanya. Untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini
digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi terdiri dari empat jenis, yaitu

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

6

Naskah Publikasi 2013

trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi teori, dan triangulasi
peneliti. Berdasarkan empat teknik trianggulasi ini, teknik validasi data yang
digunakan dalam penelititian ini adalah trianggulasi data. Trianggulasi ini
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan prespektif lebih dari satu data
dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Pembahasan Tentang Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga
Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye
Penelitian ini membahasa tentang aspek kepribadian tokoh Karang
dalam novel MBDA karya Tere Liye.
1. Pribadi yang Tidak Lekas Putus Asa
Tidak lekas putus asa berarti tidak mengenal menyerah atau pantang
menyerah dalam menghadapi masalah apa pun. Dalam novel MBDA, Karang
merupakan seseorang yang semula sangat menyesal dengan tragedi kecelakaan
kapal yang menewaskan delapan anak-anak didiknya yang sangat disayang
tidak lekas putus asa dan mencoba bangkit dari masa lalunya yang
menyedihkan. Hal itu dapat terlihat dalam kutipan berikut.
Penghuninya seperti tidak peduli. Juga tidak peduli dengan
berisiknya siaran langsung di gang sempit di bawah. Ia tidur dengan
tarikan nafas berat. Bau alkohol tercium pekat dari mulut. Pemuda
berumur dua puluh tujuh tahun itu tidur dengan sepatu masih di kaki.
Baru pulang shubuh tadi. Terlalu lelah. Terlalu penat. Terlalu sesak.
Terlalu….
Begitu saja hidupnya tiga tahun terakhir. Macam kalong. Tidur di
siang hari. Berjaga penuh di malam hari. Menghabiskan dingin dan
lengangnya malam sambil menggerutu di kedai minuman, bar di
tengah kota. Duduk di pojok ruangan. Sendirian. Menatap galak ke
siapa saja yang mencoba basa-basi bertegur sapa, termasuk waitress
genit yang mengantarkan botol bir. Gesture wajah dan gerakan
tubuhnya jelas sekali: Pergi!! Biarkan aku sendiri! (Tere, 2012:12).
Tertawa getir. “Tidak ada yang menyalahkanku? Memang itu
penting? Memangnya kata orang-orang lebih penting dibandingkan

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

7

Naskah Publikasi 2013

apa yang kurasakan? Kau tahu, setiap detik aku seperti bisa
menyaksikannya kembali semuanya…. Teriakan mereka! Wajahwajah ketakutan mereka! Ya Tuhan! Bahkan jemari tangan mereka
yang beku. Bibir-bibir mereka yang biru… tubuh-tubuh dingin
menambang… delapan belas__” (Tere, 2012:28).
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Karang merupakan pemuda
berumur dua puluh tujuh tahun yang mengalami trauma, karena kecelakaan
kapal yang menewaskan delapan belas anak didiknya. Karang berubah menjadi
seorang pemabuk, kasar, dan tidak terurus.
Karang, pemuda di atas ranjang tua menyengit dalam tidurnya.
Terganggu. Tangannya menggibas-gibas jengkel. Benda itu masih
berputar di depan wajahnya. Semakin diusir semakin berani.
Mendesis mangkal. Karang Terbangun. Mata merahnya terbuka.
Mimpi itu terputus. Menyumpah-nyumpah, meski kali ini bangunnya
tidak disertai terjatuh dari ranjang dan kepalanya juga tidak terbentur
kayu jati (Tere, 2012:30).
Tiga tahun melesat tanpa terasa. Tiga tahun yang berat baginya.
Karena bagaimanalah ia harus menjadi saksi kehidupan
menyedihkan anak-asuhnya yang dulu amat dibanggakan. Ribet
menjawab pertanyaan tetangga sekitar, yang nomor satu soal
menggosip. Tak lelah membujuk Karang, bercerita tentang semangat
hidup, mengenang kejadian indah saat masa kanak-kanak mereka
dulu. Percuma! Karang semakin tak bisa dikendalikan. Bagaimana
ia akan bisa? Kalau ia yang berusaha membantunya sudah sesak
duluan melihatnya.
Malam ini, lagi-lagi ia tidak bisa mencegahnya pergi menghabiskan
waktu dengan kesia-siaan. Esok mungkin juga tidak. Bahkan,
mungkin tidak akan pernah bisa.... kesedihan kejadian tiga tahun lalu
itu terlalu menyakitkan. Terlalu! (Tere, 2012:43-44).
Dari kutipan di atas, Ibu-ibu gendut berusaha untuk menghibur Karang,
tetapi Ibu-ibu gendut tidak bisa melakukannya karena kejadian tiga tahun lalu itu
terlalu menyedihkan dan menyakitkan buat Karang.
Karang mencoba bangkit dari masa lalunya yang menyedihkkan dengan
mengajari Melati walaupun pada awalnya ia tidak ingin membantunya.
“Dua belas jam yang lalu, aku sedikitpun tidak tertarik membantu
keluarga Anda, Tuan. Membantu anak ini, apa peduliku? Hanya
akan menghabiskan waktu. Aku sama sekali tidak berniat meski
hanya menjajakkan kaki di rumah mewah kalian. Percuma! Buat apa!
Tapi pagi ini, aku berubah pikiran. Ya! Berubah pikiran begitu saja.
Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

8

Naskah Publikasi 2013

Sedetik yang lalu aku sudah memutuskan membantu anak Anda
(Tere, 2012:104).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa awalnya Karang tidak tertarik untuk
membantu Melati, tetapi setelah melihat keadaan Melati akhirnya Karang
memutuskan untuk membantunya.
Malam ini Karang ingin bisa mengenang semuanya dengan rileks.
Mengenang kembali tubuh-tubuh dingin membeku itu dengan utuh.
Tubuh-tubuh yang mengambang di buasnya lautan. Delapan belas
jumplahnya!
Mengenang wajah Qintan yang menatapnya redup sebelum pergi.
Karang mengusap ujung-ujung matanya. Lihatlah, untuk pertama
kalinya ia bisa bersedih dan lega atas kenangan masa lalu itu.
Menangis dengan air mata…. (Tere, 2012:229).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Karang mulai bisa menerima
kenyataan dan berdamai dengan masa lalunya yang menyedihkan.
Beberapa kutipan di atas menunjukan bahwa Karang merupakan pribadi
yang tidak lekas putus asa. Kepribadiannya itu mampu membuatnya bangkit dari
masa lalunya yang menyedihkan dan mengatasi masalah yang dihadapinya.

2. Pribadi yang Senang Membaca
Karang adalah seorang pemuda biasa yang memiliki jiwa sosial yang luar
biasa kepada anak-anak. Karang mampu ikut merasakan perasaan anak-anak
yang berdiri di depannnya. Ia dengan mudah dapat mendekati anak-anak dan
juga mudah menarik perhatian anak-anak dengan kepandaiannya dalam
bercerita. Karena kecintaannya terhadap anak-anak dan juga kepandaiannya
dalam hal bercerita, ia telah mendirikan belasan Taman Bacaan untuk anakanak di berbagai kawasan di sekitar Ibu Kota. Hal ini dapat terlihat dalam
kutipan berikut.
Anak itu benar-benar tumbuh menjadi seseorang. Masa kecilnya
yang tidak beruntung berubah menjadi dampak positif. Karang
mendirikan belasan Taman Bacaan Anak-anak di ibukota. Selintas
sama seperti rumah singgah milik suaminya dulu, tetapi berbeda
banyak dari sisi penampilan fisik, konsep, dan entahlah. Banyak
yang ia tidak mengerti dari surat-surat Karang, rencana-rencana
hebatnya. Yang ibu-ibu gendut itu mengerti pasti, Karang amat
mencintai anak-anak. Bukan hanya karena wajah menggemaskan

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

9

Naskah Publikasi 2013

mereka. Lebih dari itu, karena janji kehidupan yang lebih baik
tergenggam dalam tangan-tangan mungil mereka (Tere, 2012:42).
Kesukaannya membaca buku, membuat Karang membangun belasan
taman bacaan untuk anak-anak. Hal lini dapat terlihat dalam kutipan berikut.

Menukarnya demi anak-anak. Membangun belasan taman bacaan,
mengajarkan anak-anak sejak kecil betapa indah berbagi, betapa
indah merasa cukup, betapa indah berkerja keras kemudian
bersyukur atas apa pun hasilnya. Ya Tuhan, ia pernah mengenal
perasaan ini. dulu ia tidak mengerti, ketika kuasa langit menukar
seluruh janji jual beli itu dengan kekuatan itu. Jual beli
menguntungkan! (Tere,2012:116).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Karang mendiri belasan taman
bacaan untuk anak didiknya.
Karang ini mendongeng. Persis seperti yang dilakukannya di Taman
Bacaan Anak-anak dulu. “Kak Karang! Kak Karang! Mendongeng.
Mendongeng buat Qintan__” Qintan menggelayut di lengannya.
Wajahnya membujuk penuh harap. Nyengir lebar. “Dongeng apa?”
Karang tertawa menatap wajah imut Qintan. “Ehm…E, e, dongeng
apa, ya?” Qintan mengaruk-garuk rambutnya, berpikir sok dewasa.
Lantas sekejap menyebut sebuah benda.
Karang pendongeng yang baik. Baginya bercerita hanyalah proses
sederhana. Dia membuat cerita apa saja dari sepotong benda.
Memberikan plot dan karakter menarik, juga konteks pelajaran bagi
anak-anak. Anak-anak di Taman Bacaan tahu itu. Mereka tinggal
menyebut sepotong benda, maka Kak Karang akan membuat sebuah
cerita yang indah (Tere,2012:194).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Karang merupakan pendongeng yang
baik. Dari sepotong benda Karang bisa menjadikannya sebuah cerita yang indah
yang membuat anak-anak antusias mendengarkan ceritanya.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas terlihat bahwa Karang sebagai
pribadi yang suka membaca. Sebagai pribadi yang suka membaca, Karang
mendirikan belasan Taman Bacaan. Dia juga merupakan pendongeng yang baik.

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

10

Naskah Publikasi 2013

3. Pribadi yang Berbicara Singkat, tetapi Mantap
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Suharso, 2012), berbicara singkat tetapi
mantap adalah perkataan yang ringkas atau pendek tetapi memiliki arti yang
menguatkan dalam perkataan tersebut. Karang merupakan sosok pemuda yang
tidak banyak berbicara. Perkataannya yang singkat tersebut mengandung arti bila
diucapkan. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.
Karang tertawa. Getir. Tertunduk, Ya! Aku mencintai anak-anak
lebih dari siapa pun. Kata bijak itu benar sekali, terlalu mencintai
seseorang justru akan membunuhnya (Tere, 2012:72).
Kutipan di atas menunjukan bahwa Karang seorang yang tegas. Kata-kata
yang diucapkan sangat menusuk hati yang mendengarnya.
Gerakan tangan Karang membuka pintu terhenti, menoleh
tersinggung, menatap amat tajam ke ibu-ibu gendut, mendesis,
“Omong kosong! Jangan ajari aku soal kesempatan, Ibu…. Jangan
pernah ajari aku tentang penyesalan! Jangan sekali-kali!” (Tere,
2012:90).
Kutipan di atas menunjukan bahwa Karang tidak menyukai perkataan Ibuibu gendut yang mengajarkannya tentang kesempatan dan penyesalan.
Salamah menganguk. Menyeka ingusnya. Menatap wajah Karang
yang masih menatap kosong. Untuk pertama kalinya demi melihat
wajah Karang, Salamah bersimpati kepadanya__ Ia suka dengan
kalimat Karang tentang makna kesempatan tadi. Kesempatan
melempar bola mengenai anak tangga pualam! Itu bisa dibilang 100%
pasti kena (Tere, 2012:174).
Kutipan di atas, menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya Salamah
bersimpati kepada Karang. Salamah menyukai perkataan Karang

mengenai

makna sebuah kesempatan yang ada.
“Maafkan aku, Salamah. Melati mustahil sembuh, itu kenyataan.
Menyakitkan memang.” Karang berkata pelan, “Tetapi ia tetap akan
bisa melihat meski tanpa mata, Salamah. Ia akan tetap bisa
mendengar meski tanpa telinga. Ia bahkan bisa melakukan hal-hal
hebat yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh kita. Yakinlah! Itu pasti
akan terjadi.”
Salamah mengangkat kepalanya. Kalimat Karang yang meski pelan
tetapi bertenaga menusuk hatinya. Penuh janji. Penuh semangat.

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

11

Naskah Publikasi 2013

Salamah menelan ludah, “Maksud Pak Guru, sama… sama seperti
kita melempar bola ke dinding itu?”
Karang mengangguk, tersenyum. Ya! Kesempatannya masih amat
besar. Salamah ikut tersenyum lebar. Mengangguk yakin. Karang
melanjutkan langkahnya. Kali ini tanpa interupsi (Tere, 2012:261).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa perkataan Karang yang pelan, tetapi
bertenaga menusuk hati Salamah. Perkataannya menyakitkan, tetapi mengandung
arti yang besar, membuat orang yang mendengarnya tersentuh hatinya.
Dari beberapa kutipan di atas dapat dilihat bahwa Karang sebagai pribadi
yang berkata singkat, tetapi mantap. Sebagai pribadi yang berkata singkat, tetapi
mantap Karang mampu menyentuh hati seseorang dengan perkataanya walaupun
terkadang terdengar menyakitkan, tetapi penuh janji dan semangat.

Berdasarkan analisis kepribadian Karang dengan menggunakan teori
Heymans di atas, dapat diambil simpulan bahwa Karang memiliki kepribadian
tipe flegmenticity (orang tenang) yang meliputi 1) pribadi yang tidak lekas putus
asa, 2) senang membaca, dan 3) berbicara singkat, tetapi mantap. Dalam hal
berpikir selalu berdasarkan pengalaman sehari-hari dan kepribadiannya yang kuat.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, aspek kepribadian
tokoh Karang dalam novel MBDA karya Tere Liye ini dapat diimplikasikan dalam
pembejaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA kelas XI semester I dengan
standar kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan
pembacaan kutipan/sinopsis novel MBDA karya Tere Liye dan kompetensi dasar,
standart kompetensi, dan kompetensi dasar menerangkan sifat-sifat tokoh dari
kutipan novel MBDA karya Tere Liye yang dibacakan. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ditentukan tersebut sesuai dengan penelitian ini, yaitu
menganalisis struktur novel yaitu sifat tokoh yang dapat dijadikan contoh dan
menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik.

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

12

Naskah Publikasi 2013

Simpulan
Penelitian tentang aspek kepribadian tokoh Karang dalam novel MBDA
dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI didasarkan
pada Standar Kompetensi (SK). Membaca 7. Memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia atau novel terjemahan Kompetensi Dasar (KD): 7.2
Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Dalam hai ini peserta didik dituntun dapat menganalisis unsur instriksik dan
ekstriksik dalam novel.

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

13

Naskah Publikasi 2013

Daftar Pustaka
Ahmad Safi’I . 2012. Aspek Kepribadian Tokoh Utama Alif Fikri dalam Novel
Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Psikologi Sastra dan
Implementasinya sebagai Bahan ajar Sastra Di SMA. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Deviana Evi Eryani. 2012. Aspek Kepribadian tokoh Dila dalam Novel Surat
Buat Themis karya Mira W. Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jabrohim (ed). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya.
Liye, Tere. 2012. Moga Bunda Disayang Allah. Jakarta: Republika.
Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Rajawali Press.
Nunung Yunita Amalya. 2011. Aspek kepribadian Niyala dalam Novel Setetes
Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Psikologi
Sastra. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kuta. 2011. Teori dan Metode Teknik Penelitian Sastra, Cetakan
kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologi. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Suharso dan Ana Retnoningsih.2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Semarang:Widya Karya
http://saffpop.wordpress.com/tere-liye/ . diakses 10 Juni 2013 pukul 10.45 WIB.
http://tanya-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-tere-liye.html.
Juni 2013 pukul 10.50 WIB.

diakses

10

www://sorayaagustina.blogspot.com/tereliye.html. diakses 10 Juni 2013 pukul
10.55 WIB.

Yuli Sulistyowati, PBSID 2009, FKIP-UMS

14

Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di S

6 12 12

KONFLIK BATIN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di S

0 1 12

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH KARANG DALAM NOVEL MOGA Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

0 4 12

BAB I PENDAHULUAN Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

0 1 20

PENUTUP Aspek Kepribadian Tokoh Karang dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

0 1 4

PERUBAHAN MAKNA DALAM NOVEL MOGA BUNDA Perubahan makna dalam Novel Moga Bunda disayang Allah karya Tere-Liye.

0 1 11

PERUBAHAN MAKNA DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG Perubahan makna dalam Novel Moga Bunda disayang Allah karya Tere-Liye.

0 2 15

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LAISA DALAM NOVEL BIDADARI- Aspek Kepribadian Tokoh Laisa Dalam Novel Bidadari -Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

3 10 12

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE: KAJIAN FEMINISME SASTRA.

3 14 36

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE.

0 12 15