LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN 1945
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:53:00 2017 / +0000 GMT
LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN 1945
OLEH : IRTA BAGUS RIANDAMAHASISWA FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS SYIAH KUALATULISAN INI SUDAH
MENDAPATKAN PERSETUJUAN DARI PENULIS BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangLatar Belakang Amandemen
UUD 1945. Dengan berbagai argumentasi dan tuntutan realitas kebangsaan dan demokrasi, maka amandemen harus dilaksanakan.
Namun harus disadari bahwa merubah pandangan rakyat yang sudah cukup lama ditatar bahwa UUD 1945 tidak dapat dirubah
kecuali melalui Referendum, bukanlah pekerjaan mudah dan sederhana. Namun akhirnya kesadaran muncul. Beberapa partai politik
dalam Pemilu 1999 tegas-tegas menyuarakan perlunya amandemen konstitusi. Akhirnya perubahan konstitusi terjadi juga dalam
empat tahapan perubahan, yang disebut dengan Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat. Sejarah Konstitusi kita juga
menunjukkan bahwa UUD 1945 bersifat sementara yang akan disempurnakan bila keadaan sudah aman. Diantara argumentasi yang
mendasari perubahan UUD 1845 tersebut antara lain:1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak
terjadinya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
UUD 19452. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif
(Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden dilengkapi
dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi)
dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu
?luwes? dan ?fleksibel? sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum
di amandemen).4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting
dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai
kehendaknya dalam Undang-undang.5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung
ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek penyelengaraan
negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut: a) Tidak adanya check and balances antar
lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada presiden; b) Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi
masyarakat; c) Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses
tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah; d) Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru
yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoly.UUD 1945 merupakan landasan dasar Nasional dan landasan dasar
Internasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dapat mempertahankan kemerdekaan dan persatuan Indonesia
sampai saat ini. Dalam sistem ketatanegaraan RI , DPR termasuk lembaga tinggi negara bersama Presiden, BPK, dan MA.
Masing-masing lembaga tinggi negara tersebut mempunyai tugas, wewenang, dan hak sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Sistem pemerintahan bukan parlementer, tetapi presidensil. Berdasarkan uraian diatas, maka didalam makalah yang
singkat ini penulis akan coba memaparkan tentang tugas-tugas dan wewenang dari pada lembaga-lembaga tertinggi negara yang ada
di Indonesia setelah amandemen ke-4 UUD'45.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil sebagai
rumusan masalah adalah ? Apa tugas dan wewenang yang diemban oleh lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia
setelah amandemen ke-4 UUD'45?.BAB IIPEMBAHASANA. Amandemen UUD Negara RI Tahun 1945a. Amandemen UUD 1945
telah membawa konsekuensi berubahnya struktur ketatanegaraan di Indonesia.b. Dalam kasus di Indonesia ada beberapa hal yang
menjadi inti dan mempengaruhi banyaknya pembentukkan lembaga negara baru yang bersifat independen.Hal yang Mempengaruhi
Dibentuknya Lembaga Negara yg Baru :a. Tiadanya kredibilitas lembaga yang telah ada akibat suatu asumsi dan bukti mengenai
kasus korupsi yang sistemik dan mengakar yang sulit untuk diberantas.b. Tidak independennya lembaga-lembaga negara yang ada ,
karena satu atau lain hal tunduk di bawah pengaruh satu kekuasaan negara atau kekuasaan lain.c. Ketidakmampuan
lembaga-lembaga negara yang telah ada untuk melakukan tugas yang urgen dalam masa transisi demokrasi karena persoalan
birokrasi dan KKN.d. Adanya pengaruh global dengan pembentukan lembaga negara baru di banyak negara menuju demokrasi.e.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:53:00 2017 / +0000 GMT
Tekanan lembaga-lembaga internasionalPrinsip-Prinsip Pembentukan Lembaga a. Penegasan prinsip konstitusionalisme, yaitu
gagasan yang menghendaki agar kekuasaan para pemimpin dan badan-badan pemerintah yang ada dibatasi. Pembatasan tersebut
dapat diperkuat sehaingga menjadi suatu mekanisme atau prosedur yang tetap, sehingga hak-hak dasar warga negara semakin
terjamin dan demokrasi dapat terjaga.b. Prinsip checks and balance (mengawasi dan mengimbangi), yang menjadi roh bagi
pembangunan dan pengembangan demokrasi. Untuk itu pembentukan organ kelembagaan negara harus bertolak dari kerangka dasar
sistem UUD 1945 yang mengarah ke separation of power ( pemisahan kekuasaan).c. Prinsip integrasi, dalam arti bahwa
pembentukan lembaga negara tidak bisa dilakukan secara parsial, keberadaannya harus dikaitkan dengan lembaga lain yang telah
ada dan eksis. Pembentukan lembaga negara harus disusun sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan proses yang saling
mengisi dan memperkuat, serta harus jelas kepada siapa lembaga tersebut haarus bertanggung jawab.d. Prinsip kemanfaatan bagi
masyarakat, yaitu pembentukan lembaga negara bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan warganya dan menjamin hak-hak dasar
yang dijamin konstitusi.Tiga Jalur Pembentuk Lembaga Negara. Berdasar UUD 1945 terdiri dari : MPR, DPR, DPD, Presiden,
MA,BPK,Kementerian Negara, Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, DPRD Propinsi, DPRD
Kabupaten dan Kota, KPU, KY, MK,bank sentral, TNI, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Dewan Pertimbangan
Presiden.Berdasar UU terdiri dari :Komnas HAM, KPK, KPI, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi, Komnas Anak, Komisi Kepolisian, Komisi Kejaksaan, Dewan Pers, dan Dewan Pendidikan. Berdasar Keputusan
Presiden terdiri dari :Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Hukum Nasional, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Permpuan,Komisi Pengawas Kekayaan Penyelenggara Negara, Dewan Maritim, Dewan Ekonomi Nasional, Dewan Industri
Strategis, Dewan Pengembangan Usaha Nasional, dan Dewan Buku Nasional.B. Lembaga Negara Yang Kedudukan dan
Kewenangannya Setara dalam UUD 19451. Presiden dan Wakil Presiden,2. DPR,3. DPD,4. MPR, 5. BPK, 6. MA, 7. KY, 8. MK. 1.
Presiden dan Wakila. Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelumnya yang dipilih oleh MPR; UUD 1945
sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol
atau gabungan parpol peserta pemilu. Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan Wapres dipilih oleh rakyat, mereka
mempunyai legitimasi yang sangat kuat.b. Hal ini diatur dalam pasal 7A UUD 1945 : Presiden dan/ atau Wakil Presiden hanya
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, tau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan /atau Wakil Presiden.2. Dewan Perwakilan Rakyata. Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat
dan dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang merupakan karakteristik sebuah
lembaga legislatif.b. Hal ini membalik rumusan sebelum perubahan yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan DPR terutama ketika berhubungan dengan Presiden.3. Dewan
Perwakilan Daeraha. Jika DPR merupakan lembaga perwakilan yang mencerminkan perwakilan politik (political representation),
maka DPD merupakan lembaga perwakilan yang mencerminkan perwakilan daerah (territorial reprentation). Keberadaan DPD
terkait erat dengan aspirasi dan kepentingan daerah agar prumusan dan pengambilan keputusan nasisonal mengenai daerah, dapat
mengakomodir kepentingan daerah selain karena mendorong percepatan demokrasi, pembangunan, dan kemajuan daerah.b. Sebagai
lembaga legislatif, DPD mermpunyai kewenangan di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan sseperti halnya
DPR. Hanya saja konstitusi menentukan kewenangan itu terbatas tidak sama dengan yang dimiliki DPR. Di bidang legislasi,
wewenang DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR; RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.4. Majelis Permusyawaratan Rakyata. Keberadaan MPR pasca
perubahan UUD 1945 telah sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi melaksanakan sepenuhnya kedaulatan
rakyat dan tidak lagi berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden.b. Sekarang MPR menurut UUD 1945 adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan pokok
yang terbatas, yaitu :? Mengubah dan menetapkan UUD? Melantik Presiden dan/atau Wapres? Memberhentikan Presiden dan/atau
Wapres dalam masa jabatannya menurut UUD5. Badan Pemeriksa Keuangana. Melalui perubahan konstitusi keberadaan BPK
diperkukuh, antara lain ditegaskan tentang kebebasan dan kemandirian BPK, suatu hal yang mutlak ada untuk sebuah lembaga
negara yang melaksanakan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil kerja BPK diserahkan
kepada DPR, DPD, dan DPRD serta ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atauu badan sesuai dengan UU. Untuk
memperkuat jangkauan wilayah pemeriksaan, BPK memiliki perwakilan di setiap Propinsi.6. Mahkamah Agunga. Dalam perubahan
UUD 1945 pengaturan mengenai MA lebih diperbanyak lagi, antar lain ditentukan kewenangan MA adalah mengadili pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang ?undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang. Selain itu juga mengatur rekrutmen hakim agung yang diusulkan KY kepada DPR untuk
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:53:00 2017 / +0000 GMT
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.7. Komisi Yudisiala. Lembaga negara yang
termasuk baru ini mempunyai ruang lingkup tugas yang terkait erat dengan kekuasaan kehakiman (yudikatif). Tugas utama KY
adalah mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim.8. Mahkamah Konstitusia. Salah satu materi perubahan UUD 1945 adalah
dibentuknya lembaga baru MK. Pembentukan lembaga baru ini dimaksudkan sebagai pengawal konstitusi untuk menjamin agar
proses demokratisasi di Indonesia dapat berjalan lancar dan sukses. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan tugas konstitusionalnya
yang diarahklan kepada terwujudnya penguatan checks and balances antar cabang kekuasaan negara dan perlindungan dan jaminan
pelaksanaan hak-hak konstitusional warga negara sebagaimana telah diatur dalam UUD.Kewenangan MK sbg Pengawal
Konstitusia. Melakukan pengujian undang-undang terhadap UUDb. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUDc. Memutus pembubaran partai politikd. Memutus perselisihan hasil pemilihan umume.
Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianantan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wapres
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wapres.Hubungaan Antar Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945a.
Hubungan yang bersifat Fungsionalb. Hubungan yang bersifat Pengawasanc. Hubungan yang berkaitan dengan Penyelesaian
Sengketad. Hubungan yang bersifat Pelaporan atau PertanggungjawabanHubungan yang Bersifat Fungsionala. Hubungan antara
DPR/DPD dengan Presiden dalam membuat UU dan APBN, juga untuk menyampaikan usul, pendapat, serta imunitasb. Hubungan
antara DPR dengan DPD dalam membuat peraturan atau kebijakan yang berhubungan dengan otonomi daerahc. Hubungan antara
KY, DPR, dan Presiden dalam pengangkatan hakim (dalam konteks memberikan rekomendasi)d. BPK dengan lembaga negara lain (
terutama Presiden dan Menteri-menteri) dalam penyelenggaraan keuangan lembaga-lembaga tersebute. KPU dengan Pemerintah
dalam penyelenggaraan Pemiluf. Komisi Hukum Nasional (KHN) dengan Presiden untuk memberikan pendapat tentang kebijakan
hukum dan masalah-masalah hukum serta membantu Presiden sebagai penitia pengarah dalam mendesain pembaruan hukumg. KPK
dengan Kepolisian dan Kejaksaan Agung dalam melakukan penyelidikan atas adanya dugaan korupsiHubungan yang Bersifat
Pengawasana. Hubungan antara Presiden dengan DPR dalam melaksanakan pemerintahanb. Hubungan antara DPD dengan
Pemerintah Pusat dan Daerah, khususnya dalam pelaksanaan otonomi daerahc. MA dengan Presiden, untuk menguji peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-undangd. MK dengan DPR/DPD dan Presiden ( sebagai pembentuk UU ), untuk menguji
konstitusionalitas UUe. KPK dengan Pemerintahf. Komisi Ombudsman Nasional dengan Pemerintah dan Aparatur Pemerintah,
Aparat Lembaga Negara serta lembaga penegak hukum dan peradilan, dalam pelaksanaan pelayanan umum agar sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan yang baik ( good governance)Hubungan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Sengketaa. MK dengan
lembaga-lembaga negara lain, untuk menyelesaiakn sengketa kewenangan antar lembaga Negarab. MK dengan penyelenggara
pemilu untuk menyelesaikan perselisihan hasil pemiluHubungan yang Bersifat Pelaporan atau Pertanggungjawabana. DPR/DPD
dalam lembaga MPR dengan Presidenb. DPR dengan komisi-komisi negara seperti Komnas HAM, Komisi Ombudsman Nasional,
KPK, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Komisi Anti Kekerasan terhadap Perempuanc. Presiden dengan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, Komisi Perlindungan Anak IndonesiaBAB IIIPENUTUPC. KesimpulanSaya telah menguraikan
perubahan-perubahan mendasar sistem ketatanegaraan kita pasca amandemen UUD 1945. Penerapan perubahan itu, baik dalam
merumuskan undang-undang pelaksanaanya, maupun penerapannya dalam praktik, tidaklah mudah. Sebagian besar undang-undang
pelaksanaannya, kecuali undang-undang tentang kementerian negara seperti saya katakan tadi, telah selesai disusun. Namun, masih
mengandung banyak kelemahan dan kekurangan, sehingga perlu untuk terus-menerus disempurnakan. Kesulitan merumuskan
undang-undang pelaksanaannya itu, seringkali pula disebabkan oleh ketidakjelasan rumusan pasal-pasal UUD 1945 pasca
amandemen. Bahasa yang digunakan kerapkali bukan bahasa hukum, seperti istilah tindak pidana berat dan perbuatan tercela yang
dapat dijadikan sebagai alasan impeachment kepada Presiden dan Wakil Presiden. Sistematika perumusan pasal-pasal juga
menyulitkan penafsiran sistematis. Hal ini disebabkan oleh keengganan MPR untuk menambah jumlah pasal UUD 1945, dan
merumuskan ulang seluruh hasil amandemen itu secara sistematis.Tentu saja penerapan dan pelaksanaan sebuah undang-undang
dasar akan sangat dipengaruhi oleh situasi perkembangan zaman, serta kedewasaan bernegara para pelaksananya. Adanya semangat
para penyelenggara negara yang benar-benar berjiwa kenegerawanan, sangatlah mutlak diperlukan untuk mengatasi kekurangan dan
kelemahan rumusan sebuah undang-undang dasar. Tanpa itu, undang-undang dasar yang baik dan sempurna pun, dapat
diselewengkan ke arah yang berlawanan. Namun, apapun juga, amandemen konstitusi itu telah terjadi, dan menjadi bagian sejarah
perjalanan bangsa ke depan. Saya hanya berharap, semoga perubahan itu membawa perjalanan bangsa dan negara kita ke arah yang
lebih baik.DAFTAR PUSTAKA SILAHKAN| DOWNLOAD DISNI |alternatif link| DOWNLOAD DISNI |
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/3 |
Export date: Sun Sep 3 4:53:00 2017 / +0000 GMT
LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN 1945
OLEH : IRTA BAGUS RIANDAMAHASISWA FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS SYIAH KUALATULISAN INI SUDAH
MENDAPATKAN PERSETUJUAN DARI PENULIS BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangLatar Belakang Amandemen
UUD 1945. Dengan berbagai argumentasi dan tuntutan realitas kebangsaan dan demokrasi, maka amandemen harus dilaksanakan.
Namun harus disadari bahwa merubah pandangan rakyat yang sudah cukup lama ditatar bahwa UUD 1945 tidak dapat dirubah
kecuali melalui Referendum, bukanlah pekerjaan mudah dan sederhana. Namun akhirnya kesadaran muncul. Beberapa partai politik
dalam Pemilu 1999 tegas-tegas menyuarakan perlunya amandemen konstitusi. Akhirnya perubahan konstitusi terjadi juga dalam
empat tahapan perubahan, yang disebut dengan Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat. Sejarah Konstitusi kita juga
menunjukkan bahwa UUD 1945 bersifat sementara yang akan disempurnakan bila keadaan sudah aman. Diantara argumentasi yang
mendasari perubahan UUD 1845 tersebut antara lain:1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak
terjadinya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
UUD 19452. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif
(Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden dilengkapi
dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi)
dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu
?luwes? dan ?fleksibel? sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum
di amandemen).4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting
dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai
kehendaknya dalam Undang-undang.5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung
ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek penyelengaraan
negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut: a) Tidak adanya check and balances antar
lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada presiden; b) Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi
masyarakat; c) Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses
tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah; d) Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru
yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoly.UUD 1945 merupakan landasan dasar Nasional dan landasan dasar
Internasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dapat mempertahankan kemerdekaan dan persatuan Indonesia
sampai saat ini. Dalam sistem ketatanegaraan RI , DPR termasuk lembaga tinggi negara bersama Presiden, BPK, dan MA.
Masing-masing lembaga tinggi negara tersebut mempunyai tugas, wewenang, dan hak sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Sistem pemerintahan bukan parlementer, tetapi presidensil. Berdasarkan uraian diatas, maka didalam makalah yang
singkat ini penulis akan coba memaparkan tentang tugas-tugas dan wewenang dari pada lembaga-lembaga tertinggi negara yang ada
di Indonesia setelah amandemen ke-4 UUD'45.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil sebagai
rumusan masalah adalah ? Apa tugas dan wewenang yang diemban oleh lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia
setelah amandemen ke-4 UUD'45?.BAB IIPEMBAHASANA. Amandemen UUD Negara RI Tahun 1945a. Amandemen UUD 1945
telah membawa konsekuensi berubahnya struktur ketatanegaraan di Indonesia.b. Dalam kasus di Indonesia ada beberapa hal yang
menjadi inti dan mempengaruhi banyaknya pembentukkan lembaga negara baru yang bersifat independen.Hal yang Mempengaruhi
Dibentuknya Lembaga Negara yg Baru :a. Tiadanya kredibilitas lembaga yang telah ada akibat suatu asumsi dan bukti mengenai
kasus korupsi yang sistemik dan mengakar yang sulit untuk diberantas.b. Tidak independennya lembaga-lembaga negara yang ada ,
karena satu atau lain hal tunduk di bawah pengaruh satu kekuasaan negara atau kekuasaan lain.c. Ketidakmampuan
lembaga-lembaga negara yang telah ada untuk melakukan tugas yang urgen dalam masa transisi demokrasi karena persoalan
birokrasi dan KKN.d. Adanya pengaruh global dengan pembentukan lembaga negara baru di banyak negara menuju demokrasi.e.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:53:00 2017 / +0000 GMT
Tekanan lembaga-lembaga internasionalPrinsip-Prinsip Pembentukan Lembaga a. Penegasan prinsip konstitusionalisme, yaitu
gagasan yang menghendaki agar kekuasaan para pemimpin dan badan-badan pemerintah yang ada dibatasi. Pembatasan tersebut
dapat diperkuat sehaingga menjadi suatu mekanisme atau prosedur yang tetap, sehingga hak-hak dasar warga negara semakin
terjamin dan demokrasi dapat terjaga.b. Prinsip checks and balance (mengawasi dan mengimbangi), yang menjadi roh bagi
pembangunan dan pengembangan demokrasi. Untuk itu pembentukan organ kelembagaan negara harus bertolak dari kerangka dasar
sistem UUD 1945 yang mengarah ke separation of power ( pemisahan kekuasaan).c. Prinsip integrasi, dalam arti bahwa
pembentukan lembaga negara tidak bisa dilakukan secara parsial, keberadaannya harus dikaitkan dengan lembaga lain yang telah
ada dan eksis. Pembentukan lembaga negara harus disusun sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan proses yang saling
mengisi dan memperkuat, serta harus jelas kepada siapa lembaga tersebut haarus bertanggung jawab.d. Prinsip kemanfaatan bagi
masyarakat, yaitu pembentukan lembaga negara bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan warganya dan menjamin hak-hak dasar
yang dijamin konstitusi.Tiga Jalur Pembentuk Lembaga Negara. Berdasar UUD 1945 terdiri dari : MPR, DPR, DPD, Presiden,
MA,BPK,Kementerian Negara, Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, DPRD Propinsi, DPRD
Kabupaten dan Kota, KPU, KY, MK,bank sentral, TNI, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Dewan Pertimbangan
Presiden.Berdasar UU terdiri dari :Komnas HAM, KPK, KPI, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi, Komnas Anak, Komisi Kepolisian, Komisi Kejaksaan, Dewan Pers, dan Dewan Pendidikan. Berdasar Keputusan
Presiden terdiri dari :Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Hukum Nasional, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Permpuan,Komisi Pengawas Kekayaan Penyelenggara Negara, Dewan Maritim, Dewan Ekonomi Nasional, Dewan Industri
Strategis, Dewan Pengembangan Usaha Nasional, dan Dewan Buku Nasional.B. Lembaga Negara Yang Kedudukan dan
Kewenangannya Setara dalam UUD 19451. Presiden dan Wakil Presiden,2. DPR,3. DPD,4. MPR, 5. BPK, 6. MA, 7. KY, 8. MK. 1.
Presiden dan Wakila. Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelumnya yang dipilih oleh MPR; UUD 1945
sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol
atau gabungan parpol peserta pemilu. Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan Wapres dipilih oleh rakyat, mereka
mempunyai legitimasi yang sangat kuat.b. Hal ini diatur dalam pasal 7A UUD 1945 : Presiden dan/ atau Wakil Presiden hanya
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, tau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan /atau Wakil Presiden.2. Dewan Perwakilan Rakyata. Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat
dan dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang merupakan karakteristik sebuah
lembaga legislatif.b. Hal ini membalik rumusan sebelum perubahan yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan DPR terutama ketika berhubungan dengan Presiden.3. Dewan
Perwakilan Daeraha. Jika DPR merupakan lembaga perwakilan yang mencerminkan perwakilan politik (political representation),
maka DPD merupakan lembaga perwakilan yang mencerminkan perwakilan daerah (territorial reprentation). Keberadaan DPD
terkait erat dengan aspirasi dan kepentingan daerah agar prumusan dan pengambilan keputusan nasisonal mengenai daerah, dapat
mengakomodir kepentingan daerah selain karena mendorong percepatan demokrasi, pembangunan, dan kemajuan daerah.b. Sebagai
lembaga legislatif, DPD mermpunyai kewenangan di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan sseperti halnya
DPR. Hanya saja konstitusi menentukan kewenangan itu terbatas tidak sama dengan yang dimiliki DPR. Di bidang legislasi,
wewenang DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR; RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.4. Majelis Permusyawaratan Rakyata. Keberadaan MPR pasca
perubahan UUD 1945 telah sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi melaksanakan sepenuhnya kedaulatan
rakyat dan tidak lagi berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden.b. Sekarang MPR menurut UUD 1945 adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan pokok
yang terbatas, yaitu :? Mengubah dan menetapkan UUD? Melantik Presiden dan/atau Wapres? Memberhentikan Presiden dan/atau
Wapres dalam masa jabatannya menurut UUD5. Badan Pemeriksa Keuangana. Melalui perubahan konstitusi keberadaan BPK
diperkukuh, antara lain ditegaskan tentang kebebasan dan kemandirian BPK, suatu hal yang mutlak ada untuk sebuah lembaga
negara yang melaksanakan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil kerja BPK diserahkan
kepada DPR, DPD, dan DPRD serta ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atauu badan sesuai dengan UU. Untuk
memperkuat jangkauan wilayah pemeriksaan, BPK memiliki perwakilan di setiap Propinsi.6. Mahkamah Agunga. Dalam perubahan
UUD 1945 pengaturan mengenai MA lebih diperbanyak lagi, antar lain ditentukan kewenangan MA adalah mengadili pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang ?undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang. Selain itu juga mengatur rekrutmen hakim agung yang diusulkan KY kepada DPR untuk
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/3 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:53:00 2017 / +0000 GMT
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.7. Komisi Yudisiala. Lembaga negara yang
termasuk baru ini mempunyai ruang lingkup tugas yang terkait erat dengan kekuasaan kehakiman (yudikatif). Tugas utama KY
adalah mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim.8. Mahkamah Konstitusia. Salah satu materi perubahan UUD 1945 adalah
dibentuknya lembaga baru MK. Pembentukan lembaga baru ini dimaksudkan sebagai pengawal konstitusi untuk menjamin agar
proses demokratisasi di Indonesia dapat berjalan lancar dan sukses. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan tugas konstitusionalnya
yang diarahklan kepada terwujudnya penguatan checks and balances antar cabang kekuasaan negara dan perlindungan dan jaminan
pelaksanaan hak-hak konstitusional warga negara sebagaimana telah diatur dalam UUD.Kewenangan MK sbg Pengawal
Konstitusia. Melakukan pengujian undang-undang terhadap UUDb. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUDc. Memutus pembubaran partai politikd. Memutus perselisihan hasil pemilihan umume.
Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianantan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wapres
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wapres.Hubungaan Antar Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945a.
Hubungan yang bersifat Fungsionalb. Hubungan yang bersifat Pengawasanc. Hubungan yang berkaitan dengan Penyelesaian
Sengketad. Hubungan yang bersifat Pelaporan atau PertanggungjawabanHubungan yang Bersifat Fungsionala. Hubungan antara
DPR/DPD dengan Presiden dalam membuat UU dan APBN, juga untuk menyampaikan usul, pendapat, serta imunitasb. Hubungan
antara DPR dengan DPD dalam membuat peraturan atau kebijakan yang berhubungan dengan otonomi daerahc. Hubungan antara
KY, DPR, dan Presiden dalam pengangkatan hakim (dalam konteks memberikan rekomendasi)d. BPK dengan lembaga negara lain (
terutama Presiden dan Menteri-menteri) dalam penyelenggaraan keuangan lembaga-lembaga tersebute. KPU dengan Pemerintah
dalam penyelenggaraan Pemiluf. Komisi Hukum Nasional (KHN) dengan Presiden untuk memberikan pendapat tentang kebijakan
hukum dan masalah-masalah hukum serta membantu Presiden sebagai penitia pengarah dalam mendesain pembaruan hukumg. KPK
dengan Kepolisian dan Kejaksaan Agung dalam melakukan penyelidikan atas adanya dugaan korupsiHubungan yang Bersifat
Pengawasana. Hubungan antara Presiden dengan DPR dalam melaksanakan pemerintahanb. Hubungan antara DPD dengan
Pemerintah Pusat dan Daerah, khususnya dalam pelaksanaan otonomi daerahc. MA dengan Presiden, untuk menguji peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-undangd. MK dengan DPR/DPD dan Presiden ( sebagai pembentuk UU ), untuk menguji
konstitusionalitas UUe. KPK dengan Pemerintahf. Komisi Ombudsman Nasional dengan Pemerintah dan Aparatur Pemerintah,
Aparat Lembaga Negara serta lembaga penegak hukum dan peradilan, dalam pelaksanaan pelayanan umum agar sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan yang baik ( good governance)Hubungan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Sengketaa. MK dengan
lembaga-lembaga negara lain, untuk menyelesaiakn sengketa kewenangan antar lembaga Negarab. MK dengan penyelenggara
pemilu untuk menyelesaikan perselisihan hasil pemiluHubungan yang Bersifat Pelaporan atau Pertanggungjawabana. DPR/DPD
dalam lembaga MPR dengan Presidenb. DPR dengan komisi-komisi negara seperti Komnas HAM, Komisi Ombudsman Nasional,
KPK, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Komisi Anti Kekerasan terhadap Perempuanc. Presiden dengan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, Komisi Perlindungan Anak IndonesiaBAB IIIPENUTUPC. KesimpulanSaya telah menguraikan
perubahan-perubahan mendasar sistem ketatanegaraan kita pasca amandemen UUD 1945. Penerapan perubahan itu, baik dalam
merumuskan undang-undang pelaksanaanya, maupun penerapannya dalam praktik, tidaklah mudah. Sebagian besar undang-undang
pelaksanaannya, kecuali undang-undang tentang kementerian negara seperti saya katakan tadi, telah selesai disusun. Namun, masih
mengandung banyak kelemahan dan kekurangan, sehingga perlu untuk terus-menerus disempurnakan. Kesulitan merumuskan
undang-undang pelaksanaannya itu, seringkali pula disebabkan oleh ketidakjelasan rumusan pasal-pasal UUD 1945 pasca
amandemen. Bahasa yang digunakan kerapkali bukan bahasa hukum, seperti istilah tindak pidana berat dan perbuatan tercela yang
dapat dijadikan sebagai alasan impeachment kepada Presiden dan Wakil Presiden. Sistematika perumusan pasal-pasal juga
menyulitkan penafsiran sistematis. Hal ini disebabkan oleh keengganan MPR untuk menambah jumlah pasal UUD 1945, dan
merumuskan ulang seluruh hasil amandemen itu secara sistematis.Tentu saja penerapan dan pelaksanaan sebuah undang-undang
dasar akan sangat dipengaruhi oleh situasi perkembangan zaman, serta kedewasaan bernegara para pelaksananya. Adanya semangat
para penyelenggara negara yang benar-benar berjiwa kenegerawanan, sangatlah mutlak diperlukan untuk mengatasi kekurangan dan
kelemahan rumusan sebuah undang-undang dasar. Tanpa itu, undang-undang dasar yang baik dan sempurna pun, dapat
diselewengkan ke arah yang berlawanan. Namun, apapun juga, amandemen konstitusi itu telah terjadi, dan menjadi bagian sejarah
perjalanan bangsa ke depan. Saya hanya berharap, semoga perubahan itu membawa perjalanan bangsa dan negara kita ke arah yang
lebih baik.DAFTAR PUSTAKA SILAHKAN| DOWNLOAD DISNI |alternatif link| DOWNLOAD DISNI |
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/3 |