Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi Anak
p
ffiffi
HH*
11 ;- .rq111-,
1,;i1iti.:i.i:,'7:ir-t
.t,:-t;,-'ljrjl.l.tarl E,Ltl':.;r
i. /
-(
'tt
'i
,,i.-:
H$&
'll
,
i;:,
,ri:.g -i-.tlpitiit::rii.iil
i(uii ,t-ll' Sekc lal'i ji iin,i,i
m,
d**
ffi,H
;n{irrs
ii
,, '_-i:.l,.i
T'-_llr.i1;,.,;a,
'ir,.l1,:, 1rel.l.r-
l,l -,:;l.ri!.ii t r i,r4tt:,"ji: l
!.il-r-,i,.r,1
[:'tn.,reciiaarr lF'a:tilitas,jtr:rll:ir-'y':.r-ll-. ir/ii;itrr,1,i;,lrriri ]i;,.rr Arset;,r-iill.;r s il-trlia'bet
L-l
,,)
al
pa,,ra.
Seklia.lir
dalarr-L lPiln.]--re;r.rlrlk-::n .jl.:.,
l,,zit'nrL:utja"y'aka,i',1 l"..llriei
ll-rtri:i Fl'oiesl
:lj
.
,'
--
L-
,'
,, ilr. iii
':ltrai i(oniltir,r,-l t:-ilaii:ii,, Iret,::.r.1ia,-i
.1
it,c,rrlbeLatiar,:i.1.:r
,-r- li:: ,r,
_
)
t,
1; t
"..,
i
Plolj:1cm" Da"l.i-lpak-, clan Solusi 'Ira.,:l,.riirrmLa:,,1 Lrl'L,ir'1"-rila.i Ag;.r-i'riil pad:i Arl;t'k .jra:;el,.ci rir
ill
lPen"u ir-l
ii
F
gnyar Fen
sensi
id i
I
a
di
rjilka,r
lui
ora
i ele i an r Xtrl'rsoerti
l bau i Anal,.
Sek
r,a''i jaL:;iu'
1' K,-ebi j r1n-;r r,'
ffi*li'r*rh:$*
r,&K&.,LY&*$ eLffitr pr$sffi$ffiIK&ru &"rrurwffiffis|il&s rumsrrux
..
v*il,\,AlrAH :A
dinomiko
PENDIDII(AN
MAJALAH ILMU PENDIDIKAN No. 01/Th. IV Mei 2007
Pelindung dan Penasihat
Penanggung Jawab
Pemimpin Redaksi
Wakil Pemimpin Redaksi
Sekretaris Redaksi
Muh. Farozin, M Pd.
Tatang M. Amirin, IVI.SI.
Prof. Suyata, Ph.D.
Sumarno, Ph.D.
Eko Budi Prasetyo, M.Pd.
Rosita Endang Kusmaryani, M.Si.
Anggota Redaksi
:
Prof. Dr. Siti Partini Suardiman
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
FX. Sudarsono, Ph.D.
Prof. Dr. Noeng Muhadjir (UAD Yog,,akarta)
Prof. Dr. M. Sastrapratedja, SJ. (Universitas Sugiyopranoto Semarang)
Dwi Siswoyo, M.Hum.
Dr. C. Asri Budiningsih
Dr. A. Dardiri
Edi Purwanta, M.Pd.
Tata Letak
Tata Usaha/Pelaksana
: Setya Raharja, M.Pd.
: Rumijan, SIP/Ratna Ekawati, A.Md.
Alamat Redaksi
FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Karangmalang, Yogyakarta. 55281
Telp. 027 4 586168. pesw. 22L 223. F ax. 027 4 54061 1
E - m ail. fiprury@tpgy qla; a n t a t. a. n e r.
Redaksi menerima tulisan masalah pendidikan Tu-isar bel:::t:emah
dipublikasikan, dengan panjang lebih k-uran_s l-i h:r:r::: k:,::... iteri* spasi
ganda, tulisan disusun dengan sistematil:: .Tl:.;-. i.:.:::r. P;:;::--u:n.
Pembahasan, Penulup. dan Daftar Pustar:.. T..--s:r ;--c::,,,,:, j::;,:. l_-rcarl.
S3.-
*r
-.11I- .
;
ISSN:0853-15lX
Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XIY
lMei
2007
DAFTAR ISI
Kepemimpinan yang Amanah
Oleh:ThtangM.Amirin
Pendidikan Etika yang Terpinggirkan dan Terlupakan
Oleh: Fx. Sudarsono
t2
Pengembangan Pembelaj aran Berbasis Kompetensi Bervisi
Moral di Sekolah
Oleh:AnikGhufron*)
Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi Anak
Kultur Sekolahyang Kondusif bagi Pengembangan Moral Siswa
Oleh:fuiefaEfianingrum"
24
ffi'''
45
Penyediaan Fasilitas Publik yang Manusiawi
Bagi Aksesibilitas Difabel
Oleh:MujiminWM.
60
Upaya Sekolah dalam Pembenttkan SelfEsteem Siswa melalui
Pembelajaran
Oleh:RahmaniaUtari*
76
Membudayakan Ni lai-nilai Komitmen terhadap Pekerj aan dalam
Upaya Menegakkan Etika Profesi
Oleh: Rosita Endang Kusmaryani
90
Problem, Dampak, dan Solusi Transformasi Nilai-nilai Agama
padaAnak Prasekolah
Oleh : KartikaNur Fathiyatr
102
Pentingnya Pendidikan Moral bagi Anak Sekolah Dasar
Oleh: Sigit Dwi Kusratrmadi
fi7
Esensi Nilai dalam Perspektif Kebijakan
Oleh: Sudiyono
127
Dinamika Pendidikan No.
34
1
/ Th. XtV / Mei 2OO7
KEMITRAAN SEKOLAH DAN KELUARGA
DALAM PENDIDIKAN MORAL BAGI ANAK
Oleh : Tina Rahmawati, S.Pd3
Abstract
The quality of our next generation and citizens depends,
partly on hou, our schools
prepare them through curriculum development and implementation. One of the
important thing the school should prepare is moral education, since it is one of the
means of nations and character building. Our nation and country needs moral
citizens, scholars, and also leaders to be a prosperous and justice nation.
It is not only school that have responsibility for character and moral building.
School, community, and parents should act cooperatively in children moral
education. The moral atmosphere at home, school and community should be created
to give the chance for children to observe and imitate. Moral education, however,
will not be ffictive through lecturing alone. Parents, teachers, comntunity leaders
and government afficials should be a model of moral behavior.
Keyu
ord : moral
educat ion, school-parents-communi ty c ooperat i on, n ode
I
1. Pendahuluan
Kondisi masyarakat Indonesia saat
ini
menunjukkan bahwa telah terjadi
kegoncangan yang cukup mengerikan dalam perkembangan peradaban bangsa kita.
Nilai-nilai fundamental seperti penghargaan atas hak hidup seseorang ternyata
sudah
tidak lagi dijadikan landasan dalam bertindak oleh berbagai kelompok masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Kondisi yang sangat menyedihkan tersebut diatas masih
ditambah dengan merosotnya moralitas sebagian masyarakat dalam bentuk
i.
ketergantungan pada narkotika dan obat terlarang. Norma-norma hubungan antara
pria dan wanita yang bukan makhromnya juga sering dilanggar. Demikian juga nilai-
Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XtV /
Mei
20A7
35
nilai kejujuran tampak seakan-akan telah terkubur
oreh kebohongan dan tipu daya.
Melihat perkembangan dunia saat ini, setiap
bangsa membutuhkan kualitas
manusianya yang mampu bersaing, mampu
menghadapi berbagai tantangan dan
mampu memecahkan berbagai masalah yang
timbul dari berbagai tuntutan global.
Bahkan anak dituntut untuk menguasai akan
keterampilan dasar (membaca, menulis.
menutur, menyimak, dan menghitung yang
sesuai dengan tingkat pendidikan masingmasing).
Karena permasalahan yang ditemukan dalam
era globalisasi saat ini juga
makin kompleks, maka keterampilan berpikir seperti
berpikir kreatif, mampu
mengambil keputusan, terampil memecahkan masalah,
mampu menalar, dan
mengetahui cara belajar (lerning how to learn) perlu
dikuasai dengan baik. Dengan
diaplikasikannya teknologi pada semua bidang
kehidupan maka terjadilah sistem
informasi yang yang tak mengenal batas (borderless
information). Akibatnya dunia
menjadi sempit namun kita dituntut memiliki wawasan
luas untuk mampu berenang
didalamnya.
Keadaan tersebut sudah barang tentu dapat membuat
tidak tenang, dan
bahkan meresahkan setiap orang, yang peduli pada
pendidikan anak. Sebenarnya
permasalahan nilai-nilai moral spiritual
sekarang ini bukan mutlak
milik Indonesia
akan tetapi hampir seluruh negara mengalaminya.
2' Pendidikan morar dan spirituar sebagai ungguran
sekorah
Nilai atau value adalah suatu patokan yang menjadi standar
bagi suatu
'Dosen Jurusan Ap, prodi Manajemen pendidikan Flp UNy
36
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XtV / Mei
ZOOT
masyarakat tentang peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat
tersebut (lokal,
nasional maupun internasionar), mengenai apa yang boreh dan apa yang
dilarang
dilakukan oleh anggotanya, termasuk semua taboo dan anjuran yang
harus
dilaksanakan baik secara formal maupun informal.
Teori
Ki
Hadjar Dewantara mengenai pentingnya pendidikan nilai-nilai
spiritual, yang disebut dengan budi pekerti, dalam keluarga, dengan
ibu sebagai
pendidik utama, sampai sekarang
ini
ternyata tetap berlaku. Setiap masyarakat
memiliki tata nilai dan wisdom (kebijaksanaan) yang digunakan agar masyarakatnya
dapat berfungsi. Karena itu tata nilai erat sekali hubungannya dengan
budaya yang
berlaku di masyarakat tersebut.
Bagi suatu masyarakat, nilai bisa saja berasal dari nilai-nilai agama yang
dianut oleh anggotanya, undang-undang atau peraturan yang dikenakan oleh
pemerintah (formal), tetapi bisa juga
nilai yang hanya berlaku pada
masyarakat yang terbatas serta bersifat informal. Nilai-nilai
anggota
itu sendiri ada yang
bersifat hakiki yang menyangkut dasar-dasar kemanusiaaan dan berlaku secara
universal, namun ada yang sangat spesifik yang hanya bersifat lokal.
Masih banyak orang mempertanyakan keberhasilan sekolah pendidikan
agama
di sekolah' Hal ini terjadi karena banyaknya terjadi tawuran antar siswa yang
tidak jarang memamakan korban jiwa, pelanggaran susila, penggunaan
obat terlarang
dan minuman keras
di
kalangan sekolah, bahkan kasus Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) di semua sektor masyarakat merupakan isyarat masih lemahnya
kendali nilai moral di dalam diri seseorang.
Pentingnya pendidikan nilai-nilai moral spiritual
di
sekolah akhir-akhir ini
37
Dinamika Pendidikan No. 1lTh.XlV / Mei 2007
memperoleh respon positif dari masyarakat luas dan orang tua siswa. Para pakar
pendidikan pada umumnya sependapat bahwa sebagai lembaga pendidikan maka
sekolah hendaknya mampu memberikan pendidkan yang efektif dan sistematis untuk
menanamkan nilai-nilai moral spiritual pada seluruh siswanya; terlepas dari apakah
pendidikan moral atau apapun namanya itu menjadi mata pelajaran tersendiri atau
tidak menjadi mata pelajaran tersendiri.
Pendidikan
nilai hendaknya tidak diberikan dalam bentuk indoktrinasi.
Kirchenbaum (1995, lewat Zuchdi, 1999: 10-24) menyarankan penerapan pendidikan
nilai
secara komprehensif, yang meliputi inkulkasi (inculcation), pemodelan
(modeling), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan ketrampilan (skill building).
Kekurangberhasilan pendidikan agama
di sekolah dalam penanaman nilai
moral pada diri anak didik karena isi pendidikan agama yang ada terlalu akademis,
terlalu akademis, terlalu banyak topik, banyak pengulangan yang tidak perlu. Akhlak
dalam arti perilaku hampir tidak diperhatikan kecuali yang bersifat kognitif
(pengetahuan) dan hafalan. Seharusnya evaluasi pendidikan agama dapat dilakukan
dengan cara observasi (pengamatan). Melalui pengamatan yang cermat
orangtua/guru dapat menilai sejauh mana pendidikan agama/nilai moral diikuti oleh
anak dan menentukan bahan pengajaran yang sesuai bagi mereka.
Hal tersebut tidak sesuai bangsa Jepang dalam praktik pendidikan nilai-nilai
moral spiritual yang barangkali kita dapat melihat keseriusan dalam menanamkannya
pada anak didik. Dengan mengaplikasi pendekatan cultural, Jepang cukup berhasil
menanamkan budi pekerti kepada anak-anak.
Hal itu sangat beralasan
masyarakat Jepang berkeyakinan atas kemampuan pendidikan
di
karena
sekolah untuk
38
Dinamika Pendidikan No.
menanamkan
1
/ Th. XtV / Mei
2007
nilai dan ide guna membangun bangsa Jepang sesuai dengan jati
dirinya.
Pendidikan budi pekerti, yang dalam hal
ini
merupakan perwujudan dari
pendidikan nilai-nilai moral spiritual, seharusnya masuk didalam kriteria keunggulal
sekolah; disamping ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa
(imtak). Jadi, kiranya sangat beralasan bagi kita untuk menjadikan pendidikan nilai-
nilai moral spiritual, yang dalam hal ini khususnya pendidikan budi pekerti,
unggulan sekolah. Kalau sekolah-sekolah kita saat
ini
sebagai
sudah ketinggalan dalam
penyampaian ilmu dan teknologi kepada anak didik dibanding sekolah-sekolah di
negara maju tentu
kita tidak ingin ketinggalan lagi dalam menanamkan nilai moral
spiritual kepada anak didik di sekolah kita.
3. Wujud kemitraan sekolah dan keluarga terhadap pendidikan moral spiritual
bagi anak
Pengajaran pendidikan agama
agama yang diperoleh anak
sebagai berikut
l.
sekolah akan memperkuat pendidikan
di rumah. Biasanya anak belajar agama melalui cara-cara
:
Secara sadar anak menyerap tingkah laku orang tua/guru pada waktu
orangtua/guru melaksanakan
2.
di
ke
giatan agama.
Memberi penguatan secara terus menerus terhadap praktek keagamaan yang
dilakukan oleh anak
3.
Secara sadar atau tidak, menginternalisasikan (menghayati) nilai-nilai
keagamaan yang terkandung dalam cerita-cerita agama.
Dinamika pendidikan
No. t/Th.XlV
/ Mei 2007
39
oleh karena itu pendekatan
yang harus diambir
oreh guru daram pemberian
materi agama/pendidikan
n,ai yaitu dengan memberikan
contoh, bercerita dan
memberikan penguatan
bila anak melakukan
kegiatan keagamaan. pendekatan
ini
lebih bersifat
proses.
mengasuh daripada
mengajar, atau dikenar
pura sebagai ketramp,an
Kerjasama antara sekorah
dan keruarga perru
ditingkatkan supaya
tidak
terjadi kontradiksi atau
ketidakselarasan antara
nilai-nirai yang harus
dipegang teguh
oleh anak di sekolah
dan yang harus mereka
ikuti di keruarga atau
masyarakat. Hal
tersebut tentu saja
agar anak memiriki
pegangan nirai yang
menjadi acuan daram
berperilaku sehingga
tetap terkontrol dari
pengaruh-pengaruh
negatif dari ringkungan
sekitar mereka.
pora kemitraan
antara sekorah dan
keruarg
a yangbagaimana yang kiranya
efektif, dalam rangka
pendidikan nilai
dan spiritaritas bagi
masyarakat Indonesia?
Tentu saja bukann ya yangbersifat
formar seperti penandatangan
surat pedanjian atau
yang serupa dengan
itu akan tetapi penciptaan
situasi yang kondusif
bagi pendidikan
nilai dan spiritualitas baik
di sekolah maupun di
rumah tampaknya
merupakan
sarah
satu bentuk kemitraan
yang perlu dikembangkan.
Menurut Schmuck dan
Schumuck (19g3) perlu
dikembangkan suasana
kelas
yang positii yang
memiliki karakteristik
sebagai berikur :
(l)
Murid-murid menginginkan
hasil yang terbaik
maslng-masing dan
saling memberikan
dukungan.
sesuai
dengan kemampuan
(2)
Murid-murid saling mem
berikan pengaruh positi
f.
(3)
Kegembiraan muncur
di sekorah secara umum
dan di keras secara
khusus.
Dinamika Pendidikan No.
40
(4)
1
/ Th. XIV / Mei
2007
Peraturan sekolah diikuti secara tertib tanpa paksaan, sehingga tugas-tugas
dapat dikerjakan dengan baik.
(5)
Komunikasi antarwarga sekolah bersifat terbuka dan diwarnai dengan dialog
secara akrab.
(6)
Proses bekerja dan berkembang bersama sebagai suatu kelompok dipandang
cocok untuk belajar.
Suasana
kelas atau sekolah yang positif dengan ciri-ciri tersebut
sangat
memungkinkan anak dapat mengembangkan nilai-nilai fundamental yang sangat
diperlukan dalam kehidupan sosial.
Menurut Djamaluddin Ancok (2002:52) Sekolah sebagai salah satu tempat
pembentuk kepribadian anak; Kedisiplinan serta konformitas terhadap peraturan dan
tugas adalah aspek kepribadian yang
ikut dibentuk oleh sekolah, adanya peer group
(teman sepermainan/ sebaya) sangat besar fungsinya bagi si anak serta hubungan
dengan guru yang akrab akan menumbuhkan sikap
positif
terhadap sekolah
khususnya menghargai otoritas guru.
Nilai-nilai positif yang hendak dikembangkan
di
sekolah, yang juga
diprogramkan untuk dikembangkan di lingkungan keluarga, hendaknya merupakan
hasil diskusi pihak sekolah dan perwakilan orang tua murid. Selanjutnya hal itu perlu
disosialisasikan kepada seluruh orang
tua murid. Caranya tidak harus lewat
pertemuan tatap muka, tetapi dapat pula lewat brosur-brosur sehingga dapat dibaca
ulang oleh orang tua atau apabila memungkinkan lebih baik dibacakan oleh anak
kepada orang tuanya masing-masing. Komunikasi tertulis
ini
sedapat mungkin
dikembangkan, agar pihak sekolah dan keluarga dapat secara mudah saling
Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007
mengingatkan apabila terjadi penyimpangan
41
dari keputusan yang telah
dibuat
bersama.
Sebenarnya harapan masyarakat dan orang tua tersebut tidak berlebihan
mengingat terdapat dua realitas sosial yang tidak lagi menjadi rahasia umum;
pertama, semakin banyaknya anak dan remaja (sekolah) yang melakukan tindakan
asosial di masyarakat, dan kedua, makin banyaknya lembaga keluarga yang kurang
berhasil menjalankan fungsinya untuk menanamkan nilai-nilai moral spiritual kepada
sang anak.
Para ahli yang berorientasi 'social learning' dan 'information processing
theory'dapat membantu dalam memahami strtegi pendidikan nilai dan pemahaman
tentang bagaimana anak belajar untuk menahan godaan dan mempraktekan perilaku
moral, serta bagaimana mereka menghambat tingkah laku berbohong, mencuri,
menipu dll, yang melanggar norma-nonna moral. Pandangan ini lebih menekankan
pada sisi perbuatan dari moralitas. Yang penting adalah adanya model yang berbuat
baik yang dapat ditiru perbuatannya (modeling), memberi penguatan jika
anak
berbuat baik (reinforcement), dan dihukum jika berbuat salah sehingga anak mampu
menahan diri
jika mengalami godaan untuk pelanggaran norma moral.
Pendidikan
nilai dan spiritualitas di lingkungan keluarga dan
sekolah
memang memerlukan berbagai inovasi, guna mengatasi masalah-masalah yang kita
hadapi saat
ini dan untuk mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin muncul
pada masa yang akan dating. Karena masalah-masalah besar hanya mungkin dapat
diatasi secara bersama-sama dan dengan koordinasi yang bagus, perlu dipikirkan
kemungkinan diciptakannya suatu bentuk kemitraan antara sekolah dan keluarga
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XIV / Mei 2007
dalam melaksanakan pendidikan nilai dan spiritualitas, yang secara secara relatif
sesuai dengan tantangan masa
kini dan masa yang akan datang.
Pendekatan yang baru juga diperlukan, selaras dengan kekompleksan masalah
yang muncul pada era global ini. Banyak nilai yang sering kontradiktif, sehingga
diperlukan tidak hanya pemahaman tetapi juga kemampuan dan ketetapan hati untuk
memilih dan mengamalkannya secara konsisten. Dengan kata lain peran guru dan
orang tua dalam pendidikan nilai dan spiritualitas juga memerlukan perubahan yang
mendasar.
Penggunaan pendekatan tunggal dalam pendidikan nilai, misalnya pemberian
teladan saja tampaknya sudah tidak sesuai lagi pada era global. Seperti telah
disebutkan pada bagian depan, banyak nilai yang kadang-kadang saling bertentangan
sehingga tidak mudah bagi anak untuk memilih yang mana yang akan dijadikan
contoh. Lebih-lebih lagi nilai-nilai negatif biasanya dikemas dalam media yang
sangat memikat dan disampaikan dengan bujuk rayu yang dapat meruntuhkan iman
anak bahkan juga orang dewasa.
Pendidikan
seharusnya
nilai dan spiritualitas baik di sekolah maupun di
keluarga
tidak dilakukan dengan indoktrinasi artinya guru dan orang
tua
hendaknya berperan sebagai pemimpin bukan penguasa. Menurut Dale Timpe (alih
bahasa Boedidharmo, 1999: 4-8), idealnya pemimpin
memiliki delapan sifat, yaitu
dapat menangkap perhatian setiap insane yang dipimpinya, menekankan nilai yang
sederhana, selalu bergaul dengan orang
lain, menghindari profesionalisme tiruan,
mengelola perubahan, memilih orang yang berbakat, menghindari 'mengerjakan
semua sendiri', serta menghadapi kegagalan dengan sabar, dan belajar dari kesalahan
43
Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007
yang telah diperbuat. Kombinasi dari delapan sifat ini menghasilkan pemimpin yang
sejati, yang antara lain memiliki kekuatan dan dedikasi, memiliki gairah yang tak
kunjung padam, dan dapat membidik sasaran.
Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, pemodelan atau pemberian teladan
merupakan strategi yang biasa digunakan. Orang tua memegang peran penting dalam
pendidikan
nilai moral di rumah, tokoh
masyarakat mempunyai peran dalam
pelaksanaan agama di masyarakat. Keduanya dapat menerapkan strategi ini, yakni
guru, tokoh masyarakat dan orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi
murid-murid atau anak-anaknya; anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal
yang berakhlak mulia, terutama Nabi Muhammad SAW.
Cara guru dan orang tua menyelesaikan masalah secara adil, menghargai
pendapat anak, mengritik orang lain secara santun merupakan perilaku yang secara
alami dijadikan model oleh anak-anak. Demikian juga apabila guru dan orang tua
berperilaku yang sebaliknya., anak-anak juga secara tidak sadar akan menirunya.
Oleh karena itu para guru dan orang tua harus hati-hati dalam bertutur kata dan
bertindak, supaya tidak tertanamkan nilai-nilai negatif dalam sanubari anak.
4. Penutup
Penanaman nilai moral sudah semestinya menjadi tanggung jawab bersama
antara orangtua, guru dan masyarakat. Sebagai orangtua yang perlu diperhatikan
bahwa pendidikan agama berakar dari rumah, harus dimulai sejak
dini bagi anak, dan
harus pula diikuti dengan contoh dari kedua orangtua. Bagi sekolah beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kurikulum pendidikan agama yang
44
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XtV / Mei 2OO7
kongkrit dan dapat dilaksanakan, melalui pendekatan yang berbentuk pengasuhan,
penyediaan alat belajar yang sesuai terutama buku-buku cerita agama yang menarik
dan dapat dijadikan contoh, evaluasi tidak terlalu ketat dan lebih berdasarkan
observasi (pengamatan).
Kualitas moral SDM kita sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam keluarga, di
sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Peranan dari ketiga aspek tersebut sebagai
pembentuk dan pembina moral sangat berpengaruh terhadap kualitas kepribadian
anak yang kemudian dapat dijadikan modal untuk menghadapi tuntutan global.
Keberhasilan pendidikan
nilai moral bagi generasi bangsa tidak hanya
tanggung jawab guru agama
di
menjadi
sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita.
Sudah menjadi tugas dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan agama
di sekolah
agar berjalan efektif. Jalinan kerjasama antara sekolah dan keluarga dalam
penanaman
nilai moral anak menjadi modal utama keberhasilan pembangunan dan
kesiapan menghadapi persaingan bebas di era globalisasi.
Referensi
Djamaluddin, Ancok. 2002. Pendidikan dan Agama Akhlak Bagi Anak dan Remaja.
Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
Schumuck, Richard
A. and Schumuck,
Patricia
A.
1983. Group Process
in
the
ClassRoom. Wm.C. Brown Company Publisher.
Timpe, A. Dale (Boedidharmo, penerjemah). 1999. Kepemimpinan. Jakarta: pT Elex
Media Komputindo.
ffiffi
HH*
11 ;- .rq111-,
1,;i1iti.:i.i:,'7:ir-t
.t,:-t;,-'ljrjl.l.tarl E,Ltl':.;r
i. /
-(
'tt
'i
,,i.-:
H$&
'll
,
i;:,
,ri:.g -i-.tlpitiit::rii.iil
i(uii ,t-ll' Sekc lal'i ji iin,i,i
m,
d**
ffi,H
;n{irrs
ii
,, '_-i:.l,.i
T'-_llr.i1;,.,;a,
'ir,.l1,:, 1rel.l.r-
l,l -,:;l.ri!.ii t r i,r4tt:,"ji: l
!.il-r-,i,.r,1
[:'tn.,reciiaarr lF'a:tilitas,jtr:rll:ir-'y':.r-ll-. ir/ii;itrr,1,i;,lrriri ]i;,.rr Arset;,r-iill.;r s il-trlia'bet
L-l
,,)
al
pa,,ra.
Seklia.lir
dalarr-L lPiln.]--re;r.rlrlk-::n .jl.:.,
l,,zit'nrL:utja"y'aka,i',1 l"..llriei
ll-rtri:i Fl'oiesl
:lj
.
,'
--
L-
,'
,, ilr. iii
':ltrai i(oniltir,r,-l t:-ilaii:ii,, Iret,::.r.1ia,-i
.1
it,c,rrlbeLatiar,:i.1.:r
,-r- li:: ,r,
_
)
t,
1; t
"..,
i
Plolj:1cm" Da"l.i-lpak-, clan Solusi 'Ira.,:l,.riirrmLa:,,1 Lrl'L,ir'1"-rila.i Ag;.r-i'riil pad:i Arl;t'k .jra:;el,.ci rir
ill
lPen"u ir-l
ii
F
gnyar Fen
sensi
id i
I
a
di
rjilka,r
lui
ora
i ele i an r Xtrl'rsoerti
l bau i Anal,.
Sek
r,a''i jaL:;iu'
1' K,-ebi j r1n-;r r,'
ffi*li'r*rh:$*
r,&K&.,LY&*$ eLffitr pr$sffi$ffiIK&ru &"rrurwffiffis|il&s rumsrrux
..
v*il,\,AlrAH :A
dinomiko
PENDIDII(AN
MAJALAH ILMU PENDIDIKAN No. 01/Th. IV Mei 2007
Pelindung dan Penasihat
Penanggung Jawab
Pemimpin Redaksi
Wakil Pemimpin Redaksi
Sekretaris Redaksi
Muh. Farozin, M Pd.
Tatang M. Amirin, IVI.SI.
Prof. Suyata, Ph.D.
Sumarno, Ph.D.
Eko Budi Prasetyo, M.Pd.
Rosita Endang Kusmaryani, M.Si.
Anggota Redaksi
:
Prof. Dr. Siti Partini Suardiman
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
FX. Sudarsono, Ph.D.
Prof. Dr. Noeng Muhadjir (UAD Yog,,akarta)
Prof. Dr. M. Sastrapratedja, SJ. (Universitas Sugiyopranoto Semarang)
Dwi Siswoyo, M.Hum.
Dr. C. Asri Budiningsih
Dr. A. Dardiri
Edi Purwanta, M.Pd.
Tata Letak
Tata Usaha/Pelaksana
: Setya Raharja, M.Pd.
: Rumijan, SIP/Ratna Ekawati, A.Md.
Alamat Redaksi
FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Karangmalang, Yogyakarta. 55281
Telp. 027 4 586168. pesw. 22L 223. F ax. 027 4 54061 1
E - m ail. fiprury@tpgy qla; a n t a t. a. n e r.
Redaksi menerima tulisan masalah pendidikan Tu-isar bel:::t:emah
dipublikasikan, dengan panjang lebih k-uran_s l-i h:r:r::: k:,::... iteri* spasi
ganda, tulisan disusun dengan sistematil:: .Tl:.;-. i.:.:::r. P;:;::--u:n.
Pembahasan, Penulup. dan Daftar Pustar:.. T..--s:r ;--c::,,,,:, j::;,:. l_-rcarl.
S3.-
*r
-.11I- .
;
ISSN:0853-15lX
Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XIY
lMei
2007
DAFTAR ISI
Kepemimpinan yang Amanah
Oleh:ThtangM.Amirin
Pendidikan Etika yang Terpinggirkan dan Terlupakan
Oleh: Fx. Sudarsono
t2
Pengembangan Pembelaj aran Berbasis Kompetensi Bervisi
Moral di Sekolah
Oleh:AnikGhufron*)
Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi Anak
Kultur Sekolahyang Kondusif bagi Pengembangan Moral Siswa
Oleh:fuiefaEfianingrum"
24
ffi'''
45
Penyediaan Fasilitas Publik yang Manusiawi
Bagi Aksesibilitas Difabel
Oleh:MujiminWM.
60
Upaya Sekolah dalam Pembenttkan SelfEsteem Siswa melalui
Pembelajaran
Oleh:RahmaniaUtari*
76
Membudayakan Ni lai-nilai Komitmen terhadap Pekerj aan dalam
Upaya Menegakkan Etika Profesi
Oleh: Rosita Endang Kusmaryani
90
Problem, Dampak, dan Solusi Transformasi Nilai-nilai Agama
padaAnak Prasekolah
Oleh : KartikaNur Fathiyatr
102
Pentingnya Pendidikan Moral bagi Anak Sekolah Dasar
Oleh: Sigit Dwi Kusratrmadi
fi7
Esensi Nilai dalam Perspektif Kebijakan
Oleh: Sudiyono
127
Dinamika Pendidikan No.
34
1
/ Th. XtV / Mei 2OO7
KEMITRAAN SEKOLAH DAN KELUARGA
DALAM PENDIDIKAN MORAL BAGI ANAK
Oleh : Tina Rahmawati, S.Pd3
Abstract
The quality of our next generation and citizens depends,
partly on hou, our schools
prepare them through curriculum development and implementation. One of the
important thing the school should prepare is moral education, since it is one of the
means of nations and character building. Our nation and country needs moral
citizens, scholars, and also leaders to be a prosperous and justice nation.
It is not only school that have responsibility for character and moral building.
School, community, and parents should act cooperatively in children moral
education. The moral atmosphere at home, school and community should be created
to give the chance for children to observe and imitate. Moral education, however,
will not be ffictive through lecturing alone. Parents, teachers, comntunity leaders
and government afficials should be a model of moral behavior.
Keyu
ord : moral
educat ion, school-parents-communi ty c ooperat i on, n ode
I
1. Pendahuluan
Kondisi masyarakat Indonesia saat
ini
menunjukkan bahwa telah terjadi
kegoncangan yang cukup mengerikan dalam perkembangan peradaban bangsa kita.
Nilai-nilai fundamental seperti penghargaan atas hak hidup seseorang ternyata
sudah
tidak lagi dijadikan landasan dalam bertindak oleh berbagai kelompok masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Kondisi yang sangat menyedihkan tersebut diatas masih
ditambah dengan merosotnya moralitas sebagian masyarakat dalam bentuk
i.
ketergantungan pada narkotika dan obat terlarang. Norma-norma hubungan antara
pria dan wanita yang bukan makhromnya juga sering dilanggar. Demikian juga nilai-
Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XtV /
Mei
20A7
35
nilai kejujuran tampak seakan-akan telah terkubur
oreh kebohongan dan tipu daya.
Melihat perkembangan dunia saat ini, setiap
bangsa membutuhkan kualitas
manusianya yang mampu bersaing, mampu
menghadapi berbagai tantangan dan
mampu memecahkan berbagai masalah yang
timbul dari berbagai tuntutan global.
Bahkan anak dituntut untuk menguasai akan
keterampilan dasar (membaca, menulis.
menutur, menyimak, dan menghitung yang
sesuai dengan tingkat pendidikan masingmasing).
Karena permasalahan yang ditemukan dalam
era globalisasi saat ini juga
makin kompleks, maka keterampilan berpikir seperti
berpikir kreatif, mampu
mengambil keputusan, terampil memecahkan masalah,
mampu menalar, dan
mengetahui cara belajar (lerning how to learn) perlu
dikuasai dengan baik. Dengan
diaplikasikannya teknologi pada semua bidang
kehidupan maka terjadilah sistem
informasi yang yang tak mengenal batas (borderless
information). Akibatnya dunia
menjadi sempit namun kita dituntut memiliki wawasan
luas untuk mampu berenang
didalamnya.
Keadaan tersebut sudah barang tentu dapat membuat
tidak tenang, dan
bahkan meresahkan setiap orang, yang peduli pada
pendidikan anak. Sebenarnya
permasalahan nilai-nilai moral spiritual
sekarang ini bukan mutlak
milik Indonesia
akan tetapi hampir seluruh negara mengalaminya.
2' Pendidikan morar dan spirituar sebagai ungguran
sekorah
Nilai atau value adalah suatu patokan yang menjadi standar
bagi suatu
'Dosen Jurusan Ap, prodi Manajemen pendidikan Flp UNy
36
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XtV / Mei
ZOOT
masyarakat tentang peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat
tersebut (lokal,
nasional maupun internasionar), mengenai apa yang boreh dan apa yang
dilarang
dilakukan oleh anggotanya, termasuk semua taboo dan anjuran yang
harus
dilaksanakan baik secara formal maupun informal.
Teori
Ki
Hadjar Dewantara mengenai pentingnya pendidikan nilai-nilai
spiritual, yang disebut dengan budi pekerti, dalam keluarga, dengan
ibu sebagai
pendidik utama, sampai sekarang
ini
ternyata tetap berlaku. Setiap masyarakat
memiliki tata nilai dan wisdom (kebijaksanaan) yang digunakan agar masyarakatnya
dapat berfungsi. Karena itu tata nilai erat sekali hubungannya dengan
budaya yang
berlaku di masyarakat tersebut.
Bagi suatu masyarakat, nilai bisa saja berasal dari nilai-nilai agama yang
dianut oleh anggotanya, undang-undang atau peraturan yang dikenakan oleh
pemerintah (formal), tetapi bisa juga
nilai yang hanya berlaku pada
masyarakat yang terbatas serta bersifat informal. Nilai-nilai
anggota
itu sendiri ada yang
bersifat hakiki yang menyangkut dasar-dasar kemanusiaaan dan berlaku secara
universal, namun ada yang sangat spesifik yang hanya bersifat lokal.
Masih banyak orang mempertanyakan keberhasilan sekolah pendidikan
agama
di sekolah' Hal ini terjadi karena banyaknya terjadi tawuran antar siswa yang
tidak jarang memamakan korban jiwa, pelanggaran susila, penggunaan
obat terlarang
dan minuman keras
di
kalangan sekolah, bahkan kasus Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) di semua sektor masyarakat merupakan isyarat masih lemahnya
kendali nilai moral di dalam diri seseorang.
Pentingnya pendidikan nilai-nilai moral spiritual
di
sekolah akhir-akhir ini
37
Dinamika Pendidikan No. 1lTh.XlV / Mei 2007
memperoleh respon positif dari masyarakat luas dan orang tua siswa. Para pakar
pendidikan pada umumnya sependapat bahwa sebagai lembaga pendidikan maka
sekolah hendaknya mampu memberikan pendidkan yang efektif dan sistematis untuk
menanamkan nilai-nilai moral spiritual pada seluruh siswanya; terlepas dari apakah
pendidikan moral atau apapun namanya itu menjadi mata pelajaran tersendiri atau
tidak menjadi mata pelajaran tersendiri.
Pendidikan
nilai hendaknya tidak diberikan dalam bentuk indoktrinasi.
Kirchenbaum (1995, lewat Zuchdi, 1999: 10-24) menyarankan penerapan pendidikan
nilai
secara komprehensif, yang meliputi inkulkasi (inculcation), pemodelan
(modeling), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan ketrampilan (skill building).
Kekurangberhasilan pendidikan agama
di sekolah dalam penanaman nilai
moral pada diri anak didik karena isi pendidikan agama yang ada terlalu akademis,
terlalu akademis, terlalu banyak topik, banyak pengulangan yang tidak perlu. Akhlak
dalam arti perilaku hampir tidak diperhatikan kecuali yang bersifat kognitif
(pengetahuan) dan hafalan. Seharusnya evaluasi pendidikan agama dapat dilakukan
dengan cara observasi (pengamatan). Melalui pengamatan yang cermat
orangtua/guru dapat menilai sejauh mana pendidikan agama/nilai moral diikuti oleh
anak dan menentukan bahan pengajaran yang sesuai bagi mereka.
Hal tersebut tidak sesuai bangsa Jepang dalam praktik pendidikan nilai-nilai
moral spiritual yang barangkali kita dapat melihat keseriusan dalam menanamkannya
pada anak didik. Dengan mengaplikasi pendekatan cultural, Jepang cukup berhasil
menanamkan budi pekerti kepada anak-anak.
Hal itu sangat beralasan
masyarakat Jepang berkeyakinan atas kemampuan pendidikan
di
karena
sekolah untuk
38
Dinamika Pendidikan No.
menanamkan
1
/ Th. XtV / Mei
2007
nilai dan ide guna membangun bangsa Jepang sesuai dengan jati
dirinya.
Pendidikan budi pekerti, yang dalam hal
ini
merupakan perwujudan dari
pendidikan nilai-nilai moral spiritual, seharusnya masuk didalam kriteria keunggulal
sekolah; disamping ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa
(imtak). Jadi, kiranya sangat beralasan bagi kita untuk menjadikan pendidikan nilai-
nilai moral spiritual, yang dalam hal ini khususnya pendidikan budi pekerti,
unggulan sekolah. Kalau sekolah-sekolah kita saat
ini
sebagai
sudah ketinggalan dalam
penyampaian ilmu dan teknologi kepada anak didik dibanding sekolah-sekolah di
negara maju tentu
kita tidak ingin ketinggalan lagi dalam menanamkan nilai moral
spiritual kepada anak didik di sekolah kita.
3. Wujud kemitraan sekolah dan keluarga terhadap pendidikan moral spiritual
bagi anak
Pengajaran pendidikan agama
agama yang diperoleh anak
sebagai berikut
l.
sekolah akan memperkuat pendidikan
di rumah. Biasanya anak belajar agama melalui cara-cara
:
Secara sadar anak menyerap tingkah laku orang tua/guru pada waktu
orangtua/guru melaksanakan
2.
di
ke
giatan agama.
Memberi penguatan secara terus menerus terhadap praktek keagamaan yang
dilakukan oleh anak
3.
Secara sadar atau tidak, menginternalisasikan (menghayati) nilai-nilai
keagamaan yang terkandung dalam cerita-cerita agama.
Dinamika pendidikan
No. t/Th.XlV
/ Mei 2007
39
oleh karena itu pendekatan
yang harus diambir
oreh guru daram pemberian
materi agama/pendidikan
n,ai yaitu dengan memberikan
contoh, bercerita dan
memberikan penguatan
bila anak melakukan
kegiatan keagamaan. pendekatan
ini
lebih bersifat
proses.
mengasuh daripada
mengajar, atau dikenar
pura sebagai ketramp,an
Kerjasama antara sekorah
dan keruarga perru
ditingkatkan supaya
tidak
terjadi kontradiksi atau
ketidakselarasan antara
nilai-nirai yang harus
dipegang teguh
oleh anak di sekolah
dan yang harus mereka
ikuti di keruarga atau
masyarakat. Hal
tersebut tentu saja
agar anak memiriki
pegangan nirai yang
menjadi acuan daram
berperilaku sehingga
tetap terkontrol dari
pengaruh-pengaruh
negatif dari ringkungan
sekitar mereka.
pora kemitraan
antara sekorah dan
keruarg
a yangbagaimana yang kiranya
efektif, dalam rangka
pendidikan nilai
dan spiritaritas bagi
masyarakat Indonesia?
Tentu saja bukann ya yangbersifat
formar seperti penandatangan
surat pedanjian atau
yang serupa dengan
itu akan tetapi penciptaan
situasi yang kondusif
bagi pendidikan
nilai dan spiritualitas baik
di sekolah maupun di
rumah tampaknya
merupakan
sarah
satu bentuk kemitraan
yang perlu dikembangkan.
Menurut Schmuck dan
Schumuck (19g3) perlu
dikembangkan suasana
kelas
yang positii yang
memiliki karakteristik
sebagai berikur :
(l)
Murid-murid menginginkan
hasil yang terbaik
maslng-masing dan
saling memberikan
dukungan.
sesuai
dengan kemampuan
(2)
Murid-murid saling mem
berikan pengaruh positi
f.
(3)
Kegembiraan muncur
di sekorah secara umum
dan di keras secara
khusus.
Dinamika Pendidikan No.
40
(4)
1
/ Th. XIV / Mei
2007
Peraturan sekolah diikuti secara tertib tanpa paksaan, sehingga tugas-tugas
dapat dikerjakan dengan baik.
(5)
Komunikasi antarwarga sekolah bersifat terbuka dan diwarnai dengan dialog
secara akrab.
(6)
Proses bekerja dan berkembang bersama sebagai suatu kelompok dipandang
cocok untuk belajar.
Suasana
kelas atau sekolah yang positif dengan ciri-ciri tersebut
sangat
memungkinkan anak dapat mengembangkan nilai-nilai fundamental yang sangat
diperlukan dalam kehidupan sosial.
Menurut Djamaluddin Ancok (2002:52) Sekolah sebagai salah satu tempat
pembentuk kepribadian anak; Kedisiplinan serta konformitas terhadap peraturan dan
tugas adalah aspek kepribadian yang
ikut dibentuk oleh sekolah, adanya peer group
(teman sepermainan/ sebaya) sangat besar fungsinya bagi si anak serta hubungan
dengan guru yang akrab akan menumbuhkan sikap
positif
terhadap sekolah
khususnya menghargai otoritas guru.
Nilai-nilai positif yang hendak dikembangkan
di
sekolah, yang juga
diprogramkan untuk dikembangkan di lingkungan keluarga, hendaknya merupakan
hasil diskusi pihak sekolah dan perwakilan orang tua murid. Selanjutnya hal itu perlu
disosialisasikan kepada seluruh orang
tua murid. Caranya tidak harus lewat
pertemuan tatap muka, tetapi dapat pula lewat brosur-brosur sehingga dapat dibaca
ulang oleh orang tua atau apabila memungkinkan lebih baik dibacakan oleh anak
kepada orang tuanya masing-masing. Komunikasi tertulis
ini
sedapat mungkin
dikembangkan, agar pihak sekolah dan keluarga dapat secara mudah saling
Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007
mengingatkan apabila terjadi penyimpangan
41
dari keputusan yang telah
dibuat
bersama.
Sebenarnya harapan masyarakat dan orang tua tersebut tidak berlebihan
mengingat terdapat dua realitas sosial yang tidak lagi menjadi rahasia umum;
pertama, semakin banyaknya anak dan remaja (sekolah) yang melakukan tindakan
asosial di masyarakat, dan kedua, makin banyaknya lembaga keluarga yang kurang
berhasil menjalankan fungsinya untuk menanamkan nilai-nilai moral spiritual kepada
sang anak.
Para ahli yang berorientasi 'social learning' dan 'information processing
theory'dapat membantu dalam memahami strtegi pendidikan nilai dan pemahaman
tentang bagaimana anak belajar untuk menahan godaan dan mempraktekan perilaku
moral, serta bagaimana mereka menghambat tingkah laku berbohong, mencuri,
menipu dll, yang melanggar norma-nonna moral. Pandangan ini lebih menekankan
pada sisi perbuatan dari moralitas. Yang penting adalah adanya model yang berbuat
baik yang dapat ditiru perbuatannya (modeling), memberi penguatan jika
anak
berbuat baik (reinforcement), dan dihukum jika berbuat salah sehingga anak mampu
menahan diri
jika mengalami godaan untuk pelanggaran norma moral.
Pendidikan
nilai dan spiritualitas di lingkungan keluarga dan
sekolah
memang memerlukan berbagai inovasi, guna mengatasi masalah-masalah yang kita
hadapi saat
ini dan untuk mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin muncul
pada masa yang akan dating. Karena masalah-masalah besar hanya mungkin dapat
diatasi secara bersama-sama dan dengan koordinasi yang bagus, perlu dipikirkan
kemungkinan diciptakannya suatu bentuk kemitraan antara sekolah dan keluarga
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XIV / Mei 2007
dalam melaksanakan pendidikan nilai dan spiritualitas, yang secara secara relatif
sesuai dengan tantangan masa
kini dan masa yang akan datang.
Pendekatan yang baru juga diperlukan, selaras dengan kekompleksan masalah
yang muncul pada era global ini. Banyak nilai yang sering kontradiktif, sehingga
diperlukan tidak hanya pemahaman tetapi juga kemampuan dan ketetapan hati untuk
memilih dan mengamalkannya secara konsisten. Dengan kata lain peran guru dan
orang tua dalam pendidikan nilai dan spiritualitas juga memerlukan perubahan yang
mendasar.
Penggunaan pendekatan tunggal dalam pendidikan nilai, misalnya pemberian
teladan saja tampaknya sudah tidak sesuai lagi pada era global. Seperti telah
disebutkan pada bagian depan, banyak nilai yang kadang-kadang saling bertentangan
sehingga tidak mudah bagi anak untuk memilih yang mana yang akan dijadikan
contoh. Lebih-lebih lagi nilai-nilai negatif biasanya dikemas dalam media yang
sangat memikat dan disampaikan dengan bujuk rayu yang dapat meruntuhkan iman
anak bahkan juga orang dewasa.
Pendidikan
seharusnya
nilai dan spiritualitas baik di sekolah maupun di
keluarga
tidak dilakukan dengan indoktrinasi artinya guru dan orang
tua
hendaknya berperan sebagai pemimpin bukan penguasa. Menurut Dale Timpe (alih
bahasa Boedidharmo, 1999: 4-8), idealnya pemimpin
memiliki delapan sifat, yaitu
dapat menangkap perhatian setiap insane yang dipimpinya, menekankan nilai yang
sederhana, selalu bergaul dengan orang
lain, menghindari profesionalisme tiruan,
mengelola perubahan, memilih orang yang berbakat, menghindari 'mengerjakan
semua sendiri', serta menghadapi kegagalan dengan sabar, dan belajar dari kesalahan
43
Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007
yang telah diperbuat. Kombinasi dari delapan sifat ini menghasilkan pemimpin yang
sejati, yang antara lain memiliki kekuatan dan dedikasi, memiliki gairah yang tak
kunjung padam, dan dapat membidik sasaran.
Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, pemodelan atau pemberian teladan
merupakan strategi yang biasa digunakan. Orang tua memegang peran penting dalam
pendidikan
nilai moral di rumah, tokoh
masyarakat mempunyai peran dalam
pelaksanaan agama di masyarakat. Keduanya dapat menerapkan strategi ini, yakni
guru, tokoh masyarakat dan orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi
murid-murid atau anak-anaknya; anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal
yang berakhlak mulia, terutama Nabi Muhammad SAW.
Cara guru dan orang tua menyelesaikan masalah secara adil, menghargai
pendapat anak, mengritik orang lain secara santun merupakan perilaku yang secara
alami dijadikan model oleh anak-anak. Demikian juga apabila guru dan orang tua
berperilaku yang sebaliknya., anak-anak juga secara tidak sadar akan menirunya.
Oleh karena itu para guru dan orang tua harus hati-hati dalam bertutur kata dan
bertindak, supaya tidak tertanamkan nilai-nilai negatif dalam sanubari anak.
4. Penutup
Penanaman nilai moral sudah semestinya menjadi tanggung jawab bersama
antara orangtua, guru dan masyarakat. Sebagai orangtua yang perlu diperhatikan
bahwa pendidikan agama berakar dari rumah, harus dimulai sejak
dini bagi anak, dan
harus pula diikuti dengan contoh dari kedua orangtua. Bagi sekolah beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kurikulum pendidikan agama yang
44
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XtV / Mei 2OO7
kongkrit dan dapat dilaksanakan, melalui pendekatan yang berbentuk pengasuhan,
penyediaan alat belajar yang sesuai terutama buku-buku cerita agama yang menarik
dan dapat dijadikan contoh, evaluasi tidak terlalu ketat dan lebih berdasarkan
observasi (pengamatan).
Kualitas moral SDM kita sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam keluarga, di
sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Peranan dari ketiga aspek tersebut sebagai
pembentuk dan pembina moral sangat berpengaruh terhadap kualitas kepribadian
anak yang kemudian dapat dijadikan modal untuk menghadapi tuntutan global.
Keberhasilan pendidikan
nilai moral bagi generasi bangsa tidak hanya
tanggung jawab guru agama
di
menjadi
sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita.
Sudah menjadi tugas dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan agama
di sekolah
agar berjalan efektif. Jalinan kerjasama antara sekolah dan keluarga dalam
penanaman
nilai moral anak menjadi modal utama keberhasilan pembangunan dan
kesiapan menghadapi persaingan bebas di era globalisasi.
Referensi
Djamaluddin, Ancok. 2002. Pendidikan dan Agama Akhlak Bagi Anak dan Remaja.
Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
Schumuck, Richard
A. and Schumuck,
Patricia
A.
1983. Group Process
in
the
ClassRoom. Wm.C. Brown Company Publisher.
Timpe, A. Dale (Boedidharmo, penerjemah). 1999. Kepemimpinan. Jakarta: pT Elex
Media Komputindo.