ProdukHukum Perdagangan

TATA CARA PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/
SUB KOMPONEN/BAHAN PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA
BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 98/KMK.05/2000 TANGGAL 31 MARET 2000
(Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : Kep-44/BC/2000 tanggal 30 Juni 2000)

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang

:

a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat di bidang
pembangunan/pengembangan industri dalam negeri, perlu diberikan keringanan bea
masuk atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong;
b. bahwa pemberian keringanan bea masuk harus tetap memperhatikan hak-hak dan
kepentingan negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu
menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Tata Cara Pemberian
Keringanan Bea Masuk atas Bahan Baku/Sub Komponen/Bahan Penolong untuk
Pembuatan Komponen Elektronika.


Mengingat

:

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (LN Tahun 1995 Nomor
75, TLN Nomor 3612);
2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 440/KMK.05/1996 tanggal
21 Juni 1996 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea
Masuk Atas Barang Impor sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 569/KMK.01/1999;
3. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 98/KMK.05/2000 tanggal 31 Maret 2000
tentang Keringanan Bea Masuk atas Bahan Baku/Sub Komponen/Bahan Penolong
untuk Pembuatan Komponen Elektronika;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:


KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG TATA CARA
PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/SUB
KOMPONEN/BAHAN
PENOLONG
UNTUK
PEMBUATAN
KOMPONEN
ELEKTRONIKA BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 98/KMK.05/2000 TANGGAL 31 MARET 2000.
Pasal 1
Atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan komponen
elektronika oleh Perusahaan Industri Komponen Elektronika diberikan fasilitas keringanan
bea masuk dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan komponen
elektronika diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi
5% (lima persen).
(2) Dalam hal tarif bea masuk yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI) 5% (lima persen) atau kurang, maka yang berlaku adalah tarif bea masuk
dalam BTBMI.


Pasal 2
Jenis dan spesifikasi serta jumlah bahan baku/sub komponen/bahan penolong yang
mendapat fasilitas keringanan bea masuk didasarkan pada daftar bahan baku/sub
komponen/bahan penolong untuk kebutuhan produksi tahunan yang ditetapkan oleh
Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Pasal 3
(1) Untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, perusahaan industri
komponen elektronika mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan
Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan sesuai contoh Lampiran I Keputusan ini,
dengan dilampiri :
a. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang telah dilegalisir oleh Instansi
terkait atau memperlihatkan dokumen aslinya kepada Pejabat Direktorat Fasilitas
Kepabeanan.
b. Fotokopi Surat Izin Usaha Industri Komponen Elektronika yang telah dilegalisir
oleh Departemen/Instansi terkait atau memperlihatkan dokumen aslinya kepada
Pejabat Direktorat Fasilitasi Kepabeanan.
c. Surat asli hasil verifikasi dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan terhadap
kebutuhan bahan baku/sub komponen/bahan penolong selama 1 (satu) tahun
produksi.
d. Daftar barang yang meliputi jenis barang, negara asal, pelabuhan bongkar,

spesifikasi teknis, jumlah dan nilai barang sebagaimana contoh dalam Lampiran II
Keputusan ini.
(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi persyaratan,
Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan atas nama Menteri
Keuangan memberikan Keputusan Keringanan Bea Masuk, untuk keperluan produksi
selama 1 (satu) tahun dengan jangka waktu pengimporan selama 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggal Keputusan keringanan bea masuk atas bahan baku/sub
komponen/bahan penolong, dalam bentuk sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III
Keputusan ini dengan dilampiri daftar bahan baku/sub komponen/bahan penolong serta
penunjukan pelabuhan bongkar.
Pasal 4
Perusahaan industri komponen elektronika yang mendapatkan fasilitas keringanan
bea masuk diwajibkan untuk :
(1) Menyelenggarakan pembukuan pengimporan atas bahan baku/sub komponen/bahan
penolong untuk keperluan audit di bidang kepabeanan;
(2) Menyimpan dan memelihara pembukuan, dokumen dan catatan-catatan lainnya
sehubungan dengan pemberian keringanan bea masuk untuk sekurangn-kurangnya 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak realisasi impor pada tempat usahanya;
(3) Menyampaikan laporan tentang realisasi impor atas bahan baku/sub komponen/bahan
penolong yang mendapat keringanan bea masuk tersebut kepada Direktur Jenderal Bea

dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor KEP-50/BC/1999 tanggal 16 Agustus 1999.
Pasal 5
(1) Atas bahan baku/sub komponen/bahan penolong yang telah mendapatkan fasilitas
keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2), apabila pada saat

pengimporannya tidak memenuhi ketentuan tentang jumlah, jenis dan spesifikasi
barang yang tercantum dalam daftar bahan baku/sub komponen/bahan penolong
dipungut bea masuk dan pungutan impor lainnya, dengan tidak dikenakan denda.
(2) Atas bahan baku/sub komponen/bahan penolong yang telah mendapatkan fasilitas
keringanan bea masuk hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri yang
bersangkutan.
(3) Penyalahgunaan bahan baku/sub komponen/bahan penolong sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan batalnya fasilitas bea masuk yang diberikan atas barang
tersebut sehingga bea masuk yang terhutang harus dibayar dan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari kekurangan bea masuk.
Pasal 6
(1) Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinya ketentuanketentuan kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
melakukan audit atas pembukuan, catatan, dan dokumen yang berkaitan dengan
pemasukan, penggunaan, pengeluaran dan sediaan barang.

(2) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) Pengusaha Industri
Komponen Elektronika bertanggung jawab atas pelunasan bea masuk dan cukai yang
terutang dan sanksi administrasi berupa denda.
Pasal 7
Perusahaan industri komponen elektronika yang telah memperoleh fasilitas
pembebasan bea masuk atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk
pembuatan komponen elektronika berdasarkan ketentuan lama dan belum merealisir
seluruh impornya dapat tetap menggunakan surat keputusan pemberian fasilitas pabean
berdasarkan ketentuan lama hingga berakhirnya masa berlaku keputusan yang
bersangkutan, dengan ketentuan tidak dapat diperpanjang dan atau diubah.
Pasal 8
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Juni 2000
DIREKTUR JENDERAL,

ttd
R.B. PERMANA AGUNG D.
NIP 060044475

Lampiran I

Nomor
Lampiran
Perihal

:
:
: Permohonan Fasilitas Keringanan bea masuk atas
bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk
pembuatan komponen elektronika

Yth. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.p. Direktur Fasilitasi Kepabeanan
di Jakarta
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami pimpinan dari :

Nama Perusahaan
:
NPWP
:
Alamat Kantor
:
Telepon
:
Facsimile :
Alamat Pabrik
:
Dalam kedudukan sebagai Perusahaan Industri Komponen Elektronika, dengan ini mengajukan permohonan
fasilitas keringanan bea masuk bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan komponen
elektronika.
Bersama ini kami lampirkan pula dokumen pendukung antara lain :
1. Fotokopi Izin Usaha Industri yang telah dilegalisir
2. Fotokopi NPWP yang telah dilegalisir
3. Surat asli hasil verifikasi dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan
4. Daftar Barang yang meliputi jenis barang, negara asal, pelabuhan bongkar, spesifikasi teknis, jumlah dan
nilai barang (contoh Lampiran II).

Apabila permohonan ini disetujui, kami menyatakan tunduk pada peraturan yang menjadi dasar
pemberian fasilitas ini.

Pemohon
Materai

(..................)
DIREKTUR JENDERAL,
ttd
R.B. PERMANA AGUNG D.
NIP 060044475

Lampiran II

DAFTAR BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN/BAHAN PENOLONG
UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA YANG AKAN DIIMPOR
Nama Perusahaan
NPWP
Nomor
Urut


Jenis
Barang

:
:
Negara
Asal

Halaman ........... dari .............

Pelabuhan
Bongkar

Spesifikasi Teknis (Jenis,
Kapasitas, Ukuran dll)

Jumlah &
Satuan


Harga
Satuan Total

TOTAL HARGA
Catatan : harga barang adalah harga perkiraan dalam mata uang asing (FOB/C&F/CIF)
Pemohon
Cap
Perusahaan
(Nama Terang)
Jabatan
DIREKTUR JENDERAL,
ttd
R.B. PERMANA AGUNG D.
NIP 060044475

Keterangan

Lampiran III
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG
KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN/
BAHAN PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/KMK.05/2000 TANGGAL 31 MARET 2000
YANG DIIMPOR OLEH ..............
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Membaca

:

a. Surat ..... nomor ....... tanggal ...... hal .........;
b. Surat Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka nomor .......
tanggal ..........

Memperhatikan :

Surat Keputusan ............ tentang Pemberian Izin Tetap Usaha Industri.

Menimbang

:

a. bahwa permohonan ....... telah memenuhi persyaratan sesuai Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/KMK.05/2000 tanggal 31 Maret 2000;
b. bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk memberikan kemudahan berupa
keringanan bea masuk atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk
pembuatan komponen elektronika.

Mengingat

:

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun
1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612);
2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 440/KMK.05/1996 tanggal
21 Juni 1996 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea
Masuk Atas Barang Impor sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 569/KMK.01/1999;
3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/KMK.05/2000 tanggal 31
Maret 2000.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN/ BAHAN
PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA SEBAGAIMANA
DIMAKSUD DALAM KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 98/KMK.05/2000 TANGGAL 31 MARET 2000 YANG DIIMPOR
OLEH ..............

PERTAMA

:

Terhadap bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan ........ dengan
perkiraan harga senilai ........ dengan perincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini, yang dimasukkan oleh .........., NPWP : ........, Alamat : ........., diberikan
keringanan bea masuk sehingga tarif akhir menjadi 5% (lima perseratus), dengan ketentuan
dalam hal tarif bea masuk yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia

(BTBMI) 5% (lima perseratus) atau kurang maka yang berlaku adalah tarif bea masuk
dalam BTBMI.
KEDUA

:

Menunjuk ......... sebagai pelabuhan pemasukan untuk penyelesaian formalitas pabean atas
bahan baku/sub komponen/bahan penolong dimaksud dalam diktum PERTAMA Keputuan
ini.

KETIGA

:

(1) Atas bahan baku/sub komponen/bahan penolong yang mendapatkan fasilitas
keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA Keputusan ini
pada saat pengimporannya tidak memenuhi ketentuan tentang jumlah, jenis, spesifikasi
teknis yang tercantum dalam lampiran Keputusan ini, dipungut bea masuk dan
pungutan impor lainnya dengan tidak dikenakan denda;
(2) Atas bahan baku/sub komponen/bahan penolong yang telah mendapatkan fasilitas
keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA Keputusan ini
hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri yang bersangkutan;
(3) Penyalahgunaan bahan baku/sub komponen/bahan penolong sebagaimana dimaksud
dalam butir (2) diatas mengakibatkan batalnya fasilitas bea masuk yang diberikan atas
bahan baku/sub komponen/bahan penolong tersebut sehingga bea masuk yang
terhutang harus dibayar dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda seratus persen
dari kekurangan bea masuk;
(4) Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinya ketentuanketentuan kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
melakukan audit atas pembukuan, catatan-catatan, dan dokumen perusahaan yang
berkaitan dengan pemasukan dan penggunaan bahan baku/sub komponen/bahan
penolong;
(5) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam butir (4) diatas, pengusaha
bertanggung jawab atas pelunasan bea masuk yang terutang dan sanksi administrasi
berupa denda.

KEEMPAT

:

PT. ............... diwajibkan :
(1) Menyelenggarakan pembukuan pengimporan bahan baku/sub komponen/bahan
penolong untuk keperluan audit dibidang kepabeanan;
(2) Menyimpan dan memelihara untuk sekurang-kurangnya 10 tahun pada tempat
usahanya, dokumen, catatan-catatan, dan pembukuan sehubungan dengan pemberian
fasilitas keringanan bea masuk;
(3) Menyampaikan laporan tentang realisasi impor bahan baku/sub komponen/bahan
penolong dimaksud pada diktum PERTAMA Keputusan ini kepada Direktur Jenderal
Bea dan Cukai up. Direktur Verifikasi dan Audit.

KELIMA

:

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan sampai dengan tanggal ........

SALINAN Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada :
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Keuangan;
3. Menteri Perindustrian dan Perdagangan;
4. Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara;
5. Inspektur Jenderal Departemen Keuangan
6. Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan
7. Direktur Fasilitas Kepabeanan - DJBC;
8. Direktur Verifikasi dan Audit - DJBC;
9. Kepala Kantor Wilayah .........;

10. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai ...........

Petikan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.
Pimpinan PT .............
Kantor ..........
Pabrik ................
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
a.n. Menteri Keuangan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.b.
Direktur Fasilitas Kepabeanan/
Kepala Kantor Wilayah
NAMA
NIP

DIREKTUR JENDERAL
ttd.
R.B. PERMANA AGUNG D.
NIP. 060044475

Lampiran III
Lampiran Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor
:
Tanggal :
Halaman .......... dari .......
No.

Jenis Barang

Negara Asal

Perkiraan
total harga

a.n. Menteri Keuangan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.b.
Direktur Fasilitas Kepabeanan/
Kepala Kantor Wilayah
NAMA
NIP

DIREKTUR JENDERAL
ttd.
R.B. PERMANA AGUNG D.
NIP. 060044475

Pelabuhan
Bongkar

Spesifikasi
Teknis

Jumlah
(Satuan)

Perkiraan
Total Harga