J01083

HAMBATAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS
Tri Nova Hasti Yunianta
Progdi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
trinova.yunianta@staff.uksw.edu
Pola berpikir kreatif dalam matematika dimulai dari adanya masalah matematika.
Memecahkan masalah matematika memerlukan kemampuan berpikir kreatif matematis.
Masalah yang muncul tidak selalu dapat diselesaikan dengan cara yang sama dengan
sebelumnya. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis ini diperlukan agar
siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah khususnya dalam matematika dengan
berbagai macam cara. Kemampuan ini sangat diperlukan siswa dalam mempelajari
matematika lanjut sehingga kemampuan ini perlu dikembangkan. Tidak mudah
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis seseorang. Tujuan penelitian
ini mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif matematis. Ada lima aspek dalam berpikir kreatif yaitu kelancaran,
keluwesan, keaslian, elaborasi dan sensitivitas dalam berpikir. Data penelitian
diperoleh melalui observasi dan wawancara terhadap siswa SMA dan Mahasiswa.
Observasi dilakukan melalui kegiatan perkuliahan maupun kegiatan pembelajaran di
SMP maupun di SMA. Selain itu, untuk memperkuat data dilakukan telaah kajian teori
berpikir kreatif secara umum serta membandingkan dengan data di lapangan. Hasil
penelitian mendapatkan hasil bahwa faktor dari dalam dan dari luar individu. Ada

tujuh hambatan utama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis
di dalam pembelajaran. Jika hambatan-hambatan ini dapat diatasi, seseorang akan
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan baik dan
membantu seseorang menemukan banyak solusi kreatif mengatasi permasalahan
tentang matematika. Kata Kunci: Hambatan, Mengembangkan, Kemampuan,
Berpikir Kreatif Matematis

PENDAHULUAN

mengungkapkan bahwa ”Genius is 1% inspiration

Latar Belakang Masalah

and 99% perspiration” (Munandar, 2009). Hal ini

Thomas Alfa Edison pernah melakukan

menunjukkan bahwa daya juang seseorang itulah

banyak percobaan dalam langkah menemukan


yang paling besar dalam menentukan hasilnya.

bolam lampu yang sekarang sangat penting bagi

Thomas Alfa Edison telah mencoba berbagai cara

kehidupan

pernah

agar Ia mendapatkan hasil yang baik. Diperlukan

mengalami kegagalan lebih dari 200 kali. Ia

kemampuan dalam berpikir kreatif agar Ia dapat

manusia.

Thomas


Edison

1

2

menciptakan benda yang bermanfaat. Ternyata

dan kreativitasnya, dia mampu membuat bolam

bolam lampu menjadi alat yang sangat penting

lampu.

dalam kehidupan manusia.
Meskipun

Meskipun


matematika

merupakan

mengembangkan

demikian,
kemampuan

tidak

mudah

berpikir

kreatif

pelajaran yang berisi konsep-konsep yang abstrak,

matematis seseorang. Baik di dalam pembelajaran


tetapi pengaruh matematika bagi kemajuan ilmu

di Sekolah, Keluarga maupun masyarakat, sering

pengetahuan

kali ada tantangan yang harus dihadapi untuk

sekarang

ini.

dan

teknologi

Oleh

karena


dapat
itu

dirasakan
matematika

mengembangkan

kemampuan

berpikir

kreatif

merupakan ilmu mendasar yang sangat penting

seseorang. Artikel berikut ini akan mengkaji

untuk dipelajari. Pembelajaran matematika melatih


tentang kemampuan berpikir kreatif matematis dan

siswa untuk mampu berpikir logis, analitis,

tantangan mengembangkan kemampuan ini dilihat

sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki

dari faktor intern dan ekstern siswa.

mampu

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

bekerja

Mengerjakan

sama


2004).
juga

Potur & Barkul (2009) mendefinisikan

memerlukan kemampuan berpikir kreatif agar

berpikir kreatif adalah sebuah kemampuan kognitif

siswa

orisinil dan proses memecahkan masalah yang

dapat

soal-soal

(Depdiknas,
matematika


memecahakan

masalah

dalam

matematika.

memungkinkan

Menurut Martono (1999), pola berpikir

intelegensinya

individu
dengan

cara


menggunakan
yang

unik

dan

kreatif dalam matematika dimulai dari adanya

diarahkan menuju pada sebuah hasil. Berpikir

masalah matematika. Pengembangan kemampuan

divergen merupakan akar dalam menemukan

berpikir kreatif matematis ini diperlukan agar

banyak jawaban yang mungkin untuk masalah

siswa


masalah-masalah

tertentu atau tugas terbuka (Kiehn, 2007). Guilford

khususnya dalam matematika dengan berbagai

menyatakan bahwa berpikir divergen dipandang

macam cara. Hal ini mendorong siswa dalam

sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan

kehidupan sehari-hari, mereka mampu menemukan

kemampuan berpikir kreatif, meliputi kelancaran,

solusi

kelenturan, orisinalitas dan elaborasi (Munandar,

dapat

dari

menyelesaikan

permasalahan-permasalahan

yang

timbul dalam masyarakat.
Pengembangan

2009).
kemampuan

berpikir

Potur & Barkul (2009) menekankan bahwa

kreatif matematis ini sangat diperlukan agar siswa

berpikir kreatif adalah kemampuan kognitif orisinil

dalam mempelajari matematika lanjut, mereka

dan proses pemecahan masalah. Siswa melibatkan

dapat menemukan solusi-solusi dari masalah yang

seluruh kemampuan berpikirnya untuk menemukan

ada melalui cara-cara yang kreatif. Sama halnya

jalan kepada solusi dari suatu masalah yang

dengan Thomas Alfa Edison dengan kerja keras

dihadapi. Meskipun terkadang terlalu banyak cara
akan menyulitkan sampai kepada hasil akhir,

3

namun

dengan

pilihan

akan

Jadi kemampuan berpikir kreatif matematis

kepada

tujuan

dapat diukur berdasarkan tingkat kelancaran,

dibandingkan siswa yang memang benar-benar

keluwesan, orisinalitas, elaborasi dan sensitivitas

tidak memiliki cara untuk sampai kepada solusi

dari siswa. Hal ini yang akan menjadi aspek-aspek

masalahnya. Oleh karena itulah berpikir kreatif

pengukuran

sangat penting dalam diri seorang siswa.

penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir

memungkinkan

banyaknya
siswa sampai

di

dalam

penyusunan

intrumen

Menurut Livne (Mahmudi, 2010), berpikir

kreatif siswa. Berikut ini disajikan tabel perilaku

kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk

berpikir kreatif dan artinya menurut aspek-aspek

menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru

yang diukur (Munandar, 2009: 192).

terhadap

masalah

matematika

yang

bersifat

Tabel 2.3

terbuka. Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif

Perilaku Berpikir Kreatif dan Artinya menurut

matematis, yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian,

Aspek-aspek yang Diukur

elaborasi, dan sensitivitas (Munandar, 2009;

Sumber: Munandar (2009); Evans (1994)

Evans, 1991; Mann, 2005). Melalui aspek-aspek
tersebut

berpikir

kreatif

dapat

diukur

Perilaku
No.

ketercapaiannya dengan mengidentifikasi melalui
pertanyaan terbuka.

Berpikir
kreatif

1.

Kelancaran berkaitan dengan kemampuan

Berpikir
lancar

untuk membangkitkan dengan mudah sejumlah
besar

ide-ide.

Keluwesan

merujuk

2.

Berpikir
luwes

dan penemuan. Keaslian merupakan kemampuan

(fleksibel)

menghasilkan

ide-ide

luar

biasa,

untuk

mengirimkan

rincian

gagasan yang beragam
- mampu mengubah cara

- arah pemikiran yang

atau menggunakan hal-hal atau situasi dalam cara

seseorang

- menghasilkan gagasan-

atau pendekatan

memecahkan masalah dalam cara yang luar biasa,

yang luar biasa. Elaborasi merupakan kemampuan

gagasan/jawaban yang

- arus pemikiran lancer

Keluwesan merupakan basis keaslian, kemurnian,

untuk

- menghasilkan banyak

relevan,

kepada

kemampuan untuk membangkitkan banyak ide.

Arti

berbeda
3.

guna

Berpikir
orisinil

- memberikan jawaban
yang tidak lazim, yang

melengkapi hubungan yang ada atau bentuk yang

lain dari yang lain, yang

terkerangka.

adalah

jarang diberikan

sebuah

kebanyakan orang.

kemampuan

Sensitivitas
untuk

masalah

mengakui

bahwa

masalah ada atau menembus rincian-rincian dan
fakta-fakta yang menyesatkan untuk mengakui
masalah nyata itu (Evans, 1994: 46-53).

4.

Berpikir
terperinci

- mengembangkan,
menambah, memperkaya

4

(elaborasi)

suatu gagasan

penyelesaian secara matematis agar mendapatkan

- memperinci detail-detail

efisiensi dan penghematan yang berarti. Sebuah

- memperluas suatu

contoh

gagasan
5.

Sensitivitas

- kepekaan terhadap

Proyek ini diberikan agar siswa dapat

terhadap langkah-

membuat kontainer tempat sampah dengan desain

langkah jawaban yang

dari mahasiswa. Setelah itu, mahasiswa diminta

mengarah kepada

untuk menghitung penghematan yang dapat dibuat

tujuan/hasil akhir

setelah menggunakan penerapan teori Lagrange

Guilford (Munandar, 2009) membedakan antara
non-aptitude

traits

teori

harus dikerjakan mahasiswa (Stewart, 2003:409).

dalam

merupakan

memanfaatkan

membuat tempat sampah sebagai proyek yang

- memiliki kepekaan

dan

dengan

Lagrange dalam menghitungkan penghematan

masalah

aptitude

adalah

traitsnon-aptitude

yang berhubungan

dengan

penentuan

ukuran

kontainer

tempat

samapah. Proyek semacam ini diharapkan dapat
mengembangkan

kemampuan

berpikir

kreatif

matematis siswa. Kemampuan berpikir kreatif

kreativitas. Aptitude berhubungan dengan berpikir

matematis

kreatif siswa dan non-aptitude

menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru

berhubungan

dengan sikap kreatif siswa. Meskipun kreativitas

terhadap

dipengaruhi oleh kedua hal tersebut, namun pada

terbuka.

lebih

menekankan

masalah

matematika

pada

yang

cara

bersifat

dasarnya berpikir kreatif siswa merupakan awal

Jika kemampuan ini dimiliki mahasiswa/siswa

dari hasil kreativitas siswa. Pentingnya berpikir

maka harapannya mereka dalam aplikasi untuk

kreatif juga telah diteliti oleh banyak orang seperti

kehidupan sehari-hari mereka dapat menemukan

Torrance,

Cropley

solusi-solusi yang kreatif. Bukan itu saja, menurut

(Munandar, 2009). Hal inilah yang mendorong

Treffinger (Munandar, 2009) mengatakan bahwa

perlu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi

matematis.

dalam tindakan. Biasanya anak yang kreatif selalu

Guilford,

Munandar

dan

ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif

menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif.

Matematis

Munandar (2009: 35) menambahkan bahwa anak

Kemampuan
bukanlah

sebuah

berpikir

kreatif

kemampuan

matematis

yang

dimiliki

seseorang secara alami, melainkan perlu dilatih
dan

terus

dikembangkan.

Masalah

dalam

kehidupan sehari-hari banyak yang membutuhkan

dan remaja yang kreatif biasanya cukup mandiri
dan memiliki rasa percaya diri.
Beberapa
mengenai

cara

buku

banyak

mengembangkan

mendiskusikan
kemampuan

berpikir kreatif. Masih sedikit yang fokus kepada

5

Langkah

kemampuan berpikir kreatif matematis. David J.

ketiga

untuk

mengembangkan

dalam

kemampuan berpikir kreatif adalah dengan cara

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif ada

praktekkan bertanya dan mendengarkan. Ketika

3 langkah yang dapat digunakan juga dalam

menyelesaikan masalah perlu mempraktekkan

mengembangkan

kreatif

untuk banyak menerima masukan dari sumber

matematif. Adapun 3 langkah menurut Schwartz

belajar. Selain bertanya, mahasiswa/siswa perlu

(2007) adalah sebagai berikut: 1) percaya bahwa

juga mendengarkan gagasan yang diberikan orang

ada solusi dari setiap permasalahan; 2) jangan

lain

biarkan tradisi melumpuhkan pikiran kreatif; 3)

kegiatan ini diharapkan mahasiswa/siswa dapat

praktekkan bertanya dan mendengarkan.

melatih kemampuan

Schwartz

menyatakan

bahwa

kemampuan

berpikir

Ketiga langkah tersebut dapat juga digunakan
sebagai

langkah

menyelesaikan

masalah.

berpikir

kreatif

Melalui

mereka

berkembang. Masalah matematika yang sulit, perlu

mengembangkan

diselesaikan dengan mengkombinasikan jawaban

kemampuan berpikir kreatif matematis. Langkah

melalui bertanya dan juga mendengarkan gagasan

pertama,

hendak

orang. Kemampuan berpikir kreatif matematis

menyelesaikan masalah matematika, mereka harus

dapat dikembangkan melalui proses bertanya dan

percaya bahwa sesuatu dapat mereka lakukan

mendengarkan ini. Meskipun pada awalnya mereka

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Oleh

seolah-olah mendapat jawaban yang sama dengan

karena itu, masalah matematis tersebut pasti dapat

orang lain, tetapi melalui kombinasi cara yang

diselesaikan. Hanya saja cara yang digunakan

diperoleh, mereka bisa mendapatkan solusi yang

mungkin dapat bervariasi.

bervariatif.

ketika

untuk

untuk

mahasiswa/siswa

Langkah kedua untuk tidak membiarkan

Rumusan masalah

tradisi melumpuhkan pikiran maksudnya adalah

Rumusan masalah dalam artikel ini adalah hal-hal

bersikap

apa

menerima

mahasiswa
integral

gagasan

menyelesaikan

lipat

dua

dengan

baru.

soal-soal
koordinat

Ketika
kalkulus
kutub,

yang

menghambat

mengembangkan

kemampuan

seseorang

dalam

berpikir

kreatif

matematis.

sebagaian besar mahasiswa menyebut bahwa soal

Tujuan

itu sulit untuk diselesaikan. Kata soal itu sulit

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah

merupakan tradisi yang dianggap mahasiswa

diuraikan sebelumnya, tujuan dari penulisan artikel

sebagai sesuatu hal yang mereka selalu hadapi.

ini adalah untuk mengkaji hambatan-hambatan

Meskipun memang sulit untuk diselesaikan, pada

seseorang mengembangkan kemampuan berpikir

dasarnya soal-soal tersebut dapat diselesaikan.

kreatif matematis.

Oleh

Manfaat

karena

itu,

jangan

melumpuhkan pikiran Anda.

biarkan

tradisi

Artikel ini diharapkan dapat memberikan manfaat
jika hambatan dalam mengembangkan kemampuan

6

berpikir kreatif matematis telah diketahui, langkah

ketakutan

selanjutnya adalah mencari solusi penyelesaian

mengganggu konsentrasi, energi yang terbatas,

dari hambatan yang ada.

kalau sudah diberikan satu contoh akan lebih suka

METODE PENELITIAN

sesuai

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif.

melakukan hal kreatif dalam matematika, tradisi

Data diperoleh dengan wawancara dan observasi

yang diturunkan oleh guru dan waktu yang sedikit

lapangan. Sebelum melakukan kegiatan dilapangan

sehingga membuat panik.

sendiri

dengan

karena

contoh

susah,

saja,

ada

tidak

yang

terbiasa

dilakukan telaah kajian teori dahulu tentang

Subyek keempat menyatakan bahwa hal ini

kemampuan berpikir kreatif secara umum. Subyek

disebabkan oleh ketika melihat soal atau masalah

penelitian diambil dari siswa SMAN 2 Salatiga dan

langsung malas berpikir, malas memahami soal

siswa

atau masalah, kalau sudah bisa kenapa harus cari

SMAN

3

Salatiga

serta

mahasiswa

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan

cara

Ilmu

memikirkan alternatif cara lain, kurang latihan,

Pendidikan

Universitas

Kristen

Satya

Wacana.

lain,

lebih fokus

ke

rumus

daripada

puas diri, waktunya yang terlalu singkat. Subyek
kelima menyatakan bahwa hal ini dikarenakan
belum memahami dasar/konsepnya, mudah bosan,

HASIL PENELITIAN
Melalui wawancara dan observasi ditemukan
beberapa

fakta

hambatan

dalam

kurangnya

berpikir

kreatif

pokoknya harus dengan cara ini (satu cara yang

matematis. Adapun data-data yang diperoleh dari

dianggap biasa), waktu yang tidak tepat atau

subyek pertama adalah dikarenakan pikiran blank,

terbatas, dikritik oleh orang lain.

mengembangkan

mengenai

bingung caranya sehingga menjadikan malas,

kemampuan

latihan,

tidak

suka

matematika,

materi yang dipelajari lupa, waktu yang terbatas,

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi,

ada perasaan takut salah dalam menyelesaikan

diperoleh ada dua faktor yang menghambat siswa

masalah
kurangnya
terpaku

matematika,
latihan
rumus,

konsep

belum

kuat,

atau mahasiswa mengembangkan kemampuan

soal,

sering

berpikir kreatif matematis yaitu faktor dari dalam

lingkungan

juga

dan faktor dari luar. Tabel 1 memberikan

mengerjakan
faktor

mempengaruhi, kecapekan, cepat puas diri.
Melaui subyek kedua diperoleh data bahwa

gambaran mengenai faktor dari dalam individu
yang menjadi hambatan.

yang menghambat adalah wawasan kurang, cuek,

Tabel 1

tidak ingin tahu, budaya Ujian Nasional, hanya

Jenis

menghafal rumus, wawasan kurang, malas, takut

hambatan

salah, perasaan kalah saing, kebiasaan tidak

Pikiran

kreatif, masalah waktu yang terbatas. Subyek
ketiga menyatakan bahwa ini disebabkan oleh

Deskripsi Hambatan

pikiran

blank,

mengganggu

ada

yang

konsentrasi,

7

bingung

caranya

sehingga

menjadikan malas, tidak suka

Adapun faktor dari luar diri individu disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2

matematika
Malas

Jenis hambatan

Deskripsi Hambatan

kurangnya latihan mengerjakan

Kritikan

dikritik oleh orang lain

soal,

Lingkungan

lingkungan

materi

yang

malas

dipelajari

berpikir,

lupa,

malas

memahami soal atau masalah,

juga

mempengaruhi

kurangnya latihan, kurang latihan
Kebiasaan

Cuek, tidak ingin tahu, budaya

DISKUSI

Ujian Nasional, hanya menghafal

Hambatan

rumus, kebiasaan tidak kreatif,

Berpikir Kreatif matematis

kalau sudah diberikan satu contoh

Berpikir

kreatif

matematis

Kemampuan

sangat

erat

akan lebih suka sesuai dengan

kaitannya dengan adanya masalah matematika.

contoh

terbiasa

Polya (1985) mengajukan empat langkah fase

kreatif dalam

penyelesaian masalah yaitu memahami masalah,

saja,

melakukan

hal

matematika,

tidak

tradisi

yang

merencanakan

penyelesaian,

menyelesaikan

diturunkan oleh guru kalau sudah

masalah dan melakukan pengecekan kembali

bisa kenapa harus cari cara lain,

semua langkah yang telah dikerjakan. Pemecahan

lebih fokus ke rumus daripada

masalah inin bergantung pada kemampuan untuk

memikirkan alternatif cara lain,

mengatasi segala hambatan yang dihadapi dalam

mudah bosan, pokoknya harus

rangka mengembangkan berpikir kreatif.

dengan cara ini (satu cara yang

Rasa Takut

Mengembangkan

Olson (1992) menyatakan bahwa hambatan

dianggap biasa),

yang mungkin dihadapi dalam berpikir kreatif

ada perasaan takut salah dalam

yaitu 1) kebiasaan/tradisi; 2) waktu dan energi

menyelesaikan

yang

masalah

terbatas;

3)

lingkungan;

4)

perlunya

matematika, perasaan takut kalah

penanganan segera; 5) kritik yang dilancarkan

saing

orang lain; 6) takut gagal; dan 7) puas diri.

Penguasaan

konsep

sering

Kebiasaan atau tradisi adalah melaksanakan

Konsep

terpaku rumus, wawasan kurang,

kegiatan/pekerjaan yang sama dengan cara yang

belum

sama dan dalam kondisi yang sama pula.

Energi

belum

kuat,

memahami

dasar/konsepnya

Kebiasaan/tradisi dalam mengerjakan penyelesaian

Kecapekan, energi yang terbatas

masalah matematika menjadi hal yang wajar dalam

Rasa Puas Diri cepat puas diri

pembelajaran sekarang ini. Guru memberikan
contoh dan siswa menuliskan jawaban dari soal

8

yang diberikan sama dengan cara yang diberikan

matematika tidak menyediakan lingkungan belajar

guru. Oleh karena itu, kebiasaan/tradisi semacam

yang kreatif, ini dapat mempengaruhi siswa untuk

ini dapat menghambat siswa mengembangkan

mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif matematis. Bahkan di

matematis. Jadi lingkungan memiliki pengaruh

SD, siswa merasa tidak yakin dengan jawaban

dalam menghambat seseorang menjadi kreatif,

orang lain meskipun mendapatkan hasil yang

namun jika lingkungan ini diubah menjadi

sama.

lingkungan

Mereka

merasa

jawaban

guru

yang

yang

mengajarlah yang perlu mereka percaya. Ini perlu

berpikir

mendapat

berkembang.

perhatian

yang

serius

terkait

kebiasaan/tradisi ini.
Waktu

kemampuan

kreatif

kreatif,

berpikir

maka

matematis

kreatif

kemampuan

siswa

dapat

Ketika siswa diminta untuk menyelesaikan
dengan

soal-soal matematika dengan segera dan tidak

alasan

memberikan kesempatan untuk bertanya dan

seseorang untuk tidak menjadi kreatif. Siswa

mendengarkan gagasan dari orang lain, maka

sekarang lebih cenderung sibuk dan energi mereka

kebiasaanlah

habis hanya mengulang-ulang penyelesaian dengan

penyelesaiannya.

cara yang sama daripada mereka memikirkan cara

seseorang untuk menjadi lebih kreatif.

kesibukan.

seringkali
Kesibukan

berhubungan
ini

merupakan

yang
Hal

ini

digunakan

dalam

menjadi

hambatan

kreatif untuk penyelesaian soal matematika yang

Secara sengaja atau tidak sengaja, kritik

mungkin lebih efektif dan efisien dalam hal waktu

menghambat kreativitas seseorang (Oslon, 1992).

dan energi. Siswa cenderung menghabiskan waktu

Misalkan seorang siswa hendak menyelesaikan

untuk

masalah

mengulang-ulang

jawaban

daripada

sistem

persamaan

linear

dengan

mempelajari cara yang kreatif namun efektif untuk

menggunakan

penyelesaiannya.

1992)

mengatakan, “caramu itu tidak sesuai dengan cara

menyatakan “semakin banyak berpikir, semakin

umumnya” atau, “cara itu tidak bisa digunakan

banyak pula waktu yang Anda miliki”. Waktulah

dalam pembelajaran”. Komentar-komentar yang

yang dapat memberi keuntungan yang besar itu

bersifat negatif ini mematahkan ide-ide kreatif

dan akhirnya ini berarti menghemat waktu.

seseorang. Sesuatu yang wajar jika gagasan kreatif

Henry Ford

(Oslon,

Lingkungan bisa jadi faktor penghambat
dalam
kreatif

mengembangkan
matematis.

kemampuan
Ketika

matriks,

ada

temannya

yang

matematis mendapat kritikan dari seseorang. Jika

berpikir

itu dapat menyelesaikan permasalahan dan dapat

seorang

diterima dalam hal konsep matematis, itu tidak

siswa/mahasiswa berada pada lingkungan teman
sebaya yang terbiasa menyelesaikan masalah

menjadi masalah.
Seseorang

yang

takut

gagal

dalam

matematika dengan cara yang biasa, ini dapat

menyelesaiakan

mempengaruhi seseorang menjadi kreatif. Guru

membuat orang tersebut tidak percaya diri. Jika

juga mempunyai peran yang penting. Ketika guru

tidak percaya bahwa ia mampu untuk mengatasi

masalah-masalah

matematika

9

masalah tersebut maka ini sangat menghambat

terbatas; 3) lingkungan; 4) perlunya penanganan

seseorang mengembangkan kemampuan berpikir

sege

kreatif matematisnya.

ra; 5) kritik yang dilancarkan orang lain; 6) takut

Selain itu puas diri merupakan sikap yang

gagal; dan 7) puas diri. Jika hambatan-hambatan

dapat menghambat seseorang mengembangkan

ini

kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Sikap

mengembangkan

puas diri ini dapat membuat seseorang berhenti

matematis dan membantu seseorang menemukan

untuk terus lebih kreatif, sebab mereka sudah

banyak solusi kreatif mengatasi permasalahan

merasa cukup dan puas dengan keadaannya

tentang matematika.

dapat

diatasi,

seseorang

kemampuan

akan

dapat

berpikir

kreatif

sekarang. Masih banyak masalah matematika yang
tingkat kesulitan dan penyelesaiannya bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hal ini sebenarnya memotivasi siswa lebih lagi

[1] de Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung:

mengembangkan

Kaifa

kemampuan

berpikir

kreatif

[2]

matematisnya.
Berpikir kreatif merupakan kunci dari

Evans,

J.

R.

Berpikir

Kreatif

dalam

Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Jakarta:

berpikir untuk merancang, memecahkan masalah,

Bumi Aksara, 1994.

untuk

[3] Kiehn. M. T. Creative Thinking: Music

melakukan

perubahan

dan

perbaikan,

memperoleh gagasan baru (de Bono, 2007).

Improvisational

Meskipun demikian banyak hambatan yang harus

Elementary School Students. Journal of Education

diatasi agar seseorang menjadi lebih kreatif. Ketika

and

hambatan-hambatan

http://kiehnm@uwgb.edu (diunduh 14 Desember

tersebut

dapat

diatasi,

Human

Skills

Development

Development

among

Vol

1.

kemampuan berpikir kreatif matematis seseorang

2011), 2007.

akan dapat meningkat dan membantu orang

[4] Mahmudi, A. “Mengukur Kemampuan Berpikir

tersebut dapat menemukan banyak solusi kreatif

Kreatif Matematis”. Makalah. Konferensi Nasional

mengatasi permasalahan matematika.

Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni – 3 Juli
2010, 2010.
[5] Mann, E. L. Mathematical Creativity and

SIMPULAN

School Mathematics: Indicators of Mathematical

Berdasakan kajian di atas, dalam mengembangkan

Creativity in Middle School Students. Dissertation.

kemampuan

University of Connecticut, 2005.

berpikir

kreatis

matematis

ada

hambatan yang dapat menjadikan seseorang tidak

[6]

Martono, K. Kalkulus. Jakarta: Penerbit

kreatif. Hambatan-hambatan tersebut di antaranya:

Erlangga, 1999.

1) kebiasaan/tradisi; 2) waktu dan energi yang

[7] Munandar, U. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta, 2009.

10

[8] Oslon, R. W. Seni Berpikir Kreatif. Jakarta:
Erlangga, 1992.
[9] Polya, G. How to Solve it. A New Aspect of
Mathematical methods (2nd Edition). New Jersey:
Pricenton University Press, 1985.
[10]

Potur, A. A. & O. Barkul. Gender and

creative thinking in education: A theoretical and
experimental overview. Journal, 6 (2), 44-57.
http://www.az.itu.edu.tr/azv6n2,

2009.

web/05poturbarkul0602.pdf (diunduh 14 Desember
2011).
[11] Schwartz, D. J. Berpikir dan Berjiwa Besar.
Batam: Binarupa, 2007.
[12] Stewart, James. Kalkulus Jilid 2 Edisi
Keempat (Terjemahan).Jakarta: Erlangga, 2003.

Dokumen yang terkait

J01083

0 0 10