Identitas Diri Remaja yang Mempunyai Orang Tua Tunggal (Ibu)

10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Paradigma Kajian
Kritis,

salah

satu

di

antara

paham

yang


menyatakan

bahwa

konstruktivisme merupakan paham yang masih belum menganalisis faktor-faktor
hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana yang pada gilirannya
berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilakuperilakunya(Eriyanto, 2001:6). Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan
pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reporoduksi
makna. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun
strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana ini dipakai untuk
membongkar kuasa yang ada di dalam proses bahasa; batasan-batasan apa yang
diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai serta topik apa
yang dibicarakan (Hikam, 1996: 85).
Wacana digambarkan sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah
hubungan dialektis diantara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi,
dan struktur sosial yang membentuknya (Eriyanto, 2001: 7). Praktik wacana bisa
jadi menampilkan efek ideologi: ia dapat memproduksi dan memproduksi
hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosialm laki-laki dan wanita,
kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direporsentasikan

dalam posisi sosial uang ditampilkan (Fairclough, Norman & Wodak, 1997: 258).
Berikut adalah karakteristik penting dari analisis wacana kritis:
1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Wacana
bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Dengan pemahaman
semacam ini ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang.
Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk
mempengaruhi, membujuk, menyangga, bereaksi, dan sebagainya. Kedua, wacana
dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara tersadar, terkontrol, bukan
10

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

11

sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran (Eriyanto,
2001:10)
2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar,

situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti,
dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Analisis wacana juga memeriksa
konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan
mengapa, dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana
perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap
masing-masing pihak (Guy Cook, 1994:1). Ada beberapa konteks yang penting
karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar
siapa yang memproduksi wacana. Jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial,
etnis, agama, dalam banyak hal relevan dalam menggambarkan wacana. Kedua,
setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau
lingkungan fisik adakah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana
(Eriyanto, 2001: 8-9).
3. Historis
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi
dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks
yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah
dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu (Eriyanto,
2001:9). Pemahaman mengenai wacana teks hanya akan diperoleh kalau kita bisa
memberikan konteks historis dimana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial
politik, dan suasana pada saat itu.

4. Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam
analisisnya. Di sini, setiap wacana yang muncul , dalam bentuk teks, percakapan
atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral
tetapi merupakan bentuk pertarungan (Eriyanto, 2001:11). Pemakai bahasa bukan
hanya pembicara, penulis, pendengar atau pembaca, ia juga bagian dari anggota
kategori sosial tertentu, bagian dari kelompok profesional, agama, komunitas atau
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat tertentu. Analisis wacana tidak membatasi dirinya pada detik teks atau
struktus wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi
sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu. Struktur wacana juga menjadi
wadah kekuasaan itu dikendalikan, misalnya dilihat dari penonjolan atau
pemakaian kata-kata tertentu yang dipakai (Eriyanto, 2001:12)
5. Ideologi
Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal
ini karena teks, percapakan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau

pencerminan dari ideologi tertentu. Wacana dalam pendekatan ini dipandang
sebagai

medium

dimana

kelompok

uang

dominan

mempersuasi

dan

mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang
mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar (Van Dijk, 1997: 25). Dalam
perspektif ini, ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi

secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan
share di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang
lainnya. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, namun ia digunakan secara
internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi
tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk
identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain (Eriyanto, 2001:1314).
2.2 KAJIAN PUSTAKA
2.2.1. Teun A. Van Dijk
Menurut Van Dijk (Eriyanto, 2001:221), penelitian atas wacana tidak
cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil
dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Disini harus dilihat juga bagimana
suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks
bisa semacam itu. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas karena
melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Pendekatan yang
dikenal sebagai kognisi sosialini membantu memetakan bagaimana produksi teks
yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara


13

Teks bukan hanya yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa
yang mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu
praktik wacana (Eriyanto, 2001:22). Van Dijk membuat suatu jembatan yang
menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen
wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial.
Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan
bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/media, di sisi lain ia
menggambarkan bagaimana nilai-nilai masyarakat yang patriarkal itu menyebar
dan diserap oleh kognisi wartawan, dan akhirnya digunakannya untuk membuat
teks berita.
Berbagai masalah yang kompleks dan rumit mengenai sosial coba
digambarkan dalam model Van Dijk. Oleh karena itu, Van Dijk tidak hanya
mengeksklusi modelnya semata-mata dengan menganalisis teks semata (Eriyanto,
2001:224). Ia juga melihat bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang
membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh Van Dijk
digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial dan konteks
sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana
tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah

bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan
suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi berita
yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu
masalah. Analisis Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual yang
memusatkan perhatian kepada teks ke arah analisis yang komprehensif.
Bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu
wartawan maupun dari masyarakat. Model dari analisis Van Dijk ini dapat
digambarkan sebagai berikut (Eriyanto: 2001:225):

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

14

Teks

Kognisi Sosial
Konteks


A. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan
(Eriyanto, 2001:226). Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna
global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau teman
yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan
strutur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagianbagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah
makna wacana yang dapat diamanti dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata,
kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.
Menurut Van Dijk (Eriyanto, 2001:226), meskipun terdiri atas berbagai
elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan
mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks didukung oleh
kerangka teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Menurut
Littlejohn, antara bagian teks dalam model Van Dijk dilihat saling mendukung,
mengandung arti koheren satu sama lain (Littlejohn, 1992: 93-94). Hal ini karena
semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat
sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat,
dan proposisi yang dipakai. Pernyataan/tema pada level umum didukung oleh
pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk
mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih

kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak
Cuma mengerti apa isi dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk
teks beruta, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

15

apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media mengungkapkan
peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu diungkapkan lewat
retorika tertentu (Eriyanto, 2001:226-227).
Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorikan tertentu oleh media dipahami
Van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan (Eriyanto, 2001:227). Pemakaian
kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai
cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik berkomunikasi-suatu cara
untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat
legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana adalah cara
yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika
seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk

mempertegas pilihan dan sipak, membentuk kesadaran politik, dan sebagainya.
B. Kognisi Sosial
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,
tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Djik menawarkan suatu analisis
yang disebut sebagai kognisi sosial (Van Dijk, 1994: 107-108). Dalam wacana
Van Dijk, penelitian mengenai kognisi sosial: kesadaran mental wartawan yang
membentuk teks tersebut. Selain analisis atas teks berita, perlu dilakukan
penelitian atas kesadaran mental wartawan dalam memberitakan suatu kasus.
Kognisi sosial ini penting dan menjadi kerangka yang tidak terpisahkan untuk
memahami teks media (Eriyanto, 2001:259).
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial
(Eriyanto, 2001:260). Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks
tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau
lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam
memproduksi suatu berita (Van Dijk, 1993: 117). Di sini wartawan tidak dianggap

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

16

sebagai individu yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai,
pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.
Van Dijk menyebut skema ini sebagai model (Eriyanto, 2001:261). Skema
dikonseptualisasikan sebagai struktur mental dimana tercakup di dalamnya
bagaimana kita memandang manusia, peranana sosial, dan peristiwa. Skema
menunjukkan bahwa kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan
memproses informasi yang datang dari lingkungan. Sebagai sebuah struktur
mental, skema menolong kita menjelaskan realitas dunia yang kompleks. Skema
bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas-membantu kita memandu
apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu. Skema
menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan informasi yang tersimpan
dalam memorinya dan bagaimana itu diintegrasikan dengan informasi baru yang
menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan, dan dimasukkan
sebagai bahan dari pengetahuan kita tentang suaru realitas (Augoustinus Walker,
1995: 33). Karena realitas dunia itu begitu kompleksnya dan pemahaman tentang
realitas tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan memori yang dipunyainya,
implikasinya peristiwa selalu dibuat dalam bentuk kategori. Dengan cara ini,
peristiwa yang kompleks tersebut disederhanakan, dipahami, dibuat teratur,
koheren, dan mempunyai arti yang spesifik.
Jika suatu berita mempunyai bias atau kecenderungan pemberitaan
tertentu, umumnya karena model wartawan yang menggambarkan struktur kognisi
wartawan mempunyai kecenderungan atau perspektif tertentu ketika memandang
suatu peristiwa (Eriyanto, 2001:262). Model tersebut sangat berkaitan dengan
representasi sosial, yakni bagaimana pandangan, kepercayaan, dan prasangka
yang berkembang dalam masyarakat. Wartawan hidup di antara pandangan dan
keyakinan masyarakat (Van Dijk, 1997: 12). Meskipun demikian, bagaimana
pandangan dan keyakinan masyarakat tersebut mempengaruhi pandangan
wartawan sangat bergantung pada pengalaman, memori dan, intepretasi wartawan.
Ini berhubungan dengan proses psiologis individu wartawan. Kepercayaan yang
ada dalam masyarakat itu disebarluaskan secara sosial dalam diri individu dengan

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

17

mempertimbangkan memori, pengalaman personal, pengetahuan, dan pendapat
individu atas suatu masalah.
Salah satu elemen yang sangat penting dalam proses kognisi sosial selain
model adalah memori (Eriyanto, 2001:264). Lewat memori kita bisa berpikir
tentangn sesuatu dan mempunyai pengetahuan tentang sesuatu pula. Lewat
memori, misalnya, kita bisa mengerti suatu pesan dan mengkategorikannya suatu
pesan. Dalam setiap memori terkandung di dalamnya pemasukan dan
penyimpanan pesan-pesan, baik saat ini maupun dahulu yang terus-menerus yang
digunakan oleh seseorang dalam memandang suatu realitas.
Secara umum, memori terdiri atas dua bagian (Eysenck, 1993: 67-68).
Pertama, memori jangka pendek (short term memory), yakni memori yang dipakai
untuk mengingat peristiwa, kejadian, atau hal yang ingin kita acu yang terjadi
beberapa waktu lalu (durasi waktunya pendek). Karena durasi waktunya pendek,
short term memory ini umunya bisa mendekati kenyataan. Kedua, memori jangka
panjang (long term memory), yakni memori yang dipakai untuk mengingat atau
mengacu peristiwa, objek yang terjadi dalam kurun waktu yang sama. Karena
jangka waktunya yang panjang, seringkali ada perbedaan antara realitas dengan
long term memory tersebut. Perbedaan ini terjadi karena yang bisa dilakukan kita
adalah mengira-ngira dan umunya dilakukan dengan peristiwa yang berdekatan
dengan kita (Eriyanto, 2001:264-265).
Yang paling relevan dengan kognisi sosial adalah memori jangka panjang
(long term memory). Long term memory ini terdiri atas dua bagian besar.
Pertama, apa yang disebut sebagai memori episodik (episodic memory), yakni
memori yang berhubungan dengan diri kita sendiri(Eriyanto, 2001:265). Memori
menyediakan sarana dan bahan seperti layaknya sebuah otobiografi. Kedua,
memori semantik (semantic memory), yakni memori yang kita gunakan untuk
menjelaskan pengetahuan tentang dunia/realitas. Kadang-kadang antara memori
episodik dengan semantik ini saling berhubungan satu sama lain (Eriyanto,
2001:266).

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

18

C. Analisis Sosial
Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial (Eriyanto, 2001: 271).
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga
untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti
bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat. Dalam kerangka model Van Dijk, kita perlu melakukan penelitian
bagaimana suatu wacana diproduksi dalam masyarakat. Penelitian dilakukan
dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan reproduksi atas
wacana, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, dan sebagainya. Titik penting
dari analisis ini adaah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayat
bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi
(Eriyanto, 2001: 271).
Menurut Van Dijk (Eriyanto, 2001: 272), dalam analisis mengenai
masyarakat ini, ada dua poin yang penting: kekuasaan (power), dan akses
(access). Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor tersebut:


Praktik Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk
mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain Kekuasaan ini
umunya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai,
seperti uang, status, dan pengetahuan (Eriyanto, 2001: 272). Selain berupa
kontrol yang bersifat langsung, dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh Van
Dijk, juga berbentuk persuasif: tindakan seseorang yang secara tidak
langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti
kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Analisis wacana memberkan
perhatian yang besar pada apa yang disebut sebagai dominasi, Secara
umum kita juga dapat menganalisis bagaimana proses produksi itu secara
umum dipakai untuk membentuk kesadaran dan konsensus (Van Dijk,
1989: 18).

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

19



Akses Mempengaruhi Wacana
Analisis wacana Van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses,
bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat.
Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang tidak berkuasa (Eriyanto, 2001: 272). Oleh karena itu,
mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk
mempunyai akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk
mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya
memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar,
tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat
disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak (Van Dijk, 1999:84-102).
Khalayak yang tidak mempunyai akses bukan hanya akan menjadi
konsumen dari diskursus yang telah ditentukan, tetapi juga berperan dalam
memperbesar lewat reproduksi, apa yang mereka terima dari kelompok
tinggitersebut disebarkan lewat pembicaraan dengan keluarga, teman
sebaya, dan sebagainya.

2.2.2

Facebook
Dahulu berita hanya bersifat satu arah dari penerbit surat kabar untuk

pembacanya. Sekarang pembaca berita dapat memberikan tanggapan atas berita
yang dibaca. Media yang membuat beritanya pun bukan hanya media cetak
melainkan juga berbagai media informasi yang ada di internet. Perkembangan
internet telah memunculkan berbagai media sosial dan semua orang dapat
melakukan peliputan media kemudian menggugahnya di internet (Hakim, 2015:
106).
Internet adalah produk sampingan dari program advanced research project
agency department pertahanan yang diberi tugas membangun jaringan komunikasi
yang mampu bertahan terhadap serangan nuklir. Yang membedakan internet
dengan media cetak dan elektronik tradisional setidaknya dalam teori adalah
bahwa jaringan komunikasinya menawarkan kepada warga biasa akses tak
terbatas dan kemampuan untuk menyuarakan agenda politik mereka kepada
audiens di seluruh dunia. Salah satu alasan utama bahwa internet begitu menarik

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

20

bagi calon politik dan organisasi politik adalah bahwa media ini menawarkan
bentuk komunikasi yang dikendalikan oleh sumber.
Meskipun iklan juga menyediakan pesan komunikasi yang dikendalikan
oleh sumber dan tanpa perantara, situs internet lebih murah daripada iklan. Selain
itu hamparan internet menawarkan kepada calon warga dan kelompok-kelompok
politik ruang tak terbatas untuk mengartikulasikan posisi kebijakan, informasi
biografis, teks pidato, siaran pers, dan berbagai informasi (Kaid, 2015: 66) yang
mampu memecahkan sebuah masalah serta konsekuensinya. Bennett dan Edmund
berpendapat bahwa ruang publik yang ideal yaitu semua warga negara memiliki
akses komunikasi yang sama dan bersifat independen.
Internet mempunyai manfaat yang dirasakan oleh banyak orang seperti
bisa berkomunikasi dengan menggunakan e-mail, internet mempunyai video dan
audio, kemajuan teknologi internet menyebabkan dunia bisnis tidak hanya
memanfaatkan internet untuk jual beli saja, tapi juga digunakan untuk
mengefisiensi proses manufaktur, internet juga menyediakan layanan secara
online untuk bergaul seperti facebook, twitter, dll( Zaki, 2015: 5).
Mark awalnya membuat program course match yang memungkinkan
mahasiswa di kelas yang sama bisa melihat daftar teman-teman di kelas. Proyek
selanjutnya adalah membuat Facemash.com. Lewat situs ini para pengguna bisa
membeli stempel keren atau jelek pada foto seorang siswa dan membuat
Zuckenberg dipanggil oleh badan administrasi universitas Harvard karena
dianggap membobol sistem keamanan kampus ( Hakim, 2015: 106).
Facebook adalah media paling populer di dunia. Kepopuleran domain
facebook.com hampir sama dengan search engine lainnya seperti google dan
yahoo. Facebook adalah sebuah sejaring sosial yang diluncurkan pada bulan
Februari 2004. Hingga septermber 2012 facebook memiliki lebih dari 1 miliar
pengguna aktif di mana separuh nya menggunakan telepon genggam. Setelah
mendaftar di facebook, pengguna dapat membuat profil pribadi, menambah
pengguna lain dan bertukar pesan. Selain itu penggunanya dapat bergabung
dengan grup pengguna yang memiliki ketertarikan yang sama. Facebook pertama

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

21

kali dikembangkan Mark Zuckenberg bersama 4 temannya sebagai cofounder
pertama Facebook (Zaki, 2015: 151-152)
Fitur yang dihadirkan oleh Facebook sendiri sangat beragam (Sumber:
id.wikipedia.org/wiki/Facebook). Dimulai dari adanya interaksi digital yang
terbilang baru ketika pertama kali muncul. Misalnya saja, setelah resmi
mendaftar, kita dapat mengutak-atik fitur berbagai kabar, catatan, undangan acara,
foto, video, musik dan ragam momen yang secara real time dapat disaksikan dan
dikomentari oleh teman-temannya di akunnya. Selain itu ada juga fitur chatting
yang dilengkapi dengan berbagai pilihan emoticon untuk mewakili isi hati
pembicara atau pesan nonverbal lainnya.
Penggunaan jejaring sosial di internet tentu saja bukan jaminan bahwa
kandidat politik akan sukses. Sebagai gambaran Bob Dole ada calon presiden
pertama didunia yang menggunakan situs internet dalam kampanye politik. Ia
terutama ingin mendapatkan dukungan dari pemilih muda lewat imbauannya,
“Saya meminta dukungan kalian. Saya meminta dukungan kalian. Dan jika kalian
ingin terlibat, buka saja laman saya www.dolekemp96org.” (dole keliru
meletakkan tindik setelah org, alih-alih di antara 96 dan org). Meskipun Bob Dole
adalah kandidat presiden pertama di Amerika yang membuak website kepada
khalayak dalam kampanye politik dan pemilu Amerika tahun 1996, situsnya
dikunjungi oleh 2 juta orang, Dole kalah melawan Bill Clonton dalam pemilu
tersebut. Namun dikemukakan Castells (Mulyana, 2004: 23) salah satu jawaban
mengapa Barrack Obama yang merupakan seorang politisi junior keturunan
Afrika (Kenya) unggul atas politisi senior sekaliber Hillary Clinton terpilih
sebagai presiden Amerika padahal awalnya tanpa dukungan banyak orang di
partai Demokrat adalah orang yang mampu menggunakan strategi kampanye
inovatif yang melibatkan internet atau media sosial saat ia memasuki jantung
politik Amerika dengan membawa sejumlah besar warga negara politik Amerika
yang terpinggirkan oleh politik Amerika. Ia melakukan hal itu dengan kepribadian
yang karismatik dan wacana politik yang baru (Mulyana, 2004: 23).
Di Indonesia belum banyak penelitian serius mengenai peran internet
dalam komunikasi politik. Di antara sedikit peneliti mengenai penggunaan media

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

22

sosial dalam komunikasi politik

di Indonesia berdasarkan teori konvergensi

simbolik dari Ernest Bormann, Heriyanto menelaah ruang publik baru dalam
komunikasi politik di situs jejaring sosial dan webblog interaktif pada era
pemerintahan SBY-Boediono (Mulyana, 2004: 22-25).
2.2.3

Pilkada
Salah satu karakteristik negara yang menganut sistem demokrasi adalah

terlaksananya pemilihan umum. Meskipun demikian sitem pemilihan umum
negara demokrasi tidaklah sama tergantung latar sosial, kulutural georgrafis setiap
negara dan model demokrasi yang diterapkan (Arifin, 2015: 109). Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau sering disebut sebagai Pilkada,
adalah sebuah pemilihan pasangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di
Indonesia yang dilaksanakan secara langsung oleh penduduk setempat yang
memenuhi syarat. Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah adalah:
• Gubernur dan Wakil Gubernur untuk provinsi.,
• Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten
• Walikota dan Wakil Walikota untuk kota
Pilkada langsung disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan pertama kali diselengarakan pada bulan
Juni 2005. Sebelumnya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh
Dewan Perwakilan Daerah. Penyelenggara Pilkada dilaksanakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Pilkada merupakan mekanisme demokratis, yaitu
perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam rangka rekrutmen
pemimpin daerah, dimana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan
untuk memilih calon-calon yang didukungnya, dan calon-calon bersaing dalam
suatu medan permainan dengan aturan main yang sama (Prihatmoko, 2005:109).
Cara kerja sistem Pemilihan Kepala Daerah langsung terbagi atas lima
jenis(Prihatmoko 2005 : 116). “Pertama sistemFirst past the post, sistem ini
merupaka sistem yang paling sederhana. Calon Kepala Daerah yang memiliki
suara terbanyak secara otomatis sebagai pemenang Pemilihan Kepala Daerah

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

23

Langsung(Prihatmoko 2005 : 116). Kedua, model Approval Voting System yaitu
pemilih memberikan peringkat pada calon-calon Kepala Daerah yang ada pada
saat pamilihan. Pemenang ditentukan oleh peraih peringkat pertama(Prihatmoko
2005 : 117). Ketiga, Two Round System yaitu dengan menggunakan system dua
putaran, dengan catatan jika tidak ada calon yang meraih suara lebih atau 50 %
dari seluruh suara pada saat putaran pertama, selanjutnya dilaksanakan putaran
kedua yang diikuti oleh dua pasangan calon peraih suara terbanyak pada putaran
pertama(Prihatmoko 2005 : 118). Keempat, System Electoral College yaitu dibuat
beberapa daerah pemilihan, setiap daerah pemilihan diberi alokasi atau bobot
suara dewan pemilih sesuai dengan jumlah penduduk. Calon yang memperoleh
suara

dewan

pemilih

terbesar

akan

memenangkan

pemilihan

Kepala

Daerah(Prihatmoko 2005 : 119). Kelima, Sistem Nigeria yaitu pemenang
Pemilihan Kepala Daerah Langsung jika calon meraih suara mayoritas sederhana.
Suara terbanyak diantara yang minimum 25% dari sedikitnya dua pertiga daerah
pemilihan” (Prihatmoko 2005 : 120).
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah langsung di Indonesia secara
fungsional dilaksanakan oleh 3 (tiga) institusi (Prihatmoko, 2005 : 213-215) yaitu:
1. DPRD merupakan pemegang otoritas politik, artinya DPRD merupakan
representasi rakyat yang memiliki kedaulatan dan member mandat
penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah langsung yang diwujudkan
dengan pemberitahuan berakhirnya masa jabatan kepada Kepala Daerah
dan Komisi Pemilihan Umum Daerah(Prihatmoko 2005 :213). Selanjutnya
DPRD

menyelenggarakan

Rapat

Paripurna

untuk

mendengarkan

penyampaian visi dan misi serta program dari pasangan calon Kepala
Daerah.
2. KPU Daerah sebagai pelaksana teknis mendapat mandat untuk
menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Selanjutnya KPU
daerah bertugas menjalankan tahapan – tahapan pelaksanaan Pilkada
(Prihatmoko 2005 :214). KPU Daerah bertugas untuk membuat aturan,
kebijakan, dan keputusan yang diperlukan dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

24

3. Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi sosialisasi, fungsi fasilitasi
diwujudkan untuk menunjang pelaksanaan tahapan Pilkada. Misalnya
penyediaan anggaran dan personalia untuk membantu panyelanggaraan
Pilkada(Prihatmoko 2005 : 214-215).
Sementara,

tahap

pelaksanaan

Pilkada

terdiri

dari

6

tahapan

pelaksanaan(Prihatmoko, 2005 : 225)meliputi:
a. Penetapan daftar pemilih;
b. Pendaftaran dan penetapan Calon Kepala / Wakil Kepala Daerah;
c. Kampanye;
d. Pemungutan suara;
e. Penghitungan suara; dan
f. Penetapan pasangan calon Kepala/Wakil Kepala Daerah terpilih,
pengesahan dan pelantikan.
Secara umum, sistem dalam kampanye langsung baik. Paradigma yang
digunakan dalam kampanye Pilkada Langsung adalah paradigma baru, bahwa
kampanye dilakukan untuk meyakinkan para pemilihdengan menawarkan visi,
misi dan program para pasangan calon.Bentuk kampanye sering dikotonomikan
antara monologis dan dialogis. Bentuk-bentuk kampanye monologis cukup
dominan dalam pilkada, bentuk kampanye monologis dapat berupa pertemuan
terbatas, tatap muka dan dialog. Penyebaran melalui media cetak dan elektronik,
penyiaran melalui radio dan penyebaran bahan kampanye kepada umum,
pemasangan alat peraga di tempat umum, debat public / debat terbuka antar calon
dan atau kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.
Bentuk kampanye ini diidentifikasikan sebagai paradigma lama. Sementara dalam
kampanye baru digunakan kampanye dialogis terbuka, kemungkinan adanya
interaksi antara calon dan rakyat, visi dan misi yang disampaikan pun dapat diuji
dan dikritisi oleh calon pemilih. Pengujian dan pengritisan itulah yang
memungkinkan terjadinya komunikasi dan pendidikan politik (Prihatmoko, 2005 :
259).

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

25

2.2.4 Media Massa dan Rekonstruksi Realitas Politik
Media massa dan politik meski berasal dari disiplin ilmu yang berbeda,
dalam perkembangannya media massa dan politik adalah dua sisi yang tidak akan
pernah bisa dipisahkan. Media dengan kekuatannya melalui berita-berita yang
dihadirkan mampu mempengaruhi situasi politik dan proses demokrasi di sebuah
negara (Dan Nimmo, 2005: 8). Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan dan
bagaimana, pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemegang
kekuasaan, pengaruh, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau
memperluas tindakan lainnya
Media

dalam

kegiatannya

sehari-hari

adalah

bagaimana

mengkonstruksikan realitas yang ada untuk dilaporkan atau disampaikan kepada
khalayak (Vivian, 2008: 499). Dalam proses itu bahasa tidak hanya menjadi alat
konseptualisasi dan alat narasi untuk menggambarkan realitas tetapi juga
menentukan gambaran (citra) mengenai suatu realitas kepada khalayak.
Melalui komunikasi politik (Syafiee, 2000: 15) membuat media dan politik
menjadi saling membutuhkan saling sama lain. Politik sebagai kegiatan yang
melibatkan orang banyak dalam proses penyampaian komunikasinya tentu
memilih saluran yang tepat dan dapat menjangkau masyarakat secara luas. Sebab,
siapapun komunikator politiknya tentu berharap pesan yang disampaikan dalam
proses komunikasi politik dapat menjangkau orang banyak guna mencapai tujuan
yang diinginkan.
Komunikasi politik sebagai bidang kajian pada mulanya berasal dari
beberapa studi, seperti studi retorika, analisis propaganda, studi perubahan sikap,
studi perilaku pemilih, studi hubungan pemerintah dan media, dan studi teknik
kampanye. Studi komunikasi politik menjadi studi yang bersifat ilmiah sekaligus
bisa diterapkan untuk kajian praktik yang berkait dengan strategi mempengaruhi
opini hingga voting behavior. Sebagai studi baru, komunikasi politik banyak
meminjam disiplin ilmu lain, baik teori maupun metodologi. Psikologi dan
psikologi sosial untuk memahami komunikasi pada individu seperti perubahan
sikap, efek pesan politik lewat media, dan sosialisasi politik. Ilmu politik

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

26

digunakan dalam memahami sistem politik dan implikasinya pada sistem
komunikasi (Subiakto, 2012: 90)
2.3.

Kerangka Pemikiran

Berita

Konstruksi

Media Sosial

Dukungan

Berita

Facebook

Analisis
Wacana

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara