D BIND 1102606 Chapter 5

373

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Salah satu masalah utama penelitian ini yaitu masih sulitnya mahasiswa
menentukan BD dan morfem {R} sebagai unsur KUBI.

Dari penelusuran

terhadap literatur yang ada, ternyata belum ada pedoman yang bisa dijadikan
pegangan untuk memilah dan menetapkan BD dan morfem {R} dengan tegas.
Memang Ramlan (2009), misalnya, telah menetapkan dua prinsip untuk
menentukan BD KUBI, namun hal itu belum bisa diaplikasikan untuk memilah
dan menetapkan unsur-unsur KUBI dengan jelas. Penyebab utamanya yakni
morfem {R} sebagai salah satu unsur KUBI memiliki struktur yang sama atau
mirip dengan seluruh atau separuh BD, sementara itu maknanya jauh berbeda.
Untuk itulah, peneliti menyodorkan sebuah usulan kajian RMBI berancangan
BDdMP sebagai salah satu solusi. Dengan menentapkan tujuan penelitian yaitu
menghasilkan deskripsi: (1) pemilahan BD dan morfem {R} sebagai unsur KUBI,
(2) pola struktur KUBI, (3) klasi-fikasi KUBI berdasarkan wujud morfem {R},

posisi morfem {R}, dan fungsi morfem {R}, (4) fungsi morfem {R}, (5) makna
morfem {R}, (6) satuan-satuan lain yang mirip KUBI, (7) ciri-ciri dan definisi
KUBI, serta (8) model bahan ajar RMBI berancangan BDdMP, maka melalui
serangkaian penelitian selanjutnya mengasilkan simpulan, gambaran impliksi, dan
beberapa rekomendasi yang dipaparkan berikut ini.

A. Simpulan
Dari rangkaian penelitian kajian RMBI berancangan BDdMP serta
pemanfaatannnya sebagai usulan model bahan ajar RMBI berancangan BDdMP,
berikut ini simpulannya.
Pertama, kajian RMBI berancangan BDdMP “melahirkan” temuan rumus
XY = XZ untuk memilah unsur-unsur KUBI yakni menentukan BD dan morfem
{R}. Dengan pemaknaan: X = BD, Y = morfem {R}, dan Z = makna gramatikal.
Aplikasi rumus tersebut merupakan langkah awal untuk memilah unsur-unsur
KUBI yakni menetapkan BD dan morfem {R}. Aplikasi rumus itu ternyata
373
Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


374

menghasilkan temuan lain bahwa makna gramatikal berdistribusi dengan salah
satu unsur KUBI yang ternyata unsur tersebut merupakan morfem {R}. Morfem
{R} sendiri dihasilkan dari RMBI. Pilahan pertama dengan menggunakan rumus
di atas yakni menghasilkan morfem {R}, maka sisanya dapat ditetapkan BD-nya.
Aplikasi rumus ini merupakan langkah awal kajian RMBI berancangan BDdMP.
Posisi temuan rumus XY = XZ ternyata melanjutkan hasil penelitian dan
kajian terdahulu. Artinya, penggunaan rumus tersebut (yang mengaitkan telaah
makna dan struktur) untuk menentukan unsur-unsur KUBI belum pernah
dilakukan peneliti dan pengkaji terdahulu. Enam dari tujuh pakar yang dijadikan
pembanding penelitian ini tidak membuat rumus atau pedoman untuk menetapkan
unsur-unsur KUBI. Hanya seorang yaitu Ramlan (2009) telah menetapkan dua
“petunjuk” dalam menentukan BD KUBI. Namun, rumus yang digunakan dalam
penelitian ini berbeda dari petunjuk menentukan BD KUBI versi Ramlan (2009).
Jika Ramlan (2009) menetapkan prinsip untuk menemukan berdasarkan struktur
(kategori kata), maka rumus yang ditawarkan untuk menentukan unsur-unsur
KUBI dalam penelitian ini melibatkan kaitan antara struktur dan makna
(gramatikal).

Kedua, dengan mengkaji RMBI berancangan BDdMP maka ditemukan pula
pola struktur KUBI dengan melihat posisi BD dan morfem {R} dalam KUBI.
Untuk memudahkan klasifikasi pola struktur KUBI, maka hal yang diperhatikan
yaitu ketegori KUBI itu sendiri, selanjutnya melihat kategori BD KUBI dan
posisi morfem {R}. BD KUBI dilambangkan X dan morfem {R} dilambangkan
Y. Ternyata terdapat lima pola utama struktur KUBI yaitu: Pola 1: XY, Pola 2:
YX, Pola 3: XYX, Pola 4: YXY, dan Pola 5: YXYX. Pola 1: XY yakni morfem
{R} berada di belakng BD yang dibedakan atas tujuh macam yaitu: (1) XY1: KUBI V
 X Vtunggal + Yse-luruh utuh,

(4)

(2) XY2: KUBI V  X Vtunggal + Yseluruh berubah bunyi, (3) XY3: KUBI V  X VmeN- + Yseparuh,

XY4: KUBI V  X Vber- + Yseparuh,

Yseparuh,

(5)


XY5: KUBI V  X Vter- + Yseparuh,

dan (7) XY7: KUBI Adj.  X Adj. se

+ Yseparuh.

(6)

XY6: KUBI V  X Vdi- +

Pola 2 : YX yakni morfem {R} berada

di depan BD yang dibedakan lagi atas 25 (dua puluh lima) macam yaitu: (1)
KUBI N Yseluruh utuh + X Ntunggal , (2) YX2: KUBI N  Ydua fonem awal berubah bunyi + X Ntunggal,
fonem awal berubah bunyi +

X N-an,

(6)


X N -an , (4) YX4: KUBI N  Yseluruh utuh + X Ntunggal berubah bunyi,

YX6: KUBI N  Yseparuh + X N-an,

(7)

YX1:

(3) YX3: KUBI N  Ydua

(5) YX5: KUBI N  Yseluruh utuh +

YX7: KUBI N  Yseluruh utuh + X NpeN-,

(8)

YX8: KUBI N 

Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses

Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

375

Yseluruh utuh + X Npe-,

(9) YX9: KUBI N  Yseluruh utuh + X Nke-, (10) YX10: KUBI N  Yseluruh utuh + X Npe-an , (11)

YX11: KUBI N  Yseluruh utuh + X NpeN-an,,

(12) YX12: KUBI N  Yseluruh utuh + X Nper-an , (13) YX13: KUBI N 

Yseluruh utuh + X Nke-an ,

(14) YX14: KUBI Adj.  Yseluruh utuh + X Adj. tunggal, (15) YX15: KUBI Adj.  Yseluruh utuh + X

Adj. tunggal berubah fonem,

(16) YX16: KUBI Num.  Yseluruh utuh + X Num. tunggal, (17) YX17: KUBI Num.  Yseluruh utuh


+ X Num.

(20)

se-

, (18) YX18: KUBI Adj.  Yseluruh berkombinasi ber-+ X Ntunggal, (19) YX19: KUBI N  Yseparuh + X VmeN-,

YX20: KUBI V  Yseluruh utuh + X VmeN-,

YX22: KUBI N  Yseparuh + X N
Yseparuh + X Frasa,

dan (25)

majemuk,

(21)


YX21: KUBI N  Yseluruh utuh + X Ab-reviasi.

+ Yseparuh,

, (22)

(23) YX23: KUBI N  Yseluruh utuh + X N mejemuk, (24) YX24: KUBI N 

YX25: KUBI N  Yseluruh utuh + X Frasa.

Pola 3: XYX yakni morfem

{R} diapit oleh BD yang dibedakan atas tiga macam yaitu: (1)
kan

tunggal

XYX1: KUBI V X VmeN-

(2) XYX2: KUBI V  X Vdi-kan + Yseparuh, dan (3) XYX3: KUBI V  X Vber-an + Yseparuh. Pola 4:


YXY yakni morfem {R} mengapit BD yang dibedakan atas sembilan macam
yaitu: (1) YXY1: KUBI N  Yseluruh + -an + X Ntunggal , (2)
YXY3: KUBI Adj.  Yseluruh + ke-an + X Ntunggal, ,
KUBI Adj.  Yseluruh + -an + X Adj. tunggal,
Adj.  Yseluruh + se-nya + X Adj. tunggal,

YXY2: KUBI N  Ydua fonem awal + -an + X Ntunggal,,

(3)

(4) YXY4: KUBI Adj.  Yseluruh + ke-an + X N. abreviasi , (5) YXY5:

(6) YXY6: KUBI Adj.  Yseluruh + -ke-an + X Adj. tunggal, (7) YXY7: KUBI

(8) YXY8: KUBI Num.  Yseluruh + -nya + X Num. tunggal, dan (9) YXY9: KUBI

Num.  Yseluruh + ke-nya + X Num. tunggal.

Pola 5: YXYX yakni morfem {R} berada di depan dan


di tengah BD yang hanya terdapat satu pola yaitu YXYX: KUBI N  Yseluruh + -em- + Ntunggal..
Saat mengkaji pola struktur KUBI, terdapat temuan lain yang cukup menarik
yang ada kaitannya dengan klasifikasi pola struktur KUBI ini. Temuan yang
dimaksud yani: (1) posisi morfem {R} pada KUBI V pada umumnya berada di
belakang BD, jika BD-nya berupa V tunggal dan V berprefiks (kecuali pada
morfem {R} yang bermakna „saling‟ ber-BD V berprefiks meN-) sehingga
menghasilkan KUBI berpola XY, sebaliknya posisi morfem {R} pada KUBI N
selalu berada di belakang BD sehingga menghasilkan KUBI berpola YX, (2) BD
V kata berafiks selalu mengalami RM pada sebagiannya yakni dikenakan pada
BA-nya, dengan ketentuan jika V berprefiks maka morfem {R} berada di
belakang BD dan jika BD V berimbuhan gabungan maka morfem {R} di tengah
BD (namun posisi morfem {R} selalu sesudah BA), sebaliknya pada BD N
berafiks RM yang terjadi dikenakan pada seluruh BD (kecuali pada BD bersufiks
–an), (3) posisi morfem {R} pada KUBI Adj. dan KUBI Num. pada umumnya
ber-ada di depan BD. Temuan lain selanjutnya berkaitan dengan kategori KUBI,
ter-nyata KUBI dapat dibedakan atas lima ketegori yaitu: (1) KUBI N, (2) KUBI
Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

376

V, (3) KUBI Adv., (4) KUBI Adj., dan (5) KUBI Num. Temuan lain berikutnya
tentang wujud BD KUBI yaitu selalu satuan yang bermakna leksikal. Satuansatuan itu berupa (1) morfem bebas atau kata bermorfem tunggal, (2) kata
berafiks, (3) kata majemuk, (4) kata hasil abreviasi, dan (5) frasa. Temuan ini
memperkuat temuan sebelumnya saat mengkaji aplikasi system kajian RMBI
berancangan BD. Temuan lainnya masih berkaitan dengan BD yakni kategori BD
dari KUBI yaitu: (1) N, (2) V, (3) Adj., (4) Adv., dan (5) Num.
Temuan pola struktur KUBI ini melanjutkan hasil penelitian dan kajian
terdahulu. Artinya merupakan temuan baru yang belum diungkap oleh peneliti
dan pengkaji terdahulu. Simatupang (1979) memang mengungkap tipe-tipe R
hanya terbatas pada cara mengulang BD, namun tidak mengkaji pola struktur
KUBI.
Ketiga, di dalam menglasifikasi KUBI digunakan tiga sudut tinjau yaitu
berdasarkan wujud morfem {R}, berdasarkan posisi

morfem {R}, dan

berdasarkan fungsi morfem {R}. Klasifikasi KUBI berdasarkan wujud morfem
{R} pada dasarnya merupakan klasifikasi berdasarkan peristiwa pengulangannya
atau RMBI. Berdasarkan wujud morfem {R}, secara garis besar RMBI yang
terjadi dilakukan dengan dua cara yaitu RM terhadap seluruh BD dan separuh BD
sehingga menghasilkan KUBI yang morfem {R}-nya berwujud seluruh BD dan
separuh BD. 1) Morfem {R} berwujud seluruh BD memiliki empat variasi yaitu:
a) seluruh utuh, b) seluruh disertai disimilasi fonem pada morfem {R}, c) seluruh
di-sertai disimilasi fonem pada BD, dan d) seluruh disertai kolaborasi dengan
afiks. 2) Morfem {R} berwujud separuh BD memiliki empat variasi juga yaitu: a)
berwujud dua fonem awal BD dengan perubahan vokal, b) berwujud dua fonem
awal BD dengan perubahan vokal disertai kolaborasi dengan sufiks –an, c) BA
atau unsur inti BD, dan d) terhadap BA atau unsur inti satuan kompleks disertai
pergeseran fonem. Berdasarkan posisi morfem {R}, KUBI dapat dibedakan atas
empat macam yakni KUBI yang morfem {R}-nya berada: 1) di depan BD, 2) di
belakang BD, (3) di tengah BD, 4) di depan dan di belakang BD, serta 5) di awal
dan di tengah BD. Berdasarkan fungsi morfem {R}, KUBI dibedakan atas: 1)
bermorfem {R} paradigmatis, dan 2) bermorfem {R} derivasional.

Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

377

Temuan penelitian klasifikasi KUBI berdasarkan wujud morfem {R}
ternyata mengoreksi hasil penelitian dan kajian terdahulu. Artinya temuan seperti
ini sebenarnya telah dibahas oleh peneliti dan pengkaji terdahulu, namun terdapat
perbedaan antara temuan ini dengan hasil penelitian dan kajian terdahulu. Temuan
klasifikasi KUBI berdasarkan posisi morfem {R} ternyata melanjutkan hasil
penelitian dan kajian terdahulu. Artinya, temuan ini belum diungkap dalam
penelitian dan kajian terdahulu. Temuan klasifikasi KUBI berdasarkan fungsi
morfem {R} ternyata menguatkan hasil penelitian terdahulu, terutama yang
diungkap oleh Simatupang (1979).
Keempat, salah satu dampak RM

yakni berkaitan dengan perubahan

kategori atau jenis kata BD-nya. KUBI yang kategorinya sama dengan BD
menunjukkan keberadaan morfem {R} tidak berfungsi, dan sebaliknya KUBI
yang berbeda kategori dari BD-nya menunjukkan bahwa keberadaan morfem {R}
pada KUBI tersebut berfungsi. Temuan penelitian menunjukkan morfem {R}
yang tidak berfungsi terdapat pada: 1) KUBI N dengan BD N, 2) KUBI V
dengan BD V, 3) KUBI Adj. dengan BD Adj., dan 4) KUBI Num. dengan BD
Num. Sebaliknya, morfem {R} yang berfungsi terdapat pada: 1) KUBI Adj.
dengan BD N, 2) KUBI N dengan BD V, 3) KUBI Adv. dengan BD Adj., 4)
KUBI V dengan BD Adj., dan 5) KUBI Num. dengan BD N.
Temuan adanya morfem {R} yang berfungsi dan tidak berfungsi ini
melengkapi hasil penelitian dan kajian terdahulu. Artinya, temuan ini
“menguatkan” serta menambah hasil penelitian dan kajian terdahulu, khususnya
yang dila-kukan Simatupang (1979) dan Ramlan (2009).
Kelima, salah satu dampak RM yakni berkaitan dengan perubahan makna.
RM memunculkan makna gramatikal. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
makna gramatikal itu berdistribusi dengan salah satu unsur KUBI. Ternyata unsur
KUBI yang dimaksud yaitu morfem {R} yakni unsur yang “muncul” sebagai
akibat dari RM. Untuk itulah, istilah yang digunakan dalam penelitian ini yakni
makna morfem {R}.
Untuk memudahlkan pemerian, makna gramatikal yang muncul diperikan
berdasarkan kategori KUBI. Temuan penelitian menunjukkan beberapa makna
gramatikal morfem {R} pada setiap kategori KUBI. Makna morfem {R} pada
Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

378

KUBI N yaitu: (1) „banyak‟ X, „semua‟ X, atau „sebagian besar‟ X, (2)
„bermacam-macam‟ X atau „berjenis-jenis‟ X, (3) ‘(permainan atau mainan)
menyerupai X, dan (4) „prihal‟ atau „berkaitan dengan‟ X. Makna morfem {R}
pada KUBI V yaitu: (1) X „berulang-ulang‟, X ‘terus-menerus‟, atau X ‘berkalikali‟, (2) „saling‟ X; (3) X „demi kesenangan‟ atau X „seenaknya‟, dan (4)
„bertindak‟ atau „berbuat agar menjadi‟ X. Makna morfem {R} pada KUBI Num.
yaitu: (1) „masing-masing‟ X, (2) „semua dari‟ X, dan (3) „beberapa‟ X. Makna
morfem {R} pada KUBI Adj. yaitu: (1) „semuanya‟ X atau „sebagian besar‟ X, (2)
„seperti (orang/anak)‟ X atau „mirip dengan (orang/anak) X, (3) „agak‟ X. Makna
morfem {R} pada KUBI Adv. yaitu: (1) „walaupun/meskipun‟ X, (2) „secara‟ X,
‘yang‟ X, „dengan‟ X; (3) „yang paling‟ X, (4) „paling‟ X atau „tidak lebih X dari‟,
(5) „apa pun‟ X atau „siapa pun‟ X, (6) „secara‟ X atau „dalam skala‟ X, (7)
„sampai‟ X, ‘hingga‟ X, „seolah akan‟ X, (8) „semakin‟ X, dan (9) „memang‟ X.
Temuan makna gramatikal dalam penelitian ini melengkapi penelitian dan
kajian terdahulu. Artinya, makna gramatikal telah menjadi kajian peneliti dan
pengkaji terdahulu, namun temuan tentang makna BD (dilambangkan X) tidak
berubah saat menjadi unsur KUBI belum disinggung oleh peneliti dan pengkaji
terdahulu. Oleh karena itu temuan ini dikategorikan sebagai temuan besifat
melengkapi penelitian dan pengkajian terdahulu.
Keenam,temuan lainnya dari penelitian ini yakni adanya satuan-satuan yang
secera struktur tampak seperti KUBI, namun setelah dikaji ternyata bukan KUBI.
Karena itulah dalam penelitian ini disebut satuan-satuan yang mirip KUBI.
Terdapat tiga kategori temuan tentang satuan-satuan yang mirip KUBI. Kategori
pertama yaitu mengoreksi yakni temuan tentang: morfem berulang tipe 1:
tetangga, kata majemuk (seperti: mata-mata). Kategori kedua yaitu melanjutkan
yakni temuan tentang: morfem berulang tipe 4: terbahak-bahak, morfem berulang
tipe 5: blak-blakan dan bulan-bulanan, kata berafiks (seperti: berpura-pura).
Kategori ketiga yaitu menguatkan yakni temuan tentang: morfem berulang tipe 1:
aba-aba, morfem berulang tipe 2: kocar-kacir, morfem berulang tipe 6: dag-digdug, dan ulangan kata (seperti: syukur-syukur).
Ketujuh, temuan penelitian lainnya yaitu berkaitan dengan ciri-ciri KUBI
serta definisi KUBI dan RMBI. Hasil penelitian memerikan ciri KUBI meliputi:
Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

379

(1) setiap KUBI terdiri atas dua unsur yakni BD dan morfem {R}, (2) BD KUBI
haruslah satuan bebas yakni satuan bermakna leksikal, (3) struktur dan makna
leksikal BD KUBI pada umumnya tidak berubah, (4) setiap KUBI memiliki
makna gramatikal yang berdistribusi dengan morfem {R}, dan (5) KUBI
merupakan hasil proses morfologis yang bersifat tertutup. Temuan ini
melanjutkan temuan penelitian dan pengkajian terdahulu. Temuan ini belum
pernah diungkap oleh peneliti dan pengkaji sebelumnya. Sementara temuan
definisi KUBI dan RMBI bersifat melengkapi temuan peneliti dan pengkaji
sebelumnya, khususnya Ramlan (2009)
Kedelapan,

berdasarkan uji kelayakan dari pakar, coba uji terbatas dan

respon pengguna ternyata teori hasil kajian RMBI berancangan BDdMP yang
telah dikembangkan menjadi

model bahan ajar kajian RMBI berancangan

BDdMP bisa dipahami oleh mahasiswa sehingga layak dijadikan subbahan ajar
Morfologi Bahasa Indonesia untuk mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia”.
Kesembilan, kajian RMBI berancangan BDdMP juga ternyata memiliki
kelemahan. Kelemahan itu terutama saat mengkaji satuan-satuan setipe gadisgadis cantik dan

akronim-akronim baru. Satuan itu merupakan satuan yang

ambigu yakni bisa dimasukkan KUBI dan juga frasa. Dengan menggunakan
rumus XY = XZ sebenarnya bisa ditetapkan BD dan morfem {R} dengan mudah.
Namun, jika dicermati lebih jauh satuan-satuan tersebut juga memiliki ciri sebagai
frasa.

B. Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa implikasi hasil penelitian
ini bagi pengembangan teori RMBI serta perkuliahan Morfologi Bahasa
Indonesia, khususnya pokok bahasan RMBI atau KUBI. Berikut ini beberapa
implikasi yang dimaksud.
Pertama, kajian RMBI berancangan BDdMP ini merupakan penelitian
lanjutan dari kajian RMBI yang berkonsepsi BD yang menelaah kaitan antara
struktur dan makna yang tentunya berbeda dengan penelitian dan kajian terdahulu
yang lebih mengutamakan kajian struktur. Hal ini akan berimplikasi pada
Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

380

bertambahnya kajian RMBI Indonesia yang tentu akan memperkaya wawasan
pecinta dan pembelajar bahasa Indonesia, terutama mahasiswa yang menggeluti
bahasa Indonesia dan pembelajarannya sebagai bidang keahliannya.
Kedua, kajian RMBI berancangan BDdMP menggunakan rumus XY = XZ
pada awalnya sebenarnya mencari makna gramatikal yang ditimbulkan dari RMBI
yang ternyata berdistribusi dengan salah satu unsur KUBI yakni morfem {R}.
Morfem {R} sendiri merupakan unsur KUBI yang dihasilkan dari RMBI.
Selanjutnya penemuan unsur lainnya yaitu BD dari KUBI akan secara otomatis
dapat ditentukan. Langkah kerja seperti ini akan berimplikasi memudahkan kajian
RMBI selanjutnya, misalnya menentuklan pola struktur KUBI, menentukan klasifikasi KUBI, menentukan fungsi dan makan KUBI, mengkaji satuan-satuan lain
yang mirip KUBI, serta menentukan ciri dan definisi KUBI.
Ketiga, seperti dikatakan Kridalaksana (1989: xxii) yakni kelaziman dalam
dunia ilmiah tidak dimaksudkan untuk menyelesaikan dan menutup semua
masalah yang ada; yang dituju justru sebaliknya yakni agar hasil penelitian dapat
membuka cakrawala lain dalam penyelesaian tatabahasa Indonesia, khususnya
Morfologi Bahasa Indonesia, dan lebih khususnya RMBI. Hal ini bisa
berimplikasi pada lahirnya pandangan-pandangan baru untuk mengkaji Morfologi
Bahasa Indonesia, khususnya RMBI.
Keempat, kelayakan model bahan ajar RMBI berancangan BDdMP sebagai
alternatif subbahan ajar Morfologi Bahasa Indonesia tentu berimplikasi pada
bertambahnya variasi bahan ajar RMBI. Minimal, model bahan ajar kajian RMBI
berancangan BDdMP dapat dijadikan “pembanding” bahan ajar RMBI pada
perkuliahan Morfologi Bahasa Indonesia.
Kelima, adanya satuan-satuan yang taksa atau ambigu menunjukkan bahwa
masalah morfologi tidak selamanya bisa dijelaskan dan dituntaskan oleh kajian
morfologis semata, namun juga melibatkan disiplin ilmu seperti: semantik,
sintaksis, fonologi, dan yang lainnya.

C. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, terdapat beberapa rekomendasi.
Berikut ini beberapa rekomendasi yang dimaksud.
Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

381

Pertama, dalam penelitian ini model kajian berancangan BDdMP diterapkan
pada RMBI sehingga menghasilkkan rumus XY = XZ pada dasarnya mengaitkan
makna dan struktur. Penulis merekomendasikan untuk mengkaji proses
morfologis (yang gramatis) lainnya seperti afiksasi dan komposisi dengan cara
yang sama. Tidak mustahil akan menghasilkan rumus lain untuk menetapkan
unsur-unsur

hasil kedua proses morfologis tersebut yang bisa saja berbeda

dengan teori yang telah ada dari keduanya.
Kedua, terdapat perbedaan kajian RMBI yang telah ada dengan RMBI
berancangan BDdMP ini. Tentu proses dan hasil kajiannya memungkinkan adanya perbedaan. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan untuk melakukan
perbandingan RMBI berancangan BDdMP dengan kajian RMBI yang telah ada.
Ketiga, adanya “kelemahan” kajian RMBI berancangan BDdMP sepereti
telah digambarkan menunjukkan masih adanya celah untuk melakukan penelitian
lain. Untuk itu, dengan mencari pendekatan lain kelemahan ini diharapnkan bisa
menemukan “solusinya”.
Keempat, kajian RMBI berancangan BDdMP merupakan salah satu
alternatif dari sekian alternatif lainnya untuk menghasilkan teori RMBI. Untuk itu,
penulis merekomendasikan untuk mencari model-model kajian RMBI lainnya
yang memungkinkan untuk memperkaya teori RMBI, dan morfologi bahasa
Indonesia pada umumnya.
Kelima, walaupun telah dinyatakan layak, model bahan ajar kajian RMBI
berancangan BDdMP baru dicobaujikan secara terbatas. Oleh karena itu, peneliti
merekomnedasikan untuk diujicobakan secara luas, dan dibandingkan dengan
bahan ajar RMBI yang telah ada. Selain itu, bahan ajar ini disusun dan
dicobaujikan sebelum Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia” Nomor 44/2015 tentang “Standar Nasional Pendidikan
Tinggi” ditetapkan pada tanggal 21 Desember 2015, maka komponen bahan ajar
belum disesuaikan dengan tuntutan Permen tersebut. Namun, esensi dari bahan
ajar ini bisa dimanfaatkan dan disesuaikan dengan tuntutan Permen tersebut.

Opi Masropi Adiwijaya, 2016
Kajian Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia Berancangan Bentuk Dasar Dan Model Proses
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu