Analisis Kesiapan Pencatatan dan Pelaporan Keuangan berbasis akrual pada Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengertian Keuangan
Daerah
berdasarkan
penjelasan
pasal 156 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang sekarang direvisi menjadi UU No. 12 tahun 2008
“keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang
dan
barang
yang
dapat
dijadikan
milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam ketentuan
umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah :
“Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”
Sedangkan
pengertian
keuangan daerah menurut
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 (yang telah
berubah menjadi Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan berubah
menjadi Permendagri No. 59 tahun 2007 yang sekarang direvisi
menjadi Permendagri No. 64 tahun 2013) tentang Pedoman
7
Universitas Sumatera Utara
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah
Serta Tata Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD):
“Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerahyang dapat dinilai
dengan uang termaksud didalamnya segala
bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan
belanja daerah.”
Sesuai
dengan
Peraturan
Mentri
Dalam
Negri
(Permendagri) No. 13 Tahun 2006 (yang berubah menjadi
Permendagri
No. 59
Tahun
2007 yang
sekarang
menjadi Permendagri No 64 Tahun 2013) tentang
pengelolaan
keuangan
mengandalkan
bagian
daerah,
keuangan
tidak
lagi
sekretariat
direvisi
pedoman
bertumpu
daerah
atau
(setda)
kabupaten / kota saja, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
kini wajib menyusun dan melaporkan posisi keuangannya yang
kemudian dikoordinasikan dengan bagian keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, pada
prinsipnya keuangan daerah memiliki unsur pokok, yaitu :
-
Hak Daerah;
-
Kewajiban Daerah;
-
Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
tersebut.
Halim (2002 : 19) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber
8
Universitas Sumatera Utara
penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan atau hak untuk menerima sumbersumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan.
akan
menaikkan
kekayaan
daerah.
Hak tersebut
Sedangkan yang
dimaksudkan kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan
uang membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka
penyelenggaraan
fungsi-fungsi
pemerintahan,
infrastruktur,
pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban
tersebut akan menurunkan kekayaan daerah.
Disamping memiliki unsur-unsur pokok diatas, pengertian
keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yaitu “suatu rencana
keuangan tahunan
peraturan”.
daerah yang
ditetapkan
berdasarkan
Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab.
Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan
UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak
zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga
paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang
menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara,
yaitu (Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
9
Universitas Sumatera Utara
Negara,
Undang–Undang
No.
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun
2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung
Jawab
Keuangan Negara).
Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan
peraturan
perundang–undangan
yang
mengatur
keuangan daerah, antara lain :
1)
Undang-undang
khususnya
bagian
Dasar
yang
Republik
mengatur
Indonesia 1945,
keuangan
negara.
(khususnya pasal 23 ayat 1: Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undangundang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar –besarnya kemakmuran rakyat);
2)
Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
3)
Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
4)
Undang-undang No. 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5,
10
Universitas Sumatera Utara
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);
5)
Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan PerUndang-undangan;
6)
Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
7)
Undang-undang No. 12 tahun 2008 sebagai perubahan atas
undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 3 Tahun 2005 menjadi
Undang-undang;
8)
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah;
9)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan yang telah direvisi ke dalam
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010;
11
Universitas Sumatera Utara
12) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan;
13) Peraturan
Pemerintah
Nomor
56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah;
14) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Negara;
15) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 atas
perubahan
Peraturan Mentri Dalam Negri No. 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
Menurut
PP
No. 71
Tahun 2010, bahwa laporan
keuangan memiliki tujuan sebagai berikut :
a.
b.
c.
Menyediakan informasi mengenai kecukupan
penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran.
Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara
memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya
dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan.
Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber
daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan
entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
12
Universitas Sumatera Utara
d.
e.
f.
Menyediakan
informasi
mengenai bagaimana
entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya.
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan
dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan
sumber-sumber
penerimaannya,
baik
jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang
berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan selama periode pelaporan.
Laporan
keuangan
yang
telah
dibuat
harus
juga
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a.
Relevan;
Maksudnya, informasi yang disajikan haruslah
lengkap, tepat waktu dan mampu untuk memprediksi
masa
depan hingga dapat dijadikan acuan untuk
mengambil keputusan
b.
Andal;
Yang dikatakan andal disini maksudnya adalah
laporan keuangan haruslah bebas dari pengertian yang
menyesatkan serta harus bebas dari kesalahan material.
Informasi yang disajikan juga harus diarahkan pada
kebutuhan
umum
dan tidak berpihak pada kebutuhan
pihak tertentu
c.
Dapat dibandingkan; dan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan
lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
13
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan periode
keuangan
entitas
Perbandingan
eksternal.
sebelumnya atau laporan
pelaporan
lain
pada
umumnya.
dapat dilakukan secara internal dan
Perbandingan secara internal dapat dilakukan
bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat
dilakukan
menerapkan
entitas
bila
entitas
kebijakan
pemerintah
yang
diperbandingkan
akuntansi yang sama. Apabila
akan
menerapkan
kebijakan
akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang
sekarang
diterapkan,
perubahan
tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d.
Dapat dipahami.
Informasi
keuangan
dapat
yang
disajikan.
dipahami
oleh
Dalam laporan
pengguna
dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
pengguna
diasumsikan
memiliki
Untuk itu,
pengetahuan
yang
memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya
kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.
2.1.2
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD
Dalam
penelitian ini akan dibahas tentang akuntansi
14
Universitas Sumatera Utara
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah darah selaku pengguna anggaran /
pengguna barang.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No.13 Tahun 2006 pasal 232 ayat (3), sistem
akuntansi keuangan daerah meliputi:
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas
transaksi dan atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan
dalam
rangka
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi computer.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah,
kepala
daerah
menetapkan
daerah
dengan
mengacu
pokok-pokok
pengelolaan
sistem akuntansi pemerintahan
pada
peraturan
daerah
tentang
keuangan daerah, disusun dengan
berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan standar
akuntansi
pemerintahan.
Penerapan sistem akuntansi
pemerintah
di
tergantung
suatu
Negara
pada
peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara tersebut. Dalam
PP No. 71 Tahun 2010 pasal (1) angka 11 disebutkan bahwa :
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan,
danelemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan
keuangan dilingkungan organisasi pemerintah.
Di
mengalami
perubahan
Indonesia
sendiri,
sistem
akuntansinya
sudah
beberapa kali perkembangan sesuai dengan
aturan perundang-undangan yang berlaku.
Halim
(2012 : 328) menyebutkan ada 3 tahap perubahan sistem
15
Universitas Sumatera Utara
akuntansi di Indonesia sebagai berikut :
1.
Tahap pertama (1974-1999 era reformasi)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang diterapkan masi
tradisional yaitu masih berbasis kas dan single entry.
2.
Tahap kedua (pasca reformasi 2000-2004)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang berlaku sudah
menerapkan tata buku berpasangan (double entry) dan
berbasis kas modidikasian namun pada masa ini belum
ada standar akuntansi untuk pemerintahan sehingga
pemerintahan
masih
mengikuti
standar
akuntansi
keuangan.
Sistem pencatatan double entry mengarah pada
diberlakukannya sistem tata buku berpasangan dengan
melibatkan sisi debit sebelah kiri dan sisi kredit sebelah
kanan.
Pencatatan dengan sistem ini yang disebut
menjurnal. Secara normative, konsekuensi diterapkannya
sistem pencatatan ini adalah munculnya persamaan
dasar akuntansi dalam Halim (2012 :328) dimana
dalam
konsteks akuntansi pemerintah, persamaan
dasarnya untuk SAP berbasis kas menuju akrual adalah
sebagai berikut :
Aset + Belanja = Kewajiban + Ekuitas Dana =Pendapatan
Namun
setelah
diterapkannya
PP
nomor 71
tahun 2010 persamaan dasar akuntansi pemerintahan
16
Universitas Sumatera Utara
adalah sebagai berikut (Halim 2012:328) :
Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan - LO
3.
Tahap ketiga ( setelah tahun 2005 )
Pada
tahap
ini
basis
akuntansi
berubah
menggunakan basis cash basis toward accrual dan telah
ada standar akuntansi pemerintah melalui PP Nomor 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP).
Namun
pada tahun 2010 dikeluarkan PP nomor 71
tentang standar akuntansi pemerintahan yang menggantikan
PP No. 24 Tahun 2005, perkembangan akuntansi memasuki
tahap ke empat.
Sejak diterbitkannya PP No. 71 tahun 2010,
semua entitas dalam lingkup pemerintah pusat dan daerah harus
melaksanakan sistem akuntansi pemerintah bebasis akrual,
meskipun entitas pemerintah yang belum siap menerapkan
akuntansi berbasis akrual masih diperkenankan menggunakan
basis akuntansi kas menuju akrual dan di harapkan pada tahun
anggaran 2014 sudah menerapkan sistem akuntansi berbasis
akrual secara penuh (KSAP, 2010).
PP No. 71 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 8 menyatakan
bahwa SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan
pembiayaan
dalam
pelaporan
pelaksanaan
anggaran
17
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan
basis
yang
ditetapkan
dalam
APBN/APBD.
Akuntansi berbasis akrual dianggap memiliki sejumlah manfaat
untuk organisasi sektor publik.
Para pendukung penerapan
basis akrual dalam organisasi sektor publik, meyakini bahwa
akuntansi
terjadi,
akrual
dianggap
mengakui beban ketika transaksi tersebut
menyediakan
gambaran
operasional
pemerintahan secara lebih transparan.
Selain
itu, dalam modul gambaran umum akuntansi
berbasis akrual yang diterbitkan oleh kementrian keuangan
tahun 2014, adapun kelebihan dan kelemahan dari akuntansi
basis akrual adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
-
-
-
-
Menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik
untuk
tujuan
pengambilan
keputusan
karena
memenuhi azas “semakin baik informasi maka
semakin baik keputusan”
Pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih
akurat
Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun
pelaporan karena penilaian kesehatan keuangan
dikaitkan pada kinerja organisasi pemerintah
Dapat menghasilkan nilai aset, kewajiban dan ekuitas
yang lebih baik
Pengukuran penilaian biaya suatu program / kegiatan
yang lebih baik
Sesuai Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah
yang diamanatkan oleh UU
Sesuai dengan international best practices, termasuk
untuk kebutuhan Government Finance Statistics (GFS)
yang berbasis accrual
Mengakumulasi kewajiban pembayaran pensiun
Menyelaraskan / meratakan belanja modal dengan
akuntansi penyusutan
Mewaspadai resiko default hutang yang akan jatuh
tempo bersanksi denda
18
Universitas Sumatera Utara
-
-
-
Memungkinkan perundingan dan penjadwalan hutang
yang mungkin tak mampu dibayar di masa depan yang
masih jauh tanpa tergesa – gesa
Permintaan hair cut apabila posisi keuangan terlihat
tidak tertolong lagi menjadi masuk akal di mata Negara /
lembaga donor
Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh
tentang keuangan Negara dari sekadar gambaran kas
Mengubah perilaku keuangan para penggunannya
menjadi lebih transparan dan akuntabel
Kelemahan :
-
Relatif lebih kompleks dibanding basis akuntansi kas
maupun basis kas menuju akrual sehingga membutuhkan
SDM dengan kompetensi akuntansi yang memadai.
SAP berbasis akrual (modifikasian) menurut PP No. 71
Tahun
2010
lampiran
(I)
mewajibkan
entitas
pelaporan
menyusun tujuh laporan keuangan pokok yang terbagi dalam
dua jenis pelaporan yaitu :
Laporan pelaksanaan anggaran (Budgetary Reports) terdiri
atas:
1.
Laporan realisasi anggaran berbasis kas
2.
Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Pelaporan financial (financial Reports) berbasis akrual, terdiri
dari:
1.
Neraca
2.
Laporan Operasional (LO)
3.
Laporan Arus Kas
4.
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
5.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
19
Universitas Sumatera Utara
Namun
Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penyajian Laporan
Keuangan
dijelaskan
keuangan
tersebut
bahwa
disajikan
komponen–komponen
laporan
oleh setiap entitas pelaporan,
kecuali:
a.
b.
Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum;
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya
disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan
yang
menyusun
laporan
keuangan
konsolidasiannya.
Kemudian pada paragraf 16 pada PSAP yang sama
dijelaskan bahwa unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum adalah unit yang ditetapkan sebagai bendahara umum
Negara / daerah dan / atau sebagai kuasa bendahara umum
Negara / daerah.
Sehingga terbentuklah laporan keuangan satuan kerja
(satker) pada Dinas menjadi :
1.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih
/ kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan
dengan
anggarannya
dalam
satu
periode.
20
Universitas Sumatera Utara
2.
Laporan Operasional (LO)
Laporan ini menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang
menambah ekuitas dan penggunaannya untuk
kegiatan
penyelenggaraan
pemerintah
dalam
satu
kenaikan
atau
periode pelaporan.
3.
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan
ini
menyajikan
informasi
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
4.
Neraca
Laporan
ini
menyajikan informasi
posisi
keuangan
pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu.
5.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam LRA, neraca, LO dan LPE dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
Siklus akuntansi pada daerah tidak memiliki perbedaan dari
siklus akuntansi keuangan komersil. Siklus akuntansi tersebut
diawali
eksternal
dengan
dan
analisis bukti transaksi yang berupa bukti
internal seperti faktur pembelian kuitansi dan
21
Universitas Sumatera Utara
sebagainya.
atas
Kemudian penjurnalan yaitu mencatat pengaruh
transaksi
tadi ke masing-masing akun yang terkait.
Kemudian akan dilanjutkan dengan memposting akun-akun terkait
dengan transaksi ke buku besar masing-masing, neraca lajur (jika
diperlukan), dan tindakan akhirnya adalah menyajikan laporan
keuangan. Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk
adalah Neraca dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari
basis akrual yang melengkapi
informasi
Laporan
Keuangan
Primer adalah Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Realisasi
Anggaran.
Terakhir untuk melengkapi pengungkapan keempat
laporan keuangan sebelumnya maka disusunlah Catatan atas
Laporan Keuangan.
Siklus akuntansi dapat digambarkan seperti
bawah ini :
BUKTI TRANSAKSI
JURNAL
NERACA
BUKU BESAR
Laba Operasi (LO)
Laporan Perubahan Equitas (LPE)
NERACA LAJUR
Laporan Realisai Anggaran (LRA)
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
LAPORAN KEUANGAN
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Sumber: halim, 2012, hlm 328, dimodifikasi
22
Universitas Sumatera Utara
1.
Bukti-bukti Transaksi
Dalam
tahapan
siklus
akuntansi
akan dimulai
dengan adanya bukti-bukti transaksi yang diperoleh
oleh SKPD kemudian akan dinalisa untuk dijurnal dan
diletakkan pada posisi debit atau kredit nantinya.
Peletakan suatu akun di sisi debit bukan berarti saldo
dari
akun
tersebut
akan
bertambah.
Begitupun
sebaliknya, peletakan posisi suatu akun di sebelah kredit
bukan berarti saldo dari akun tersebut akan berkurang.
Disinilah harus diperhatikan dengan sebenar-benarnya
saldo perkiraan normal dari masing-masing kelompok
akun.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi penerimaan kas mencakup:
1. Surat tanda bukti pembayaran yang dilengkapi dengan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)
b. SKR
c. Bukti transaksi penerimaan kas lainnya.
2. STS.
3. Bukti Transfer.
4. Nota Kredit Bank.
Sementara bukti transaksi yang digunakan dalam
prosedur pengeluaran kas mencakup :
23
Universitas Sumatera Utara
1. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), yaitu dokumen
yang digunakan
sebagai dasar pencairan dana yang
diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
2. Nota debit bank.
3. Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi
aktiva berupa
bukti
memorial
dilampiri
dengan:
1. Berita Acara Penerimaan Barang.
2. Berita Acara Serah Terima Barang.
3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi selain kas Berupa: bukti memorial, dilampiri
dengan:
1.
Pengesahan
Pertanggungjawaban
Pengeluaran
(pengesahan SP).
2.
Berita Acara Penerimaan Barang.
3.
Surat Keputusan Penghapusan Barang.
4.
Surat Pengiriman Barang.
5.
Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD).
6.
Berita Acara Pemusnahan Barang.
7.
Berita Acara Serah Terima Barang.
8.
Berita Acara Penilaian.
24
Universitas Sumatera Utara
2.
Jurnal
Jurnal
adalah
catatan
yang
berfungsi
untuk
menyediakan informasi yang lengkap dan permanen dari
semua transaksi yang disusun dalam urutan kronologis
kejadiannya
sebagai
referensi di masa mendatang.
Tujuan dari penjurnalan adalah untuk menunjukkan
pengaruh
Jurnal
setiap transaksi ke dalam akun perusahaan.
digunakan
posting
sebagai
di buku besar.
dasar
untuk
melakukan
Kesalahan dalam meletakkan
posisi akun saat menjurnal akan berakibat pada kesalahan
jumlah akhir di buku besar.
perkiraan
akan
lebih
Pencatatan masing-masing
mudah
dengan
adanya jurnal
karena jurnal memisahkan perkiraan debet dan kredit.
Penjurnalan dapat dilakukan harian ataupun bulanan.
Format jurnal umum yang biasanya digunakan adalah
sebagai berikut:
Tanggal
Nama perkiraan
Post
ref
Debet
Kredet
Sumber : diolah penulis
25
Universitas Sumatera Utara
3.
Buku Besar
Langkah
selanjutnya
dalam
siklus akuntansi
adalah melakukan posting ke buku besar.
Buku besar
merupakan lanjutan dari jurnal Posting adalah pemindahan
akun-akun sejenis yang sudah di jurnal ke dalam satu
kolom yang disebut buku besar.
Nantinya, saldo akhir
yang ditunjukkan oleh buku besar ini akan dilanjutkan
dibawa untuk menyusun laporan keuangan. Berikut adalah
contoh buku besar dari suatu perkiraan yang umumnya
dipakai.
Nama akun: Kas
No.akun:
Tanggal
Uraian
Ref
Debet
Kredet
Saldo
Debet
Kredet
Sumber : diolah penulis
4.
Neraca Lajur
Bagian selanjutnya adalah neraca lajur.
Neraca
lajur digunakan sebagai pembantu pembuatan laporan
keuangan.
Neraca lajur
bersifat
opsional, boleh
digunakan boleh juga tidak tergantung kebutuhan dari
suatu
entitas dikarenakan sifatnya yang hanya sebagai
pembantu. Neraca lajur dapat langsung menggambarkan
26
Universitas Sumatera Utara
surplus atau deficit, posisi keuangan, dan saldo saldo
akhir dari suatu perkiraan.
Neraca lajur biasanya
terdiri dari 10 kolom yang terdiri dari kolom neraca saldo,
penyesuaian, neraca saldo disesuaikan, laba rugi dan yang
terakhir adalah neraca yang masing-masing terdiri dari 2
kolom. Kolom debit dan kolom kredit.
5.
Laporan keuangan
Tujuan
laporan
dari akuntansi
keuangan.
adalah
penyampaian
Laporan keuangan merupakan
gambaran umum untuk mengambil keputusan.
Laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode
pelaporan.
Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang
telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan keuangan adalah produk
akhir
dari
Laporan
proses
keuangan
akuntansi
yang
yang telah dilakukan.
disusun
harus memenuhi
prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam PP No.71 tahun
2010.
Laporan keuangan dihasilkan dari masing27
Universitas Sumatera Utara
masing SKPD yang kemudian dijadikan dasar dalam
membuat Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi /
Kabupaten / Kota.
Laporan keuangan SKPD adalah
suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah
yang
dijadikan
sebagai
pertanggungjawaban
akuntansi
dan
informasi
pengelolaan
dalam
rangka
keuangan
entitas
pengambilan keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak yang memerlukannya.
a. Neraca
Neraca atau yang kini disebut laporan posisi
keuangan merupakan laporan yang menunjukkan
saldo akhir dari akun-akun nominal atau akun yang
akan dibawa ke periode yang akan datang.
Neraca
pada SKPD biasanya terdiri dari kelompok aset,
kewajiban, dan ekuitas dana.
b. Laporan Operasi
Dalam PP No. 71 tahun 2010 dijelaskan bahwa
laporan ini menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan
operasional
keuangan
entitas
pelaporan
yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus / deficit
operasional
dari suatu entitas
28
Universitas Sumatera Utara
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan
periode sebelumnya. Laporan operasional menyediakan
informasi:
a. Mengenai besarnya beban yan harus ditanggung
oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan;
b. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh
yang
berguna
dalam
mengevaluasi
kinerja
pemeintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan
perolehan
dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
c. Yang berguna dalam memprediksi pendapatanLO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah
pusat
dan
daerah
dalamperiode
mendatang
dengan cara menyajikann laporan
secara komparatif;
d. Mengenai
penurunan
ekuitas
(bila
deficit
operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus
beroperasional).
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan
ini
bertujuan
untuk
memberikan
informasi terkait dengan perubahan ekuitas yang
diakibatkan oleh surplus operasional atau deficit
operasional.
Laporan ini bersifat opsional yakni
dapat dilaksanakan atau boleh tidak dilaksanakan.
29
Universitas Sumatera Utara
d. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan ini menyediakan informasi mengenai
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/deficit,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam LRA, neraca, LO
dan
LPE
dalam
rangka pengungkapan
yang
memadai.
Berikut digambarkan sistem dan prosedur akuntansi
untuk tingkat SATKER (SATUAN KERJA) pada dinas :
30
Universitas Sumatera Utara
FORMULIR
CATATANLAPORAN
Dokumen
transaksi
Buku
Jurnal
Buku
Besar
Laporan
keuangan
SATKER
Buku
Pembantu
Bukti
penerimaan
kas
Pengeluara
n kas
memorial
Register JKM
Register JKK
Register JM
Kumpulan
rekening
(ringkasan
dan
rincian)
Kertas
kerja
LRA
LO
LPE
NERACA
CaLK
Kebijakan akuntansi
Gambar 2.2
Sistem dan Prosedur Akuntansi
Sumber : Mahsun, dkk., 2011 dalam Halim 2012, hlm 331, dimodifikasi
2.2.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya oleh Endah
Noviana
pada tahun 2010 dengan judul “analisis pencatatan dan
pelaporan keuangan pada satuan kerja perangkat daerah (skpd) di
pemerintah
kota
medan (studi
kasus pada dinas tata kota tata
bangunan)”. Penelitian ini menggunakan PP No. 24 sebagai objek dan
pedoman dalam penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus.
Penulis menggunakan
31
Universitas Sumatera Utara
teknik wawancara dan teknik studi dokumentasi untuk pegumpulan
data yang diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Tata
Kota dan Tata bangunan
telah
melakukan proses pencatatan
akuntansinya sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006 dan PP No
24 tahun 2005, sedangkan untuk penyusunan laporan keuangan belum
sepenuhnya
laporan
sesuai
dengan Permendagri No 13 tahun 2006, namun
keuangan
dipergunakan
bagi
telah disajikan tepat waktu sehingga bisa
kelompok
pengguna
laporan
keuangan
guna
Pencatatan
dan
pengambilan keputusan.
Fauziah
(2011)
dengan
judul
“Analisis
Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Kabupaten Lima Puluh Kota (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian
Daerah)”.
Penelitian ini menggunakan data dokumenter.
Hasil
penelitian menunjukkan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota telah melakukan pencatatan akuntansi keuangan untuk
akuntansi belanja dan akuntansi aset sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
S.900/316/BAKD
Penatausahaan
tentang
Pedoman
Sistem
dan
Prosedur
dan akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah.
Anisaa
Syefira pada
tahun
2012 juga melakukan penelitian
sejenis dengan judul “Analisis Pencatatan dan Pelaporan Belanja
Modal pada Dinas Perhubungan Kota Manado Tahun 2011”. Dan
32
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif,
yaitu
metode yang digunakan dengan cara mewawancarai beberapa orang
ahli dibidang yang berhubungan dengan situasi yang akan diteliti dan
mengumpulkan
data
dari
data yang
sudah
ada atau sudah
dipublikasikan (sesuai dengan prosedur penelitian eksploratif). Hasil dari
penelitian ini adalah Dinas Perhubungan Kota Manado saat ini telah
melaksanakan pengelolaan keuangan sesuai dengan PP No.24 Tahun
2005 yaitu mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan, namun belum
menerapkan secara keseluruhan, hal ini terlihat pada laporan keuangan
neraca
yaitu
tidak
disajikan akumulasi penyusutan dan beban
penyusutan untuk belanja modal.
Berdasarkan karakteriktik kualitatif
pelaporan keuangan di PP No. 24 Tahun 2005 maka komponen laporan
keuangan di Dinas Perhubungan telah lengkap. Dan informasi yang
disajikan tepat waktu, memiliki feedback value (mengoreksi ekspektasi
dimasa lalu) dan memiliki manfaat prediktif (memprediksi masa yang
akan datang). Karena sesuai dengan komponen laporan keuangan di
PP No. 24 Tahun 2005 lampiran II dan Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 bahwa laporan keuangan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan.
Anastasia Patrisia Thilda Tampanatu tahun 2013 meneliti dengan
judul ”analisis pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada skpd di
kota Bitung”. Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi deskriptif
yang meliputi pengumpulan untuk diuji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Hasil
33
Universitas Sumatera Utara
Penelitiannya adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Bitung telah melakukan pencatatan akuntansi belanja sesuaidengan
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Laporan Bulanan Bendahara Pengeluaran khususnya
tahun anggaran 2011 dimana format dan uraian sudah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Table 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti dan
Tahun
penelitian
Noviana
(2010)
Judul penelitian
Objek penelitian
Analisis
Pencatatan Dan
Pelaporan
Keuangan Pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah (SKPD)
Di Pemerintah
Kota Medan
(Studi Kasus
Pada Dinas Tata
Kota Tata
Bangunan)
Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan
keuangan sesuai
PP Nomor 24
tahun 2005
Hasil penelitian
Dinas Tata Kota dan Tata
bangunan telah melakukan
proses penctatan
akuntansinya sesuai dengan
peraturan menteri dalam
negeri no 13 tahun 2006 dan
peraturan pemerintah no 24
tahun 2005, sedangkan untuk
penyusunan laporan
keuangan belum sepenuhnya
sesuai dengan peraturan
menteri dalam negeri no 13
tahun 2006, namun laporan
keuangan telah disajikan
tepat waktu sehingga bisa
dipergunakan bagi kelompok
pengguna laporan keuangan
guna pengambilan keputusan
34
Universitas Sumatera Utara
Nama
Peneliti dan
Tahun
penelitian
Judul penelitian
Objek penelitian
Hasil penelitian
Fauziah
(2011)
Analisis
Pencatatan dan
Pelaporan
Keuangan pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah (SKPD)
di Kabupaten
Lima Puluh Kota
(Studi Kasus
Pada Badan
Kepegawaian
Daerah)
Kesesuaian
Pencatatan dan
pelapoan yang
dilakukan SKPD
dengan
Permendagri
nomor 13 Tahun
2006
Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota telah
melakukan pencatatan
akuntansi keuangan untuk
akuntansi belanja dan
akuntansi aset sesuai
dengan Peraturan menteri
dalam negri Nomor 13
tahun 2006 serta Surat
Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor
S.900/316/BAKD
Syefira
(2012)
Analisis
Pencatatan dan
Pelaporan
Belanja Modal
pada Dinas
Perhubungan
Kota Manado
Tahun 2011
Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan Belanja
Modal dengan PP
Nomor 24 Tahun
2005
Dinas Perhubungan Kota
Manado saat ini telah
melaksanakan pengelolaan
keuangan sesuai dengan PP
No.24 Tahun 2005 yaitu
mengenai . Standar
Akuntansi Pemerintahan,
namun belum menerapkan
secara keseluruhan
Tampanatu
(2013)
Analisis
Pencatatan DanP
elaporanBelanja
Langsung PadaS
kpd Di Kota
Bitung
Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan dengan
PP Nomor 24 Tah
un 2005
Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Bitung
telah melakukan pencatatan
akuntansi belanja
sesuaidengan Peraturan
Pemerintah No.24 Tahun
2005 tentangStandar
AkuntansiPemerintahan.
35
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual
Adapun
kerangka
konseptual
peneliti
yang
menjadi dasar
dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
DISPENDA
PEMKO MEDAN
Pencatatan Pendapatan
Pencatatan Belanja
Pencatatan Aset
Laporan Keuangan
Kendala penerapan
pp 71 tahun 2010
Analisis
Kesimpulan
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Keterangan Gambar:
Peneliti melakukan penelitian di Pemko Medan khususnya pada
Dinas
Pendapatan
(SATKER).
Daerah
Daerah
(DISPENDA)
sebagai
Satuan
Kerja
Adapun penelitian yang dilakukan di Dinas Pendapatan
Kota
Medan yang dijadikan acuan adalah
pencataan
pendapatan, pencatatan belanja, pencatatan aset. Dan yang meliputi
dalam penelitian ini adalah Bukti transaksi, Jurnal, Buku Besar dan
36
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan. Peneliti akan membandingkan penerapan sistem
akuntansi yang digunakan oleh Pemko Medan khususnya Dinas
Pendapatan Kota Medan dengan peraturan yang telah ditetapkan
(Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
No 64 tahun 2013 revisi dari
Peraturan Menteri Dalam Negri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).
Peneliti juga akan
menganalisa sudah sejauh mana persiapan pihak Dinas Pendapatan
Daerah
(DISPENDA) Kota Medan menerapkan Peraturan Pemerintah
No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
menerapkan
Dalam
peraturan peraturan yang baru tentu menemui kendala,
dalam kasus ini peneliti juga akan menganalisa apa saja yang menjadi
kendala bagi pihak Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota
Medan dalam menerapkan peraturan yang direvisi dari Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 2005. Kemudian peneliti akan menganalisa
dan menyimpulkan semua penelitian tersebut kedalam skripsi ini.
37
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengertian Keuangan
Daerah
berdasarkan
penjelasan
pasal 156 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang sekarang direvisi menjadi UU No. 12 tahun 2008
“keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang
dan
barang
yang
dapat
dijadikan
milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam ketentuan
umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah :
“Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”
Sedangkan
pengertian
keuangan daerah menurut
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 (yang telah
berubah menjadi Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan berubah
menjadi Permendagri No. 59 tahun 2007 yang sekarang direvisi
menjadi Permendagri No. 64 tahun 2013) tentang Pedoman
7
Universitas Sumatera Utara
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah
Serta Tata Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD):
“Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerahyang dapat dinilai
dengan uang termaksud didalamnya segala
bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan
belanja daerah.”
Sesuai
dengan
Peraturan
Mentri
Dalam
Negri
(Permendagri) No. 13 Tahun 2006 (yang berubah menjadi
Permendagri
No. 59
Tahun
2007 yang
sekarang
menjadi Permendagri No 64 Tahun 2013) tentang
pengelolaan
keuangan
mengandalkan
bagian
daerah,
keuangan
tidak
lagi
sekretariat
direvisi
pedoman
bertumpu
daerah
atau
(setda)
kabupaten / kota saja, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
kini wajib menyusun dan melaporkan posisi keuangannya yang
kemudian dikoordinasikan dengan bagian keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, pada
prinsipnya keuangan daerah memiliki unsur pokok, yaitu :
-
Hak Daerah;
-
Kewajiban Daerah;
-
Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
tersebut.
Halim (2002 : 19) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber
8
Universitas Sumatera Utara
penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan atau hak untuk menerima sumbersumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan.
akan
menaikkan
kekayaan
daerah.
Hak tersebut
Sedangkan yang
dimaksudkan kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan
uang membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka
penyelenggaraan
fungsi-fungsi
pemerintahan,
infrastruktur,
pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban
tersebut akan menurunkan kekayaan daerah.
Disamping memiliki unsur-unsur pokok diatas, pengertian
keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yaitu “suatu rencana
keuangan tahunan
peraturan”.
daerah yang
ditetapkan
berdasarkan
Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab.
Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan
UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak
zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga
paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang
menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara,
yaitu (Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
9
Universitas Sumatera Utara
Negara,
Undang–Undang
No.
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun
2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung
Jawab
Keuangan Negara).
Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan
peraturan
perundang–undangan
yang
mengatur
keuangan daerah, antara lain :
1)
Undang-undang
khususnya
bagian
Dasar
yang
Republik
mengatur
Indonesia 1945,
keuangan
negara.
(khususnya pasal 23 ayat 1: Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undangundang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar –besarnya kemakmuran rakyat);
2)
Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
3)
Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
4)
Undang-undang No. 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5,
10
Universitas Sumatera Utara
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);
5)
Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan PerUndang-undangan;
6)
Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
7)
Undang-undang No. 12 tahun 2008 sebagai perubahan atas
undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 3 Tahun 2005 menjadi
Undang-undang;
8)
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah;
9)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan yang telah direvisi ke dalam
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010;
11
Universitas Sumatera Utara
12) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan;
13) Peraturan
Pemerintah
Nomor
56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah;
14) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Negara;
15) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 atas
perubahan
Peraturan Mentri Dalam Negri No. 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
Menurut
PP
No. 71
Tahun 2010, bahwa laporan
keuangan memiliki tujuan sebagai berikut :
a.
b.
c.
Menyediakan informasi mengenai kecukupan
penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran.
Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara
memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya
dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan.
Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber
daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan
entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
12
Universitas Sumatera Utara
d.
e.
f.
Menyediakan
informasi
mengenai bagaimana
entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya.
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan
dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan
sumber-sumber
penerimaannya,
baik
jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang
berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan selama periode pelaporan.
Laporan
keuangan
yang
telah
dibuat
harus
juga
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a.
Relevan;
Maksudnya, informasi yang disajikan haruslah
lengkap, tepat waktu dan mampu untuk memprediksi
masa
depan hingga dapat dijadikan acuan untuk
mengambil keputusan
b.
Andal;
Yang dikatakan andal disini maksudnya adalah
laporan keuangan haruslah bebas dari pengertian yang
menyesatkan serta harus bebas dari kesalahan material.
Informasi yang disajikan juga harus diarahkan pada
kebutuhan
umum
dan tidak berpihak pada kebutuhan
pihak tertentu
c.
Dapat dibandingkan; dan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan
lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
13
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan periode
keuangan
entitas
Perbandingan
eksternal.
sebelumnya atau laporan
pelaporan
lain
pada
umumnya.
dapat dilakukan secara internal dan
Perbandingan secara internal dapat dilakukan
bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat
dilakukan
menerapkan
entitas
bila
entitas
kebijakan
pemerintah
yang
diperbandingkan
akuntansi yang sama. Apabila
akan
menerapkan
kebijakan
akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang
sekarang
diterapkan,
perubahan
tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d.
Dapat dipahami.
Informasi
keuangan
dapat
yang
disajikan.
dipahami
oleh
Dalam laporan
pengguna
dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
pengguna
diasumsikan
memiliki
Untuk itu,
pengetahuan
yang
memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya
kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.
2.1.2
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD
Dalam
penelitian ini akan dibahas tentang akuntansi
14
Universitas Sumatera Utara
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah darah selaku pengguna anggaran /
pengguna barang.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No.13 Tahun 2006 pasal 232 ayat (3), sistem
akuntansi keuangan daerah meliputi:
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas
transaksi dan atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan
dalam
rangka
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi computer.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah,
kepala
daerah
menetapkan
daerah
dengan
mengacu
pokok-pokok
pengelolaan
sistem akuntansi pemerintahan
pada
peraturan
daerah
tentang
keuangan daerah, disusun dengan
berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan standar
akuntansi
pemerintahan.
Penerapan sistem akuntansi
pemerintah
di
tergantung
suatu
Negara
pada
peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara tersebut. Dalam
PP No. 71 Tahun 2010 pasal (1) angka 11 disebutkan bahwa :
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan,
danelemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan
keuangan dilingkungan organisasi pemerintah.
Di
mengalami
perubahan
Indonesia
sendiri,
sistem
akuntansinya
sudah
beberapa kali perkembangan sesuai dengan
aturan perundang-undangan yang berlaku.
Halim
(2012 : 328) menyebutkan ada 3 tahap perubahan sistem
15
Universitas Sumatera Utara
akuntansi di Indonesia sebagai berikut :
1.
Tahap pertama (1974-1999 era reformasi)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang diterapkan masi
tradisional yaitu masih berbasis kas dan single entry.
2.
Tahap kedua (pasca reformasi 2000-2004)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang berlaku sudah
menerapkan tata buku berpasangan (double entry) dan
berbasis kas modidikasian namun pada masa ini belum
ada standar akuntansi untuk pemerintahan sehingga
pemerintahan
masih
mengikuti
standar
akuntansi
keuangan.
Sistem pencatatan double entry mengarah pada
diberlakukannya sistem tata buku berpasangan dengan
melibatkan sisi debit sebelah kiri dan sisi kredit sebelah
kanan.
Pencatatan dengan sistem ini yang disebut
menjurnal. Secara normative, konsekuensi diterapkannya
sistem pencatatan ini adalah munculnya persamaan
dasar akuntansi dalam Halim (2012 :328) dimana
dalam
konsteks akuntansi pemerintah, persamaan
dasarnya untuk SAP berbasis kas menuju akrual adalah
sebagai berikut :
Aset + Belanja = Kewajiban + Ekuitas Dana =Pendapatan
Namun
setelah
diterapkannya
PP
nomor 71
tahun 2010 persamaan dasar akuntansi pemerintahan
16
Universitas Sumatera Utara
adalah sebagai berikut (Halim 2012:328) :
Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan - LO
3.
Tahap ketiga ( setelah tahun 2005 )
Pada
tahap
ini
basis
akuntansi
berubah
menggunakan basis cash basis toward accrual dan telah
ada standar akuntansi pemerintah melalui PP Nomor 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP).
Namun
pada tahun 2010 dikeluarkan PP nomor 71
tentang standar akuntansi pemerintahan yang menggantikan
PP No. 24 Tahun 2005, perkembangan akuntansi memasuki
tahap ke empat.
Sejak diterbitkannya PP No. 71 tahun 2010,
semua entitas dalam lingkup pemerintah pusat dan daerah harus
melaksanakan sistem akuntansi pemerintah bebasis akrual,
meskipun entitas pemerintah yang belum siap menerapkan
akuntansi berbasis akrual masih diperkenankan menggunakan
basis akuntansi kas menuju akrual dan di harapkan pada tahun
anggaran 2014 sudah menerapkan sistem akuntansi berbasis
akrual secara penuh (KSAP, 2010).
PP No. 71 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 8 menyatakan
bahwa SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan
pembiayaan
dalam
pelaporan
pelaksanaan
anggaran
17
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan
basis
yang
ditetapkan
dalam
APBN/APBD.
Akuntansi berbasis akrual dianggap memiliki sejumlah manfaat
untuk organisasi sektor publik.
Para pendukung penerapan
basis akrual dalam organisasi sektor publik, meyakini bahwa
akuntansi
terjadi,
akrual
dianggap
mengakui beban ketika transaksi tersebut
menyediakan
gambaran
operasional
pemerintahan secara lebih transparan.
Selain
itu, dalam modul gambaran umum akuntansi
berbasis akrual yang diterbitkan oleh kementrian keuangan
tahun 2014, adapun kelebihan dan kelemahan dari akuntansi
basis akrual adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
-
-
-
-
Menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik
untuk
tujuan
pengambilan
keputusan
karena
memenuhi azas “semakin baik informasi maka
semakin baik keputusan”
Pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih
akurat
Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun
pelaporan karena penilaian kesehatan keuangan
dikaitkan pada kinerja organisasi pemerintah
Dapat menghasilkan nilai aset, kewajiban dan ekuitas
yang lebih baik
Pengukuran penilaian biaya suatu program / kegiatan
yang lebih baik
Sesuai Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah
yang diamanatkan oleh UU
Sesuai dengan international best practices, termasuk
untuk kebutuhan Government Finance Statistics (GFS)
yang berbasis accrual
Mengakumulasi kewajiban pembayaran pensiun
Menyelaraskan / meratakan belanja modal dengan
akuntansi penyusutan
Mewaspadai resiko default hutang yang akan jatuh
tempo bersanksi denda
18
Universitas Sumatera Utara
-
-
-
Memungkinkan perundingan dan penjadwalan hutang
yang mungkin tak mampu dibayar di masa depan yang
masih jauh tanpa tergesa – gesa
Permintaan hair cut apabila posisi keuangan terlihat
tidak tertolong lagi menjadi masuk akal di mata Negara /
lembaga donor
Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh
tentang keuangan Negara dari sekadar gambaran kas
Mengubah perilaku keuangan para penggunannya
menjadi lebih transparan dan akuntabel
Kelemahan :
-
Relatif lebih kompleks dibanding basis akuntansi kas
maupun basis kas menuju akrual sehingga membutuhkan
SDM dengan kompetensi akuntansi yang memadai.
SAP berbasis akrual (modifikasian) menurut PP No. 71
Tahun
2010
lampiran
(I)
mewajibkan
entitas
pelaporan
menyusun tujuh laporan keuangan pokok yang terbagi dalam
dua jenis pelaporan yaitu :
Laporan pelaksanaan anggaran (Budgetary Reports) terdiri
atas:
1.
Laporan realisasi anggaran berbasis kas
2.
Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Pelaporan financial (financial Reports) berbasis akrual, terdiri
dari:
1.
Neraca
2.
Laporan Operasional (LO)
3.
Laporan Arus Kas
4.
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
5.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
19
Universitas Sumatera Utara
Namun
Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penyajian Laporan
Keuangan
dijelaskan
keuangan
tersebut
bahwa
disajikan
komponen–komponen
laporan
oleh setiap entitas pelaporan,
kecuali:
a.
b.
Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum;
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya
disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan
yang
menyusun
laporan
keuangan
konsolidasiannya.
Kemudian pada paragraf 16 pada PSAP yang sama
dijelaskan bahwa unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum adalah unit yang ditetapkan sebagai bendahara umum
Negara / daerah dan / atau sebagai kuasa bendahara umum
Negara / daerah.
Sehingga terbentuklah laporan keuangan satuan kerja
(satker) pada Dinas menjadi :
1.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih
/ kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan
dengan
anggarannya
dalam
satu
periode.
20
Universitas Sumatera Utara
2.
Laporan Operasional (LO)
Laporan ini menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang
menambah ekuitas dan penggunaannya untuk
kegiatan
penyelenggaraan
pemerintah
dalam
satu
kenaikan
atau
periode pelaporan.
3.
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan
ini
menyajikan
informasi
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
4.
Neraca
Laporan
ini
menyajikan informasi
posisi
keuangan
pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu.
5.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam LRA, neraca, LO dan LPE dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
Siklus akuntansi pada daerah tidak memiliki perbedaan dari
siklus akuntansi keuangan komersil. Siklus akuntansi tersebut
diawali
eksternal
dengan
dan
analisis bukti transaksi yang berupa bukti
internal seperti faktur pembelian kuitansi dan
21
Universitas Sumatera Utara
sebagainya.
atas
Kemudian penjurnalan yaitu mencatat pengaruh
transaksi
tadi ke masing-masing akun yang terkait.
Kemudian akan dilanjutkan dengan memposting akun-akun terkait
dengan transaksi ke buku besar masing-masing, neraca lajur (jika
diperlukan), dan tindakan akhirnya adalah menyajikan laporan
keuangan. Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk
adalah Neraca dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari
basis akrual yang melengkapi
informasi
Laporan
Keuangan
Primer adalah Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Realisasi
Anggaran.
Terakhir untuk melengkapi pengungkapan keempat
laporan keuangan sebelumnya maka disusunlah Catatan atas
Laporan Keuangan.
Siklus akuntansi dapat digambarkan seperti
bawah ini :
BUKTI TRANSAKSI
JURNAL
NERACA
BUKU BESAR
Laba Operasi (LO)
Laporan Perubahan Equitas (LPE)
NERACA LAJUR
Laporan Realisai Anggaran (LRA)
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
LAPORAN KEUANGAN
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Sumber: halim, 2012, hlm 328, dimodifikasi
22
Universitas Sumatera Utara
1.
Bukti-bukti Transaksi
Dalam
tahapan
siklus
akuntansi
akan dimulai
dengan adanya bukti-bukti transaksi yang diperoleh
oleh SKPD kemudian akan dinalisa untuk dijurnal dan
diletakkan pada posisi debit atau kredit nantinya.
Peletakan suatu akun di sisi debit bukan berarti saldo
dari
akun
tersebut
akan
bertambah.
Begitupun
sebaliknya, peletakan posisi suatu akun di sebelah kredit
bukan berarti saldo dari akun tersebut akan berkurang.
Disinilah harus diperhatikan dengan sebenar-benarnya
saldo perkiraan normal dari masing-masing kelompok
akun.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi penerimaan kas mencakup:
1. Surat tanda bukti pembayaran yang dilengkapi dengan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)
b. SKR
c. Bukti transaksi penerimaan kas lainnya.
2. STS.
3. Bukti Transfer.
4. Nota Kredit Bank.
Sementara bukti transaksi yang digunakan dalam
prosedur pengeluaran kas mencakup :
23
Universitas Sumatera Utara
1. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), yaitu dokumen
yang digunakan
sebagai dasar pencairan dana yang
diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
2. Nota debit bank.
3. Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi
aktiva berupa
bukti
memorial
dilampiri
dengan:
1. Berita Acara Penerimaan Barang.
2. Berita Acara Serah Terima Barang.
3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi selain kas Berupa: bukti memorial, dilampiri
dengan:
1.
Pengesahan
Pertanggungjawaban
Pengeluaran
(pengesahan SP).
2.
Berita Acara Penerimaan Barang.
3.
Surat Keputusan Penghapusan Barang.
4.
Surat Pengiriman Barang.
5.
Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD).
6.
Berita Acara Pemusnahan Barang.
7.
Berita Acara Serah Terima Barang.
8.
Berita Acara Penilaian.
24
Universitas Sumatera Utara
2.
Jurnal
Jurnal
adalah
catatan
yang
berfungsi
untuk
menyediakan informasi yang lengkap dan permanen dari
semua transaksi yang disusun dalam urutan kronologis
kejadiannya
sebagai
referensi di masa mendatang.
Tujuan dari penjurnalan adalah untuk menunjukkan
pengaruh
Jurnal
setiap transaksi ke dalam akun perusahaan.
digunakan
posting
sebagai
di buku besar.
dasar
untuk
melakukan
Kesalahan dalam meletakkan
posisi akun saat menjurnal akan berakibat pada kesalahan
jumlah akhir di buku besar.
perkiraan
akan
lebih
Pencatatan masing-masing
mudah
dengan
adanya jurnal
karena jurnal memisahkan perkiraan debet dan kredit.
Penjurnalan dapat dilakukan harian ataupun bulanan.
Format jurnal umum yang biasanya digunakan adalah
sebagai berikut:
Tanggal
Nama perkiraan
Post
ref
Debet
Kredet
Sumber : diolah penulis
25
Universitas Sumatera Utara
3.
Buku Besar
Langkah
selanjutnya
dalam
siklus akuntansi
adalah melakukan posting ke buku besar.
Buku besar
merupakan lanjutan dari jurnal Posting adalah pemindahan
akun-akun sejenis yang sudah di jurnal ke dalam satu
kolom yang disebut buku besar.
Nantinya, saldo akhir
yang ditunjukkan oleh buku besar ini akan dilanjutkan
dibawa untuk menyusun laporan keuangan. Berikut adalah
contoh buku besar dari suatu perkiraan yang umumnya
dipakai.
Nama akun: Kas
No.akun:
Tanggal
Uraian
Ref
Debet
Kredet
Saldo
Debet
Kredet
Sumber : diolah penulis
4.
Neraca Lajur
Bagian selanjutnya adalah neraca lajur.
Neraca
lajur digunakan sebagai pembantu pembuatan laporan
keuangan.
Neraca lajur
bersifat
opsional, boleh
digunakan boleh juga tidak tergantung kebutuhan dari
suatu
entitas dikarenakan sifatnya yang hanya sebagai
pembantu. Neraca lajur dapat langsung menggambarkan
26
Universitas Sumatera Utara
surplus atau deficit, posisi keuangan, dan saldo saldo
akhir dari suatu perkiraan.
Neraca lajur biasanya
terdiri dari 10 kolom yang terdiri dari kolom neraca saldo,
penyesuaian, neraca saldo disesuaikan, laba rugi dan yang
terakhir adalah neraca yang masing-masing terdiri dari 2
kolom. Kolom debit dan kolom kredit.
5.
Laporan keuangan
Tujuan
laporan
dari akuntansi
keuangan.
adalah
penyampaian
Laporan keuangan merupakan
gambaran umum untuk mengambil keputusan.
Laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode
pelaporan.
Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang
telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan keuangan adalah produk
akhir
dari
Laporan
proses
keuangan
akuntansi
yang
yang telah dilakukan.
disusun
harus memenuhi
prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam PP No.71 tahun
2010.
Laporan keuangan dihasilkan dari masing27
Universitas Sumatera Utara
masing SKPD yang kemudian dijadikan dasar dalam
membuat Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi /
Kabupaten / Kota.
Laporan keuangan SKPD adalah
suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah
yang
dijadikan
sebagai
pertanggungjawaban
akuntansi
dan
informasi
pengelolaan
dalam
rangka
keuangan
entitas
pengambilan keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak yang memerlukannya.
a. Neraca
Neraca atau yang kini disebut laporan posisi
keuangan merupakan laporan yang menunjukkan
saldo akhir dari akun-akun nominal atau akun yang
akan dibawa ke periode yang akan datang.
Neraca
pada SKPD biasanya terdiri dari kelompok aset,
kewajiban, dan ekuitas dana.
b. Laporan Operasi
Dalam PP No. 71 tahun 2010 dijelaskan bahwa
laporan ini menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan
operasional
keuangan
entitas
pelaporan
yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus / deficit
operasional
dari suatu entitas
28
Universitas Sumatera Utara
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan
periode sebelumnya. Laporan operasional menyediakan
informasi:
a. Mengenai besarnya beban yan harus ditanggung
oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan;
b. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh
yang
berguna
dalam
mengevaluasi
kinerja
pemeintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan
perolehan
dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
c. Yang berguna dalam memprediksi pendapatanLO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah
pusat
dan
daerah
dalamperiode
mendatang
dengan cara menyajikann laporan
secara komparatif;
d. Mengenai
penurunan
ekuitas
(bila
deficit
operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus
beroperasional).
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan
ini
bertujuan
untuk
memberikan
informasi terkait dengan perubahan ekuitas yang
diakibatkan oleh surplus operasional atau deficit
operasional.
Laporan ini bersifat opsional yakni
dapat dilaksanakan atau boleh tidak dilaksanakan.
29
Universitas Sumatera Utara
d. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan ini menyediakan informasi mengenai
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/deficit,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam LRA, neraca, LO
dan
LPE
dalam
rangka pengungkapan
yang
memadai.
Berikut digambarkan sistem dan prosedur akuntansi
untuk tingkat SATKER (SATUAN KERJA) pada dinas :
30
Universitas Sumatera Utara
FORMULIR
CATATANLAPORAN
Dokumen
transaksi
Buku
Jurnal
Buku
Besar
Laporan
keuangan
SATKER
Buku
Pembantu
Bukti
penerimaan
kas
Pengeluara
n kas
memorial
Register JKM
Register JKK
Register JM
Kumpulan
rekening
(ringkasan
dan
rincian)
Kertas
kerja
LRA
LO
LPE
NERACA
CaLK
Kebijakan akuntansi
Gambar 2.2
Sistem dan Prosedur Akuntansi
Sumber : Mahsun, dkk., 2011 dalam Halim 2012, hlm 331, dimodifikasi
2.2.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya oleh Endah
Noviana
pada tahun 2010 dengan judul “analisis pencatatan dan
pelaporan keuangan pada satuan kerja perangkat daerah (skpd) di
pemerintah
kota
medan (studi
kasus pada dinas tata kota tata
bangunan)”. Penelitian ini menggunakan PP No. 24 sebagai objek dan
pedoman dalam penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus.
Penulis menggunakan
31
Universitas Sumatera Utara
teknik wawancara dan teknik studi dokumentasi untuk pegumpulan
data yang diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Tata
Kota dan Tata bangunan
telah
melakukan proses pencatatan
akuntansinya sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006 dan PP No
24 tahun 2005, sedangkan untuk penyusunan laporan keuangan belum
sepenuhnya
laporan
sesuai
dengan Permendagri No 13 tahun 2006, namun
keuangan
dipergunakan
bagi
telah disajikan tepat waktu sehingga bisa
kelompok
pengguna
laporan
keuangan
guna
Pencatatan
dan
pengambilan keputusan.
Fauziah
(2011)
dengan
judul
“Analisis
Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Kabupaten Lima Puluh Kota (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian
Daerah)”.
Penelitian ini menggunakan data dokumenter.
Hasil
penelitian menunjukkan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota telah melakukan pencatatan akuntansi keuangan untuk
akuntansi belanja dan akuntansi aset sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
S.900/316/BAKD
Penatausahaan
tentang
Pedoman
Sistem
dan
Prosedur
dan akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah.
Anisaa
Syefira pada
tahun
2012 juga melakukan penelitian
sejenis dengan judul “Analisis Pencatatan dan Pelaporan Belanja
Modal pada Dinas Perhubungan Kota Manado Tahun 2011”. Dan
32
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif,
yaitu
metode yang digunakan dengan cara mewawancarai beberapa orang
ahli dibidang yang berhubungan dengan situasi yang akan diteliti dan
mengumpulkan
data
dari
data yang
sudah
ada atau sudah
dipublikasikan (sesuai dengan prosedur penelitian eksploratif). Hasil dari
penelitian ini adalah Dinas Perhubungan Kota Manado saat ini telah
melaksanakan pengelolaan keuangan sesuai dengan PP No.24 Tahun
2005 yaitu mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan, namun belum
menerapkan secara keseluruhan, hal ini terlihat pada laporan keuangan
neraca
yaitu
tidak
disajikan akumulasi penyusutan dan beban
penyusutan untuk belanja modal.
Berdasarkan karakteriktik kualitatif
pelaporan keuangan di PP No. 24 Tahun 2005 maka komponen laporan
keuangan di Dinas Perhubungan telah lengkap. Dan informasi yang
disajikan tepat waktu, memiliki feedback value (mengoreksi ekspektasi
dimasa lalu) dan memiliki manfaat prediktif (memprediksi masa yang
akan datang). Karena sesuai dengan komponen laporan keuangan di
PP No. 24 Tahun 2005 lampiran II dan Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 bahwa laporan keuangan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan.
Anastasia Patrisia Thilda Tampanatu tahun 2013 meneliti dengan
judul ”analisis pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada skpd di
kota Bitung”. Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi deskriptif
yang meliputi pengumpulan untuk diuji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Hasil
33
Universitas Sumatera Utara
Penelitiannya adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Bitung telah melakukan pencatatan akuntansi belanja sesuaidengan
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Laporan Bulanan Bendahara Pengeluaran khususnya
tahun anggaran 2011 dimana format dan uraian sudah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Table 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti dan
Tahun
penelitian
Noviana
(2010)
Judul penelitian
Objek penelitian
Analisis
Pencatatan Dan
Pelaporan
Keuangan Pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah (SKPD)
Di Pemerintah
Kota Medan
(Studi Kasus
Pada Dinas Tata
Kota Tata
Bangunan)
Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan
keuangan sesuai
PP Nomor 24
tahun 2005
Hasil penelitian
Dinas Tata Kota dan Tata
bangunan telah melakukan
proses penctatan
akuntansinya sesuai dengan
peraturan menteri dalam
negeri no 13 tahun 2006 dan
peraturan pemerintah no 24
tahun 2005, sedangkan untuk
penyusunan laporan
keuangan belum sepenuhnya
sesuai dengan peraturan
menteri dalam negeri no 13
tahun 2006, namun laporan
keuangan telah disajikan
tepat waktu sehingga bisa
dipergunakan bagi kelompok
pengguna laporan keuangan
guna pengambilan keputusan
34
Universitas Sumatera Utara
Nama
Peneliti dan
Tahun
penelitian
Judul penelitian
Objek penelitian
Hasil penelitian
Fauziah
(2011)
Analisis
Pencatatan dan
Pelaporan
Keuangan pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah (SKPD)
di Kabupaten
Lima Puluh Kota
(Studi Kasus
Pada Badan
Kepegawaian
Daerah)
Kesesuaian
Pencatatan dan
pelapoan yang
dilakukan SKPD
dengan
Permendagri
nomor 13 Tahun
2006
Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota telah
melakukan pencatatan
akuntansi keuangan untuk
akuntansi belanja dan
akuntansi aset sesuai
dengan Peraturan menteri
dalam negri Nomor 13
tahun 2006 serta Surat
Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor
S.900/316/BAKD
Syefira
(2012)
Analisis
Pencatatan dan
Pelaporan
Belanja Modal
pada Dinas
Perhubungan
Kota Manado
Tahun 2011
Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan Belanja
Modal dengan PP
Nomor 24 Tahun
2005
Dinas Perhubungan Kota
Manado saat ini telah
melaksanakan pengelolaan
keuangan sesuai dengan PP
No.24 Tahun 2005 yaitu
mengenai . Standar
Akuntansi Pemerintahan,
namun belum menerapkan
secara keseluruhan
Tampanatu
(2013)
Analisis
Pencatatan DanP
elaporanBelanja
Langsung PadaS
kpd Di Kota
Bitung
Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan dengan
PP Nomor 24 Tah
un 2005
Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Bitung
telah melakukan pencatatan
akuntansi belanja
sesuaidengan Peraturan
Pemerintah No.24 Tahun
2005 tentangStandar
AkuntansiPemerintahan.
35
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual
Adapun
kerangka
konseptual
peneliti
yang
menjadi dasar
dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
DISPENDA
PEMKO MEDAN
Pencatatan Pendapatan
Pencatatan Belanja
Pencatatan Aset
Laporan Keuangan
Kendala penerapan
pp 71 tahun 2010
Analisis
Kesimpulan
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Keterangan Gambar:
Peneliti melakukan penelitian di Pemko Medan khususnya pada
Dinas
Pendapatan
(SATKER).
Daerah
Daerah
(DISPENDA)
sebagai
Satuan
Kerja
Adapun penelitian yang dilakukan di Dinas Pendapatan
Kota
Medan yang dijadikan acuan adalah
pencataan
pendapatan, pencatatan belanja, pencatatan aset. Dan yang meliputi
dalam penelitian ini adalah Bukti transaksi, Jurnal, Buku Besar dan
36
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan. Peneliti akan membandingkan penerapan sistem
akuntansi yang digunakan oleh Pemko Medan khususnya Dinas
Pendapatan Kota Medan dengan peraturan yang telah ditetapkan
(Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
No 64 tahun 2013 revisi dari
Peraturan Menteri Dalam Negri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).
Peneliti juga akan
menganalisa sudah sejauh mana persiapan pihak Dinas Pendapatan
Daerah
(DISPENDA) Kota Medan menerapkan Peraturan Pemerintah
No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
menerapkan
Dalam
peraturan peraturan yang baru tentu menemui kendala,
dalam kasus ini peneliti juga akan menganalisa apa saja yang menjadi
kendala bagi pihak Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota
Medan dalam menerapkan peraturan yang direvisi dari Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 2005. Kemudian peneliti akan menganalisa
dan menyimpulkan semua penelitian tersebut kedalam skripsi ini.
37
Universitas Sumatera Utara