Analisis Kesiapan Pencatatan dan Pelaporan Keuangan berbasis akrual pada Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Teoritis
2.1.1

Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengertian Keuangan

Daerah

berdasarkan

penjelasan

pasal 156 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang sekarang direvisi menjadi UU No. 12 tahun 2008
“keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang

dan

barang

yang

dapat

dijadikan

milik daerah yang

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam ketentuan

umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah :
“Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”
Sedangkan

pengertian

keuangan daerah menurut

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 (yang telah
berubah menjadi Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan berubah
menjadi Permendagri No. 59 tahun 2007 yang sekarang direvisi
menjadi Permendagri No. 64 tahun 2013) tentang Pedoman

7
Universitas Sumatera Utara

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah


Serta Tata Cara Penyusunan

Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD):
“Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerahyang dapat dinilai
dengan uang termaksud didalamnya segala
bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan
belanja daerah.”

Sesuai

dengan

Peraturan


Mentri

Dalam

Negri

(Permendagri) No. 13 Tahun 2006 (yang berubah menjadi
Permendagri

No. 59

Tahun

2007 yang

sekarang

menjadi Permendagri No 64 Tahun 2013) tentang
pengelolaan


keuangan

mengandalkan

bagian

daerah,
keuangan

tidak

lagi

sekretariat

direvisi
pedoman

bertumpu
daerah


atau
(setda)

kabupaten / kota saja, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
kini wajib menyusun dan melaporkan posisi keuangannya yang
kemudian dikoordinasikan dengan bagian keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, pada
prinsipnya keuangan daerah memiliki unsur pokok, yaitu :
-

Hak Daerah;

-

Kewajiban Daerah;

-

Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

tersebut.
Halim (2002 : 19) menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber
8
Universitas Sumatera Utara

penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan atau hak untuk menerima sumbersumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan.
akan

menaikkan

kekayaan

daerah.

Hak tersebut


Sedangkan yang

dimaksudkan kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan
uang membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka
penyelenggaraan

fungsi-fungsi

pemerintahan,

infrastruktur,

pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban
tersebut akan menurunkan kekayaan daerah.
Disamping memiliki unsur-unsur pokok diatas, pengertian
keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yaitu “suatu rencana
keuangan tahunan
peraturan”.


daerah yang

ditetapkan

berdasarkan

Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk

meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab.
Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan
UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak
zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga
paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang
menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara,
yaitu (Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
9
Universitas Sumatera Utara


Negara,

Undang–Undang

No.

1

Tahun

2004

tentang

Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun
2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung

Jawab


Keuangan Negara).
Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan

peraturan

perundang–undangan

yang

mengatur

keuangan daerah, antara lain :
1)

Undang-undang
khususnya

bagian

Dasar
yang

Republik
mengatur

Indonesia 1945,
keuangan

negara.

(khususnya pasal 23 ayat 1: Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undangundang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar –besarnya kemakmuran rakyat);
2)

Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;

3)

Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia No. 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
4)

Undang-undang No. 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5,

10
Universitas Sumatera Utara

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);
5)

Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan PerUndang-undangan;

6)

Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;

7)

Undang-undang No. 12 tahun 2008 sebagai perubahan atas
undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 3 Tahun 2005 menjadi
Undang-undang;

8)

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah;

9)

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom;

10) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan yang telah direvisi ke dalam
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010;
11
Universitas Sumatera Utara

12) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan;
13) Peraturan

Pemerintah

Nomor

56 Tahun 2005 tentang

Sistem Informasi Keuangan Daerah;
14) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Negara;
15) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 atas
perubahan

Peraturan Mentri Dalam Negri No. 59 Tahun

2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;

Menurut

PP

No. 71

Tahun 2010, bahwa laporan

keuangan memiliki tujuan sebagai berikut :
a.

b.

c.

Menyediakan informasi mengenai kecukupan
penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran.
Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara
memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya
dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan.
Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber
daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan
entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.

12
Universitas Sumatera Utara

d.

e.

f.

Menyediakan
informasi
mengenai bagaimana
entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya.
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan
dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan
sumber-sumber
penerimaannya,
baik
jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang
berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan selama periode pelaporan.

Laporan

keuangan

yang

telah

dibuat

harus

juga

memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a.

Relevan;
Maksudnya, informasi yang disajikan haruslah
lengkap, tepat waktu dan mampu untuk memprediksi
masa

depan hingga dapat dijadikan acuan untuk

mengambil keputusan
b.

Andal;
Yang dikatakan andal disini maksudnya adalah
laporan keuangan haruslah bebas dari pengertian yang
menyesatkan serta harus bebas dari kesalahan material.
Informasi yang disajikan juga harus diarahkan pada
kebutuhan

umum

dan tidak berpihak pada kebutuhan

pihak tertentu
c.

Dapat dibandingkan; dan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan

lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
13
Universitas Sumatera Utara

laporan keuangan periode
keuangan

entitas

Perbandingan
eksternal.

sebelumnya atau laporan

pelaporan

lain

pada

umumnya.

dapat dilakukan secara internal dan

Perbandingan secara internal dapat dilakukan

bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat

dilakukan

menerapkan
entitas

bila

entitas

kebijakan

pemerintah

yang

diperbandingkan

akuntansi yang sama. Apabila
akan

menerapkan

kebijakan

akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang

sekarang

diterapkan,

perubahan

tersebut

diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d.

Dapat dipahami.
Informasi
keuangan

dapat

yang

disajikan.

dipahami

oleh

Dalam laporan
pengguna

dan

dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
pengguna

diasumsikan

memiliki

Untuk itu,

pengetahuan

yang

memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya

kemauan pengguna untuk

mempelajari informasi yang dimaksud.

2.1.2

Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD
Dalam

penelitian ini akan dibahas tentang akuntansi
14
Universitas Sumatera Utara

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah darah selaku pengguna anggaran /
pengguna barang.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Permendagri) No.13 Tahun 2006 pasal 232 ayat (3), sistem
akuntansi keuangan daerah meliputi:
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas
transaksi dan atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan
dalam
rangka
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi computer.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah,
kepala

daerah

menetapkan

daerah

dengan

mengacu

pokok-pokok

pengelolaan

sistem akuntansi pemerintahan

pada

peraturan

daerah

tentang

keuangan daerah, disusun dengan

berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan standar
akuntansi

pemerintahan.

Penerapan sistem akuntansi

pemerintah

di

tergantung

suatu

Negara

pada

peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Negara tersebut. Dalam
PP No. 71 Tahun 2010 pasal (1) angka 11 disebutkan bahwa :
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan,
danelemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan
keuangan dilingkungan organisasi pemerintah.
Di
mengalami
perubahan

Indonesia

sendiri,

sistem

akuntansinya

sudah

beberapa kali perkembangan sesuai dengan
aturan perundang-undangan yang berlaku.

Halim

(2012 : 328) menyebutkan ada 3 tahap perubahan sistem
15
Universitas Sumatera Utara

akuntansi di Indonesia sebagai berikut :
1.

Tahap pertama (1974-1999 era reformasi)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang diterapkan masi
tradisional yaitu masih berbasis kas dan single entry.

2.

Tahap kedua (pasca reformasi 2000-2004)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang berlaku sudah
menerapkan tata buku berpasangan (double entry) dan
berbasis kas modidikasian namun pada masa ini belum
ada standar akuntansi untuk pemerintahan sehingga
pemerintahan

masih

mengikuti

standar

akuntansi

keuangan.
Sistem pencatatan double entry mengarah pada
diberlakukannya sistem tata buku berpasangan dengan
melibatkan sisi debit sebelah kiri dan sisi kredit sebelah
kanan.

Pencatatan dengan sistem ini yang disebut

menjurnal. Secara normative, konsekuensi diterapkannya
sistem pencatatan ini adalah munculnya persamaan
dasar akuntansi dalam Halim (2012 :328) dimana
dalam

konsteks akuntansi pemerintah, persamaan

dasarnya untuk SAP berbasis kas menuju akrual adalah
sebagai berikut :
Aset + Belanja = Kewajiban + Ekuitas Dana =Pendapatan
Namun

setelah

diterapkannya

PP

nomor 71

tahun 2010 persamaan dasar akuntansi pemerintahan
16
Universitas Sumatera Utara

adalah sebagai berikut (Halim 2012:328) :
Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan - LO
3.

Tahap ketiga ( setelah tahun 2005 )
Pada

tahap

ini

basis

akuntansi

berubah

menggunakan basis cash basis toward accrual dan telah
ada standar akuntansi pemerintah melalui PP Nomor 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP).
Namun

pada tahun 2010 dikeluarkan PP nomor 71

tentang standar akuntansi pemerintahan yang menggantikan
PP No. 24 Tahun 2005, perkembangan akuntansi memasuki
tahap ke empat.

Sejak diterbitkannya PP No. 71 tahun 2010,

semua entitas dalam lingkup pemerintah pusat dan daerah harus
melaksanakan sistem akuntansi pemerintah bebasis akrual,
meskipun entitas pemerintah yang belum siap menerapkan
akuntansi berbasis akrual masih diperkenankan menggunakan
basis akuntansi kas menuju akrual dan di harapkan pada tahun
anggaran 2014 sudah menerapkan sistem akuntansi berbasis
akrual secara penuh (KSAP, 2010).
PP No. 71 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 8 menyatakan
bahwa SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan

pembiayaan

dalam

pelaporan

pelaksanaan

anggaran
17

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan

basis

yang

ditetapkan

dalam

APBN/APBD.

Akuntansi berbasis akrual dianggap memiliki sejumlah manfaat
untuk organisasi sektor publik.

Para pendukung penerapan

basis akrual dalam organisasi sektor publik, meyakini bahwa
akuntansi
terjadi,

akrual
dianggap

mengakui beban ketika transaksi tersebut
menyediakan

gambaran

operasional

pemerintahan secara lebih transparan.
Selain

itu, dalam modul gambaran umum akuntansi

berbasis akrual yang diterbitkan oleh kementrian keuangan
tahun 2014, adapun kelebihan dan kelemahan dari akuntansi
basis akrual adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
-

-

-

-

Menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik
untuk
tujuan
pengambilan
keputusan
karena
memenuhi azas “semakin baik informasi maka
semakin baik keputusan”
Pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih
akurat
Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun
pelaporan karena penilaian kesehatan keuangan
dikaitkan pada kinerja organisasi pemerintah
Dapat menghasilkan nilai aset, kewajiban dan ekuitas
yang lebih baik
Pengukuran penilaian biaya suatu program / kegiatan
yang lebih baik
Sesuai Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah
yang diamanatkan oleh UU
Sesuai dengan international best practices, termasuk
untuk kebutuhan Government Finance Statistics (GFS)
yang berbasis accrual
Mengakumulasi kewajiban pembayaran pensiun
Menyelaraskan / meratakan belanja modal dengan
akuntansi penyusutan
Mewaspadai resiko default hutang yang akan jatuh
tempo bersanksi denda

18
Universitas Sumatera Utara

-

-

-

Memungkinkan perundingan dan penjadwalan hutang
yang mungkin tak mampu dibayar di masa depan yang
masih jauh tanpa tergesa – gesa
Permintaan hair cut apabila posisi keuangan terlihat
tidak tertolong lagi menjadi masuk akal di mata Negara /
lembaga donor
Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh
tentang keuangan Negara dari sekadar gambaran kas
Mengubah perilaku keuangan para penggunannya
menjadi lebih transparan dan akuntabel

Kelemahan :
-

Relatif lebih kompleks dibanding basis akuntansi kas
maupun basis kas menuju akrual sehingga membutuhkan
SDM dengan kompetensi akuntansi yang memadai.
SAP berbasis akrual (modifikasian) menurut PP No. 71

Tahun

2010

lampiran

(I)

mewajibkan

entitas

pelaporan

menyusun tujuh laporan keuangan pokok yang terbagi dalam
dua jenis pelaporan yaitu :
Laporan pelaksanaan anggaran (Budgetary Reports) terdiri
atas:
1.

Laporan realisasi anggaran berbasis kas

2.

Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

Pelaporan financial (financial Reports) berbasis akrual, terdiri
dari:
1.

Neraca

2.

Laporan Operasional (LO)

3.

Laporan Arus Kas

4.

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

5.

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
19
Universitas Sumatera Utara

Namun

Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penyajian Laporan
Keuangan

dijelaskan

keuangan

tersebut

bahwa
disajikan

komponen–komponen

laporan

oleh setiap entitas pelaporan,

kecuali:
a.
b.

Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum;
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya
disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan
yang
menyusun
laporan
keuangan
konsolidasiannya.

Kemudian pada paragraf 16 pada PSAP yang sama
dijelaskan bahwa unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum adalah unit yang ditetapkan sebagai bendahara umum
Negara / daerah dan / atau sebagai kuasa bendahara umum
Negara / daerah.
Sehingga terbentuklah laporan keuangan satuan kerja
(satker) pada Dinas menjadi :

1.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih
/ kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan

dengan

anggarannya

dalam

satu

periode.

20
Universitas Sumatera Utara

2.

Laporan Operasional (LO)
Laporan ini menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang

menambah ekuitas dan penggunaannya untuk

kegiatan

penyelenggaraan

pemerintah

dalam

satu

kenaikan

atau

periode pelaporan.

3.

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan

ini

menyajikan

informasi

penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.

4.

Neraca
Laporan

ini

menyajikan informasi

posisi

keuangan

pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu.

5.

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam LRA, neraca, LO dan LPE dalam rangka
pengungkapan yang memadai.

Siklus akuntansi pada daerah tidak memiliki perbedaan dari
siklus akuntansi keuangan komersil. Siklus akuntansi tersebut
diawali
eksternal

dengan
dan

analisis bukti transaksi yang berupa bukti
internal seperti faktur pembelian kuitansi dan
21
Universitas Sumatera Utara

sebagainya.
atas

Kemudian penjurnalan yaitu mencatat pengaruh

transaksi

tadi ke masing-masing akun yang terkait.

Kemudian akan dilanjutkan dengan memposting akun-akun terkait
dengan transaksi ke buku besar masing-masing, neraca lajur (jika
diperlukan), dan tindakan akhirnya adalah menyajikan laporan
keuangan. Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk
adalah Neraca dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari
basis akrual yang melengkapi

informasi

Laporan

Keuangan

Primer adalah Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Realisasi
Anggaran.

Terakhir untuk melengkapi pengungkapan keempat

laporan keuangan sebelumnya maka disusunlah Catatan atas
Laporan Keuangan.

Siklus akuntansi dapat digambarkan seperti

bawah ini :

BUKTI TRANSAKSI

JURNAL

NERACA
BUKU BESAR

Laba Operasi (LO)
Laporan Perubahan Equitas (LPE)

NERACA LAJUR

Laporan Realisai Anggaran (LRA)
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

LAPORAN KEUANGAN

Gambar 2.1
Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Sumber: halim, 2012, hlm 328, dimodifikasi
22
Universitas Sumatera Utara

1.

Bukti-bukti Transaksi
Dalam

tahapan

siklus

akuntansi

akan dimulai

dengan adanya bukti-bukti transaksi yang diperoleh
oleh SKPD kemudian akan dinalisa untuk dijurnal dan
diletakkan pada posisi debit atau kredit nantinya.
Peletakan suatu akun di sisi debit bukan berarti saldo
dari

akun

tersebut

akan

bertambah.

Begitupun

sebaliknya, peletakan posisi suatu akun di sebelah kredit
bukan berarti saldo dari akun tersebut akan berkurang.
Disinilah harus diperhatikan dengan sebenar-benarnya
saldo perkiraan normal dari masing-masing kelompok
akun.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi penerimaan kas mencakup:
1. Surat tanda bukti pembayaran yang dilengkapi dengan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)
b. SKR
c. Bukti transaksi penerimaan kas lainnya.
2. STS.
3. Bukti Transfer.
4. Nota Kredit Bank.
Sementara bukti transaksi yang digunakan dalam
prosedur pengeluaran kas mencakup :

23
Universitas Sumatera Utara

1. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), yaitu dokumen
yang digunakan

sebagai dasar pencairan dana yang

diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
2. Nota debit bank.
3. Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi

aktiva berupa

bukti

memorial

dilampiri

dengan:
1. Berita Acara Penerimaan Barang.
2. Berita Acara Serah Terima Barang.
3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi selain kas Berupa: bukti memorial, dilampiri
dengan:
1.

Pengesahan

Pertanggungjawaban

Pengeluaran

(pengesahan SP).
2.

Berita Acara Penerimaan Barang.

3.

Surat Keputusan Penghapusan Barang.

4.

Surat Pengiriman Barang.

5.

Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD).

6.

Berita Acara Pemusnahan Barang.

7.

Berita Acara Serah Terima Barang.

8.

Berita Acara Penilaian.
24
Universitas Sumatera Utara

2.

Jurnal
Jurnal

adalah

catatan

yang

berfungsi

untuk

menyediakan informasi yang lengkap dan permanen dari
semua transaksi yang disusun dalam urutan kronologis
kejadiannya

sebagai

referensi di masa mendatang.

Tujuan dari penjurnalan adalah untuk menunjukkan
pengaruh
Jurnal

setiap transaksi ke dalam akun perusahaan.

digunakan

posting

sebagai

di buku besar.

dasar

untuk

melakukan

Kesalahan dalam meletakkan

posisi akun saat menjurnal akan berakibat pada kesalahan
jumlah akhir di buku besar.
perkiraan

akan

lebih

Pencatatan masing-masing

mudah

dengan

adanya jurnal

karena jurnal memisahkan perkiraan debet dan kredit.
Penjurnalan dapat dilakukan harian ataupun bulanan.
Format jurnal umum yang biasanya digunakan adalah
sebagai berikut:

Tanggal

Nama perkiraan

Post
ref

Debet

Kredet

Sumber : diolah penulis

25
Universitas Sumatera Utara

3.

Buku Besar
Langkah

selanjutnya

dalam

siklus akuntansi

adalah melakukan posting ke buku besar.

Buku besar

merupakan lanjutan dari jurnal Posting adalah pemindahan
akun-akun sejenis yang sudah di jurnal ke dalam satu
kolom yang disebut buku besar.

Nantinya, saldo akhir

yang ditunjukkan oleh buku besar ini akan dilanjutkan
dibawa untuk menyusun laporan keuangan. Berikut adalah
contoh buku besar dari suatu perkiraan yang umumnya
dipakai.

Nama akun: Kas
No.akun:
Tanggal

Uraian

Ref

Debet

Kredet

Saldo
Debet

Kredet

Sumber : diolah penulis

4.

Neraca Lajur
Bagian selanjutnya adalah neraca lajur.

Neraca

lajur digunakan sebagai pembantu pembuatan laporan
keuangan.

Neraca lajur

bersifat

opsional, boleh

digunakan boleh juga tidak tergantung kebutuhan dari
suatu

entitas dikarenakan sifatnya yang hanya sebagai

pembantu. Neraca lajur dapat langsung menggambarkan
26
Universitas Sumatera Utara

surplus atau deficit, posisi keuangan, dan saldo saldo
akhir dari suatu perkiraan.

Neraca lajur biasanya

terdiri dari 10 kolom yang terdiri dari kolom neraca saldo,
penyesuaian, neraca saldo disesuaikan, laba rugi dan yang
terakhir adalah neraca yang masing-masing terdiri dari 2
kolom. Kolom debit dan kolom kredit.

5.

Laporan keuangan
Tujuan
laporan

dari akuntansi

keuangan.

adalah

penyampaian

Laporan keuangan merupakan

gambaran umum untuk mengambil keputusan.

Laporan

keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode

pelaporan.

Laporan keuangan terutama

digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang
telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan keuangan adalah produk
akhir

dari

Laporan

proses

keuangan

akuntansi
yang

yang telah dilakukan.

disusun

harus memenuhi

prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam PP No.71 tahun
2010.

Laporan keuangan dihasilkan dari masing27
Universitas Sumatera Utara

masing SKPD yang kemudian dijadikan dasar dalam
membuat Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi /
Kabupaten / Kota.

Laporan keuangan SKPD adalah

suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah
yang

dijadikan

sebagai

pertanggungjawaban
akuntansi

dan

informasi

pengelolaan

dalam

rangka

keuangan

entitas

pengambilan keputusan ekonomi oleh

pihak-pihak yang memerlukannya.
a. Neraca
Neraca atau yang kini disebut laporan posisi
keuangan merupakan laporan yang menunjukkan
saldo akhir dari akun-akun nominal atau akun yang
akan dibawa ke periode yang akan datang.

Neraca

pada SKPD biasanya terdiri dari kelompok aset,
kewajiban, dan ekuitas dana.
b. Laporan Operasi
Dalam PP No. 71 tahun 2010 dijelaskan bahwa
laporan ini menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan

operasional

keuangan

entitas

pelaporan

yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus / deficit

operasional

dari suatu entitas

28
Universitas Sumatera Utara

pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan
periode sebelumnya. Laporan operasional menyediakan
informasi:
a. Mengenai besarnya beban yan harus ditanggung
oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan;
b. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh
yang

berguna

dalam

mengevaluasi

kinerja

pemeintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan

perolehan

dan penggunaan sumber

daya ekonomi;
c. Yang berguna dalam memprediksi pendapatanLO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah

pusat

dan

daerah

dalamperiode

mendatang

dengan cara menyajikann laporan

secara komparatif;
d. Mengenai

penurunan

ekuitas

(bila

deficit

operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus
beroperasional).
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan

ini

bertujuan

untuk

memberikan

informasi terkait dengan perubahan ekuitas yang
diakibatkan oleh surplus operasional atau deficit
operasional.

Laporan ini bersifat opsional yakni

dapat dilaksanakan atau boleh tidak dilaksanakan.
29
Universitas Sumatera Utara

d. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan ini menyediakan informasi mengenai
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/deficit,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam LRA, neraca, LO
dan

LPE

dalam

rangka pengungkapan

yang

memadai.

Berikut digambarkan sistem dan prosedur akuntansi
untuk tingkat SATKER (SATUAN KERJA) pada dinas :

30
Universitas Sumatera Utara

FORMULIR

CATATANLAPORAN

Dokumen
transaksi

Buku
Jurnal

Buku
Besar

Laporan
keuangan
SATKER

Buku
Pembantu

 Bukti
penerimaan
kas
 Pengeluara
n kas
 memorial

 Register JKM
 Register JKK
 Register JM

Kumpulan
rekening
(ringkasan
dan
rincian)

Kertas
kerja







LRA
LO
LPE
NERACA
CaLK

Kebijakan akuntansi

Gambar 2.2
Sistem dan Prosedur Akuntansi
Sumber : Mahsun, dkk., 2011 dalam Halim 2012, hlm 331, dimodifikasi

2.2.

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya oleh Endah
Noviana

pada tahun 2010 dengan judul “analisis pencatatan dan

pelaporan keuangan pada satuan kerja perangkat daerah (skpd) di
pemerintah

kota

medan (studi

kasus pada dinas tata kota tata

bangunan)”. Penelitian ini menggunakan PP No. 24 sebagai objek dan
pedoman dalam penelitiannya.

Penelitian ini menggunakan desain

penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus.

Penulis menggunakan
31
Universitas Sumatera Utara

teknik wawancara dan teknik studi dokumentasi untuk pegumpulan
data yang diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Tata
Kota dan Tata bangunan

telah

melakukan proses pencatatan

akuntansinya sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006 dan PP No
24 tahun 2005, sedangkan untuk penyusunan laporan keuangan belum
sepenuhnya
laporan

sesuai

dengan Permendagri No 13 tahun 2006, namun

keuangan

dipergunakan

bagi

telah disajikan tepat waktu sehingga bisa
kelompok

pengguna

laporan

keuangan

guna

Pencatatan

dan

pengambilan keputusan.
Fauziah

(2011)

dengan

judul

“Analisis

Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Kabupaten Lima Puluh Kota (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian
Daerah)”.

Penelitian ini menggunakan data dokumenter.

Hasil

penelitian menunjukkan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota telah melakukan pencatatan akuntansi keuangan untuk
akuntansi belanja dan akuntansi aset sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
S.900/316/BAKD
Penatausahaan

tentang

Pedoman

Sistem

dan

Prosedur

dan akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah.
Anisaa

Syefira pada

tahun

2012 juga melakukan penelitian

sejenis dengan judul “Analisis Pencatatan dan Pelaporan Belanja
Modal pada Dinas Perhubungan Kota Manado Tahun 2011”. Dan
32
Universitas Sumatera Utara

dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif,

yaitu

metode yang digunakan dengan cara mewawancarai beberapa orang
ahli dibidang yang berhubungan dengan situasi yang akan diteliti dan
mengumpulkan

data

dari

data yang

sudah

ada atau sudah

dipublikasikan (sesuai dengan prosedur penelitian eksploratif). Hasil dari
penelitian ini adalah Dinas Perhubungan Kota Manado saat ini telah
melaksanakan pengelolaan keuangan sesuai dengan PP No.24 Tahun
2005 yaitu mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan, namun belum
menerapkan secara keseluruhan, hal ini terlihat pada laporan keuangan
neraca

yaitu

tidak

disajikan akumulasi penyusutan dan beban

penyusutan untuk belanja modal.

Berdasarkan karakteriktik kualitatif

pelaporan keuangan di PP No. 24 Tahun 2005 maka komponen laporan
keuangan di Dinas Perhubungan telah lengkap. Dan informasi yang
disajikan tepat waktu, memiliki feedback value (mengoreksi ekspektasi
dimasa lalu) dan memiliki manfaat prediktif (memprediksi masa yang
akan datang). Karena sesuai dengan komponen laporan keuangan di
PP No. 24 Tahun 2005 lampiran II dan Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 bahwa laporan keuangan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan.
Anastasia Patrisia Thilda Tampanatu tahun 2013 meneliti dengan
judul ”analisis pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada skpd di
kota Bitung”. Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi deskriptif
yang meliputi pengumpulan untuk diuji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Hasil
33
Universitas Sumatera Utara

Penelitiannya adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Bitung telah melakukan pencatatan akuntansi belanja sesuaidengan
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Laporan Bulanan Bendahara Pengeluaran khususnya

tahun anggaran 2011 dimana format dan uraian sudah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Table 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama
Peneliti dan
Tahun
penelitian

Noviana
(2010)

Judul penelitian

Objek penelitian

Analisis
Pencatatan Dan
Pelaporan
Keuangan Pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah (SKPD)
Di Pemerintah
Kota Medan
(Studi Kasus
Pada Dinas Tata
Kota Tata
Bangunan)

Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan
keuangan sesuai
PP Nomor 24
tahun 2005

Hasil penelitian

Dinas Tata Kota dan Tata
bangunan telah melakukan
proses penctatan
akuntansinya sesuai dengan
peraturan menteri dalam
negeri no 13 tahun 2006 dan
peraturan pemerintah no 24
tahun 2005, sedangkan untuk
penyusunan laporan
keuangan belum sepenuhnya
sesuai dengan peraturan
menteri dalam negeri no 13
tahun 2006, namun laporan
keuangan telah disajikan
tepat waktu sehingga bisa
dipergunakan bagi kelompok
pengguna laporan keuangan
guna pengambilan keputusan

34
Universitas Sumatera Utara

Nama
Peneliti dan
Tahun
penelitian

Judul penelitian

Objek penelitian

Hasil penelitian

Fauziah
(2011)

Analisis
Pencatatan dan
Pelaporan
Keuangan pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah (SKPD)
di Kabupaten
Lima Puluh Kota
(Studi Kasus
Pada Badan
Kepegawaian
Daerah)

Kesesuaian
Pencatatan dan
pelapoan yang
dilakukan SKPD
dengan
Permendagri
nomor 13 Tahun
2006

Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota telah
melakukan pencatatan
akuntansi keuangan untuk
akuntansi belanja dan
akuntansi aset sesuai
dengan Peraturan menteri
dalam negri Nomor 13
tahun 2006 serta Surat
Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor
S.900/316/BAKD

Syefira
(2012)

Analisis
Pencatatan dan
Pelaporan
Belanja Modal
pada Dinas
Perhubungan
Kota Manado
Tahun 2011

Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan Belanja
Modal dengan PP
Nomor 24 Tahun
2005

Dinas Perhubungan Kota
Manado saat ini telah
melaksanakan pengelolaan
keuangan sesuai dengan PP
No.24 Tahun 2005 yaitu
mengenai . Standar
Akuntansi Pemerintahan,
namun belum menerapkan
secara keseluruhan

Tampanatu
(2013)

Analisis
Pencatatan DanP
elaporanBelanja
Langsung PadaS
kpd Di Kota
Bitung

Kesesuaian
pencatatan dan
pelaporan dengan
PP Nomor 24 Tah
un 2005

Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Bitung
telah melakukan pencatatan
akuntansi belanja
sesuaidengan Peraturan
Pemerintah No.24 Tahun
2005 tentangStandar
AkuntansiPemerintahan.

35
Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Adapun

kerangka

konseptual

peneliti

yang

menjadi dasar

dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

DISPENDA
PEMKO MEDAN
 Pencatatan Pendapatan
 Pencatatan Belanja
 Pencatatan Aset

 Laporan Keuangan

Kendala penerapan
pp 71 tahun 2010

Analisis

Kesimpulan

Gambar 2.3
Kerangka Konseptual

Keterangan Gambar:
Peneliti melakukan penelitian di Pemko Medan khususnya pada
Dinas

Pendapatan

(SATKER).
Daerah

Daerah

(DISPENDA)

sebagai

Satuan

Kerja

Adapun penelitian yang dilakukan di Dinas Pendapatan

Kota

Medan yang dijadikan acuan adalah

pencataan

pendapatan, pencatatan belanja, pencatatan aset. Dan yang meliputi
dalam penelitian ini adalah Bukti transaksi, Jurnal, Buku Besar dan
36
Universitas Sumatera Utara

Laporan keuangan. Peneliti akan membandingkan penerapan sistem
akuntansi yang digunakan oleh Pemko Medan khususnya Dinas
Pendapatan Kota Medan dengan peraturan yang telah ditetapkan
(Peraturan

Menteri

Dalam

Negeri

No 64 tahun 2013 revisi dari

Peraturan Menteri Dalam Negri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).

Peneliti juga akan

menganalisa sudah sejauh mana persiapan pihak Dinas Pendapatan
Daerah

(DISPENDA) Kota Medan menerapkan Peraturan Pemerintah

No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
menerapkan

Dalam

peraturan peraturan yang baru tentu menemui kendala,

dalam kasus ini peneliti juga akan menganalisa apa saja yang menjadi
kendala bagi pihak Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota
Medan dalam menerapkan peraturan yang direvisi dari Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 2005. Kemudian peneliti akan menganalisa
dan menyimpulkan semua penelitian tersebut kedalam skripsi ini.

37
Universitas Sumatera Utara