LAPORAN P2KP 2015 edit 22022016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama Penganekaragaman Konsumsi Pangan (diversifikasi pangan)
adalah membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan
aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan sangat
penting dan mendesak, karena kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan
belum mempertimbangkan kecukupan gizi. Selain itu, pola konsumsi pangan
penduduk Indonesia masih belum seimbang yang ditandai dengan tingginya
konsumsi padi-padian, terutama beras; masih rendahnya konsumsi pangan hewan,
umbi-umbian, serta sayur dan buah; pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal
seperti umbi, jagung, dan sagu masih relatif rendah; kualitas konsumsi pangan
masyarakat yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) masih
belum
mencapai
kondisi
ideal.
Oleh
karenanya
diperlukan
upaya
untuk
menganekaragamkan konsumsi pangan masyarakat menuju skor PPH yang ideal
agar hidup sehat, aktif, dan produktif.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 22 Tahun
2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumberdaya Lokal. Perpres ini mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan
penganekaragaman pangan diperlukan berbagai upaya secara sistematis dan
terintegrasi. Perpres ini sudah ditindaklanjuti, dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal sebagai acuan yang lebih operasional
dalam implementasinya.
Implementasi dari Perpres dan Permentan tersebut, Kementerian Pertanian
melalui Badan Ketahanan Pangan sejak tahun 2010 meluncurkan program
optimalisasi pemanfatan pekarangan melalui salah satu kegiatan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) melalui Program Peningkatan
Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat untuk mempercepat diversifikasi
pangan dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Program ini sejalan
dengan empat target kunci sukses Kementerian Pertanian yang salah satunya
adalah diversifikasi pangan.
1
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Sebagai bentuk keberlanjutan program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal Tahun 2010, pada tahun
2014 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi
Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL),
(2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan
Promosi P2KP. Melalui 3 (tiga) kegiatan besar ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola konsumsi pangan
yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).
Sehubungan dengan berakhirnya tahun anggaran 2014, maka disusun laporan
pelaksanaan kegiatan di daerah sebagai bentuk tata kepemerintahan yang baik
(good governance).
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan kegiatan P2KP adalah untuk memfasilitasi dan
mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang B2SA yang
diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH). Tujuan
khususnya antara lain:
a) Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA)
serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras;
b) Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan
dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai
penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi
keluarga; dan
c) Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang
berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
Sedangkan tujuan laporan ini dibuat adalah sebagai bentuk evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan kegiatan Gerakan P2KP di daerah. Laporan diharapkan
dapat dijadikan acuan bagi pengembangan Gerakan P2KP tahun berikutnya.
2
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
1.3 Sasaran
Mengacu pada tujuan di atas, sasaran kegiatan P2KP ialah:
a) Meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan pola
konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) serta
menurunnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan
tertentu dengan pemanfaatan pangan lokal; dan
b) Berkembangnya usaha pengolahan pangan skala UMKM sumber karbohidrat
selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) Tahun 2014 terdiri atas Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui
Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Model Pengembangan Pangan
Pokok Lokal (MP3L), dan Sosialisasi dan Promosi Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP).
a) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan
wanita untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Upaya
ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan
keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah-buahan, serta budidaya ternak dan
ikan. Hasil pekarangan dapat digunakan sebagai tambahan untuk ketersediaan
sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi
kawasan perumahan warga yang saling berdekatan. Kegiatan ini dapat membentuk
sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri dalam
kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan. Pendekatan pengembangan ini
dilakukan
dengan
mengembangkan
pertanian
berkelanjutan
(sustainable
agriculture), antara lain dengan membangun Kebun Bibit Desa (KBD) dan
mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal
(local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga. Implementasi kegiatan
ini disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
3
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL dengan
pendampingan oleh Penyuluh Pendamping P2KP desa dan Pendamping P2KP
kabupaten/kota, serta dikoordinasikan bersama dengan aparat kabupaten/kota.
Selain pemanfaatan pekarangan, juga diarahkan untuk pemberdayaan kelompok
wanita dalam membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman (B2SA), termasuk kegiatan usaha pengolahan pangan rumah
tangga untuk menyediakan pangan yang lebih beragam.
Kebun Bibit Desa (KBD) dibangun di setiap desa untuk memasok kebutuhan
bibit bagi anggota kelompok dan masyarakat, sehingga tercipta keberlanjutan
kegiatan. Pengembangan Kebun Bibit ini diharapkan dapat diintegrasikan dengan
kegiatan pembibitan yang ada di Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Untuk itu,
pengembangan Kebun Bibit pada kegiatan ini harus berkoordinasi dengan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat. Tanaman yang dibudidayakan di
KBD diutamakan tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat
ataupun jenis tanaman baru potensi lokal yang memiliki keunggulan nilai gizi.
Desa pelaksana P2KP juga diarahkan untuk mengembangkan kebun sekolah
di salah satu sekolah (SD/SMP/SMA) yang berlokasi di desa tersebut. Pembinaan
dilakukan oleh pendamping desa P2KP, sejalan dengan pembinaan yang dilakukan
terhadap kelompok wanita P2KP, dan berkoordinasi dengan sekolah yang
bersangkutan. Kebun Bibit yang dikembangkan di desa P2KP juga diarahkan untuk
dapat memasok bibit ke kebun sekolah tersebut.
b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Tujuan dari kegiatan MP3L adalah untuk mengembangkan pangan lokal
sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk
mendukung pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan
rendah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan
berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk:
i.
Mengembangkan beras/nasi “non beras” sumber karbohidrat yang dapat
disandingkan dengan beras/nasi, berbahan baku sumber pangan lokal;
ii.
Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi
pangan pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-beras/non4
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
terigu dari sumber pangan lokal; dan
iii.
Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi
beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi
dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah.
Pemanfaatan pangan lokal yang bersumber dari aneka umbi, sagu, pisang,
sukun, labu kuning sudah banyak dikembangkan dengan dijadikan tepung. Aneka
tepung ini dapat diolah sebagai pangan pokok mensubstitusi beras dan terigu
sebagai
sumber
karbohidrat.
Melalui
teknologi
pengolahan
pangan
dapat
dikembangkan “nasi non-beras” yang dapat disandingkan dengan “nasi beras”
sebagai menu makanan sehari-hari serta mendorong dan mengembangkan
penganekaragaman pangan khususnya berbasis aneka tepung berbahan baku lokal
serta pengembangan pengolahan tepung lokal menjadi pangan ”intermediate”.
c) Sosialisasi dan Promosi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP)
Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk memasyarakatkan
dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat melalui
upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku, serta
ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi
terciptanya pola hidup yang sehat, aktif, dan produktif.
1.5 Lokasi Kegiatan
Kegiatan P2KP Tahun 2015 dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai
berikut:
a) Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL dilaksanakan di
2.294 (dua ribu dua ratus sembilan puluh empat) desa baru pada 328 (tiga ratus
dua puluh delapan) kabupaten/kota dan 1.516 (seribu lima ratus enam belas)
desa lanjutan Tahun 2014 pada 260 (dua ratus enam puluh) kabupaten/kota di 33
provinsi;
b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 4 (empat)
kabupaten/kota lanjutan tahun 2014 dan 26 (dua puluh enam) kabupaten baru
tahun 2015 yang keseluruhannya terdapat di 16 (enam belas) provinsi; dan
5
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
c) Sosialisasi dan promosi P2KP dilaksanakan di 33 provinsi.
1.6 Metodologi Kegiatan
Gerakan P2KP Tahun 2015 dilakukan melalui 3 (tiga) kegiatan utama yaitu:
a) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dilakukan untuk 2 (dua) kelompok sasaran
yaitu :
a. Kelompok Wanita penerima bantuan tahun 2014 yang telah berkembang
dan melaksanakan pemanfaatan pekarangan sebanyak 1.516 (seribu lima
ratus enam belas) desa di 260 (dua ratus enam puluh) kabupaten/kota pada
33 (tiga puluh tiga) provinsi untuk kegiatan pengembangan Kebun Bibit;
b. Kelompok Wanita penerima bantuan tahun 2015 sebanyak 2.294 (dua ribu
dua ratus sembilan puluh empat) desa di 328 (tiga ratus dua puluh delapan)
kabupaten/kota pada 33 (tiga puluh tiga) provinsi dengan kegiatan:
1) Pengembangan pekarangan anggota dan Demplot kelompok;
2) Pengadaan kebun bibit;
3) Pengembangan Kebun Sekolah; dan
4) Pengenalan dan pengembangan menu B2SA dari hasil pekarangan.
b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Inti kegiatan MP3L
dilaksanakan untuk mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras dan
terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan pokok yang B2SA melalui:
1) Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk pangan pokok berbahan
baku pangan lokal;
2) Fasilitasi dan pendampingan kepada UMKM untuk mengembangkan bisnis
dan industri berbasis pangan lokal dalam penyediaan bahan pangan pokok
lokal non-beras untuk masyarakat; dan
3) Kajian terhadap produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal, meliputi:
spesifikasi produk, kandungan gizi, daya terima konsumen dan kelembagaan.
Pengalokasian anggaran kegiatan MP3L tahun 2015 adalah untuk
kabupaten/kota yang telah ditetapkan di 16 provinsi, yaitu 4 kabupaten/kota
lanjutan 2014 dan 26 kabupaten baru tahun 2015. Pelaksanaan kegiatan MP3L
didampingi oleh perguruan tinggi setempat yang menangani pengembangan
teknologi pangan. Kerja sama dengan perguruan tinggi ini dimaksudkan untuk
6
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
membantu dan mendukung Badan/Kantor/Dinas yang menangani Ketahanan
Pangan tingkat provinsi dalam melaksanakan kegiatan P2KP.
c) Sosialisasi dan Promosi P2KP, dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan
seperti gerakan kampanye serta sosialisasi melalui media massa cetak maupun
elektronik, promosi pola pangan B2SA seperti “One day No Rice” atau
“Manggadong” di Sumatera Utara dan “Mama Selaras” di Bangka. Lomba Cipta
Menu Pangan B2SA, pameran diversifikasi pangan fokus pada pengembangan
pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan, gerakan kampanye kreatif dan
inovatif dalam memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh
formal dan informal yang berpengaruh di masyarakat.
1.7 Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan
untuk memenuhi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman;
mengembangkan usaha pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dilakukan antara lain melalui penetapan kaidah penganekaragaman pangan,
pengoptimalan pangan lokal, pengembangan teknologi dan sistem insentif bagi
usaha pengolahan pangan lokal, pengenalan jenis pangan baru termasuk pangan
lokal yang belum dimanfaatkan, pengembangan diversifikasi usaha tani dan
perikanan, peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, ternak,
dan ikan; pengoptimalan pemanfaatan lahan termasuk lahan pekarangan;
penguatan
usaha
mikro,
kecil
dan
menengah
di
bidang
pangan;
serta
pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal.
Untuk implementasinya, Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber
Daya Lokal dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009
tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan menjadi acuan
bagi
pemerintah
penyelenggaraan,
dan
pemerintah
evaluasi,
dan
daerah
dalam
pengendalian
melakukan
kegiatan
perencanaan,
percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
7
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
II.
GAMBARAN UMUM KEGIATAN
Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di tingkat
Daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2010. Pada tahun 2010 kegiatan P2KP
diawali dengan pengembangan 2.000 desa dimana terdapat 2.000 kelompok yang
melaksanakan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Tahun 2011 sasaran
kegiatan P2KP dikembangkan menjadi 4.000 desa bahkan dengan adanya dana
APBNP terjadi penambahan 700 desa pelaksana P2KP sehingga akumulasinya
menjadi 4.700 desa. Kegiatan P2KP terus dilaksanakan pada tahun 2012 dengan
menambah jumlah sasaran yakni di 6.000 desa dan pada tahun 2013 bertambah
sasaran menjadi 5.000 desa baru dan 1.280 desa lanjutan, serta ditambahkannya
sekitar 400 desa untuk direktif presiden, sehingga total sasaran kumulatif mencapai
11.400 desa. Pada tahun 2014, sasaran kegiatan P2KP telah berkembang menjadi
1.516 desa baru yang semakin berkembang di tahun 2015 menjadi 2.294 desa baru,
sehingga total sasaran kegiatan P2KP hingga tahun 2015 telah mencapai 9.156
desa di Indonesia. Kegiatan P2KP pada Tahun 2015 dilaksanakan sebagai berikut:
2.1 Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
pembudayaan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman
(B2SA). Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan dana kepada kelompok wanita
untuk pelaksanaan (1) pembangunan demplot sebagai laboratorium/sekolah lapang,
(2) pembangunan kebun bibit desa, (3) pengembangan pekarangan anggota, (4)
pengembangan olahan pangan lokal, (5) pengembangan kebun sekolah. Kegiatankegiatan ini dilaksanakan di bawah arahan petugas pendamping di tingkat
Kabupaten/Kota dalam budidaya dan pengolahan pangan lokal.
Bansos optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL telah diberikan
pada 6.264 kelompok wanita penerima manfaat tahun 2013-2014, kemudian untuk
tahun 2015, bansos diberikan pada 2.294 kelompok wanita manfaat di 328
kabupaten/kota di 33 provinsi yang selanjutnya mendapatkan alokasi tambahan
melalui APBN-P sebanyak 598 kelompok wanita penerima manfaat.
8
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Adapun besaran Bansos yang diberikan kepada kelompok wanita penerima
manfaat tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 15.000.000,- yang diperuntukan untuk:
Demplot kelompok: Rp. 5.000.000,Pembangunan Kebun Bibit: Rp. 2.000.000,Pekarangan anggota: Rp. 8.000.000,-
2.2 Kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Kegiatan MP3L dilaksanakan untuk mendorong penyediaan bahan pangan
pokok lokal selain beras dan terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA). Kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan utama dalam gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP). Keberhasilan gerakan P2KP ditentukan juga oleh ketersediaan aneka
ragam bahan pangan dan perilaku konsumen dalam mengonsumsi aneka ragam
pangan. Efektivitas P2KP akan tercapai apabila upaya internalisasi didukung dan
berjalan beriringan dengan pengembangan usaha pangan lokal.
Komoditas
pangan
lokal
yang
dikembangkan
dalam
kegiatan
MP3L
diprioritaskan pada 3 komoditas utama yaitu ubi kayu, jagung, dan sagu. Kegiatan
MP3L di tahun 2015 merupakan lanjutan dari kegiatan MP3L tahun 2014 yang telah
dilaksanakan pada 4 kabupaten/kota dan ditambah 26 kabupaten baru di tahun 2015
yang kesemuanya berada di 16 provinsi. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi
pengolahan pangan pokok lokal, pengemasan produk olahan pangan lokal, serta uji
penerimaan
konsumen.
Besar
anggaran
per
kabupaten/kota
adalah
Rp. 300.000.000,-.
2.3 Kegiatan
Sosialisasi
dan
Promosi
Percepatan
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP)
Kegiatan
Sosialisasi
dan
Promosi
P2KP
dimaksudkan
untuk
memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada
masyarakat melalui upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku
serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi
terciptanya pola hidup yang sehat, aktif, dan produktif.
Kegiatan
ini
dilaksanakan
melalui
berbagai
macam
kegiatan
seperti
9
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
gerakan/kampanye serta sosialisasi melalui media massa, cetak maupun elektronik,
promosi pola pangan B2SA seperti “One day No Rice”
atau penyelenggaraan
kampanye saat car free day di beberapa kota besar, Lomba Cipta Menu Pangan
B2SA, pameran diversifikasi pangan yang berfokus pada pengembangan pangan
pokok lokal berbasis tepung-tepungan, gerakan/kampanye kreatif dan inovatif dalam
memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh formal dan informal
yang berpengaruh di masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dan promosi P2KP ini umumnya terdiri dari 4 (empat) sub
kegiatan, yaitu:
1) Gerakan dan kampanye P2KP, dapat dilakukan melalui kegiatan:
Advokasi gerakan P2KP kepada tokoh masyarakat dan para pemangku
kepentingan;
Aksi nyata gerakan P2KP secara kreatif dan inovatif bersama-sama
antara pemerintah, akademisi, swasta, LSM, serta masyarakat;
Seminar/lokakarya peningkatan diversifikasi pangan.
2) Lomba Cipta Menu B2SA, dapat dilakukan melalui:
Kerja sama dengan PKK;
Kerja sama dengan akademisi dan organisasi profesi;
Kerja sama dengan pihak swasta.
3) Promosi Media Massa, dengan melakukan:
Pemasangan billboard/baliho gerakan P2KP di tempat-tempat umum;
Penyiaran jingle P2KP di radio;
Penayangan iklan layanan masyarakat P2KP di televisi; dsn
Pembuatan dan pengiriman release ke koran/majalah dan media cetak
lainnya.
Penyebaran informasi melalui media sosial di internet.
4) Pameran/Festival
Diversifikasi Pangan, dapat dilaksanakan dengan
melakukan:
Promosi pangan pokok lokal;
Penyediaan icip-icip produk olahan pangan pokok lokal;
Demo masak pangan pokok lokal; dan
Promosi miniatur optimalisasi pekarangan.
10
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
III.
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL tahun 2015
dilaksanakan di 2.294 desa baru pada 328 kabupaten/kota dan 1.515 desa
lanjutan tahun 2014 pada 259 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Tabel
1.
Rekapitulasi Data Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan
Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) Tahun 2013 - 2015
Sasaran Desa
Tahun/Jml Kab-kota
No
Provinsi
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
Total P2KP
(2013-2015)
44
1
DKI Jakarta
6
4
0
0
36
8
0
0
2
Jawa Barat
26
11
14
3
328
66
84
68
546
35
24
32
0
632
146
254
74
1.106
5
2
2
1
46
12
12
16
86
Jawa Timur
38
25
29
2
450
150
220
80
900
6
Aceh
23
11
15
0
213
66
100
0
379
7
Sumatera Utara
33
15
27
1
353
86
188
26
653
8
Sumatera Barat
19
13
19
0
211
72
130
12
425
9
Riau
12
6
9
0
93
36
58
16
203
10
Jambi
11
9
8
0
107
54
62
0
223
11
Sumatera Selatan
15
8
10
0
148
42
72
20
282
12
Lampung
14
7
12
1
139
42
86
16
283
13
Kalimantan Barat
14
7
7
5
94
40
38
42
214
14
Kalimantan Tengah
14
6
12
1
122
34
80
24
260
15
Kalimantan Selatan
13
7
13
0
160
42
94
28
324
16
Kalimantan Timur
13
1
3
2
87
6
18
16
127
17
Sulawesi Utara
15
9
9
0
170
50
70
0
290
18
Sulawesi Tengah
11
9
11
0
119
56
76
0
251
19
Sulawesi Selatan
24
20
24
0
290
126
188
46
650
20
Sulawesi Tenggara
12
8
7
0
151
54
54
0
259
21
Maluku
10
4
3
0
81
24
18
0
123
22
8
6
2
1
49
36
12
22
119
10
6
10
0
82
36
72
0
24
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
21
8
7
0
116
50
42
0
25
Papua
19
3
6
3
68
18
36
18
140
26
Bengkulu
10
5
8
0
57
28
52
22
159
3
Jawa Tengah
4
DI. Yogyakarta
5
23
190
208
11
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Sasaran Desa
Tahun/Jml Kab-kota
No
Provinsi
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
Total P2KP
(2013-2015)
27
Maluku Utara
9
3
1
0
48
14
6
0
68
28
Banten
8
4
6
0
72
20
30
12
134
29
Bangka Belitung
7
6
6
0
23
34
34
0
91
30
Gorontalo
6
2
5
0
42
12
30
0
84
31
Kepulauan Riau
7
1
5
0
46
6
30
0
82
32
Papua Barat
11
4
1
0
67
18
6
18
109
33
Sulawesi Barat
5
5
5
0
48
32
42
0
122
34
Kalimantan Utara
0
4
0
24
24
328
24
2.294
598
9.160
TOTAL INDONESIA
3.1.1
484
259
4.748
1.516
Provinsi Aceh
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok
baru untuk tahun 2015 sebanyak 100 yang cakupan wilayahnya di
15 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 66
desa/kelurahan/kelompok lama di 11 kabupaten/kota di Aceh.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Aceh
No
Prov/Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kab. Aceh Besar
Kab. Pidie
Kab. Aceh Utara
Kab. Aceh Timur
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Tengah
Kab. Aceh Tenggara *
Kab. Simeulue *
Kab. Aceh Singkil *
Kab. Bireun
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Gayo Lues
Kab. Aceh Jaya
Kab. Nagan Raya
Kab. Aceh Tamiang
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2014
1
1
1
1
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2015 APBN-P
2013
12
10
8
8
10
12
8
10
9
14
8
12
10
10
10
6
2014
6
6
6
6
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
6
6
6
6
6
6
10
6
10
6
6
12
6
6
12
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
18
22
20
14
16
12
14
26
15
30
14
18
22
22
16
12
No
17
18
19
20
21
22
23
Tahun
2013
2014
2015
2015 APBN-P
2013
Kab. Bener Meriah
1
1
1
8
Kab. Pidie Jaya
1
1
1
10
Kota Sulubussalam
1
1
8
Kota Banda Aceh
1
1
8
Kota Langsa
1
6
Kota Lhokseumawe
1
8
Kota Sabang
1
8
Total
23
11
15
0
213
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Prov/Kab/Kota
2014
6
6
66
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
4
4
100
0
Secara umum kondisi daerah Aceh sangat potensial untuk
pengembangan berbagai tanaman produktif, misalnya tanaman sayursayuran terutama di daerah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh
Tengah. Sementara itu, Kabupaten Aceh Singkil sangat potensial
untuk pengembangan pangan lokal yaitu sagu.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
KRPL di Provinsi Aceh antara lain:
Tingkat pengetahuan pengurus dan anggota kelompok yang
masih terbatas dan kurang memahami tertib administrasi
dalam hal pertanggungjawaban keuangan dan pelaporan. Hal
ini disebabkan kelompok ini merupakan kelompok wanita tani
baru.
Pengetahuan anggota kelompok yang terbatas tentang teknik
budidaya tanaman pangan/pekarangan maupun budidaya
ternak dan ikan.
Kondisi pekarangan, baik rumah anggota kelompok maupun
sekolah yang belum memiliki pagar untuk melindungi tanaman
budidaya dari gangguan hewan ternak, sehingga memerlukan
biaya tambahan untuk pembuatan pagar tanaman.
menghadiri pertemuan secara rutin.
Kurangnya partisipasi sebagian anggota kelompok dalam
Masih sulitnya mengubah pola konsumsi berdasarkan pola
pangan harapan karena karakteristik budaya dan kebiasaan
makan di daerah.
13
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
20
22
12
12
6
8
8
379
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut, antara lain:
Melakukan pembinaan dan pengawalan serta pembelajaran
tertib
administrasi
kelompok
dan
pertanggungjawaban
penggunaan dana bantuan serta pelaporan.
Melakukan bimbingan dan pengawalan secara rutin terhadap
pelaksanaan kegiatan di lapangan oleh pendamping desa
maupun penyuluh dari Kabupaten/Kota.
Membuat pagar sederhana dari kayu, bambu, dan jaring.
Mengedukasi ibu-ibu secara terus-menerus tentang pola
konsumsi berdasarkan kaidah B2SA.
b. Kegiatan Promosi P2KP
Guna mendukung gerakan Percepatan dan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) selain melalui kegiatan optimalisasi
pemanfaatan pekarangan melalui Konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) juga dilakukan kegiatan promosi P2KP
melalui media elektronik dan media cetak. Promosi melalui media
elektronik dilakukan dalam bentuk Kampanye P2KP yang disiarkan
dan ditayangkan melalui Radio, TV Aceh, dan LED Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan. Untuk media cetak dilakukan melalui
koran dan baliho.
3.1.2 Provinsi Sumatera Utara
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL
sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk
tahun 2015 sebanyak 214 (188 dari APBN dan 26 dari APBN-P) yang
cakupan wilayahnya di 28 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan
2014 terdapat 86 desa/kelurahan/kelompok lama di 15 kabupaten/kota
di Sumatera Utara. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
14
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Tabel 3. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep
KRPL di Provinsi Sumatera Utara
No
Prov/Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Simalungun
Kab. Labuhan Batu
Kab. Dairi
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Asahan *
Kab. Nias
Kab. Toba Samosir *
Kab. Mandailing Natal *
Kab. Nias Selatan
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Humbang
Hasundutan
Kab. Samosir *
Kab. Serdang Bedagai *
Kab. Batubara
Kab. Padang Lawas
Kab. Padang Lawas
Utara
Kab. Labuhan Batu Utara
Kab. Nias Utara
Kab. Nias Barat
Kota Medan
Kota Pematang Siantar
Kota Padang Sidempuan
Kab. Tanah Karo
Kab. Labuhan Batu
Selatan
Kota Binjai
Kota Gunung Sitoli
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2015 APBN-P
2013
16
8
10
14
8
16
6
10
16
10
16
16
10
10
5
2014
16
18
14
5
8
8
6
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
6
6
6
6
6
6
6
6
1
1
1
1
dengan
pencapaian
sasaran
6
14
8
11
22
20
16
22
11
6
4
6
4
12
6
P2KP
4
4
4
16
16
4
13
24
653
28
4
4
4
188
yakni
26
mendorong
peningkatan pola konsumsi pangan yang semakin beragam, bergizi,
berimbang dan aman yang dicerminkan oleh peningkatan skor PPH
serta menurunnya konsumsi beras maka Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan berbagai kegiatan
sosialisasi dan promosi yang telah dilaksanakan melalui pencetakan
15
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
28
26
22
26
14
22
18
22
32
22
32
28
16
22
17
34
24
26
11
14
6
1
1
8
1
1
1
8
4
1
4
1
1
5
4
1
1
1
16
4
1
1
18
33
15
27
1
353
86
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 – 2015
Sejalan
10
6
6
8
8
5
18
14
12
10
5
1
1
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
12
6
6
6
6
6
6
6
12
10
12
10
6
6
6
6
poster,
leaflet,
banner,
baliho,
tayangan
di
media
elektronik,
pemberitaan di media cetak serta melalui pameran – pameran yang
diikuti oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara.
Adapun promosi yang telah dilaksanakan antara lain:
1. Promosi melalui Media Elektronik.
Berita Lomba Cipta B2SA dan Hari Pangan Sedunia ke 35
Tingkat Provinsi TH. 2015 di TVRI Medan dan I News serta
Radio Sindo
2. Promosi melalui Media Cetak.
Memasang iklan tentang ajakan penggunaan Tepung Mocaf.
Pemberitaan dan ulasan tentang ” Manggadong ” di berbagai
media cetak.
Ulasan tentang Gerakan One Day No Rice
3. Promosi Media Luar.
Pemasangan baliho.
Pembuatan banner, leaflet dan brosur.
Sosialisasi ke Kabupaten / Kota.
Sosialisasi kepada penyuluh dan TP. PKK.
Sosialisasi kepada Kasubbag Umum dan Pengelola Kantin
seluruh SKPD Provinsi Sumatera Utara tentang Gerakan One
Day no Rice agar mengimplementasikan Surat Edaran Gubernur
Sumatera Utara Nomor ; 501/1508/Tahun 2014
tanggal 25
Februari 2014 tentang Pelaksanaan Gerakan Satu Hari Tanpa
Nasi( One Day No Rice) di Provinsi Sumatera Utara yang
dilaksanakan setiap hari selasa pada setiap minggunya dengan
dipelopori oleh PNS untuk tidak menyajikan makanan dari beras
dan
Terigu pada kantin/kantin SKPD setiap selasa dan
menggantinya dengan bahan pangan lokal . Pada kesempatan
ini juga telah diberikan buku resep olahan pangan lokal agar
dapat menjadi acuan dalam pelaksanaannya
Monitoring Pelaksanaan kegiatan One Day No Rice di semua
SKPD Lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Demontrasi pengolahan Tepung Mocaf dan Ubi Jalar.
16
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Sosialisasi kepada Mahasiswa dan Anak Sekolah.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara telah
melaksanakan
sosialisasi
Kegiatan
Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan tingkat Provinsi Tahun
2015 pada bulan Maret 2015.
Melaksanakan Pelatihan Penyusunan Pola Pangan Harapan
dan pembekalan Survey PPH bagi aparat dan pendamping
Kab/Kota dan Desa pada tanggal 29 dan 30 Maret 2015
Pelatihan Bertanam Dengan Metode Hidroponik bagi kelompok
KRPL dan pendamping
Melaksanakan Kampanye/Sosialisasi One Day No Rice kepada
Kelompok KRPL pada tgl 15 s/d 16 Desember 2015
3.1.3
Provinsi Sumatera Barat
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 142 (130 dari APBN dan 12 dari APBN-P)
yang cakupan wilayahnya di 19 kabupaten/kota. Sedangkan untuk
lanjutan 2014 terdapat
72 desa/kelurahan/kelompok lama di 13
kabupaten/kota di Sumatera Barat. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep
KRPL di Provinsi Sumatera Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Prov/Kab/Kota
Kab. Agam
Kab. Pasaman*
Kab. Lima Puluh Kota
Kab. Solok
Kab. Padang Pariaman
Kab. Pesisir Selatan *
Kab. Tanah Datar
Kab. Kepulauan
Mentawai
Kab. Dharmasraya
Kab. Solok Selatan
Kab. Pasaman Barat
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2014
1
1
1
1
1
1
1
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
14
12
14
18
9
16
10
4
1
1
1
7
12
8
2014
6
6
6
8
6
6
6
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
12
10
12
6
6
6
6
6
26
28
26
36
21
36
22
10
6
6
6
12
6
19
24
20
17
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
No
Prov/Kab/Kota
12
13
14
15
16
17
18
19
Kab. Sijunjung *
Kota Sawahlunto
Kota Padang Panjang
Kota Solok
Kota Padang
Kota Payakumbuh
Kota Pariaman
Kota Bukit Tinggi
Total Kabupaten
2013
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
19
1
1
1
1
1
1
13
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
2014
8
0
16
8
10
10
10
12
10
11
211
1
1
1
1
1
1
1
1
19
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
8
4
4
4
4
4
8
130
4
4
4
4
4
72
30
16
18
18
18
20
18
19
425
12
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
a. Sebagian Petugas Penyuluh Pendamping tidak berada di bawah
koordinasi Kantor Ketahanan Pangan sehingga menyulitkan untuk
berkoordinasi serta penyuluh ini banyak dibebani dengan berbagai
program dari Kementerian Pertanian.
b. Keterbatasan jumlah staf di Kabupaten/Kota sehingga menyulitkan
untuk pembinaan dan monitoring-evaluasi ke lapangan.
c. Masih ada sebagian lokasi dari kebun bibit di Kabupaten yang tidak
berkembang karena musim kemarau panjang.
d. Untuk melaksanakan kegiatan P2KP diperlukan duungan dari
gubernur,
bupati/walikota
untuk
dukungan
anggaran
pendampingan dana APBD II paling lambat tahun 2015.
e. Keberhasilan
kegiatan
P2KP
sangat
tergantung
dari
pemberdayaan pendamping dalam memberikan motivasi ke
kelompok penerima bantuan.
Untuk menghadapi permasalahan yang ada, beberapa upaya
yang telah dilakukan adalah:
a. Melaksanakan pertemuan koordinasi, sosialisasi dan monev
dengan mengundang aparat tingkat Provinsi dan kabupaten/kota
yang
menangani
kegiatan
P2KP,
serta
melibatkan
aparat
nagari/kelurahan setempat secara berkala.
b. Diharapkan peran serta dan partisipasi masyarakat dan stake
18
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
holder terkait untuk lebih maksimal dalam membina kelompok
wanita tani sehingga akan memperlihatkan hasil dalam rangka
perubahan sikap dan perilaku masyarakat terhadap pola konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
c. Perlunya sosialisasi yang berkesinambungan untuk memberikan
pencerahan kepada KWT agar selalu mengupayakan lahan
pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga disamping untuk
peningkatan pendapatan.
3.1.4 Provinsi Sumatera Selatan
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 142 (72 dari APBN dan 20 dari APBN-P)
yang cakupan wilayahnya di 10 kabupaten/kota. Sedangkan untuk
lanjutan 2014 terdapat 42 desa/kelurahan/kelompok lama di 8
kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Sumatera Selatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Prov/Kab/Kota
2013
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin *
Kab. Musi Rawas *
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering
Ilir (OKI)
Kab. Ogan Komering
Ulu (OKU)
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat Lawang
Kota Palembang
Kota Prabumulih
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau
Total Kabupaten
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15
2014
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
2014
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
1
1
1
1
1
1
1
11
14
14
11
14
6
6
6
12
10
10
6
1
1
10
6
6
1
1
1
14
7
9
9
7
7
7
7
7
148
1
1
1
1
1
1
8
10
0
6
6
6
23
36
30
23
14
6
22
6
26
13
15
15
13
15
11
11
15
282
6
6
4
4
4
4
4
42
72
4
20
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
19
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
a. Terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan pemahaman
kelompok wanita tentang pengelolaan pemanfaatan pekarangan
dan administrasi kelompok yang baik.
b. Masih kurangnya tingkat kesadaran kelompok wanita maupun
masyarakat
dalam
pemanfaatan
pekarangan
rumah
untuk
memenuhi gizi keluarga.
c. Terbatasnya pengetahuan pendamping desa/penyuluh dalam
membimbing kelompok wanita.
Beberapa
hal
yang
dilakukan
untuk
mengantisipasi
permasalahan yang dihadapi adalah:
a. Melakukan sosialisasi secara terus menerus kepada kelompok
wanita
dan
masyarakat
tentang
pentingnya
memanfaatkan
pekarangan untuk penyediaan pangan dan memenuhi gizi
keluarga.
b. Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan memotivasi kelompok
wanita
dan
masyarakat
tentang
pentingnya
pemanfaatan
pekarangan.
c. Meningkatkan pengetahuan SDM pendamping desa/penyuluh
melalui pelatihan-pelatihan, seminar dan lain-lain.
3.1.5 Provinsi Bangka Belitung
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 34 yang cakupan wilayahnya di 6
kabupaten/kota.
Sedangkan
untuk
lanjutan
2014
terdapat
34
desa/kelurahan/kelompok lama di 6 kabupaten/kota di Bangka
Belitung. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
20
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Tabel 6. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Bangka Belitung
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Prov/Kab/Kota
Kab. Belitung
Kab. Bangka
Kab. Bangka Barat
Kab. Bangka Tengah
Kab. Bangka Selatan
Kab. Belitung Timur
Kota Pangkal Pinang
Total Kabupaten
2013
1
1
1
1
1
1
1
7
2014
1
1
1
1
1
1
6
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
6
2015 APBN-P
0
2013
2
6
2
3
4
3
3
23
2014
6
6
6
6
6
4
34
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
6
6
6
4
34
0
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 – 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
1) Keterlambatan Pencairan Dana Bansos;
Pencairan dana Bansos seyogyanya masa pencairannya paling
lama pada Bulan Juni 2015, namun pencairan paling awal pada
periode Bulan Juli sehingga agak mempengaruhi pelaksanaan
kegiatan yang sudah di jadwalkan oleh kelompok di lapangan;
Pencairan dana Bansos KRPL umumnya jatuh pada saat musim
kemarau sehingga menjadi kendala untuk untuk pelaksanaan
kebun bibit, pekarangan individu dan demplot kelompok;
Perubahan RKKA yang sudah di susun oleh kelompok, misalnya
adanya rencana baru yang di usulkan dan di pandang perlu oleh
anggota dan masyarakat sekitar sehingga menyebabkan RKKA
yang sudah ada harus di revisi kembali;
2) Pendamping desa/kelurahan kurang memahami konsep KRPL;
3) Kurangnya Pro Aktif dari anggota KRPL di beberapa kelompok
suatu kabupaten/kota;
4) Pemanfaatan lahan pekarangan oleh perorangan atau kelompok
masih sebatas pelaksanaan kegiatan semata, belum berorentasi
untuk mengembangkannya menjadi usaha perorangan atau
kelompok;
5) Belum optimalnya usaha pengembangan pangan alternatif di lahan
pekarangan baik tanaman palawija maupun umbi-umbian;
21
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
8
18
8
15
16
15
11
91
6) Kebiasaan serta mental masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang umumnya merupakan daerah pertambangan sudah
terbiasa ngelimbang atau ngendulang timah, juga merupakan salah
satu kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, karena di Bangka
Belitung khususnya ibu-ibu rumah tangga yang profesinya selain
dari pegawai swasta atau PNS, selain ngurusi keluarga dirumah
juga diselingi dengan pekerjaan ngendulang timah yang hanya
dilakukan beberapa jam dan dijual langsung menghasilkan uang,
sementara bercocok tanam dibutuhkan waktu yang relatip lebih
lama untuk menghasilkan.
Beberapa antisipasi dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi adalah:
1) Adanya koordinasi yang baik antara Provinsi dan Pusat secara
berkesinambungan;
Aparatur pemerintahan mulai dari Provisi, Kabupaten/Kota
kecamatan hingga desa harus peran aktif khususnya dalam
menentukan proses calon penerima/calon lokasi kegiatan P2KP
bagi penerima manfaat, sehingga kelompok wanita yang sudah
ditentukan/dibentuk dapat segera di SK-kan baik ditingkat desa,
kabupaten dan provinsi;
Seluruh pengurus, anggota kelompok dan penyuluh harus aktif
dan bersama-sama dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan
Kebutuhan
Anggaran
(RKKA).
Kegiatan
yang
hendak
dilaksanakan serta kebutuhan barang yang akan di pakai
haruslah di sesuaikan dengan keadaan setempat, agar tepat
guna dan bernilai guna;
2) Selain
pelatihan
Pendamping
Kabupaten/Kota
diadakan
jadwal
Desa/Kelurahan
membahas
pertemuan
rutin
dengan
Pendamping
tentang
Kegiatan
antara
KRPL,
permasalahan dan solusinya;
3) Memotivasi anggota kelompok, selain pertemuan rutin diadakan
juga arisan kelompok KRPL;
22
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
4) Penyuluh harus dapat memotivasi para pengurus dan anggota
kelompok untuk dapat memanfaatkan pekarangan mereka menjadi
suatu usaha individu atau kelompok yang dapat menambah
pemasukan bagi rumah tangga mereka;
5) Memotivasi anggota agar lebih kreatif dan membuat percontohan
untuk kelompok dalam usaha meningkatkan pengetahuan anggota
dalam komoditas umbi-umbian;
6) Penyuluh beserta aparat provinsi dan kabupaten/kota bersamasama mengajak masyarakat khususnya kelompok wanita untuk
sedikit demi sedikit untuk lebih mendalami serta mengupayakan
pemanfaatan pekarangan sebagai modal utama bagi keluarga
memenuhi akan kebutuhan gizi keluarganya.
3.1.6 Provinsi Lampung
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 102 (86 dari APBN dan 16 dari APBN-P)
yang cakupan wilayahnya di 12 kabupaten/kota. Sedangkan untuk
lanjutan 2014 terdapat 42 desa/kelurahan/kelompok lama di 7
kabupaten/kota di Lampung. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 7. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Lampung
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Prov/Kab/Kota
Kab. Lampung Selatan *
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Barat
Kab. Tulang Bawang
Kab. Tanggamus *
Kab. Lampung Timur
Kab. Way Kanan
Kab. Pesawaran
Kab. Pringsewu
Kab. Mesuji
Kab. Tlg Bawang Barat
Kota Bandar Lampung
2013
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
2014
6
6
6
1
14
9
12
12
9
14
11
10
9
7
7
7
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
6
6
6
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
6
6
6
6
6
32
21
24
24
21
26
11
16
21
19
19
19
14
6
6
12
6
12
6
4
23
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
N
o
14
15
Prov/Kab/Kota
Kota Metro
Kab. Pesisir Barat
Total Kabupaten
2013
2014
1
14
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
1
7
2014
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
8
12
1
139
8
42
86
16
16
283
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Secara teknis kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari tidak ada
kendala, karena konsep pemanfaatan pekarangan ini telah lama
dikenal oleh masyarakat, dan pendamping desa juga merupakan
tenaga penyuluh lapangan setempat yang telah banyak dikenal
masyarakat dan bergaul akrab dengan warga, hanya terganjal
masalah antara lain :
1. Kebiasaan warga yang menanam sayuran tidak didepan rumah,
melainkan disamping atau dibelakang rumah. Dan manajeman
pengolahan kebun bibit yang belum tepat sehingga seringkali bibit
tidak optimal dikarenakan sudah terlalu besar belum ditanam
dipekarangan dan ketersediaan bibit yang tidak sesuai dengan
waktu tanam. Penanaman ini pun terkendala dengan cuaca/musin
yang kurang pas untuk bercocok tanam, sementara untuk
penyiraman terkendala dengan ketersediaan air.
2. Dalam melaksanakan pendampingan kepada kelompok penerima
manfaat pendamping desa dan pengurus kelompok merasakan
kurangnya pemahaman mereka akan kegiatan ini secara teknis
akibat kurang adanya pelatihan kepada pendamping desa dan
pengurus kelompok.
3. Secara administrasi terdapat beberapa kendala seperti adanya
pergantian/mutasi pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) baik di Provinsi maupun
Kab/Kota, adanya pemotongan anggaran dan Dekonsentrasi (DK)
maupun
Tugas
Pembantuan
(TP)
disaat
kelompok
telah
ditetapkan serta ketidakharmonisan aparat kampung dengan
kelompok wanita penerima bansos karena berbagai kepentingan,
perspektif anggota kelompok wanita.
24
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
4. Pengurus
kelompok
belum
terampil
dalam
pembukuan
administrasi kelompok dan kesulitan dalam pemasaran pangan
lokal yang mereka miliki sehingga kelompok ragu bahkan enggan
untuk memproduksi kembali.
5. Dengan luas dan jauhnya letak desa penerima manfaat P2KP
serta terbatasnya petugas/pendamping baik provinsi maupun di
13
Kab/kota
se
Provinsi
Lampung
menyebabkan
kurang
optimalnya proses identifikasi/verifikasi calon penerima manfaat,
pembinaan, monitoring dan evaluasi penerima manfaat P2KP.
3.1.7 Provinsi Bengkulu
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok
baru
untuk tahun 2015 sebanyak 74 (52 dari APBN dan 22 dari
APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 8 kabupaten/kota. Sedangkan
untuk lanjutan 2014 terdapat 28 desa/kelurahan/kelompok lama di 5
kabupaten/kota di Bengkulu. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Bengkulu
No
Prov/Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kab. Bengkulu Utara *
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Rejang Lebong
Kab. Seluma
Kab. Kaur *
Kab. Muko - Muko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab. Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
Total Kabupaten
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2014
1
1
1
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
1
2015 APBN-P
1
1
1
5
8
0
2013
11
8
3
6
9
6
3
3
5
3
57
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
8
6
6
6
6
8
6
6
6
6
6
6
6
4
4
28
52
22
2014
6
6
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
a. Verifikasi dan penetapan CPCL belum tepat waktu, yaitu pada
25
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
25
20
9
12
23
18
15
15
11
11
159
bulan April, dimana seharusnya dilakukan pada bulan JanuariFebruari.
b. Penetapan penyuluh pendamping belum tepat waktu
c. Dukungan program/kegiatan dari instalasi lintas sektor belum
optimal.
d. Pembinaan oleh pendamping masih belum maksimal karena
berbagai hal: tidak berasal dari daerah setempat, tidak tinggal di
lokasi binaan, dan bahkan SDM dan pendamping sangat terbatas.
e. Pembinaan oleh aparat provinsi dan kabupaten masih terbatas,
karena masih kurangnya personil, biaya, dan lain-lain.
f. Pengembangan komoditas dalam pemanfaatan lahan pekarangan
ada yang kurang berhasil karena adanya serangan hama/penyakit,
dan lain-lain, dan menyebabkan tanaman mati, tetapi tanpa diikuti
berita acara atau laporan.
g. Kurangnya perencanaan usaha kelompok dan analisis kelayakan
usaha.
h. Sebagian besar kelompok belum mengolah umbi-umbian menjadi
tepung-tepungan karena belum adanya permintaan yang kontinyu
dan masih kurangnya minat masyarakat untuk mengolah makanan
dari bahan yang berbasis pangan lokal.
i. Hasil kegiatan pembuatan tepung-tepungan masih banyak yang
belum dimanfaatkan untuk pengembangan B2SA bagi anak-anak
sekolah.
j. Pemanfaatan lahan pekarangan ada yang masih belum optimal
k. Masih kurangnya dukungan dana dari APBD I maupun APBD II.
Beberapa antisipasi dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi adalah:
a. Verifikasi dan penetapan CPCL tepat waktu pada bulan JanuariFebruari.
b. Penetapan penyuluh pendamping tepat waktu pada JanuariFebruari.
c. Koordinasi program kegiatan dengan instansi lintas sector perlu
26
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
ditingkatkan terkait dengan perlunya persepsi yang sama.
d. Pembinaan oleh aparat provinsi dan kabupaten perlu terus
ditingkatkan.
e. Pendamping diupayakan tinggal di lokasi binaan, atau dari
penduduk setempat.
f. Perlu adanya pelatihan baik bagi pendamping maupun anggota
kelompok.
g. Tanaman yang mati seharusnya dibuatkan berita acara atau
laporan serta perencanaan usaha kelompok.
h. Perlu ditingkatkan hasil kegiatan pembuatan tepung-tepungan.
i. Identifikasi
lahan
pekarangan
yang
akan
dijadikan
kebun
pekarangan kelompok dan sosialisasi.
3.1.8 Provinsi Jambi
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 62 yang cakupan wilayahnya di 8
kabupaten/kota.
Sedangkan
untuk
lanjutan
2014
terdapat
54
desa/kelurahan/kelompok lama di 9 kabupaten/kota di Jambi. Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Jambi
No
1
2
Prov/Kab/Kota
Kab. Batanghari
Kab. Tanjung Jabung
Barat
3
Kab. Bungo *
4
Kab. Sarolangun
5
Kab. Kerinci *
6
Kab. Merangin
7
Kab. Tanjung Jabung
Timur *
8
Kab. Tebo
9
Kab. Muaro Jambi *
10 Kota Jambi
11 Kota Sungai Penuh
Total Kabupaten
2013
1
1
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
9
Tahun
2015
1
1
2015 APBN-P
1
1
1
1
1
1
8
0
2013
8
10
2014
6
6
13
8
12
8
13
6
6
6
6
6
8
11
8
8
107
8
4
54
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
10
29
14
28
14
25
10
6
6
10
8
62
14
29
12
16
223
0
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
27
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
20
22
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di
lapangan, antara lain:
a.
Keterlambatan pelaksanaan kegiatan sangat berdampak pada
tidak adanya perubahan pola konsumsi di rumah tangga
kelompok sasaran.
b.
Kondisi di lapangan belum memperhatikan bagaimana supaya
keberadaan tanaman dan ternak yang mereka pelihara tetap
berlanjut dan memberikan manfaat jangka panjang dalam
memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarganya.
c.
Kecenderungan pemahaman anggota kelompok yang masih
berorie
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama Penganekaragaman Konsumsi Pangan (diversifikasi pangan)
adalah membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan
aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan sangat
penting dan mendesak, karena kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan
belum mempertimbangkan kecukupan gizi. Selain itu, pola konsumsi pangan
penduduk Indonesia masih belum seimbang yang ditandai dengan tingginya
konsumsi padi-padian, terutama beras; masih rendahnya konsumsi pangan hewan,
umbi-umbian, serta sayur dan buah; pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal
seperti umbi, jagung, dan sagu masih relatif rendah; kualitas konsumsi pangan
masyarakat yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) masih
belum
mencapai
kondisi
ideal.
Oleh
karenanya
diperlukan
upaya
untuk
menganekaragamkan konsumsi pangan masyarakat menuju skor PPH yang ideal
agar hidup sehat, aktif, dan produktif.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 22 Tahun
2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumberdaya Lokal. Perpres ini mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan
penganekaragaman pangan diperlukan berbagai upaya secara sistematis dan
terintegrasi. Perpres ini sudah ditindaklanjuti, dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal sebagai acuan yang lebih operasional
dalam implementasinya.
Implementasi dari Perpres dan Permentan tersebut, Kementerian Pertanian
melalui Badan Ketahanan Pangan sejak tahun 2010 meluncurkan program
optimalisasi pemanfatan pekarangan melalui salah satu kegiatan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) melalui Program Peningkatan
Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat untuk mempercepat diversifikasi
pangan dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Program ini sejalan
dengan empat target kunci sukses Kementerian Pertanian yang salah satunya
adalah diversifikasi pangan.
1
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Sebagai bentuk keberlanjutan program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal Tahun 2010, pada tahun
2014 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi
Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL),
(2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan
Promosi P2KP. Melalui 3 (tiga) kegiatan besar ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola konsumsi pangan
yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).
Sehubungan dengan berakhirnya tahun anggaran 2014, maka disusun laporan
pelaksanaan kegiatan di daerah sebagai bentuk tata kepemerintahan yang baik
(good governance).
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan kegiatan P2KP adalah untuk memfasilitasi dan
mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang B2SA yang
diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH). Tujuan
khususnya antara lain:
a) Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA)
serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras;
b) Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan
dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai
penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi
keluarga; dan
c) Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang
berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
Sedangkan tujuan laporan ini dibuat adalah sebagai bentuk evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan kegiatan Gerakan P2KP di daerah. Laporan diharapkan
dapat dijadikan acuan bagi pengembangan Gerakan P2KP tahun berikutnya.
2
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
1.3 Sasaran
Mengacu pada tujuan di atas, sasaran kegiatan P2KP ialah:
a) Meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan pola
konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) serta
menurunnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan
tertentu dengan pemanfaatan pangan lokal; dan
b) Berkembangnya usaha pengolahan pangan skala UMKM sumber karbohidrat
selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) Tahun 2014 terdiri atas Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui
Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Model Pengembangan Pangan
Pokok Lokal (MP3L), dan Sosialisasi dan Promosi Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP).
a) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan
wanita untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Upaya
ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan
keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah-buahan, serta budidaya ternak dan
ikan. Hasil pekarangan dapat digunakan sebagai tambahan untuk ketersediaan
sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi
kawasan perumahan warga yang saling berdekatan. Kegiatan ini dapat membentuk
sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri dalam
kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan. Pendekatan pengembangan ini
dilakukan
dengan
mengembangkan
pertanian
berkelanjutan
(sustainable
agriculture), antara lain dengan membangun Kebun Bibit Desa (KBD) dan
mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal
(local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga. Implementasi kegiatan
ini disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
3
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL dengan
pendampingan oleh Penyuluh Pendamping P2KP desa dan Pendamping P2KP
kabupaten/kota, serta dikoordinasikan bersama dengan aparat kabupaten/kota.
Selain pemanfaatan pekarangan, juga diarahkan untuk pemberdayaan kelompok
wanita dalam membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman (B2SA), termasuk kegiatan usaha pengolahan pangan rumah
tangga untuk menyediakan pangan yang lebih beragam.
Kebun Bibit Desa (KBD) dibangun di setiap desa untuk memasok kebutuhan
bibit bagi anggota kelompok dan masyarakat, sehingga tercipta keberlanjutan
kegiatan. Pengembangan Kebun Bibit ini diharapkan dapat diintegrasikan dengan
kegiatan pembibitan yang ada di Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Untuk itu,
pengembangan Kebun Bibit pada kegiatan ini harus berkoordinasi dengan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat. Tanaman yang dibudidayakan di
KBD diutamakan tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat
ataupun jenis tanaman baru potensi lokal yang memiliki keunggulan nilai gizi.
Desa pelaksana P2KP juga diarahkan untuk mengembangkan kebun sekolah
di salah satu sekolah (SD/SMP/SMA) yang berlokasi di desa tersebut. Pembinaan
dilakukan oleh pendamping desa P2KP, sejalan dengan pembinaan yang dilakukan
terhadap kelompok wanita P2KP, dan berkoordinasi dengan sekolah yang
bersangkutan. Kebun Bibit yang dikembangkan di desa P2KP juga diarahkan untuk
dapat memasok bibit ke kebun sekolah tersebut.
b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Tujuan dari kegiatan MP3L adalah untuk mengembangkan pangan lokal
sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk
mendukung pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan
rendah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan
berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk:
i.
Mengembangkan beras/nasi “non beras” sumber karbohidrat yang dapat
disandingkan dengan beras/nasi, berbahan baku sumber pangan lokal;
ii.
Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi
pangan pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-beras/non4
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
terigu dari sumber pangan lokal; dan
iii.
Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi
beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi
dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah.
Pemanfaatan pangan lokal yang bersumber dari aneka umbi, sagu, pisang,
sukun, labu kuning sudah banyak dikembangkan dengan dijadikan tepung. Aneka
tepung ini dapat diolah sebagai pangan pokok mensubstitusi beras dan terigu
sebagai
sumber
karbohidrat.
Melalui
teknologi
pengolahan
pangan
dapat
dikembangkan “nasi non-beras” yang dapat disandingkan dengan “nasi beras”
sebagai menu makanan sehari-hari serta mendorong dan mengembangkan
penganekaragaman pangan khususnya berbasis aneka tepung berbahan baku lokal
serta pengembangan pengolahan tepung lokal menjadi pangan ”intermediate”.
c) Sosialisasi dan Promosi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP)
Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk memasyarakatkan
dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat melalui
upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku, serta
ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi
terciptanya pola hidup yang sehat, aktif, dan produktif.
1.5 Lokasi Kegiatan
Kegiatan P2KP Tahun 2015 dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai
berikut:
a) Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL dilaksanakan di
2.294 (dua ribu dua ratus sembilan puluh empat) desa baru pada 328 (tiga ratus
dua puluh delapan) kabupaten/kota dan 1.516 (seribu lima ratus enam belas)
desa lanjutan Tahun 2014 pada 260 (dua ratus enam puluh) kabupaten/kota di 33
provinsi;
b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 4 (empat)
kabupaten/kota lanjutan tahun 2014 dan 26 (dua puluh enam) kabupaten baru
tahun 2015 yang keseluruhannya terdapat di 16 (enam belas) provinsi; dan
5
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
c) Sosialisasi dan promosi P2KP dilaksanakan di 33 provinsi.
1.6 Metodologi Kegiatan
Gerakan P2KP Tahun 2015 dilakukan melalui 3 (tiga) kegiatan utama yaitu:
a) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dilakukan untuk 2 (dua) kelompok sasaran
yaitu :
a. Kelompok Wanita penerima bantuan tahun 2014 yang telah berkembang
dan melaksanakan pemanfaatan pekarangan sebanyak 1.516 (seribu lima
ratus enam belas) desa di 260 (dua ratus enam puluh) kabupaten/kota pada
33 (tiga puluh tiga) provinsi untuk kegiatan pengembangan Kebun Bibit;
b. Kelompok Wanita penerima bantuan tahun 2015 sebanyak 2.294 (dua ribu
dua ratus sembilan puluh empat) desa di 328 (tiga ratus dua puluh delapan)
kabupaten/kota pada 33 (tiga puluh tiga) provinsi dengan kegiatan:
1) Pengembangan pekarangan anggota dan Demplot kelompok;
2) Pengadaan kebun bibit;
3) Pengembangan Kebun Sekolah; dan
4) Pengenalan dan pengembangan menu B2SA dari hasil pekarangan.
b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Inti kegiatan MP3L
dilaksanakan untuk mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras dan
terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan pokok yang B2SA melalui:
1) Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk pangan pokok berbahan
baku pangan lokal;
2) Fasilitasi dan pendampingan kepada UMKM untuk mengembangkan bisnis
dan industri berbasis pangan lokal dalam penyediaan bahan pangan pokok
lokal non-beras untuk masyarakat; dan
3) Kajian terhadap produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal, meliputi:
spesifikasi produk, kandungan gizi, daya terima konsumen dan kelembagaan.
Pengalokasian anggaran kegiatan MP3L tahun 2015 adalah untuk
kabupaten/kota yang telah ditetapkan di 16 provinsi, yaitu 4 kabupaten/kota
lanjutan 2014 dan 26 kabupaten baru tahun 2015. Pelaksanaan kegiatan MP3L
didampingi oleh perguruan tinggi setempat yang menangani pengembangan
teknologi pangan. Kerja sama dengan perguruan tinggi ini dimaksudkan untuk
6
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
membantu dan mendukung Badan/Kantor/Dinas yang menangani Ketahanan
Pangan tingkat provinsi dalam melaksanakan kegiatan P2KP.
c) Sosialisasi dan Promosi P2KP, dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan
seperti gerakan kampanye serta sosialisasi melalui media massa cetak maupun
elektronik, promosi pola pangan B2SA seperti “One day No Rice” atau
“Manggadong” di Sumatera Utara dan “Mama Selaras” di Bangka. Lomba Cipta
Menu Pangan B2SA, pameran diversifikasi pangan fokus pada pengembangan
pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan, gerakan kampanye kreatif dan
inovatif dalam memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh
formal dan informal yang berpengaruh di masyarakat.
1.7 Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan
untuk memenuhi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman;
mengembangkan usaha pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dilakukan antara lain melalui penetapan kaidah penganekaragaman pangan,
pengoptimalan pangan lokal, pengembangan teknologi dan sistem insentif bagi
usaha pengolahan pangan lokal, pengenalan jenis pangan baru termasuk pangan
lokal yang belum dimanfaatkan, pengembangan diversifikasi usaha tani dan
perikanan, peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, ternak,
dan ikan; pengoptimalan pemanfaatan lahan termasuk lahan pekarangan;
penguatan
usaha
mikro,
kecil
dan
menengah
di
bidang
pangan;
serta
pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal.
Untuk implementasinya, Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber
Daya Lokal dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009
tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan menjadi acuan
bagi
pemerintah
penyelenggaraan,
dan
pemerintah
evaluasi,
dan
daerah
dalam
pengendalian
melakukan
kegiatan
perencanaan,
percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
7
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
II.
GAMBARAN UMUM KEGIATAN
Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di tingkat
Daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2010. Pada tahun 2010 kegiatan P2KP
diawali dengan pengembangan 2.000 desa dimana terdapat 2.000 kelompok yang
melaksanakan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Tahun 2011 sasaran
kegiatan P2KP dikembangkan menjadi 4.000 desa bahkan dengan adanya dana
APBNP terjadi penambahan 700 desa pelaksana P2KP sehingga akumulasinya
menjadi 4.700 desa. Kegiatan P2KP terus dilaksanakan pada tahun 2012 dengan
menambah jumlah sasaran yakni di 6.000 desa dan pada tahun 2013 bertambah
sasaran menjadi 5.000 desa baru dan 1.280 desa lanjutan, serta ditambahkannya
sekitar 400 desa untuk direktif presiden, sehingga total sasaran kumulatif mencapai
11.400 desa. Pada tahun 2014, sasaran kegiatan P2KP telah berkembang menjadi
1.516 desa baru yang semakin berkembang di tahun 2015 menjadi 2.294 desa baru,
sehingga total sasaran kegiatan P2KP hingga tahun 2015 telah mencapai 9.156
desa di Indonesia. Kegiatan P2KP pada Tahun 2015 dilaksanakan sebagai berikut:
2.1 Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
pembudayaan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman
(B2SA). Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan dana kepada kelompok wanita
untuk pelaksanaan (1) pembangunan demplot sebagai laboratorium/sekolah lapang,
(2) pembangunan kebun bibit desa, (3) pengembangan pekarangan anggota, (4)
pengembangan olahan pangan lokal, (5) pengembangan kebun sekolah. Kegiatankegiatan ini dilaksanakan di bawah arahan petugas pendamping di tingkat
Kabupaten/Kota dalam budidaya dan pengolahan pangan lokal.
Bansos optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL telah diberikan
pada 6.264 kelompok wanita penerima manfaat tahun 2013-2014, kemudian untuk
tahun 2015, bansos diberikan pada 2.294 kelompok wanita manfaat di 328
kabupaten/kota di 33 provinsi yang selanjutnya mendapatkan alokasi tambahan
melalui APBN-P sebanyak 598 kelompok wanita penerima manfaat.
8
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Adapun besaran Bansos yang diberikan kepada kelompok wanita penerima
manfaat tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 15.000.000,- yang diperuntukan untuk:
Demplot kelompok: Rp. 5.000.000,Pembangunan Kebun Bibit: Rp. 2.000.000,Pekarangan anggota: Rp. 8.000.000,-
2.2 Kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Kegiatan MP3L dilaksanakan untuk mendorong penyediaan bahan pangan
pokok lokal selain beras dan terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA). Kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan utama dalam gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP). Keberhasilan gerakan P2KP ditentukan juga oleh ketersediaan aneka
ragam bahan pangan dan perilaku konsumen dalam mengonsumsi aneka ragam
pangan. Efektivitas P2KP akan tercapai apabila upaya internalisasi didukung dan
berjalan beriringan dengan pengembangan usaha pangan lokal.
Komoditas
pangan
lokal
yang
dikembangkan
dalam
kegiatan
MP3L
diprioritaskan pada 3 komoditas utama yaitu ubi kayu, jagung, dan sagu. Kegiatan
MP3L di tahun 2015 merupakan lanjutan dari kegiatan MP3L tahun 2014 yang telah
dilaksanakan pada 4 kabupaten/kota dan ditambah 26 kabupaten baru di tahun 2015
yang kesemuanya berada di 16 provinsi. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi
pengolahan pangan pokok lokal, pengemasan produk olahan pangan lokal, serta uji
penerimaan
konsumen.
Besar
anggaran
per
kabupaten/kota
adalah
Rp. 300.000.000,-.
2.3 Kegiatan
Sosialisasi
dan
Promosi
Percepatan
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP)
Kegiatan
Sosialisasi
dan
Promosi
P2KP
dimaksudkan
untuk
memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada
masyarakat melalui upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku
serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi
terciptanya pola hidup yang sehat, aktif, dan produktif.
Kegiatan
ini
dilaksanakan
melalui
berbagai
macam
kegiatan
seperti
9
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
gerakan/kampanye serta sosialisasi melalui media massa, cetak maupun elektronik,
promosi pola pangan B2SA seperti “One day No Rice”
atau penyelenggaraan
kampanye saat car free day di beberapa kota besar, Lomba Cipta Menu Pangan
B2SA, pameran diversifikasi pangan yang berfokus pada pengembangan pangan
pokok lokal berbasis tepung-tepungan, gerakan/kampanye kreatif dan inovatif dalam
memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh formal dan informal
yang berpengaruh di masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dan promosi P2KP ini umumnya terdiri dari 4 (empat) sub
kegiatan, yaitu:
1) Gerakan dan kampanye P2KP, dapat dilakukan melalui kegiatan:
Advokasi gerakan P2KP kepada tokoh masyarakat dan para pemangku
kepentingan;
Aksi nyata gerakan P2KP secara kreatif dan inovatif bersama-sama
antara pemerintah, akademisi, swasta, LSM, serta masyarakat;
Seminar/lokakarya peningkatan diversifikasi pangan.
2) Lomba Cipta Menu B2SA, dapat dilakukan melalui:
Kerja sama dengan PKK;
Kerja sama dengan akademisi dan organisasi profesi;
Kerja sama dengan pihak swasta.
3) Promosi Media Massa, dengan melakukan:
Pemasangan billboard/baliho gerakan P2KP di tempat-tempat umum;
Penyiaran jingle P2KP di radio;
Penayangan iklan layanan masyarakat P2KP di televisi; dsn
Pembuatan dan pengiriman release ke koran/majalah dan media cetak
lainnya.
Penyebaran informasi melalui media sosial di internet.
4) Pameran/Festival
Diversifikasi Pangan, dapat dilaksanakan dengan
melakukan:
Promosi pangan pokok lokal;
Penyediaan icip-icip produk olahan pangan pokok lokal;
Demo masak pangan pokok lokal; dan
Promosi miniatur optimalisasi pekarangan.
10
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
III.
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL tahun 2015
dilaksanakan di 2.294 desa baru pada 328 kabupaten/kota dan 1.515 desa
lanjutan tahun 2014 pada 259 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Tabel
1.
Rekapitulasi Data Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan
Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) Tahun 2013 - 2015
Sasaran Desa
Tahun/Jml Kab-kota
No
Provinsi
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
Total P2KP
(2013-2015)
44
1
DKI Jakarta
6
4
0
0
36
8
0
0
2
Jawa Barat
26
11
14
3
328
66
84
68
546
35
24
32
0
632
146
254
74
1.106
5
2
2
1
46
12
12
16
86
Jawa Timur
38
25
29
2
450
150
220
80
900
6
Aceh
23
11
15
0
213
66
100
0
379
7
Sumatera Utara
33
15
27
1
353
86
188
26
653
8
Sumatera Barat
19
13
19
0
211
72
130
12
425
9
Riau
12
6
9
0
93
36
58
16
203
10
Jambi
11
9
8
0
107
54
62
0
223
11
Sumatera Selatan
15
8
10
0
148
42
72
20
282
12
Lampung
14
7
12
1
139
42
86
16
283
13
Kalimantan Barat
14
7
7
5
94
40
38
42
214
14
Kalimantan Tengah
14
6
12
1
122
34
80
24
260
15
Kalimantan Selatan
13
7
13
0
160
42
94
28
324
16
Kalimantan Timur
13
1
3
2
87
6
18
16
127
17
Sulawesi Utara
15
9
9
0
170
50
70
0
290
18
Sulawesi Tengah
11
9
11
0
119
56
76
0
251
19
Sulawesi Selatan
24
20
24
0
290
126
188
46
650
20
Sulawesi Tenggara
12
8
7
0
151
54
54
0
259
21
Maluku
10
4
3
0
81
24
18
0
123
22
8
6
2
1
49
36
12
22
119
10
6
10
0
82
36
72
0
24
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
21
8
7
0
116
50
42
0
25
Papua
19
3
6
3
68
18
36
18
140
26
Bengkulu
10
5
8
0
57
28
52
22
159
3
Jawa Tengah
4
DI. Yogyakarta
5
23
190
208
11
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Sasaran Desa
Tahun/Jml Kab-kota
No
Provinsi
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
2013
2014
2015
2015
(APBN-P)
Total P2KP
(2013-2015)
27
Maluku Utara
9
3
1
0
48
14
6
0
68
28
Banten
8
4
6
0
72
20
30
12
134
29
Bangka Belitung
7
6
6
0
23
34
34
0
91
30
Gorontalo
6
2
5
0
42
12
30
0
84
31
Kepulauan Riau
7
1
5
0
46
6
30
0
82
32
Papua Barat
11
4
1
0
67
18
6
18
109
33
Sulawesi Barat
5
5
5
0
48
32
42
0
122
34
Kalimantan Utara
0
4
0
24
24
328
24
2.294
598
9.160
TOTAL INDONESIA
3.1.1
484
259
4.748
1.516
Provinsi Aceh
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok
baru untuk tahun 2015 sebanyak 100 yang cakupan wilayahnya di
15 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 66
desa/kelurahan/kelompok lama di 11 kabupaten/kota di Aceh.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Aceh
No
Prov/Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kab. Aceh Besar
Kab. Pidie
Kab. Aceh Utara
Kab. Aceh Timur
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Tengah
Kab. Aceh Tenggara *
Kab. Simeulue *
Kab. Aceh Singkil *
Kab. Bireun
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Gayo Lues
Kab. Aceh Jaya
Kab. Nagan Raya
Kab. Aceh Tamiang
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2014
1
1
1
1
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2015 APBN-P
2013
12
10
8
8
10
12
8
10
9
14
8
12
10
10
10
6
2014
6
6
6
6
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
6
6
6
6
6
6
10
6
10
6
6
12
6
6
12
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
18
22
20
14
16
12
14
26
15
30
14
18
22
22
16
12
No
17
18
19
20
21
22
23
Tahun
2013
2014
2015
2015 APBN-P
2013
Kab. Bener Meriah
1
1
1
8
Kab. Pidie Jaya
1
1
1
10
Kota Sulubussalam
1
1
8
Kota Banda Aceh
1
1
8
Kota Langsa
1
6
Kota Lhokseumawe
1
8
Kota Sabang
1
8
Total
23
11
15
0
213
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Prov/Kab/Kota
2014
6
6
66
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
4
4
100
0
Secara umum kondisi daerah Aceh sangat potensial untuk
pengembangan berbagai tanaman produktif, misalnya tanaman sayursayuran terutama di daerah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh
Tengah. Sementara itu, Kabupaten Aceh Singkil sangat potensial
untuk pengembangan pangan lokal yaitu sagu.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
KRPL di Provinsi Aceh antara lain:
Tingkat pengetahuan pengurus dan anggota kelompok yang
masih terbatas dan kurang memahami tertib administrasi
dalam hal pertanggungjawaban keuangan dan pelaporan. Hal
ini disebabkan kelompok ini merupakan kelompok wanita tani
baru.
Pengetahuan anggota kelompok yang terbatas tentang teknik
budidaya tanaman pangan/pekarangan maupun budidaya
ternak dan ikan.
Kondisi pekarangan, baik rumah anggota kelompok maupun
sekolah yang belum memiliki pagar untuk melindungi tanaman
budidaya dari gangguan hewan ternak, sehingga memerlukan
biaya tambahan untuk pembuatan pagar tanaman.
menghadiri pertemuan secara rutin.
Kurangnya partisipasi sebagian anggota kelompok dalam
Masih sulitnya mengubah pola konsumsi berdasarkan pola
pangan harapan karena karakteristik budaya dan kebiasaan
makan di daerah.
13
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
20
22
12
12
6
8
8
379
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut, antara lain:
Melakukan pembinaan dan pengawalan serta pembelajaran
tertib
administrasi
kelompok
dan
pertanggungjawaban
penggunaan dana bantuan serta pelaporan.
Melakukan bimbingan dan pengawalan secara rutin terhadap
pelaksanaan kegiatan di lapangan oleh pendamping desa
maupun penyuluh dari Kabupaten/Kota.
Membuat pagar sederhana dari kayu, bambu, dan jaring.
Mengedukasi ibu-ibu secara terus-menerus tentang pola
konsumsi berdasarkan kaidah B2SA.
b. Kegiatan Promosi P2KP
Guna mendukung gerakan Percepatan dan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) selain melalui kegiatan optimalisasi
pemanfaatan pekarangan melalui Konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) juga dilakukan kegiatan promosi P2KP
melalui media elektronik dan media cetak. Promosi melalui media
elektronik dilakukan dalam bentuk Kampanye P2KP yang disiarkan
dan ditayangkan melalui Radio, TV Aceh, dan LED Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan. Untuk media cetak dilakukan melalui
koran dan baliho.
3.1.2 Provinsi Sumatera Utara
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL
sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk
tahun 2015 sebanyak 214 (188 dari APBN dan 26 dari APBN-P) yang
cakupan wilayahnya di 28 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan
2014 terdapat 86 desa/kelurahan/kelompok lama di 15 kabupaten/kota
di Sumatera Utara. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
14
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Tabel 3. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep
KRPL di Provinsi Sumatera Utara
No
Prov/Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Simalungun
Kab. Labuhan Batu
Kab. Dairi
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Asahan *
Kab. Nias
Kab. Toba Samosir *
Kab. Mandailing Natal *
Kab. Nias Selatan
Kab. Pakpak Bharat
Kab. Humbang
Hasundutan
Kab. Samosir *
Kab. Serdang Bedagai *
Kab. Batubara
Kab. Padang Lawas
Kab. Padang Lawas
Utara
Kab. Labuhan Batu Utara
Kab. Nias Utara
Kab. Nias Barat
Kota Medan
Kota Pematang Siantar
Kota Padang Sidempuan
Kab. Tanah Karo
Kab. Labuhan Batu
Selatan
Kota Binjai
Kota Gunung Sitoli
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2015 APBN-P
2013
16
8
10
14
8
16
6
10
16
10
16
16
10
10
5
2014
16
18
14
5
8
8
6
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
6
6
6
6
6
6
6
6
1
1
1
1
dengan
pencapaian
sasaran
6
14
8
11
22
20
16
22
11
6
4
6
4
12
6
P2KP
4
4
4
16
16
4
13
24
653
28
4
4
4
188
yakni
26
mendorong
peningkatan pola konsumsi pangan yang semakin beragam, bergizi,
berimbang dan aman yang dicerminkan oleh peningkatan skor PPH
serta menurunnya konsumsi beras maka Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan berbagai kegiatan
sosialisasi dan promosi yang telah dilaksanakan melalui pencetakan
15
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
28
26
22
26
14
22
18
22
32
22
32
28
16
22
17
34
24
26
11
14
6
1
1
8
1
1
1
8
4
1
4
1
1
5
4
1
1
1
16
4
1
1
18
33
15
27
1
353
86
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 – 2015
Sejalan
10
6
6
8
8
5
18
14
12
10
5
1
1
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
12
6
6
6
6
6
6
6
12
10
12
10
6
6
6
6
poster,
leaflet,
banner,
baliho,
tayangan
di
media
elektronik,
pemberitaan di media cetak serta melalui pameran – pameran yang
diikuti oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara.
Adapun promosi yang telah dilaksanakan antara lain:
1. Promosi melalui Media Elektronik.
Berita Lomba Cipta B2SA dan Hari Pangan Sedunia ke 35
Tingkat Provinsi TH. 2015 di TVRI Medan dan I News serta
Radio Sindo
2. Promosi melalui Media Cetak.
Memasang iklan tentang ajakan penggunaan Tepung Mocaf.
Pemberitaan dan ulasan tentang ” Manggadong ” di berbagai
media cetak.
Ulasan tentang Gerakan One Day No Rice
3. Promosi Media Luar.
Pemasangan baliho.
Pembuatan banner, leaflet dan brosur.
Sosialisasi ke Kabupaten / Kota.
Sosialisasi kepada penyuluh dan TP. PKK.
Sosialisasi kepada Kasubbag Umum dan Pengelola Kantin
seluruh SKPD Provinsi Sumatera Utara tentang Gerakan One
Day no Rice agar mengimplementasikan Surat Edaran Gubernur
Sumatera Utara Nomor ; 501/1508/Tahun 2014
tanggal 25
Februari 2014 tentang Pelaksanaan Gerakan Satu Hari Tanpa
Nasi( One Day No Rice) di Provinsi Sumatera Utara yang
dilaksanakan setiap hari selasa pada setiap minggunya dengan
dipelopori oleh PNS untuk tidak menyajikan makanan dari beras
dan
Terigu pada kantin/kantin SKPD setiap selasa dan
menggantinya dengan bahan pangan lokal . Pada kesempatan
ini juga telah diberikan buku resep olahan pangan lokal agar
dapat menjadi acuan dalam pelaksanaannya
Monitoring Pelaksanaan kegiatan One Day No Rice di semua
SKPD Lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Demontrasi pengolahan Tepung Mocaf dan Ubi Jalar.
16
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Sosialisasi kepada Mahasiswa dan Anak Sekolah.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara telah
melaksanakan
sosialisasi
Kegiatan
Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan tingkat Provinsi Tahun
2015 pada bulan Maret 2015.
Melaksanakan Pelatihan Penyusunan Pola Pangan Harapan
dan pembekalan Survey PPH bagi aparat dan pendamping
Kab/Kota dan Desa pada tanggal 29 dan 30 Maret 2015
Pelatihan Bertanam Dengan Metode Hidroponik bagi kelompok
KRPL dan pendamping
Melaksanakan Kampanye/Sosialisasi One Day No Rice kepada
Kelompok KRPL pada tgl 15 s/d 16 Desember 2015
3.1.3
Provinsi Sumatera Barat
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 142 (130 dari APBN dan 12 dari APBN-P)
yang cakupan wilayahnya di 19 kabupaten/kota. Sedangkan untuk
lanjutan 2014 terdapat
72 desa/kelurahan/kelompok lama di 13
kabupaten/kota di Sumatera Barat. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep
KRPL di Provinsi Sumatera Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Prov/Kab/Kota
Kab. Agam
Kab. Pasaman*
Kab. Lima Puluh Kota
Kab. Solok
Kab. Padang Pariaman
Kab. Pesisir Selatan *
Kab. Tanah Datar
Kab. Kepulauan
Mentawai
Kab. Dharmasraya
Kab. Solok Selatan
Kab. Pasaman Barat
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2014
1
1
1
1
1
1
1
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
14
12
14
18
9
16
10
4
1
1
1
7
12
8
2014
6
6
6
8
6
6
6
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
12
10
12
6
6
6
6
6
26
28
26
36
21
36
22
10
6
6
6
12
6
19
24
20
17
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
No
Prov/Kab/Kota
12
13
14
15
16
17
18
19
Kab. Sijunjung *
Kota Sawahlunto
Kota Padang Panjang
Kota Solok
Kota Padang
Kota Payakumbuh
Kota Pariaman
Kota Bukit Tinggi
Total Kabupaten
2013
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
19
1
1
1
1
1
1
13
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
2014
8
0
16
8
10
10
10
12
10
11
211
1
1
1
1
1
1
1
1
19
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
8
4
4
4
4
4
8
130
4
4
4
4
4
72
30
16
18
18
18
20
18
19
425
12
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
a. Sebagian Petugas Penyuluh Pendamping tidak berada di bawah
koordinasi Kantor Ketahanan Pangan sehingga menyulitkan untuk
berkoordinasi serta penyuluh ini banyak dibebani dengan berbagai
program dari Kementerian Pertanian.
b. Keterbatasan jumlah staf di Kabupaten/Kota sehingga menyulitkan
untuk pembinaan dan monitoring-evaluasi ke lapangan.
c. Masih ada sebagian lokasi dari kebun bibit di Kabupaten yang tidak
berkembang karena musim kemarau panjang.
d. Untuk melaksanakan kegiatan P2KP diperlukan duungan dari
gubernur,
bupati/walikota
untuk
dukungan
anggaran
pendampingan dana APBD II paling lambat tahun 2015.
e. Keberhasilan
kegiatan
P2KP
sangat
tergantung
dari
pemberdayaan pendamping dalam memberikan motivasi ke
kelompok penerima bantuan.
Untuk menghadapi permasalahan yang ada, beberapa upaya
yang telah dilakukan adalah:
a. Melaksanakan pertemuan koordinasi, sosialisasi dan monev
dengan mengundang aparat tingkat Provinsi dan kabupaten/kota
yang
menangani
kegiatan
P2KP,
serta
melibatkan
aparat
nagari/kelurahan setempat secara berkala.
b. Diharapkan peran serta dan partisipasi masyarakat dan stake
18
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
holder terkait untuk lebih maksimal dalam membina kelompok
wanita tani sehingga akan memperlihatkan hasil dalam rangka
perubahan sikap dan perilaku masyarakat terhadap pola konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
c. Perlunya sosialisasi yang berkesinambungan untuk memberikan
pencerahan kepada KWT agar selalu mengupayakan lahan
pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga disamping untuk
peningkatan pendapatan.
3.1.4 Provinsi Sumatera Selatan
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 142 (72 dari APBN dan 20 dari APBN-P)
yang cakupan wilayahnya di 10 kabupaten/kota. Sedangkan untuk
lanjutan 2014 terdapat 42 desa/kelurahan/kelompok lama di 8
kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Sumatera Selatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Prov/Kab/Kota
2013
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin *
Kab. Musi Rawas *
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering
Ilir (OKI)
Kab. Ogan Komering
Ulu (OKU)
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat Lawang
Kota Palembang
Kota Prabumulih
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau
Total Kabupaten
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15
2014
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
2014
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
1
1
1
1
1
1
1
11
14
14
11
14
6
6
6
12
10
10
6
1
1
10
6
6
1
1
1
14
7
9
9
7
7
7
7
7
148
1
1
1
1
1
1
8
10
0
6
6
6
23
36
30
23
14
6
22
6
26
13
15
15
13
15
11
11
15
282
6
6
4
4
4
4
4
42
72
4
20
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
19
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
a. Terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan pemahaman
kelompok wanita tentang pengelolaan pemanfaatan pekarangan
dan administrasi kelompok yang baik.
b. Masih kurangnya tingkat kesadaran kelompok wanita maupun
masyarakat
dalam
pemanfaatan
pekarangan
rumah
untuk
memenuhi gizi keluarga.
c. Terbatasnya pengetahuan pendamping desa/penyuluh dalam
membimbing kelompok wanita.
Beberapa
hal
yang
dilakukan
untuk
mengantisipasi
permasalahan yang dihadapi adalah:
a. Melakukan sosialisasi secara terus menerus kepada kelompok
wanita
dan
masyarakat
tentang
pentingnya
memanfaatkan
pekarangan untuk penyediaan pangan dan memenuhi gizi
keluarga.
b. Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan memotivasi kelompok
wanita
dan
masyarakat
tentang
pentingnya
pemanfaatan
pekarangan.
c. Meningkatkan pengetahuan SDM pendamping desa/penyuluh
melalui pelatihan-pelatihan, seminar dan lain-lain.
3.1.5 Provinsi Bangka Belitung
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 34 yang cakupan wilayahnya di 6
kabupaten/kota.
Sedangkan
untuk
lanjutan
2014
terdapat
34
desa/kelurahan/kelompok lama di 6 kabupaten/kota di Bangka
Belitung. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
20
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Tabel 6. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Bangka Belitung
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Prov/Kab/Kota
Kab. Belitung
Kab. Bangka
Kab. Bangka Barat
Kab. Bangka Tengah
Kab. Bangka Selatan
Kab. Belitung Timur
Kota Pangkal Pinang
Total Kabupaten
2013
1
1
1
1
1
1
1
7
2014
1
1
1
1
1
1
6
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
6
2015 APBN-P
0
2013
2
6
2
3
4
3
3
23
2014
6
6
6
6
6
4
34
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
6
6
6
4
34
0
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 – 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
1) Keterlambatan Pencairan Dana Bansos;
Pencairan dana Bansos seyogyanya masa pencairannya paling
lama pada Bulan Juni 2015, namun pencairan paling awal pada
periode Bulan Juli sehingga agak mempengaruhi pelaksanaan
kegiatan yang sudah di jadwalkan oleh kelompok di lapangan;
Pencairan dana Bansos KRPL umumnya jatuh pada saat musim
kemarau sehingga menjadi kendala untuk untuk pelaksanaan
kebun bibit, pekarangan individu dan demplot kelompok;
Perubahan RKKA yang sudah di susun oleh kelompok, misalnya
adanya rencana baru yang di usulkan dan di pandang perlu oleh
anggota dan masyarakat sekitar sehingga menyebabkan RKKA
yang sudah ada harus di revisi kembali;
2) Pendamping desa/kelurahan kurang memahami konsep KRPL;
3) Kurangnya Pro Aktif dari anggota KRPL di beberapa kelompok
suatu kabupaten/kota;
4) Pemanfaatan lahan pekarangan oleh perorangan atau kelompok
masih sebatas pelaksanaan kegiatan semata, belum berorentasi
untuk mengembangkannya menjadi usaha perorangan atau
kelompok;
5) Belum optimalnya usaha pengembangan pangan alternatif di lahan
pekarangan baik tanaman palawija maupun umbi-umbian;
21
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
8
18
8
15
16
15
11
91
6) Kebiasaan serta mental masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang umumnya merupakan daerah pertambangan sudah
terbiasa ngelimbang atau ngendulang timah, juga merupakan salah
satu kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, karena di Bangka
Belitung khususnya ibu-ibu rumah tangga yang profesinya selain
dari pegawai swasta atau PNS, selain ngurusi keluarga dirumah
juga diselingi dengan pekerjaan ngendulang timah yang hanya
dilakukan beberapa jam dan dijual langsung menghasilkan uang,
sementara bercocok tanam dibutuhkan waktu yang relatip lebih
lama untuk menghasilkan.
Beberapa antisipasi dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi adalah:
1) Adanya koordinasi yang baik antara Provinsi dan Pusat secara
berkesinambungan;
Aparatur pemerintahan mulai dari Provisi, Kabupaten/Kota
kecamatan hingga desa harus peran aktif khususnya dalam
menentukan proses calon penerima/calon lokasi kegiatan P2KP
bagi penerima manfaat, sehingga kelompok wanita yang sudah
ditentukan/dibentuk dapat segera di SK-kan baik ditingkat desa,
kabupaten dan provinsi;
Seluruh pengurus, anggota kelompok dan penyuluh harus aktif
dan bersama-sama dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan
Kebutuhan
Anggaran
(RKKA).
Kegiatan
yang
hendak
dilaksanakan serta kebutuhan barang yang akan di pakai
haruslah di sesuaikan dengan keadaan setempat, agar tepat
guna dan bernilai guna;
2) Selain
pelatihan
Pendamping
Kabupaten/Kota
diadakan
jadwal
Desa/Kelurahan
membahas
pertemuan
rutin
dengan
Pendamping
tentang
Kegiatan
antara
KRPL,
permasalahan dan solusinya;
3) Memotivasi anggota kelompok, selain pertemuan rutin diadakan
juga arisan kelompok KRPL;
22
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
4) Penyuluh harus dapat memotivasi para pengurus dan anggota
kelompok untuk dapat memanfaatkan pekarangan mereka menjadi
suatu usaha individu atau kelompok yang dapat menambah
pemasukan bagi rumah tangga mereka;
5) Memotivasi anggota agar lebih kreatif dan membuat percontohan
untuk kelompok dalam usaha meningkatkan pengetahuan anggota
dalam komoditas umbi-umbian;
6) Penyuluh beserta aparat provinsi dan kabupaten/kota bersamasama mengajak masyarakat khususnya kelompok wanita untuk
sedikit demi sedikit untuk lebih mendalami serta mengupayakan
pemanfaatan pekarangan sebagai modal utama bagi keluarga
memenuhi akan kebutuhan gizi keluarganya.
3.1.6 Provinsi Lampung
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 102 (86 dari APBN dan 16 dari APBN-P)
yang cakupan wilayahnya di 12 kabupaten/kota. Sedangkan untuk
lanjutan 2014 terdapat 42 desa/kelurahan/kelompok lama di 7
kabupaten/kota di Lampung. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 7. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Lampung
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Prov/Kab/Kota
Kab. Lampung Selatan *
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Barat
Kab. Tulang Bawang
Kab. Tanggamus *
Kab. Lampung Timur
Kab. Way Kanan
Kab. Pesawaran
Kab. Pringsewu
Kab. Mesuji
Kab. Tlg Bawang Barat
Kota Bandar Lampung
2013
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
2014
6
6
6
1
14
9
12
12
9
14
11
10
9
7
7
7
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
6
6
6
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
6
6
6
6
6
32
21
24
24
21
26
11
16
21
19
19
19
14
6
6
12
6
12
6
4
23
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
N
o
14
15
Prov/Kab/Kota
Kota Metro
Kab. Pesisir Barat
Total Kabupaten
2013
2014
1
14
Tahun
2015
2015 APBN-P
2013
1
7
2014
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
8
12
1
139
8
42
86
16
16
283
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Secara teknis kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari tidak ada
kendala, karena konsep pemanfaatan pekarangan ini telah lama
dikenal oleh masyarakat, dan pendamping desa juga merupakan
tenaga penyuluh lapangan setempat yang telah banyak dikenal
masyarakat dan bergaul akrab dengan warga, hanya terganjal
masalah antara lain :
1. Kebiasaan warga yang menanam sayuran tidak didepan rumah,
melainkan disamping atau dibelakang rumah. Dan manajeman
pengolahan kebun bibit yang belum tepat sehingga seringkali bibit
tidak optimal dikarenakan sudah terlalu besar belum ditanam
dipekarangan dan ketersediaan bibit yang tidak sesuai dengan
waktu tanam. Penanaman ini pun terkendala dengan cuaca/musin
yang kurang pas untuk bercocok tanam, sementara untuk
penyiraman terkendala dengan ketersediaan air.
2. Dalam melaksanakan pendampingan kepada kelompok penerima
manfaat pendamping desa dan pengurus kelompok merasakan
kurangnya pemahaman mereka akan kegiatan ini secara teknis
akibat kurang adanya pelatihan kepada pendamping desa dan
pengurus kelompok.
3. Secara administrasi terdapat beberapa kendala seperti adanya
pergantian/mutasi pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) baik di Provinsi maupun
Kab/Kota, adanya pemotongan anggaran dan Dekonsentrasi (DK)
maupun
Tugas
Pembantuan
(TP)
disaat
kelompok
telah
ditetapkan serta ketidakharmonisan aparat kampung dengan
kelompok wanita penerima bansos karena berbagai kepentingan,
perspektif anggota kelompok wanita.
24
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
4. Pengurus
kelompok
belum
terampil
dalam
pembukuan
administrasi kelompok dan kesulitan dalam pemasaran pangan
lokal yang mereka miliki sehingga kelompok ragu bahkan enggan
untuk memproduksi kembali.
5. Dengan luas dan jauhnya letak desa penerima manfaat P2KP
serta terbatasnya petugas/pendamping baik provinsi maupun di
13
Kab/kota
se
Provinsi
Lampung
menyebabkan
kurang
optimalnya proses identifikasi/verifikasi calon penerima manfaat,
pembinaan, monitoring dan evaluasi penerima manfaat P2KP.
3.1.7 Provinsi Bengkulu
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok
baru
untuk tahun 2015 sebanyak 74 (52 dari APBN dan 22 dari
APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 8 kabupaten/kota. Sedangkan
untuk lanjutan 2014 terdapat 28 desa/kelurahan/kelompok lama di 5
kabupaten/kota di Bengkulu. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Bengkulu
No
Prov/Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kab. Bengkulu Utara *
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Rejang Lebong
Kab. Seluma
Kab. Kaur *
Kab. Muko - Muko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab. Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
Total Kabupaten
2013
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2014
1
1
1
Tahun
2015
1
1
1
1
1
1
1
2015 APBN-P
1
1
1
5
8
0
2013
11
8
3
6
9
6
3
3
5
3
57
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
8
6
6
6
6
8
6
6
6
6
6
6
6
4
4
28
52
22
2014
6
6
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
di lapangan, antara lain:
a. Verifikasi dan penetapan CPCL belum tepat waktu, yaitu pada
25
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
25
20
9
12
23
18
15
15
11
11
159
bulan April, dimana seharusnya dilakukan pada bulan JanuariFebruari.
b. Penetapan penyuluh pendamping belum tepat waktu
c. Dukungan program/kegiatan dari instalasi lintas sektor belum
optimal.
d. Pembinaan oleh pendamping masih belum maksimal karena
berbagai hal: tidak berasal dari daerah setempat, tidak tinggal di
lokasi binaan, dan bahkan SDM dan pendamping sangat terbatas.
e. Pembinaan oleh aparat provinsi dan kabupaten masih terbatas,
karena masih kurangnya personil, biaya, dan lain-lain.
f. Pengembangan komoditas dalam pemanfaatan lahan pekarangan
ada yang kurang berhasil karena adanya serangan hama/penyakit,
dan lain-lain, dan menyebabkan tanaman mati, tetapi tanpa diikuti
berita acara atau laporan.
g. Kurangnya perencanaan usaha kelompok dan analisis kelayakan
usaha.
h. Sebagian besar kelompok belum mengolah umbi-umbian menjadi
tepung-tepungan karena belum adanya permintaan yang kontinyu
dan masih kurangnya minat masyarakat untuk mengolah makanan
dari bahan yang berbasis pangan lokal.
i. Hasil kegiatan pembuatan tepung-tepungan masih banyak yang
belum dimanfaatkan untuk pengembangan B2SA bagi anak-anak
sekolah.
j. Pemanfaatan lahan pekarangan ada yang masih belum optimal
k. Masih kurangnya dukungan dana dari APBD I maupun APBD II.
Beberapa antisipasi dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi adalah:
a. Verifikasi dan penetapan CPCL tepat waktu pada bulan JanuariFebruari.
b. Penetapan penyuluh pendamping tepat waktu pada JanuariFebruari.
c. Koordinasi program kegiatan dengan instansi lintas sector perlu
26
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
ditingkatkan terkait dengan perlunya persepsi yang sama.
d. Pembinaan oleh aparat provinsi dan kabupaten perlu terus
ditingkatkan.
e. Pendamping diupayakan tinggal di lokasi binaan, atau dari
penduduk setempat.
f. Perlu adanya pelatihan baik bagi pendamping maupun anggota
kelompok.
g. Tanaman yang mati seharusnya dibuatkan berita acara atau
laporan serta perencanaan usaha kelompok.
h. Perlu ditingkatkan hasil kegiatan pembuatan tepung-tepungan.
i. Identifikasi
lahan
pekarangan
yang
akan
dijadikan
kebun
pekarangan kelompok dan sosialisasi.
3.1.8 Provinsi Jambi
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan
KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru
untuk tahun 2015 sebanyak 62 yang cakupan wilayahnya di 8
kabupaten/kota.
Sedangkan
untuk
lanjutan
2014
terdapat
54
desa/kelurahan/kelompok lama di 9 kabupaten/kota di Jambi. Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Melalui Konsep KRPL di Provinsi Jambi
No
1
2
Prov/Kab/Kota
Kab. Batanghari
Kab. Tanjung Jabung
Barat
3
Kab. Bungo *
4
Kab. Sarolangun
5
Kab. Kerinci *
6
Kab. Merangin
7
Kab. Tanjung Jabung
Timur *
8
Kab. Tebo
9
Kab. Muaro Jambi *
10 Kota Jambi
11 Kota Sungai Penuh
Total Kabupaten
2013
1
1
2014
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
9
Tahun
2015
1
1
2015 APBN-P
1
1
1
1
1
1
8
0
2013
8
10
2014
6
6
13
8
12
8
13
6
6
6
6
6
8
11
8
8
107
8
4
54
Sasaran Jumlah Desa
2015
2015 APBN-P
6
6
10
29
14
28
14
25
10
6
6
10
8
62
14
29
12
16
223
0
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
27
Laporan Akhir Tahun P2KP
2016
Total
20
22
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di
lapangan, antara lain:
a.
Keterlambatan pelaksanaan kegiatan sangat berdampak pada
tidak adanya perubahan pola konsumsi di rumah tangga
kelompok sasaran.
b.
Kondisi di lapangan belum memperhatikan bagaimana supaya
keberadaan tanaman dan ternak yang mereka pelihara tetap
berlanjut dan memberikan manfaat jangka panjang dalam
memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarganya.
c.
Kecenderungan pemahaman anggota kelompok yang masih
berorie