PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUTANSI BERBASIS AKRUALPERATURAN BUPATI NOMOR 10 TENTANG SISTEM AKUNTANSI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
BUPATI PADANG PARIAMAN
PERATURAN BUPATI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
NOMOR 9 TAHUN 2014
TENTANG
KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PADANG PARIAMAN,
Menimbang :
Mengingat
:
a.
Bahwa dalam rangka menindak lanjuti Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
danayat (5) Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten
Padang Pariaman perlu menetapkan Kebijakan Akuntansi
Berbasis Akrual di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Padang Pariaman;
b.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
hurup a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebijakan
Akuntansi Berbasis Akrual;
1.
Undang-Undang Nomor12 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1956 Nomor 25);
2.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
3.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
4.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelola dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tetang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negera
Republik Indonesia Nomor 4844);
7.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8.
Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah
danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, TambahanLembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
9.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Repbulik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Daerah (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3164);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005Nomor 48, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
15. PeraturanPemerintahNomor
56
Tahun
2005
tentangSistemInformasiKeuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, TambahanLembaran
NegaraRepublik
Indonesia
Nomor
4576)
sebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanPemerintahNomor
65
Tahun
2010tentangPerubahanAtasPeraturanPemerintahNomor
56 Tahun 2005 tentangSistemInformasiKeuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
16. PeraturanPemerintahNomor
58
Tahun
2005
tentangPengelolaanKeuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);
17. PeraturanPemerintahNomor
79
Tahun
2005
tentangPedomanPembinaandanPengawasanPenyelenggaraanPeme
rintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
18. PeraturanPemerintahNomor
8
Tahun
2006
tentangPelaporanKeuangandanKinerjaInstansiPemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
19. PeraturanPemerintahNomor
38
Tahun
2007
tentangPembagianUrusanPemerintahanantaraPemerintah,
Pemerintahan Daerah PropinsidanPemerintahanKabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
20. PeraturanPemerintahNomor
71
Tahun
2010
tentangStandarAkuntansiPemerintahan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, TambahanLembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5215);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5272);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5533);
24. Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 13 Tahun 2006 tentang
PedomanPengelolaan
Keuangan
Daerah
sebagaimanatelahdiubahbeberapa
kaliterakhirdenganPeraturanMenteriDalamNegeriNomor
21
Tahun
2011
tentangPerubahanKeduaAtasPeraturanMenteriDalamNegeriNomo
r 13 Tahun 2006 tentangPedomanPengelolaanKeuangan Daerah;
25. KeputusanMenteriKeuanganNomor
01/KM.12/2001
tentangPedomanKapitalisasiBarangMilik/Kekayaan
Negara
dalamSistemAkuntansiPemerintah;
26. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
17Tahun
2007tentangPedomanTeknisPengelolaanBarangMilik Daerah;
27. PeraturanMenteriDalam
Negeri
Nomor
21
Tahun2007
tentangPengelompokanKemampuanKeuanganDaerah,
Penganggaran
dan
PertanggungjawabanPenggunaanBelanjaPenunjangOperasionalPi
mpinanDewanPerwakilanRakyatDaerahserta
tata
cara
PengembalianTunjanganKomunikasiIntensif
dan
Dana
Operasional;
28. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
64
Tahun
2013
tentangPenerapanStandarAkuntansiPemerintahanBerbasisAkrual
padaPemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1425);
29
PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
1
tentangPembentukanProdukHukum Daerah
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
(
Tahun
Berita
2014
Negara
30. Peraturan Daerah Kabupaten Padang PariamanNomor 16 Tahun
2010 tentangPokokPokokPengelolaanKeuangan Daerah.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN
BUPATITENTANG
AKUNTANSIBERBASIS AKRUAL.
KEBIJAKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerintah Daerah
adalahBupatidanperangkatdaerahsebagaiunsurpenyelenggaraPeme
rintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman;
2.
Akuntansiadalah
proses
identifikasi,
pencatatan,
pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisarantransaksidankejadiankeuangan,
penyajianlaporansertapenginterpretasianatashasilnya;
3.
4.
KebijakanAkuntansiadalahprinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi,
aturan-aturandanpraktik-praktikspesifik
yang
dipiliholehsuatuentitaspelaporandalampenyusunandanpenyajianlap
orankeuangan.
4.Kebijakan......
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah adalah prinsip-prinsip,
dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-pratik
spesifik yang dipilih oleh pemerintah daerah sebagai pedoman
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
daerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan
dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan
terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.
5.
Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
6.
Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual yang selanjutnya
disingkat SAP Berbasis Akrual adalah Standar Akuntansi
Pemerintah yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan,
belanja
dan
pembiayaan
dalam
pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBD.
7.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat
SAPD
adalahrangkaiansistematikdariprosedur,
penyelenggara,
peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
organisasi pemerintah Daerah.
8.
Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalahdaftar
kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun
secara sistematis sebagai pedoman dalam pelaksanaan anggaran
dan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
9.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalahrencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
10. Basis Akrual adalahbasis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa
itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
11. Basis Kas adalahbasis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.
12. Pengakuan
adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria
pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi
sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan LRA, belanja, pembiayaan,
pendapatan-LO dan beban, sebagaimana akan dimuat pada
laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.
13. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan.
14. Pengungkapan......
14. Pengungkapan adalah laporan keuangan yang menyajikan secara
lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
15. Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat LRA adalah
laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA,
belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, pembiayaan dan sisa
lebih/kurang
pembiayaan
anggaran,
yang
masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
16. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya
disingkat LPSAL adalah laporan yang menyajikan informasi
kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari
SAL awal, SILPA/SIKPA, koreksi dan SAL akhir.
17. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset utang dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu.
18. Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO adalah laporan
yang menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercermin dalam pendapatan-LO,
beban dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang menyajikan disandingkan dengan periode sebelumnya.
19. Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah laporan
yang menyajikan informasi mengenai sumber, pengguna,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,
serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
20. Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat adalah
laporan yang menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas
yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan
ekuitas akhir.
21. Catatan atas laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CALK
adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau
daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam LRA, LPSAL, LO, LPE, Neraca dan LAK dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
22. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah perangkat daerah pada
pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran/pengguna barang dilingkungan Propinsi
Sumatera Barat.
23. Entitas
Akuntansi
adalah
unit
pemerintahan
pengguna
anggaran/pengguna barang yang wajib menyelenggarakan
akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabung pada
entitas pelaporan.
24. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu
atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
25. Pendapatan-LRA......
25. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
26. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
27. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
28. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
29. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya.
30. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Pasal 2
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman terdiri
dari prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan
praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh Pemerintah Daerah sebagai
pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan
keuangan dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.
Pasal 3
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman
dibangun atas dasar kebijakan umum akuntansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Padang Pariaman yang mengacu pada Kerangka Konseptual
Standar Akuntansi Pemerintah.
BAB III
SISTEMATIKA
(1)
Pasal 4
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten
Pariaman dengan sistematika sebagai berikut :
Padang
c.
Kebijakan Akuntansi 01 tentang Kebijakan Umum Akuntansi;
Kebijakan Akuntansi 02 tentang Pendapatan –LRA ;
c. Kebijakan.....
Kebijakan Akuntansi 03 tentang Pendapatan –LO ;
d.
Kebijakan Akuntansi 04 tentang Belanja dan Transfer ;
e.
Kebijakan Akuntansi 05 tentang Beban dan Transfer ;
f.
Kebijakan Akuntansi 06 tentang Pembiayaan ;
g.
Kebijakan Akuntansi 07 tentang Kas dan Setara Kas ;
h.
Kebijakan Akuntansi 08 tentang Piutang ;
i.
Kebijakan Akuntansi 09 tentang Persediaan ;
j.
Kebijakan Akuntansi 10 tentang Investasi ;
k.
Kebijakan Akuntansi 11 tentang Aset Tetap dan Penyusutan ;
l.
Kebijakan Akuntansi 12 tentang Dana Cadangan ;
a.
b.
m.
Kebijakan Akuntansi 13 tentang Aset Lainnya dan Amortasi ;
n.
Kebijakan Akuntansi 14 tentang Kewajiban ;
o.
Kebijakan Akuntansi 15 tentang Koreksi Kesalahan dan Perubahan
Kebijakan Akuntansi ;
p.
Kebijakan Akuntansi 16 tentang Penyajian Kembali (Restatement)
Neraca ;
q.
Kebijakan Akuntansi 17 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
(2)
Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam lampiran I sampai dengan lampiran XVII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 5
Penerapan Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bupati ini berlaku mulai Tahun Anggaran 2015.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati
Padang Pariaman Nomor 30 Tahun 2012 tentang Kebijakan
Akuntansi Kabupaten Padang Pariaman (Berita Daerah Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2012 Nomor 30), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 29
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Padang
Pariaman Nomor 30 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi
Kabupaten Padang Pariaman (Berita Daerah Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2013 Nomor 29), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Peraturan......
Pasal 7
Peraturan Bupati Padang Pariaman ini mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 2015.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Padang Pariaman.
Ditetapkan di
pada tanggal
Parit Malintang
28 Mei 2014
BUPATI PADANG PARIAMAN,
dto
ALI MUKHNI
Diundangkan di
padatanggal
Parit Malintang
28 Mei 2014
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PADANG PARIAMAN,
dto
JONPRIADI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2014 NOMOR 9
LAMPIRAN I
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI
I.
PENDAHULUAN
1. Tujuan
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Tujuan
kebijakan
akuntansi
adalah
mengatur
penyajian
laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)
dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik
terhadap anggaran, antar periode.
Tujuan khusus kebijakan akuntansi adalah memberikan acuan bagi :
a. Penyusun laporan keuangan dalam menyelesaikan permasalahan
akuntansi
yang
belum
diatur
dalam
Standar
Akuntansi
Pemerintahan;
b. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
c. Pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Ruang Lingkup
Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini mengatur
seluruh pertimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan
keuangan pemerintah daerah yang meliputi :
a. Tujuan kebijakan akuntansi, definisi dan pengertian;
b. Lingkungan akuntansi pemerintahan daerah;
c. Pengguna dan kebutuhan informasi pengguna;
d. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan;
e. Peranan
dan
tujuan
pelaporan
keuangan serta dasar hukum;
keuangan,
komponen
laporan
LAMPIRAN II
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANGKEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATANLAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)
A. UMUM
1. Definisi
DefinisiPendapatanLRAadalahsemuapenerimaanRekeningKasUmumDaerahyang
menambahSaldoAnggaranLebihdalamperiodetahunanggaran
bersangkutan
yang
yang
menjadihakpemerintah,
dantidakperludibayarkembaliolehpemerintah.
2. Klasifikasi
Pendapatandiklasifikasiberdasarkansumbernya,
secaragarisbesaradatigakelompokpendapatandaerahyaitu:
a. PendapatanAsli Daerah (PAD),
b. Pendapatan Transfer,
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah,
Dalam Bagan AkunStandar, Pendapatandiklasifikasikansebagaiberikut:
KodeAkun
Kelompok
4.
Pendapatan-LRA
4.1.
PendapatanAsli Daerah-LRA
Jenis
4.1.1.
Pajak Daerah-LRA
4.1.2.
Retribusi Daerah-LRA
4.1.3.
HasilPengelolaanKekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LRA
4.1.4.
4.2.
Lain-lain PAD yang Sah-LRA
Pendapatan Dana
Perimbangan/Pendapatan Transfer-LRA
4.2.1.
BagiHasil/DAU/DAK /Pendapatan
Transfer PemerintahPusat-LRA
4.2.2.
Pendapatan
PemerintahLainnya-LRA
4.2.3.
Pendapatan Transfer Pemerintah
Daerah Lainnya-LRA
4.2.4.
BantuanKeuangan-LRA
4.3.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahLRA
4.3.1.
PendapatanHibah-LRA
4.3.2.
Dana Darurat-LRA
4.3.3.
PendapatanLainnya-LRA
Transfer
LAMPIRAN III
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATANLAPORAN OPERASIONAL (LO)
A. UMUM
1. Definisi
Definisi Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai
penambah
ekuitas
dalam
periode
tahun
anggaran
yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2. Klasifikasi
Pendapatan-LO diklasifikasi berdasarkan sumbernya, secara garis besar
ada lima kelompok pendapatan daerah yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO,
b. Pendapatan Transfer-LO,
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah-LO,
d. Surplus Non Operasional-LO
e. Pendapatan Luar Biasa-LO
Dalam Bagan Akun Standar, Pendapatan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kode
Akun
8.
8.1.
8.1.1.
8.1.2.
8.1.3.
8.1.4.
8.2.
Kelompok
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah-LO
Pajak Daerah-LO
Retribusi Daerah-LO
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
Lain-lain PAD yang Sah-LO
Pendapatan Dana Perimbangan/Pendapatan
Transfer-LO
8.2.1.
8.2.2.
8.2.3.
8.2.4.
8.3.
8.3.1.
8.3.2.
8.3.3.
8.4.
8.4.1.
8.4.2.
Bagi Hasil/DAU/DAK /Pendapatan Transfer
Pemerintah Pusat-LO
Transfer Pemerintah Lainnya-LO
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya-LO
Bantuan Keuangan-LO
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah-LO
Hibah-LO
Dana Darurat-LO
Pendapatan Lainnya-LO
Surplus Non Operasional-LO
Surplus Penjualan Aset Non Lancar-LO
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka
Panjang-LO
Surplus dari Kegiatan Non Operasional
Lainnya-LO
8.4.3.
8.5.
8.5.1.
Jenis
Pendapatan Luar Biasa-LO
Pendapatan Luar Biasa-LO
LAMPIRAN IV
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA DAN TRANSFER
A. UMUM
1. Definisi
Belanjamerupakan
semua
pengeluaran
oleh
Bendahara
Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Ada beberapaperbedaanantaraBebandanBelanja, yaitu:
No
a.
b
c.
Beban dan Transfer
Belanja dan Transfer
Diukur dan diakui dengan basis
Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual
akuntansi kas
Merupakan unsur pembentuk
Merupakan unsur pembentuk
Laporan Operasional (LO)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Menggunakan Kode Akun 9
Menggunakan Kode Akun 5 dan 6
2. Klasifikasi
Belanja
diklasifikasikan
menurut
klasifikasi
ekonomi
adalah
pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk
melaksanakan suatu aktivitas
daerah yang meliputi belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial dan belanja tak terduga.
Sedangkan klasifikasi belanja berdasarkan organisasi adalah klasifikasi
berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Untuk pemerintah
daerah, seperti belanja sekretariat DPRD, belanja sekretariat daerah
kota, belanja dinas pemerintah kota, belanja kantor kota dan lembaga
teknis daerah kota.
Berikutadalahklasifikasibelanjadalam
LRA
dankewenanganatasbelanjatersebut:
Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman - Sumbar
Page 1
LAMPIRAN V
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN TRANSFER
A. UMUM
1. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
Ada beberapaperbedaanantaraBebandanBelanja, yaitu:
No
a.
b
c.
Beban dan Transfer
Belanja dan Transfer
Diukur dan diakui dengan basis
Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual
akuntansi kas
Merupakan unsur pembentuk
Merupakan unsur pembentuk
Laporan Operasional (LO)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Menggunakan Kode Akun 9
Menggunakan Kode Akun 5 dan 6
2. Klasifikasi
Beban diklasifikasi menurut klasifikasi ekonomi untuk pemerintah
daerah terdiri dari :
a. Beban Operasi – LO, terdiri dari : Beban Pegawai, Beban Barang dan
Jasa, Beban Bunga, Beban Subsidi, Beban Hibah, Beban Bantuan
Sosial, Beban Penyusutan (Aset Tetap)/Amortisasi, Beban Penyisihan
Piutang, Beban Lain-Lain;
b. Beban Transfer, terdiri dari : Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah,
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya, Beban Transfer
Bantuan
Keuangan
ke
Pemerintah
Daerah
Lainnya,
Bantuan
Keuangan ke Pemerintah Desa, Bantuan Keuangan Lainnya .
Berikutadalahklasifikasibebandankewenanganatasbebantersebut:
LAMPIRAN VI
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
A. UMUM
1. Definisi
BerdasarkanPeraturanPemerintahanNomor71Tahun2010,
pembiayaan(financing)
adalahseluruhtransaksikeuanganpemerintah,
baikpenerimaanmaupunpengeluaran,
yang
perludibayaratauakanditerimakembali,
yang
dalampenganggaranpemerintahterutamadimaksudkanuntukmenutupdef
isitdanataumemanfaatkan surplus anggaran.
PembiayaanterdiridariPenerimaanpembiayaanantaralaindapatberasaldari
pinjaman, danhasildivestasi. Sementara, pengeluaranpembiayaanantara
lain
digunakanuntukpembayarankembalipokokpinjaman,
pemberianpinjamankepadaentitaslain,
danpenyertaan
modal
olehpemerintah.Pembiayaanhanyadapatdilakukan
di
SatuanKerjaPengelolaKeuangan Daerah (SKPKD) dantidakdilakukanoleh
SKPD.
2. Klasifikasi
Pembiayaandiklasifikasikedalam
2
(dua)
bagian,
yaitupenerimaanpembiayaandanpengeluaranpembiayaan.Pospospembiayaanmenurut
PSAP
BerbasisAkrualdapatdijelaskansebagaiberikut:
a. PenerimaanPembiayaan
PenerimaanpembiayaanadalahsemuapenerimaanRekeningKasUmum
Daerah antara lain berasaldariPenggunaanSiLPAtahunsebelumnya,
pencairandanacadangan,
Dipisahkan,
HasilPenjualanKekayaan
PinjamanDalamNegeri,
PenerimaanKembaliInvestasi
Daerah
yang
PenerimaanKembaliPiutang,
Non
PermanenLainnya,
PinjamanLuarNegeridanPenerimaanUtangJangkaPanjangLainnya.
b. PengeluaranPembiayaan
PengeluaranpembiayaanadalahsemuapengeluaranRekeningKasUmu
m Negara/Daerah antara
Penyertaan
lain Pembentukan Dana
Modal/InvestasiPemerintah
PembayaranPokokPinjamanDalamNegeri,
Cadangan,
Daerah,
PemberianPinjaman
LAMPIRAN VII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS
A. UMUM
1. Definisi
Mengacu pada PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan
mendefinisikan kas sebagaiuangtunaidansaldosimpanan di bank yang
setiapsaatdapatdigunakanuntukmembiayaikegiatanpemerintah
daerahyang
sangatlikuid
yang
siapdijabarkan/dicairkanmenjadikassertabebasdaririsikoperubahannilai
yang
signifikan.KasjugameliputiseluruhUang
Yang
HarusDipertanggungjawabkan
(UYHD)
yangwajibdipertanggungjawabkandandilaporkandalamneraca.Saldosimp
anan
di
bank
yang
setiapsaatdapatditarikataudigunakanuntukmelakukanpembayaran.
Dalampengertiankasinijugatermasuksetarakas,yaituinvestasi
jangka
pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas serta bebas
dari
risiko
perubahan
nilai
yang
signifikan.
Setarakas
pada
pemerintahdaerah
ditujukanuntukmemenuhikebutuhankasjangkapendekatauuntuktujuanl
ainnya.Untukmemenuhipersyaratansetarakas,investasijangkapendekhar
ussegeradapatdiubahmenjadikasdalamjumlah
yang
dapatdiketahuitanpaadarisikoperubahannilai
yangsignifikan.Olehkarenaitu,
suatuinvestasidisebutsetarakaskalauinvestasidimaksudmempunyaimasa
jatuh tempo kurang dari 3 (tiga) bulandari tanggalperolehannya.
2. Klasifikasi
Kasdan setara kas pada pemerintahdaerah mencakupkas yang dikuasai,
dikeloladandibawahtanggungjawabbendaharaumumdaerah
dankas
yang
dikuasai,
dikeloladan
bawahtanggungjawabselainbendaharaumumdaerah,
bendahara
penerimaan,
(BUD)
bendaharapengeluarandanKas
di
misalnya
di
BLUD
sertaDeposito.
Kasdan
setara
kas
yang
dikuasaidandibawahtanggungjawabbendaharaumumdaerahterdiridari:
LAMPIRAN VIII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG
A. UMUM
1. Definisi
Piutangadalahhak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas
lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Hal ini senada dengan berbagai teori yang mengungkapkan
bahwa piutang adalah manfaat masa depan yang diakui pada saat ini.
Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang
kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya dimasa yangakan
datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau entitas lain.Nilai
penyisihan
piutang
tak
tertagih
tidak
bersifat
akumulatif
tetapi
diterapkan setiap akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas
piutang.
Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih
dihitung
berdasarkan
piutang,
dan
tergantung
kualitas
diterapkan
kondisi
dari
umur
dengan
piutang,
melakukan
jenis/karakteristik
modifikasi
debitornya.Mekanisme
tertentu
perhitungan
dan
penyisihan saldo piutang yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan
upaya untuk menilai kualitas piutang.
2. Klasifikasi
Piutang dilihat dari sisi peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang
dibagi atas:
a. Piutang Pendapatan Daerah
Timbulnya
piutang
di
lingkungan
pemerintahan
daerah
pada
umumnya terjadi karena adanya hak pemerintah daerah yang dapat
dinilai
dengan
uang
sebagai
akibat
pemerintah
daerah
telah
memberikan jasa atau produk atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
sehingga
timbul
tunggakan pendapatan daerah yang terdiri dari:
1) Piutang Pendapatan, yang berasal daritunggakan pungutan pajak
maupun retribusi, hasil kerjasama investasi dengan pihak ketiga,
serta karena transfer dari pemerintah pusat, provinsi maupun
pemerintah
daerah
lainnya
terdiri
dari
:
piutang
pajak
LAMPIRAN IX
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN
A. UMUM
1. Definisi
Persediaanadalah
aset
lancar
dalambentukbarangatauperlengkapan
yangdimaksudkanuntukmendukungkegiatanoperasionalpemerintahdaer
ah,
danbarang-barang
yang
dimaksudkanuntukdijualdan/ataudiserahkandalamrangkapelayanankep
adamasyarakat.
2. Klasifikasi
Persediaanmerupakanaset yang berupa:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah daerah, misalnya barang pakai habis
seperti alat tulis kantor dan sebagainya, Persediaan Bahan/Material
seperti Persediaan Bahan Baku Bangunan;
b. Bahan atau perlengkapan(supplies) yang akan digunakan dalam
proses produksi, misalnyabahan baku pembuatan alat-alat pertanian,
bahan baku pembuatan benih.
c. Barangdalam
proses
produksi
yang
dimaksudkanuntukdijualataudiserahkankepadamasyarakat,
misalnyaadalahalat-alatpertaniansetengahjadi,
benih
yang
belumcukupumur.
d. Persediaan Barang Lainnya seperti Persediaan Barang yang disimpan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan, misalnya adalah hewan dan bibit tanaman,
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Persediaan dikelompokkan dalam Bagan Akun Standar sebagai berikut
1. Persediaan Bahan Pakai Habis
- Persediaan Alat Tulis Kantor
- Persediaan Dokumen/Administrasi Tender
- Persediaan Alat Listrik dan elektronik ( lampu pijar, battery
- Persediaan Perangko, materai dan benda pos lainnya
- Persediaan Peralatan kebersihan dan bahan pembersih
- Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas
- Persediaan Isi tabung pemadam kebakaran
- Persediaan Isi tabung gas
LAMPIRAN X
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI
A. UMUM
1. Definisi
Investasi
merupakan aset
yang
dimaksudkan
untuk memperoleh
manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat
sosial,
sehingga
dapat
meningkatkan
kemampuan
pemerintah
daerahdalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
2. Klasifikasi
Investasi dikategorisasi berdasarkan jangka waktunya, yaitu investasi
jangka pendek dan investasi jangka panjang.
a. Investasi Jangka Pendek
Investasi
jangka
pendek
merupakan
investasi
yang
memiliki
karakteristik dapat segera diperjualbelikan/dicairkan dalam waktu 3
bulan sampai dengan 12 bulan.
Investasi
jangka
pendek
biasanya
digunakan
untuk
tujuan
manajemen kas dimana pemerintah daerah dapat menjual investasi
tersebut jika muncul kebutuhan akan kas. Investasi jangka pendek
biasanya berisiko rendah.
b. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang pencairannya
memiliki jangka waktu lebih dari 12 bulan.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifatnya, yaitu:
1. Investasi Nonpermanen
Investasi jangka panjang nonpermanen merupakan investasi
jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan atau suatu waktu akan dijual atau ditarik kembali.
2. Investasi Permanen
Investasi jangka panjang permanen merupakan investasi jangka
panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan
atau tidak untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali.
LAMPIRAN XI
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP DAN PENYUSUTAN
A. UMUM
1. Definisi
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari12 (duabelas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan, dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.
Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai
untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah daerah, seperti bahan
(materials) dan perlengkapan ( supplies ).
2. Klasifikasi
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah
sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Termasuk
dalam
klasifikasi
tanah
ini
adalah
tanah
yang
digunakan untuk pertanian, perkebunan, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi dan jaringan.
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan
dan
mesin
mencakup
mesin-mesin
dan
kendaraan
bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya
yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (duabelas)
bulan dan dalam kondisi siap pakai.
Peralatan dan mesin memiliki variasi terbanyak dalam kelompok aset
tetap. Peralatan dan mesin ini dapat berupa alat-alat besar, alatalat angkutan, alat bengkel, alat
kantor, alat rumah tangga, alat
kedokteran, alat komunikasi, dan lain sebagainya.
3. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
LAMPIRAN XII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI DANA CADANGAN
A. UMUM
1. Definisi
Mengacu pada PSAP 01 Paragraf 8, danacadanganmerupakan dana yang
disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif
besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya. Pembentukan
dana cadangan ini harus didasarkan perencanaan yang matang,
sehingga
jelas
tujuandanpengalokasiannya.
Untukpembentukandanacadanganharusditetapkandalamperaturandaera
h yang didalamnyamencakup:
a. Penetapantujuanpembentukandana cadangan;
b. Program dankegiatan yang akandibiayaidaridanacadangan;
c. Besarandanrinciantahunandanacadangan
harusdianggarkandanditransferkerekeningdanacadangan
yang
dalam
bentuk rekening tersendiri;
d. Sumberdana cadangan;dan
e. Tahun anggaranpelaksanaandanacadangan.
2. Klasifikasi
Dana
cadanganmasukkedalambagiandariaset.
Dana
cadangandapatdiklasifikasikanataudirincilagimenuruttujuanpembentuk
annyasebagaimanacontohdibawahini:
Dana Cadangan Dana Cadangan Pembangunan Jembatan
Dana Cadangan Pembangunan Gedung
Dana Cadangan Pembangunan Waduk
Dana Cadangan Penyelenggaraan Pilkada
Dana Cadangan Penyelenggaraan Pekan Olahraga
Nasional (PON)
Dana Cadangan Pembangunan Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD)
Dst….
LAMPIRAN XIII : PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA
A. UMUM
a. Definisi
Aset Lainnya merupakan aset pemerintah daerah yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap
dan dana cadangan.
Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.Termasuk
dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan
angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset
kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi
penggunaannya.
Layaknya sebuah aset, aset lainnya memiliki peranan yang cukup
penting bagi pemerintah daerah karena mampu memberikan manfaat
ekonomis dan jasa potensial (potential service) di masa depan. Berbagai
transaksi terkait aset lainnya seringkali memiliki tingkat materialitas
dan
kompleksitas
yang
cukup
signifikan
mempengaruhi
laporan
keuangan pemerintah daerah sehingga keakuratan dalam pencatatan
dan pelaporan menjadi suatu keharusan.Semua standar akuntansi
menempatkan aset lainnya sebagai aset yang penting dan memiliki
karakteristik tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun
pengungkapannya.
b. Klasifikasi
Dalam Bagan Akun Standar, aset lainnya diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kode
Akun
1.5.
1.5.1.
1.5.1.01.
1.5.1.02.
1.5.2.
1.5.2.01.
1.5.2.02.
1.5.2.03.
1.5.2.04.
Uraian
ASET LAINNYA
Tagihan Jangka Panjang
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Sewa
Kerjasama Pemanfaatan
Bangun Guna Serah
Bangun Serah Guna
Kewenangan
PPKD
PPKD
PPKD
PPKD
PPKD
PPKD
LAMPIRAN XIV : PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN
A. UMUM
1. Definisi
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
Kewajiban pemerintah daerah dapat
muncul
akibat
melakukan
pinjaman kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintahan, kewajiban kepada masyarakat, alokasi/realokasi
pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban kepada pemberi
jasa.Kewajiban bersifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum
sebagai
konsekuensi
atas
kontrak
atau
peraturan
perundang-
undangan.
2. Klasifikasi
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang
mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diselesaikan setelah
tanggal pelaporan.
Informasi
tentang
tanggal
jatuh
tempo
kewajiban
keuangan
bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas
pelaporan.Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti
utang pajak, utang ke pihak ketiga dan utang bunga juga bermanfaat
untuk
mengetahui
kewajiban
diklasifikasikan
sebagai
kewajiban
jangka pendek atau jangka panjang.
Pos-pos kewajiban antara lain:
a. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu paling lama 12 bulansetelahtanggalpelaporan.
Kewajiban jangka pendek dibagi menjadi :
1. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang merupakan utang
transfer pemerintah daerah yang terdiri dari:Utang Taspen,
Utang Iuran Jaminan Kesehatan, Utang PPh Pusat, Utang PPN
Pusat, Utang Taperum, Utang Iuran Wajib Pegawai, Utang
Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya, Utang Jaminan.
LAMPIRAN XV
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN DAN
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. KoreksiKesalahan
Koreksimerupakantindakanpembetulansecaraakuntansi
yang
agar
akun/pos
tersajidalamlaporankeuanganentitasmenjadisesuaidengan
seharusnya.Kesalahanmerupakanpenyajian
akun/pos
yang
yang
secara
signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi
laporan
keuangan
periode
berjalan
atau
periode
sebelumnya.Sehinggakoreksikesalahanmerupakantindakanuntukmembetu
lkankesalahanpeyajiandalamsuatuakun/pos.
KoreksikesalahandiungkapkanpadaCatatanatasLaporanKeuangan.
Ada
beberapapenyebabbisaterjadinyakesalahan.Antaralaindisebabkankarenaket
erlambatanpenyampaianbuktitransaksiolehpenggunaanggaran,
kesalahanhitung,
kesalahanpenerapanstandardanakuntansi,
dan
Kesalahanjugabisaditemukan
lain-lain.
di
kelalaian,
periode
yang
samasaatkesalahanitudibuat, namunbisa pula ditemukanpadaperiode di
masadepan.
Itulahsebabnyaakanadaperbedaanperlakuanterhadapbeberapakesalahante
rsebut.
a. Klasifikasi
Ditinjaudarisifatkejadiannya, kesalahandikelompokkanmenjadi 2 (dua)
jenis:
i. Kesalahantidakberulang
Kesalahantidakberulangmerupakankesalahan
yang
diharapkantidakakanterjadikembali.
Kesalahaninidikelompokkankembalimenjadi 2 (dua) jenis:
1) Kesalahantidakberulang yang terjadipadaperiodeberjalan;
2) Kesalahantidakberulang yang terjadipadaperiodesebelumnya.
ii. Kesalahanberulang
Kesalahanberulangmerupakankesalahan yang disebabkansifatalamiah
(normal)
darijenis-jenistransaksitertentu
diperkirakanakanterjadisecaraberulang.
yang
LAMPIRAN XVI
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA
A. DEFINISI
PSAP 10 – PeraturanPemerintahNomor 71 tahun 2010 paragraf 42
menyatakanbahwaperubahankebijakanakuntansiharusdisajikanpadaLapor
anPerubahanEkuitasdandiungkapkandalam CALK.
PenyajianKembali
(restatement)
adalahperlakuanakuntansi
yang
dilakukanataspos-posdalamNeraca
yang
perludilakukanpenyajiankembalipadaawalperiodeketikaPemerintah Daerah
untukpertama kali akanmengimplementasikankebijakanakuntansi yang
barudarisemula basis KasMenujuAkrualmenjadi basis Akrualpenuh.
Penyajiankembalidiperlukanuntukpos-posNeraca
yang
kebijakannyabelummengikuti
basis
akrualpenuh.Karenauntukpenyusunanneracaketikapertama
disusundengan
basis
kali
akrual,
neracaakhirtahunperiodesebelumnyamasihmenggunakan
basis
KasMenujuAkrual (cash toward accrual).
Berdasarkanidentifikasiinimakaperludisajikankembaliantaralainuntukaku
nsebagaiberikut:
1. Piutang yang menampilkannilaiwajarsetelahdikurangipenyisihanpiutang;
2. Bebandibayardimuka,
sebelumnyadiakuiseluruhnyasebagaibelanja,
apabilamasihbelumdimanfaatkanseluruhnya,
makadisajikansebagaiakunbebandibayar
tersebuttidakdilakukanpenyesuaian
di
di
muka.
Hal
tahunsebelumnya,
olehkarenaituakuniniperludisajikankembali;
3. Persediaan,dipemerintahdaerahesensinyaadalahbebandibayar di muka.
Sehinggadapatdicatatsebagaiasetataubebanpadasaatperolehanawal.
Konsumsiatasbebandibayar
mukadalampersediaaniniharusdiakuisebagaibeban,
di
sementara
yang
masihbelumdikonsumsidiakuisebagaiasetpersediaan.
Akunpersediaaniniperludilakukanpenyajiankembalibilametodepenilaianp
ersediaanpadaperiodesebelumnyatidaksamadenganmetodepenilaianperse
diaansetelah basis akrualpenuh;
LAMPIRAN XVII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
UMUM
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai
keuangan
dan
transaksi-transaksi
yang
dilakukan
oleh
suatu
posisi
entitas
pelaporan.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu
basis akrual.
Entitas
pelaporan
yang
menyelenggarakan
akuntansi
berbasis
akrual,
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil
operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber daya.Laporan keuangan untuk tujuan
umum disusun dan
disajikan dengan basis akrual.
Untuk
memenuhi
tujuan
umum
ini,
laporan
keuangan
menyediakan
informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
1.
Aset;
2.
Kewajiban;
3.
Ekuitas;
4.
Pendapatan-LRA;
5.
Belanja;
6.
Transfer;
7.
Pembiayaan;
8.
Saldo anggaran lebih ;
9.
Pendapatan-LO;
10. Beban; dan
11. Arus kas.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
PERATURAN BUPATI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
NOMOR 9 TAHUN 2014
TENTANG
KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PADANG PARIAMAN,
Menimbang :
Mengingat
:
a.
Bahwa dalam rangka menindak lanjuti Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
danayat (5) Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten
Padang Pariaman perlu menetapkan Kebijakan Akuntansi
Berbasis Akrual di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Padang Pariaman;
b.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
hurup a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebijakan
Akuntansi Berbasis Akrual;
1.
Undang-Undang Nomor12 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1956 Nomor 25);
2.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
3.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
4.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelola dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tetang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negera
Republik Indonesia Nomor 4844);
7.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8.
Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah
danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, TambahanLembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
9.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Repbulik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Daerah (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3164);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005Nomor 48, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
15. PeraturanPemerintahNomor
56
Tahun
2005
tentangSistemInformasiKeuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, TambahanLembaran
NegaraRepublik
Indonesia
Nomor
4576)
sebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanPemerintahNomor
65
Tahun
2010tentangPerubahanAtasPeraturanPemerintahNomor
56 Tahun 2005 tentangSistemInformasiKeuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
16. PeraturanPemerintahNomor
58
Tahun
2005
tentangPengelolaanKeuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);
17. PeraturanPemerintahNomor
79
Tahun
2005
tentangPedomanPembinaandanPengawasanPenyelenggaraanPeme
rintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
18. PeraturanPemerintahNomor
8
Tahun
2006
tentangPelaporanKeuangandanKinerjaInstansiPemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
19. PeraturanPemerintahNomor
38
Tahun
2007
tentangPembagianUrusanPemerintahanantaraPemerintah,
Pemerintahan Daerah PropinsidanPemerintahanKabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
20. PeraturanPemerintahNomor
71
Tahun
2010
tentangStandarAkuntansiPemerintahan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, TambahanLembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5215);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5272);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5533);
24. Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 13 Tahun 2006 tentang
PedomanPengelolaan
Keuangan
Daerah
sebagaimanatelahdiubahbeberapa
kaliterakhirdenganPeraturanMenteriDalamNegeriNomor
21
Tahun
2011
tentangPerubahanKeduaAtasPeraturanMenteriDalamNegeriNomo
r 13 Tahun 2006 tentangPedomanPengelolaanKeuangan Daerah;
25. KeputusanMenteriKeuanganNomor
01/KM.12/2001
tentangPedomanKapitalisasiBarangMilik/Kekayaan
Negara
dalamSistemAkuntansiPemerintah;
26. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
17Tahun
2007tentangPedomanTeknisPengelolaanBarangMilik Daerah;
27. PeraturanMenteriDalam
Negeri
Nomor
21
Tahun2007
tentangPengelompokanKemampuanKeuanganDaerah,
Penganggaran
dan
PertanggungjawabanPenggunaanBelanjaPenunjangOperasionalPi
mpinanDewanPerwakilanRakyatDaerahserta
tata
cara
PengembalianTunjanganKomunikasiIntensif
dan
Dana
Operasional;
28. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
64
Tahun
2013
tentangPenerapanStandarAkuntansiPemerintahanBerbasisAkrual
padaPemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1425);
29
PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
1
tentangPembentukanProdukHukum Daerah
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
(
Tahun
Berita
2014
Negara
30. Peraturan Daerah Kabupaten Padang PariamanNomor 16 Tahun
2010 tentangPokokPokokPengelolaanKeuangan Daerah.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN
BUPATITENTANG
AKUNTANSIBERBASIS AKRUAL.
KEBIJAKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerintah Daerah
adalahBupatidanperangkatdaerahsebagaiunsurpenyelenggaraPeme
rintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman;
2.
Akuntansiadalah
proses
identifikasi,
pencatatan,
pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisarantransaksidankejadiankeuangan,
penyajianlaporansertapenginterpretasianatashasilnya;
3.
4.
KebijakanAkuntansiadalahprinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi,
aturan-aturandanpraktik-praktikspesifik
yang
dipiliholehsuatuentitaspelaporandalampenyusunandanpenyajianlap
orankeuangan.
4.Kebijakan......
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah adalah prinsip-prinsip,
dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-pratik
spesifik yang dipilih oleh pemerintah daerah sebagai pedoman
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
daerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan
dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan
terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.
5.
Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
6.
Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual yang selanjutnya
disingkat SAP Berbasis Akrual adalah Standar Akuntansi
Pemerintah yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan,
belanja
dan
pembiayaan
dalam
pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBD.
7.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat
SAPD
adalahrangkaiansistematikdariprosedur,
penyelenggara,
peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
organisasi pemerintah Daerah.
8.
Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalahdaftar
kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun
secara sistematis sebagai pedoman dalam pelaksanaan anggaran
dan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
9.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalahrencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
10. Basis Akrual adalahbasis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa
itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
11. Basis Kas adalahbasis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.
12. Pengakuan
adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria
pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi
sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan LRA, belanja, pembiayaan,
pendapatan-LO dan beban, sebagaimana akan dimuat pada
laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.
13. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan.
14. Pengungkapan......
14. Pengungkapan adalah laporan keuangan yang menyajikan secara
lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
15. Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat LRA adalah
laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA,
belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, pembiayaan dan sisa
lebih/kurang
pembiayaan
anggaran,
yang
masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
16. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya
disingkat LPSAL adalah laporan yang menyajikan informasi
kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari
SAL awal, SILPA/SIKPA, koreksi dan SAL akhir.
17. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset utang dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu.
18. Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO adalah laporan
yang menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercermin dalam pendapatan-LO,
beban dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang menyajikan disandingkan dengan periode sebelumnya.
19. Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah laporan
yang menyajikan informasi mengenai sumber, pengguna,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,
serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
20. Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat adalah
laporan yang menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas
yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan
ekuitas akhir.
21. Catatan atas laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CALK
adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau
daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam LRA, LPSAL, LO, LPE, Neraca dan LAK dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
22. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah perangkat daerah pada
pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran/pengguna barang dilingkungan Propinsi
Sumatera Barat.
23. Entitas
Akuntansi
adalah
unit
pemerintahan
pengguna
anggaran/pengguna barang yang wajib menyelenggarakan
akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabung pada
entitas pelaporan.
24. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu
atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
25. Pendapatan-LRA......
25. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
26. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
27. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
28. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
29. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya.
30. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Pasal 2
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman terdiri
dari prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan
praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh Pemerintah Daerah sebagai
pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan
keuangan dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.
Pasal 3
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman
dibangun atas dasar kebijakan umum akuntansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Padang Pariaman yang mengacu pada Kerangka Konseptual
Standar Akuntansi Pemerintah.
BAB III
SISTEMATIKA
(1)
Pasal 4
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten
Pariaman dengan sistematika sebagai berikut :
Padang
c.
Kebijakan Akuntansi 01 tentang Kebijakan Umum Akuntansi;
Kebijakan Akuntansi 02 tentang Pendapatan –LRA ;
c. Kebijakan.....
Kebijakan Akuntansi 03 tentang Pendapatan –LO ;
d.
Kebijakan Akuntansi 04 tentang Belanja dan Transfer ;
e.
Kebijakan Akuntansi 05 tentang Beban dan Transfer ;
f.
Kebijakan Akuntansi 06 tentang Pembiayaan ;
g.
Kebijakan Akuntansi 07 tentang Kas dan Setara Kas ;
h.
Kebijakan Akuntansi 08 tentang Piutang ;
i.
Kebijakan Akuntansi 09 tentang Persediaan ;
j.
Kebijakan Akuntansi 10 tentang Investasi ;
k.
Kebijakan Akuntansi 11 tentang Aset Tetap dan Penyusutan ;
l.
Kebijakan Akuntansi 12 tentang Dana Cadangan ;
a.
b.
m.
Kebijakan Akuntansi 13 tentang Aset Lainnya dan Amortasi ;
n.
Kebijakan Akuntansi 14 tentang Kewajiban ;
o.
Kebijakan Akuntansi 15 tentang Koreksi Kesalahan dan Perubahan
Kebijakan Akuntansi ;
p.
Kebijakan Akuntansi 16 tentang Penyajian Kembali (Restatement)
Neraca ;
q.
Kebijakan Akuntansi 17 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
(2)
Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam lampiran I sampai dengan lampiran XVII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 5
Penerapan Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bupati ini berlaku mulai Tahun Anggaran 2015.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati
Padang Pariaman Nomor 30 Tahun 2012 tentang Kebijakan
Akuntansi Kabupaten Padang Pariaman (Berita Daerah Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2012 Nomor 30), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 29
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Padang
Pariaman Nomor 30 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi
Kabupaten Padang Pariaman (Berita Daerah Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2013 Nomor 29), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Peraturan......
Pasal 7
Peraturan Bupati Padang Pariaman ini mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 2015.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Padang Pariaman.
Ditetapkan di
pada tanggal
Parit Malintang
28 Mei 2014
BUPATI PADANG PARIAMAN,
dto
ALI MUKHNI
Diundangkan di
padatanggal
Parit Malintang
28 Mei 2014
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PADANG PARIAMAN,
dto
JONPRIADI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2014 NOMOR 9
LAMPIRAN I
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI
I.
PENDAHULUAN
1. Tujuan
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Tujuan
kebijakan
akuntansi
adalah
mengatur
penyajian
laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)
dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik
terhadap anggaran, antar periode.
Tujuan khusus kebijakan akuntansi adalah memberikan acuan bagi :
a. Penyusun laporan keuangan dalam menyelesaikan permasalahan
akuntansi
yang
belum
diatur
dalam
Standar
Akuntansi
Pemerintahan;
b. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
c. Pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Ruang Lingkup
Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini mengatur
seluruh pertimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan
keuangan pemerintah daerah yang meliputi :
a. Tujuan kebijakan akuntansi, definisi dan pengertian;
b. Lingkungan akuntansi pemerintahan daerah;
c. Pengguna dan kebutuhan informasi pengguna;
d. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan;
e. Peranan
dan
tujuan
pelaporan
keuangan serta dasar hukum;
keuangan,
komponen
laporan
LAMPIRAN II
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANGKEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATANLAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)
A. UMUM
1. Definisi
DefinisiPendapatanLRAadalahsemuapenerimaanRekeningKasUmumDaerahyang
menambahSaldoAnggaranLebihdalamperiodetahunanggaran
bersangkutan
yang
yang
menjadihakpemerintah,
dantidakperludibayarkembaliolehpemerintah.
2. Klasifikasi
Pendapatandiklasifikasiberdasarkansumbernya,
secaragarisbesaradatigakelompokpendapatandaerahyaitu:
a. PendapatanAsli Daerah (PAD),
b. Pendapatan Transfer,
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah,
Dalam Bagan AkunStandar, Pendapatandiklasifikasikansebagaiberikut:
KodeAkun
Kelompok
4.
Pendapatan-LRA
4.1.
PendapatanAsli Daerah-LRA
Jenis
4.1.1.
Pajak Daerah-LRA
4.1.2.
Retribusi Daerah-LRA
4.1.3.
HasilPengelolaanKekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LRA
4.1.4.
4.2.
Lain-lain PAD yang Sah-LRA
Pendapatan Dana
Perimbangan/Pendapatan Transfer-LRA
4.2.1.
BagiHasil/DAU/DAK /Pendapatan
Transfer PemerintahPusat-LRA
4.2.2.
Pendapatan
PemerintahLainnya-LRA
4.2.3.
Pendapatan Transfer Pemerintah
Daerah Lainnya-LRA
4.2.4.
BantuanKeuangan-LRA
4.3.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahLRA
4.3.1.
PendapatanHibah-LRA
4.3.2.
Dana Darurat-LRA
4.3.3.
PendapatanLainnya-LRA
Transfer
LAMPIRAN III
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATANLAPORAN OPERASIONAL (LO)
A. UMUM
1. Definisi
Definisi Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai
penambah
ekuitas
dalam
periode
tahun
anggaran
yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2. Klasifikasi
Pendapatan-LO diklasifikasi berdasarkan sumbernya, secara garis besar
ada lima kelompok pendapatan daerah yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO,
b. Pendapatan Transfer-LO,
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah-LO,
d. Surplus Non Operasional-LO
e. Pendapatan Luar Biasa-LO
Dalam Bagan Akun Standar, Pendapatan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kode
Akun
8.
8.1.
8.1.1.
8.1.2.
8.1.3.
8.1.4.
8.2.
Kelompok
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah-LO
Pajak Daerah-LO
Retribusi Daerah-LO
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
Lain-lain PAD yang Sah-LO
Pendapatan Dana Perimbangan/Pendapatan
Transfer-LO
8.2.1.
8.2.2.
8.2.3.
8.2.4.
8.3.
8.3.1.
8.3.2.
8.3.3.
8.4.
8.4.1.
8.4.2.
Bagi Hasil/DAU/DAK /Pendapatan Transfer
Pemerintah Pusat-LO
Transfer Pemerintah Lainnya-LO
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya-LO
Bantuan Keuangan-LO
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah-LO
Hibah-LO
Dana Darurat-LO
Pendapatan Lainnya-LO
Surplus Non Operasional-LO
Surplus Penjualan Aset Non Lancar-LO
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka
Panjang-LO
Surplus dari Kegiatan Non Operasional
Lainnya-LO
8.4.3.
8.5.
8.5.1.
Jenis
Pendapatan Luar Biasa-LO
Pendapatan Luar Biasa-LO
LAMPIRAN IV
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA DAN TRANSFER
A. UMUM
1. Definisi
Belanjamerupakan
semua
pengeluaran
oleh
Bendahara
Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Ada beberapaperbedaanantaraBebandanBelanja, yaitu:
No
a.
b
c.
Beban dan Transfer
Belanja dan Transfer
Diukur dan diakui dengan basis
Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual
akuntansi kas
Merupakan unsur pembentuk
Merupakan unsur pembentuk
Laporan Operasional (LO)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Menggunakan Kode Akun 9
Menggunakan Kode Akun 5 dan 6
2. Klasifikasi
Belanja
diklasifikasikan
menurut
klasifikasi
ekonomi
adalah
pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk
melaksanakan suatu aktivitas
daerah yang meliputi belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial dan belanja tak terduga.
Sedangkan klasifikasi belanja berdasarkan organisasi adalah klasifikasi
berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Untuk pemerintah
daerah, seperti belanja sekretariat DPRD, belanja sekretariat daerah
kota, belanja dinas pemerintah kota, belanja kantor kota dan lembaga
teknis daerah kota.
Berikutadalahklasifikasibelanjadalam
LRA
dankewenanganatasbelanjatersebut:
Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman - Sumbar
Page 1
LAMPIRAN V
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN TRANSFER
A. UMUM
1. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
Ada beberapaperbedaanantaraBebandanBelanja, yaitu:
No
a.
b
c.
Beban dan Transfer
Belanja dan Transfer
Diukur dan diakui dengan basis
Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual
akuntansi kas
Merupakan unsur pembentuk
Merupakan unsur pembentuk
Laporan Operasional (LO)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Menggunakan Kode Akun 9
Menggunakan Kode Akun 5 dan 6
2. Klasifikasi
Beban diklasifikasi menurut klasifikasi ekonomi untuk pemerintah
daerah terdiri dari :
a. Beban Operasi – LO, terdiri dari : Beban Pegawai, Beban Barang dan
Jasa, Beban Bunga, Beban Subsidi, Beban Hibah, Beban Bantuan
Sosial, Beban Penyusutan (Aset Tetap)/Amortisasi, Beban Penyisihan
Piutang, Beban Lain-Lain;
b. Beban Transfer, terdiri dari : Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah,
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya, Beban Transfer
Bantuan
Keuangan
ke
Pemerintah
Daerah
Lainnya,
Bantuan
Keuangan ke Pemerintah Desa, Bantuan Keuangan Lainnya .
Berikutadalahklasifikasibebandankewenanganatasbebantersebut:
LAMPIRAN VI
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
A. UMUM
1. Definisi
BerdasarkanPeraturanPemerintahanNomor71Tahun2010,
pembiayaan(financing)
adalahseluruhtransaksikeuanganpemerintah,
baikpenerimaanmaupunpengeluaran,
yang
perludibayaratauakanditerimakembali,
yang
dalampenganggaranpemerintahterutamadimaksudkanuntukmenutupdef
isitdanataumemanfaatkan surplus anggaran.
PembiayaanterdiridariPenerimaanpembiayaanantaralaindapatberasaldari
pinjaman, danhasildivestasi. Sementara, pengeluaranpembiayaanantara
lain
digunakanuntukpembayarankembalipokokpinjaman,
pemberianpinjamankepadaentitaslain,
danpenyertaan
modal
olehpemerintah.Pembiayaanhanyadapatdilakukan
di
SatuanKerjaPengelolaKeuangan Daerah (SKPKD) dantidakdilakukanoleh
SKPD.
2. Klasifikasi
Pembiayaandiklasifikasikedalam
2
(dua)
bagian,
yaitupenerimaanpembiayaandanpengeluaranpembiayaan.Pospospembiayaanmenurut
PSAP
BerbasisAkrualdapatdijelaskansebagaiberikut:
a. PenerimaanPembiayaan
PenerimaanpembiayaanadalahsemuapenerimaanRekeningKasUmum
Daerah antara lain berasaldariPenggunaanSiLPAtahunsebelumnya,
pencairandanacadangan,
Dipisahkan,
HasilPenjualanKekayaan
PinjamanDalamNegeri,
PenerimaanKembaliInvestasi
Daerah
yang
PenerimaanKembaliPiutang,
Non
PermanenLainnya,
PinjamanLuarNegeridanPenerimaanUtangJangkaPanjangLainnya.
b. PengeluaranPembiayaan
PengeluaranpembiayaanadalahsemuapengeluaranRekeningKasUmu
m Negara/Daerah antara
Penyertaan
lain Pembentukan Dana
Modal/InvestasiPemerintah
PembayaranPokokPinjamanDalamNegeri,
Cadangan,
Daerah,
PemberianPinjaman
LAMPIRAN VII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS
A. UMUM
1. Definisi
Mengacu pada PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan
mendefinisikan kas sebagaiuangtunaidansaldosimpanan di bank yang
setiapsaatdapatdigunakanuntukmembiayaikegiatanpemerintah
daerahyang
sangatlikuid
yang
siapdijabarkan/dicairkanmenjadikassertabebasdaririsikoperubahannilai
yang
signifikan.KasjugameliputiseluruhUang
Yang
HarusDipertanggungjawabkan
(UYHD)
yangwajibdipertanggungjawabkandandilaporkandalamneraca.Saldosimp
anan
di
bank
yang
setiapsaatdapatditarikataudigunakanuntukmelakukanpembayaran.
Dalampengertiankasinijugatermasuksetarakas,yaituinvestasi
jangka
pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas serta bebas
dari
risiko
perubahan
nilai
yang
signifikan.
Setarakas
pada
pemerintahdaerah
ditujukanuntukmemenuhikebutuhankasjangkapendekatauuntuktujuanl
ainnya.Untukmemenuhipersyaratansetarakas,investasijangkapendekhar
ussegeradapatdiubahmenjadikasdalamjumlah
yang
dapatdiketahuitanpaadarisikoperubahannilai
yangsignifikan.Olehkarenaitu,
suatuinvestasidisebutsetarakaskalauinvestasidimaksudmempunyaimasa
jatuh tempo kurang dari 3 (tiga) bulandari tanggalperolehannya.
2. Klasifikasi
Kasdan setara kas pada pemerintahdaerah mencakupkas yang dikuasai,
dikeloladandibawahtanggungjawabbendaharaumumdaerah
dankas
yang
dikuasai,
dikeloladan
bawahtanggungjawabselainbendaharaumumdaerah,
bendahara
penerimaan,
(BUD)
bendaharapengeluarandanKas
di
misalnya
di
BLUD
sertaDeposito.
Kasdan
setara
kas
yang
dikuasaidandibawahtanggungjawabbendaharaumumdaerahterdiridari:
LAMPIRAN VIII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG
A. UMUM
1. Definisi
Piutangadalahhak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas
lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Hal ini senada dengan berbagai teori yang mengungkapkan
bahwa piutang adalah manfaat masa depan yang diakui pada saat ini.
Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang
kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya dimasa yangakan
datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau entitas lain.Nilai
penyisihan
piutang
tak
tertagih
tidak
bersifat
akumulatif
tetapi
diterapkan setiap akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas
piutang.
Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih
dihitung
berdasarkan
piutang,
dan
tergantung
kualitas
diterapkan
kondisi
dari
umur
dengan
piutang,
melakukan
jenis/karakteristik
modifikasi
debitornya.Mekanisme
tertentu
perhitungan
dan
penyisihan saldo piutang yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan
upaya untuk menilai kualitas piutang.
2. Klasifikasi
Piutang dilihat dari sisi peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang
dibagi atas:
a. Piutang Pendapatan Daerah
Timbulnya
piutang
di
lingkungan
pemerintahan
daerah
pada
umumnya terjadi karena adanya hak pemerintah daerah yang dapat
dinilai
dengan
uang
sebagai
akibat
pemerintah
daerah
telah
memberikan jasa atau produk atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
sehingga
timbul
tunggakan pendapatan daerah yang terdiri dari:
1) Piutang Pendapatan, yang berasal daritunggakan pungutan pajak
maupun retribusi, hasil kerjasama investasi dengan pihak ketiga,
serta karena transfer dari pemerintah pusat, provinsi maupun
pemerintah
daerah
lainnya
terdiri
dari
:
piutang
pajak
LAMPIRAN IX
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN
A. UMUM
1. Definisi
Persediaanadalah
aset
lancar
dalambentukbarangatauperlengkapan
yangdimaksudkanuntukmendukungkegiatanoperasionalpemerintahdaer
ah,
danbarang-barang
yang
dimaksudkanuntukdijualdan/ataudiserahkandalamrangkapelayanankep
adamasyarakat.
2. Klasifikasi
Persediaanmerupakanaset yang berupa:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah daerah, misalnya barang pakai habis
seperti alat tulis kantor dan sebagainya, Persediaan Bahan/Material
seperti Persediaan Bahan Baku Bangunan;
b. Bahan atau perlengkapan(supplies) yang akan digunakan dalam
proses produksi, misalnyabahan baku pembuatan alat-alat pertanian,
bahan baku pembuatan benih.
c. Barangdalam
proses
produksi
yang
dimaksudkanuntukdijualataudiserahkankepadamasyarakat,
misalnyaadalahalat-alatpertaniansetengahjadi,
benih
yang
belumcukupumur.
d. Persediaan Barang Lainnya seperti Persediaan Barang yang disimpan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan, misalnya adalah hewan dan bibit tanaman,
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Persediaan dikelompokkan dalam Bagan Akun Standar sebagai berikut
1. Persediaan Bahan Pakai Habis
- Persediaan Alat Tulis Kantor
- Persediaan Dokumen/Administrasi Tender
- Persediaan Alat Listrik dan elektronik ( lampu pijar, battery
- Persediaan Perangko, materai dan benda pos lainnya
- Persediaan Peralatan kebersihan dan bahan pembersih
- Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas
- Persediaan Isi tabung pemadam kebakaran
- Persediaan Isi tabung gas
LAMPIRAN X
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI
A. UMUM
1. Definisi
Investasi
merupakan aset
yang
dimaksudkan
untuk memperoleh
manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat
sosial,
sehingga
dapat
meningkatkan
kemampuan
pemerintah
daerahdalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
2. Klasifikasi
Investasi dikategorisasi berdasarkan jangka waktunya, yaitu investasi
jangka pendek dan investasi jangka panjang.
a. Investasi Jangka Pendek
Investasi
jangka
pendek
merupakan
investasi
yang
memiliki
karakteristik dapat segera diperjualbelikan/dicairkan dalam waktu 3
bulan sampai dengan 12 bulan.
Investasi
jangka
pendek
biasanya
digunakan
untuk
tujuan
manajemen kas dimana pemerintah daerah dapat menjual investasi
tersebut jika muncul kebutuhan akan kas. Investasi jangka pendek
biasanya berisiko rendah.
b. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang pencairannya
memiliki jangka waktu lebih dari 12 bulan.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifatnya, yaitu:
1. Investasi Nonpermanen
Investasi jangka panjang nonpermanen merupakan investasi
jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan atau suatu waktu akan dijual atau ditarik kembali.
2. Investasi Permanen
Investasi jangka panjang permanen merupakan investasi jangka
panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan
atau tidak untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali.
LAMPIRAN XI
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP DAN PENYUSUTAN
A. UMUM
1. Definisi
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari12 (duabelas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan, dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.
Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai
untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah daerah, seperti bahan
(materials) dan perlengkapan ( supplies ).
2. Klasifikasi
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah
sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Termasuk
dalam
klasifikasi
tanah
ini
adalah
tanah
yang
digunakan untuk pertanian, perkebunan, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi dan jaringan.
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan
dan
mesin
mencakup
mesin-mesin
dan
kendaraan
bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya
yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (duabelas)
bulan dan dalam kondisi siap pakai.
Peralatan dan mesin memiliki variasi terbanyak dalam kelompok aset
tetap. Peralatan dan mesin ini dapat berupa alat-alat besar, alatalat angkutan, alat bengkel, alat
kantor, alat rumah tangga, alat
kedokteran, alat komunikasi, dan lain sebagainya.
3. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
LAMPIRAN XII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI DANA CADANGAN
A. UMUM
1. Definisi
Mengacu pada PSAP 01 Paragraf 8, danacadanganmerupakan dana yang
disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif
besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya. Pembentukan
dana cadangan ini harus didasarkan perencanaan yang matang,
sehingga
jelas
tujuandanpengalokasiannya.
Untukpembentukandanacadanganharusditetapkandalamperaturandaera
h yang didalamnyamencakup:
a. Penetapantujuanpembentukandana cadangan;
b. Program dankegiatan yang akandibiayaidaridanacadangan;
c. Besarandanrinciantahunandanacadangan
harusdianggarkandanditransferkerekeningdanacadangan
yang
dalam
bentuk rekening tersendiri;
d. Sumberdana cadangan;dan
e. Tahun anggaranpelaksanaandanacadangan.
2. Klasifikasi
Dana
cadanganmasukkedalambagiandariaset.
Dana
cadangandapatdiklasifikasikanataudirincilagimenuruttujuanpembentuk
annyasebagaimanacontohdibawahini:
Dana Cadangan Dana Cadangan Pembangunan Jembatan
Dana Cadangan Pembangunan Gedung
Dana Cadangan Pembangunan Waduk
Dana Cadangan Penyelenggaraan Pilkada
Dana Cadangan Penyelenggaraan Pekan Olahraga
Nasional (PON)
Dana Cadangan Pembangunan Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD)
Dst….
LAMPIRAN XIII : PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA
A. UMUM
a. Definisi
Aset Lainnya merupakan aset pemerintah daerah yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap
dan dana cadangan.
Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.Termasuk
dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan
angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset
kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi
penggunaannya.
Layaknya sebuah aset, aset lainnya memiliki peranan yang cukup
penting bagi pemerintah daerah karena mampu memberikan manfaat
ekonomis dan jasa potensial (potential service) di masa depan. Berbagai
transaksi terkait aset lainnya seringkali memiliki tingkat materialitas
dan
kompleksitas
yang
cukup
signifikan
mempengaruhi
laporan
keuangan pemerintah daerah sehingga keakuratan dalam pencatatan
dan pelaporan menjadi suatu keharusan.Semua standar akuntansi
menempatkan aset lainnya sebagai aset yang penting dan memiliki
karakteristik tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun
pengungkapannya.
b. Klasifikasi
Dalam Bagan Akun Standar, aset lainnya diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kode
Akun
1.5.
1.5.1.
1.5.1.01.
1.5.1.02.
1.5.2.
1.5.2.01.
1.5.2.02.
1.5.2.03.
1.5.2.04.
Uraian
ASET LAINNYA
Tagihan Jangka Panjang
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Sewa
Kerjasama Pemanfaatan
Bangun Guna Serah
Bangun Serah Guna
Kewenangan
PPKD
PPKD
PPKD
PPKD
PPKD
PPKD
LAMPIRAN XIV : PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN
A. UMUM
1. Definisi
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
Kewajiban pemerintah daerah dapat
muncul
akibat
melakukan
pinjaman kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintahan, kewajiban kepada masyarakat, alokasi/realokasi
pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban kepada pemberi
jasa.Kewajiban bersifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum
sebagai
konsekuensi
atas
kontrak
atau
peraturan
perundang-
undangan.
2. Klasifikasi
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang
mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diselesaikan setelah
tanggal pelaporan.
Informasi
tentang
tanggal
jatuh
tempo
kewajiban
keuangan
bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas
pelaporan.Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti
utang pajak, utang ke pihak ketiga dan utang bunga juga bermanfaat
untuk
mengetahui
kewajiban
diklasifikasikan
sebagai
kewajiban
jangka pendek atau jangka panjang.
Pos-pos kewajiban antara lain:
a. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu paling lama 12 bulansetelahtanggalpelaporan.
Kewajiban jangka pendek dibagi menjadi :
1. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang merupakan utang
transfer pemerintah daerah yang terdiri dari:Utang Taspen,
Utang Iuran Jaminan Kesehatan, Utang PPh Pusat, Utang PPN
Pusat, Utang Taperum, Utang Iuran Wajib Pegawai, Utang
Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya, Utang Jaminan.
LAMPIRAN XV
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN DAN
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. KoreksiKesalahan
Koreksimerupakantindakanpembetulansecaraakuntansi
yang
agar
akun/pos
tersajidalamlaporankeuanganentitasmenjadisesuaidengan
seharusnya.Kesalahanmerupakanpenyajian
akun/pos
yang
yang
secara
signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi
laporan
keuangan
periode
berjalan
atau
periode
sebelumnya.Sehinggakoreksikesalahanmerupakantindakanuntukmembetu
lkankesalahanpeyajiandalamsuatuakun/pos.
KoreksikesalahandiungkapkanpadaCatatanatasLaporanKeuangan.
Ada
beberapapenyebabbisaterjadinyakesalahan.Antaralaindisebabkankarenaket
erlambatanpenyampaianbuktitransaksiolehpenggunaanggaran,
kesalahanhitung,
kesalahanpenerapanstandardanakuntansi,
dan
Kesalahanjugabisaditemukan
lain-lain.
di
kelalaian,
periode
yang
samasaatkesalahanitudibuat, namunbisa pula ditemukanpadaperiode di
masadepan.
Itulahsebabnyaakanadaperbedaanperlakuanterhadapbeberapakesalahante
rsebut.
a. Klasifikasi
Ditinjaudarisifatkejadiannya, kesalahandikelompokkanmenjadi 2 (dua)
jenis:
i. Kesalahantidakberulang
Kesalahantidakberulangmerupakankesalahan
yang
diharapkantidakakanterjadikembali.
Kesalahaninidikelompokkankembalimenjadi 2 (dua) jenis:
1) Kesalahantidakberulang yang terjadipadaperiodeberjalan;
2) Kesalahantidakberulang yang terjadipadaperiodesebelumnya.
ii. Kesalahanberulang
Kesalahanberulangmerupakankesalahan yang disebabkansifatalamiah
(normal)
darijenis-jenistransaksitertentu
diperkirakanakanterjadisecaraberulang.
yang
LAMPIRAN XVI
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA
A. DEFINISI
PSAP 10 – PeraturanPemerintahNomor 71 tahun 2010 paragraf 42
menyatakanbahwaperubahankebijakanakuntansiharusdisajikanpadaLapor
anPerubahanEkuitasdandiungkapkandalam CALK.
PenyajianKembali
(restatement)
adalahperlakuanakuntansi
yang
dilakukanataspos-posdalamNeraca
yang
perludilakukanpenyajiankembalipadaawalperiodeketikaPemerintah Daerah
untukpertama kali akanmengimplementasikankebijakanakuntansi yang
barudarisemula basis KasMenujuAkrualmenjadi basis Akrualpenuh.
Penyajiankembalidiperlukanuntukpos-posNeraca
yang
kebijakannyabelummengikuti
basis
akrualpenuh.Karenauntukpenyusunanneracaketikapertama
disusundengan
basis
kali
akrual,
neracaakhirtahunperiodesebelumnyamasihmenggunakan
basis
KasMenujuAkrual (cash toward accrual).
Berdasarkanidentifikasiinimakaperludisajikankembaliantaralainuntukaku
nsebagaiberikut:
1. Piutang yang menampilkannilaiwajarsetelahdikurangipenyisihanpiutang;
2. Bebandibayardimuka,
sebelumnyadiakuiseluruhnyasebagaibelanja,
apabilamasihbelumdimanfaatkanseluruhnya,
makadisajikansebagaiakunbebandibayar
tersebuttidakdilakukanpenyesuaian
di
di
muka.
Hal
tahunsebelumnya,
olehkarenaituakuniniperludisajikankembali;
3. Persediaan,dipemerintahdaerahesensinyaadalahbebandibayar di muka.
Sehinggadapatdicatatsebagaiasetataubebanpadasaatperolehanawal.
Konsumsiatasbebandibayar
mukadalampersediaaniniharusdiakuisebagaibeban,
di
sementara
yang
masihbelumdikonsumsidiakuisebagaiasetpersediaan.
Akunpersediaaniniperludilakukanpenyajiankembalibilametodepenilaianp
ersediaanpadaperiodesebelumnyatidaksamadenganmetodepenilaianperse
diaansetelah basis akrualpenuh;
LAMPIRAN XVII
: PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN
NOMOR
: 09 TAHUN 2014
TANGGAL :
MEI 2014
TENTANG
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
UMUM
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai
keuangan
dan
transaksi-transaksi
yang
dilakukan
oleh
suatu
posisi
entitas
pelaporan.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu
basis akrual.
Entitas
pelaporan
yang
menyelenggarakan
akuntansi
berbasis
akrual,
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil
operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber daya.Laporan keuangan untuk tujuan
umum disusun dan
disajikan dengan basis akrual.
Untuk
memenuhi
tujuan
umum
ini,
laporan
keuangan
menyediakan
informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
1.
Aset;
2.
Kewajiban;
3.
Ekuitas;
4.
Pendapatan-LRA;
5.
Belanja;
6.
Transfer;
7.
Pembiayaan;
8.
Saldo anggaran lebih ;
9.
Pendapatan-LO;
10. Beban; dan
11. Arus kas.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk