this file 354 620 1 SM

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL, KEPUASAN
KERJA, DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU

Oleh : H. Matori *

ABSTRAK
Setiap guru wajib menunjukkan kinerjanya melalui optimalisasi tugas pokok guru
merencanakan program, melaksanakan program pengajaran, dan melaksanakan
hubungan pribadi siswa. Apabila ketiga hal tersebut dapat dilakukan guru maka akan
meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru mempunyai kedudukan yang penting dalam
rangka peningkatan dan pengendalian mutu pendidikan. Tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah: 1) untuk mengetahui kontribusi kompetensi profesional terhadap
kinerja guru; 2) untuk mengetahui kontribusi kepuasan kerja terhadap kinerja guru;
3) untuk mengetahui kontribusi motivasi terhadap kinerja guru; dan 4) untuk
mengetahui kontribusi kompetensi profesional, kepuasan kerja, dan motivasi
terhadap kinerja guru secara bersama-sama.
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah guru sejumlah sebanyak 73 guru dari 12 sekolah MI seKecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, dengan sampel yang digunakan sebesar
62 orang responden menggunakan teknik teknik simple random sampling. Alat
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji asumsi klasik..
Kata kunci: kompetensi profesional, kepuasan kerja, motivasi kerja, dan kinerja guru


A. Pendahuluan

menjadikan

rendahnya

kinerja

guru,

di

Data Balitbang 2004 menyebutkan, persentase

antaranya

guru yang tidak layak mengajar masih tinggi.

memadainya kesejahteraan dan perlindungan


Jumlah terbanyak ditemukan pada jenjang

terhadap mereka. "Di samping itu, faktor

sekolah dasar (SD), yaitu sebanyak 609.217

penghargaan kepada pendidik yang berprestasi

orang atau sekitar 49,3% dari tenaga pendidik

dan berdedikasi juga masih minim. Itu

yang ada. Ketidaklayakan tersebut, salah satu

membuat tenaga pendidik kurang termotivasi,"

faktornya adalah kinerja guru yang kurang

tandasnya.


optimal. Menurut Djali, banyak hal yang

Educational Statistics in Brief in Indonesian,

berkait

Data

erat

yang

dengan

terdapat

kurang

dalam


Ministry

of

menunjukkan

National
adanya

Education
kesenjangan

juga

tampil di abad pengetahuan (abad 21) adalah

antara

guru yang benar-benar profesional yang


Undang-Undang (UU) 14/ 2005 dengan realita
di lapangan. UU tersebut menjelaskan tentang

mampu mengantisipasi tantangan-tantangan
dalam dunia pendidikan (Hasan dalam artikel
pendidikan nework 2003).

guru, dosen, dan Peraturan Pemerintah (PP) RI
19/2005 berkaitan dengan standar nasional

Data di atas sesuai dengan

pendidikan. Kenyataan di lapangan, masih

lapangan,

banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi

masih menganggap profesi guru MI rendahan


sarjana (S1). Dari sebanyak 3.014.750 tenaga

disebabkan: 1) masih adanya pandangan

pendidik -mulai tingkat TK hingga perguruan

bahwa siapapun dapat menjadi guru MI

tinggi- di Indonesia, menurut Djali, sekitar

asalkan mau; 2) faktor kekurangan guru MI di

58,35 % belum memenuhi standar kualifikasi

daerah terpencil memberi peluang untuk

sarjana. Jumlah tenaga pendidik yang belum

mengangkat


memenuhi kualifikasi sarjana, paling banyak

keahlian untuk menjadi guru; 3) banyak guru

ditemukan pada jenjang pendidikan SD/MI.

MI yang belum menghargai profesinya; 4)

Untuk jenjang itu, jumlah guru SD/MI yang

perasaan rendah diri karena menjadi guru MI;

belum memenuhi standar sarjana sebanyak

5) anggapan terjadi penyalahgunaan profesi

1.256.245 atau sekitar 91,06%. "Selain itu,

untuk kepuasaan dan kepentingan pribadi


masih banyak juga guru yang mengajar tidak

apabila guru MI melanjutkan pendidikannya.

sesuai dengan keahliannya," tegas dia (Harian

Banyak
kurang

faktor

yang

profesionalismenya

menyebabkan
seorang

guru,


sehingga pemerintah berupaya agar guru yang

pandangan

seorang

yang

masyarakat

tidak

punya

Kinerja guru mempunyai kedudukan yang
penting

Suara Merdeka, 25 Juli 2006).


dimana

realita di

dalam

rangka

peningkatan

dan

pengendalian mutu pendidikan. Guru dituntut
untuk dapat menjadi profesional. Setiap guru wajib
menunjukkan kinerjanya melalui optimalisasi tugas

pokok guru merencanakan program, melaksanakan

Bagaimana sosok guru yang ideal?


program pengajaran, dan melaksanakan hubungan

Jawabnya bisa bermacam-macam, tergantung

pribadi siswa. Apabila ketiga hal tersebut dapat

dari sudut mana memandangnya. Secara

dilakukan

guru

kinerjanya.
rendahnya

maka

Faktor

lain

profesionalisme

akan

meningkatkan

yang

menyebabkan

guru

antara

konseptual guru yang diharapkan adalah sosok
guru yang ideal yang diidamkan oleh setiap

lain

pihak yang terkait. Dari sudut siswa, guru
disebabkan oleh; (1) masih banyak guru yang tidak

ideal adalah guru yang bisa tampil sebagai
menekuni

profesinya

secara

utuh.

Hal

ini

disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja di luar
jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup

sumber motivasi belajar, sumber keteladanan,
ramah dan penuh kasih sayang. Dari sudut

sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan

orang tua, guru yang diharapkan adalah sosok

untuk meningkatkan diri, baik membaca, menulis,

yang dapat menjadi mitra pendidik bagi siswa.

apalagi membuka internet; (2) belum adanya

Orang tua mengidamkan guru menjadi orang

standar professional guru sebagaimana tuntutan di

tua kedua di sekolah. Pihak pemerintah

Negara-negara maju; (3) kemungkinan disebabkan

menuntut

oleh

adanya

perguruan

tinggi

swasta

yang

mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa

agar

proporsional

guru

sebagai

profesional
unsur

dan

penunjang

kebijakan pemerintah terutama di bidang

memperhitungkan outputnya kelak di lapangan,

pendidikan.

Dari

sudut

budaya,

guru

sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak

merupakan subjek yang berperan dalam proses
patuh terhadap etika profesinya; (4) kurangnya
motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri
karena

guru

tidak

dituntut

untuk

meneliti

pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya dalam pelestarian nilai-

sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di

nilai

budaya.

perguruan tinggi (Mulyasa, 2007: 10).

diharapkan

Secara

adalah

ideal

guru

guru

yang

yang

memiliki

keberdayaan mewujudkan kinerja yang dapat
mewujudkan fungsi dan peranannya secara

optimal.

Perwujudan

tercermin

melalui

tersebut

terutama

keunggulannya

dalam

(Harian Umum Suara Merdeka, 25 Nopember
2005).

mengajar, hubungan dengan siswa, hubungan
sesama

guru,

keterampilan

pihak

lain,

sikap

profesionalnya.

dan

Paradigma baru dalam pendidikan di
sekolah

mengisyaratkan

aktualisasi

Semua

keunggulan kemampuan manusia yang kini

terwujud

apabila

masih terpendam. Pendidikan mengacu kepada

yang

meliputi

perkembangan dan keterwujudan kemampuan

kompetensi intelektual, sosial, pribadi, moral-

manusia sepanjang hayat yang berhak dan

spiritual, fisik, dan sebagainya. Dari sudut

mampu memilih berbagai peran dalam meraih

pandang

peluang

penampilan

itu

didukung

kompetensi

guru

mengharapkan

dapat

itu

sendiri,

pengakuan

partisipasi

dalam

kehidupan.

insan

Pendidikan mengupayakan pemberdayaan dan

pendidikan dan diberi peluang mewujudkan

pengembangan segenap potensi individu pada

otonomi pedagogisnya secara profesional.

setiap tahap perkembangan, berperan aktif

Dalam mewujudkan otonomi pedagogisnya,

dalam

guru mengharapkan memperoleh kesempatan

Pendidikan

akan

mewujudkan

meningkatkan

perkembangan

kinerja

sebagai

mereka

pribadi

dan

pembentukan

dan

manusia

produktif.

melengkapi

dan

kemampuan

profesionalnya melalui pemberdayaan diri

intelektual

secara kreatif. Guru juga mengharapkan

pengembangan nilai dan sikap. Guru adalah

memperoleh perlakuan wajar dan adil sesuai

orang yang profesional, artinya secara formal

hak dan martabatnya. Guru mengharapkan

mereka disiapkan oleh lembaga atau institusi

hak-haknya sebagai insan pendidikan yang

pendidikan yang berwenang. Mereka dididik

berupa kesejahteraan pribadi dan profesional

secara khusus memperoleh kompetensi sebagai

yang meliputi imbal jasa, rasa aman, kondisi

guru,

kerja kondusif, dan kepastian jenjang karier

keterampilan, kepribadian, serta pengalaman

yaitu

keterampilan

meliputi

dengan

pengetahuan,

dalam

bidang

pendidikan.

Kompetensi

satunya

adalah

pengembangan

kemampuan

mengacu kepada kemampuan menjalankan

profesional guru untuk meningkatkan kinerja dari

tugas-tugas

para guru itu sendiri. Guru MI mempunyai peranan

mandiri.

pelayanan
Kemampuan

pendidikan
yang

secara

dimaksud

berbentuk perbuatan nampak, yang dapat

yang penting dan merupakan kunci pokok bagi
keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Untuk
itu kemampuan profesionalisme guru MI perlu

diamati, dan dapat diukur. Perbuatan yang
ditingkatkan dan dikembangkan dengan berbagai

nampak tersebut didasari antara lain oleh
upaya antara lain melalui pendidikan, pelatihan

pengetahuan, asas, konsep, prosedur, teknik,
keputusan, pertimbangan, wawasan, sikap

dan pembinaan teknis yang dilakukan secara
berkesinambungan

di

Madrasah

dan

wadah

serta sifat-sifat pribadi. Guru di dalam

pembinaan profesional seperti Kelompok Kerja

menjalankan

Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Madrasah

tugasnya

akan

baik

bila

didasarkan pada kompetensi, yaitu berbagai

(KKKM)

dan

Kelompok

kemampuan yang harus dikuasai.

Madrasah Ibtidayah (KKPS).

Kerja

Pengawas

Berbicara mengenai kualitas sumber daya

Peningkatan kinerja tidak lepas juga dari

manusia, pendidikan memegang peran yang sangat

faktor-faktor yang berada dalam lingkungan kerja

penting dalam proses peningkatan kualitas sumber

(sekolah tempat bekerja) guru serta dari diri guru

daya manusia. Berbagai upaya yang dilakukan

itu

pemerintah

kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja,

pendidikan

untuk
belum

meningkatkan
menunjukkan

kualitas

hasil

yang

sendiri

seperti

kompetensi

profesional,

budaya organisasi, kepuasan kerja guru, maupun

menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan

motivasi kerja guru,

dalam implementasinya di lapangan (Mulyasa,

lainnya yang berpengaruh terhadap kinerja guru.

2007: 6).

Diantara faktor-faktor tersebut, perlu dikaji apakah

serta masih bayak faktor

Sebagai usaha dasar guna mengutamakan

kompetensi profesional, kepuasan kerja, dan

mutu pendidikan di Madrasah Ibtidayah (MI) salah

motivasi kerja mempengaruhi kinerja guru demi
tercapainya

tujuan

organisasi.

Para

guru

membentuk suatu persepsi subyektif keseluruhan

peneliti dalam penelitian mengambil judul

mengenai organisasi berdasarkan pada faktor-

“Kontribusi

faktor seperti resiko, tekanan pada tim, dan

Kepuasan Kerja, dan

dukungan orang.

Kompetensi

Profesional,

Motivasi Terhadap

Kinerja Guru (Mi) di Kecamatan Ambarawa

Rendahnya kinerja guru serig dikaitkan juga

Kabupaten Semarang”.

dengan kepuasan kerja, dalam hal ini kepuasan
kerja guru. Karena guru masih merupakan faktor
yang

dominan

dan

sangat

penting

B. Pembatasan Masalah

dalam

pendidikan formal pada umumnya, sehingga
kepuasan kerja guru langsung mempengaruhi mutu
pendidikan. Apabila kepuasan kerja guru rendah
maka akan berakibat rendahnya juga kinerja.

Pembatasan
kemukakan

masalah

sebagai

perlu

penulis

rambu-rambu

dalan

pembahasan:
1. Responden yang diteliti adalah guru-guru yang

Motivasi adalah serangkaian sikap dan

terlibat langsung dalam kegiatan proses belajar
mengajar yang berhadapan dengan peserta

nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk
didik.

mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
2. Penulis hanya meneliti permasalahan yang

tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut
merupakan
memberikan

suatu

yang

kekuatan

invisible

untuk

yang

mendorong

individu bertingkah laku dalam mencapai
tujuan (Rivai, 2004: 454). Dengan rendahnya
motivasi guru maka akan berimbas terhadap
kinerjanya yang akan redah juga.
Berdasarkan

latar

terkait dengan variabel kompetensi profesional,
kepuasan kerja, motivasi dan kinerja guru
responden

di

MI

kecamatan

Ambarawa

Kabupaten Semarang.
C. Kinerja Guru
Masalah kinerja selalu mendapat perhatian
dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan

belakang

permasalahan yang terurai di atas, maka

produktivitas lembaga atau organisasi. Kinerja
merupakan

indikator

dalam

menentukan

bagaimana

usaha

untuk

mencapai

tingkat

1. Perbuatan,

pelaksanaan

pekerjaan,

prestasi

produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.

kerja, pelaksanaan pekerjaan yang berdaya

Kinerja (performance) berasal dari kata “to

guna;

perform” yang mempunyai beberapa pengertian
(The Scribner Bantam English Dictionary, 1997
dalam Sedarmayanti, 2007: 259):

2. Pencapaian/ prestasi seseorang yang berkenaan
dengan tugas yang diberikan kepadanya;
3. Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses
manajemen

atau

suatu

organisasi

secara

1. Melakukan, menjalankan, melaksanakan;
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus
2. Memenuhi atau menjalankan kewajiban sebuah
dapat ditunjukan buktinya secara konkrit dan
nazar;
dapat diukur (dibandingkan dengan standar
3. Menggambarkan suatu karakter dalam suatu
yang telah ditentukan);
permainan;
4. Performance is defined as the record of
4. Menggambarkannya dengan suara atau

alat
outcomes produced on a specific job

musik;
function or activity during a specific time
5. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung
period (Benardian, John H & Joyce E. A.
jawab;
Russell, 1993: 379 dalam Sedarmayanti,
6. Melakukan

suatu

kegiatan

dalam

suatu
2007: 260). (Kinerja didefinisikan sebagai

permainan;
catatan mengenai outcome yang dihasilkan
7. Memainkan (pertunjukan) musik;
dari suatu aktivitas tertendu, selam kurun
8. Melakukan

suatu

yang

diharapkan

oleh
waktu tertentu pula);

seseorang atau mesin.
Arti kata performance merupakan kata
benda (noun) dimana salah satu arti adalah “thing
done” (suatu hasil yang telah dikerjakan). Kinerja
terjemahan

dari “performance” (Sedarmayanti,

5. Hasil

kerja

yang

dapat

dicapai

oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggungjawab masing-masing, dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi

2007: 259), berarti:
bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral maupun

untuk

etika.

mengatasi

Kinerja dikenal juga dengan prestasi kerja.

proses pembelajaran. Kinerja guru ditunjukkan

Prestasi kerja ialah hasil pekerjaan, apakah sudah

pada kegiatan merencanakan, melaksanakan dan

sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya

menilai proses pembelajaran.

meningkatkan

efektivitas

persoalan-persoalan

mengajarnya,
praktis

dalam

dan apakah sudah tepat penyelesaiannya dengan
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di
alokasi waktu dan standarisasi lainnya yang sudah
tingkat operasional, guru merupakan penentu
ditentukan, apakah hasil pekerjaan-pekerjaan ini
keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya. Guru
sudah memenuhi akuntabilitas dan efisiensi dalam
mempunyai peran yang sangat penting dan
bekerja (Pidarta, 2004: 135).
menentukan keberhasilan belajar siswa, maka guru
Jika kinerja adalah kuantitas dan kualitas

merupakan faktor khusus dan perlu mendapat

pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, maka

sorotan secara khusus pula. Guru mempunyai

kinerja merupakan output pelaksanaan tugas. Dari

posisi strategis dalam upaya peningkatan kualitas

batasan-batasan di atas, jelaslah bahwa yang

pembelajaran. Sejalan dengan tugas utamanya

dimaksud dengan kinerja adalah hasil atau prestasi

sebagai pendidik di sekolah, guru melaksanakan

kerja yang dicapai seseorang menurut ukuran yang

tugas-tugas dalam bimbingan, pengajaran dan

berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

pelatihan. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan

Tingkat

upaya

keberhasilan

seseorang

di

dalam

pengembangan

peserta

didik

melalui

melaksanakan tugas pekerjaannya dinamakan level

keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan

of performance. Orang yang level of performance-

yang

nya tinggi dikatakan produktif, sedang orang yang

membimbing.

kondusif,

mengajar,

melatih

dan

level of performance-nya rendah dikatakan tidak
Berdasarkan

uraian

di

atas,

dapat

produktif.
disimpulkan bahwa kinerja guru atau prestasi kerja
Selanjutnya tentang kinerja guru, Jalal

guru merupakan gambaran hasil kerja seorang guru

(2001: 293) menjelaskan adalah kemampuan guru

dalam melaksanakan tugasnya yang didasarkan

pada tanggung jawab professional yang tercermin

dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance

pada out put yang dihasilkan baik kuantitas

management). Dalam mengembangkan manajemen

maupun kualitasnya. Kualitas hasil kerja mengacu

kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun

pada kepuasan sebagai perwujudan terpenuhinya

harapan yang jelas serta pemahaman tentang fungsi

harapan orang lain terhadap pekerjaan yang telah

kerja esensial yang diharapkan dari para guru

diselesaikan.

pekerjaan

yaitu: (1) Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru

volume/kapasitas

bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah dan

Kuantitas

menggambarkan

hasil

tentang

pekerjaan yang telah diselesaikan.

bagaimana guru melakukan pekerjaan dengan baik;
(2) Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja

Kinerja guru ditunjukkan adanya berbagai
sama

untuk

mempertahankan,

memperbaiki,

kemampuan yang melekat pada pribadi guru dalam
maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah
pelaksanaan proses pembelajaran. Kinerja tersebut
ditunjukkan dalam beberapa kriteria, yaitu quality
of work, promptness, initiative, capability, and
communication (Mitchell dalam Mulyasa, 2007:

ada sekarang; (3) Bagaimana prestasi kerja akan
diukur; (4) Mengenali berbagai hambatan kinerja
dan berupaya menyingkirkannya.

125). Jadi ada lima aspek yang dapat digunakan

Manajemen kinerja diantaranya meliputi

untuk mengukur kinerja, yaitu: 1) kualitas kerja, 2)

perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang

ketepatan, 3) inisiatif, 4) kemampuan, dan 5)

berkesinambungan

komunikasi.

bahwa

Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di

peningkatan kinerja guru dapat dilakukan dengan

mana guru dan kepala sekolah bekerja sama

adanya

untuk

merencanakan apa yang harus dikerjakan guru

melaksanakan tugasnya secara profesional dan

pada tahun mendatang, menentukan bagaimana

peningkatan kinerja guru perlu diarahkan pada

kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan

proses belajar mengajar.

cara

Hal

ini

kesungguhan

menunjukkan

setiap

guru

mengatasi

dan

kendala,

evaluasi

serta

kinerja.

mencapai

pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
Agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan
dan mencapai standar yang telah ditetapkan, maka

Berkaitan dengan penilaian kerja Bacal

Berdasarkan uraian di atas, sasaran

(2001: 116) membahas tiga metode penilaian

penilaian kinerja guru adalah untuk membuat

kinerja, yaitu sistem penilaian, sistem perangkat,

guru yang dinilai memandang diri mereka

dan

sendiri

berdasarkan

tujuan.

Sistem

penilaian

seperti

apa

adanya,

mengenali

dideskripsikan sebagai “buku rapor tempat kerja”

kebutuhan perbaikan kinerja kerja, dan untuk

hampir serupa yang digunakan guru-guru di

berperan

sekolah terhadap murid-muridnya. Sistem ini

perbaikan kerja.

serta

dalam

membuat

rencana

terdiri dari dua bagian, yaitu suatu daftar
Penilaian terhadap kinerja guru difokuskan
karakteristik, bidang ataupun perilaku yang akan
pada usaha untuk meningkatkan kinerja mereka.
dinilai dan sebuah skala tertentu ataupun cara lain
Karena itu tiap guru hendaknya mempunyai uraian
untuk menunjukkan tingkat kinerja dari tiap
tugas

yang jelas. Hal penting yang

harus

halnya.
diperhatikan

dalam

penilaian

adalah:

(a)

Sistem peringkat meliputi membandingkan

Pengetahuan dan pemahaman tentang bidang studi

orang satu sama lain dan menentukan apakah

(mata pelajaran) yang diajarkan, (b) Keterampilan

seseorang lebih baik, setara ataupun kurang baik

menyampaikan

dibandingkan rekan sekerjanya. Hal ini dilakukan

pembelajaran di kelas (termasuk disiplin), (d)

berdasarkan suatu kriteria yang sudah ditentukan

Hubungan

sebelumnya. Sedangkan penilaian berdasarkan

masyarakat, (e) ketepatan waktu, (f) Perilaku

pada

seseorang

umum, (g) Kesediaan memberikan kontribusi

berdasarkan standar atau target yang dirundingkan

untuk aspek-aspek kehidupan sekolah yang lebih

secara perseorangan. Sasaran dan standar yang

besar, (h) Mutu kepemimpinan dan, (i) Potensi

ditetapkan semasa perencanaan kinerja itu ditulis

kenaikan tingkat (promosi). Semua ini akan dapat

untuk dapat diukur secara objektif. Sasaran dan

diamati dan diukur dari: (1) merencanakan

standar itu ditetapkan secara perseorangan agar

rancangan

memiliki fleksibilitas yang mencerminkan tingkat

pengelolaan pembelajaran, (3) membina hubungan

tujuan

mengukur

kinerja

perkembangan serta kemampuan setiap karyawan.

pelajaran,

dengan

siswa,

pembelajaran,

(c)

orang

(2)

Pengaturan

tua

dan

melakukan

dengan

siswa dan, (4)

melakukan

evaluasi

pembelajaran (Mulyasa, 2007: 114).

14). Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat
menuntut ketentuan hukum.

Berdasarkan kajian tersebut maka peneliti

Adapun

mengambil indikator kinerja guru adalah: (1)

competency)

merencanakan
melakukan

rancangan
pengelolaan

the

pembelajaran,

(2)

responsibibly

pembelajaran,

(3)

appropriately.

(4)

kemampuan

membina hubungan dengan

siswa dan,

melakukan evaluasi pembelajaran.

kompetensi
ability

perform

of

has

Kompetensi
dan

melaksanakan

guru
a

(teacher
teacher

or

her

guru

kewenangan

to

duties

merupakan
guru

kewajiban-kewajiban

dalam
secara

bertanggung jawab dan layak.
Dengan

gambaran

pengertian

tersebut,

D. Kompetensi Profesional
dapatlah
Descriptive of qualitative nature or teacher

disimpulkan

bahwa

kompetensi

merupakan kemampuaan dan kewenangan guru

behavior appears to be entirely meaningful (Broke

dalam

and Stone, 1975 dalam Usman, 2005). Kompetensi

Selanjutnya beralih pada “profesional” yang berarti

merupakan

dari

a vocation an wich professional knowlwdge of

berarti.

some department a learning science is used in its

performancewich

applications to the of orther or in the practice of

perilaku

gambaran

guru

Competency

yang

as

a

hakikat

kualitatif

tampak

sangat

rational

satisfactorily meets the objective for a desired

melaksanakan

profesi

keguruannya.

an art found it.

condition (Charles E Johnson, 1974 dalam Usman,
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan
2005: 14).
bahwa suatu pekerjaan yang bersifat professional
Kompetensi

merupakan

perilaku

yang

memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara

mencapai

tujuan

yang

sengaja

kondisi

yang

diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar

diharapkan. The state of legally competent or

pengertian ini, ternyata pekerjaan professional

qualified (Mc. Leod, 1989 dalam Usman, 2005:

berbeda dengan pekerjaan lainnya karena suatu

rasional

untuk

dipersyaratkan

sesuai

dengan

harus

dipelajari

dan

kemudian

profesi memerlukan kemampuan dan keahlian

diberikan

khusus dalam melaksanakan profesinya (Usman,

berdasarkan rumpun MIPA, IPS, Bahasa, SD, dan

2005: 14).

TK (Trianto dan Tutik, 2007: 85).

Profesi
dilandasi

adalah

bidang

pendidikan

pekerjaan

keahlian

yang

(ketrampilan,

E.

contoh

beberapa

bidang

studi

Ruang Lingkup Kompetensi
Profesional

kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Professional
Dari berbagai sumber yang membahas
adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2)
tentang kompetesi guru, secara umum dapat
memerlukan

kepandaian

khusus

untuk
diidentifikasikan dan disarikan tentang ruang

menjalankannya, dan (3) mengharuskan adanya
lingkup kompetensi guru sebagai berikut.
pembayaran untuk melakukannya (Moeliono, 1988
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan

dalam Nurdin, 2005: 13).

kependidikan baik filosofi, psikologis, dan
Kompetensi

profesional

merupakan
sebagainya;

kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori
materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
belajar sesuai taraf perkembangan peserta
mendalam yang mencakup penguasaan substansi
didik;
isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
c. Mampu menangani dan mengembangkan
substansi

keilmuan

yang

menaungi

materi
bidang studi yang menjadi tanggung

kurikulum tersebut, serta menambah wawasan
jawab;
keilmuan sebagai guru. Secara rinci masingd. Mengerti dan dapat menerapkan metode
masing elemen kompetensi tersebut memiliki
pembelajaran yang bervariasi;
subkompetensi dan indikator esensial. Mengingat
e. Mampu

mengembangkan

dan

jumlah bidang studi mulai dari jenjang pendidikan
menggunakan alat, media dan sumber
Taman

Kanak-Kanak/

pendidikan

usia

dini,
belajar yang relevan;

pendidikan dasar, dan menengah (SMA dan SMK)
f. Mampu

mengorganisasikan

cukup banyak dan bervariasi, maka uraian berikut
melaksanakan program pembelajaran;

dan

g. Mampu

melaksanakan

evaluasi

hasil

belajar peserta didik;

seorang guru, yaitu memiliki pengetahuan yang
dalam tentang materi pelajaran yang menjadi

h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta
didik (Mulyasa, 2007: 135).

tanggung jawabnya. Selain itu, mempunyai
pengetahuan tentang perkembangan peserta

Kompetensi profesional seorang guru adalah
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh

didik serta kemampuan untuk memperlakukan
mereka secara individual.

seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
2. Kompetensi Sosial
mengajarnya

dengan

berhasil.

Hamzah

Uno
Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk

(2007,18-19) menyebutkan bahwa:
sosial dan makhluk etis, ia harus dapat
Kompetensi

yang

oleh

memperlakukan peserta didiknya secara wajar

seorang guru, terdiri dari 3 (tiga), yaitu kompetensi

dan bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi

pribadi,

kompetensi

pada diri masing-masing peserta didik. Ia harus

profesional. Keberhasilan guru dalam menjalankan

memahami dan menerapkan prinsip belajar

profesinya

humanistik

kompetensi

sangat

harus

sosial,

dimiliki

dan

ditentukan oleh ketiganya

dengan penekanan pada kemampuan mengajar:

keberhasilan

yang
belajar

beranggapan

bahwa

ditentukan

oleh

kemampuan yang ada pada diri peserta didik
1. Kompetensi Pribadi
tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani
Berdasarkan kodrat manusia sebagai
mereka sesuai kebutuhan mereka masingmakhluk individu dan sebagai makhluk Tuhan.
masing. Kompetensi sosial

yang dimiliki

Ia wajib mengauasai pengetahuan yang akan
seorang guru adalah menyangkut kemampuan
diajarkannya kepada peserta didik secara benar
berkomunikasi

dengan

peserta

didik

dan

dan bertanggung jawab. Ia harus memiliki
lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga,
pengetahuan

penunjang

tentang

kondisi
dan sesama teman)

fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari para
peserta didik yang dihadapinya. Beberapa
kompetensi pribadi yang semestinya ada pada

3. Kompetensi Profesional Mengajar

Berdasarkan peran guru sebagai pengelola
proses

pembelajaran,

harus

1)

memiliki

kemampuan:
a.

Merencanakan sistem pembelajaran;

b.

Melaksanakan sistem pembelajaran;

c.

Mengevaluasi sistem pembelajaran;

d.

Mengembangkan sistem pembelajaran

Memahami standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD);

2)

Mengembangkan silabus;

3)

Menyusun

rencana

pelaksanaan

pembelajaran (RPP);
4)

Melaksanakan
pembentukan

pembelajaran
kompetensi

dan
peserta

didik;
(Uno,2007:18-19).
5)

Menilai hasil belajar;

6)

Menilai

Sedangkan secara lebih khusus Mulyasa (2007:
dan

memperbaiki

KTSP

135), kompetensi profesional guru dapat
sesuai dengan perkembangan ilmu
dijabarkan sebagai berikut.
pengetahuan,
a) Memahami Standar Nasional Pendidikan
yang meliputi:

teknologi

dan

perkembangan zaman.
c) Menguasai materi standar, yang meliputi.

1)

Standar isi;

2)

Standar proses;

3)

Standar kompetensi lulusan;

4)

Standar

1)

Menguasai

bahan

pembelajaran

(bidang studi);

pendidikan

dan

2)
tenaga

Menguasai bahan pendalaman.

d) Mengelola program pembelajaran, yang

kependidikan;

meliputi.

5)

Standar sarana dan prasarana;

1)

Merumuskan tujuan;

6)

Standar pengelolaan;

2)

Manjabarkan kompetensi dasar;

7)

Standar pembiayaan; dan

3)

Memilih dan menggunakan metode

8)

Standar penilaian pendidikan.

b) Mengembangkan

Kurikulum

pembelajaran;
Tingkat

4)

Satuan Pendidikan, yang meliputi.

Memilih dan

menyusun prosedur

pembelajaran
5)

Melaksanakan pembelajaran.

e) Mengelola kelas, yang meliputi.
1)

1)

Mengatur tata ruang kelas untuk
pembelajaran;

2)

Memahami

fungsi

pengembangan

peserta didik;
2)

Menyelenggarakan ekstra kurikuler

Menciptakan iklim pembelajaran yang

(ekskul) dalam rangka pengembangan

konduksif.

peserta didik;

f) Menggunakan

media

dan

sumber

3)

Menyelenggarakan

bimbingan

pembelajaran, yang meliputi.

konseling

1)

pengembangan peserta didik.

Memilih dan menggunakan media
pembelajaran;

i) Memahami

dalam

dan

rangka

menyelenggarakan

2)

Membuat alat-alat pembelajaran;

administasi sekolah, yang meliputi.

3)

Menggunakan

dan

1)

laboratorium

dalam

mengelola
rangka

pembelajaran;
Mengembangkan laboratorium;

5)

Menggunakan

perpustakaan

Menggunakan

dalam

administrasi

yang meliputi.
lingkungan

landasan

sebagai

1)

1)

Landasan filosofis;

2)

Landasan psikologis;

3)

Landasan sosiologis.

Mengembangkan

rancangan

penelitian;
-

landasan

kependidikan, yang meliputi:

h) Memahami dan mengembangkan peserta
didik, yang meliputi.

Menyelenggarakan

j) Memahami penelitian dalam pembelajaran,

sumber belajar.
g) Menguasai

penyelenggaraan

sekolah.

pembelajaran;
6)

Memahami
administrasi sekolah;

2)

4)

dan

2)

Melaksanakan penelitian;

3)

Menggunakan hasil penelitian untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

k) Menampilkan

keteladanan

dan

kepemimpinan dalam pembelajaran, yang
meliputi.
1)

Memberikan contoh perilaku teladan;

2)

Mengembangkan sikap disiplin dalam

mendalam yang memungkinkan membimbing

pembelajaran.

peserta didik memenuhi standar kompetensi

l) Mengembangkan teori dalam kosep dasar
kependidikan, yang meliputi.
1)

yang

ditetapkan

dalam

Standar

Nasional

Pendidikan (Mulyasa, 2007: 138).

Mengembangkan

teori-teori
Guru

yang

memiliki

kompetensi

kependidikan yang relevan dengan
profesional harus mampu memilah dan memilih
kebutuhan peserta didik;
sertas mengelompokkan materi pembelajaran
2)

Mengembangkan kosep-konsep dasar
yang akan disampaikannya kepada peserta didik
kependidikan yang relevan dengan
sesuai dengan jenisnya seperti yang dijelaskan
kebutuhan peserta didik.
di atas. Tanpa kompetensi tersebut, dapat

m) Memahami dan melaksanakan konsepdipastikan

bahwa

guru

tersebut

akan

konsep pembelajaran individual, yang
menghadapi

berbagai

kesulitan

dalam

meliputi.
membentuk kompetensi peserta didik, bahkan
1)

Memahami

strategi

pembelajaran
akan gagal dalam melaksanakan pembelajaran.

individual;
2)

Melaksanakan

pembelajaran

individual

mengambil merangkum indikator kompetensi

(Mulyasa, 2007: 135).
Memahami
bahwa

kompetensi

uraian

Berdasarkan kajian teori di atas, maka peneliti

diatas,

profesional

nampak

merupakan

kompetensi yang harus dikuasai guru dalam

profesional meliputi:

1.

Menguasai materi pembelajaran;

2.

Dapat

kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya
mengajar.

Sementara

itu

dalam

menerapkan

metode

pembelajaran yang bervariasi;

Standar

3.

Mengelola program pembelajaran;

4.

Mengembangkan teori dalam konsep

Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat
(3) butir c, sebagaimana dikemukakan dalam
awal bab diatas, dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi secara luas dan

dasar pendidikan.

F.

menilai perbedaan antara jumlah imbalan

Kepuasan Kerja

Perasaan senang atau emosi positif
yang merupakan hasil presepsi pengalaman
selama masam kerjanya (Robbins, 2004).
Kepuasan

kerja

(job

satisfaction)

merupakan salah satu sikap kerja guru yang
perlu diciptakan di sekolah agar guru dapat
bekerja dengan moral yang tinggi, disiplin,
semangat, berdedikasi dan menghayati
profesinya. Guru-guru yang merasa puas
terhadap

lembaganya

akan

berdampak

kepada

kelancaran

kegiatan

belajar

mengajar di sekolah dan peningkatan

yang diterima dengan yang diyakininya
seharusnya

diterima.

Individu

yang

mempunyai kepuasan kerja yang tinggi
mempunyai sikap yang positif terhadap
kerja itu, individu yang tidak berpuas hati
dengan kerja mempunyai sikap yang negatif
terhadap pekerjaan itu (Robbins, 2004:
139).
Area kepuasan guru yang luas adalah
suatu komponen penting di (dalam) keputusan
karier tentang pengajaran. seperti di manapun
karier, individu masuk dan meninggalkan
profesi mengajar untuk banyak pertimbangan

kualitas pelayanan kepada para pelajar.
berbeda. Kekuatan pekerjaan mengajar adalah

Kepuasan kerja adalah suatu sikap

terdiri atas individu dari bervariasi latar

positif dan juga bisa negative yang dipunyai

belakang dan pengalaman bidang pendidikan

individu terhadap berbagai segi pekerjaan,

yang secara konstan dalam membuat keputusan

tempat kerja dan kontribusi dengan teman

karier yang mempengaruhi peningkatan dalam

sekerja. Hal ini dihasilkan dari intrinsik dan

kesatuan mengajar dan ketersediaan para guru

ekstrinsik dan persepsi mereka terhadap
pekerjaannya.

Sementara

itu

(Kim dan Loadman, Jurnal Internasional: hal 1).

istilah

Di dunia pendidikan bisa terjadi

kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk

guru-guru yang sudah tua cenderung lebih

pada sikap umum seorang individu yang

puas dalam bekerja dibanding dengan guru-

guru yang masih muda, karena harapannya

pekerjaan mereka. Riset kepuasan kerja

tidaklah setinggi jika dibandingkan dengan

sudah diselenggarakan di dalam bermacam

guru-guru yang lebih muda. Guru-guru

penelitian termasuk pengobatan, bisnis,

yang memperoleh jabatan tambahan, tugas

industri, ilmu-ilmu sosial, dan pendidikan.

tambahan di sekolah akan lebih puas dalam

Dalam penelitian kepuasan kerja selalu

bekerja dibanding dengan guru-guru yang

dihubungkan dengan kinerja, produktivitas,

memperoleh tugas mengajar saja tanpa

ketidakhadiran, perputaran, tugas sukses,

tambahan

sikap profesional, sosial dan variabel-

tugas/jabatan

dikarenakan

guru

lain,

yang

ini

memperoleh

variabel

pribadi

lainnya

(Iaffaldano

jabatan/tugas tambahan tentu lebih banyak

&Muchinsky, 1985; Levinson, Fetchkan, &

tunjangannya,

Hohenshil, 1988 dalam Van Voorhis &

dihargai

disamping

dan

dia

diperlukan

organisasi/sekolah.

merasa
dalam

Selanjutnya

pada

sekolah-sekolah yang besar dengan jumlah
guru yang banyak akan membuat kepuasan
kerja guru menjadi kurang, ini disebabkan
semakin besar organisasi semakin banyak
guru

akan

semakin

rumit

Levinson, 2006).

mengelola

organisasi tersebut.
Kepuasan kerja sudah digambarkan

Ada

dua

hal

yang

mungkin

menyebabkan orang tidak puas dengan
pekerjaannya. Hal pertama, apabila orang
tersebut tidak mendapatkan informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjannya.
Yang kedua, apabila hubungan sesama
teman sekerja kurang baik. Atau dengan
kata

lain

ketidak

puasan

kerja

ini

oleh Spector seperti peningkatan derajat/

berhubungan dengan masalah komunikasi,

tingkat kepada mana orang-orang suka

sedang pendapat berikutnya menyatakan

pekerjaan mereka dan bagaimana mereka

bahwa

merasakan tentang aspek yang berbeda dari

dipengaruhi faktor-faktor berikut (1) balas

kepuasan

kerja

karyawan

Pemahaman yang lebih

jasa yang adil dan layak, (2) penempatan

tepat tentang

yang tepat sesuai dengan keahlian, (3) berat

kepuasan kerja dapat terwujud apabila analisis

ringannya pekerjaan, (4) suasana dan

tentang

lingkungan pekerjaan; (5) peralatan yang
menunjang

pelaksanaan

pekerjaan,

(6)

kepuasan

kerja

dikaitkan

dengan

prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan
berpindah, usia pekerjaan, tingkat jabatan dan
besar kecilnya organisasi (Siagian,2008: 295).

sikap pimpinan dalam kepemimpinannya,
Berdasarkan kajian teori di atas maka

(7) sifat pekerjaan monoton atau tidak

penelitian mengambil indikator kepuasan kerja:

(Hasibuan, 2006: 21).

prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan
Banyak penelitian tentang pendidikan
berpindah, usia pekerjaan, tingkat jabatan dan
mempertanyakan

(meneliti)

apakah
besar kecilnya organisasi.

penghargaan dan faktor pekerjaan tertentu
mengakibatkan

efek

motivasional

G. Motivasi

atau

mendorong kearah ketidak puasan di dalam
bekerja. Akan tetapi kenyataannya peneliti dari

Motivasi adalah serangkaian sikap
dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu

kepuasan, bagaimanapun, mempunyai perhatian

untuk mencapai hal yang spesifik sesuai
yang kecil terhadap penelitian. Dengan literatur

dengan tujuan individu. Sikap dan nilai
yang terbatas pada kepuasan kerja, berikut
adalah beberapa variabel yang dipusatkan.
Darling Hamond dan Cagampang menunjukkan

tersebut merupakan suatu yang invisible
yang

memberikan

kekuatan

untuk

bahwa sebagian besar guru di dalam bertahan

mendorong individu bertingkah laku dalam

mengajar, berhenti mengajar dalam tujuh tahun

mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri

periode. Ketidakpastian kesejahteraan gaji yang

dari 2 (dua) komponen, yaitu: arah perilaku

lebih tinggi adalah salah satu factor alasan yang

(kerja

utama untuk berhenti (Kim dan Loadman,

kekuatan perilaku (sebesar apa kuat usaha

Jurnal Internasional: hal 3).

untuk

mencapai

tujuan),

dan

individu dalam bekerja). Motivasi meliputi

perasaan unik, pikiran dan pengalaman

Motivasi berasal dari kata Latin

masa lalu yang merupakan bagian dari

movere

hubungan

eksternal

gerakkan. Motivasi (motivation) dalam

perusahaan. Selain itu motivasi dapat pula

manajemen hanya ditujukan pada sumber

diartikan sebagai dorongan individu untuk

daya manusia umumnya dan bawahan

melakukan tindakan karena mereka ingin

khususnya.

melakukannya.

individu

bagaimana cara mengarahkan daya dan

termotivasi, mereka akan membuat pilihan

potensi bawahan, agar mau bekerja sama

yang positif untuk melakukan sesuatu,

secara produktif berhasil mencapai dan

karena dapat memuaskan keinginan mereka

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan

(Rivai, 2004: 454).

(Hasibuan, 2006: 140).

internal

dan

Apabila

Untuk mempertahankan karyawan

yang

berarti

Motivasi

dorongan

atau

mempersoalkan

Motivasi merupakan kegiatan yang

berkwalitas dalam satu organisasi dan untuk

mengakibatkan,

memelihara suatu jenis yang memuaskan

memelihara perilaku manusia (Handoko,

dari

pengalaman-

2003: 252). Motivasi kerja adalah sesuatu

pengalaman orang-orang di dalam sistim

yang menimbulkan semangat atau dorongan

harus

terutama

kerja (As’ad, 2004:45). Motivasi adalah

sekali jika mereka mempunyai kebebasan

merupakan proses pemberian dorongan

untuk pindah dari dan ke luar dari

kepada anak buah supaya dapat bekerja

organisasi-organisasi.

pakar

sejalan dengan batasan yang diberikan guna

mengusulkan suatu rumusan motivasi yang

mencapai tujuan organisasi secara optimal.

segar untuk abad ke 21, yang didasarkan

Minat sudah digambarkan sebagai hal-hal

pada “persahabatan, pekerjaan dan rasa

paling mendasar dan ada dimana-mana dari

hormat” (Reis & Pena, 2001: 666).

yang universal memotivasi emosi manusia

tingkat

memberi

peranan,

penghargaan,

Para

menyalurkan,

dan

(Izard). Teori emosi diferensial uraikan

berpasangan dengan motivasi ekstrinsik itu

bagaimana

"ditangkap" dari stimuli eksternal dan

emosi

minat

memotivasi

perhatian yang difokuskan, daya penerima

"dipegang"

untuk informasi, dan belajar ke seberang

eksternal hadir (Hidi). Kedua situational,

situasi-situasi dan sepanjang jangka hidup

minat dan motivasi ekstrinsik adalah hasil

(Dougherty,

Menurut

mengorientasikan suatu penghargaan di luar

Sansone dan Smith, motivator mendekat

aktivitas itu sendiri mengikat motivasi

untuk ketekunan dan berikut mengikat,

dengan aktivitas tersebut. Situational minat

terutama bahwa aktivitas berlangsung di

bersifat

atas jangka panjang, adalah derajat tingkat

sementara

dimana mengalami minat dan kesenangan

sebagai minat yang individu awet dan

di dalam tugas tertentu. Tingginya dari

dianggap relatif stabil (Bye, Pushkar,

minat bersifat untuk mencetuskan dan

Conway, 2007: 141-158). Pengertian proses

memelihara suatu motivasi intrinsik yang

pemberian dorongan

kuat untuk belajar (Hidi). Minat individu

serangkaian aktivitas yang harus dilalui

sudah digambarkan sebagai energizing

atau dilakukan untuk memenumbuhkan

memaksa

dorongan kepada pegawai untuk bekerja

Abe,

di

&

balik

Izard).

motivasi

hakiki

hanya

sepanjang

penumpang
hanya

stimuli

sementara

melayani,

sedangkan

tersebut adalah

(Alexander et al.,). Meski minat individu

sejalan

dan motivasi instristik adalah dua bangun

(Sulistiyani & Rosidah, 2003: 58).

terpisah, mereka meramalkan hasil-hasil
yang serupa di

tersebut kedua-duanya

menciptakan dan mendukung lebih dalam
dari

isi

dan

mempengaruhi

waktu.

Situational keinginan, sebagai pembanding,

dengan

Sekilas

atau

tujuan

tentang

organisasi

motivasi,

salah

seorang ilmuwan yang dipandang sebgai
pelopor teori motivasi adalah Abraham H.
Maslow. Hasil-hasil pemikirannya tertuang
dalam buku yang berjudul “Motivation and

Teori

Personality”.

motivasi

yang

antara

masukan

yang

diberikan

guru

dikembangkannya pada tahun 40-an itu

(pekerjaan berat, ketrampilan mengukur,

pada intinya berkisar pada pendapat bahwa

toleransi, dan kegairahan) dan pendapatan

manusia mempunyai lima tingkat atau

guru (meliputi: gaji, penghasilan, dan

hirarki kebutuhan, yaitu:

penghargaan). Menurut temuan teori itu,

1.

Kebutuhan

fisiologikal,

seperti

suatu keseimbangan yang adil berfungsi
untuk

sandang, pangan dan papan;

memastikan

suatu

hubungan

produktif dan yang kuat dengan karyawan,
2.

Kebutuhan keamanan, tidak hanya
dengan menyeluruh hasil yang sedang
dalam arti fisik, akan tetapi juga
dicukupi, seperti itu mendorong karyawan.
mental, psikologikal dan intelektual;
Teori itu dibangun atas kepercayaan bahwa

3.

Kebutuhan sosial;

4.

Kebutuhan

5.

karyawan jadinya kurang memotivasi, baik

prestise

pada

dalam hubungan kepada pekerjaan mereka

umumnya tercermin dalam berbagai

dan pemberi kerja mereka, jika mereka

simbol-simbol status;

merasa

Aktualisasi diri dalam arti tersedianya

mereka adalah lebih besar dari keluaran-

kesempatan

untuk

keluaran. Karyawan dapat diharapkan untuk

mengembangkan potensi yang terdapat

bereaksi terhadap ini adalah jalan atau cara

dalam

yang

bagi

dirinya

yang

seseorang

sehingga

berubah

seolah-olah

berbeda,

termasuk

penghambat

umum

berdasarkan

menjadi kemampuan nyata (Siagian,

motivasi

2008: 287).

tingkatan karyawan merasakan perbedaan

Argumentasi

Adams's

(dalam

Ololube, 2005) teori hak kekayaan motivasi
suatu keseimbangan yang adil dibandingkan

(secara

masukan-masukan

antara pemasukan dan dan pengeluaran),
mengurangi usaha, menjadi tidak puas,

atau, di dalam kasus-kasus lebih ekstrim,

laku sedemikian rupa sehingga mampu

barangkali bahkan yang mengganggu.

memberi pengaruh kepada orang lain.
H. Kesimpulan

Mc Clelland menyebutkan ada 3 motivasi
yang paling menentukan tingkah laku

1.

Terdapat

pengaruh

yang

signifikan

manusia, terutama berhubungan dengan

kompetensi profesional, kepuasan kerja

situasi

dan motivasi kerja terhadap kinerja guru

pegawai

serta

gaya

hidup

(Sulistiyani & Rosidah, 2003: 194), yaitu:

2.

Ada pengaruh yang positif dan signifikan
variabel kompetensi profesional terhadap

a)

Achievement Motivation, motif yang
kinerja guru
mendorong

serta

menggerakan
3.

Ada pengaruh yang positif dan signifikan

seseorang untuk berprestasi dengan
variabel kepuasan kerja terhadap kinerja
selalu

menunjukkan

peningkatan
guru

kearah standart excellence;
4.
b)

Affiliation

Motivation,

motif

Ada pengaruh yang positif dan signifikan

yang
variabel motivasi kerja terhadap kinerja

menyebabkan seseorang mempunyai
guru
keinginan untuk berada bersama-sama
5. Hasil uji asumsi klasik menunjukkan
dengan

orang

lain,

mempunyai
bahwa model regresi tidak mengalami bias

hubungan efektif yang hangat dengan
atau masalah asumsi klasik (normalitas,
orang lain, atau selalu bergabung
linieritas,

multikolinieritas,

dan

dengan kelompok bersama-sama orang
heteroskedastisitas)

sehingga

dapat

lain;
dinyatakan
c)

Power

Motivation,

motif

BLUE

yang
Unbiased, Estimator).

mendorong seseorang untuk bertingkah

(Best,

Linear,

DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jerome S. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
As'ad, Mohammad. 2004. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Bacal, R. 2001. Performance Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budiyono, Amirullah Haris. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Bye, Dorothea,. Pushkar, Dolores,. Conway, Michael. 2007. Motivation, Interest,
And Positive Affect In Traditional And Nontraditional Undergraduate
Students. Quebec, Canada : Concordia University.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate: Dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, Melayu SP. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gunung
Agung.
Jalal. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta:
Adi Cita.
Kim, Inyoung., Loadman, William. E. Predicting Teacher Job Satisfaction. The
Ohio State University.
Kuncoro, Mudrajad 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Leonard, Lawrence J,. and Leonard, Pauline E. 2005. Achieving Professional
Community In Schools: The Administrator Challenge. Planning and
Changing; 2005; 36, 1/2; Academic Research Library
Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandu
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurdin, Syarifuddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Quantum Teaching.
Ololube, Nwachukwu Prince. 2005. Teacher Job Satisfaction And Motivation For
School Effectiveness: An Assessment. University of Helsinki Finland.
Pidarta. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Reis, Dayr & Pena, Leticia. 2001. Reenginering The Motivation To Work.
Wisconsin: University of Winconsin.
Rivai, Veithzal. 2004. Kiat Memimpin dalam Abad Ke-21. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Robinson, Anjar. 2004. Asas-asas Praktik Mengajar. Jakarta: Bharata Niaga
Media.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi
Dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama.
Setiaji, Bambang. 2006. Panduan Riset dengan Pendekatan Kuantitatif.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Trianto & Titik Triwulan Tutik. 2007. Sertifikasi Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman. Moh Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Van Voorhis Richard W, Levinson Edward M. 2006. Job Satisfaction Among
School Psychologists: A Meta-Analisys. Canton City School, OH, Indianan
University of Pennsylvania.

Wexley, Kenneth N. dan Gary A. Yukl. 2004. Organizational Behaviour and
Personnel Psychology. Penerjemah Muh. Shobaruddin. Jakarta: Rineka
Cipta.

.

.