Analisis Daya Saing Usaha Pada Viga Al Cafe Amaliun Foodcourt Medan

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan atau wirausaha merupakan terjemahan dari kata
entrepreneur.

Entrepreneur sendiri berasal dari bahasa perancis dengan arti

pengambil kebijakan atau penentu kebijakan. Secara sederhana arti wirausahawan
(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko
artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau
cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Jiwa kewirausahaan mendorong minat
seseorang untuk mendirikan dan mengelalo usaha secara profrsional. Hendaknya
minat tersebut diikuti dengan perencanaan dan perhitungan yang matang.
Misalnya, dalam hal memilih atau menyeleksi bidang usaha yang akan dijalankan
sesuai dengan prospek dan kemampuan pengusaha (Kasmir, 2010:16).
Istilah kewirausahaan semakin dikenal dan popular setelah digunakan oleh
pakar ekonomi Say dalam Suryana & Bayu (2010 :67) untuk menggambarkan
para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat
produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak

lagi. Sudah banyak pakar yang mengemukanan tentang kewirausahaan
berdasarkan sudut pandangnya masing – masing. Namun demikian, esensi
pengertian yang krusial senantiasa ada di setiap pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli tersebut dan menjadi hal yang sangat mendasar.
Drucker dalam Kasmir (2013:25) mengatakan bahwa kewirausahaan
adalah kemampuan seseorang untuk menciptkan sesuatu yang baru dan berebeda
dar pesaing. Defenisi tersebut dikembangkan kembali oleh Hisrich dalam Suryana

Universitas Sumatera Utara

(2013:11), yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan
usaha, diikuti penggunaan uang sebagai modal, fisik, resiko, dan kemudia
menghasilkan balas jasa berupa uang seta kepuasan dan kebebasan pribadi.
(Kasmir,2013 :25).
Dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1995 tanggal 30 Juni
1995

tentang


Gerakan

Nasional

Memasrakatkan

dan

Membudayakan

Kewirausahaan, Bahwasanya: Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku
dan kemampuan sesorang dalam menangani usaha dan kegiatan yang mengarah
pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
2.2 Persaingan Usaha
Didalam industri terjadi persaingan antara satu usaha dengan usaha lainnya
menunjukan perjuangan masing – masing usaha yang ada dalam satu industi untuk
memperebutkan pangsa pasar (market share) maupun pangsa pelanggan
(Customer Share). (Solihin, 2012 :42) Saat ini usaha tidak hanya bertumpu pada

peningkatan pangsa pasar, karena tidak semua pelanggan perusahaan merupakan
pelanggan yang menguntungkan untuk dilayani (Profitable Customer) (Reinnartz
& Kumar dalam Solihin, 2012:42). Saat ini usaha juga memperhatikan pangsa
pelanggan dengan mempertahankan pelanggan – pelanggan yang menguntungkan
untuk dilayani dimana perusahaan dapat memperbesar pendapatan penjualannya
dengan menawarkan berbagai produk perusahaan yang margin tinggi kepada
pelanggan tersebut. Kegiatan ini sering disebut up selling (Reinnartz & Kumar
dalam Solihin, 2012:42).

Universitas Sumatera Utara

Pesaing potensial (Potential competitors) adalah usaha yang saat ini tidak
bersaing dala satu industri tetapi memiliki kemampuan sumber daya untuk
memasuki satu industri apabila perusahaan tersebut berkehendak. (Solihin,
2012:42). Mudah atau tidak suatu usaha masuk kedalam suatu industri sangat
bergantung pada hambatan masuk yang diciptakan oleh para pemimpin pasar
dalam suatu industri. hambatan masuk (entry barrier) merupakan berbagai faktor
yang akan menjadikan pendatang baru harus membayar untuk memasuki suatu
industri. semakin besar biaya yang harus ditanggung oleh pendatang baru, maka
semakin besar pula hambatan masuk untuk industri tersebut. Elemen – elemen

struktur industri yang akan mempengaruhi entry barriers adalah sebagai berikut:
(Solihin, 2012:42)
1. Economic Of Scale
2. Proprietary Products Difference
3. Brand identity
4. Switching cost
5. Capital requirements
6. Access to distribution
7. Absolute cost advantage
8. Government Policy
9. Expected retaliation
Menurut Antonelli et al dalam Chao et al (2016:2), sebuah usaha dapat
memiliki kemampuan daya saing yang baik adalah saat usaha tersebut memiliki
Teknologi komunikasi dan informasi yang baik dan pengetahuan tentang inovasi.
Daya saing usaha sangat erat hubungannya dengan kemampuan mengelola pasar,
pencipataan profit secara berkelanjutan, dan kemampuan untuk beradaptasi dalam
menciptakan suatu produk sesuai dengan permintaan konsumen.

Berikut ini


Universitas Sumatera Utara

adalah gambaran bagaimana sebuah usaha dapat disebut memiliki daya saing yang
tinggi :

Sumber : Chao et al (2016:2)

Gambar 2.1
Daya Saing Usaha
2.3 Daya Saing Usaha
Menurut Laura dalam Marita (2013) menyatakan bahwa saing dapat hadir
dan berkembang dengan sendirinya. Tyson dalam

Marita (2013:15)

mendefenisikan daya saing sebagai kemampuan menghasilkan barang atau jasa
yang berhasil dalam bersaing dimana dalam waktu yang panjang. Menurut The
institute for management development (IMD) dalam Marita (2013:15), daya saing
sebagai kemampuan sebuah usaha atau bisnis membuat dan menjaga kemampuan
usaha pada tingkat yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan usaha atau bisnis

lain.
Menurut Hawkins dalam Marita (2013:15), daya saing didefenisikan
sebagai kemampuan suatu usaha untuk meningkatkan pangsa pasar dimana usaha
tersebut memiliki keunggulan komparatif dean dapat menghasilkan produk
tertentu dengan biaya kesempatan (opportunity cost) lebih rndah dibandingkan
dengan usaha lainnya.

Peningkatan daya saing suatu usaha tercermin dari

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan yang berkelanjutan dan produktivitas usaha yang berasal dari
strategi bisnis yang baik.
Menurut Porter dalam Marita (2013:16), daya saing identik dengan
produktivitas diukur dari tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang
digunakan. Daya saing dalam pengertian yang umum, dapat didefenisikan sebagai
kemampuan suatu usaha menyediakan lingkungan yang kompetitif . secara lebih
spesifik yaitu kemampuan usaha untuk memelihara segmen usaha unggulan yang
dimiliki oleh usaha dan produk unggulan yang dihasilkan oleh suatu usaha
sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen ( Momaya dalam Marita,2013

:16)
Daya saing adalah kempuan yang dimiliki oleh suatu usaha untuk
menghasilkan produk dan jasa yang memenuuhi pengujian internasional dan
dalam saat yang sama juga dapat memilihara pendapatan yang berkelanjutan
(European Comission dalam Winardi, 2015 :8). Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 41 Tahun 2007 tetang standar proses, mendefenisikan daya saing
adalah kemampuan untuk menunjukan hasilo yang lebih baik, lebih cepat atau
lebih bermakna.
2.3.1 Cara Menentukan Daya Saing
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain :
(Putri, 2014)
1. Harga yang murah
Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap
mempertahankan kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih murah tentu
saja lebih menguntungkan konsumen. Akan lebih baik lagi bila harga
murah tetapi mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan
pesaing. Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih

Universitas Sumatera Utara


murah adalah perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisiensi.
Dalam istilah Michael Potter, perusahaan mempunyai keunggulan dari segi
biaya (cost leadership). Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh
margin yang sama atau lebih besar meskipun menetapkan harga yang
murah karena biaya yang lebih kecil.
2. Diferensiasi
Melakukan diferensisai berarti menawarkan atau melakukan hal
yang berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang ditawarkan
berbeda, akan memberikan perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya
bukan hanya sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan,
tetapi perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikan nilai
tambah yang tidak bisa diberikan produk pesaing.
3. Pelayanan
Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi
perusahaan. Perusahaan yang dapat memberikan service excellence dapat
memuaskan

pelanggan

Perusahaan-perusahaan


dan

meningkatkan

bersaing

terutama

loyalitas
dalam

pelanggan.
memanjakan

pelanggannya, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pelanggannya.
2.4 Keunggulan Usaha
Keunggulan yang dimiliki oleh sebuah usaha sangat berganti pada sumber
daya yang dimiliki, spesifikasi tenaga kerja, teknologi, tingfkat harga, struktur

ekonomi, dan yang lain sebagainya. Keunggulan diperoleh oleh usaha adalah saat
sebuah usaha mampu menghasilkan kuantitas, kualitas dan produk yang lebih baik
dibandingkan oleh usaha lainnya . Berikut ini adalah teori – teori tentang

Universitas Sumatera Utara

keunggulan usaha yang diadopsi dari teori keunggulan dalam perdagangan
internasional :
1. Teori Keunggulan Kompetitif

Adam Smith pada tahun 1776 dalam

bukunya The Wealth of Nation, menyatakan bahwa kebijakan negaranegara di dunia yang paling baik dilakukan adalah perdagangan bebas.
Suatu negara dikatakan dapat menghasilkan dan mengekspor barang,
apabila suatu negara memiliki keunggulan absolut atas produknya dengan
negara lain. Ketika suatu negara mengimpor barang dari luar negeri,
berarti negara tersebut memiliki kerugian absolut dalam memproduksi
barang-barangnya.

Menurut


Siswanto

(2011:

56),

asumsi

yang

dikemukakan oleh Adam Smith dalam analisanya adalah : a) Terdapat
teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) dalam menentukan nilai
suatu barang. b) Tenaga kerja memiliki kulitas yang sama untuk setiap
bidang produksi. Bahwa hanya tenaga kerja yang merupakan faktor
produksi yang bersifat homogen. c) Terdapat immobilitas faktor produksi
antar negara. Bahwa biaya transport diabaikan. Dengan asumsi-asumsi
tersebut negara-negara akan terdorong untuk melakukan spesialisasi
produk, sehingga terdapat pertambahan produksi dunia yang digunakan
bersama-sama di dalam perdagangan internasional. Sehingga suatu
negara tidak memperoleh kebutuhannya dari pengorbanan negara lain,
akan tetapi semua negara dapat memperolehnya secara bersamaan
(Salvatore dalam Siswanto, 2011:55).
2. Teori

Keunggulan

Komparatif

Teori

keunggulan

komparatif

dikemukakan pertama kali oleh David Ricardo pada tahun 1917 , yang
menyatakan bahwa jika terdapat dua negara saling melakukan
perdagangan dan masing-masing negara memfokuskan negaranya untuk

Universitas Sumatera Utara

mengekspor barang x jadi bagi negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif, maka kedua negara tersebut akan beruntung. Teori
keunggulan komperatif ini menjawab permasalahan dari teori keunggulan
absolut, yaitu jika terdapat negara yang tidak memiliki keunggulan
absolut

yang

bisa

melakukan

perdagangan.

Sehingga

Ricardo

menambahkan, bahwa keunggulan dari tiap-tiap negara yang melakukan
perdagangan memiliki sifat yang relatif, sehingga negara tidak memiliki
keunggulan absolut seperti dalam teori keunggulan absolut yang
dikemukakan oleh Adam Smith. Dalam perdagangan bebas antar daerah,
mekanisme pasar mendorong masing-masing daerah bergerak ke arah
sektor yang memiliki keunggulan komparatif. Namun mekanisme pasar
seringkali bergerak lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu
daerah. Untuk itu informasi tentang keunggulan komparatif suatu daerah
apabila sudah diketahui lebih dahulu, pembangunan dapat dilakukan
tanpa menunggu mekanisme pasar. (Siswanto, 2011:56)
3. Teori biaya relatif titik pangkal menurut Ricardo dalam Siswanto,
(2011:56) tentang perdagangan internasional adalah teorinya tentang
nilai. Menurut Ricardo, nilai suatu barang tergantung dari banyaknya
tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor
cost value theory). Perdagangan antar negara akan timbul apabila masingmasing negara memiliki comparative cost yang terkecil Pada dasarnya
teori comparative cost dan comparative advantage memiliki pengertian
yang sama, hanya saja comparative advantage memiliki output yang
berbeda dalam beberapa tenaga kerja di masing-masing negara.
Sedangkan

comparative

cost,

memiliki

beberapa

output

yang

membutuhkan waktu yang berbeda-beda antara negara satu dengan
negara lain. Perdagangan internasional tidak hanya mendatangkan

Universitas Sumatera Utara

keuntungan yang statik, tetapi juga dapat bersifat dinamik. Artinya
perdagangan internasional dapat menambah jumlah faktor produksi yang
tersedia, seperti adanya transfer teknologi serta keahlian. Di samping itu
perdagangan internasional dapat memperluas pasar sehingga suatu negara
dapat menikmati adanya skala produksi yang ekonomis. Keuntungan
perdagangan yang ditimbulkan karena adanya transfer teknologi, keahlian
dan skala produksi yang dinamis ini disebut keuntungan yang dinamis.
2.5 Strategi Usaha/Bisnis
Dalam pengertian yang sangat umum, siasat (strategy) dapat diartikan
sebagai cara terbaik untuk mencapai suatu sasaran atau untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Pengertian yang lebih lengkap menyatakan bahwa strategi adalah
penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang organisasi atau perusahaan,
penentuan jumlah dan jenis kegiatan yang dibutuhkan, serta penjatahan sumber
daya untuk pencapaiannya (Kotler dan Keller ,2013: 3). Strategi bisnis (business
strategy) merupakan strategi yang dibuat pada level unit bisnis dan strateginya
lebih ditekankan untuk meningkatkan posisi bersaing produk atau jasa perusahaan
didalam suatu industri atau segmen pasar tertentu (Solihin 2012:196).
Menurut Tjiptono (2011: 6) pada dasarnya strategi pengembangan usaha
memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi
pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya
bauran pemasaran. Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi
pemasaran adalah melakukan strategi segmentasi dan targetting, yang kemudian
dilanjutkan dengan positioning.
1) Segmentation (Segmentasi Pasar)
Dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan dan
kondisi konsumen dengan berbagai kebutuhan dan keinginan yang

Universitas Sumatera Utara

beragam, maka menjadi suatu keputusan yang bijak apabila perusahaan
melakukan segmentasi pasar, agar dapat mencapai efisiensi dan efektivitas
dengan produk yang diproduksi. Menurut Rangkuti (2010: 1-2) dalam
strategi pemasaran, tidak ada cara tunggal untuk membuat segmen pasar.
Kita harus mencoba variabel-variabel yang berbeda, yang tidak monoton,
sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen. Variabel
tersebut sebagai berikut:
a) Segmentasi Geografis adalah segmentasi yang membagi pasar
menjadi beberapa unit secara geografis, seperti negara, regional,
negara bagian, provinsi, kota atau kompleks perumahan.
b) Segmentasi Demografis adalah segmentasi yang membagi pasar
menjadi kelompok berdasarkan pada variabel seperti usia, jenis
kelamin, jumlah keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendapatan,
pekerjaan, pendidikan, agama, dan kebangsaan
c) Segmentasi Psikografis adalah segmentasi yang membagi pembeli
menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada karakteristik kelas
sosial, gaya hidup, atau kepribadian.
d) Segmentasi Perilaku adalah segmentasi yang mengelompokkan
pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau
tanggapan mereka terhadap produk
e) Benefit Segmentation

membagi pasar berdasarkan kesamaan

benefit atau keiinginan manfaat yang diharapkan pelanggan
terhadap suatu produk. Pertimbangannya adalah gabungan dari
berbagai butir a sampai d tersebut di atas
2) Targetting (Menetapkan Pasar Sasaran)
Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 26) menetapkan pasar sasaran,
yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan

Universitas Sumatera Utara

memilih satu atau beberapa segmen untuk dilayani kebutuhannya. Pada tahap
ini, perusahaan memilih segmen yang sesuai dengan kemampuan perusahaan
dan menjadikannya sebagai pasar sasaran yang akan dilayani kebutuhan dan
keiinginannya. Penetapan pasar sasaran yang dipilih dapat berasal dari satu
atau beberapa segmen yang berbeda.
3) Positioning
Menurut Renald Kasali dalam Sunyoto (2012: 88) cara-cara positioning
produk dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Positioning berdasarkan perbedaan produk
Marketer dapat menunjukkan kepada pasarnya di mana letak perbedaan
produknya terhadap pesaing.
b) Positioning berdasarkan manfaat produk
Manfaat produk dapat ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap
penting oleh konsumen. Manfaat dapat bersifat ekonomis, fisik, dan
emosional berhubungan dengan self image.
c) Positioning berdasarkan pemakaiaan produk
Di sini atribut-atribut produk yang ditonjolkan, salah satunya adalah
atribut pemakaian produk, misal produk obat herbal dan pupuk organik
yang menawarkan kembali ke alam atau anti kimia.
d) Positioning berdasarkan kategori produk
Positioning biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul
dalam suatu ketegori produk, misal sepeda motor merek Honda.
Konsumen mengenal produk ini yang hemat BBM.
e) Positioning kepada pesaing
Misalkan produk HP Nokia yang mengesankan produk HP teknologi
terdepan daripada produk sejenis lainnya.
f) Positioning melalui imajinasi

Universitas Sumatera Utara

Positioning produk merupakan hubungan asosiatif dan kita dapat
menggunakan

imajinasi-imajinasi

produk

berdasarkan

tempatnya,

pemakainya, situasi dan sebagainya.
g) Positioning berdasarkan masalah
Terutama untuk produk/jasa baru belum begitu dikenal oleh konsumen.
Produk/jasa baru umumnya diciptakan untuk memberikan solusi kepada
konsumennya, masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau dialami
konsumen diangkat ke permukaan.
2. 6 Perumusan Strategi dengan Pendekatan Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah singkatan dari strengths, Weakness,Opportunities, dan
Threats. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. (Freddy Rangkuti, 2011: 18).Sebelum
melakukan perumusan strategi, maka peneliti mengadakan suatu kegiatan
pengklasifikasian lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Lingkungan tempat sukses masa depan mungkin akan berbeda dengan saat
ini.

Perubahan

produk

yang

ditawarkan

oleh

pesaing

kadang

sangat

mempengaruhi tingkat penawaran konsumen, selera konsumen kadang sangat
berubah dengan cara yang tidak terduga. Perkembangan teknologi sering secara
tidak sengaja mengubah fungsi produk, dan juga bagaimana bisnis perusahaan
dijalankan, pembelian, logistik, produksi, pemasaran, penjualan, dan pelayanan.
Peraturan-peraturan ekonomi, politik, dan sosial seringkali muncul, secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi kondisi perusahaan atau persaingan.
Perlu penyesuaian dan pengendalian diri terhadap pasar disaat terjadi
perubahan internal. Jembatan antara lingkungan eksternal dan internal sangat
diperlukan. Jika organisasi tidak merubah cara berpikir tentang lingkungan, maka
organisasi tidak dapat mendahului perubahan yang terjadi pada pelanggan,
pesaing, industri dan kebijakan pemerintah. Lingkungan memberi kesempatan

Universitas Sumatera Utara

bagi perusahan yang dapat dan mau mengerti tentang lingkungan diperusahaan.
Berikut ini adalah penjelasan dari gambar faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi strategi pemasaran (Kotler dan Keller, 2010 :216) :
1. Lingkungan Eksternal Perusahaan
Analisa lingkungan eksternal perusahaan adalah meneliti kecenderungan
dan perkembangan yang sedang berlangsung diluar perusahaan yang bertujuan
untuk mengetahui peluang dan ancaman yang timbul dan menggunakan sebagai
dasar pemilihan alternatif strategi perusahaan sebagai bagian dari proses
perencanaan strategis. Analisis lingkungan eksternal usaha dapat dilaksanakan
dengan Analisis STEEPPLE yang mencakup analisis terhadap lingkungan :
(Solihin,2012)
1. Social/demographic
2. Technological
3. Economics
4. Environmental
5. Political
6. Legal
7. Ethical
2. Lingkungan Internal Usaha
Analisis lingkungann internal usaha bertujuan untuk mengidenfikasi
sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses
bisnis internal yang dimiliki oleh suatu usaha. Sumber daya dan proses bisnis
internal tersebut memilki kemampuan yang dapat menciptakan distinctive
competencies sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif.
Sedangkan bila sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan tidak mampu
menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan kalah bersaing

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan perusahaan pesaing. (Solihin, 2012)berikut ini adalah aspek – aspek
internal usaha:
1. Firm Infrastructure
2. Human resource management
3. Technology development
4. Procurement
5. Operation
6. Marketing and sales
2.7 Kerangka Konseptual
Dalam menentukan suatu penelitian sangat dibutuhkan penelitian
terdahulu karena dari penelitian terdahulu akan diperoleh dasar – dasar dalam
meneliti suatu fenomena yang terjadi. Berikut ini adalah penelitian terdahulu
dalam penelitian ini :
1. Irpan Winardy (2015). “Analisis Daya Saing Usaha Ekonomi Kreatif di
Kota Medan”. Penelitian ini memnggunakan metode SWOT untuk
menganalisis data yang diperoleh dari responden yang diberikan
kuesioner. Hasil yang diperoleh adalah cara untuk meningkatkan daya
saing usaha ekonomi kreatif adalah dengan menggunakan strategi SO
yaitu dengan mengoptimalkan atau memanfaatkan produk yang telah
dikenal masyarakat dan meningkatkan kualitas produk yang telah dikenal
masyarakat dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan
memberikan harga yang terjangkau pada konsumen, sehingga dapat
meningkatkan harga yang terjangkau pada konsumen, sehingga dapat
meningkatkan daya saing usaha kreatif di kota medan.
2. Rebecca Christina Febryanti Putri (2014). :Analisis Daya Saing Industri
Pariwisata Di Kabupaten Jepara Untuk Meningkatkan Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Daerah”.Development Indicator (IDI), Environtment Indicator (EI),
Technology Advancement Indicaor (TAI), Human Resources Indicator
(HRI), Openess Indicator (OI) dan Social Development Indicator (SDI).
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah indeks pariwisata, indeks komposit
dan indeks daya saing pariwisata. Hasil analisis menunjukkan bahwa daya
saing industri pariwisata dari kedelapan indikator penentu daya saing
menunjukkan kemampuan daya saing yang rendah, sehingga dikatakan
daya saing pariwisata di Kabupaten Jepara tergolong rendah.
3. Cindy Mediana Marita (2013). “ Analisis Daya Saing : Pendekatan
Model Nine Factors Pada Industri Kakao Indonesia”. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan potensi industri kakao Indonesia memiliki
indikasi yang baik.
4. Angel Diaz-Caho (2016). “ The Competitiveness of Small Network-Firm
: A Practical Tool”. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan
pendekatan Asosiatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem
informasi yang dimiliki oleh usaha kecil dan menengah tidak dudukung
dengan alat pendukung yang dapat meningkatkan tingkat daya saing suatu
usaha.

Viga Al Cafe

Kondisi Internal (Kekuatan
dan Kelemahan Viga Al
Café)

Kondisi Eksternal (Peluang
dan Ancaman Viga Al
Café)

Strategi Peningkatan
Daya Saing Viga Al Cafe

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Hasil Olahan Penulis (2016)

Gambar 2.2
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara