Analisis Daya Saing Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAYA SAING USAHA EKONOMI KREATIF DI KOTA MEDAN

Oleh

IRPAN WINARDI

110501026

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : ... ... NIM :... ... Program Studi :... ... Konsentrasi :... ... Judul :...

. ... ... Tanggal: ... Ketua Program Studi

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD NIP. 19710503 200312 1 003 Tanggal: ... Ketua Departemen

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP. 19730408 199802 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : IrpanWinardi

NIM : 110501026

Program Studi : S-1 Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan

Judul : Analisis Daya Saing Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan

Tanggal: ... Dosen Pembimbing

Paidi Hidayat, SE, M.Si 197509202005011002

Penguji I Penguji II

Prof. Dr.lic.rer.reg Sirojuzilam, SE Drs. Rachmat Sumanjaya HSB,M.Si 196308181988031005 194908081981031001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya Saing Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan atau plagiat dalam skripsi ini, saya menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2015

IrpanWinardi 110501026


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif di kota Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari penyebaran kuisoner dan wawancara terhadap para pengusaha ekonomikreatif di kota Medan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Satistik(BPS), serta buku penunjang dalam penulisan skripsi ini. Setelah melakukan pengumpulan data penulis melakukan analisis dengan Metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats).

Dari hasil penelitian menggunakan kuisoner sebanyak 40 responden dan wawancara dapat disimpulkan cara untuk meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif di kota Medan yaitu dengan menggunakan stategi SO yaitu dengan mengoptimalkan atau memanfaatkan produk yang telah dikenal masyarakat dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan memberikan harga yang terjangkau pada konsumen, sehingga dapat meningkatkan daya saing usaha kreatif di kota Medan.


(6)

ABSTRACT

The purpose of the research is for beefing up the competitiveness of the creative economy.This research is descriptive. This data is using primary data and second ory data. The collection of primary data did by quetionnair and interview to the entrepreneur of the creative economy.But in the meantime secoundary data will be collected from BPS, and also from others documents which these have related to this. After collecting the data, the writer will analysis it SWOT method.

From this research which it uses quetionnare over go respondents and interview. It can be concluded the way of increasing the competitiveness of the creative economy in Medan, and it uses SO strategi which it exploits well-known products and increases the quality of products which it resuted and it increases the effordable price for consuments. So that it could be increases the competitiveness of the creative economy.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa, dimana atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang diberi judul “Analisis Daya Saing Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan”,

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajiannya karena kemampuan yang masih terbatas. Untuk itu peneliti dengan rendah hati akan menerima saran – saran dan petunjuk yang berifat membangun yang ditujukan untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan bagi yang memerlukan di kemudian hari untuk melakukan peelitian yang sama serta para pembaca pada umumnya.

Penelitian skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2014/2015. Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, yaitu kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Idris Thomson S (+) dan Ibunda Anita Sitanggang atas semangat dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun materil serta Abang – abang dan kakak – kakak penulis yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam setiap proses penyusunan skripsi. 2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE., M.Ec.,Ac.,Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si., selaku


(8)

Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Prof.Dr. Sirojuzilam, SE dan Bapak Rachmat Sumanjaya HSB, M.Si, selaku dosen pembaca dan penilai yang telah meluangkan waktunya dan memberi masukan terhadap skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan. 8. Seluruh responden pengusaha ekonomi kreatif di Kota Medan memberikan

waktu dan informasi kepada penulis, serta semua pihak yang terlibat dalam setiap penulisan skripsi ini.

9. Kepada teman – teman terdekat saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu serta teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan yang juga memberikan semangat, doa dan dukungannya kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2015 Penulis,

IrpanWinardi 110501026


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

a. Tujuan Penelitian ... 4

b. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Ekonomi kreatif ... 6

2.2 Definisi Daya Saing ... 7

2.3 Karakteristik Industri Kreatif ... 8

2.4 Teori Daya Saing ... 8

2.5 Peran Industri Kreatif di Indonesia ... 9

2.6 Jenis-jenis Indutri Kreatif di Indonesia ... 10

2.7 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Industri Kreatif 13

2.8 Indikator Ekonomi Kreatif ... 18

2.9 Penelitian Terdahulu ... 22

3.0 Kerangka Konseptual ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi Penelitian ... 24

3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 24

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 25

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.6 Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 35

4.1.1 Geografis Kota Medan ... 35

4.1.2 Kota Medan Secara Ekonomi ... 36

4.1.3 Tenaga Kerja di Kota Medan ... 38

4.1.4 Perkembangan UMKM di Kota Medan ... 41

4.1.5 Kendala Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan 42

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 44

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 44

4.2.1.1 Berdasarkan Jenis Usaha ... 44

4.2.1.2 Berdasarkan Umur Responden ... 45


(10)

4.2.1.4 Berdasarkan Modal Usaha ... 46

4.2.1.5 Berdasarkan Pendapatan Usaha ... 46

4.2.1.6 Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 48

4.2.1.7 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.2.2 Analisis Data ... 50

4.2.2.1 Analisis SWOT ... 50

4.2.2.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) . 53

4.2.2.3 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) 55

4.2.2.4 Matriks SWOT ... 56

4.2.2.5 Diagram SWOT ... 60

4.2.2.6 Strategi SO ... 62

4.2.2.7 Prospek Ekonomi Kreatif ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

Lampiran ... 69


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Matriks EFI dan EFE ... 30

3.2 Matriks Analisis SWOT ... 33

4.1 Luas Wilayah Kota Medan ... 35

4.2 Kontribusi Sektor Primer, Sekunder, Tersier di Kota Medan ... 38

4.3 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2010- 2013 ... 39

4.4 Lapangan Usaha Utama di Kota Medan ... 44

4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha ... 44

4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ... 45

4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Modal Usaha ... 46

4.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Usaha ... 48

4.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja .... 49

4.12 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Ekonomi Kreatif di Kota Medan ... 52

4.13 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) pada Usaha Ekonomi Kreatif Kota Medan ... 55

4.14 Matriks Analisis SWOT Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan ... 57


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1.1 Pergeseran Orientasi dan Gelombang Ekonomi ... 2 2.1 Kerangka Konseptual ... 23 3.1 Diagram SWOT ... 32 4.1 Diagram SWOT Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan 61


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif di kota Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari penyebaran kuisoner dan wawancara terhadap para pengusaha ekonomikreatif di kota Medan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Satistik(BPS), serta buku penunjang dalam penulisan skripsi ini. Setelah melakukan pengumpulan data penulis melakukan analisis dengan Metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats).

Dari hasil penelitian menggunakan kuisoner sebanyak 40 responden dan wawancara dapat disimpulkan cara untuk meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif di kota Medan yaitu dengan menggunakan stategi SO yaitu dengan mengoptimalkan atau memanfaatkan produk yang telah dikenal masyarakat dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan memberikan harga yang terjangkau pada konsumen, sehingga dapat meningkatkan daya saing usaha kreatif di kota Medan.


(14)

ABSTRACT

The purpose of the research is for beefing up the competitiveness of the creative economy.This research is descriptive. This data is using primary data and second ory data. The collection of primary data did by quetionnair and interview to the entrepreneur of the creative economy.But in the meantime secoundary data will be collected from BPS, and also from others documents which these have related to this. After collecting the data, the writer will analysis it SWOT method.

From this research which it uses quetionnare over go respondents and interview. It can be concluded the way of increasing the competitiveness of the creative economy in Medan, and it uses SO strategi which it exploits well-known products and increases the quality of products which it resuted and it increases the effordable price for consuments. So that it could be increases the competitiveness of the creative economy.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan barang dan jasa .Sehingga mendorong untuk memunculkan ide atau gagasan baru untuk dapat menciptakan lebih banyak lagi barang dan jasa baru sesuai dengan kebutuhan seperti, memanfaatkan teknologi yang sudah canggih, melakukan inovasi terhadap barang dan jasa .

Dengan kemajuan teknologi sudah dapat menghindari dari kelangkaan barang dan jasa tentunya disebabkan karena kebutuhan yang terus meningkat seiring perkembangan zaman. Kita dituntut juga untuk melakukan ide-ide inovatif terhadap semua barang dan jasa yang ada. Sehingga ketika terjadi suatu kelangkaan kita dapat menggantikan barang dan jasa tersebut, dengan menggunakan inovasi yang kepuasaannya sama dengan barang dan jasa sebelumnya .

Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat mengubah gaya hidup dari berbagai bidang, seperti pola produksi, pola distribusi, dan pola konsumsi. Perubahan pola-pola tersebut diakibatkan oleh munculnya pola-pola baru yang dapat memuasakan kebutuhan masyarakat.

Selain itu juga telah ditemukan sarana transaksi ekonomi baru yang dapat mempermudah ,dan juga dapat dikatakan lebih efektif dan efisien, seperti


(16)

pembayaran secara online, sistem pemesanan secara online, dan semua transaksi elektronik telah memudahkan transakasi ekonomi.

Disamping itu pola ekonomi terus mengalami perubahan ,inovasi teknologi dan kreativitas ilmu pengetahuan juga telah menggeser orientasi ekonomi, dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri, ekonmi jasa, ekonomi informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

Sumber :Departemen Perdagangan

Gambar 1.1

Pergeseran orientasi dan gelombang ekonomi

Perubahan-perubahan orientas ekonomi tersebut oleh Howkins (2001) dikenal dengan “gelombang ekonomi” , dan sekarang memasuki gelombang ekonomi ke empat yaitu “gelombang ekonomi kreatif”. Menurut Howkins,pada awal Abad ke-21 atau tepatnya sejak 2001 kita telah memasuki era ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan kegiatan ekonomi yang menyangkut inovasi,

EKONOMI PERTANIAN

EKONOMI INDUSTRI

EKONOMI INFORMASI

EKONOMI KREATIF


(17)

pengetahuan dan teknologi yang digerakkan oleh industri kreatif yang mengutamakan kekayaan intelektual. Industri kreatif tersebut digerakkan oleh para enterpreneur (wirausaha), yaitu orang yang memiliki kemampuan kreatif dan inovatif dalam melakukan sebuah usaha yang dikerjakannya.

Berdasarkan hasil Studi Pemetaan Industri Kreatif oleh Departemen Perdagangan Indonesia pada tahun 2007, terdapat 14 sub sector yang merupakan industri berbasis kreatifitas yaitu : Periklanan, Arsitektur, Pasar barang seni, Kerajinan, Desain, Fesyen, Video, Film, dan Fotografi, Permainan interaktif, Music, Seni pertunjukkan, Penerbit dan percetakan, Layanan computer dan piranti lunak, Televise dan radio dan riset pengembangan.

Kerajinan sebagai salah satu sub sector dalam industry kreatif memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari persentase kontribusi PDB Sub sector kerajinan menempati urutan kedua setelah fesyen yaitu 25,21% atau setara dengan 26,7 trlyliun rupiah. Dari segi penyerapan tenaga kerja, sub sector kerajinan mampu menyerap tenaga kerja seanyak 1,5 juta tenaga kerja. Nilai rata-rata ekspor sub sector industry kerajinan tahun 2002-2006 mencapai 24,180 trilyun rupiah (Departemen Perdagangan RI,2007).

Di kota Medan terdapat 224.000 unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang beroperasi di Medan, sebanyak 7.800 unit bergerak di bidang industri kreatif. Itu seperti periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, fashion, film, musik, seni pertunjukan, dan penerbitan. Pengelompokan UMKM berdasarkan jenis usaha di kota Medan yaitu sebanyak 198.000 pelaku usaha bergelut dalam usaha jasa salon kecantikan, usaha pengangkutan, dan ekspedisi.


(18)

Sementara untuk usaha perdagangan sebanyak 17.000 pelaku usaha bergelut dalam usaha pedagang yang menjual macam-macam makanan kecil, pedagang rumah makan (Dinas Koperasi dan UKM kota Medan). Penyerapan tenaga kerja sebanyak menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, angkatan kerja di kota Medan pada tahun 2013 mencapai 1.004.899. dengan angka ini tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk kota Medan tercatat sebesar 61,94%.

Untuk memaksimalkan persaingan ekonomi kreatif di kota Medan kita harus melihat sedetail mungkin kekurangan-kekurangan yang ada diantaranya adalah masih rendahnya kesiapan SDM kreatif di kota Medan, terbatasnya lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan siswa berjiwa kreatif di kota Medan, keragaman socio cultural Medan, kurangnya kesiapan perangkat negara untuk menghadapai perdagangan bebas, serta rendahnya dukungan lembaga keuangan bagi industry kreatif. Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada maka kita dapat meminimalisir kekurangan yang ada, sehingga memiliki daya saing yang sangat tinggi dan dapat bersaing secara sehat dengan usaha-usaha kreatif yang lain.

Industry kreatif juga perlu untuk terus dikembangkan karena sector-sector industri kreatif memiliki kontribusi ekonomi yang signifikan bagi perekonomian kota Medan, dapat menciptakan iklim bisnis yang positif bagi aspek lainnya, mendukung pemanfaatan sumber daya yang terbarukan, merupakan pusat penciptaan inovasi dan pembentukan kreatifitas serta memiliki dampak sosial yang positif. Sehingga untuk mengetahui seberapa besar daya saing usaha ekonomi kreatif dan mengetahui cara untuk bersaing dengan usaha kreatif lainnya


(19)

maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis Daya Saing Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan”

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas yang telah dijelaskan di atas, maka beberapa masalah dapat dirumuskan sebagai dasar kajian dalam penelitian dan sebagai cara untuk mengambil suatu keputusan diakhir penulisan skripsi. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum usaha-usaha ekonomi kreatif di kota Medan ?

2. Bagaimana cara meningkatkan daya saing usaha dan apa saja kendala yang dihadapai oleh ekonomi kreatif di kota Medan ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun dari tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan lebih dalam tentang ekonomi kreatif di kota Medan.

2. Untuk meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif di kota Medan.

b. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bahan pertimbangan dan juga masukan bagi penulis dan pembaca khususnya yang berkaitan tentang daya saing ekonomi kreatif.


(20)

2. Sebagai referensi bagi penulis lainnya yang ingin melakukan penelitian selanjutnya yang berpengaruh pada daya saing ekonomi kreatif.

3. Sebagai masukan bagi pemerintah, dalam hal meningkatkan daya saing ekonomi kreatif.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif

Beberapa definisi dan batasan industri kratif menurut para ahli : 1. Menurut Departemen Perdagangan RI (2009:5)

“Industri kreatif adalah industri yang berasala dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.”

2. Menurut Simatupang (2007)

“Industri kreatif yang mengandalkan talenta, ketrampilan, dan kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual.”

3. Menurut UK DCMS Task Force (1998:4)

“Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari kreativitas individu, ketrampilan, dan bakat yang secara potensial menciptakan kekayaan, dan lapangan pekerjaan melalui eksploitasi dan pembangkitan kekayaan intelektual dan daya cipta individu.”(“Creatives Industries as those which have their origin in individual creativity,skill and talent, ad which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content”)


(22)

4. Menurut UNCTAD dan UNDP dalam Creative Economy Report (2008:4) “Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai siklus kreasi, produksi, serta distribusi barang dan jasa yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai input utama. Industri kreatif terdiri dari seperangkat pengetahuan berbasis aktivitas yang menghasilkan barang-barang riil dan intelektual nonriil atau jasa-jasa artistik yang memiliki kandungan kreatif tersusun dari suatu bidang yang heterogen yang saling mempengaruhi dari kegiatan-kegiatan kreatif yang bervariasi, yang tersusun dari seni dan kerajinan tradisional, penerbitan, musik, visual dan pembentukan seni sampai dengan penggunaan teknologi yang intensif dan jasa-jasa yang berbasis kelompok, seperti fil, televisi, dan siaran radio, serta media baru dan desain.”

2.2 Definisi Daya Saing

Daya saing adalah kapasitas bangsa untuk menghadapai tantangan persaingan pasar internasional dan tetap menjaga atau meningkatkan pendapatan riil-nya (Council of Competitiveness Washington, DC, 2006)

Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal (EuropeanComission, 1999 )


(23)

2.3 Karakteristik Industri Kreatif

Berdasarkan hasil studi pemetaan Industri kreatif yang dilakukan Departemen Perdagangan RI (2007:38), industri kreatif memiliki karakteristik umum sebagai berikut.

1. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah terjadi hampir pada seluruh subsektor industri kreatif.

2. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah tersebut diikuti oleh fluktuasi pertumbuhan jumlah perusahaan.

3. Fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tinggi, tetapi tidak setinggi fluktuasi pertumbuhan perusahaan.

4. Memiliki tingkat teknologi dan produktivitas modal yang relatif konstan. Artinya teknologi yang digunakan bukan teknologi tinggi dan bukan industri padat modal (capital intensive).

2.4 Teori-teori Daya Saing 1. Teori Klasik

- Absolut Advantage (Adam Smith )

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal dengan teori keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa. Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam


(24)

komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan yang absolut dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.

- Comparative Advantage ( JS Mill dan David Ricardo)

Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang dimilikicomparative advantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar).Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.

2.5 Peran Industri Kreatif Di Indonesia

Industri kreatif berperan penting dalam perekonomian nasional maupun global karena memberikan kontribusi terhadap aspek kehidupan baik secara ekonomi maupun nonekonomi. Secara ekonomi, industri kreatif berperan dalam menciptakan iklim bisnis, pencapaian lapangan kerja, menumbuhkan inovasi dan kreativitas, pencipta sumber daya yang terbarukan, dan berkontribusi positif terhadap pendapatan nasional bruto (Gross National Product-GNP).

Berdasarkan laporan ekonomi kreatif (2008: 2), dari Departemen Perdagangan RI, kontribusi ekonomi kreatif dapat dilihat dari beberapa indikator baik secara ekonomi maupun non ekonomi sebagai berikut:


(25)

1. Dampak terhadap aspek sosial

Selain berkontribusi terhadap perekonomian, industri kreatif berkontribusi terhadap sosial ekonomi lainnya. Misalnya, terhadap peningkatan kualitas hidup, peningkatan toleransi sosial, bahkan peningkatan citra dan identitas bangsa.

2. Dampak terhadap pelestarian budaya

Peran penting nonekonomi dari industri kreatif adalah berperan dalam membangun budaya, warisan budaya, dan nilai-nilai lokal. Industri kreatif yang berbasis budaya menciptakan landasan karakter budaya lokal yang kuat. Industri kreatif mampu memperjuangkan hak kekayaan intelektual (HAKI) bagi warisan budaya, dan kearifan budaya. Jamu-jamuan, makanan tradisional, obat-obatan tradisional, seni tradisonal, dan pakaian tradisional adalah warisan budaya yang dapat dilindungi HAKI-nya. Di bidang teknologi sangat beragam, seperti irigasi subak, sistem pelestarian hutan suku pedalaman dan warisan budaya kerajinan lainnya, semua warisan budaya tersebut memiliki potensi pasar dan merupakan produk industri kreatif bangsa. 3. Tingkat Pendidikan

Tentunya tingkat pendidikan sangat diperlukan dalam daya saing, untuk melakukan suatu inovasi tentunya digunakan pemikiran yang sangat kreatif sehingga dapat memunculkan ide-ide yang cemerlang sehingga dapat bersaing dengan yang lainnya. Partisipasi masyarakat


(26)

dalam mengenyam pendidikan SD tercatat sebesar 94,7%, SMP sebesar 66,5%, serta melek huruf sebesar 99,4%.

2.6 Jenis-jenis Industri kreatif

a. Periklanan : kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya : riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar,majalah) dan elektronik (televisidan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau sampels, serta penyewaan kolom untuk iklan.

b. Arsitektur : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya instruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan kontruksi baik secara menyeluruh dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail kontruksi,misalnya: arsitektur taman, desain interior). c. Pasar Barang Seni : Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.


(27)

d. Kerajinan : Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam,(emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.Produk kerajinan pada umumnya hanya produksi dalam jumlah yang relatif kecil(bukan produksi massal)

e. Desain : kegiatan yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. f. Fesyen : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian,

desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode, dan aksesorisnya, konsultasi lini produk fesyen,serta distribusi produk fesyen.

g. Video, Film dan Fotografi : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi vidio, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.

h. Permainan Interaktif : kegiatan kreatf yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif


(28)

bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

i. Musik : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

j. Seni Pertujukkan : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukkan (misal:pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, temasuk tur musik etnik),desain dan pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

k. Penerbitan dan Percetakan : kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah tabloid, dan konten digital, serta kegiatan,kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus, lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

l. Layanan komputer dan Piranti Lunak : kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database ,pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain


(29)

arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, sera desain portal termasuk perawatannya.

m. Televisi dan Radio : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis ,reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay

(pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

n. Riset dan Pengembangan : kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar,termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni, serta jasa konsultasi bisnis dan manajemen.

2.7 Peluang yang Dihadapi Industri Kreatif

Tahun 2004 adalah era keemasan bagi industri kreatif, pada saat itu pertumbuhan mencapai 8,17%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional saat itu yang hanya 5,03%. Namun, rata-rata pertumbuhan indutri kreatf tahun 2002-2006 hanyalah sebesar 0,74% . Terjadi fluktuasi yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa industri ini belum tumbuh dengan kuat tetapi memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal jika didukung dengan kondisi usaha dan lingkungan usaha yang kondusif.


(30)

Peluang industri kreatif baik di dalam negeri maupun di luar negeri sangatlah besar.Pangsa pasar yang dijanjikan untuk indutri kreatif ini masih terbuka sangat -lebar, dan akan memiliki kecenderungan meningkat.

- Perubahan Perilaku Pasar dan Konsumen

Seiring dengan majunya tingkat pendidikan dan kesehatan di berbagai negara di dunia, taraf hidup manusia pun semakin meningkat sehingga sudut pandang manusia melihat kehidupan juga berubah.

Teori Hirarki Kebutuhan Maslow (Maslow, A Theory of Human Motivation 1943) menyatakan bahwa saat manusia telah berhasil melampaui tingkat kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisik ( physical needs ) serta kebutuhan atas keamanan (security/ safety needs),

maka manusia akan berusaha mencari kebutuhan-kebtuhannya pada tingkat yang lebih lanjut yaitu kebutuhan bersosialisasi (social needs), rasa percaya diri (esteem needs) dan aktualisasi diri (self actualization). Demikian pula dengan perilaku konsumsi manusia.

Dalam konteks perdagangan, semakin lama manusia semakin meyukai barang-barang yang tidak hanya mampu memuaskan kebutuhan fungsional saja, namun juga mencari produk yang bisa memberikan dirinya suatu identitas dan membuatnya dirinya lebih dihargai oleh orang-orang disekitarnya. Industri fesyen adalah contoh yang bagus untuk menggambarkan kondisi ini. Konsumen tidak akan membeli barang yang tidak cantik dantidak menarik, atau tidak cocok dengan tubuh si pemakai .


(31)

Ciri-ciri konsumen seperti ini sangat identik dengan konsumen di negara- negara maju. Oleh karena negara maju juga merupakan trend-setter perdagagan internasional, maka perilaku tersebut berimbas pada negara-negara lain dan menjadi tren global. Sehingga secara perdagangan dan industri, produk-produk yang dijual ke negara-negara maju haruslah yang memiliki kandungan-kandungan non-fungsional yang mampu memuaskan kebutuhan konsumen atas identitas dan penghargaan sosial. Disinilah industri kreatif memegang peranan yang penting, karena industri kreatif sangat responsif menyerap akumulasi fenomene-fenomena sosial di masyarakat dan menuangkan ke dalam konteks produk dan jasa, bisa berupa produk pakai sepertifesyen dan kerajinan maupun produk-produk hiburan seperti musik dan film.

Namun, hirarky kebutuhan tidak hanya diperunukkan bagi manusia yang berkecukupan dalam hal materi maupun SDM yang berlatar belakang pendidikan tinggi. Dalam proporsi tertentu masyarakat di lapisan bawah

(the bottom of the pyramid) yang kurang mengecap pendidikan tinggi pun memiliki motivasi sosial, motivasi kepercayaan diri dan motivasi untuk aktualisasi diri yang sama pentingnya seperti masyarakat lapisan atas.

- Tumbuhnya Era Produksi Non Massal

Semakin kritisnya konsumen akhirnya membuat konsumen akhirnya membuat konsumen semakin selektif terhadap baran-barang yang dikonsumsinya. Konsumen kurang tergerak membeli barang-barang


(32)

generik, sebaliknya konsumen sangat antusias membeli barang-barang yang unik dan dapat membuat bangga yang memakainya. Semakin lama faktor selera semakin mendominasi perilaku konsumsi. Dan akibatnya daur hidup produk-produk semakin lama semakin singkat. Ini disebabkan karena menyimpan stok terlalu banyak, terlalu banyak, lebih besar kemungkinan produk tidak terserap pasar.

Permintaan konsumen ini (consumer demand) telah mengubah pendekatan indutri. Dahulu industri berorientasi mendorong supply

(supply driven) dan proses produksinya tidak disatu tempat namun tersebar.

Efek dari industri yang berorientasi konsumen adalah munculnya era produksi non-massal.Pada sistim ini barang dibuat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dan dengan variasi-variasi yang beraneka ragam. Yang tidak disadari oleh banyak orang dari fenomena ini adalah bahwa sebenarnya faktor kandungan emosional dan selera (emotional attachment) adalah faktor pendorong perubahan tersebut.

Fenomena ini bisa dapat dimanfaatkan dua arah. Industri kreatif yang syarat dengan kandungan emosional dapat mendorong evolusi perkembangan teknologi industri manufaktur non-massal, atau kebalikannya, industri kreatif dapat semakin memanfaatkan teknologi maufaktur yang telah semakin fleksibel sebagai salah satu keunggulannya dalam mensupplai produk-produk yang beraneka ragam.


(33)

-Porsi Pasar Dalam Negeri yang Besar

Dari sisi pasar domestik, penduduk Indonesia merupakan peringkat 4 terbesar di dunia adalah potensi pasar yang sangat besar apabila dapat menyerap hasil-hasil produksi dalam negeri.

Saat faktor eksternal kurang mendukung, seperti kondisi saat ini, kinerja ekspor bisa saja menurun. Pada saat itu, perekonomian harus ditumpu pada perekonomian domestik. Industri kreatif berbasis barang-barang fisik dapat mengisi pasar dengan hasil-hasil produksi dalam negeri yang memiliki kualitas desain yang sama baiknya dengan prodk-produk impor. Produk-produk lokal yang dibuat secara mandiri tanpa lisensi asing mencerminkan potensi kemandirian dunia bisnis anak bangsa. Industri kreatif yang produknya berupa jasa atau bentuk on-materiil lainnya misalnya musik dan piranti lunak, dapat didistribusikan secara digital sehingga tidak perlu menggunakan cara-cara distribusi melalui infrastruktur fisik yang sangat terkait dengan konsumsi BBM.

- Keragaman Sosio-Kultural Indonesia

Negara Indonesia terkenal karena keragaman sosio-kulturalnya. Seringkali kendala yang ditemui dalam budaya Indonesia adalah kesulitan mencari pemirsa (audience). Ini disebabkan karena pemirsa kurang tertarik menikmati sajian yang terlalu tradisionil. Apabila dibiarkan, lama kelamaan warisan budaya tersebut akan punah karena tidak adanya regenerasi terhadap generasi muda.


(34)

Namun sebaliknya, bagi para pelaku industri kreatif, keragaman sosio-kultural dapat menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah kering. Diman-mana kita dapat melihat bahwa pemirsa lokal maupun internasional akan tertarik apabila menonton pagelaran budaya yang telah mendapat sentuhan lebih modern dan populer dari desainer, arsitek, komposer, musik dan koreografer.

Usaha-usaha pemanfaatan kearifan serta warisan budaya ini, perlu perhatian dan kerjasama antara pemerintah dengan pelaku-pelaku industri kreatif, sehingga warian budaya tradisional bangsa Indonesia dapat terlestarikan dan menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia.

2.8 Indikator Ekonomi Kreatif

Terdapat beberapa indikator dalam meningkatkan daya saing dalam usaha ekonomi kreatif diantaranya.

- Kesiapan SDM Kreatif

Di era ekonomi kreatif, dimana kreativitas menjadi indutri, pekerja kreatif tidak hanya dari dunia seni melainkan juga dari dunia manajemen, sains, dan teknologi.Menurut Florida,SDM kreatif meliputi orang-orang dari bidang sains, insinyur, arsitek, desainer, pendidik, artis, musisi, dan entertainer.Terdapat 30% pekerja dalam strata kreatif di Amerika, dengan penghasilan sekitar 2 triliun dollar Amerika. Kontribusi yag sangat besar ini menjadi patokan bahwa SDM kreatif patut diperhitungkan.


(35)

Berkembangnya Industri kreatif berbasis kreativitas khususnya di Amerika dan Inggris berdampak besar bagi negar-negara lai khususnya negara-negara di Asia, berupa kegiatan sub-kontak (outsourcing). Perlahan-lahan negara-negara Asia mulai menunjukkan kematangannya. Saat ini India telah terkenal dengan industri film dan industri piranti lunak, Jepang dan Korea dikenal sebagai pencipta benda-benda elektronik, otomotif dan industri konten.

Namun, pasar global untuk sub-kontak SDM kreatif belum dirasakan penoh oleh pekerja-pekerja kreatif di Indonesia. Kendala yang dihadapi SDM kreatif Indonesia saat ini ada 3 bagian besar :

1. SDM kreatif berbasis artistik belum mmahami konteks kreativitas diera industri kreatif secara menyeluruh. Sehingga masyarakat melihat dunia artistik sebagai dunia yang eksklusif dan tidak merakyat.

2. SDM kreatif berbasis non-artistik (sains dan teknologi) terlalu mikroskopis dalam melihat keprofesiannya sehingga kadang terlalu mekanistis dalam berpikir sehingga kurang inovatif. Dalam bekerja orang-orang ini lebih termotivasi bekerja pada perusahan-perusahaan besar yang membuat mereka tenggelam dalam rutinitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan kreativitas yang ada dalam diri.

3. SDM kretif yang berbasis artistik maupun yang non-artistik kekurangan sarana untuk bereksperimen dan berekspresi


(36)

sehingga hasil karya mereka masih kurang kreatif daan kurang inovatif. Akibatnya industri lokal dan interasional belum melihat kepentingan yang besar untuk mengadopsi ide-ide baru dari mereka.

Melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan penanaman pola pikir keatif yang lebih kontekstual dan diterapkan disegala sisi kehidupan, baik dari sisi pendidikan, budaya maupun motivasi kewirausahaan

- Tersedianya SDA yang memadai

Sumber daya alam tentunya sangat dibutuhkan untuk menjalani setiap usaha, sumber daya ataupun bahan baku dapat sangat mendukung dalam meningkatkan daya saing suatu usaha ekonomi kreatif. Sumber daya alam harus digunakan secara efektif dan efisien agar tidak terjadi masalah dalam sumber daya alam. Contohnya tidak tersedianya lagi sumber daya alam ataupun sumber daya alam sangat terbatas,oleh sebab itu harus dilakukan penghematan sumber daya alam .

- Lembaga Pendidikan Yang Mampu Menghasilkan Insan Kreatif Indonesia

Anak didik disini dituntut untuk berdaya juang di kehidupan nyata. Daya juang sebenarnya adalah olah kreativitas, karena daya juang menantang manusia memecahkan suatu permasalahan, bila ia tidak cukupkreatif, permasalahannya tidak selesai dania akan tersinglirkan. Dengan kenyataan ini sektor pendidikan, sejak dini harus mengimbangi


(37)

kurikulum berbasis menghafal dengan kurikulum berorientasi kepada kreativitas dan terbentuknya jiwa kewirausahaannya. Kreativitas yang dimaksud adalah mengasah kepekaan dan kesiapan untuk proaktif di dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ditemui di lingkungan nyata.

Lembaga pendidikan seharusnya mengarah kepada sistem pendidikan yang dapat menciptakan :

1. Kompetensi yang kompetitif : Sesuai namanya, kompetensi membutuhkan latihan, sehingga sektor pendidikan harus memperbanyak kegiatan orientasi lapangan, eksperimentasi, riset dan pengembangan serta mengadakan proyek kerja sama multidisipliner yang beranggotkan berbagai keilmuan, dari sains, teknologi maupun seni.

2. Intelejensia Multi Dimensi : Teori-teori intelejensia saat ini telah mengakui pula bahwa tidak hanya kecerdasan rasional (IQ) yang menjadi acuan tingkat pencapaian manusia juga memiliki kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spritual (SQ). Dengan menempatkan porsi yang sama di ketiga dimensi intelejensia ini pada jalur penddidikan formal, diharapkan dapat dihasilkan SDM berintelejensia rasional yang tinggi dan memiliki daya kreativitas yang tinggi pula.


(38)

- Lembaga Keuangan Bagi Industri Kreatif

Dukungan lembaga keuangan pada insan-insan kreatif Indonesia masih dirasakan rendah. Misalnya industri-industri kreatif baru terutama yang berbasis konten digital yang menunjukkan pertumbuhan diatas rata-rata masih sulit untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan masih belum memahami bisnis di industri kreatif ini, sehingga lembaga keuangan masih sulit memberikan dukungan.

Saat ini sudah terdapat skema pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) yang telah diluncurkan oleh Presiden RI pada tanggal 5 November 2007 berdasarkan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) antara Pemerintah, Perusahaan Penjaminan, dan Perbankan (enam bank yaitu Bank Mandiri, BNI, BTN, BRI, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri) pada tanggal 9 oktober 20007 tentang Penjaminan kredit/Pembiayaan kepada UMKM/Koperasi, yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh skema pmbiayaan bagi industri kreatif. Tetapi hal ini belum dapat dimanfaatkan oleh industri kreatif karena kendala perbedaan pola bisnis sektor industri kreatif dengan sektor-sektor industri lainnya,sehingga perbankan akan cenderung menilai sektor industri kreatif belum bankable. Oleh karena itu perlu dipirkan kebijakan atau bentuk skema pembiayaan yang sesuai bagi industri kreatif ini.


(39)

2.9 Penelitian Terdahulu

Petrus Wolo (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Penigkatan Daya Saing Produk Sarung Blinkonblewut dengan Menggunakan

Metode Analytical Hierarchy Process”dengan melakukan metode Analitycal Hierarcy Process ini dapat menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki. Peneltian ini berupa atribut kualitas produk dalam meningkatkan daya saing produk perusahaan Blikonblewut. Dari kuisioner yang disebarkan sebanyak 20 kuisioner dan setelah dilakukan pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa terjadi beberapa elemen yang menjadi kebutuhan konsumen dalam pemilihan produk sarung Blikonblewut yaitu harga 0,62, kekuatan 0,45, warna 0,66, panjang 0,91, lebar 0,55 dan kemasan -0,23.Sehingga faktor utama yang paling penting dalam perbaikan pembuatan sarung tenun Blikonblewut yaitu kekuatan dengan perbaikan alat tenun dan pemilihan bahan baku benang yang baik sehingga akan membuat umur sarung lebih awet.

Atle Hauge (2012) dalam penelitiannya berjudul “ Creative Industri : Lacklustre business-Swedish firms’ combination of business and aesthetics as a competitive strategi” disini menjelaskan bahwa untuk dapat mempertahankan daya saing yaitu dengan kreativitas dan inovasi yang tinggi. Di dalam bisnis ini ide-ide kreatif sangat diperlukan dalam bidang desain dan fashion.

Eling Purwanto Jati (2013) dalam penelitiannya berjudul “ Analisis Sikap dan Masyarakat Dalam Mengembangkan Industri Kreatif Batik di Desa Gambarsari Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga “ dalam penelitian


(40)

ini menjelaskan tentang bagaimana caranya menemukan gagasan kreatif dalam Industri kreatif Batik ini, seperti mendesain motif-motif batik agar dapat memikat hati konsumen, sehingga dapat meningkatkan daya saing.

3.0 Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konseptual ini menjelaskan gambaran atau wilayah yang akan digunakan sebagai penelitian. Penelitian akan dilakukan dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder tentang industri kreatif di kota Medan. Dan juga nantinya akan turun ke lapangan guna melakukan survei dengan cara kuisioner dan juga wawancara. Sehingga nantinya dapat menjelaskan seberapa besar daya saing dalam industri kreatif di kota Medan.

Kota

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan

Kondisi eksternal (peluang dan ancaman) ekonomi

kreatif Kondisi Internal (kekuatan

dan kelemahan) ekonomi kreatif

Peningkatan Daya Saing Usaha Kreatif Ekonomi Kreatif di kota Medan


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu dengan menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara,Indonesia. Di kota Medan ini tentunya banyak ditemukan potensi ekonomi kreatif , sehingga memungkinkan untuk melakukan penelitian.

3.3 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala kategori (category scale). Skala ini digunakan untuk mendapatkan jawaban tunggal dari multiple item atas jawaban yang tersedia bagi responden untuk dipilih sesuai dengan keadaannya (Sinulingga, 2011).

Setiap responden diharuskan memilih salah satu dari beberapa kategori jawaban yang ada sesuai keadaan yang terjadi sehingga nantinya jawaban dari responden akan disimpulkan untuk memperoleh hasil keseluruhan dari penelitian ini.


(42)

3.4 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data asli yang mempunyai sifat up to date. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi, diskusi terfokus, wawancara serta penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), buku literatur, internet, jurnal, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai data penunjang.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu : 1. Kuisioner

Metode kuisioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini yang menjadi respondennya adalah pengusaha di sektor industri rumah tangga di Kota Medan. Kuisioner yang akan disebarkan di kota Medan yaitu sebanyak 40 kuisioner. Yang akan dibagikan kepada seluruh pengusaha ekonomi kreatif di kota Medan.


(43)

2. Studi Kepustakaan

Teknik studi kepustakaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data dan informasi dapat diperoleh melalui buku-buku, internet, jurnal, tesis dan sebagainya.

3. Metode Wawancara

Wawancara menurut Nazir (1998) adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap, atau sebagai kriterium (Hadi, 1992).

3.6 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Proses pengambilan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan, misi, tujuan, strategi dan kebijakan(Rangkuti,2000)

Analisis SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Metode SWOT ini dibuat oleh Albert Humphrey, pada waktu itu


(44)

(dasawarsa 1960-an dan 1970-an) sedang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford dengan menggunakan data dari berbagai perusahaan. Analisis SWOT dibuat berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal organisasi.

- Strenghths

Strenghths atau kekuatan adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Strenghths merupakan faktor internal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian, atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan, citra keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dan supplier.

- Weakness

Weakness atau kelemahan kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Weakness merupakan faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor penghambat berupa fasilitas yang tidak lengkap, kurangnya sumber keuangan, kemampuan mengelola, keahlian pemasaran, dan citra perusahaan.


(45)

- Opportunity

Opportunity atau kesempatan adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. Opportunity tidak hanya kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respons masyarakat atau isu yang diangkat. Opportunity merupakan faktor eksternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapaian tujuan dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan persaingan, perubahan teknologi, dan perkembangan hubungan supplier dan buyer.

- Threat

Threat atau ancaman adalah organisasi faktor dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi atau program. Threat merupakan faktor yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power daripada supplier dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan baru.

Indikator SWOT meliputi faktor internal dan eksternal : 1. Indikator Faktor Internal

Menurut David (2002), faktor internal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan dalam perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan


(46)

kelemahan yang dimiliki, baik dari segi sumber daya fisik yaitu berupa peralatan atau fasilitas, kemudian sumber daya manusia yang meliputi karyawan, pelatihan, pengalaman, skill, brand dan kemampuan, sera sumber daya organisasi yang meliputi struktur organisasi.

2. Indikator Faktor Eksternal

Menurut David (2012), faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar perusahaan yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dihadapi, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, politik, pemerintah dan hukum, teknologi, serta dari segi kompetitifnya atau struktur persaingan.

Perangkat analisa data yang digunakan adalah Matriks Evaluasi Faktor Internal, Matriks Evaluasi Faktor Eksternal, diagram SWOT, dan matriks SWOT.

a. Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Hasil identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal(EFI) untuk diberi skor : bobot x

rating. Skor faktor-faktor kunci internal merupakan kekuatan dan yang merupakan kelemahan masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Sedangkan hasil identifikasi faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk diberi skor : bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci eksternal


(47)

yang merupakan peluang dan yang merupakan ancaman masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan.

Tabel 3.1

Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x rating

Kekuatan (Strength) I.

... 7. Total

Kelemahan (Weakness) I.

... 7. Total

Selisih Kekuatan- Kelemahan

Sumber : Rangkuti (2000)

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x rating

Peluang (Opportunity) I.

... 7. Total

Ancaman (Threat) I.

... 7. Total


(48)

Tahap- tahap penentuan peubah-peubah Internal dan Ekternal dalam Matriks EFI dan EFE menurut Rangkuti (2002) adalah :

1. Menentukan apa saja faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta apa saja faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman. (kolom 1)

2. Beri bobot masing- masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1. (Kolom 2)

3. Hitung Rating pada matriks EFI dan EFE untuk masing-masing faktor dengan memberi skala dari 4 (outsanding) sampai dengan 1(poor), untuk mengidentifikasikan kekuatan utama, kekuatan utama, kelemahan utama, peluang dan ancaman beserta nilai pengaruhnya. (kolom 3)

4. Kalikan bobot yang terdapat pada kolom 2 dengan ratingpada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 (outsanding) sampaidengan 1(poor).

5. Menjumlahkan seluruh hasil perkalian dari bobot dan rating untuk mendapatkan total dari skor pembobotan.

b. Diagram SWOT

Diagram SWOT adalah perpaduan antara perbandingan kekuatan dan kelemahan (pada garis horizontal) dengan perbandingan peluang dan


(49)

ancaman (pada garis vertikal). Di dalam diagram ini, kekuatan dan peluang diberi tanda positif(+), sedangkan peluang dan ancaman diberi tana (-). Dengan selisih nilai kekuatan (S) – kelemahan (W) yang ditempatkan pada sumbu (x), dan selisih nilai antara peluang (O) – ancaman (T) yang ditempatkan pada sumbu (y), maka ordinat (x,y) akan menempati salah satu sel dari SWOT.

Kuadran III :Turn Around Kuadran I :Agresif

Kuadran IV : Defensiv Kuadran II:Diversifikasi

Sumber :Rangkuti (2000)

Gambar3.1 Diagram SWOT

Setiap kuadran pada diagram SWOT memperlihatkan ciri yang berbeda, sehingga diperlukan strategi yang berbeda dalam penggunannya. Diagaram SWOT yang dibuat berdasrkan nilai pengaruh unsur SWOT akan didapat rumusan bentuk strategi yang tepat.

c. Matriks SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah Matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas

Peluang(eksternal)

Kelemahan(internal) Kekuatan (internal)


(50)

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

Tabel 3.2

Matriks Analisis SWOT

Sumber : Rangkuti (2000)(diolah penulis) Keterangan :

IFAS :Internal Strategic Factors Analysis Summary EFAS : Eksternal Strategic Factors Analysis Summary

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)  Tentukan

5-10 faktor kelemahan internal

WEAKNESS (W)

 Tentukan 5-10 kekuatan internal

OPPORTUNIES (O)

 Tentukan 5-10 faktor peluang

eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan Strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang Treaths (T)

 Tentukan 5-10 faktor ancaman

eksternal

Strategi ST

Ciptakan energi yang menggunakan

kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman


(51)

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman

c. Strategi WO

Startegi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang adil dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan

4.1.1 Geografis Kota Medan

Kota Medan mempunyai luas daerah sekitar 265,10 km2 yang dan memiliki wilayah terluas terluas di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Secara geografis Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota atau negara yang lebih maju Seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

Dengan itu luas Kota Medan di klasifikasikan beberapa wilayah yaitu, 36,3% adalah pemukiman, perkebunan 3,1%, lahan jasa 1,9%, sawah 6,1%, perusahaan 4,2%, kebun campuran 45,4%, industri 1,5%, hutan rawa 1,8 %. Dan kota medan juga terbagi menjadi 21 Kecamatan ( BPS kota Medan 2014).

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Medan Tahun 2014

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1 Medan Tuntungan 20,68

2 Medan Selayang 12,81

3 Medan Johor 14,58

4 Medan Amplas 11,19

5 Medan Denai 9,05

6 Medan Tembung 7,99

7 Medan Kota 5,27

8 Medan Area 5,52

9 Medan Baru 5,84

10 Medan Polonia 9,01

11 Medan Maimun 15,44

12 Medan Sunggal 15,44

13 Medan Helvetia 13,16

14 Medan Barat 6,82


(53)

16 Medan Timur 7,76

17 Medan Perjuangan 4,09

18 Medan Deli 20,84

19 Medan Labuhan 36,67

20 Medan Marelan 23,82

21 Medan Belawan 26,65

Total 265,1

Sumber : BPS Kota Medan

4.1.2 Kondisi Ekonomi Kota Medan

Perubahan struktur ekonomi di Kota Medan, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasingreturntoscale(relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penetu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi ,relatif tetap.

Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer memberikan sumbangan sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sup sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sup sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70


(54)

persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen. Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Pada tahun 2008 sektor tertier masih mendominasi tetapi ada peningkatan pada sektor primer dimana sektor tertier 44,69, sektor sekunder sebesar 31,08,dan sektor primer sebesar 24,23. Tahun 2009 sektor tertier sebesar 45,01, sektor sekunder sebesar 30,57, sektor primer sebesar 24,40. Tahun 2010 sektor tertier memberikan kontribusi sebesar 45,45, sektor sekunder sebesar 30,26, sektor primer sebesar 24,29. Tahun 2011 sektor tertier menyumbang sebesar 38,10, sektor sekunder sebesar 35,26, sektor primer sebesar 26,70. Tahun 2012 sektor tertier menyumbang 47,20, sektor sekunder sebesar 29,70, sektor primer sebesar 23,30. Masingmasing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.


(55)

Tabel 4.2

Kontribusi Sektor Primer, Sekunder, Tersier di kota Medan Tahun 2005-2012

Sektor Persen

Tahun 2005 Primer Sekunder Tertier 3,06 26,51 70,03 Tahun 2006 Primer Sekunder Tertier 2,93 28,37 68,70 Tahun 2007 Primer Sekunder Tertier 2,86 27,93 69,21 Tahun 2008 Primer Sekunder Tertier 24,23 31,08 44,69 Tahun 2009 Primer Sekunder Tertier 24,40 30,57 45,01 Tahun 2010 Primer Sekunder Tertier 24,29 30,26 45,45 Tahun 2011 Primer Sekunder Tertier 26,70 35,20 38,10 Tahun 2012 Primer Sekunder Tertier 23,20 29,70 47,10 Sumber: BPS kota Medan

4.1.3 Tenaga Kerja di Kota Medan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, angkatan kerja di kota Medan pada tahun 2013 mencapai 1.004.899. dengan angka ini tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk kota Medan tercatat sebesar 61,94%. Sedangkan angka pengangguran terbuka di kota Medan relatif kecil, yaitu sebesar 13,11%.

Bila dibedakan menurut status pekrjaan utamanya, buruh atau karyawan sebesar 51,26%. Status pekerjaan ini lebih besar dibandingkan status pekerjaan lain. Sedangkan berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain sebesar 26,18%,


(56)

berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap sebesar 8,87%, berusaha sendiri dibantu buruh tetap sebesar 4,84% dan pekerja lainnya sebesar8,84%. Sektor tersirer dimasuki sekitar76,37% pekerja dan merupakan sektor terbanyak menyerap pekerja. Hal ini dikarenakan sektor tersebut tidak memerlukan pendidikan khusus. Sektor lainnya yaitu sektor primer menyerap tenaga kerja sebesar 3,22% dan sektor sekunder menyerap sebesar 20,41%.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2010-2013

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 46,94 43,90 43,40 4,06

2 Pertambangan 0,43 0,51 0,71 0,19

3 Industri 7,43 8,19 7,68 13,03

4 Listrik, gas dan air 0,20 0,19 0,32 0,85

5 Bangunan 5.00 5,63 6,33 6,31

6 Perdagangan 19,52 20,45 19,42 36,9

7 Pengangkutan 5,04 4,18 4,80 8,54

8 Keuangan 1,00 2,00 1,79 7,85

9 Jasa 14,45 14,96 15,56 22,1

Jumlah 100.00 100,00 100,00 100,00

Sumber :BPS tahun 2013,Medan

Tabel 4.3 dapat memberi gambaran mengenai ketenagakerjaan kota Medan, jumlah tenaga kerja per sektor di kota Medan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor-sektor tersebut masing-masing memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda-beda terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja di kota Medan.

Sektor Industri di kota Medan cukup banyak. Hal ini dapat kita lihat pada jumlah penyerapan tenaga kerja bidang Industri pada tahun 2013 yaitu sebesar 117.888 jiwa. Dan hal ini tentu mengalami naik turunnya jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang industri pada tahun sebelumnya.


(57)

Naik turunnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang baru dan juga tidak dipungkiri juga terdapat beberapa peruahaan yang tidak bertahan lama atau bisa dikatakan mengalami bangkrut.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja di bidang jasa menduduki posisi puncak yaitu sebanyak 200.280 jiwa, kemudian diikuti oleh bidang perdagangan, rumah makan dan perhotelan yaitu sebanyak 334.514 jiwa, dan selanjutnya diikuti bidang industri sebanyak 117.888, dan kemudian diikuti oleh jenis-jenis lapangan usaha yang memiliki penyerapan tenaga kerja yang berbeda – beda.

4.1.4 Perkembangan UMKM kota Medan

Di kota Medan terdapat 224.000 unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang beroperasi di Medan, sebanyak 7.800 unit bergerak di bidang industri kreatif. Itu seperti periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, fashion, film, musik, seni pertunjukan, dan penerbitan.

Struktur perekonomian Kota Medan didominasi oleh 4 (empat) lapangan usaha utama yaitu Industri Pengolahan (14,28%), Perdagangan, Hotel dan Restoran (28,10%), Pengangkutan dan Telekomunikasi (19,38%), serta Keuangan, Persewaan dan Jasa (14,42%). Keempat sektor ini memberikan kontribusi sekitar 76,18% terhadap perekonomian daerah kota Medan.

Dari ribuan pelaku Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) yang ada di kota Medan ,ternyata yang menjadi binaan Dinas Jumlahnya hanya sekitar 500 pelaku usaha saja. Sementara yang dapat dibina


(58)

dalam jangka waktu satu tahun hanya sekitar 200 pelaku UMKM saja. Minimnya pembinaan yang diberikan, salah satunya karena anggaran yang dialokasikan terbatas (www.medanbisnis.com).

Menurut Risnata Sugiaty, Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan daya saing bagi para pelaku UKM ini, mereka memberikan pembinaan berupa pelatihan dan sosialiasi. "Pembinaan yang kita lakukan itu berupa pelatihan administrasi, manajemen keuangan. Ini diberikan secara bergilir. Rata-rata setiap tahunnya sebanyak 200 orang yang bisa dibina.

Tabel 4.4

Lapangan Usaha Utama di Kota Medan

No Lapangan Usaha Persen

1 Industri Pengolahan 14,28

2 Perdagangan,hotel,dan restauran 28,10 3 Pengangkutan dan telekomunikasi 19,38

4 Keuangan,persewaan dan jasa 14,42

Total 76,38

Sumber : BPS kota Medan

4.1.5 Perkembangan Ekonomi Kreatif Kota Medan

dapat dilihat dari jenis-jenis ekonomi kratif di kota Medan seperti kerajinan di bidang clothing dan desain baju yaitu baju Tauko Medan yang merupakan salah satu jenis ekonomi kreatif. Desain baju ini sudah termasuk terkenal di seluruh kota Medan. Juga harga yang terjangkau dalam setiap produk bajunya.

Ekonomi kreatif di kota Medan di bidang makanan juga sangat mengalami perkembangan karena kreativitasnya yang tinggi. Sehingga


(59)

memajukan ekonomi kreatif di bidang produk makanan. Di bantu dengan kemajuan ekonomi kreatif dibidang musik, dengan banyaknya anak muda yang berekspresi di atas panggung, sehingga meningkatkan penjualan cd ataupun kaset rekaman hasil kreatifitas mereka. Ditambah dengan ekonomi kreatif dibiddang kerajinan seperti sablon yang mempunyai kreatifitas yang tinggi. Mereka seakan membuat karya tiada batasnya yang akan menambah kreatifitas di kota Medan.

Ekonomi kreatif di kota Medan dapat saja berkembang lebih cepat, tetapi karena ada faktor yang menghambat dikarenakan komunitas kreatif di kota ini belum dapat bersinergi sehingga sulit membangun jaringan yang salingmembutuhkan ataupun dikatakan kurang memiliki kreasi yang banyak ujar Fathra (selaku pengusaha ekonomi kreatif di kota Medan).

Hal senada diungkapkan pelaku industri pariwisata Maruli Damanik. Disatukannya elemen ekonomi kreatif ke divisi pariwisata, dinilainya, belum bersinergi dengan maksimal. Dengan memaksimalkan pariwisata di kota Medan maka akan membantu kemajuan ekonomi kreatif di kota Medan.

4.1.6 Kendala Usaha Ekonomi Kreatif

Berdasarkan dari hasil penelitian kendala ataupun penghambat daya saing usaha ekonomi kreatif di kota Medan antara lain :

a. Potensi Sumber Daya Manusia yang kurang potensial

Sumber Daya Manusia tentunya sangat penting dalam peningkatan daya saing ekonomi kreatif. Disini penulis mendapatkan dari hasil penelitian yaitu Sumber Daya Manusia yang sudah berumur ataupun tidak pada usia produktif dalam peningkatan daya saing usaha kreatif, dan juga pendidikan


(60)

terakhir para pengusaha ekonomi kreatif masih lebih di dominasi oleh pendidikan SMA sehingga masih belum bisa meningkatkan daya saing. Akibat dari keterbatasan ilmu pengetahuan dan pendidikan para pengusaha ekonomi kreatif.

b. Modal Usaha Masih Terbatas

Modal usaha juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif. Dengan adanya modal usaha yang cukup, dapat menumbuhkan daya saing, dengan menciptakan kelebihan produk yang dimiliki .

c. Ketersediaan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam ataupun bahan baku bisa menjadi faktor yang sangat menyulitkan bagi para pengusaha ekonomi kreatif mulai dari kenaikan harga bahan baku, berkurangnya stok bahan baku hingga pemasok yang kurang dipercaya. Tentunya akan sangat merugikan dalam menjalankan usaha ekonomi kreatif. Pengusaha dituntut mencari pemasok bahan baku yang dipercaya dan handal dalam memberikan bahan baku, tidak sesukanya menaikkan harga bahan baku, sehingga pengusaha harus menaikkan harga produk yang dijual. Dan akan berpengaruh pada hasil penjualan yang berkurang akibat kenaikan harga. Untuk itu pengusaha harus lebih konsekuen dalam memilih partner dalam penyediaan bahan baku.


(61)

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden 4.2.1.1 Berdasarkan Jenis Usaha

Berdasarkan data yang diperoleh dari 40 orang responden yang diteliti terdapat 5 jenis usaha yang menjadi bidang usaha yang dijalankan oleh pengusaha ekonomi kreatif.

Tabel 4.5

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat kita lihat posisi jenis usaha yang paling banyak dipilih oleh pengusaha ekonomi kreatif dijadikan sebagai lapangan usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup yaitu di bidang kerajinan sebanyak 18 usaha, kemudian diikuti bidang fashion sebanyak 5 usaha, selanjutnya bidang makanan dan minuman sebanyak 5 usaha, dan bidang percetakan sebanyak 10 usaha serta fotografi sebanyak 2 usaha.

Pada kuisoner yang diteliti lebih banyak pada usaha kerajinan, sehingga nantinya akan lebih di jelaskan strategi meningkatkan daya saing usaha kerajinan dalam analisis SWOT.

Jenis Usaha Jumlah

Kerajinan 18

Percetakan 10

Fashion 5

Makanan 5

Fotografi 2


(62)

4.2.1.2 Berdasarkan Umur Responden

Umur responden yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah berkisar antara 25 tahun – 65 tahun. Berikut adalah distribusi sampel umur responden

Tabel 4.6

Distribusi Sample Berdasarkan Umur

Umur Jumlah

<30 5

31-40 12

41-50 15

51> 8

Jumlah 40

Sumber : Data primer yang diolah

Dilihat dari hasil berdasarkan umur responden yang berumur 41-50 lebih dominan atau lebih banyak ditemukan pengusaha ekonomi kreatif, daripada umur <30 sebanyak 5 orang, umur 31-40 sebanyak 12 orang, dan umur 51> sebanyak 8 orang.

4.2.1.3 Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 24 orang jenis kelamin laki-laki lebih dominan dalam mengelola usaha ekonomi kreatif dan sebanyak 16 orang jenis kelamin wanita mengelola usaha ekonomi kreatif.

Tabel 4.7

Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 24

Perempuan 16

Jumlah 40


(63)

4.2.1.4 Berdasarkan Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden berdasarkan penelitian dimulai dari pendidikan SD hingga Perguruan tinggi. Berikut adalah tingkat pendidikan responden.

Tabel 4.8

Distribusi Sample Bedasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah

SD 0

SMP 4

SMA 19

Perguruan Tinggi 17

Jumlah 40

Sumber: Data Primer yang diolah

Berdasarkan hasil penelitian pendidikan para pengusaha ekonomi kreatif didominasi oleh pendidikan SMA sebanyak 19 orang , Perguruan tinggi sebanyak 17 orang, dan SMP sebanyak 4 orang.

4.2.1.5 Berdasarkan Modal Usaha

Rata-rata modal usaha yang peneliti cantumkan sesuai dengan modal sendiri pengusaha ekonomi kreatif. Modal usaha secara detail di uraikan pada lampiran. Berikut adalah hasil rata- rata yang didapatkan oleh peneliti sebagai berikut :

Tabel 4.9

Modal Usaha Usaha Ekonomi Kreatif

No Jenis Usaha Rata- Rata Modal Usaha

1 Kerajinan 4.000.000 - 15.000.000

2 Percetakan 5.000.000 - 7.000.000

3 Fashion 9.500.000 - 16.500.000

4 Makanan 4.000.000 - 7.500.000

5 Fotografi 9.500.000 - 10.500.000


(64)

Dari hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti modal usaha yang paling besar yaitu dari jenis usaha fashion, jenis usaha ini memerlukan bahan-bahan yang sangat mahal. Bahan-bahan-bahan yang diciptakan adalah hasil dari ide-ide kreatif mereka sendiri, hasil produk mereka seperti gaun pengantin yang harganya dapt dikatakan mahal sebanding dengan modal usaha mereka. Disusul oleh usaha kreatif dibidang fotografi yang juga memerlukan dana yang besar. Sebut saja modal utama mereka adalah kamera professional yang tentunya selalu digunakan para fotografer biasanya, tentunya untuk menghasilkan gambar yang indah dan berkesan. Disusul oleh usaha ekonomi kreatif dibidang makanan, usaha kreatif ini memerlukan bahan baku yang sangat banyak dan bermacam-macam dan dapat dikatakan memerlukan dana yang sangat besar tentunya untuk mengimbangi ide-ide kreatif mereka. Dan selanjutnya usaha ekonomi kreatif dibidang percetakan juga memerlukan dana yang besar. Tentunya untuk dapat mencetak banyak dokumen diperlukan mesin fotocopy yang tentunya harganya sangat mahal. Dan yang terakhir adalah usaha ekonomi kreatif dibidang kerajinan yang memerlukan dana yang lumayan besar. Usaha ekonomi dibidang kerajinan seperti sablon yang memerlukan bahan baku yang bermacam- macam, seperti berbagai macam cat warna yang harus diperlukan untuk mendapatkan kesan yang indah.


(65)

4.2.1.6 Berdasarkan Pendapatan Usaha

Pendapatan rata-rata usaha ekonomi kreatif setelah dilakukan penelitian yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.10

Pendapatan Usaha Ekonomi Kreatif/ Hari

No Jenis Usaha Rata-rata Pendapatan/Bulan

1 Kerajinan 3.500.000 - 15.500.000

2 Percetakan 5.500.000 – 6.300.000

3 Fashion 8.400.000 – 15.000.000

4 Makanan 3.500.000 – 7.000.000

5 Fotografi 8.400.000 – 9.500.000

Sumber: Data primer yang diolah

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kerajinan dalam usaha ekonomi kreatif di kota Medan memperoleh pendapatan yang lebih banyak. Pendapatan pada usaha ekonomi kreatif di kota Medan diuraikan dalam lampiran.

Pada usaha kerajinan didapati berbagai macam kerajinan mulai dari usaha sablon,pengrajin sepatu, hingga pengrajian mebel. Pengrajin mebel lah yang memperoleh pendapatan lebih besar dari usaha lainnya mencapai Rp.15.500.000 tentunya diperoleh lewat bakat dan kreatifitas yang sangat tinggi

Usaha ekonomi kreatif dibidang percetakan mencapai Rp.6.300.000 yang diperoleh dari hasil printing yang sangat bagus sehingga memperoleh pelanggan yang sangat banyak

Usaha ekonomi kreatif dibidang fashion juga memperoleh pendapatan mencapai Rp.15.500.000 yang tentunya mengahasilkan kreasi tanpa batas, dan diminati bnayak pelanggan


(66)

Usaha ekonomi kreatif dibidang makanan memperoleh pendapatan mencapai Rp.7.000.000 yang menghasilkan makanan yang khas dan juga sangat sempurna jika dirasakan.

Usaha ekonomi kreatif dibidang fotografi juga memperoleh pendapatan Rp.9.500.000 tentunya dengan hasil karya fotografi yang sangat indah dipandang. 4.2.1.7 Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil penelitian jumlah tenaga kerja pada usaha ekonomi kreatif adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11

Jumlah Tenaga Kerja pada Usaha Ekonomi Kreatif

No

Jenis Usaha

Jumlah Responden

Rata –rata Jumlah Tenaga

Kerja / Jenis Usaha

Banyaknya Tenaga

Kerja

1 Kerajinan 15 4 60

2 Percetakan 10 5 50

3 Fashion 5 5 25

4 Makanan 5 4 20

5 Fotografi 5 8 40

JUMLAH 40 26 195

Sumber: Data primer yang diolah

Dengan memperhatikan hasil tabel diatas maka kita akan melihat bahwa dari ke-5 usaha kreatif di kota Medan, sector kerajinan lah yang paling banyak menyerap tenaga kerja dalam usaha ekonomi kreaatif dan menyediakan lapangan usaha yang sangat besar hingga mampu menyerap sebanyak 60 orang pekerja.

Dan tidak jauh juga bidang usaha ekonomi kreatif dibidang percetakan juga dapat menyerap tenaga sebanyak 50 orang. Disusul oleh bidang fotografi menyerap sebanyak 40 orang tenaga kerja. Disusul oleh usaha ekonomi kreatif


(1)

skala prioritas dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

Acuan pengisian kuisoner ini adalah sebagai berikut

Penilaian kondisi saat ini : Penilaian Urgensi Penanganan: Angka 1 = Sangat kurang Angka 1 = Tidak urgen

Angka 2 = Kurang Angka 2 = Kurang urgen

Angka 3 = Cukup Angka 3 = urgen

Angka 4 = Agak baik Angka 4 = Sangat urgen Angka 5 = Baik

Angka 6 = Sangat baik

No Indikator Kekuatan Penilaian Kondisi Saat Ini

Urgensi Penanganan 1 Kualitas suatu produk

terjamin kualitasnya

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 2 Produk sejenis masih

jarang ditemukan 3 Harga produk lebih

terjangkau dibanding produk lain

4 Lokasi usaha dekat dengan pemasok bahan baku

5 Produknya unik dan memiliki kekhasan

6 Memiliki sumber daya manusia yang berkualitas


(2)

No Indikator Kelemahan Penilaian Kondisi Saat Ini

Urgensi Penanganan 1 Terbatasnya akses

pasar

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

2 Produk yang

ditawarkan masih sejenis atau terbatas

3 Keamanan masih

belum terjamin dalam mengembangkan usaha ekonomi kreatif 4 Belum tersedianya

fasilitas internet dalam usaha ekonomi kreatif 5 Modal terbatas

6 Promosi yang dilakukan belum maksimal agar pasar mengetahui produk yang dijual


(3)

No Indikator Peluang Penilaian Kondisi Saat Ini Urgensi Penanganan 1 Luasnya pasar di

Indonesia

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

2 Memiliki sistem

pemasaran terpusat 3 Tren pasar yang sesuai

dengan bisnis ini 4 Produk telah dikenal

masyarakat

5 Kemajuan teknologi sudah sangat baik tentunya membantu usaha ekonomi kreatif

6 Jaringan pemasok

bahan baku yang terpercaya


(4)

No Indikator Ancaman Penilaian kondisi saat ini Urgensi Penanganan 1 Pesaing yang datang

dari dalam dan luar negeri

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 2 Terjadinya inflasi

3 Perilaku konsumen yang berubah-ubah

4 Naiknya harga bahan baku atau bahan produksi

5 Terjadinya kenaikan upah atau gaji karyawan

6 Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap usaha ekonomi kreatif


(5)

Solusi untuk Action Play

Anda diminta untuk memberikan saran, menyebutkan minimal tiga (action plan) yang harus dilakukan oleh organisasi ini, sehingga permasalahan yang dihadapi saat ini dapat diminimalisir :

No Program kerja (Action

Plan)

Tujuan Caranya (inisiatif strategi) 1

2

3

4


(6)

Hasil Wawancara Modal Usaha dan Pendapatan Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan

No Jenis Usaha Modal Usaha Pendapatan Usaha

1 Pancasona Fotografi 9000000 8400000

2 Percetakan Alsipro 6500000 5500000

3 Percetakan Takasima 6000000 5500000

4 Topaz Hexagon 10500000 9500000

5 Aneka Jepara 16000000 15000000

6 Batu Alam Yasin Galery 5700000 5000000 7 Toko Kaca Nings Toko

Kaca Nings

5300000 4500000

8 Oleh - oleh Medan 6500000 5300000

9 Rendang Gayo 4700000 4000000

10 Pengrajin sepatu 5000000 4500000

11 Vatya Butik 16500000 15000000

12 Elsana Salon 14000000 13500000

13 Kencana Salon 15500000 15000000

14 Sumatera Sablon 6500000 5000000

15 Martabak Bangka 7500000 7000000

16 Sajid Bordir 6000000 5000000

17 Mitra Jepara 17000000 16000000

18 Karya Bingkai Serasi 4500000 3800000

19 Rumah Batik Motif Medan 7400000 6500000

20 Toko keramik 4000000 3500000

21 Percetakan Sumber 6500000 5500000

22 Percetakan Pujimora 7000000 6300000

23 Syafi Jaya Rotan 8500000 7000000

24 Toko Ginting 6500000 6000000

25 Sirup Nisma 4000000 3500000

26 Percetakan give thanks 5000000 4000000

27 Katama Shoes 5000000 4200000

28 Bersaudara Jaya 4200000 3300000

29 Karya Bingkai Serasi 4000000 3500000

30 Kalingga Jepara 9500000 8000000

31 CV. Creative Spirit Percetakan

6500000 5500000

32 Diza butik 9000000 8500000

33 Salon Kecantikan Parna 9500000 8400000

34 Kun Art 5000000 4000000

35 Pesona Bahari 4000000 3500000

36 Batik Plopor Jaya 5000000 4600000

37 Percetakan Jimarose 6500000 5500000

38 Cv.Grace Bithaindo 7000000 6000000

39 Percetakan Sakura 6000000 5500000