Pendugaan Tingkat Bahaya Erosi di Daerah Aliran Sungai Besitang Provinsi Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dalam Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air,
pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai “suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan”.
Secara biogeofisik daerah hulu dimaksudkan sebagai daerah konservasi,
dengan karakteristik memiliki kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng besar (>15%), bukan daerah banjir, pengaturan
pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan vegetasi umumnya adalah
tegakan hutan. Sedangkan daerah DAS bagian hilir merupakan daerah
pemanfaatan, mempunyai kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng kecil (
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dalam Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air,
pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai “suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan”.
Secara biogeofisik daerah hulu dimaksudkan sebagai daerah konservasi,
dengan karakteristik memiliki kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng besar (>15%), bukan daerah banjir, pengaturan
pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan vegetasi umumnya adalah
tegakan hutan. Sedangkan daerah DAS bagian hilir merupakan daerah
pemanfaatan, mempunyai kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng kecil (