Makalah Tugas Analisis Sikap Kerja (1)

MAKALAH
ERGONOMI DAN FAAL KERJA
ANALISIS DAN REKOMENDASI SIKAP KERJA PADA ARTIKEL “HUBUNGAN
CARA KERJA ANGKAT ANGKUT DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN PADA
PORTER DI PASAR TANAH ABANG BLOK A JAKARTA PUSAT TAHUN 2016”

DEDY SETIAWAN
101714253022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus

1.4 Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
2.2 Penanganan Beban Manual
2.3 Penyakit Muskuloskeletal
2.4 REBA (Rapid Entire Body Assessment)
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Ergonomi harus menjadi pertimbangan dalam menentukan sikap kerja karyawan dalam


melakukan pekerjaannya. Sikap kerja yang baik akan meningkatkan produktifitas karyawan
dan mengurangi penyakit maupun kecelakaan akibat kerja. Apabila perusahaan tidak
mempertimbangkan aspek ergonomi dalam pelaksanaan pekerjaan karyawan, kejadian
penyakit muskuloskeletal pada karyawan akan meningkat dan akan meningkatkan stres dan
mengurangi motivasi kerja pada karyawan.
Pekerjaan sebagai porter sangat rentan terhadap masalah ergonomi. Pekerjaan sebagai
porter yang tergolong tenaga kerja kasar sangat mengandalkan tenaga fisik. Dengan
seringnya menggunakan tenaga fisik dalam mengangkat dan mengangkut beban, diperlukan
pemahaman dan penerapan teknik mengangkat dan membawa beban yang baik oleh porter
agar kasus penyakit muskuloskeletal dapat dikurangi secara signifikan.
Pada penilaian ergonomi dengan Body Part Discomfort Score (BPDS) pada karyawan
perkebunan bagian panen yang dilakukan oleh Vyas (2014), ditemukan bahwa nilai rataratanya mencapai 7,72 pada laki-laki. Nilai 7 hingga 9 pada penilaian Body Part Discomfort
Score tergolong sebagai high discomfort. Karyawan perkebunan bagian panen memiliki jenis
pekerjaan yang hampir sama dengan porter yaitu mengangkat dan membawa beban. Jadi,
hasil high discomfort akan terjadi pada pekerjaan sebagai porter.
Penelitian yang dilakukan oleh Rubiwanto (2011) pada tukang angkat beras di Pasar
Induk Cipinang menunjukkan hasil bahwa pekerjaan mengangkat tergolong pekerjaan yang
beresiko menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Penelitian menggunakan metode NIOSH
Lifting Equation dengan hasil lebih dari 1. Dari hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa

pekerjaan sebagai porter sangat berpotensi menyebabkan penyakit muskuloskeletal sehingga
perlu pengendalian yang tepat agar penyakit tersebut dapat dicegah kemunculannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Benynda (2016) membahas tentang hubungan cara kerja
angkat angkut dengan keluhan low back pain pada porter di Pasar Tanah Abang Blok A
Jakarta Pusat tahun 2016. Analisis akan dilakukan pada sikap kerja porter yang dapat
menyebabkan masalah ergonomi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, akan ditentukan pula
rekomendasi yang tepat dari sikap kerja porter yang kurang tepat agar munculnya penyakit
muskuloskeletal dapat dicegah.
1.2

RUMUSAN MASALAH
2

Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang didapat adalah “Bagaimana analisis sikap kerja secara ergonomi dan
apa rekomendasi sikap kerja yang ergonomi pada porter di Pasar Tanah Abang Blok A Jakarta
Pusat?”.
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis dan rekomendasi sikap kerja yang ergonomi pada porter di Pasar Tanah

Abang Blok A Jakarta Pusat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Menganalisis sikap kerja secara ergonomi porter di Pasar Tanah Abang Blok A
2.
1.4

Jakarta Pusat.
Memberi rekomendasi sikap kerja yang ergonomi pada porter di Pasar Tanah

Abang Blok A Jakarta Pusat.
MANFAAT
Bagi penulis:
Sebagai media pembelajaran dalam menganalisis dan memberikan rekomendasi sikap

kerja yang ergonomis pada porter.
Bagi porter:
Sebagai masukan dalam melakukan teknik pengangkatan dan pengangkutan beban
dalam pekerjaan keseharian untuk mencegah kejadian penyakit muskuloskeletal.
Bagi pengelola pasar dan pemerintah setempat:

Sebagai masukan dalam penanganan penyakit muskuloskeletal pada porter dari segi
lingkungan kerja.

3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

ERGONOMI
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja dan nomos artinya

peraturan atau hukum. Sehingga secara harfiah ergonomi diartikan sebagai peraturan tentang
bagaimana melakukan kerja, termasuk menggunakan peralatan kerja. Batasan dari ilmu
ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kondisi dan
kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang
optimal. Tujuan dari ergonomi adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi
antara sub-sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja (Notoadmodjo, 2007).
Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan baik
aspek fisik (ukuran anggota tubuh) maupun kemampuan intelektual. Tidak hanya

penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja, aspek ergonomi juga terkait
metode kerja yang dilakuakan tenaga kerja. Penyesuaian peralatan kerja dengan kondisi
tenaga kerja dapat mencegah kelelahan kerja pada tenaga kerja sehingga hasilnya lebih
efisien. Hasil proses kerja yang efisien akan menghasilkan produktifitas yang kerja yang
tinggi. (Notoadmodjo, 2007).
2.2 PENANGANAN BEBAN MANUAL
Penanganan manual adalah segala kegiatan mengangkat atau menopang beban
(termasuk mengangkat, meletakkan, mendorong, menarik, membawa, atau memindahkan)
dengan tangan atau kekuatan tubuh. Dalam pelaksanaannya, perusahaan harus menghindari
penanganan beban manual yang dapat menempatkan karyawan dalam risiko cedera. Apabila
penanganan manual tidak memungkinkan, perusahaan wajib melakukan (Ridley, 2009):
1.
Melakukan penilaian risiko terhadap penanganan beban manual berdasarkan
tugas, beban, lingkungan kerja, kemampuan individu, dan faktor lainnya.
2.
Meminimalkan risiko penanganan beban manual
3.
Menyediakan informasi tentang berat dan kondisi beban yang ditangani
Cara mengangkat beban yang ergonomis yaitu (Notoadmodjo, 2007):
1.

Beban yang akan diangkat harus dipegang tepat dengan semua jari
2.
Punggung harus diluruskan, beban harus diambil otot tungkai keseluruhan
3.
Kaki diletakkan pada jarak yang tepat, sebelah kaki di belakang beban sekitar 60
derajat ke sebelah, dan kaki yang satunya diletakkan di samping beban menuju ke
arah beban yang akan diangkat.
4.
Dagu ditarik ke belakang agar punggung dapat tegak lurus.
5.
Berat badan digunakan untuk menyeimbangkan berat badan.
6.
Lengan harus dekat dengan badan.
Menurut Ridley (2009) memahami mekanisme bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam
kegiatan mengangkat atau membawa beban merupakan dasar dari teknik-teknik dan praktik4

praktik pengembangan untuk memastikan otot-otot tidak bekerja melampaui batas. Dalam
mengangkat beban, momen lentur tulang belakang akibat beban dipengaruhi oleh beban
benda dan jarak tulang belakang dengan benda. Jadi, semakin berat benda atau jauh jarak
tulang belakang dengan benda, maka semakin semakin berat beban pada otot tulang belakang

yang dapat mengakibatkan cedera pada bagian tubuh tersebut.
Untuk mencegah regangan punggung (back strain), beban yang diangkat sebaiknya
dibuat serendah mungkin atau dibawa sedekat mungkin dengan tubuh. Jika beban bermuatan
berat dan harus dipindah, terdapat sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mencegah
ketegangan otot punggung dan otot lainnya (Ridley, 2009), yaitu:
1.
Jika memungkinkan, beban tersebut sebaiknya dipindah dengan cara mekanik
2.
3.
4.

atau bantuan peralatan.
Jika tidak, penilaian risiko penanganan manual beban tersebut perlu dibuat.
Beban tersebut harus dibagi-bagi menjadi ukuran yang lebiih bisa dikelola.
Setiap bagian beban harus berada dalam batas kemampuan pekerja untuk

5.
6.

mengangkatnya.

Jika masih terlalu berat, carilah bantuan dalam mengangkatnya.
Tenaga kerja harus dilatih untuk mengikuti teknik mengangkat beban yang benar

7.

termasuk penanganan kinetik (pergerakannya).
Tenaga kerja harus menggunakan pakaian pelindung yang sesuai, seperti sarung
tangan untuk melindungi dari pecahan dan sepatu pengaman untuk melindungi

kaki dari kejatuhan beban.
8.
Tenaga kerja perlu melaporkan setiap kesulitan kepada penyelia.
Menurut Ridley (2009), memindahkan beban menggunakan kereta dorong baik dengan
menarik maupun mendorongnya perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam pelaksanaannya. Hal yang perlu diketahui dalam menarik beban
yaitu:
1.
2.

Seluruh tegangan diambil alih oleh otot punggung.

Jika beban ditarik dengan tiba-tiba, beban tersebut akan melindas dan mencederai

kaki pekerja.
Sedangkan dalam kondisi mendorong beban, hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.
Pada ketinggian dorong yang optimum (kira-kira sejajar dengan pertengahan
2.

2.3

dada), tegangan melewati tulang punggung.
Mendorong pada titik yang terlalu tinggi menghasilkan tegangan berlebihan pada

otot perut dan dapat menyebabkan ketegangan pada otot pundak dan hernia.
3.
Mendorong pada titik yang terlalu rendah tidaklah efektif.
PENYAKIT MUSKULOSKELETAL
Menurut OSHA (2000), Penyakit muskuloskeletal atau MSDs (Musculoskeletal

Disorders) adalah cedera atau gangguan pada jaringan lunak seperti otot, tendon, ligamen,

persendian, dan tulang rawan. Penyakit muskuloskeletal bisa memengaruhi hampir semua

5

jaringan, termasuk saraf dan selubung tendon, dan yang paling sering terkena adalah bagian
lengan dan punggung.
Menurut OSHA (2000), terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan penyakit
muskuloskeletal yaitu:
1.
Pengerahan kekuatan secara berlebih
2.
Gerakan berulang yang berlebihan sehingga menyebabkan iritasi pada tendon dan
3.

meningkatkan tekanan pada syaraf
Posisi kerja yang buruk atau posisi yang tidak mendukung sehingga aktivitas fisik

4.

menjadi terbatas
Postur yang statis atau menahan beban untuk waktu yang lama, dapat

5.

menyebabkan keterbatasan aliran darah dan kerusakan otot
Gerakan, seperti meningkatkan kecepatan atau akselerasi ketika membungkuk

6.

atau memutar dapat meningkatkan jmlah kekuatan yang diberikan pada tubuh
Kompresi, dari genggaman dengan ujung yang tidak lebar seperti pegangan alat,
memerlukan berkonsentrasi kuat pada daerah kecil di tubuh sehingga mengurangi

7.

aliran darah dan transmisi saraf serta kerusakan pada tendon dan sarung tendon.
Waktu pemulihan yang tidak memadai karena lembur, kurang istirahat, tugas
yang monoton dapat menyebabkan kurangnya waktu untuk jaringan dalam

8.

melakukan perbaikan
Getaran yang berlebihan, umumnya berasal dari alat yang bergetar, bisa

9.

menurunkan aliran darah, kerusakan saraf, dan berkontribusi pada kelelahan otot
Getaran pada seluruh tubuh, seperti pengemudi truk atau pengoperasian kereta,

10.

bisa mempengaruhi otot rangka dan menyebabkan low back pain
Bekerja dalam suhu dingin dapat berdampak negatif pada koordinasi karyawan
dan ketangkasan manual serta menyebabkan pekerja menggunakan lebih banyak

2.4

kekuatan daripada yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas
REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT)
Beban fisik kerja biasanya dievaluasi dengan menganalisis postur tubuh, gerakan

(aktivitas yang berulang dan kuat serta kekuatan maksimal), atau meningkatkan beban otot
dari waktu ke waktu. Teknik observasi dan teknik berbasis instrumen dilakukan untuk
memberikan ukuran kuantitatif untuk tingkat ketidaknyamanan dan ketegangan postural yang
disebabkan oleh perbedaan posisi tubuh. Sudut awal segmen tubuh dari postur netral dalam
teknik observasi diperoleh melalui persepsi visual, sedangkan rekaman posisi tubuh yang
dilakukan terus menerus dalam teknik berbasis instrumen diambil dengan menggunakan
perangkat yang melekat pada seseorang (Madani dan Dababneh, 2016).
Berdasarkan tinjauan terhadap berbagai teknik pengamatan, menunjukkan bahwa tujuan
pengembangan mereka adalah untuk berbagai manfaat dan oleh karena itu diterapkan dalam
banyak kondisi di tempat kerja. Setiap teknik memiliki aplikasi klasifikasi postur masing6

masing, sehingga tingkat beban setiap posisi yang berbeda dapat diberikan untuk postur
tertentu, tergantung teknik yang digunakan. Di sisi lain, ada banyak penelitian yang
mengevaluasi banyak teknik berkaitan dengan kinerja dan ketergantungan mereka (Kee dan
Karwowski, 2007 dalam Madani dan Dababneh, 2016).
Terdapat beberapa teknik pengamatan ergonomi seperti Observational techniques
include Ovako Working Posture Assessment System (OWAS); Posture, Activity, Tools and
Handling (PATH); Quick Exposure Check (QEC); Rapid Upper Limb Assessment (RULA);
American Conference of Governmental Industrial Hygienists Threshold Limit Value (ACGHI
TLV); Strain Index (SI); Occupational Repetitive Actions (OCRA); NIOSH Lifting Equation;
Rapid Entire Body Assessment (REBA) dll.
REBA memberi pengukuran yang cepat dan mudah untuk menilai berbagai postur kerja
untuk risiko penyakit muskuloskeletal akibat kerja. REBA membagi tubuh menjadi beberapa
bagian untuk dikalkulasi secara independen, sesuai dengan bidang gerakan. Sistem penilaian
untuk aktivitas otot di seluruh tubuh, stagnan, dinamis, cepat berubah atau dengan cara yang
tidak stabil dan penanganan manual dapat terjadi atau yang disebut sebagai coupling score.
Coupling score menghitung bagian yang signifikan dalam penanganan beban tapi mungkin
tidak selalu menggunakan tangan (Hignett dan McAtamney, 2000 dalam Madani dan
Dababneh, 2016).

Gambar Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) (Sumber: Madani dan Dababneh, 2016)

7

BAB 3
PEMBAHASAN
Artikel membahas tentang cara mengangkat dan membawa beban dan kaitannya
dengan low back pain pada porter. Deskripsi sikap kerja porter dalam mengangkat dan
mengangkut beban dilakukan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).
Metode REBA adalah suatu alat analisis postural yang sangat sensitif terhadap pekerjaan
yang melibatkan perubahan mendadak dalam posisi, biasanya sebagai akibat dari penanganan
kontainer yang tidak stabil atau tidak terduga.
Di dalam artikel tidak dicantumkan contoh gambar porter dalam mengangkat dan
mengangkut beban serta beban rata-rata yang diangkut porter. Artikel hanya memberikan skor
hasil sikap kerja porter berkisar 5-12. Skor tersebut menunjukkan sikap kerja porter tergolong
risiko sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Pada level risiko sedang hingga sangat tinggi, perlu
dilakukan perubahan sikap kerja pada tenaga kerja. Jadi pengendalian yang segera perlu
dilakukan kepada para porter agar dampak sikap kerja yang tidak ergonomis dapat dikurangi
seminimal mungkin.

Gambar porter (Sumber: internet)

Secara umum, sikap kerja porter yang tidak ergonomis terjadi akibat beban yang
berlebih, ukuran beban yang besar, serta cara mengangkat dan mengangkut yang tidak tepat.
Beban yang berat dan berukuran besar dibawa dengan diletakkan pada atas bahu. Kondisi
tersebut menyebabkan beban pada tubuh dan kaki terlampau berat, kepala miring ke salah
satu arah, dan kedua tangan dalam kondisi terangkat dan menahan beban. Kondisi tersebut
dapat lebih berat apabila jarak mengangkut jauh, alas kaki yang tidak memadai dalam
menumpu beban, serta kondisi jalan yang licin, terhalang, dan naik-turun. Artikel juga
membahas tentang kebiasaan porter yang tidak menggunakan alas kaki dalam melakukan
pekerjaannya.
Sikap kerja porter dalam mengangkat harus sesuai dengan prinsip ergonomi. Dalam
mengangkat beban, sebisa mungkin mendekatkan jarak antara tulang punggung dengan
8

beban. Selama mengangkat beban awal, sebisa mungkin dikondisikan beban berat di posisi
depan panggul agar beban yang ditopang bisa lebih ringan. Jika beban yang diangkat berat
atau tidak pada posisi depan panggul, maka dalam mengangkat harus dipastikan tulang
punggung dalam kondisi lurus agar tidak terjadi penyakit muskuloskeletal.

Gambar Beban Maksimal Pada Tubuh sesuai Posisi beban (Sumber: Health and Safety Authority)

Beban pada tubuh juga harus disesuaikan dengan pada tempat beban berada sesuai
gambar tersebut. Apabila pada berat beban lebih dari yang dianjurkan posisi tersebut, maka
pengendalian awal yang dapat dilakukan adalah mengganti posisi beban pada posisi beban
yang diperbolehkan untuk diangkat. Apabila masih tidak memungkinkan, maka pengangkatan
beban dapat dilakukan dengan dilakukan oleh 2 orang atau menggunakan alat.
Porter dalam mengangkat beban pada umumnya dilakukan dengan menempatkan beban
diatas bahu. Maka beban maksimal yang diperbolehkan adalah 10 kg untuk pria. Jika beban
lebih dari 10 kg, maka beban harus diposisikan ulang pada posisi beban yang masih
dianjurkan untuk membawa beban tersebut. Apabila beban tidak memungkinkan dibawa
dengan posisi beban tersebut, maka beban harus dilakukan 2 orang atau menggunakan alat
bantu angkat angkut.
Sebagai rekomendasi terhadap sikap kerja porter yang tidak ergonomi, perlu dilakukan
perubahan sikap kerja yang memerlukan perhatian pihak-pihak terkait. Pemerintah setempat
perlu membuat peraturan agar pengelola pasar bertanggung jawab terhadap kesehatan kerja
orang-orang yang ada di area pasar. Dalam hal ini terkait adanya regulasi tentang kewajiban
pengelola pasar dalam mensosialisasikan dan mengawasi sikap kerja yang ergonomis pada
porter. Selain itu regulasi mencakup kewajiban pengelola pasar dalam menyediakan alat
9

bantu angkat angkut untuk membantu porter dalam mengangkut beban yang melampaui
kemampuan manusia. Alat bantu angkat angkut di area pasar dapat berupa trolley, lift khusus
barang, dll.
Dengan adanya regulasi tersebut, pengelola pasar wajib ikut bertanggung jawab dalam
sikap kerja porter di areanya. Mengingat belum adanya regulasi khusus yang mengatur
kewajiban pengelola pasar dalam memenuhi kesehatan kerja tenaga kerja informal di areanya
seperti porter. Dengan adanya regulasi tersebut, pengelola pasar akan melaksanakan
kewajibannya dalam mensosialisasikan dan mengawasi sikap kerja yang ergonomis pada
porter serta menyediakan alat bantu angkat angkut dan akses angkat angkut barang yang
aman.
Peran yang penting juga terdapat pada porter dalam melakukan sikap kerja yang
ergonomis. Melalui sosialisasi cara mengangkat dan mengangkut beban yang ergonomis dari
pengelola pasar, porter perlu untuk mengikuti sikap kerja yang ergonomi agar kesalahan
mengangkat dan mengangkut beban dapat dicegah. Dengan adanya alat bantu angkat angkut
juga membantu porter dalam mengangkut beban yang berat dan besar sehingga penyakit
muskuloskeletal tidak terjadi.

10

BAB 4
PENUTUPAN
4.1

KESIMPULAN
Sikap kerja yang dilakukan porter tergolong risiko sedang, tinggi, dan sangat tinggi

sesuai REBA sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian minimal terhadap teknik
pengangkatan. Beban yang diangkat harus diposisikan di posisi beban yang dianjurkan. Jika
tidak memungkinkan diangkat sendiri, maka perlu dilakukan oleh 2 orang atau menggunakan
alat angkat angkut.
4.2 SARAN
Rekomendasi yang dilakukan diberikan pada pemerintah setempat, pengelola pasar,
dan porter. Rekomendasi pada pemerintah setempat yaitu:
1.
Membuat, menerapkan, dan mengawasi regulasi tentang kewajiban pengelola
pasar dalam mensosialisasikan dan mengawasi sikap kerja yang ergonomi pada
porter serta penyediaan alat bantu angkat angkut di area pasar.
Rekomendasi yang perlu dilakukan oleh pengelola pasar berupa:
1.
Memberikan sosialisasi tentang cara mengangkat dan mengangkut beban secara
ergonomis
2.
Menyediakan alat bantu angkat angkut di area pasar.
3.
Memberikan jalur akses khusus angkat angkut yang aman
Rekomendasi yang perlu dilakukan oleh porter berupa:
1. Menerapkan dan membiasakan sikap kerja yang ergonomis
2. Menggunakan alat bantu angkat angkut apabila beban yang dibawa tidak
3.

memungkinkan diangkut secara ergonomis
Memakai alas kaki dalam bekerja

11

DAFTAR PUSTAKA
Benynda, T. 2016. Hubungan Cara Kerja Angkat Angkut Dengan Keluhan Low Back Pain
Pada Porter Di Pasar Tanah Abang Blok A Jakarta Pusat Tahun 2016. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
HSA. 2005. Guidance on the Management of Manual Handling in the Workplace. Dublin:
Health and Safety Authority.
Madani, DA. dan Awwad Dababneh. 2016. Rapid Entire Body Assessment: A Literature
Review. American Journal of Engineering and Applied Sciences 2016, 9 (1): 107.118.
Notoadmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rhineka Cipta.
OSHA. 2000. Ergonomics: The Study of Work. US Departement of Labor, Occupational
Safety and Health Administration.
Ridley, J. 2009. Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Ikhtisar. Jakarta: Erlangga.
Rubiwanto. 2011. Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi Pada Pekerjaan Mengangkat Dengan
NIOSH Lifting Equation Di Pasar Induk Cipinang Tahun 2011. Skripsi.
Vyas, R. 2014. Ergonomic Assessment of Prevalence of Musculoskeletal Disorders among
Indian Agricultural Workers. J. Ergonomics.

12

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63