Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal dengan
corporate social responsibility (CSR) dewasa ini banyak dilakukan
dalam aktivitas perusahaan. Meskipun di Indonesia kegiatan CSR baru
dimulai beberapa tahun belakangan ini, namun kegiatan ini dilakukan
perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada disekitarnya.
Corporate Sociality Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan (Untung, 2008).
Menurut The Word Business Council for Sustainable Development
(WBCSD), pengertian CSR adalah komitmen dunia usaha untuk terus
menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat
secara lebih luas (Wibisono, 2007). Meski CSR memilki banyak
definisi, namun secara esensi CSR merupakan wujud kegiatan ekonomi

perusahaan yang berkelanjutan. Kegiatan ekonomi perusahaan secara

Universitas Sumatera Utara

umum memang didirikan atas dasar orientasi ekonomi, akan tetapi
dengan tidak melupakan aspek sosial dan lingkungan demi terjaminnya
kelangsungan hidup perusahaan. Didalam penerapan CSR, perusahaanperusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada
pemilik atau pemegang saham (shareholders), tapi juga memiliki
komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan, karena
CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam
jangka panjang. Pada dasarnya tujuan dari pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) adalah untuk menyediakan informasi
mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan yang
berguna bagi masyarakat. Pengaruh kegiatan perusahaan ini bisa
negatif, yang berarti menimbulkan biaya sosial pada masyarakat atau
positif, yang berarti menimbulkan manfaat sosial pada masyarakat
(Grecia, 2011).
Menurut Untung (2008:6), adapun beberapa manfaat yang
diperoleh perusahaan dari penerapan CSR antara lain:
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek
perusahaan (image perusahaan) yang positif dari masyarakat luas.
Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
Membuka peluang pasar yang lebih luas.
Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
Memperbaiki hubungan dengan stakeholder dan regulator.
Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
Peluang mendapatkan penghargaan
Untuk inilah maka pertanggung jawaban sosial perusahaan

(CSR) perlu di ungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan


Universitas Sumatera Utara

tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Namun selain manfaat
tersebut ada beberapa faktor yang menghambat perusahaan dalam
menjalankan

tanggung

jawab

perusahaan.

Rudito

(2007:240)

menjelaskan beberapa faktor penghambat tersebut seperti kualitas
sumber daya manusia yang rendah, jumlah staff yang kurang memadai,
kurangnya dukungan pemerintah, dan perbedaan persepsi di internal

perusahaan atau dengan para pihak eksternal terhadap praktek tanggung
jawab sosial perusahaan.
Zhegal dan Ahmed dalam Rosmasita (2007), mengidentifikasi
hal-hal yang berkaitan dengan pengungkapan pelaporan tanggung
jawab sosial perusahaan yang terdiri dari dari lima hal, yaitu:
1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan
atau perbaikan terhadap lingkungan, konservasi alam, dan
pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.
2. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dan
sebagainya.
3. Praktik bisnis yang wajar, meliputi pemberdayaan terhadap
minoritas dan perempuan, dukungan terhadap minoritas, tanggung
jawab sosial.
4. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas didalam suatu komunitas,
dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni.
5. Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi, dan sebagainya.

2.1.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Menurut Hackston dan Milne (1996), tanggung jawab sosial
perusahaan sering disebut juga sebagai corporate social reporting,

social accounting, social disclosure atau corporate social responsibility
merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan

Universitas Sumatera Utara

dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Untung (2008) Alasan utama pengungkapan sosial
dilakukan dalam tanggung jawab perusahaan adalah agar pihak investor
dapat melakukan suatu informed decision dalam pengambilan
keputasan investasi. Juga hal ini dilakukan perusahaan untuk
memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar
perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social
resources).
Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokan
menjadi dua bagian yaitu pengungkapan yang sifatnya wajib
(mandatory disclosure), yaitu pengungkapan yang

merupakan


ketentuan yang harus di ikuti oleh setiap perusahaan atau institusi yang
berisi tentang hal-hal yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan
menurut standar yang berlaku. Dan pengungkapan yang sifatnya
sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan yang bersifat
sukarela dan standar pelaporan pertanggungjawaban sosialnya masih
belum memiliki standar baku atau belum diatur secara tegas dalam
PSAK, sehingga jumlah dan cara pengungkapan informasi sosialnya
bergantung kepada kebijakan dari pihak manajemen perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut

Anggusti

(2010:39),

cara

pandang


perusahaanmelaksanakan CSR umumnya diklasifikasikan dalam tiga
kategori.
1. Sekedar basa basi dan keterpaksaan. CSR diterapkan lebih karena
tekanan faktor eksternal.
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR
diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan
yang memaksanya.Bukan lagi sekedar kewajiban, tapi lebih dari
sekedar kewajiban (beyond compliance).
3. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus
dari dalam (internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa
tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk
menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga
tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pengungkapan tanggung jawab sosial dapat diukur dengan
proksi Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI)
berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) yang diperoleh dari
website www.globalreporting.org. Indikator GRI ini terdiri dari tiga
fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai
dasar sustainability. Pengukuran CSRDI dalam penelitian ini mengacu

pada penelitian Marpaung (2009) yang mengelompokan informasi CSR
ke dalam kategori: masyarakat, konsumen dan tenaga kerja, karena
item-item pengungkapan CSR di dalamnya sangat cocok dijadikan
pengukur variabel dependen. Kategori pengungkapan CSR terlampir
pada daftar kategori pengungkapan corporate social responsibility yang
terlampir

dalam

lampiran

ii.

Pengukuran

dilakukan

dengan

menggunakan content analysis dalam mengukur variety dari CSRDI.

Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu

Universitas Sumatera Utara

setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika
diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari
setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk
setiap perusahaan.

2.1.3 Karakteristik Perusahaan Dalam Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu
entitas dengan entitas lainnya. Menurut Lang and Lundholm dalam
Anggraini (2006) “karakteristik perusahaan meliputi antara lain struktur
permodalan, pemilik saham, profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan, sektor perusahaan, status perusahaan, dan lainlain.”
Dalam

penelitian


ini

karakterisitik

perusahaan

yang

mempengaruhi pengungkapan sosial diproksikan ke dalam ukuran
perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan tingkat
financial leverage.
2.1.3.1 Ukuran Perusahaan
Menurut

Mulianti

(2010),

ukuran


perusahaan

mempunyai pengaruh penting terhadap integrasi antar bagian
dalam perusahaan, hal

ini

disebabkan

karena

ukuran

perusahaan yang besar memiliki sumber daya pendukung yang

Universitas Sumatera Utara

lebih besar dibanding perusahaan yang lebih kecil. Pada suatu
perusahaan yang kecil maka kompleksitas yang terdapat dalam
organisasi juga kecil. Perusahaan kecil sangat rentan terhadap
perubahan

kondisi

ekonomi

dan

cenderung

kurang

menguntungkan, sedangkan perusahaan besar dapat mengakses
pasar modal.
Ukuran

perusahaan

merupakan

variabel

yang

digunakan untukmenjelaskan pengungkapan sosial yang
dilakukan perusahaan

dalamlaporan tahunan yang dibuat.

Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan
informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini
disebabkan karena perusahaan besar akan menghadapi resiko
politis yang lebih besar yaitu tekanan untuk melakukan
pertanggung jawaban sosial daripada perusahaan kecil. Teori
agensi menyatakan apabila ukuran perusahaan lebih besar,
maka biaya keagenan yang dikeluarkan juga lebih besar,
sehingga

untuk

mengurangi

biaya

keagenan

tersebut

perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang
lebih luas. Perusahaan yang lebih besar akan mendapat sorotan
yang lebih banyak dari masyarakat sehingga pengungkapan
yang lebih besar merupakan cara untuk mengurangi biaya
politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaaan
(Sembiring, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Tingkat Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2004).
Bila perusahaan ingin tetap hidup untuk dapat tumbuh dan
berkembang, maka perusahaan harus memperoleh laba atau
dengan kata lain perusahaan harus berada dalam keadaan yang
menguntungkan (profitable).
Menurut Heinze dalam Hackston dan Milne (1996),
profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen
menjadi

bebas

dan

fleksibel

untuk

mengungkapkan

pertanggungjawaban sosial kapada pemegang saham, sedangkan
menurut teori keagenan mengatakan semakin besar perolehan
laba yang didapat, semakin luas informasi sosial yang
diungkapkan perusahaan. Itu dilakukan untuk mengurangi biaya
keagenan yang muncul. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosialnya

2.1.3.3 Tingkat Financial Leverage
Menurut Kasmir (2009:150), “leverage merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka

Universitas Sumatera Utara

pendek atau jangka panjang”. Rasio leverage digunakan untuk
memberikangambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya
suatu hutang.
Dalam perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang yang
tergambar dalam tingkat leverage dimaksudkan membatasi
kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan
antar pemegang saham dan pemegang obligasi. Tambahan
informasi

seperti

menghilangkan

informasi

keraguan

sosial

pemegang

diperlukan
obligasi

untuk
terhadap

dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Meek, et.al
dalam Sulastini (2007)). Oleh karena itu perusahaan dengan
rasio leverage

yang tinggi memiliki kewajiban untuk

melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan
dengan leverage yang rendah.
2.1.3.4 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengensalian
intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor
tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja
sebagi anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam
memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jasen
dalam Sitepu 2009).

Universitas Sumatera Utara

Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside director
yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan
sangat membantu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai
alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangkan fungsi
dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan
bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen
memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan
menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi,
2002).
Menurut Coller dan Gregor dalam Sitepu (2009)
menyatakan bahwa semakin besar anggota dewan komisaris
maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan
memonitoring, sehingga yang dilakukan akan semakin efektif.
Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka
tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk
mengungkapkannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Beasly (2000).
2.1.3.5 Intensitas Research and Development (R&D)
Financial Accounting Standard no. 2 (Wilson dan
Campbell dalam Arifian (2011)) mendefinisikan Research
(Penelitian) ialah sebagai perencanaan atau investigasi kritis

Universitas Sumatera Utara

yang ditujukan untuk penemuan pengetahuan dengan harapan
pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam mengembangkan
produk atau jasa baru atau proses, teknik baru atau mewujudkan
perbaikan yang signifikan untuk proses atau produk yang sudah
ada. Sedangkan,

Development (Pengembangan) merupakan

terjemahan temuan penelitian atau pengetahuan lain ke dalam
rencana atau desain produk baru atau proses baru untuk
peningkatan yang signifikan pada produk atau proses yang
sudah ada, baik rencana atau desain tersebut akan ditujukan
untuk penjualan atau digunakan.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK No.20)
diungkapkan lebih jauh lagi pengertian riset sebagai penelitian
yang orisinil dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah
yang

baru

sedangkan

pengembangan

diartikan

sebagai

penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu
rencana atau desain untuk menghasilkan bahan, alat, produk,
proses, sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi komersial
atau pemakaian. Dengan demikian, esensi dari R&D dapat
diartikan sebagai sebuah studi tentang ide-ide, metode, produk
atau jasa dengan tujuan untuk menciptakan produk atau proses
baru, memperbaiki produk yang ada, dan menemukan
pengetahuan baru yang dapat bermanfaat dimasa depan (Arifian,

Universitas Sumatera Utara

2011). R&D merupakan pengembangan produk agar perusahaan
mendapatkan keunggulan kompetitif. Patent, Hak Cipta dan
Trademark menunjukan keberhasilan perusahaan dalam R&D
dimana hal tersebut juga menunjukan reputasi suatu perusahaan
sebagai bagian dari aktiva tak berwujud, sehingga R&D sangat
penting bagi sebuah perusahaan untuk tetap bertahan dan
bersaing dalam perubahan industri.
Para investor akan melihat sebuah perusahaan yang sehat
dengan menilai R&D dalam mengevaluasi kinerja masa depan
terutama ketika mengevaluasi sebuah investasi jangka panjang
sehingga akan banyak perusahaan mengalokasikan dana yang
cukup besar untuk penelitian dan pengembangan guna
menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produk yang
ada, dan menemukan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat
untuk dimasa depan. Selain itu R&D dalam hal ini juga
memiliki makna yang luas, tidak hanya terbatas pada
pengembangan dan penemuan produk baru, akan tetapi R&D
dapat dilakukan pada sektor-sektor lain yang membutuhkan
inovasi atau peningkatan efektivitas seperti riset pemasaran dan
pengembangan SDM.
Alasan

yang

mendasari

keterkaitan

R&D

dalam

mempengaruhi CSR adalah karena produk, jasa maupun proses
baru yang diciptakan perusahaan melalui R&D tidak hanya

Universitas Sumatera Utara

berorientasi pada profit saja, tetapi juga memperhatikan aspek
lingkungan dan sosial. Hal itu berarti, aspek lingkungan dan
sosial yang dilakukan perusahaan melalui R&D sejalan dengan
prinsip CSR. Variabel R&D menjadi salah satu faktor yang
perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap CSR.
Variabel ini menjadi menarik untuk diteliti setelah sebelumnya
McWilliams dan Siegel (1995) menemukan bukti adanya
hubungan R&D dengan CSR ketika mereka melakukan
penelitian mengenai hubungan CSR dengan kinerja keuangan
perusahaan.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat
pada table 2.1

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No

Peneliti

1

Rosmasita
(2007)

Variable penelitian
Variabel independen :
Kepemilikan manajemen,
tingkat leverage, size
perusahaan dan
profitabilitas
Varibel dependen :
Pengungkapan sosial

Hasil penelitian
Hasil
penelitian
menunjukkan
secara
simultan semua variabel
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
sosial tetapi secara parsial
hanya variabel kepemilikan
manajemen
yang
berpengaruh
terhadap
pengungkapan sosial.

Universitas Sumatera Utara

2

Sitepu
(2009)

Variabel independen:
Ukuran dewan komisaris,
tingkat leverage, ukuran
perusahaan dan tingkat
profitabilitas

Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa secara
simultan semua variabel
independen
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan sosial tetapi
Variabel dependen:
secara parsial variabel
jumlah informasi sosial ukuran dewan komisaris
yang diungkapkan pada dan profitabilitas yang
terhadap
perusahaan
manufaktur berpengaruh
yang terdaftar di BEI
pengungkapan sosial.

3

Sandra
(2010)

Variabel independen:
Size
perusahan,
profitabilitas, ukuran dewan
komisaris,
kepemiikan
manajemen dan leverage.
Variabel dependen:
Pengungkapan sosial

4

Arifian
(2011)

Variabel independen:
Tingkat profitabilitas dan
intensitas R&D
Variabel dependen:
Pengungkapan CSR

5

Silitonga
(2011)

Variabel Independen:
ukuran perusahaan, basis
perusahaan, profitabilitas,
leverage , dan likuiditas
Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR

Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa semua
variabel
independen
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
sosial tetapi secara parsial
variabel ukuran dewan
komisaris dan profitabilitas
yang berpengaruh terhadap
pengungkapan sosial.
Hasil penenelitian
menunjukan bahwa profit
berpengaruh
positif secara
signifikan terhadap
CSR
Ukuran perusahaan basis
perusahaan, profitabilitas,
leverage dan likuiditas
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
pada
perusahaan
Perkebunan
dan
pertambangan
yang
terdaftar di BEI.

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan di awal, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada
skema gambar di bawah ini :

Ukuran Perusahaan
(X1)
H1
Tingkat Profitabilitas
(X2)
Financial Leverage
(X3)
Ukuran Dewan Komisaris
(X4)

H2
H3

Pengungkapan
Corporate social
responsibility (CSR)

H4

(Y)
H5

Intensitas R&D
(X5)

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
Ukuran perusahaan diukur melalui total aktivanya. Apabila jumlah
aktivanya besar maka perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan
besar. Semakin besar perusahaan maka semakin luas pengungkapan
sosialnya.

Universitas Sumatera Utara

Profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA). Semakin
tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosialnya.
Leverage ditunjukkan melalui Debt to Equity Ratio (DER),
semakin tinggi leverage maka semakin besar juga pengungkapan sosialnya.
Ukuran dewan komisaris dihitung dengan melihat jumlah anggota
dewan komisaris dalam perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring
yang dilakukan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan sosial,
maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk
mengungkapnya.
Intensitas R&D sejalan dengan prinsip CSR menurut Warhurst dalam
Wibisono (2007) mengungkapkan bahwa pengembangan produk dan jasa
akan berdampak positif terhadap lingkungan sosial sehingga diperlukan
untuk mengetahui seberapa besar pengungkapan sosialnya. Intensitas R&D
dapat diukur dengan melihat total pengeluaran R&D dibagi dengan total
penjualan (Mc Williams dan Siegel, 1995; Padget dan Galan, 2010)

2.4

Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari sebuah
pertanyaan atau pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan melalui

Universitas Sumatera Utara

suatu penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual
peneliti menentukan dan akan menguji hipotesis sebagai berikut :
H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) pada perusahaan manufaktur.
H2 : Tingkat Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) pada perusahaan manufaktur.
H3 : Financial Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) pada perusahaan manufaktur
H4 : Ukuran Dewan

Komisaris berpengaruh

terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) pada perusahaan manufaktur
H5 : Intensitas R&D berpengaruh

terhadap

pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR) pada perusahaan manufaktur.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 42 90

Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 117

Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 10 117

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 16

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 1 16

Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 2

Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 8

Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 4

Karakteristik Perusahaan dan Intensitas R&D terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 27