Exposure of pesticides in the incidence of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) in farmers | Sinaga | Berita Kedokteran Masyarakat 24160 71042 2 PB
Paparan pestisida terhadap kejadian
obstruktif kronis (PPOK) pada petani
penyakit
paru
Exposure of pesticides in the incidence of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) in farmers
Jernita Sinaga 1, Nurliyani 2, Yusrizal Djam’an Saleh 3
Dikirim: 18 April 2017 Diterima: 15 Agustus 2017 Dipublikasi: 1 November 2017
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan mendiskripsikan besarnya risiko paparan
pestisida (umur, jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan merokok, masa kerja, waktu penyemprotan, jumlah
jenis pestisida dan alat pelindung diri) yang berhubungan dengan kejadian PPOK pada petani di Kecamatan
Barus Jahe Kabupaten Karo. Metode: Penelitian case control dengan total sampel 90 orang petani, terdiri
dari 45 kasus dan 45 kontrol. Sampel diambil dengan Simple Random Sampling. Analisis data dilakukan
mengunakan uji univariabel, bivariabel dengan uji Chi-square dan multivariable dengan uji regresi logistik.
Hasil: Ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan, alat pelindung diri dengan
kejadian PPOK, tidak ada hubungan yang bermakna antara waktu penyemprotan, jumlah jenis pestisida
dan status merokok dengan kejadian PPOK. Berdasarkan analisis multivariabel ada hubungan bermakna
antara masa kerja dengan kejadian PPOK dan yang paling berpengaruh (dominan) dengan kejadian PPOK
adalah masa kerja dan alat pelindung diri (APD). Implikasi Praktis: Para petani seharusnya selalu memakai
alat pelindung diri dan menggunakan dosis pestisida yang sesuai dengan yang tertera pada label kemasan.
Dinas kesehatan dapat mengurangi infeksi PPOK dengan deteksi dini pada petani yang setiap hari terpapar
pestisida. Keaslian: Penelitian ini menyarankan untuk mempromosikan penggunaan alat pelindung diri
untuk menghindari paparan pestisida.
Kata kunci: PPOK; pestisida; petani; spirometrik.
Abstract
Purpose: This study aims to analyze and describe the risk of exposure to pesticides (age, sex, education,
smoking habits, length of service, time of spraying, number of pesticides and personal protective equipment)
related to the incidence of COPD to farmers in Barus Jahe, Karo District. Method: This case control study with
a total sample of 90 people, consisting of 45 cases and 45 controls. Samples were taken by simple random
sampling. Data analysis was performed using univariable test, bivariable with Chi-square test and
multivariable with logistic regression. Findings: There is a significant correlation between age, gender,
education, employment, personal protective equipment to the incidence of COPD, there was no significant
association between the time of spraying, the amount of pesticides and smoking status with the incidence of
COPD. The most influential on the incidence of COPD is the working period and personal protective equipment.
Practical implications: Farmers should always use personal protective equipment and appropriate dosage of
pesticide as stated on the packaging label. Public health office also can reduce COPD infections with early
detection to farmers who exposed to pesticides every day. Originality: This study suggested to promote the use
of personal protective equipment to avoid the exposure to pesticides.
Keywords: COPD; pesticides; farmer; sphyrometri
1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email: jernitasinaga_74@yahoo.co.id)
2
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
1099
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017
ke-4
PENDAHULUAN
dengan
jumlah
pasien
tahun
2011
Pestisida dapat mempengaruhi semua ke-
sebanyak 403 pasien dengan 68% diantaranya
hidupan orang dan mahluk hidup lainya baik
adalah penyakit saluran pernapasan (Asma
biota air maupun ekosistem lingkungan di se-
Bronchitis dan PPOK) dan 75% diantaranya
luruh dunia, dapat melalui rantai makanan,
bertempat tinggal di pedesaan (4).
maupun para petani dan keluarga pengguna
Keracunan pada petani dapat terjadi bila
pestisida atau tinggal dekat dengan orang yang
peradangan yang di akibatkan oleh bahan pes-
menggunakan pestisida. Pestisida merupakan
tisida masuk atau kontak dengan kulit dan
suatu bahan kimia yang dipergunakan untuk
membran mukosa (mata, hidung, jalur udara),
membunuh atau mengendalikan berbagai ha-
Paru–paru dapat terekspos terhadap pestisida
ma insektisida, fungisida, bakterisida, rodentis-
dengan menghirup udara yang mengandung
ida, nematisida dan herbisida pada daerah per-
padatan atau aerosol cair dan uap.Risiko
tanian yang mempunyai daya bunuh yang ting-
kesehatan ini sering terjadi selama percampu-
gi, penggunaanya mudah dan hasilnya cepat
ran/
bereaksi. Pestisida tersebut sangat berguna
penghirupan aerosol pada pengenceran selama
bagi petani namun dipihak lain tanpa disadari
penyemprotan, dalam hal ini banyak pestisida
akan menimbulkan dampak negatif dengan
sebagai uap terekspos ke udara (5).
pengolahan
konsentrasi
formula,
timbulnya keracunan pestisida pada pengguna
Hasil penelitian Irna tahun (2005), di Keca-
langsung maupun orang lain yang terkena
matan Kabanjahe Kabupaten Karo bahwa
dampak (1).
83,5% petani yang diperiksa darahnya men-
Kemajuan tingkat perekonomian pada sektor
galami keracunan pestisida, hasil ini sejalan
pertanian di Indonesia, terutama didaerah per-
dengan penelitian Mahyuni (2014) terdapat
tanian termasuk Kecamatan Barus Jahe Kabu-
hubungan yang signifikan antara jenis pestisida
paten
keberhasilan
yang digunakan (p-value=0,021), lama kerja (p-
penggunaan pestisida dalam mengatasi masa-
value=0,002), dan frekuensi lama penyempro-
lah serangan hama pada petani, sehingga ke-
tan (jam/hari) dengan p-value=0,018 dengan
cenderungan para petani menggunakan pestis-
keluhan kesehatan yang
ida secara terus menerus dengan frekuensi
penyemprot pestisida. Pemeriksaan kholines-
cukup tinggi terus meningkat, bahkan tidak ja-
terase darah pada petani di lima Kecamatan
rang
aturan
Kabupaten Karo tahun 2007 dari 360 petani
pemakaiannya yang tertera pada label kema-
yang diperiksa proporsi keracunan sebesar
san pestisida (2). Petani memiliki kedudukan
78,3%. Dari 360 petani yang diperiksa, terdapat
ganda untuk terjadi keracunan sebagai pelaku
112 orang (31,11%) petani wanita usia subur
dan
dengan proporsi keracunan sebesar 25,27% (6).
Karo,
kurang
penderita,
berdasarkan
memperhatikan
pelaku
karena
sistem
dirasakan petani
penggunaan yang tidak tepat sasaran dapat
Pengamanan terhadap penggunaan pestisida
menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Se-
oleh pihak pemerintahan baik pihak dinas per-
bagai penderita para petani akan mengalami
tanian dan dinas kesehatan di Kabupaten Karo
ancaman keracunan akibat pekerjaannya (3).
sebenarnya sudah dilaksanakan sejak tahun
Data dari RSUD Dati II Kabupaten Karo
2004,
dalam
kegiatan
tersebut
dilakukan
menunjukkan bahwa penyakit yang berhub-
berbagai kegiatan yang intensif yang mengacu
ungan dengan paru-paru berada pada urutan
pada pedoman pengamanan penggunan pestis1100
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017
ida khusus untuk petani dan operator pestisida
tinggal tetap diwilayah Kecamatan Barus Jahe
yang dikeluarkan oleh Depkes RI tahun 2003.
Kabupaten Karo, bekerja sebagai petani selama
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo belum mem-
>3 tahun dan yang berusia >30 tahun, untuk
berikan hasil yang maksimal, hal ini terbukti
kelompok kasus tercatat sebagai penderita
masih tingginya tingkat keracunan pestisida
PPOK pada data pasien/rujukan di wilayah ker-
pada petani.
ja di Puskesmas Barus Jahe Kabupaten Karo.
Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
Sebagai variabel bebas adalah umur, jenis
bertumpu pada Puskesmas sebagai pelayanan
kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan mero-
kesehatan yang paling utama dan yang terdek-
kok, masa kerja petani, waktu penyemprotan,
at dengan masyarakat petani hingga sampai di
jenis pestisida, pengunaan APD. Variabel teri-
rumah sakit pusat rujukan yang jauh dari fasili-
kat
tas, sarana dan prasarana pelayanan untuk de-
penelitian yang digunakan daftar kuesioner
teksi dini pada PPOK yang masih kurang baik.
terstruktur, alat tulis berupa ballpoint, kertas,
Disamping itu kompetensi sumber daya manu-
kulkulator,
sia, peralatan standar untuk mendiagnosis
seperangkat alat pengukur faal paru spiro-
PPOK seperti spirometri sering kali jauh dari
metrik yang dilengkapi dengan bahan-bahan
jangkauan puskesmas termasuk puskesmas Ba-
dan alat pendukung untuk pemeriksaan.
rus Jahe Kabupaten Karo bahwa PPOK belum
berupa
laptop
PPOK.
Instrumen
maupun komputer
dan
Pemeriksaan faal paru dilakukan dengan uji
terekam dengan baik dan spirometrik hanya
spirometrik.
terdapat di rumah sakit besar saja.
dievaluasi
Berdasarkan latar belakang di atas maka
kejadian
Pengukuran
dengan
bronkodilator
70 tahun
dapat juga mengakibatkan kerusakan otak dan
(35,56%).
pada
ginjal pada orang dewasa serta keguguran pada
pengelompokan umur menunjukkan bahwa
wanita hamil dan menurunkan fertilitas pada
ada hubungan yang bermakna antara umur
kaum
dengan kejadian PPOK, dengan nilai p=0,0001,
mempunyai aktivitas kholinestrase darah lebih
hal ini dibuktikan dalam analisis multivariabel
tinggi di banding dengan laki-laki meskipun
niliai p=0,000 dan OR 1,12 dengan rentang
demikian tidak dianjurkan wanita menyemprot
interval kepercayaan 95% antara 1,069-1,069,
dengan menggunakan pestisida, karena pada
yang berarti untuk kategori umur >70 tahun
saat kehamilan kadar rata-rata kholinestrase
sebanyak (35,56%) berisiko 1,12 kali untuk
cenderung turun (13).
Analisis
bivariabel
lelaki
Pendidikan
terjadinya PPOK.
(12).
Kaum
wanita
dikategorikan
rata-rata
berdasarkan
umur
tinggi rendahnya tingkat pendidikan, maka
maka fungsi metabolisme tubuh juga menurun
subjek penelitian lebih banyak yang memiliki
(10-11). Biasanya kaum lanjut usia lebih peka
tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD-SD-
terhadap racun dari pada usia muda. Penelitian
SMP) yaitu sebesar 72,22%, sedangkan hanya
Seseorang
dengan
bertambahnya
ini tidak sejalan dengan penelitian Neupane
1106
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017
27,78% subjek penelitian yang memiliki tingkat
di Indonesia diperkirakan menyebabkan 70%
pendidikan tinggi (SMA-PT).
kematian karena penyakit paru kronik dan
Analisis bivariabel pendidikan menunjukkan
bahwa
ada
hubungan
antara
pendidikan
dengan status PPOK, dengan nilai p=0,002 dan
nilai
OR
4,75
pada
rentang
interval
penyakit progresif jangka panjang pada paruparu yang umumnya menyebabkan napas
menjadi pendek (14).
Berdasarkan
analisis
bivariabel
pada
kepercayaan 95% antara 1,533-16,272, yang
kebiasaan merokok menunjukkan bahwa tidak
berarti bahwa pendidikan merupakan faktor
ada
risiko 4,75 kali memiliki kemungkinan kejadian
kebiasaan merokok dengan kejadian PPOK,
PPOK,
analisis
dengan nilai p=0,29 dan nilai OR 1,56 (95% CI
antara
0,628-3,910) yang berarti bahwa kebiasaan
pendidikan dengan kejadian PPOK dengan nilai
merokok tidak merupakan faktor risiko PPOK
p=0,541.
tingkat
pada petani. Tidak seluruh perokok menjadi
pendidikan rendah berisiko untuk terjadinya
PPOK, hal ini mungkin berhubungan dengan
PPOK hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan
faktor genetik (15).
namun
multivariabel
demikian
tidak
ada
pada
hubungan
Subjek penelitian
dengan
hubungan
yang
bermakna
antara
mereka yang berpendidikan tinggi. Tingkat
Subjek penelitian masa kerja sebagai petani
pendidikan sangat berpengaruh karena pada
> 10 tahun lebih dari 80%, dan sisanya memiliki
tingkat pendidikan formal yang telah diperoleh
masa kerja 3-10 tahun. Berdasarkan analisa
seseorang
bivariabel
akan
memberikan
tambahan
hasil
masa
kerja
tidak
ada
hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,24,
pengetahuan bagi individu.
Berdasarkan
bahwa
analisis
multivariabel
namun demikian dalam analisis multivariabel
bahwa pendidikan menunjukan tidak ada
nilai
hubungan dengan kejadian PPOK, dengan nilai
hubungan yang bermakna antara masa kerja
p=0,541 dan nilai OR 1,52 (95% CI 0,395-5,859).
dengan
Hal ini dapat terjadi karena pendidikan pada
variabel yang paling dominan dengan kejadian
petani
tingkat
PPOK,. Petani dengan masa kerja >10 tahun
pendidikan rendah, namun sangat dibutuhkan
memiliki kemungkinan untuk terjadinya PPOK
keterampilan, kreatifitas dan penyuluhan yang
94%. Penelitian ini sejalan dengan Wahab
dilakukan
yang
(2001) dengan nilai p=0,04 dari 252 sampel
menunjang kesadaran petani akan pentinya
dengan masa kerja >5 tahun memiliki risiko
kesehatan diri. Subjek penelitian ini lebih
gangguan paru.
lebih
dominan
oleh
banyak yang
pihak
memiliki
memiliki
pemerintah
tingkat pendidikan
p=0,003,
kejadian
mulai
2,22%, yang membutuhakan pendidikan non
seorang
formal.
masyarakat
dengan
sebanyak
52%
Aktivitas
merokok
kebiasaan
merupakan
merokok
perokok
menurut
IB
aktif.
(Indeks
menunjukkan
PPOK,
juga
ada
merupakan
Masa kerja diartikan seberapa lama petani
rendah (tidak tamat SD-SD-SMP) yaitu sebesar
Respoden
yang
melakukan
petani.
terpapar
pekerjaannya
Sehingga
menjadi
pestisida,
sebagai
semakin
seorang
maka
lama
petani
semakin
dan
besar
kemungkinan akan terinfeksi PPOK karena
terpapar
pestisida.
Semakin
sering
petani
pestisida,
maka
kemungkinan
risiko
Brigman) lebih banyak pada subjek penelitian
melakukan
penyemprotan
yang memiliki IB>200 (59%), sedangkan sisanya
semakin
(41%) memiliki IB5 jenis. Dari hasil
hidung, nasofaring, trakea dan percabangan
wawancara dan observasi lapangan dengan
bronkus. Partikel ≤ 2 mikron akan berhenti di
menggunakan
bronkiolus respiratorius dan alveolus. Partikel
responden, semua responden menggunakan
≤0,5 mikron biasanya tidak sampai mengendap
pestisida jenis insektisida, fungisida, herbisida
di
akan
dan rodentisida. Sebagian besar responden
dikeluarkan lagi. Partikel bersama polutan
hanya menjawab 5 merek pestisida yang akhir-
seperti bahan kimia dari pertanian hasil reaksi
akhir ini mereka gunakan.
saluran
pernapasan
akan
tetapi
dari pestisida akan menimbulkan penurunan
kuesioner
penelitian
pada
Jumlah pestisida yang digunakan petani
tidak
antara 2 s/d 7 jenis pestisida. Rata – rata petani
menimbulkan gangguan faal paru pada orang
dalam mengolah pertaniannya menggunakan
normal. Gangguan faal paru yang terjadi
3 jenis pestisida mempunyai
pengguna harus memakai pakaian pelindung
risiko terjadi keracunan hampir 5 kali.
dan alat pelindung diri (22).
Pemakaian
hama
tanaman
APD
dengan
peluang
untuk
keracunan
terpajan
dapat
dikurangi.
dihindarkan
oleh
persentase
kelengkapan APD hampir terdistribusi merata
KESIMPULAN
antara penggunaan APD yang lengkap (>5 APD)
Pengamanan terhadap penggunaan pestisida
yaitu sebesar 52% dan penggunaan APD yang
oleh pihak pemerintahan baik pihak dinas per-
tidak lengkap (
obstruktif kronis (PPOK) pada petani
penyakit
paru
Exposure of pesticides in the incidence of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) in farmers
Jernita Sinaga 1, Nurliyani 2, Yusrizal Djam’an Saleh 3
Dikirim: 18 April 2017 Diterima: 15 Agustus 2017 Dipublikasi: 1 November 2017
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan mendiskripsikan besarnya risiko paparan
pestisida (umur, jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan merokok, masa kerja, waktu penyemprotan, jumlah
jenis pestisida dan alat pelindung diri) yang berhubungan dengan kejadian PPOK pada petani di Kecamatan
Barus Jahe Kabupaten Karo. Metode: Penelitian case control dengan total sampel 90 orang petani, terdiri
dari 45 kasus dan 45 kontrol. Sampel diambil dengan Simple Random Sampling. Analisis data dilakukan
mengunakan uji univariabel, bivariabel dengan uji Chi-square dan multivariable dengan uji regresi logistik.
Hasil: Ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan, alat pelindung diri dengan
kejadian PPOK, tidak ada hubungan yang bermakna antara waktu penyemprotan, jumlah jenis pestisida
dan status merokok dengan kejadian PPOK. Berdasarkan analisis multivariabel ada hubungan bermakna
antara masa kerja dengan kejadian PPOK dan yang paling berpengaruh (dominan) dengan kejadian PPOK
adalah masa kerja dan alat pelindung diri (APD). Implikasi Praktis: Para petani seharusnya selalu memakai
alat pelindung diri dan menggunakan dosis pestisida yang sesuai dengan yang tertera pada label kemasan.
Dinas kesehatan dapat mengurangi infeksi PPOK dengan deteksi dini pada petani yang setiap hari terpapar
pestisida. Keaslian: Penelitian ini menyarankan untuk mempromosikan penggunaan alat pelindung diri
untuk menghindari paparan pestisida.
Kata kunci: PPOK; pestisida; petani; spirometrik.
Abstract
Purpose: This study aims to analyze and describe the risk of exposure to pesticides (age, sex, education,
smoking habits, length of service, time of spraying, number of pesticides and personal protective equipment)
related to the incidence of COPD to farmers in Barus Jahe, Karo District. Method: This case control study with
a total sample of 90 people, consisting of 45 cases and 45 controls. Samples were taken by simple random
sampling. Data analysis was performed using univariable test, bivariable with Chi-square test and
multivariable with logistic regression. Findings: There is a significant correlation between age, gender,
education, employment, personal protective equipment to the incidence of COPD, there was no significant
association between the time of spraying, the amount of pesticides and smoking status with the incidence of
COPD. The most influential on the incidence of COPD is the working period and personal protective equipment.
Practical implications: Farmers should always use personal protective equipment and appropriate dosage of
pesticide as stated on the packaging label. Public health office also can reduce COPD infections with early
detection to farmers who exposed to pesticides every day. Originality: This study suggested to promote the use
of personal protective equipment to avoid the exposure to pesticides.
Keywords: COPD; pesticides; farmer; sphyrometri
1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email: jernitasinaga_74@yahoo.co.id)
2
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
1099
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017
ke-4
PENDAHULUAN
dengan
jumlah
pasien
tahun
2011
Pestisida dapat mempengaruhi semua ke-
sebanyak 403 pasien dengan 68% diantaranya
hidupan orang dan mahluk hidup lainya baik
adalah penyakit saluran pernapasan (Asma
biota air maupun ekosistem lingkungan di se-
Bronchitis dan PPOK) dan 75% diantaranya
luruh dunia, dapat melalui rantai makanan,
bertempat tinggal di pedesaan (4).
maupun para petani dan keluarga pengguna
Keracunan pada petani dapat terjadi bila
pestisida atau tinggal dekat dengan orang yang
peradangan yang di akibatkan oleh bahan pes-
menggunakan pestisida. Pestisida merupakan
tisida masuk atau kontak dengan kulit dan
suatu bahan kimia yang dipergunakan untuk
membran mukosa (mata, hidung, jalur udara),
membunuh atau mengendalikan berbagai ha-
Paru–paru dapat terekspos terhadap pestisida
ma insektisida, fungisida, bakterisida, rodentis-
dengan menghirup udara yang mengandung
ida, nematisida dan herbisida pada daerah per-
padatan atau aerosol cair dan uap.Risiko
tanian yang mempunyai daya bunuh yang ting-
kesehatan ini sering terjadi selama percampu-
gi, penggunaanya mudah dan hasilnya cepat
ran/
bereaksi. Pestisida tersebut sangat berguna
penghirupan aerosol pada pengenceran selama
bagi petani namun dipihak lain tanpa disadari
penyemprotan, dalam hal ini banyak pestisida
akan menimbulkan dampak negatif dengan
sebagai uap terekspos ke udara (5).
pengolahan
konsentrasi
formula,
timbulnya keracunan pestisida pada pengguna
Hasil penelitian Irna tahun (2005), di Keca-
langsung maupun orang lain yang terkena
matan Kabanjahe Kabupaten Karo bahwa
dampak (1).
83,5% petani yang diperiksa darahnya men-
Kemajuan tingkat perekonomian pada sektor
galami keracunan pestisida, hasil ini sejalan
pertanian di Indonesia, terutama didaerah per-
dengan penelitian Mahyuni (2014) terdapat
tanian termasuk Kecamatan Barus Jahe Kabu-
hubungan yang signifikan antara jenis pestisida
paten
keberhasilan
yang digunakan (p-value=0,021), lama kerja (p-
penggunaan pestisida dalam mengatasi masa-
value=0,002), dan frekuensi lama penyempro-
lah serangan hama pada petani, sehingga ke-
tan (jam/hari) dengan p-value=0,018 dengan
cenderungan para petani menggunakan pestis-
keluhan kesehatan yang
ida secara terus menerus dengan frekuensi
penyemprot pestisida. Pemeriksaan kholines-
cukup tinggi terus meningkat, bahkan tidak ja-
terase darah pada petani di lima Kecamatan
rang
aturan
Kabupaten Karo tahun 2007 dari 360 petani
pemakaiannya yang tertera pada label kema-
yang diperiksa proporsi keracunan sebesar
san pestisida (2). Petani memiliki kedudukan
78,3%. Dari 360 petani yang diperiksa, terdapat
ganda untuk terjadi keracunan sebagai pelaku
112 orang (31,11%) petani wanita usia subur
dan
dengan proporsi keracunan sebesar 25,27% (6).
Karo,
kurang
penderita,
berdasarkan
memperhatikan
pelaku
karena
sistem
dirasakan petani
penggunaan yang tidak tepat sasaran dapat
Pengamanan terhadap penggunaan pestisida
menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Se-
oleh pihak pemerintahan baik pihak dinas per-
bagai penderita para petani akan mengalami
tanian dan dinas kesehatan di Kabupaten Karo
ancaman keracunan akibat pekerjaannya (3).
sebenarnya sudah dilaksanakan sejak tahun
Data dari RSUD Dati II Kabupaten Karo
2004,
dalam
kegiatan
tersebut
dilakukan
menunjukkan bahwa penyakit yang berhub-
berbagai kegiatan yang intensif yang mengacu
ungan dengan paru-paru berada pada urutan
pada pedoman pengamanan penggunan pestis1100
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017
ida khusus untuk petani dan operator pestisida
tinggal tetap diwilayah Kecamatan Barus Jahe
yang dikeluarkan oleh Depkes RI tahun 2003.
Kabupaten Karo, bekerja sebagai petani selama
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo belum mem-
>3 tahun dan yang berusia >30 tahun, untuk
berikan hasil yang maksimal, hal ini terbukti
kelompok kasus tercatat sebagai penderita
masih tingginya tingkat keracunan pestisida
PPOK pada data pasien/rujukan di wilayah ker-
pada petani.
ja di Puskesmas Barus Jahe Kabupaten Karo.
Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
Sebagai variabel bebas adalah umur, jenis
bertumpu pada Puskesmas sebagai pelayanan
kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan mero-
kesehatan yang paling utama dan yang terdek-
kok, masa kerja petani, waktu penyemprotan,
at dengan masyarakat petani hingga sampai di
jenis pestisida, pengunaan APD. Variabel teri-
rumah sakit pusat rujukan yang jauh dari fasili-
kat
tas, sarana dan prasarana pelayanan untuk de-
penelitian yang digunakan daftar kuesioner
teksi dini pada PPOK yang masih kurang baik.
terstruktur, alat tulis berupa ballpoint, kertas,
Disamping itu kompetensi sumber daya manu-
kulkulator,
sia, peralatan standar untuk mendiagnosis
seperangkat alat pengukur faal paru spiro-
PPOK seperti spirometri sering kali jauh dari
metrik yang dilengkapi dengan bahan-bahan
jangkauan puskesmas termasuk puskesmas Ba-
dan alat pendukung untuk pemeriksaan.
rus Jahe Kabupaten Karo bahwa PPOK belum
berupa
laptop
PPOK.
Instrumen
maupun komputer
dan
Pemeriksaan faal paru dilakukan dengan uji
terekam dengan baik dan spirometrik hanya
spirometrik.
terdapat di rumah sakit besar saja.
dievaluasi
Berdasarkan latar belakang di atas maka
kejadian
Pengukuran
dengan
bronkodilator
70 tahun
dapat juga mengakibatkan kerusakan otak dan
(35,56%).
pada
ginjal pada orang dewasa serta keguguran pada
pengelompokan umur menunjukkan bahwa
wanita hamil dan menurunkan fertilitas pada
ada hubungan yang bermakna antara umur
kaum
dengan kejadian PPOK, dengan nilai p=0,0001,
mempunyai aktivitas kholinestrase darah lebih
hal ini dibuktikan dalam analisis multivariabel
tinggi di banding dengan laki-laki meskipun
niliai p=0,000 dan OR 1,12 dengan rentang
demikian tidak dianjurkan wanita menyemprot
interval kepercayaan 95% antara 1,069-1,069,
dengan menggunakan pestisida, karena pada
yang berarti untuk kategori umur >70 tahun
saat kehamilan kadar rata-rata kholinestrase
sebanyak (35,56%) berisiko 1,12 kali untuk
cenderung turun (13).
Analisis
bivariabel
lelaki
Pendidikan
terjadinya PPOK.
(12).
Kaum
wanita
dikategorikan
rata-rata
berdasarkan
umur
tinggi rendahnya tingkat pendidikan, maka
maka fungsi metabolisme tubuh juga menurun
subjek penelitian lebih banyak yang memiliki
(10-11). Biasanya kaum lanjut usia lebih peka
tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD-SD-
terhadap racun dari pada usia muda. Penelitian
SMP) yaitu sebesar 72,22%, sedangkan hanya
Seseorang
dengan
bertambahnya
ini tidak sejalan dengan penelitian Neupane
1106
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017
27,78% subjek penelitian yang memiliki tingkat
di Indonesia diperkirakan menyebabkan 70%
pendidikan tinggi (SMA-PT).
kematian karena penyakit paru kronik dan
Analisis bivariabel pendidikan menunjukkan
bahwa
ada
hubungan
antara
pendidikan
dengan status PPOK, dengan nilai p=0,002 dan
nilai
OR
4,75
pada
rentang
interval
penyakit progresif jangka panjang pada paruparu yang umumnya menyebabkan napas
menjadi pendek (14).
Berdasarkan
analisis
bivariabel
pada
kepercayaan 95% antara 1,533-16,272, yang
kebiasaan merokok menunjukkan bahwa tidak
berarti bahwa pendidikan merupakan faktor
ada
risiko 4,75 kali memiliki kemungkinan kejadian
kebiasaan merokok dengan kejadian PPOK,
PPOK,
analisis
dengan nilai p=0,29 dan nilai OR 1,56 (95% CI
antara
0,628-3,910) yang berarti bahwa kebiasaan
pendidikan dengan kejadian PPOK dengan nilai
merokok tidak merupakan faktor risiko PPOK
p=0,541.
tingkat
pada petani. Tidak seluruh perokok menjadi
pendidikan rendah berisiko untuk terjadinya
PPOK, hal ini mungkin berhubungan dengan
PPOK hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan
faktor genetik (15).
namun
multivariabel
demikian
tidak
ada
pada
hubungan
Subjek penelitian
dengan
hubungan
yang
bermakna
antara
mereka yang berpendidikan tinggi. Tingkat
Subjek penelitian masa kerja sebagai petani
pendidikan sangat berpengaruh karena pada
> 10 tahun lebih dari 80%, dan sisanya memiliki
tingkat pendidikan formal yang telah diperoleh
masa kerja 3-10 tahun. Berdasarkan analisa
seseorang
bivariabel
akan
memberikan
tambahan
hasil
masa
kerja
tidak
ada
hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,24,
pengetahuan bagi individu.
Berdasarkan
bahwa
analisis
multivariabel
namun demikian dalam analisis multivariabel
bahwa pendidikan menunjukan tidak ada
nilai
hubungan dengan kejadian PPOK, dengan nilai
hubungan yang bermakna antara masa kerja
p=0,541 dan nilai OR 1,52 (95% CI 0,395-5,859).
dengan
Hal ini dapat terjadi karena pendidikan pada
variabel yang paling dominan dengan kejadian
petani
tingkat
PPOK,. Petani dengan masa kerja >10 tahun
pendidikan rendah, namun sangat dibutuhkan
memiliki kemungkinan untuk terjadinya PPOK
keterampilan, kreatifitas dan penyuluhan yang
94%. Penelitian ini sejalan dengan Wahab
dilakukan
yang
(2001) dengan nilai p=0,04 dari 252 sampel
menunjang kesadaran petani akan pentinya
dengan masa kerja >5 tahun memiliki risiko
kesehatan diri. Subjek penelitian ini lebih
gangguan paru.
lebih
dominan
oleh
banyak yang
pihak
memiliki
memiliki
pemerintah
tingkat pendidikan
p=0,003,
kejadian
mulai
2,22%, yang membutuhakan pendidikan non
seorang
formal.
masyarakat
dengan
sebanyak
52%
Aktivitas
merokok
kebiasaan
merupakan
merokok
perokok
menurut
IB
aktif.
(Indeks
menunjukkan
PPOK,
juga
ada
merupakan
Masa kerja diartikan seberapa lama petani
rendah (tidak tamat SD-SD-SMP) yaitu sebesar
Respoden
yang
melakukan
petani.
terpapar
pekerjaannya
Sehingga
menjadi
pestisida,
sebagai
semakin
seorang
maka
lama
petani
semakin
dan
besar
kemungkinan akan terinfeksi PPOK karena
terpapar
pestisida.
Semakin
sering
petani
pestisida,
maka
kemungkinan
risiko
Brigman) lebih banyak pada subjek penelitian
melakukan
penyemprotan
yang memiliki IB>200 (59%), sedangkan sisanya
semakin
(41%) memiliki IB5 jenis. Dari hasil
hidung, nasofaring, trakea dan percabangan
wawancara dan observasi lapangan dengan
bronkus. Partikel ≤ 2 mikron akan berhenti di
menggunakan
bronkiolus respiratorius dan alveolus. Partikel
responden, semua responden menggunakan
≤0,5 mikron biasanya tidak sampai mengendap
pestisida jenis insektisida, fungisida, herbisida
di
akan
dan rodentisida. Sebagian besar responden
dikeluarkan lagi. Partikel bersama polutan
hanya menjawab 5 merek pestisida yang akhir-
seperti bahan kimia dari pertanian hasil reaksi
akhir ini mereka gunakan.
saluran
pernapasan
akan
tetapi
dari pestisida akan menimbulkan penurunan
kuesioner
penelitian
pada
Jumlah pestisida yang digunakan petani
tidak
antara 2 s/d 7 jenis pestisida. Rata – rata petani
menimbulkan gangguan faal paru pada orang
dalam mengolah pertaniannya menggunakan
normal. Gangguan faal paru yang terjadi
3 jenis pestisida mempunyai
pengguna harus memakai pakaian pelindung
risiko terjadi keracunan hampir 5 kali.
dan alat pelindung diri (22).
Pemakaian
hama
tanaman
APD
dengan
peluang
untuk
keracunan
terpajan
dapat
dikurangi.
dihindarkan
oleh
persentase
kelengkapan APD hampir terdistribusi merata
KESIMPULAN
antara penggunaan APD yang lengkap (>5 APD)
Pengamanan terhadap penggunaan pestisida
yaitu sebesar 52% dan penggunaan APD yang
oleh pihak pemerintahan baik pihak dinas per-
tidak lengkap (