Exposure of pesticides in the incidence of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) in farmers | Sinaga | Berita Kedokteran Masyarakat 24160 71042 2 PB

Paparan pestisida terhadap kejadian
obstruktif kronis (PPOK) pada petani

penyakit

paru

Exposure of pesticides in the incidence of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) in farmers
Jernita Sinaga 1, Nurliyani 2, Yusrizal Djam’an Saleh 3
Dikirim: 18 April 2017 Diterima: 15 Agustus 2017 Dipublikasi: 1 November 2017

Abstrak
Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan mendiskripsikan besarnya risiko paparan
pestisida (umur, jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan merokok, masa kerja, waktu penyemprotan, jumlah
jenis pestisida dan alat pelindung diri) yang berhubungan dengan kejadian PPOK pada petani di Kecamatan
Barus Jahe Kabupaten Karo. Metode: Penelitian case control dengan total sampel 90 orang petani, terdiri
dari 45 kasus dan 45 kontrol. Sampel diambil dengan Simple Random Sampling. Analisis data dilakukan
mengunakan uji univariabel, bivariabel dengan uji Chi-square dan multivariable dengan uji regresi logistik.
Hasil: Ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan, alat pelindung diri dengan
kejadian PPOK, tidak ada hubungan yang bermakna antara waktu penyemprotan, jumlah jenis pestisida
dan status merokok dengan kejadian PPOK. Berdasarkan analisis multivariabel ada hubungan bermakna

antara masa kerja dengan kejadian PPOK dan yang paling berpengaruh (dominan) dengan kejadian PPOK
adalah masa kerja dan alat pelindung diri (APD). Implikasi Praktis: Para petani seharusnya selalu memakai
alat pelindung diri dan menggunakan dosis pestisida yang sesuai dengan yang tertera pada label kemasan.
Dinas kesehatan dapat mengurangi infeksi PPOK dengan deteksi dini pada petani yang setiap hari terpapar
pestisida. Keaslian: Penelitian ini menyarankan untuk mempromosikan penggunaan alat pelindung diri
untuk menghindari paparan pestisida.
Kata kunci: PPOK; pestisida; petani; spirometrik.
Abstract
Purpose: This study aims to analyze and describe the risk of exposure to pesticides (age, sex, education,
smoking habits, length of service, time of spraying, number of pesticides and personal protective equipment)
related to the incidence of COPD to farmers in Barus Jahe, Karo District. Method: This case control study with
a total sample of 90 people, consisting of 45 cases and 45 controls. Samples were taken by simple random
sampling. Data analysis was performed using univariable test, bivariable with Chi-square test and
multivariable with logistic regression. Findings: There is a significant correlation between age, gender,
education, employment, personal protective equipment to the incidence of COPD, there was no significant
association between the time of spraying, the amount of pesticides and smoking status with the incidence of
COPD. The most influential on the incidence of COPD is the working period and personal protective equipment.
Practical implications: Farmers should always use personal protective equipment and appropriate dosage of
pesticide as stated on the packaging label. Public health office also can reduce COPD infections with early
detection to farmers who exposed to pesticides every day. Originality: This study suggested to promote the use

of personal protective equipment to avoid the exposure to pesticides.
Keywords: COPD; pesticides; farmer; sphyrometri

1

Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email: jernitasinaga_74@yahoo.co.id)
2
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

1099

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017

ke-4

PENDAHULUAN


dengan

jumlah

pasien

tahun

2011

Pestisida dapat mempengaruhi semua ke-

sebanyak 403 pasien dengan 68% diantaranya

hidupan orang dan mahluk hidup lainya baik

adalah penyakit saluran pernapasan (Asma

biota air maupun ekosistem lingkungan di se-


Bronchitis dan PPOK) dan 75% diantaranya

luruh dunia, dapat melalui rantai makanan,

bertempat tinggal di pedesaan (4).

maupun para petani dan keluarga pengguna

Keracunan pada petani dapat terjadi bila

pestisida atau tinggal dekat dengan orang yang

peradangan yang di akibatkan oleh bahan pes-

menggunakan pestisida. Pestisida merupakan

tisida masuk atau kontak dengan kulit dan

suatu bahan kimia yang dipergunakan untuk


membran mukosa (mata, hidung, jalur udara),

membunuh atau mengendalikan berbagai ha-

Paru–paru dapat terekspos terhadap pestisida

ma insektisida, fungisida, bakterisida, rodentis-

dengan menghirup udara yang mengandung

ida, nematisida dan herbisida pada daerah per-

padatan atau aerosol cair dan uap.Risiko

tanian yang mempunyai daya bunuh yang ting-

kesehatan ini sering terjadi selama percampu-

gi, penggunaanya mudah dan hasilnya cepat


ran/

bereaksi. Pestisida tersebut sangat berguna

penghirupan aerosol pada pengenceran selama

bagi petani namun dipihak lain tanpa disadari

penyemprotan, dalam hal ini banyak pestisida

akan menimbulkan dampak negatif dengan

sebagai uap terekspos ke udara (5).

pengolahan

konsentrasi

formula,


timbulnya keracunan pestisida pada pengguna

Hasil penelitian Irna tahun (2005), di Keca-

langsung maupun orang lain yang terkena

matan Kabanjahe Kabupaten Karo bahwa

dampak (1).

83,5% petani yang diperiksa darahnya men-

Kemajuan tingkat perekonomian pada sektor

galami keracunan pestisida, hasil ini sejalan

pertanian di Indonesia, terutama didaerah per-

dengan penelitian Mahyuni (2014) terdapat


tanian termasuk Kecamatan Barus Jahe Kabu-

hubungan yang signifikan antara jenis pestisida

paten

keberhasilan

yang digunakan (p-value=0,021), lama kerja (p-

penggunaan pestisida dalam mengatasi masa-

value=0,002), dan frekuensi lama penyempro-

lah serangan hama pada petani, sehingga ke-

tan (jam/hari) dengan p-value=0,018 dengan

cenderungan para petani menggunakan pestis-


keluhan kesehatan yang

ida secara terus menerus dengan frekuensi

penyemprot pestisida. Pemeriksaan kholines-

cukup tinggi terus meningkat, bahkan tidak ja-

terase darah pada petani di lima Kecamatan

rang

aturan

Kabupaten Karo tahun 2007 dari 360 petani

pemakaiannya yang tertera pada label kema-

yang diperiksa proporsi keracunan sebesar


san pestisida (2). Petani memiliki kedudukan

78,3%. Dari 360 petani yang diperiksa, terdapat

ganda untuk terjadi keracunan sebagai pelaku

112 orang (31,11%) petani wanita usia subur

dan

dengan proporsi keracunan sebesar 25,27% (6).

Karo,

kurang

penderita,

berdasarkan


memperhatikan

pelaku

karena

sistem

dirasakan petani

penggunaan yang tidak tepat sasaran dapat

Pengamanan terhadap penggunaan pestisida

menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Se-

oleh pihak pemerintahan baik pihak dinas per-

bagai penderita para petani akan mengalami

tanian dan dinas kesehatan di Kabupaten Karo

ancaman keracunan akibat pekerjaannya (3).

sebenarnya sudah dilaksanakan sejak tahun

Data dari RSUD Dati II Kabupaten Karo

2004,

dalam

kegiatan

tersebut

dilakukan

menunjukkan bahwa penyakit yang berhub-

berbagai kegiatan yang intensif yang mengacu

ungan dengan paru-paru berada pada urutan

pada pedoman pengamanan penggunan pestis1100

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017

ida khusus untuk petani dan operator pestisida

tinggal tetap diwilayah Kecamatan Barus Jahe

yang dikeluarkan oleh Depkes RI tahun 2003.

Kabupaten Karo, bekerja sebagai petani selama

Dinas Kesehatan Kabupaten Karo belum mem-

>3 tahun dan yang berusia >30 tahun, untuk

berikan hasil yang maksimal, hal ini terbukti

kelompok kasus tercatat sebagai penderita

masih tingginya tingkat keracunan pestisida

PPOK pada data pasien/rujukan di wilayah ker-

pada petani.

ja di Puskesmas Barus Jahe Kabupaten Karo.

Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia

Sebagai variabel bebas adalah umur, jenis

bertumpu pada Puskesmas sebagai pelayanan

kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan mero-

kesehatan yang paling utama dan yang terdek-

kok, masa kerja petani, waktu penyemprotan,

at dengan masyarakat petani hingga sampai di

jenis pestisida, pengunaan APD. Variabel teri-

rumah sakit pusat rujukan yang jauh dari fasili-

kat

tas, sarana dan prasarana pelayanan untuk de-

penelitian yang digunakan daftar kuesioner

teksi dini pada PPOK yang masih kurang baik.

terstruktur, alat tulis berupa ballpoint, kertas,

Disamping itu kompetensi sumber daya manu-

kulkulator,

sia, peralatan standar untuk mendiagnosis

seperangkat alat pengukur faal paru spiro-

PPOK seperti spirometri sering kali jauh dari

metrik yang dilengkapi dengan bahan-bahan

jangkauan puskesmas termasuk puskesmas Ba-

dan alat pendukung untuk pemeriksaan.

rus Jahe Kabupaten Karo bahwa PPOK belum

berupa

laptop

PPOK.

Instrumen

maupun komputer

dan

Pemeriksaan faal paru dilakukan dengan uji

terekam dengan baik dan spirometrik hanya

spirometrik.

terdapat di rumah sakit besar saja.

dievaluasi

Berdasarkan latar belakang di atas maka

kejadian

Pengukuran
dengan

bronkodilator

70 tahun

dapat juga mengakibatkan kerusakan otak dan

(35,56%).

pada

ginjal pada orang dewasa serta keguguran pada

pengelompokan umur menunjukkan bahwa

wanita hamil dan menurunkan fertilitas pada

ada hubungan yang bermakna antara umur

kaum

dengan kejadian PPOK, dengan nilai p=0,0001,

mempunyai aktivitas kholinestrase darah lebih

hal ini dibuktikan dalam analisis multivariabel

tinggi di banding dengan laki-laki meskipun

niliai p=0,000 dan OR 1,12 dengan rentang

demikian tidak dianjurkan wanita menyemprot

interval kepercayaan 95% antara 1,069-1,069,

dengan menggunakan pestisida, karena pada

yang berarti untuk kategori umur >70 tahun

saat kehamilan kadar rata-rata kholinestrase

sebanyak (35,56%) berisiko 1,12 kali untuk

cenderung turun (13).

Analisis

bivariabel

lelaki

Pendidikan

terjadinya PPOK.

(12).

Kaum

wanita

dikategorikan

rata-rata

berdasarkan

umur

tinggi rendahnya tingkat pendidikan, maka

maka fungsi metabolisme tubuh juga menurun

subjek penelitian lebih banyak yang memiliki

(10-11). Biasanya kaum lanjut usia lebih peka

tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD-SD-

terhadap racun dari pada usia muda. Penelitian

SMP) yaitu sebesar 72,22%, sedangkan hanya

Seseorang

dengan

bertambahnya

ini tidak sejalan dengan penelitian Neupane
1106

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017

27,78% subjek penelitian yang memiliki tingkat

di Indonesia diperkirakan menyebabkan 70%

pendidikan tinggi (SMA-PT).

kematian karena penyakit paru kronik dan

Analisis bivariabel pendidikan menunjukkan
bahwa

ada

hubungan

antara

pendidikan

dengan status PPOK, dengan nilai p=0,002 dan
nilai

OR

4,75

pada

rentang

interval

penyakit progresif jangka panjang pada paruparu yang umumnya menyebabkan napas
menjadi pendek (14).
Berdasarkan

analisis

bivariabel

pada

kepercayaan 95% antara 1,533-16,272, yang

kebiasaan merokok menunjukkan bahwa tidak

berarti bahwa pendidikan merupakan faktor

ada

risiko 4,75 kali memiliki kemungkinan kejadian

kebiasaan merokok dengan kejadian PPOK,

PPOK,

analisis

dengan nilai p=0,29 dan nilai OR 1,56 (95% CI

antara

0,628-3,910) yang berarti bahwa kebiasaan

pendidikan dengan kejadian PPOK dengan nilai

merokok tidak merupakan faktor risiko PPOK

p=0,541.

tingkat

pada petani. Tidak seluruh perokok menjadi

pendidikan rendah berisiko untuk terjadinya

PPOK, hal ini mungkin berhubungan dengan

PPOK hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan

faktor genetik (15).

namun

multivariabel

demikian

tidak

ada

pada

hubungan

Subjek penelitian

dengan

hubungan

yang

bermakna

antara

mereka yang berpendidikan tinggi. Tingkat

Subjek penelitian masa kerja sebagai petani

pendidikan sangat berpengaruh karena pada

> 10 tahun lebih dari 80%, dan sisanya memiliki

tingkat pendidikan formal yang telah diperoleh

masa kerja 3-10 tahun. Berdasarkan analisa

seseorang

bivariabel

akan

memberikan

tambahan

hasil

masa

kerja

tidak

ada

hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,24,

pengetahuan bagi individu.
Berdasarkan

bahwa

analisis

multivariabel

namun demikian dalam analisis multivariabel

bahwa pendidikan menunjukan tidak ada

nilai

hubungan dengan kejadian PPOK, dengan nilai

hubungan yang bermakna antara masa kerja

p=0,541 dan nilai OR 1,52 (95% CI 0,395-5,859).

dengan

Hal ini dapat terjadi karena pendidikan pada

variabel yang paling dominan dengan kejadian

petani

tingkat

PPOK,. Petani dengan masa kerja >10 tahun

pendidikan rendah, namun sangat dibutuhkan

memiliki kemungkinan untuk terjadinya PPOK

keterampilan, kreatifitas dan penyuluhan yang

94%. Penelitian ini sejalan dengan Wahab

dilakukan

yang

(2001) dengan nilai p=0,04 dari 252 sampel

menunjang kesadaran petani akan pentinya

dengan masa kerja >5 tahun memiliki risiko

kesehatan diri. Subjek penelitian ini lebih

gangguan paru.

lebih

dominan

oleh

banyak yang

pihak

memiliki

memiliki

pemerintah

tingkat pendidikan

p=0,003,
kejadian

mulai

2,22%, yang membutuhakan pendidikan non

seorang

formal.

masyarakat
dengan

sebanyak

52%

Aktivitas

merokok

kebiasaan

merupakan

merokok

perokok

menurut

IB

aktif.
(Indeks

menunjukkan

PPOK,

juga

ada

merupakan

Masa kerja diartikan seberapa lama petani

rendah (tidak tamat SD-SD-SMP) yaitu sebesar

Respoden

yang

melakukan
petani.

terpapar

pekerjaannya

Sehingga

menjadi

pestisida,

sebagai

semakin

seorang
maka

lama

petani

semakin

dan
besar

kemungkinan akan terinfeksi PPOK karena
terpapar

pestisida.

Semakin

sering

petani

pestisida,

maka

kemungkinan

risiko

Brigman) lebih banyak pada subjek penelitian

melakukan

penyemprotan

yang memiliki IB>200 (59%), sedangkan sisanya

semakin

(41%) memiliki IB5 jenis. Dari hasil

hidung, nasofaring, trakea dan percabangan

wawancara dan observasi lapangan dengan

bronkus. Partikel ≤ 2 mikron akan berhenti di

menggunakan

bronkiolus respiratorius dan alveolus. Partikel

responden, semua responden menggunakan

≤0,5 mikron biasanya tidak sampai mengendap

pestisida jenis insektisida, fungisida, herbisida

di

akan

dan rodentisida. Sebagian besar responden

dikeluarkan lagi. Partikel bersama polutan

hanya menjawab 5 merek pestisida yang akhir-

seperti bahan kimia dari pertanian hasil reaksi

akhir ini mereka gunakan.

saluran

pernapasan

akan

tetapi

dari pestisida akan menimbulkan penurunan

kuesioner

penelitian

pada

Jumlah pestisida yang digunakan petani

tidak

antara 2 s/d 7 jenis pestisida. Rata – rata petani

menimbulkan gangguan faal paru pada orang

dalam mengolah pertaniannya menggunakan

normal. Gangguan faal paru yang terjadi

3 jenis pestisida mempunyai

pengguna harus memakai pakaian pelindung

risiko terjadi keracunan hampir 5 kali.

dan alat pelindung diri (22).

Pemakaian

hama

tanaman

APD

dengan

peluang

untuk

keracunan

terpajan

dapat

dikurangi.

dihindarkan

oleh

persentase

kelengkapan APD hampir terdistribusi merata

KESIMPULAN

antara penggunaan APD yang lengkap (>5 APD)

Pengamanan terhadap penggunaan pestisida

yaitu sebesar 52% dan penggunaan APD yang

oleh pihak pemerintahan baik pihak dinas per-

tidak lengkap (