Rangkuman Soal Ujian Lusgan
1. Sebutkan beban TB secara global, apa penyebab meningkatnya beban TB?
Beban TB secara global : Sekitar 75% pasien TB adalah kel usia yg plg produktif
secara ekonomis dan berusia antara 1550 tahun. Seorg pasein TB dewasa kehilangan
waktu kerja 34 bulan dan pendapatan sktr 15 tahun jika ia meninggal dan ada
dampak buruk lainnya stigma
Penyebab meningkatnya beban TB :
1. Kemiskinan tu pd negara berkembang → sanitasi, papan, sandang, pangan
buruk
2. Determinan sosial yg buruk → tingkat pendidikan,pendapatan per kapita
rendah
3. Kegagalan program TB :
a. Tidak memadainya komitmen politis dan pendanaan
b. Tidak memadainya tata laksana pengobatan
c. Tidak memadainya organisasi pelayanan
d. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas bcg
e. Infrastruktur buruk
f. Jaminan kesehatan yang bisa mencapai masyarakt luas
4. Perubahan demografi dan struktur umum penduduk dunia
5. Besarnya masalah kesehatan lain yg mempengaruhi tetap tingginya beban TB
6. Dampak pandemi HIV
7. Multidrug resistance
2. Apa perbedaan TB MDR dengan TB XDR? Bagaimana tatalaksana TB MDR
dan TB XDR? Jenis dan lama pengobatan TB MDR dan TB XDR?
a. TB MDR adalah resisten terhadap isoniazid dan rifampisin secara bersamaan
OAT dalam pengobatan TB MDR :
Gol I ( lini 1 oral ) → pirazinamid, etambutol
Gol II ( OAT suntikan ) → kanamycin, amikasin, capreomycin
Gol III ( Fluorokuinolon ) → levofloxacin, moxifloxacin
Gol IV ( OAT lini kedua oral ) → PAS
Cycloserine, Ethinamid
b. TB XDR adalah resisten terhadap isoniazid dan rifampisin +salah satu OAT
golongan flurokuinolon (ofloksasin) + salah satu OAT lini ke2 ( kana misin,
kapreomisin, amikasin )
3. Jelaskan mengenai kolaborasi program TB dan program HIV (3 macam)?
● Kolaborasi antara program tuberkulosis nasional program kontrol aids
nasional
● Menurunkan kemungkinan menderita TB pada pasien dengan HIV
o
Menemukan kasus TB
o
Terapi preventif dengan isoniazid
o
Memastikan TB dikontrol dengan baik di fasilitas kesehatan
● Mengurangi angka kesakitan HIV pada penderita TB
o
Konseling dan tes HIV
o
Metode prevensi HIV
o
Terapi prevensi dengan kotrimoksasol
o
Ensure HIV AIDS care and support
o
Intrroduksi ARV
4. Sebutkan sistem scoring TB anak!
5. Bagaimana mencegah penyakit TB di tempat kerja?
● Pengendalian Manajerial:
o
Adanya kebijakan PPI/PPI TB di RS
o
Tim pelaksana PPI
o
Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI
● Pengendalian Administratif a.l.:
o
Rencana pengendalian infeksi (RPI),
o
Standar prosedur operasional (SPO),
o
Triase pasien batuk, etika batuk ruang tunggu
o
Pemisahan pasien HIV dari pasien TB MDR/BTA pos,
o
Pem. kesehatan pegawai dan surveilans TB pada pegawai berisiko
● Pengendalian Lingkungan/Teknis:
o
Untuk mengurangi konsentrasi droplet nuclei dan keberadaan kuman di
permukaan benda terkontaminasi;
o
Mencakup pengaturan ventilasi, penggunaan filter udara dan ultra
violet
● Perlindungan Petugas:
o
Edukasi, pelatihan, pemantauan perilaku kerja petugas
o
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat risiko
6. Apa manfaat pengobatan TB?
Menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat TB untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
7. Apa perbedaan cure rate dan treatment success rate?
Cure rate / angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase
pasien baru tb paru bta positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan diantara
pasien tb baru bta positif yang tercatat.
Treatment success rate / keberhasilan pengobatan adalah angka yang
menunjukkan prosentasi pasien baru tb paru bta positif yang menyelesaikan
pengobatan diantara pasien baru tb paru bta positif yang tercatat.
8. Apa tugas PMO? Materi penyuluhan apa saja yang harus diketahui PMO?
∙ Tugas PMO :
a. mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
b. memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
c. mengingatkan pasien utk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
d. memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejalagejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke unit
pelayanan kesehatan.
∙ Materi penyuluhan yang harus diketahui PMO:
a. TB disebabkan oleh kuman, bukan penyakit keturuna atau kutukan
b. TB dapat disembuhkan dengna berobat teratur
c. Cara penularan TB, gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya sgera meminta
pertolongan ke fasyankes.
9. Jelaskan pemantauan sputum pengobatan OAT kategori 1 dan 2!
Pemantauan kemajuan pengobatan TB dilakukan dengan pemeriksaan dahak
sewaktu dan pagi. Hasil pemeriksaan dinyatakan negative bila ke 2 contoh ujia dahak
negatih. Bila ada salah satu yang +, maka diangga uji dahak +. Perlu dicatat pula hasil
pemeriksaan dahak mikroskopis pasien sebelum pengobatan.
∙
Apabila hasil pemeriksaan dahak pada akhir tahap awal positif pada pasien
baru (OAT kategori 1):
o Lakukan penilaian keteraturan minum obat
o Berikan dosis tahap lanjutan dan lakukan pemeriksaan dahak setelah tahap
lanjutan 1 bulan, jika masih +, lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat
o Jika tidak bisa melakukan uji kepekaan obat, lanjutkan pengobatan, dan
periksa dahak kembali pada akhir bulan ke5
∙ Apabila + pada pasien dengan pengobatan ulang (OAT kategori 2):
o Lakukan penilaian keteraturan minum obat
o Pasien dinyatakan terduga MDR TB
o Lakukan uji kepekaan obat atau rujuk ke RS puast rujukan TB MDR
o Apa bila poin di atas tidak bisa, segera berikan dosis OAT tahap lanjutan
(tnapa pemberian OAT sisipan) dan diperiksa ulang dahak pada akhir
bulan ke 5
∙ Hasil pemeriksaan dahak bulan ke 5 :
o Negative : lanjutkan obat hingga selesai
o Positif : pengobatan gagal, pasien dinyatakan TB MDR
ü Lakukan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS TB MDR
ü Pada kateagori 1 jika poin di atas tidak bisa dilakukan, beri pengobatan paduan OAT
kategori 2 dari awal
ü Pada kategori 2 jika poin di atas tidka bisa dilakukan, beri penjelasan, pengetahuan, dan
selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI (Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi)
10. ISTC memiliki berapa unsur atau standar? Apa saja kategori beserta
standarnya?
∙ Standar untuk diagnosis
o 1 : setiap orang dengan batuk produktif selama 2 minggu atau lebih,
yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi mengenai tuberkulosis
o 2 : Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang mampu mengeluarkan
dahak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani
pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali yang diperiksa di
laboratorium yang kualitasnya terjamin. Jika mungkin paling tidak satu
spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.
o 3 : Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yangdiduga menderita
tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit
seharusnya diambil untuk pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan
histopatologi.
o 4 : Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberkulosis
seharusnya menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi.
o 5 : Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus
didasarkan kriteria berikut:
∙
∙
∙
∙
minimal dua kali pemeriksaan dahak mikroskopik negatif
(termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari);
∙ temuan foto toraks sesuai tuberkulosis;
∙ tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas
(catatan:fluorokuinolon jangan digunakna karena aktif terhadap
M. tuberculosiscomplex sehingga dapat menyebabkan
perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis).
o 6 : Pada semua anak yang diduga menderita tuberkulosis intratoraks
(yakni paru, pleura, dan kelenjar getah bening mediastinum atau hilus),
konfirmasi bakteriologis seharusnya dilakukan dengan pemeriksaan
dahak (dengan cara batuk, kumbah lambung, atau induksi dahak) untuk
pemeriksaan mikroskopik dan biakan. Jika hasil bakteriologis negatif,
diagnosis tuberkulosis harus didasarkan pada kelainan radiografi toraks
sesuai tuberkulosis, riwayat terpajan kasus tuberkulosis yang menular,
bukti infeksi tuberkulosis (uji tuberkulin positif atau interferon gamma
release assay) dan temuan klinis yang mendukung ke arah tuberkulosis.
∙ Untuk anak yang diduga menderita tuberkulosis ekstra paru,
spesimen dari lokasi yang dicurigai harus diambil untuk
dilakukan
pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan
histopatologis.
Standar untuk pengobatan ( standar 713)
Standar untuk penanganan TB dengan infeksi HIV dan komorbid lainnya
(standard 1417)
Standar untuk pelayanan kesehatan masyarakat (standard 1821)
11. Bagaimana penularan TB pada manusia atau perjalanan alamiah TB?
Cara penularan:
Pasien TB dgn Bta + bisa menularkan 65 % dan dgn Bta – dgn kultur + masih mungkin
menularkan (26 %), dgn foto thorax positif 17 %
Sumber penularan : Droplet pada waktu bersin dan batuk. Sekali batuk dapat menghasilkan
3000 droplet
Perjalanan alamiah TB pada manusia: meliputi paparan, infeksi, menderita sakit dan
meninggal
a. Peluang: jumlah kasus menular di masyarakat (ARTI), kontak dgn kasus, daya
tular dahak,intensitas batuk, kontak erat dgn sumber penulalaran, lama kontak dan
faktor lingkungan (konsentrasi kuman diudara, ventilasi, sinar uv, penyaringan
b. Infeksi: reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 614 mg setelah infeksi
(reaksi imunologi umum: delayed hypersensitivity) Hasil: dormant, penyebaran
melalui darah/ getah bening
c. Sakit Tuberculosis Paru
Faktor risiko: tergtg: konsentrasi kuman yg terhirup, lama waktu infeksi, usia dan
daya tahan tubuh: gizi/ HIV. Hanya sekitar 10 % yang terinfeksi akan sakit TB,
milier, / ekstra paru
Faktor risiko meninggal: Delayed diagnosis, pengobatan tidak adekuat, kondisi
kesehatan awal jelek dan penyakit penyerta
Tanpa pengobatan 50 % akan meninggal, terutama dgn HIV positif.
12. Bagaimana diagnosa TB paru pada anak dan dewasa?
Diagnosis
Dasar diagnosis:
a. Tanda dan gejala
a. Gejala lokal TB paru
i.
Batuk (biasanya dgn dahak) > 2 minggu
ii.
Batuk darah
iii.
Nyeri dada (bila mengenai pleura)
b. Gejala sistemik yang nonspesifik
i.
Demam pada 6580% kasus
ii.
Keringat malam hari
iii.
Mudah lelah/lemah
iv.
Anorexia disertai turun berat badan
v.
1020% kasus TB asimptomatis
b. PF
a. Mungkin normal pada kasus ringan
b. Paru: rales, ronki, efusi pleura
c. Sputum BTA
d. Gambaran foto toraks
e. Pemeriksaan penunjang lain
STANDAR DIAGNOSIS
1. Setiap orang dengan batuk produktif selama 2 minggu atau lebih, yang tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi untuk tuberkulosis. Untuk pasien anak, selain gejala batuk,
entry untuk evaluasi adalah berat badan yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan
terakhir atau gizi buruk
2. Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang mampu mengeluarkan dahak) yang diduga
menderita tuberkulosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali
yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin. Jika mungkin paling tidak satu
spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.
3. Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis ekstra
paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan
mikroskopik, biakan, dan histopatologi. Pemeriksaan kearah TB paru tetap dilakukan yaitu
pemeriksaan dahak dan foto toraks.
4. Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberkulosis seharusnya menjalani
pemeriksaan dahak secara mikrobiologi. Untuk pasien anak dilakukan uji tuberkulin
5. Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus didasarkan kriteria berikut:
a. minimal dua kali pemeriksaan dahak mikroskopik negatif (termasuk minimal
1 kali dahak pagi hari);
b. temuan foto toraks sesuai tuberkulosis;
c. tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas (catatan: fluorokuinolon
jangan digunakna karena aktif terhadap M. tuberculosis complex sehingga
dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis).
6. Pada semua anak yang diduga menderita tuberkulosis intratoraks (yakni paru, pleura, dan
kelenjar getah bening mediastinum atau hilus), konfirmasi bakteriologis seharusnya
dilakukan dengan pemeriksaan dahak (dengan cara batuk, kumbah lambung, atau induksi
dahak) untuk pemeriksaan m ikroskopik dan biakan. Jika hasil bakteriologis negatif,
diagnosis tuberkulosis harus didasarkan pada kelainan radiografi toraks sesuai tuberkulosis,
riwayat terpajan kasus tuberkulosis yang menular, bukti infeksi tuberkulosis (uji tuberkulin
positif atau interferon gamma release assay) dan temuan klinis yang mendukung ke arah
tuberkulosis.
13. Klasifikasi TB berdasarkan lokasi anatomis, hasil konfirmasi bakteriologis, HIV
dan uji kepekaan?
a. Lokasi anatomis,
Tb Paru
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru
karena adanya lesi pada jaringan paru.
Limfadenitis TB di rongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan
sebagai pasien TB paru.
Tb ekstra paru
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura, kelenjar limfe, abdomen,
saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak, dan tulang.
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau
klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium
tuberculosis.
Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai
pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.
B. hasil konfirmasi bakteriologis
Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji
biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan, atau tes diagnostik cepat yang
direkomendasi oleh Kemenkes RI, (misalnya : GeneXpert)
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
Pasien TB paru BTA positif
Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA, biakan maupun
tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena
TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis
C. HIV
Pasien TB dengan HIV positif (koinfeksi) adalah pasien TB dengan :
Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART atau Hasil tes HIV positif
pada saat diagnosis TB
Pasien TB dengan HIV negatif: pasien TB dengan hasil tes HIV negatif sebelumnya atau
hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB
Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes
HIV saat diagnosis TB ditetapkan
D. Uji kepekaan obat
Pengelompokkan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium
Tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
Mono Resisten (TB MR) : resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
Poli Resisten (TB PR) : resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)secara bersamaan
Multi drug resisten (TB MDR) : resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)secara
bersamaan
Extensive drug resisten (TB XDR) : adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan florokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan Amikasin)
Resistan Rifampisin (TB RR) : resisten terhadap rifampisin dengan atau tanpa resistensi
terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode
fenotip (konvensional)
14. Bagaimana pengobatan OAT kategori 2, lama pengobatan, tahap, jenis, paduan
obat yang digunakan tiap tahap dan jadwal pemantauan sputum?
15. Yang termasuk faskes tingkat lanjut yang melakukan tatalaksana TB adalah?
16. Definisi TB resisten obat? TB yang disebabkan oleh M.Tuberculosis yang telah
mengalami kekebalan terhadap OAT
17. Apa yang menyebabkan M. tuberculosis ditakuti pada manusia dan jelaskan!
● Dapat hidup dpt hidup dalam jangka waktu lama antara suhu 470 derajat C
● Sangat peka terhadap sinar matahari, panas dan UV
● Dalam dahak pada suhu 37 derajat C → dapat hidup selama 1 minggu
● Dapat bersifat dorman
18. Jelaskan strategi stop TB!
1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2.Merespon masalah Tb HIV, MDR TB dan tantangan lainnya.
3.Berkontribusi dlm penguatan sistim kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
5.Memberdayakan pasien dan masyarakat
6.Melaksanakan dan mengembangkan penelitian
19. Sebutkan 5 tatalaksana TB paripurna!
Tatalaksana TB paripurna: Promosi, Pencegahan, penemuan dan pengobatan dan
rehabilitasi pasien
20. Tatalaksana penderita bila ditemukan ada reaksi oportunitis PCP (pneumonia
pneumokistik carinii)!
Tatalaksana pneumonia nya terlebih dahulu, setelah itu baru mulai terapi ARV setelah
terapi lengkap
21. Sebutkan efek samping OAT!
22. Bagaimana cara mencegah TB MDR dan TB XDR?
Dengan tatalaksana DOTS, supaya 95% pasien sembuh dan dicegah
gagal/putus berobat
Kunci pencegahan adalah setiap suspek diberi pengobatan standar, dipantau
kepatuhan dan ketuntasan berobatnya serta terlapor dalam sistim survailans
Setiap pasien yang telah di diagnosis TB MDR harus diobati tuntas di sarana
yang melayani TB MDR, supaya jangan jadi TB XDR
23. Bila pada penderita HIV tidak ditemukan gejala TB/ suspek, obat apa yang
diberikan agar tidak terjadi komorbid TB HIV?
Penderita diberikan isoniazid (Isoniazid Prevention Therapy) selama 69 bulan untuk
mencegah komorbid TBHIV
24. Bagaimana terapi ARV pada pasien koinfeksi TB HIV di mana CD 4 tidak dapat
diperiksa? Kalau CD 4 > 350/mm3 bagaimana?
a. CD4 tidak dapat diperiksa:
i. Mulai terapi TB seperti biasa
ii. Pertimbangkan terapi ARV 2 8 minggu setelah terapi TB dimulai
b. CD4 >350/mm3 :
i. Mulai terapi TB seperti biasa
ii. Tunda terapi ARV dan dievaluasi kembali pada saat minggu ke 8
terapi TB dan setelah terapi TB lengkap
25. Sebutkan saran bagi RS : langkah2 mencegah infeksi TB di tempat kerja!
a. Pengendalian manajerial
i.
Diadakan kebijakan PPI/PPITB di rumah sakit untuk mencegah
pajanan kuman TB ke petugas, pengunjung & pasien lain
ii.
Tim pelaksana PPI
iii.
Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI
b. Pengendalian administratif, antara lain:
i.
Rencana pengendalian infeksi (RPI)
ii.
Standar Prosedur Operasional (SPO)
iii.
Triase untuk menangani pasien batuk dan etika batuk (ditempel pada
ruang tunggu)
iv.
Pemisahan pasien HIV dari pasien TBMDR atau TB dengan BTA +
v.
Pemeriksaan kesehatan pegawai & surveilans TB pada pegawai yang
berisiko
c. Pengendalian lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi konsentrasi
droplet nuclei & keberadaan kuman di permukaan benda yang terkontaminasi.
i.
Mencakup pengaturan ventilasi, pengaturan posisi duduk pasien &
dokter, penggunaan filter udara dan sinar UV
d. Perlindungan petugas dengan cara
i.
Edukasi, pelatihan dan pemantauan perilaku kerja petugas
ii.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan kebutuhan
dan tingkat risiko
26. Tatalaksana : TB + diare akut, TB + anemia!
● TB + Diare Akut : Diagnosis dan terapi diare dulu karena diare mungkin dapat
menghambat penyerapan ARV. Mulai terapi ARV setelah diare mereda atau
terkendali.
● TB + Anemia tidak berat (Hb: > 8 g/dl) : terapi ARV bila tidak ada penyebab
lain dari anemia (HIV sering menyebabkan anemia), hindari AZT.
27. Tujuan pengobatan dan prinsip pengobatan TB!
Tujuan pengobatan TB.
● Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktifitas serta kualitas hidup
● Mencegah terjadinya kematian oleh akibat TB tahu dampak buruk selanjutnya
● Mencegah terjadi kekambuhan TB
● Memutuskan rantai penularan TB
● Mencegah MDRTB atau XDRTB
Prinsip pengobatan TB.
OAT adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah
merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut
dari kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus wcmemenuhi prinsip :
● Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
● Diberikan dalam dosis yang tepat.
● Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai selesai
pengobatan.
● Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam tahap
awal dan tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
28. Apa saja kriteria sembuh pada penderita yang terkonfirmasi bakteriologi + dan
mendapat OAT kategori 1?
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan
yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada
salah satu pemeriksaan sebelumnya setelah menjalani pengobatan tahap intensif (tiap
hr selama 56hr) dan tahap lanjutan (3x seminggu selama 16 minggu)
29. Sebutkan strategi DOTS!
Ada 5 komponen kunci, yaitu:
1. Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya
3. Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi pasien
4. Sistim pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif
5. Sistim monitoring, pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program
30. Kalau dianggap penularan baru, risiko internal dalam diri seseorang yang bisa
menyebabkan dia bisa terkena TB di tempat kerja
● Daya tahan tubuh (imunosupresi, DM, HIV, ginjal)
● Penyakit komorbid
● Malnutrisi/gizi kurang
31. Apa saja 9 pengendalian TB komprehensif?
1) Penguatan layanan lab
2) Public private mix
3) Kelompok rentan (DM, ibu hamil, gizi buruk)
4) Kolaborasi TB –HIV
5) TB anak
6) Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB
7) Pendekatan praktis kesehatan paru (Practice Aproach to Lung Health= PAL)
8) Manajemen terpadu pengendalian TB resistan obat (MTPTRO)
9) Penelitian TB
32. Bagaimana tempat duduk dokter dan pasien dalam ruang periksa?
Posisi duduk dokter menghadap pasien dengan jendela di belakang dokter dan
pintu di belakang pasien terbuka. Dapat juga jendela ditempatkan di samping tempat
duduk dokter dan pasien yang berhadapan, dan pintu terbuka di sisi lainnya, agar
arah pergerakan udara lancar.
33. Faskes yang terlibat dalam pelayanan tatalaksana TB di Indonesia?
Seluruh FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama); meliputi puskesmas, DPM
(Dokter Praktik Mandiri) dan BKPM (Balai Kesehatan Paru Masyarakat) dan FKTRL
(Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut); meliputi RS Pemerintah dan swasta
dan RSP.
34. Kondisi TB di dunia tahun 2013 adalah? (Pilih salah 1!)
● Tingginya angka prevalensi dan insiden TB → 8,6 juta orang
● Jumlah pasien TB dari Afrika → 8,6 juta x 75% = 6,45 juta orang
● Angka kematian akibat TB pada pria →
● Jumlah ODHA pada wanita dan jumlah wanita mati akibat HIV →
● Jumlah kasus TB anak → 530.000 anak per tahun
35. Jelaskan pengertian ARTI dan angkanya!
ARTI adalah singkatan dari Annual Risk of Tuberculosis Infection. Pengertiannya
adalah risiko suatu populasi dalam satu tahun untuk menderita TB. Angkanya 13%,
artinya dalam satu tahun, dari 100 individu, 13 orang berisiko terinfeksi TB.
36. Definisi PMO dan siapa saja yang bisa menjadi PMO!
PMO (Pengawas Menelan Obat) adalah seseorang yang secara sukarela membantu
pasien TB dalam masa pengobatan hingga sembuh
Syarat menjadi PMO
∙ Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
∙ Bersedia membantu pasien dengan sukarela
∙ Tinggal dekat dengan pasien
∙ Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
∙ Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
∙ Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersamasama dengan pasien
Siapa saja yang bisa jadi PMO?
1. Anggota keluarga atau kerabat yang tinggal serumah
2. Tetangga
3. Teman atau atasan (rekan kerja, supervisor, sipir, dll)
4. Tokoh agama, tokoh masyarakat atau tokoh adat
5. Kader kesehatan (Posyandu, Juru Pemantau Jentik, KB, dll)
6. Anggota organisasi kemasyarakatan (PKK, LSM, dll)
7. Anggota organisasi keagamaan (Majelis taklim, gereja, dll)
8. Petugas Kesehatan (bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi,
dokter, dll
Apa saja tugas PMO?
1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan sampai
sembuh.
● Membuat kesepakatan antara PMO dan pasien mengenai lokasi dan waktu
menelan obat.
● PMO dan pasien harus menepati kesepakatan yang sudah dibuat.
● Pasien menelan obat dengan disaksikan oleh PMO
2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat
menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur.
● Meyakinkan kepada pasien bahwa TB bisa disembuhkan dengan menelan obat
secara lengkap dan teratur.
● Mendorong pasien untuk tetap menelan obatnya saat mulai bosan.
● Mendengarkan setiap keluhan pasien, menghiburnya dan menumbuhkan rasa
percaya diri.
● Menjelaskan manfaat bila pasien menyelesaikan pengobatan agar pasien tidak
putus berobat.
3. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa ulang dahak sesuai
jadwal.
● Mengingatkan pasien waktu untuk mengambil obat berdasarkan jadwal pada
kartu identitas pasien (TB 02).
● Memastikan bahwa pasien sudah mengambil obat.
● Mengingatkan pasien waktu untuk periksa dahak ulang berdasarkan jadwal pada
kartu identitas pasien (TB 02).
● Memastikan bahwa pasien sudah melakukan periksa dahak ulang.
4. Menemukan dan mengenali gejalagejala efek samping OAT dan merujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
● Menanyakan apakah pasien mengalami keluhan setelah menelan OAT.
● Melakukan tindakan sesuai dengan keluhan yang dialami pasien.
● Menenangkan pasien bahwa keluhan yang dialami bisa ditangani.
5. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk.
6. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien atau orang yang
tinggal serumah :
● TB disebabkan oleh kuman, tidak disebabkan oleh gunaguna atau kutukan dan
bukan penyakit keturunan,
● TB dapat disembuhkan dengan berobat lengkap dan teratur,
● Cara penularan TB, gejalagejala TB dan cara pencegahannya,
● Cara pemberian obat (tahap awal dan lanjutan),
● Pentingnya pengawasan agar pasien berobat secara lengkap dan teratur,
● Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan
37. Kemungkinan risiko terjadinya TB di tempat kerja?
● Risiko infeksi TB dan skit TB pada petugas kesehatan di negara berkembang 5,77 dan
5,71 kali dibanding populasi umum
● Sabah Malaysia prevalensi TB pada petugas kesehatan di RS 280?100.000 sdangkan
pada populsi umum 157/ 100.000
● Kementerian Kesehatan:
● Patients’ safety → PPI (kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi
‘airborne’)
● Health workers’ safety → K3RS, kesehatan & keselamatan kerja pegawai yg
bekerja di tempat berisiko tinggi terpajan
● Kolaborasi TBHIV dan Programmatic Management Drugresistant
Tuberculosis (PMDT)
● Infeksi TB → transmisi airborne
(Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, SK Menkes No. 270 tahun 2007; Pedoman Pelaksanaan PPI RS
SK Menkes No. 387 tahun 2007)
● M.tb → hazard biologis di tempat kerja fasyankes
(Pedoman K3 RS, SK Menkes No. 432 tahun 2007; Standar K3RS SK Menkes No.
1087 tahun 2010)
● TB termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja (Lampiran Kep.Pres. No.
22 th 1993)
● Kegiatan Kolaborasi TB/HIV (SK Menkes No. 1278 tahun 2009)
● Di Indonesia, PPI TB di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, bagian dari PPI
RS
● Tujuan PPI:
● Mencegah pajanan kuman TB ke petugas, pengunjung, dan pasien lain
● Menurunkan penyebaran infeksi
● Tindakan PPI meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan cara
penularan (transmisi)
● Penularan M.tb (kuman TB / TB MDR) terjadi melalui transmisi airborne → pilar
pengendalian infeksi TB: manajerial & administratif, lingkungan/teknis, dan
perlindungan diri petugas
PPI TB di RS
● Pengendalian Manajerial:
● Adanya kebijakan PPI/PPI TB di RS
● Tim pelaksana PPI
● Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI
● Pengendalian Administratif a.l.:
● Rencana pengendalian infeksi (RPI),
● Standar prosedur operasional (SPO),
● Triase pasien batuk, etika batuk → ruang tunggu
● Pemisahan pasien HIV dari pasien TB MDR/BTA pos,
● Pem. kesehatan pegawai dan surveilans TB pada pegawai berisiko
● Pengendalian Lingkungan/Teknis:
● Untuk mengurangi konsentrasi droplet nuclei dan keberadaan kuman di
permukaan benda terkontaminasi;
● Mencakup pengaturan ventilasi, penggunaan filter udara dan ultra violet
● Perlindungan Petugas:
● Edukasi, pelatihan, pemantauan perilaku kerja petugas
● Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
risiko
Pengendalian Risiko di tempat praktik
● Prinsip:
● Manajerial
● Administratif
● Lingkungan: ventilasi,
● arah pergerakan udara
● → posisi duduk
● pasiendokter
● Perlindungan diri
● Etika batuk & higiene respirasi
● Daya tahan tubuh
● Imunosupresi, DM, HIV, ginjal?
● Anakanak (balita), malnutrisi/gizi kurang?
Rekomendasi WHO
● Untuk ruangan dengan risiko tinggi penularan melalui udara: minimal 12 ACH
● yang berarti: 80 liter/detik/pasien untuk ruangan dengan volume 24 m3
● udara yang diganti sebanyak 12x volume ruangan dalam 1 jam
● ACH = air changes per hour
38. Alur diagnosis TB menurut pedoman nasional TB!
39. Apa saja 3 jenis kebijakan kolaborasi TBHIV?
Membangun mekanisme kolaborasi
Menurunkan beban TB pada ODHA
a. Mengintensifkan penemuan kasus TB
b. Memperkenalkan terapi pencegahan dengan INH
c. Menjamin pengendalian infeksi TB di pelayanan kesehatan dan tempat orang
terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza)
Menurunkan beban HIV pada pasien TB
a.
b.
c.
d.
e.
Menyediakan konseling dan tes HIV sukarela (KTS) untuk pasien TB
Memperkenalkan metode pencegahan HIV dan IMS
Pengobatan pencegahan dengan kortimoksasol (PPK) dan infeksi oportunistik lainnya
Perawatan, dukungan, dan pengobatan HIV AIDS
Memperkenalkan ARV
Beban TB secara global : Sekitar 75% pasien TB adalah kel usia yg plg produktif
secara ekonomis dan berusia antara 1550 tahun. Seorg pasein TB dewasa kehilangan
waktu kerja 34 bulan dan pendapatan sktr 15 tahun jika ia meninggal dan ada
dampak buruk lainnya stigma
Penyebab meningkatnya beban TB :
1. Kemiskinan tu pd negara berkembang → sanitasi, papan, sandang, pangan
buruk
2. Determinan sosial yg buruk → tingkat pendidikan,pendapatan per kapita
rendah
3. Kegagalan program TB :
a. Tidak memadainya komitmen politis dan pendanaan
b. Tidak memadainya tata laksana pengobatan
c. Tidak memadainya organisasi pelayanan
d. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas bcg
e. Infrastruktur buruk
f. Jaminan kesehatan yang bisa mencapai masyarakt luas
4. Perubahan demografi dan struktur umum penduduk dunia
5. Besarnya masalah kesehatan lain yg mempengaruhi tetap tingginya beban TB
6. Dampak pandemi HIV
7. Multidrug resistance
2. Apa perbedaan TB MDR dengan TB XDR? Bagaimana tatalaksana TB MDR
dan TB XDR? Jenis dan lama pengobatan TB MDR dan TB XDR?
a. TB MDR adalah resisten terhadap isoniazid dan rifampisin secara bersamaan
OAT dalam pengobatan TB MDR :
Gol I ( lini 1 oral ) → pirazinamid, etambutol
Gol II ( OAT suntikan ) → kanamycin, amikasin, capreomycin
Gol III ( Fluorokuinolon ) → levofloxacin, moxifloxacin
Gol IV ( OAT lini kedua oral ) → PAS
Cycloserine, Ethinamid
b. TB XDR adalah resisten terhadap isoniazid dan rifampisin +salah satu OAT
golongan flurokuinolon (ofloksasin) + salah satu OAT lini ke2 ( kana misin,
kapreomisin, amikasin )
3. Jelaskan mengenai kolaborasi program TB dan program HIV (3 macam)?
● Kolaborasi antara program tuberkulosis nasional program kontrol aids
nasional
● Menurunkan kemungkinan menderita TB pada pasien dengan HIV
o
Menemukan kasus TB
o
Terapi preventif dengan isoniazid
o
Memastikan TB dikontrol dengan baik di fasilitas kesehatan
● Mengurangi angka kesakitan HIV pada penderita TB
o
Konseling dan tes HIV
o
Metode prevensi HIV
o
Terapi prevensi dengan kotrimoksasol
o
Ensure HIV AIDS care and support
o
Intrroduksi ARV
4. Sebutkan sistem scoring TB anak!
5. Bagaimana mencegah penyakit TB di tempat kerja?
● Pengendalian Manajerial:
o
Adanya kebijakan PPI/PPI TB di RS
o
Tim pelaksana PPI
o
Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI
● Pengendalian Administratif a.l.:
o
Rencana pengendalian infeksi (RPI),
o
Standar prosedur operasional (SPO),
o
Triase pasien batuk, etika batuk ruang tunggu
o
Pemisahan pasien HIV dari pasien TB MDR/BTA pos,
o
Pem. kesehatan pegawai dan surveilans TB pada pegawai berisiko
● Pengendalian Lingkungan/Teknis:
o
Untuk mengurangi konsentrasi droplet nuclei dan keberadaan kuman di
permukaan benda terkontaminasi;
o
Mencakup pengaturan ventilasi, penggunaan filter udara dan ultra
violet
● Perlindungan Petugas:
o
Edukasi, pelatihan, pemantauan perilaku kerja petugas
o
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat risiko
6. Apa manfaat pengobatan TB?
Menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat TB untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
7. Apa perbedaan cure rate dan treatment success rate?
Cure rate / angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase
pasien baru tb paru bta positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan diantara
pasien tb baru bta positif yang tercatat.
Treatment success rate / keberhasilan pengobatan adalah angka yang
menunjukkan prosentasi pasien baru tb paru bta positif yang menyelesaikan
pengobatan diantara pasien baru tb paru bta positif yang tercatat.
8. Apa tugas PMO? Materi penyuluhan apa saja yang harus diketahui PMO?
∙ Tugas PMO :
a. mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
b. memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
c. mengingatkan pasien utk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
d. memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejalagejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke unit
pelayanan kesehatan.
∙ Materi penyuluhan yang harus diketahui PMO:
a. TB disebabkan oleh kuman, bukan penyakit keturuna atau kutukan
b. TB dapat disembuhkan dengna berobat teratur
c. Cara penularan TB, gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya sgera meminta
pertolongan ke fasyankes.
9. Jelaskan pemantauan sputum pengobatan OAT kategori 1 dan 2!
Pemantauan kemajuan pengobatan TB dilakukan dengan pemeriksaan dahak
sewaktu dan pagi. Hasil pemeriksaan dinyatakan negative bila ke 2 contoh ujia dahak
negatih. Bila ada salah satu yang +, maka diangga uji dahak +. Perlu dicatat pula hasil
pemeriksaan dahak mikroskopis pasien sebelum pengobatan.
∙
Apabila hasil pemeriksaan dahak pada akhir tahap awal positif pada pasien
baru (OAT kategori 1):
o Lakukan penilaian keteraturan minum obat
o Berikan dosis tahap lanjutan dan lakukan pemeriksaan dahak setelah tahap
lanjutan 1 bulan, jika masih +, lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat
o Jika tidak bisa melakukan uji kepekaan obat, lanjutkan pengobatan, dan
periksa dahak kembali pada akhir bulan ke5
∙ Apabila + pada pasien dengan pengobatan ulang (OAT kategori 2):
o Lakukan penilaian keteraturan minum obat
o Pasien dinyatakan terduga MDR TB
o Lakukan uji kepekaan obat atau rujuk ke RS puast rujukan TB MDR
o Apa bila poin di atas tidak bisa, segera berikan dosis OAT tahap lanjutan
(tnapa pemberian OAT sisipan) dan diperiksa ulang dahak pada akhir
bulan ke 5
∙ Hasil pemeriksaan dahak bulan ke 5 :
o Negative : lanjutkan obat hingga selesai
o Positif : pengobatan gagal, pasien dinyatakan TB MDR
ü Lakukan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS TB MDR
ü Pada kateagori 1 jika poin di atas tidak bisa dilakukan, beri pengobatan paduan OAT
kategori 2 dari awal
ü Pada kategori 2 jika poin di atas tidka bisa dilakukan, beri penjelasan, pengetahuan, dan
selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI (Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi)
10. ISTC memiliki berapa unsur atau standar? Apa saja kategori beserta
standarnya?
∙ Standar untuk diagnosis
o 1 : setiap orang dengan batuk produktif selama 2 minggu atau lebih,
yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi mengenai tuberkulosis
o 2 : Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang mampu mengeluarkan
dahak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani
pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali yang diperiksa di
laboratorium yang kualitasnya terjamin. Jika mungkin paling tidak satu
spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.
o 3 : Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yangdiduga menderita
tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit
seharusnya diambil untuk pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan
histopatologi.
o 4 : Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberkulosis
seharusnya menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi.
o 5 : Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus
didasarkan kriteria berikut:
∙
∙
∙
∙
minimal dua kali pemeriksaan dahak mikroskopik negatif
(termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari);
∙ temuan foto toraks sesuai tuberkulosis;
∙ tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas
(catatan:fluorokuinolon jangan digunakna karena aktif terhadap
M. tuberculosiscomplex sehingga dapat menyebabkan
perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis).
o 6 : Pada semua anak yang diduga menderita tuberkulosis intratoraks
(yakni paru, pleura, dan kelenjar getah bening mediastinum atau hilus),
konfirmasi bakteriologis seharusnya dilakukan dengan pemeriksaan
dahak (dengan cara batuk, kumbah lambung, atau induksi dahak) untuk
pemeriksaan mikroskopik dan biakan. Jika hasil bakteriologis negatif,
diagnosis tuberkulosis harus didasarkan pada kelainan radiografi toraks
sesuai tuberkulosis, riwayat terpajan kasus tuberkulosis yang menular,
bukti infeksi tuberkulosis (uji tuberkulin positif atau interferon gamma
release assay) dan temuan klinis yang mendukung ke arah tuberkulosis.
∙ Untuk anak yang diduga menderita tuberkulosis ekstra paru,
spesimen dari lokasi yang dicurigai harus diambil untuk
dilakukan
pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan
histopatologis.
Standar untuk pengobatan ( standar 713)
Standar untuk penanganan TB dengan infeksi HIV dan komorbid lainnya
(standard 1417)
Standar untuk pelayanan kesehatan masyarakat (standard 1821)
11. Bagaimana penularan TB pada manusia atau perjalanan alamiah TB?
Cara penularan:
Pasien TB dgn Bta + bisa menularkan 65 % dan dgn Bta – dgn kultur + masih mungkin
menularkan (26 %), dgn foto thorax positif 17 %
Sumber penularan : Droplet pada waktu bersin dan batuk. Sekali batuk dapat menghasilkan
3000 droplet
Perjalanan alamiah TB pada manusia: meliputi paparan, infeksi, menderita sakit dan
meninggal
a. Peluang: jumlah kasus menular di masyarakat (ARTI), kontak dgn kasus, daya
tular dahak,intensitas batuk, kontak erat dgn sumber penulalaran, lama kontak dan
faktor lingkungan (konsentrasi kuman diudara, ventilasi, sinar uv, penyaringan
b. Infeksi: reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 614 mg setelah infeksi
(reaksi imunologi umum: delayed hypersensitivity) Hasil: dormant, penyebaran
melalui darah/ getah bening
c. Sakit Tuberculosis Paru
Faktor risiko: tergtg: konsentrasi kuman yg terhirup, lama waktu infeksi, usia dan
daya tahan tubuh: gizi/ HIV. Hanya sekitar 10 % yang terinfeksi akan sakit TB,
milier, / ekstra paru
Faktor risiko meninggal: Delayed diagnosis, pengobatan tidak adekuat, kondisi
kesehatan awal jelek dan penyakit penyerta
Tanpa pengobatan 50 % akan meninggal, terutama dgn HIV positif.
12. Bagaimana diagnosa TB paru pada anak dan dewasa?
Diagnosis
Dasar diagnosis:
a. Tanda dan gejala
a. Gejala lokal TB paru
i.
Batuk (biasanya dgn dahak) > 2 minggu
ii.
Batuk darah
iii.
Nyeri dada (bila mengenai pleura)
b. Gejala sistemik yang nonspesifik
i.
Demam pada 6580% kasus
ii.
Keringat malam hari
iii.
Mudah lelah/lemah
iv.
Anorexia disertai turun berat badan
v.
1020% kasus TB asimptomatis
b. PF
a. Mungkin normal pada kasus ringan
b. Paru: rales, ronki, efusi pleura
c. Sputum BTA
d. Gambaran foto toraks
e. Pemeriksaan penunjang lain
STANDAR DIAGNOSIS
1. Setiap orang dengan batuk produktif selama 2 minggu atau lebih, yang tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi untuk tuberkulosis. Untuk pasien anak, selain gejala batuk,
entry untuk evaluasi adalah berat badan yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan
terakhir atau gizi buruk
2. Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang mampu mengeluarkan dahak) yang diduga
menderita tuberkulosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali
yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin. Jika mungkin paling tidak satu
spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.
3. Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis ekstra
paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan
mikroskopik, biakan, dan histopatologi. Pemeriksaan kearah TB paru tetap dilakukan yaitu
pemeriksaan dahak dan foto toraks.
4. Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberkulosis seharusnya menjalani
pemeriksaan dahak secara mikrobiologi. Untuk pasien anak dilakukan uji tuberkulin
5. Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus didasarkan kriteria berikut:
a. minimal dua kali pemeriksaan dahak mikroskopik negatif (termasuk minimal
1 kali dahak pagi hari);
b. temuan foto toraks sesuai tuberkulosis;
c. tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas (catatan: fluorokuinolon
jangan digunakna karena aktif terhadap M. tuberculosis complex sehingga
dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis).
6. Pada semua anak yang diduga menderita tuberkulosis intratoraks (yakni paru, pleura, dan
kelenjar getah bening mediastinum atau hilus), konfirmasi bakteriologis seharusnya
dilakukan dengan pemeriksaan dahak (dengan cara batuk, kumbah lambung, atau induksi
dahak) untuk pemeriksaan m ikroskopik dan biakan. Jika hasil bakteriologis negatif,
diagnosis tuberkulosis harus didasarkan pada kelainan radiografi toraks sesuai tuberkulosis,
riwayat terpajan kasus tuberkulosis yang menular, bukti infeksi tuberkulosis (uji tuberkulin
positif atau interferon gamma release assay) dan temuan klinis yang mendukung ke arah
tuberkulosis.
13. Klasifikasi TB berdasarkan lokasi anatomis, hasil konfirmasi bakteriologis, HIV
dan uji kepekaan?
a. Lokasi anatomis,
Tb Paru
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru
karena adanya lesi pada jaringan paru.
Limfadenitis TB di rongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan
sebagai pasien TB paru.
Tb ekstra paru
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura, kelenjar limfe, abdomen,
saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak, dan tulang.
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau
klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium
tuberculosis.
Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai
pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.
B. hasil konfirmasi bakteriologis
Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji
biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan, atau tes diagnostik cepat yang
direkomendasi oleh Kemenkes RI, (misalnya : GeneXpert)
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
Pasien TB paru BTA positif
Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA, biakan maupun
tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena
TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis
C. HIV
Pasien TB dengan HIV positif (koinfeksi) adalah pasien TB dengan :
Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART atau Hasil tes HIV positif
pada saat diagnosis TB
Pasien TB dengan HIV negatif: pasien TB dengan hasil tes HIV negatif sebelumnya atau
hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB
Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes
HIV saat diagnosis TB ditetapkan
D. Uji kepekaan obat
Pengelompokkan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium
Tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
Mono Resisten (TB MR) : resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
Poli Resisten (TB PR) : resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)secara bersamaan
Multi drug resisten (TB MDR) : resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)secara
bersamaan
Extensive drug resisten (TB XDR) : adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan florokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan Amikasin)
Resistan Rifampisin (TB RR) : resisten terhadap rifampisin dengan atau tanpa resistensi
terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode
fenotip (konvensional)
14. Bagaimana pengobatan OAT kategori 2, lama pengobatan, tahap, jenis, paduan
obat yang digunakan tiap tahap dan jadwal pemantauan sputum?
15. Yang termasuk faskes tingkat lanjut yang melakukan tatalaksana TB adalah?
16. Definisi TB resisten obat? TB yang disebabkan oleh M.Tuberculosis yang telah
mengalami kekebalan terhadap OAT
17. Apa yang menyebabkan M. tuberculosis ditakuti pada manusia dan jelaskan!
● Dapat hidup dpt hidup dalam jangka waktu lama antara suhu 470 derajat C
● Sangat peka terhadap sinar matahari, panas dan UV
● Dalam dahak pada suhu 37 derajat C → dapat hidup selama 1 minggu
● Dapat bersifat dorman
18. Jelaskan strategi stop TB!
1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2.Merespon masalah Tb HIV, MDR TB dan tantangan lainnya.
3.Berkontribusi dlm penguatan sistim kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
5.Memberdayakan pasien dan masyarakat
6.Melaksanakan dan mengembangkan penelitian
19. Sebutkan 5 tatalaksana TB paripurna!
Tatalaksana TB paripurna: Promosi, Pencegahan, penemuan dan pengobatan dan
rehabilitasi pasien
20. Tatalaksana penderita bila ditemukan ada reaksi oportunitis PCP (pneumonia
pneumokistik carinii)!
Tatalaksana pneumonia nya terlebih dahulu, setelah itu baru mulai terapi ARV setelah
terapi lengkap
21. Sebutkan efek samping OAT!
22. Bagaimana cara mencegah TB MDR dan TB XDR?
Dengan tatalaksana DOTS, supaya 95% pasien sembuh dan dicegah
gagal/putus berobat
Kunci pencegahan adalah setiap suspek diberi pengobatan standar, dipantau
kepatuhan dan ketuntasan berobatnya serta terlapor dalam sistim survailans
Setiap pasien yang telah di diagnosis TB MDR harus diobati tuntas di sarana
yang melayani TB MDR, supaya jangan jadi TB XDR
23. Bila pada penderita HIV tidak ditemukan gejala TB/ suspek, obat apa yang
diberikan agar tidak terjadi komorbid TB HIV?
Penderita diberikan isoniazid (Isoniazid Prevention Therapy) selama 69 bulan untuk
mencegah komorbid TBHIV
24. Bagaimana terapi ARV pada pasien koinfeksi TB HIV di mana CD 4 tidak dapat
diperiksa? Kalau CD 4 > 350/mm3 bagaimana?
a. CD4 tidak dapat diperiksa:
i. Mulai terapi TB seperti biasa
ii. Pertimbangkan terapi ARV 2 8 minggu setelah terapi TB dimulai
b. CD4 >350/mm3 :
i. Mulai terapi TB seperti biasa
ii. Tunda terapi ARV dan dievaluasi kembali pada saat minggu ke 8
terapi TB dan setelah terapi TB lengkap
25. Sebutkan saran bagi RS : langkah2 mencegah infeksi TB di tempat kerja!
a. Pengendalian manajerial
i.
Diadakan kebijakan PPI/PPITB di rumah sakit untuk mencegah
pajanan kuman TB ke petugas, pengunjung & pasien lain
ii.
Tim pelaksana PPI
iii.
Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI
b. Pengendalian administratif, antara lain:
i.
Rencana pengendalian infeksi (RPI)
ii.
Standar Prosedur Operasional (SPO)
iii.
Triase untuk menangani pasien batuk dan etika batuk (ditempel pada
ruang tunggu)
iv.
Pemisahan pasien HIV dari pasien TBMDR atau TB dengan BTA +
v.
Pemeriksaan kesehatan pegawai & surveilans TB pada pegawai yang
berisiko
c. Pengendalian lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi konsentrasi
droplet nuclei & keberadaan kuman di permukaan benda yang terkontaminasi.
i.
Mencakup pengaturan ventilasi, pengaturan posisi duduk pasien &
dokter, penggunaan filter udara dan sinar UV
d. Perlindungan petugas dengan cara
i.
Edukasi, pelatihan dan pemantauan perilaku kerja petugas
ii.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan kebutuhan
dan tingkat risiko
26. Tatalaksana : TB + diare akut, TB + anemia!
● TB + Diare Akut : Diagnosis dan terapi diare dulu karena diare mungkin dapat
menghambat penyerapan ARV. Mulai terapi ARV setelah diare mereda atau
terkendali.
● TB + Anemia tidak berat (Hb: > 8 g/dl) : terapi ARV bila tidak ada penyebab
lain dari anemia (HIV sering menyebabkan anemia), hindari AZT.
27. Tujuan pengobatan dan prinsip pengobatan TB!
Tujuan pengobatan TB.
● Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktifitas serta kualitas hidup
● Mencegah terjadinya kematian oleh akibat TB tahu dampak buruk selanjutnya
● Mencegah terjadi kekambuhan TB
● Memutuskan rantai penularan TB
● Mencegah MDRTB atau XDRTB
Prinsip pengobatan TB.
OAT adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah
merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut
dari kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus wcmemenuhi prinsip :
● Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
● Diberikan dalam dosis yang tepat.
● Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai selesai
pengobatan.
● Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam tahap
awal dan tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
28. Apa saja kriteria sembuh pada penderita yang terkonfirmasi bakteriologi + dan
mendapat OAT kategori 1?
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan
yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada
salah satu pemeriksaan sebelumnya setelah menjalani pengobatan tahap intensif (tiap
hr selama 56hr) dan tahap lanjutan (3x seminggu selama 16 minggu)
29. Sebutkan strategi DOTS!
Ada 5 komponen kunci, yaitu:
1. Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya
3. Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi pasien
4. Sistim pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif
5. Sistim monitoring, pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program
30. Kalau dianggap penularan baru, risiko internal dalam diri seseorang yang bisa
menyebabkan dia bisa terkena TB di tempat kerja
● Daya tahan tubuh (imunosupresi, DM, HIV, ginjal)
● Penyakit komorbid
● Malnutrisi/gizi kurang
31. Apa saja 9 pengendalian TB komprehensif?
1) Penguatan layanan lab
2) Public private mix
3) Kelompok rentan (DM, ibu hamil, gizi buruk)
4) Kolaborasi TB –HIV
5) TB anak
6) Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB
7) Pendekatan praktis kesehatan paru (Practice Aproach to Lung Health= PAL)
8) Manajemen terpadu pengendalian TB resistan obat (MTPTRO)
9) Penelitian TB
32. Bagaimana tempat duduk dokter dan pasien dalam ruang periksa?
Posisi duduk dokter menghadap pasien dengan jendela di belakang dokter dan
pintu di belakang pasien terbuka. Dapat juga jendela ditempatkan di samping tempat
duduk dokter dan pasien yang berhadapan, dan pintu terbuka di sisi lainnya, agar
arah pergerakan udara lancar.
33. Faskes yang terlibat dalam pelayanan tatalaksana TB di Indonesia?
Seluruh FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama); meliputi puskesmas, DPM
(Dokter Praktik Mandiri) dan BKPM (Balai Kesehatan Paru Masyarakat) dan FKTRL
(Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut); meliputi RS Pemerintah dan swasta
dan RSP.
34. Kondisi TB di dunia tahun 2013 adalah? (Pilih salah 1!)
● Tingginya angka prevalensi dan insiden TB → 8,6 juta orang
● Jumlah pasien TB dari Afrika → 8,6 juta x 75% = 6,45 juta orang
● Angka kematian akibat TB pada pria →
● Jumlah ODHA pada wanita dan jumlah wanita mati akibat HIV →
● Jumlah kasus TB anak → 530.000 anak per tahun
35. Jelaskan pengertian ARTI dan angkanya!
ARTI adalah singkatan dari Annual Risk of Tuberculosis Infection. Pengertiannya
adalah risiko suatu populasi dalam satu tahun untuk menderita TB. Angkanya 13%,
artinya dalam satu tahun, dari 100 individu, 13 orang berisiko terinfeksi TB.
36. Definisi PMO dan siapa saja yang bisa menjadi PMO!
PMO (Pengawas Menelan Obat) adalah seseorang yang secara sukarela membantu
pasien TB dalam masa pengobatan hingga sembuh
Syarat menjadi PMO
∙ Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
∙ Bersedia membantu pasien dengan sukarela
∙ Tinggal dekat dengan pasien
∙ Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
∙ Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
∙ Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersamasama dengan pasien
Siapa saja yang bisa jadi PMO?
1. Anggota keluarga atau kerabat yang tinggal serumah
2. Tetangga
3. Teman atau atasan (rekan kerja, supervisor, sipir, dll)
4. Tokoh agama, tokoh masyarakat atau tokoh adat
5. Kader kesehatan (Posyandu, Juru Pemantau Jentik, KB, dll)
6. Anggota organisasi kemasyarakatan (PKK, LSM, dll)
7. Anggota organisasi keagamaan (Majelis taklim, gereja, dll)
8. Petugas Kesehatan (bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi,
dokter, dll
Apa saja tugas PMO?
1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan sampai
sembuh.
● Membuat kesepakatan antara PMO dan pasien mengenai lokasi dan waktu
menelan obat.
● PMO dan pasien harus menepati kesepakatan yang sudah dibuat.
● Pasien menelan obat dengan disaksikan oleh PMO
2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat
menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur.
● Meyakinkan kepada pasien bahwa TB bisa disembuhkan dengan menelan obat
secara lengkap dan teratur.
● Mendorong pasien untuk tetap menelan obatnya saat mulai bosan.
● Mendengarkan setiap keluhan pasien, menghiburnya dan menumbuhkan rasa
percaya diri.
● Menjelaskan manfaat bila pasien menyelesaikan pengobatan agar pasien tidak
putus berobat.
3. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa ulang dahak sesuai
jadwal.
● Mengingatkan pasien waktu untuk mengambil obat berdasarkan jadwal pada
kartu identitas pasien (TB 02).
● Memastikan bahwa pasien sudah mengambil obat.
● Mengingatkan pasien waktu untuk periksa dahak ulang berdasarkan jadwal pada
kartu identitas pasien (TB 02).
● Memastikan bahwa pasien sudah melakukan periksa dahak ulang.
4. Menemukan dan mengenali gejalagejala efek samping OAT dan merujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
● Menanyakan apakah pasien mengalami keluhan setelah menelan OAT.
● Melakukan tindakan sesuai dengan keluhan yang dialami pasien.
● Menenangkan pasien bahwa keluhan yang dialami bisa ditangani.
5. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk.
6. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien atau orang yang
tinggal serumah :
● TB disebabkan oleh kuman, tidak disebabkan oleh gunaguna atau kutukan dan
bukan penyakit keturunan,
● TB dapat disembuhkan dengan berobat lengkap dan teratur,
● Cara penularan TB, gejalagejala TB dan cara pencegahannya,
● Cara pemberian obat (tahap awal dan lanjutan),
● Pentingnya pengawasan agar pasien berobat secara lengkap dan teratur,
● Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan
37. Kemungkinan risiko terjadinya TB di tempat kerja?
● Risiko infeksi TB dan skit TB pada petugas kesehatan di negara berkembang 5,77 dan
5,71 kali dibanding populasi umum
● Sabah Malaysia prevalensi TB pada petugas kesehatan di RS 280?100.000 sdangkan
pada populsi umum 157/ 100.000
● Kementerian Kesehatan:
● Patients’ safety → PPI (kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi
‘airborne’)
● Health workers’ safety → K3RS, kesehatan & keselamatan kerja pegawai yg
bekerja di tempat berisiko tinggi terpajan
● Kolaborasi TBHIV dan Programmatic Management Drugresistant
Tuberculosis (PMDT)
● Infeksi TB → transmisi airborne
(Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, SK Menkes No. 270 tahun 2007; Pedoman Pelaksanaan PPI RS
SK Menkes No. 387 tahun 2007)
● M.tb → hazard biologis di tempat kerja fasyankes
(Pedoman K3 RS, SK Menkes No. 432 tahun 2007; Standar K3RS SK Menkes No.
1087 tahun 2010)
● TB termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja (Lampiran Kep.Pres. No.
22 th 1993)
● Kegiatan Kolaborasi TB/HIV (SK Menkes No. 1278 tahun 2009)
● Di Indonesia, PPI TB di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, bagian dari PPI
RS
● Tujuan PPI:
● Mencegah pajanan kuman TB ke petugas, pengunjung, dan pasien lain
● Menurunkan penyebaran infeksi
● Tindakan PPI meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan cara
penularan (transmisi)
● Penularan M.tb (kuman TB / TB MDR) terjadi melalui transmisi airborne → pilar
pengendalian infeksi TB: manajerial & administratif, lingkungan/teknis, dan
perlindungan diri petugas
PPI TB di RS
● Pengendalian Manajerial:
● Adanya kebijakan PPI/PPI TB di RS
● Tim pelaksana PPI
● Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI
● Pengendalian Administratif a.l.:
● Rencana pengendalian infeksi (RPI),
● Standar prosedur operasional (SPO),
● Triase pasien batuk, etika batuk → ruang tunggu
● Pemisahan pasien HIV dari pasien TB MDR/BTA pos,
● Pem. kesehatan pegawai dan surveilans TB pada pegawai berisiko
● Pengendalian Lingkungan/Teknis:
● Untuk mengurangi konsentrasi droplet nuclei dan keberadaan kuman di
permukaan benda terkontaminasi;
● Mencakup pengaturan ventilasi, penggunaan filter udara dan ultra violet
● Perlindungan Petugas:
● Edukasi, pelatihan, pemantauan perilaku kerja petugas
● Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
risiko
Pengendalian Risiko di tempat praktik
● Prinsip:
● Manajerial
● Administratif
● Lingkungan: ventilasi,
● arah pergerakan udara
● → posisi duduk
● pasiendokter
● Perlindungan diri
● Etika batuk & higiene respirasi
● Daya tahan tubuh
● Imunosupresi, DM, HIV, ginjal?
● Anakanak (balita), malnutrisi/gizi kurang?
Rekomendasi WHO
● Untuk ruangan dengan risiko tinggi penularan melalui udara: minimal 12 ACH
● yang berarti: 80 liter/detik/pasien untuk ruangan dengan volume 24 m3
● udara yang diganti sebanyak 12x volume ruangan dalam 1 jam
● ACH = air changes per hour
38. Alur diagnosis TB menurut pedoman nasional TB!
39. Apa saja 3 jenis kebijakan kolaborasi TBHIV?
Membangun mekanisme kolaborasi
Menurunkan beban TB pada ODHA
a. Mengintensifkan penemuan kasus TB
b. Memperkenalkan terapi pencegahan dengan INH
c. Menjamin pengendalian infeksi TB di pelayanan kesehatan dan tempat orang
terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza)
Menurunkan beban HIV pada pasien TB
a.
b.
c.
d.
e.
Menyediakan konseling dan tes HIV sukarela (KTS) untuk pasien TB
Memperkenalkan metode pencegahan HIV dan IMS
Pengobatan pencegahan dengan kortimoksasol (PPK) dan infeksi oportunistik lainnya
Perawatan, dukungan, dan pengobatan HIV AIDS
Memperkenalkan ARV