S PSR 0900019 Chapter5

133

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Meski kepunahannya yang semakin tinggi, burung hantu tetap memiliki
makna filosofis tersendiri yang cukup kuat serta berkesan bagi penulis. Setelah
melakukan pengamatan terhadap beberapa jenis burung hantu serta beberapa
gestur dan pola tingkah burung hantu, penulis merasa ada beberapa hal yang perlu
penulis kritisi guna penyadaran terhadap diri sendiri khususnya masyarakat luas
pada umumnya. Langkah penyadaran tersebut penulis coba ungkapkan melalui
media tenun tapestri yang penulis ciptakan. Bahwasanya pengingatan kembali
mengenai tingkat kepunahan burung hantu yang cukup berperan dalam ekosistem
melalui karya tenun tapestri. Mengingatkan kembali melalui gestur dan pola gerak
burung hantu. Gestur ini tidak ditampilkan dengan bentuk utuh dan realis,
melainkan dengan bentuk penggubahan yang lebih sederhana atau deformasi agar
mudah dicerna oleh masyarakat umum.
Penulis membuat tiga buah karya tenun tapestri yang secara keseluruhan
menggunakan objek utama berupa burung hantu jenis Bloketepu (Ketupa ketupu).
Didalamnya berisikan tentang gestur-gestur burung hantu secara umum.

Kemudian disesuaikan dari segi deformasi, garis derta pemilihan warna tali agel
yang sesuai dalam pembuatan karya tersebut. Karya seni tenun tapestri yang
diciptakan mewakili ekspresi dan persepsi penulis terhadap fenomena yang
dirasakan di lingkungan sekitar penulis.
Dari proses yang telah dilalui, penulis melakukan eksplorasi objek pada
karya tenun saat berkarya tenun tapestri. Berdasarkan pengolahan ide kreatif yang
penulis lakukan, penulis mengubah bentuk sketsa asli menjadi bentuk deformasi.
Kemudian penggunaan simpul macrame pada tahap akhir merupakan upaya dalam
mengolah ide kreatif dalam berkarya tenun tapestri.
Dalam penggunaan teknis pembuatan tenun tapestri penulis lebih memilih
menggunakan teknik tenun corak rata menggunakan media tali agel. Kelebihan
Nisa Apriyani, 2014
Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

134

penggunaan teknik corak rata dikarenakan teknik yang paling sederhana dan tidak
terlalu memakan waktu dalam pengerjaannya. Alasan menggunakan serat agel
karena dikarenkan memiliki tekstur warna natural. Hambatan dalam penggunaan

serat agel ialah harus bersabar dan berhati-hati dalam penggunaannnya,
dikarenakan serat agel mudah rapuh dan luntur apabila diberi zat pewarna buatan.

B. Saran
Karya tenun tapestri dengan bertemakan motif burung hantu ini
diharapkan bukan hanya dapat dijadikan alternatif bahan dalam pembelajaran seni
rupa di sekolah-sekolah maupun diperkuliahan, melainkan pesan moral
yangterkandung

didalamnya.

Selain

itu,

masyarakat

diharapkan

dapat


mengapresiasi makna yang terkandung dalam karya tenun tapestri yang penulis
ciptakan.
Kemudian dengan adanya karya tenun tapestri ini diharapkan dapat
mengembangkan kualitas tekstil dan batik dengan terdapatnya tenun teknik
tapestri. Dapat pula dijadikan motivasi untuk mengembangkan kreatifitas dalam
berkreasi karya tenun dengan teknik tenun tapestri. Kemudian untuk tetap kreatif
menciptakan motif dan bentuk baru dalam pembuatan tenun dengan teknik tenun
tapestri tanpa menghilangan nilai tradisi dan budaya di Indonesia.
Untuk penulis sendiri, dengan berkarya tenun tapestri menggunakan media
utama tali agel dapat lebih mengolah rasa, kesabaran serta pematangan karakter
pribadi melalui karya tenun tapestri. Akhir kata penulis berharap semoga karya
dan skripsi penciptaan ini mampu menjadi sebuah karya inspiratif, menambah
wawasan baru dan menambah keanekaragaman dalam karya seni rupa khususnya
bagi mahasiswa seni rupa dan pendidik di bidang kesenirupaan.

Nisa Apriyani, 2014
Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu