t ipa 1007282 chapter3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, subyek dan lokasi penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian serta teknik pengolahan dan analisis data penelitian.
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen awal atau pre-experiment. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hanya ingin melihat dampak penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa, tidak sampai pada pengujian efektivitasnya jika dibanding dengan penggunaan model pembelajaran lain.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-posttest
(Millan, 2001). Dengan desain seperti ini, subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Dalam desain one-group pretest-posttest kelompok subjek tunggal diberi pretest/tes awal (O), perlakuan (X), dan
posttest/tes akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi
(2)
Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest
Keterangan:
O : Tes Awal (pretest) sama dengan Tes Akhir (posttest) X : Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di Kabupaten Kudus semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sedangkan sampelnya adalah kelas X.5 dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang yang diambil secara purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan pemilihan kelas tersebut sebagai sampel penelitian adalah karena berdasarkan informasi dari guru fisika di sekolah tersebut bahwa aktivitas, respon belajar, antusiasme dan partisipasi siswa kelas X.5 dalam pembelajaran fisika cukup bagus, sehingga proses penelitian diharapkan dapat berjalan dengan lancar tanpa banyak kendala teknis seperti siswa kurang serius, siswa kurang antusias dan cenderung main-main. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian juga dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut:
1. SMA tempat penelitian merupakan Rintisan Sekolah Bertandar Internasional (RSBI), sehingga memerlukan bahan untuk digunakan sebagai model pembelajaran rujukan.
O X O Pretest Perlakuan Posttest
(3)
2. Guru fisika sedang mengembangkan model pembelajaran, sehingga dapat dijadikan rekan dalam penelitian.
3. Fasilitas laboratorium fisika yang dimiliki SMA ini sudah cukup memadai, namun belum teroptimalkan.
4. Kemampuan siswa dalam prestasi bidang karya ilmiah yang cukup menonjol, sehingga menarik untuk diteliti terkait keterampilan berpikir kreatif.
3.4. Langkah-langkah Penelitian
Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tujuh langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan instrumen, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pembelajaran konsep Kalor di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kudus. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru fisika mengenai pembelajaran konsep Kalor. Hasilnya ditemukan bahwa hasil belajar siswa masih cukup rendah, dan keterampilan berpikir kreatif siswa yang belum diketahui. Padahal di SMA tersebut siswanya berprestasi dalam bidang karya ilmiah, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar keterampilan berpikir kreatif siswa di SMA tersebut. Selain hal itu, pemanfaatan model pembelajaran fisika berbasis proyek juga belum berkembang. Selanjutnya, model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
(4)
pijakan untuk mengembangkan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan. Selain itu, yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan penelitian. Dari kajian terhadap SK dan KD akan diperoleh konsep-konsep Kalor yang akan dituangkan dalam materi pokok melalui penjabaran indikator-indikator. Keterampilan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran juga dijabarkan dalam kriteria-kriteria penilaian keterampilan berpikir kreatif. Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan mengembangkan pembelajaran fisika berbasis proyek. 3. Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen
Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan, digunakan untuk pembuatan produk awal (draft). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan panduan mengerjakan proyek kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan baik di kelas. Setelah itu, hasil-hasil analisis terhadap SK, KD, dan indikator-indikator mengenai hasil-hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa yang diharapkan muncul
(5)
setelah pembelajaran fisika berbasis proyek dilakukan. Diawali dengan pembuatan lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa. Selanjutnya dari indikator-indikator hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dibuat instrumen penilaian. Instrumen penilaian hasil belajar kognitif dibuat berupa tes tertulis jenis pilihan ganda dan Instrumen penilaian keterampilan berpikir kreatif berupa tes tertulis jenis uraian. Setelah dilakukan penyusunan instrumen penelitian maka dilakukan judgement oleh pakar untuk mengetahui validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian.
4. Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebelum digunakan, dilakukan uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kemudahan. Pengujian instrumen penelitian dengan teknik test-retest yang diujicobakan pada siswa kelas XI. 6 dan XI. 5 di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kudus. Dari hasil uji coba butir soal yang tidak memenuhi syarat, dapat diperbaiki atau direvisi. Hasil perbaikan (revisi) butir soal yang tidak memenuhi syarat, tidak dilakukan uji coba lagi atau langsung digunakan untuk mengambil data tes awal dan tes akhir.
5. Tahap Implementasi
Penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek.yang dirancang, kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran fisika berbasis proyek pada siswa kelas X di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kudus oleh instruktur. Pada saat implementasi model ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar keterlaksanaan model. Setelah implementasi ini selesai, maka
(6)
dilakukan pengisian angket tanggapan oleh siswa dan oleh guru tentang pembelajaran berbasis proyek yang telah dilakukan. Selain itu, juga dilakukan penilaian tentang hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar keterlaksanaan model pembelajaran, tes hasil belajar kognitif, tes keterampilan berpikir kreatif dan angket tanggapan oleh guru dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru
Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan.
b. Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Siswa
Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan.
c. Tes Hasil Belajar Kognitif
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar kognitif siswa yang dicapai siswa setelah diterapkannya model pembelajaran fisika berbasis proyek.
(7)
d. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Tes digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa yang dicapai siswa setelah diterapkannya model pembelajaran fisika berbasis proyek.
e. Angket Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran
Angket tanggapan guru terhadap pembelajaran ini memuat daftar pertanyaan tentang pelaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang telah dilaksanakan.
f. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
Angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran ini memuat daftar pertanyaan tentang pelaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang telah dilaksanakan.
7. Tahap Analisis Data dan Pembahasan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah didapatkan serta menganalisis lembar keterlaksanaan model pembelajaran. Kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut dan seterusnya dilakukan pembahasan dan dilakukan pengambil kesimpulan. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.2.
(8)
Gambar 3.2. Alur Penelitian Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek.
REVISI Studi Literatur
Model Pembelajaran fisika Berbasis Proyek, Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis
Proyek Kelas Eksperimen
Observasi Keterlaksanaan
Model
Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Studi
Pendahuluan
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Penyusunan Instrumen
Analisis Data Tes Akhir
(Posttest)
Tes Awal
(Pretest)
Kesimpulan Pembahasan Tes Hasil Belajar
Kognitif
JUDGMENT
Validitas Tes
Uji Coba dan Analisis Instrumen Tes: Uji Tingkat Kesukaran, Uji Daya
Pembeda, dan Uji Realibilitas Angket
Penyusunan Perangkat Model Pembelajaran
Berbasis Proyek
Angket Tanggapan Siswa Terhadap
(9)
3.5. Instrumen Penelitian
3.5.1. Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 3.5.1.1. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru
Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang diterapkan. Pada lembar obsrvasi ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kekurangan-kekurangan dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran C.3. 3.5.1.2. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Siswa
Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika berbasis proyek yang diterapkan. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kejadian-kejadian yang dilakukan siswa dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4.
(10)
3.5.1.3. Tes Hasil Belajar Kognitif
Tes hasil belajar kognitif yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif konsep Kalor. Tes ini mencakup jenjang kognitif pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4), terkait konsep Kalor Tes hasil belajar kognitif dikonstruksi dalam bentuk tes objektif jenis pilihan ganda dengan alternatif pilihan sebanyak empat buah.
Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (tes awal) dan akhir (tes akhir) perlakuan. Tes awal digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa konsep Kalor dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek.
3.5.1.4. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Tes ini mencakup keterampilan bertanya, katerampilan menerka sebab-sebab suatu kejadian, katerampilan menerka akibat-akibat suatu kejadian, dan keterampilan memperbaiki hasil keluaran terkait materi Kalor Tes keterampilan berpikir kreatif dikonstruksi dalam bentuk tes tertulis jenis tes uraian.
Tes keterampilan berpikir kreatif diberikan sebanyak dua kali, yaitu di awal (tes awal) dan akhir (tes akhir) sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan. Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes awal digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian berakaitan keterampilan berpikir kreatif. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat
(11)
peningkatan keterampilan berpikir kreatif apa yang dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek.
3.5.1.5. Angket Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran
Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran konsep Kalor. Angket ini memuat daftar pertanyaan terkait penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan. Instrumen angket tanggapan ini memuat kolom sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan dan sangat tidak setuju (STS). Siswa diminta memberikan tanda cek (√) pada pernyataan yang terdapat pada angket. Angket tanggapan guru dan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 dan Lampiran C.2.
3.5.2. Analisis Instrumen dan Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan ke dalam data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor tes siswa, data keterlaksanaa model pembelajaran guru dan siswa dan data angket tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran. Skor tes terdiri dari skor tes awal dan tes akhir, sedangkan data keterlaksanaa model pembelajaran guru dan siswa diperoleh melalui lembar keterlaksanaa model pembelajaran yang diisi oleh observer, dan data angket tanggapan guru dan siswa diperoleh melalui angket. Hasil observasi dan angket ini akan dinyatakan dalam persentase untuk dideskripsikan.
Analisis instrumen meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal. Hasil analisis instrumen secara lengkap terdapat
(12)
pada Lampiran D.1. sampai Lampiran D.8. Penjabarannya secara lengkap adalah sebagai berikut:
3.5.2.1. Validitas Soal
Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas isi dengan cara meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta memberikan tanggapan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli memberikan pendapat: instrumen yang disusun tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan dalam validitas soal ini adalah tiga orang, terdiri dari satu orang bergelar guru besar (profesor) pendidikan fisika, dan dua orang bergelar doktor fisika. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan KD) dan indikator hasil belajar kognitif serta indikator keterampilan berpikir kreatif.
Hasilnya dari ketiga tenaga ahli yang diminta pertimbangan (judgement), diperoleh kesimpulan bahwa instrumen hasil belajar kognitif dan instrumen keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli validitas isi untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6. dan hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli validitas isi untuk keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7. Selain itu, beberapa catatan dari tenaga ahli sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan instrumen, catatan ini selengkapnya dapat dilihat pada lembar pengesahan judgement oleh ahli pada halaman 207.
(13)
3.5.2.2. Reliabilitas Tes
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan test-retest. Instrumen diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen beberapa kali pada responden yang berbeda. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya berbeda dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2009).
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan teknik korelasi
product moment angka kasar (Sugiyono, 2009):
(
)
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − = } ) ( }{ { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY NrXY .... 3.1)
Keterangan:
rXY = koefisien korelasi
X = skor rata-rata tes pertama (kelas XI 5) Y = skor rata-rata tes kedua (kelas XI 6) N = jumlah subyek
Kriteria:
Tabel 3.1.
Klasifikasi Reliabilitas Tes
Interval Kategori
0,80< r11<1,00 Sangat tinggi 0,60< r11<0,79 Tinggi 0,40< r11<0,59 Cukup 0,20< r11<0,39 Rendah
(14)
Berdasarkan persamaan 3.1, maka setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh koefisien reliabilitas keseluruhan tes hasil belajar kognitif berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda diperoleh rxy sebesar 0,96. Kemudian rxy
dikonsultasikan dengan rtabel pada Tabel 3.1. berada diantara rentang 0,80< r11<1,00 sehingga didapatkan instrumen penelitian tersebut memiliki
reliabilitas pada kategori sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.1.
Untuk tes keterampilan berpikir kreatif yang berbentuk tes tertulis jenis uraian, diperoleh rxy sebesar 0,97. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut juga memiliki reliabilitas pada kategori sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.5.
3.5.2.3. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah (Sugiyono, 2009). Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus berikut:
B P A P B J
B B A J
A B
DP= − = − .... 3.2)
Keterangan :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
(15)
Kriteria:
Tabel 3.2.
Kriteria Daya Pembeda Soal (DP)
DP Kriteria
-1,00 < DP < 0,00 0,00 < DP ≤ 0,20
0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00
jelek sekali jelek cukup
baik baik sekali
Perhitungan daya pembeda untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.2. dan D.3. Sedangkan perhitungan daya pembeda untuk keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.6. dan D.7. Berdasarkan persamaan 3.2. maka harga DP dapat dihitung dan hasilnya dirangkum pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4. sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
Nomor
Soal DP Kategori Keterangan
Nomor
Soal DP Kategori Keterangan
1 0,11 Baik Dipakai 6 0,12 Cukup Dipakai
2 0,21 Cukup Dipakai 7 0,12 Baik Dipakai
3 0,21 Baik Dipakai 8 0,07 Baik Dipakai
4 0,12 Cukup Dipakai 9 0,09 Cukup Dipakai
5 0,22 Baik Dipakai 10 0,07 Cukup Dipakai
Tabel 3.4.
Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Hasil Belajar Kognitif
Nomor
Soal DP Kategori Keterangan
Nomor
Soal DP Kategori Keterangan
1 0,23 Baik Dipakai 16 0,20 Baik Dipakai
2 0,30 Cukup Dipakai 17 0,17 Cukup Dipakai
3 0,17 Cukup Dipakai 18 0,23 Cukup Dipakai
4 0,23 Cukup Dipakai 19 0,37 Cukup Dipakai
5 0,53 Baik Dipakai 20 0,20 Cukup Dipakai
6 0,50 Baik Dipakai 21 0,53 Baik Dipakai
7 0,23 Cukup Dipakai 22 0,17 Cukup Dipakai
8 0,30 Cukup Dipakai 23 0,30 Cukup Dipakai
9 0,33 Cukup Dipakai 24 0,13 Baik Dipakai
10 0,33 Baik Dipakai 25 0,37 Cukup Dipakai
11 0,20 Baik Dipakai 26 0,27 Cukup Dipakai
12 0,23 Cukup Dipakai 27 0,23 Cukup Dipakai
13 0,23 Cukup Dipakai 28 0,30 Baik Dipakai
14 0,23 Cukup Dipakai 29 0,17 Baik Dipakai
(16)
3.5.2.4. Tingkat Kemudahan Soal
Tingkat kemudahan soal adalah persentase jumlah siswa yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal (Sugiyono, 2009). Besarnya indeks dapat dihitung dengan rumus:
.... 3.3) Keterangan:
TK = Tingkat kemudahan soal
JS = Banyaknya responden yang mengikuti tes Kriteria:
Tabel 3.5.
Kriteria Tingkat Kemudahan Soal (TK)
Perhitungan daya pembeda untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.2. dan D.4. Sedangkan perhitungan daya pembeda untuk keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.6. dan D.8. Berdasarkan rumus 3.3. maka harga TK dapat dihitung dan hasilnya dirangkum pada Tabel 3.6. dan Tabel 3.7. sebagai berikut:
Tabel 3.6.
Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
Nomor
Soal TK Kategori Keterangan
Nomor
Soal TK Kategori Keterangan
1 0,48 Sedang dipakai 6 0,63 Sedang Dipakai
2 0,62 Sedang dipakai 7 0,46 Sedang Dipakai
3 0,47 Sukar dipakai 8 0,43 Sukar Dipakai
4 0,47 Sedang dipakai 9 0,37 Sedang Dipakai
5 0,52 Cukup dipakai 10 0,49 Sedang Dipakai
TK Kriteria
TK < 27 % 27 % < TK < 72 %
TK > 72 %
Sukar Sedang Mudah Banyaknya siswa yang menjawab benar
TK = X 100 % JS
(17)
Tabel 3.7.
Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Hasil Belajar Kognitif
Nomor
Soal TK Kategori Keterangan
Nomor
Soal TK Kategori Keterangan
1 0,82 Mudah Dipakai 16 0.87 Sukar Dipakai
2 0,68 Sedang Dipakai 17 0,65 Sedang Dipakai
3 0,92 Mudah Dipakai 18 0,55 Sedang Dipakai
4 0,88 Sukar Dipakai 19 0,78 Mudah Dipakai
5 0,47 Sedang Dipakai 20 0,70 Sedang Dipakai
6 0,45 Sedang Dipakai 21 0,47 Sukar Dipakai
7 0,85 Mudah Dipakai 22 0,68 Sedang Dipakai
8 0,32 Sedang Dipakai 23 0,68 Sedang Dipakai
9 0,50 Sedang Dipakai 24 0,90 Mudah Dipakai
10 0,83 Mudah Dipakai 25 0,62 Sedang Dipakai
11 0,90 Sukar Dipakai 26 0,80 Mudah Dipakai
12 0,85 Mudah Dipakai 27 0,85 Mudah Dipakai
13 0,65 Sedang Dipakai 28 0,72 Sukar Dipakai
14 0,78 Mudah Dipakai 29 0,75 Mudah Dipakai
15 O,87 Sukar Dipakai 30 0,67 Sedang Dipakai
Berdasarkan analisis uji instrumen yang meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal dari jumlah 40 soal instrumen hasil belajar kognitif yang memenuhi kriteria sebanyak 30 soal. Seperti telah dikemukakan pada bagian pembatasan masalah pada Bab I, jenjang kemampuan kognitif siswa yang ditinjau hanya meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Intrumen hasil belajar kognitif yang dikonstruksi pada awalnya mencakup jenjang-jenjang kognitif ini dengan jumlah soal yang cukup berimbang, akan tetapi setelah dilakukan ujicoba, ternyata ada beberapa soal yang dibuang. Pembuangan soal ini menyebabakan jumlah soal yang dipakai untuk kegiatan penelitian untuk setiap jenjangnya menjadi tidak berimbang, yaitu untuk jenjang C1 sebanyak 9 soal, jenjang C2 sebanyak 11 soal, jenjang C3 sebanyak 4 soal dan untuk jenjang C4 sebanyak 6 soal.
(18)
Sedangkan untuk instrumen keterampilan berpikir kreatif dari jumlah 14 soal instrumen yang di uji coba setelah dilakukan analisis uji instrumen yang meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal dan memenuhi kriteria sebanyak 10 soal. Aktivitas keterampilan berpikir kreatif siswa yang ditinjau hanya meliputi aktivitas bertanya, menerka sebab-sebab, menerka akibat-akibat, dan memperbaiki hasil keluaran. Instrumen keterampilan berpikir kreatif yang dikonstruksi pada awalnya mencakup aktivitas-aktivitas keterampilan berpikir kreatif ini dengan jumlah soal yang cukup berimbang, akan tetapi setelah dilakukan ujicoba, ternyata ada beberapa soal yang dibuang. Pembuangan soal ini menyebabkan jumlah soal yang dipakai untuk kegiatan penelitian untuk setiap aktivitas menjadi tidak berimbang, yaitu untuk aktivitas bertanya sebanyak 2 soal, menerka sebab-sebab sebanyak 5 soal, menerka akibat-akibat sebanyak 2 soal, dan memperbaiki hasil keluaran sebanyak 1 soal.
3.6. Pengolahan Data 3.6.1.Pemberian Skor
Penskoran hasil tes hasil belajar kognitif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor satu jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.
(19)
Penskoran hasil tes keterampilan berpikir kreatif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes uraian yaitu menggunakan rubrik penskoran. Rubrik penskoran instrumen uji coba dan pretest-posttes keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.7. dan Lampiran B.13.
3.6.2. Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru
Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran fiika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:
1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format keterlaksanaan model pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:
observer menjawab ya atau tidak
% Keterlaksanaan Model = 100%
observer seluruhnya ×
∑
∑
…. 3.4)Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Kriteria Keterlaksanaan Model
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
(20)
3.6.3. Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Oleh Siswa
Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh siswa merupakan data yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dianalisis dengan menghitung persentase dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk menganalisis data hasil keterlaksanaan model pembelajaran pada guru. Kriteria penilaian keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5.
3.6.4. Perhitungan Gain yang dinormalisasi
Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarkhi statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain (g) yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus:
pre maks
pre post
S S
S S g
− −
= ... 3.5)
Keterangan :
Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum Kriteria:
Tabel 3.9.
Kriteria Gain dinormalisasi
G Kriteria
g ≥ 0,7 0,3 ≤ g < 0,7
g < 0,3
tinggi Sedang rendah
(21)
Pengolahan dan analisis data rata-rata skor gain dinormalisasi hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor menggunakan uji statistik dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>
Peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor oleh siswa yang dikembangkan melalui pembelajaran dihitung berdasarkan rata-rata skor gain dinormalisasi <g> (Hake, 1999).
> < − > <
> < − > <
>= <
pre maks
pre post
S S
S S
g .... 3.6)
Keterangan :
<Spost > = rata-rata skor tes akhir <Spre> = rata-rata skor tes awal <Smaks> = rata-rata skor maksimum
Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis secara statistik dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.
3.6.5. Pengolahan Angket Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek
Data mengenai penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:
1. Menghitung jumlah jawaban “SS” dan “S” atau “TS” dan “STS” yang observer isi pada format angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
(22)
2. Melakukan perhitungan persentase angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:
…. 3.7)
Untuk mengetahui kategori angket model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10.
Kriteria Angket Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran
ATGS (%) Kriteria
ATS = 0 Tak satu responden
0 < ATS < 25 Sebagian kecil responden 25 < ATS < 50 Hampir setengah responden
ATS = 50 Setengah responden
50 < AT S< 75 Sebagian besar responden 75 < AT S< 100 Hampir seluruh responden
ATS = 100 Seluruh responden
∑ Responden yang menjawab (SS/S) atau (TS/STS)
% Tanggapan Responden =
(1)
Tabel 3.7.
Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Hasil Belajar Kognitif
Nomor
Soal TK Kategori Keterangan
Nomor
Soal TK Kategori Keterangan
1 0,82 Mudah Dipakai 16 0.87 Sukar Dipakai
2 0,68 Sedang Dipakai 17 0,65 Sedang Dipakai
3 0,92 Mudah Dipakai 18 0,55 Sedang Dipakai
4 0,88 Sukar Dipakai 19 0,78 Mudah Dipakai
5 0,47 Sedang Dipakai 20 0,70 Sedang Dipakai
6 0,45 Sedang Dipakai 21 0,47 Sukar Dipakai
7 0,85 Mudah Dipakai 22 0,68 Sedang Dipakai
8 0,32 Sedang Dipakai 23 0,68 Sedang Dipakai
9 0,50 Sedang Dipakai 24 0,90 Mudah Dipakai
10 0,83 Mudah Dipakai 25 0,62 Sedang Dipakai
11 0,90 Sukar Dipakai 26 0,80 Mudah Dipakai
12 0,85 Mudah Dipakai 27 0,85 Mudah Dipakai
13 0,65 Sedang Dipakai 28 0,72 Sukar Dipakai
14 0,78 Mudah Dipakai 29 0,75 Mudah Dipakai
15 O,87 Sukar Dipakai 30 0,67 Sedang Dipakai
Berdasarkan analisis uji instrumen yang meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal dari jumlah 40 soal instrumen hasil belajar kognitif yang memenuhi kriteria sebanyak 30 soal. Seperti telah dikemukakan pada bagian pembatasan masalah pada Bab I, jenjang kemampuan kognitif siswa yang ditinjau hanya meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Intrumen hasil belajar
kognitif yang dikonstruksi pada awalnya mencakup jenjang-jenjang kognitif ini dengan jumlah soal yang cukup berimbang, akan tetapi setelah dilakukan ujicoba, ternyata ada beberapa soal yang dibuang. Pembuangan soal ini menyebabakan jumlah soal yang dipakai untuk kegiatan penelitian untuk setiap jenjangnya menjadi tidak berimbang, yaitu untuk jenjang C1 sebanyak 9 soal, jenjang C2
sebanyak 11 soal, jenjang C3 sebanyak 4 soal dan untuk jenjang C4 sebanyak 6
(2)
Sedangkan untuk instrumen keterampilan berpikir kreatif dari jumlah 14 soal instrumen yang di uji coba setelah dilakukan analisis uji instrumen yang meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal dan memenuhi kriteria sebanyak 10 soal. Aktivitas keterampilan berpikir kreatif siswa yang ditinjau hanya meliputi aktivitas bertanya, menerka sebab-sebab, menerka akibat-akibat, dan memperbaiki hasil keluaran. Instrumen keterampilan berpikir kreatif yang dikonstruksi pada awalnya mencakup aktivitas-aktivitas keterampilan berpikir kreatif ini dengan jumlah soal yang cukup berimbang, akan tetapi setelah dilakukan ujicoba, ternyata ada beberapa soal yang dibuang. Pembuangan soal ini menyebabkan jumlah soal yang dipakai untuk kegiatan penelitian untuk setiap aktivitas menjadi tidak berimbang, yaitu untuk aktivitas bertanya sebanyak 2 soal, menerka sebab-sebab sebanyak 5 soal, menerka akibat-akibat sebanyak 2 soal, dan memperbaiki hasil keluaran sebanyak 1 soal.
3.6. Pengolahan Data
3.6.1. Pemberian Skor
Penskoran hasil tes hasil belajar kognitif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor satu jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.
(3)
Penskoran hasil tes keterampilan berpikir kreatif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes uraian yaitu menggunakan rubrik penskoran. Rubrik penskoran instrumen uji coba dan pretest-posttes keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.7. dan Lampiran B.13.
3.6.2. Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru
Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran fiika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:
1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format keterlaksanaan model pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:
observer menjawab ya atau tidak
% Keterlaksanaan Model = 100% observer seluruhnya ×
∑
∑
…. 3.4)Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Kriteria Keterlaksanaan Model
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
(4)
3.6.3. Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Oleh Siswa Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh siswa merupakan data yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dianalisis dengan menghitung persentase dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk menganalisis data hasil keterlaksanaan model pembelajaran pada guru. Kriteria penilaian keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5.
3.6.4. Perhitungan Gain yang dinormalisasi
Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarkhi statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain (g) yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus:
pre maks
pre post
S S
S S g
− −
= ... 3.5)
Keterangan :
Spost = skor tes akhir
Spre = skor tes awal
Smaks = skor maksimum
Kriteria:
Tabel 3.9.
Kriteria Gain dinormalisasi
G Kriteria
g ≥ 0,7 0,3 ≤ g < 0,7
g < 0,3
tinggi Sedang rendah
(5)
Pengolahan dan analisis data rata-rata skor gain dinormalisasi hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor menggunakan uji statistik dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>
Peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor oleh siswa yang dikembangkan melalui pembelajaran dihitung berdasarkan rata-rata skor gain dinormalisasi <g> (Hake, 1999).
> < − > <
> < − > <
>= <
pre maks
pre post
S S
S S
g .... 3.6)
Keterangan :
<Spost > = rata-rata skor tes akhir
<Spre> = rata-rata skor tes awal
<Smaks> = rata-rata skor maksimum
Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis secara statistik dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.
3.6.5. Pengolahan Angket Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Penerapan
Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek
Data mengenai penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:
1. Menghitung jumlah jawaban “SS” dan “S” atau “TS” dan “STS” yang observer isi pada format angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
(6)
2. Melakukan perhitungan persentase angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:
…. 3.7)
Untuk mengetahui kategori angket model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10.
Kriteria Angket Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran
ATGS (%) Kriteria
ATS = 0 Tak satu responden
0 < ATS < 25 Sebagian kecil responden 25 < ATS < 50 Hampir setengah responden
ATS = 50 Setengah responden
50 < AT S< 75 Sebagian besar responden 75 < AT S< 100 Hampir seluruh responden
ATS = 100 Seluruh responden
∑ Responden yang menjawab (SS/S) atau (TS/STS)
% Tanggapan Responden =