Upaya Pengurangan Tingkat Kecacatan Cabai Pasca Panen Pada Jalur Rantai Pasok | Wijaya | Jurnal Titra 1276 2333 1 SM

William Dwi Wijaya, et al. / Upaya Pengurangan Kecacatan Cabai Pasca Panen Pada Jalur Rantai Pasok /
Jurnal Titra, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013, pp 253-255

Upaya Pengurangan Tingkat Kecacatan Cabai Pasca Panen Pada
Jalur Rantai Pasok
William Dwi Wijaya1,Drs. I Nyoman Sutapa, M. Sc.,Ph.D.2

Abstract: The handling qualities of Malang Chili throughout its supply chain system is
still considered low, as there are lots of faults took place during the process that led to
the declining quality of the chilies. It is recommended to plan a handling procedure of
post-harvested chilies in order to enhance a better quality. This study will try to design
a quality plan to address those issues, using methods such as pareto diagram and causeand-effect diagram. Observations result concluded that problems occurred are due to
various factors, namely human error, method and environment. On farmers supply
chain have the biggset disability obtained is wilting. Meanwhile, wholesalers supply
chain have the biggest disability namely dented. Quality plan arranged use to guide
early improvement in the conduct of each post-harvest process chili in Malang to
overcome the factors that cause chili damaged such as drying, tranportation and selling.
Keywords: Supply Chain, Pareto Diagram, Cause and Effect Diagram, Quality Plan

Pendahuluan
Pengendalian Kualitas

Kualitas merupakan suatu tolak ukur seorang
pelanggan. Kualitas berarti memberikan yang
terbaik untuk memuaskan pelanggan baik tersebut
berwujud atau tidak berwujud (jasa). Dua hal
penting yang diinginkan oleh pelanggan yaitu fungsi
dari produk itu sebenarnya dan harga jual produk
atau jasa (Montgomery,2005)

Cabai Merah Malang merupakan komoditas
sayuran yang memiliki peranan penting bagi
pertanian di Indonesia yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat karena rasa khasnya yang
pedas. Di sisi yang lain ternyata cabai merah
memiliki sifat perishable atau mudah rusak.
Yang menjadi masalah adalah mudah rusaknya
ketahanan cabai merah terjadi selama proses
rantai pasokan dari petani sampai dengan
pedagang kecil dan konsumen yang diakibatkan
masih kurang tertatanya proses penanganan
pasca panen mulai dari tingkat petani,

pengepul, pedagang besar dan pedagang kecil.
Selain hal tersebut, banyaknya tingkat
kecacatan
juga
diakibatkan
karena
ketidaksesuaian cabai merah dengan standart
nasional yang telah ditetapkan. Hal ini semakin
diperparah karena faktor lingkungan yang
tidak begitu baik, misalnya kondisi jalan.
Banyaknya kesalahan yang terjadi selama
proses pasca panen tersebut, maka perlu
dilakukan pengamatan sepanjang rantai
pasokan guna meningkatkan kualitas yang
lebih baik dari buah Cabai Merah Malang.

Teknik dan Alat Perbaikan Kualitas
Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan diagram batang yang
menginformasikan frekuensi terjadinya setiap jenis

kecacatan, dimana diurutkan dari jenis kecacatan
yang memiliki frekuensi kejadian yang paling tinggi
ke jenis kecacatan dengan frekuensi kejadian yang
paling rendah

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,
Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
60236.Email:
awi_l1527qk@hotmail.com;
mantapa@peter.petra.ac.id

1,2

Gambar 1. Diagram Pareto
Gambar 1 : Berikut merupakan contoh diagram pareto
yang digunakan sebagai metode analisis untuk dilakukan
prioritas utama perbaikan kualitas .

Diagram Sebab Akibat


Metode Penelitian
253

William Dwi Wijaya, et al. / Upaya Pengurangan Kecacatan Cabai Pasca Panen Pada Jalur Rantai Pasok /
Jurnal Titra, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013, pp 253-255
Aktivitas di rantai pasok petani setelah tahap
pemetikan cabai yang telah masak adalah
pengeringan, pengelompokkan, penyimpanan
dan pengemasan.
2. Pengepul
Rantai pasok pengepul adalah pengangkutan,
penimbangan, pembersihan dan pengemasan
sesuai dengan grade yang ada.

Diagram yang memperlihatkan sebab-sebab apa
saja
yang
mempengaruhi
terjadinya
ketidaksesuaian atau permasalahan kualitas pada

produk atau jasa

3. Pedagang Besar
Aktivitas yang dilakukan adalah pengangkutan,
pembersihan,
dan
pengemasan.
Yang
membedakan aktivitas di pengepul dan
pedagang besar adalah pada proses pengemasan
yang sudah mempergunakan Standart Nasional
Indonesia (SNI).
4. Pedagang Kecil
Sementara itu, pada rantai pasok terakhir
pedagang kecil adalah pengangkutan dan sortasi
untuk kebutuhan penjualan.

Gambar 2. Diagram Sebab Akibat
Gambar 2 : Berikut merupakan gambar diagram sebab
akibat yang digunakan sebagai pengendalian dan

perbaikan kualitas.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh setiap
rantai pasok dari hasil observasi menimbulkan cacat
pada produk cabai, seperti yang digambarkan dalam
diagram pareto berikut ini:

Hasil observasi di lapangan dapat digambarkan alur
supply chain Cabai Merah Malang sebagai berikut:

Pareto Chart of Pengepul

Pareto Chart Petani
100

400

Pedagang
Kecil


300

100

5000

80

4000

200

60

Co u n t

60

Pe rce nt


Pedagang
Besar

3000
40

40

Gambar 3. Supply Chain Cabai Merah Besar

2000
100

Gambar 3: Proses supply chain cabai merah besar di
Malang sebelum sampai di konsumen akhir meliputi
petani, pengepul, pedagang besar, dan pedagang kecil.

0
Cacat
Count

Percent
Cum %

Pada masing-masing rantai pasokan cabai tersebut
melakukan proses penanganan pasca panen yang
digambarkan flow produk sebagai berikut:

20

Layu
192,2
46,0
46,0

Penyok
131,2
31,4
77,5

0

Cacat
Count
Percent
Cum %

Lecet
94,0
22,5
100,0

80

40

Co u n t

8000

Pe r c e n t


Co u n t

80

100
60

10000

60

80
60

40

40
20

20
20

0
Penyok
6716
39,4
39,4

Layu
6073
35,6
75,0

Lecet
4263
25,0
100,0

0
Cacat
Count
Percent
Cum %

0
Lecet
56,68
39,5
39,5

Layu
53,04
36,9
76,4

Penyok
33,95
23,6
100,0

Gambar 5. Hasil Pareto Chart Petani-Pedagang Kecil
K onsum en

Cabai ditata dalam kotak penjualan

 
Pembersihan Akhir dan Pengemasan

Pengangkutan, grading, penimbangan

Pengelompokkan dan Pengemasan

Pemanenan dan Pengeringan Cabai

L ah a n P e n a n am an C a b ai

 

120

12000

0
Cacat
Count
Percent
Cum %

100

140

14000

 
 

Lecet
1577
25,9
100,0

160

2000

 

Penyok
1895
31,2
74,1

100
16000

4000

 

0
Layu
2611
42,9
42,9

Pareto Chart Pedagang Kecil

Pareto Chart Pedagang Besar
18000

6000

 

20

1000

0

Pe rce n t

Pengepul

Co u n t

Petani
Cabai

80

6000

Pe rce nt

Hasil dan Pembahasan

Gambar 5 : Diagram pareto di atas menunjukkan
bahwa kecacacatan terbesar pada rantai pasok
petani dan pengepul adalah cabai layu. Kecacatan
terbesar rantai pasok pedagang besar adalah cabai
penyok. Sementara itu di rantai pasok pedagang
kecil kecacatan tertinggi adalah cabai lecet.

Gambar 4. Flow Product Cabai Merah Besar Malang

Hasil analisa akar permasalahan penanganan
pasca panen rantai pasok petani- pedagang
kecil yang berupa penyok disebabkan oleh
faktor man, method dan environment. Penyebab

Gambar 4: Berdasarkan flow produk cabai besar
dapat dirangkumkan aktivitas pasca panen yang
terjadi pada masing-masing rantai sebagai berikut:
1. Petani
254

William Dwi Wijaya, et al. / Upaya Pengurangan Kecacatan Cabai Pasca Panen Pada Jalur Rantai Pasok /
Jurnal Titra, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013, pp 253-255
permasalahan pada faktor man adalah
kurangnya kesadaran pekerja, ketidaktelitian
pekerja. Faktor method yang menjadi akar
permasalahan adalah kesalahan pada waktu
pengangkutan dimana karung berisi cabai yang
ditumpuk terlalu banyak. Sementara pada
faktor
environment
karena
banyaknya
goncangan sewaktu pengangkutan karena jalan
yang tidak baik atau rusak.

bersistem udara terkendali serta tertutup dan
pengangkutan sebaiknya dilakukan malam
hari.
Proses penyimpanan cabai sebaiknya cukup
ditempatkan di ruangan yang teduh, memiliki
kelembaban yang cukup dan terdapat sirkulasi
udara. Penyimpanan dalam temperatur udara
rendah juga akan dapat mempertahankan mutu
cabai lebih lama serta menekan penuaan maupun
kegiatan mikroba perusak. Proses kontrol
temperatur udara pada gudang di tempat
penyimpanan dapat dijadikan salah satu solusi.

Hasil analisa akar permasalahan penanganan
pasca panen produk cabai Malang yang berupa
layu juga disebabkan oleh tiga faktor, yaitu
man, method dan environment. Faktor man
karena tidak adanya pekerja khusus yang diberi
tanggung jawab untuk proses pengeringan
cabai. Faktor method, karena penyimpanan
yang terlalu lama tanpa kontrol temperatur.
Dan faktor environment yang disebabkan
karena panas matahari yang sangat menyengat.

Simpulan
Quality plan disusun sebagai cara untuk
mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan
buah Cabai Malang cacat. Quality plan tersebut
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
inspeksi dan pengukuran untuk setiap proses
secara terus-menerus berdasarkan usulan yang
telah dibuat. Penerapan quality plan mulai dari
proses awal yaitu pemanenan cabai di rantai
pasok petani sampai proses akhir yaitu sortasi
cabai Malang di pedagang kecil akan
menjadikan kualitas cabai dapat terjaga sampai
dengan ke tangan konsumen akhir.

Hasil analisa akar permasalahan penanganan
pasca panen produk cabai Malang yang berupa
lecet pada faktor man karena proses
pengemasan cabai, wadah dus tidak ditata
dengan rapi dan bersih membuat kesan asalasalan, konsumen yang menaruh cabai
sembarangan sewaktu memilih cabai. Faktor
method dikarenakan peletakkan cabai di dalam
keranjang
yang
teksturnya
kasar
dan
terkadang masih kotor di bagian bawahnya.
Selain itu juga disebabkan karena proses
packaging tidak disertai lapisan yang dapat
melindungi cabai. Faktor environment yang
disebabkan proses pemanenan cabai yang tidak
tepat.

Daftar Pustaka
1.

2.

3.

Untuk mengantisipasi semakin memburuknya
kinerja penanganan pasca panen pada produk cabai
di Kabupaten Malang dapat diberikan usulan
quality plan sebagai berikut :
Proses pemanenan sebaiknya dilakukan dengan
sangat hati-hati dan dilakukan dengan
peralatan yang memadai dan sudah dilengkapi
dengan komponen pelindung. Memilih waktu
pemanenan pada pagi hari juga dapat dijadikan
solusi untuk mengatasi layu pada cabai yang
telah dipanen.
Untuk proses perbaikan quality plan pada
proses
packaging
mensyaratkan
adanya
kantong plastik yang diberi lubang sebelum
cabai dimasukkan ke dalam wadah.
Hasil quality plan pada proses pengangkutan
seharusnya jumlah tumpukan dus cabai yang
ideal adalah maksimal empat dus. Jumlah
tumpukan dus terlalu banyak membuat buah
cabai penyok. Selain itu, transportasi yang baik
adalah menggunakan truk atau container yang

4.
5.

255

Boehje, M. 1999. ‘Structural Changes in the
agricultural industries: how do measure, analyze
and understand them’, American Journal of
Agricultural Economics, Vol 81 No.5, pp.10-28.
Chopra, S., Meindl, P., 2004 Supply Chain
Management: Strategy, Planning, and Operation,
New Jersey; Pearson Prentice Hall.
Montgomery, Douglas C, 2005. Introduction to
Statistical Quality Control (5 th edition). New
York: John Wiley and Sons
Rostini. 2012. 9 Strategi Bertanam Cabai Bebas
Hama dan Penyakit. Jakarta: Agromedia.
Setiadi.
2008.
Bertanam
Cabai
(Edisi
Revisi).Cetakan XXV Jakarta: Penebar Swadaya.