LAPORAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 2007

(1)

(2)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Laporan Perkembangan

Sist em Pembayaran


(3)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 7

Ringkasan Eksekut if ... 7

Perkembangan Aktivitas Sist em Pembayaran Dan Pengedaran Uang Indonesia ... 9

BAGIAN I ... 13

BAB I STABILITAS SISTEM PEM BAYARAN ... 14

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nilai Besar ... 14

Akt ivitas Transaksi BI-RTGS ... 14

Pola Transaksi dalam BI-RTGS ... 15

Pelaku Transaksi BI-RTGS ... 16

Rent ang Transaksi dalam Sistem BI-RTGS ... 18

M anajemen Likuiditas Sist em BI-RTGS ... 18

Kinerja Penyelenggaraan Sist em BI-RTGS ... 20

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Ritel ... 21

Sist em Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) ... 21

Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kart u ... 28

Kart u Prabayar/E-money ... 35

Penyelenggaraan M oney Remit tance ... 36

Penyelenggaran Sist em Pembayaran Lainnya ... 36

BAB II KEBIJAKAN SISTEM PEM BAYARAN UNTUK M ENDUKUNG STABILITAS SISTEM KEUANGAN ... 39

M it igasi Risiko Sist em Pembayaran ... 39

SELF REGULATING ORGANIZATION (SRO) Kart u Kredit ... 39

Implementasi Kebijakan Pengat uran Kegiatan M oney Remit tance ... 39

St andardisasi Teknis Teknologi Chip unt uk Kartu ATM dan Kart u Debet ... 40

Perkembangan Implementasi Teknologi Chip unt uk Kart u Kredit ... 41

Business Cont inuity Plan Penyelenggaraan Sistem Pembayaran ... 42

Kajian Tools M it igasi Risiko Sistem Pembayaran Non BI ... 45

Ef isiensi Sistem Pembayaran... 46

Int egrasi Sistem Kliring ... 46


(4)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Pengelolaan Rekening Pemerint ah M elalui Aplikasi BIG-eB ... 49

Penerapan Prinsip Interoperabilit y dan Konvergensi Sist em di dalam Indust ri APM K ... 51

Perijinan Sistem Pembayaran ... 52

Kajian Pola Pengat uran BI-RTGS Mengacu pada CP-SIPS... 54

BAB III LAPORAN OVERSIGHT SISTEM PEM BAYARAN ... 57

Oversight Terhadap Sistem BI-RTGS ... 58

Oversight Terhadap Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) ... 59

Oversight Terhadap Alat Pembayaran Dengan M enggunakan Kart u (APM K) ... 60

BAB IV ARAH PENGEM BANGAN DAN KEBIJAKAN SISTEM PEM BAYARAN ... 61

Rencana Pengembangan RTGS Generasi II ... 61

Pengembangan Inf rast rukt ur Payment Versus Payment (PVP) unt uk Penyelesaian Domest ic Int erbank Foreign Exchange Trading ... 62

Enhancement BIG-eB ... 64

Rencana Implement asi Pola Pengat uran BI-RTGS M engacu pada CP-SIPS ... 64

Implementasi SRO Sist em Pembayaran... 65

Kajian Pengembangan Direct debit ... 66

Rencana Int eroperabilit as dan Konvergensi Indust ri APMK ... 68

Implementasi Tools M it igasi Risiko SP Non BI ... 69

M ember cert ificat ion unt uk Seluruh Pesert a SKNBI ... 70

BAGIAN II ... 73

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG ... 74

Peningkat an Uang Rupiah Yang Berkualit as... 75

Pengedaran Uang yang Aman, Handal, dan Ef isien ... 78

Layanan Kas Prima ... 82

BAB II PENILAIAN KINERJA BI DI DALAM PELAKSANAAN TUGAS PENGEDARAN UANG ... 89

Survei Ket ersediaan Uang Rupiah ... 89

Survei Kepuasan Layanan Kas ... 90

Survei t erhadap Kemampuan Masyarakat Dalam M engenali Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ... 91

Penilaian Penerapan ISO 9001:2000 ... 91


(5)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Kerjasama BI dengan Lembaga di Dalam Negeri... 93

Kerjasama BI dengan Lembaga di Luar Negeri ... 95

BAB IV KEGIATAN DAN INFORM ASI PENDUKUNG DALAM TUGAS PENGEDARAN UANG ... 97

Kegiat an M useum Art ha Suaka ... 97

Peran BI dalam Penyusunan Rancangan Undang-undang M at a Uang ... 97

Kajian St rategi Pengadaan Bahan Uang Yang Ef ektif dan Ef isien ... 97

Berakhirnya M asa Penukaran Uang Kertas Pecahan Rp5.000 dan Rp10.000 Seri Sudirman ... 98

Kajian Pemanfaatan Uang Logam Tidak Layak Edar (ULTLE) ... 98

BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEM BANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG-2008 ... 99

Rencana dan St rategi Pengadaan Uang ... 99

Rencana dan St rategi Dist ribusi Uang ... 99

Uji Coba Implement asi Cash cent re ... 100

M empersiapkan Unt uk Mengeluarkan dan M engedarkan Uang Kert as Pecahan Rp2.000 ... 100

Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan M asyarakat M engenai Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ... 101

Survei Tingkat Pemenuhan Kebut uhan M asyarakat Terhadap Uang Rupiah . 101 Survei Efektivitas Layanan Kas Luar Kant or melalui Kerjasama dengan Pihak Ekstern ... 101


(6)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007


(7)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

PENDAHULUAN

Ringkasan Eksekut if

Konsist en dengan perubahan yang t elah dilakukan pada t ahun 2006, penerbit an Laporan Perkembangan Sist em Pembayaran (LTSP) lebih ditujukan untuk memaparkan berbagai analisa perkembangan dan deskripsi kebijakan sist em pembayaran yang t elah dit empuh selama sat u periode. Laporan ini sedianya hanya merupakan sebuah publikasi pelengkap dari berbagai governance report sist em pembayaran yang t elah dit uangkan dalam beberapa publikasi BI lainnya, yait u Laporan Tahunan BI, Laporan Perekonomian Indonesia dan Laporan St abilit as Sist em Keuangan. Berbeda dengan governance report, isi laporan perkembangan sist em pembayaran dif okuskan pada penjelasan secara rinci mengenai akt ivit as pembayaran masyarakat dan dan berbagai aspek yang melat arbelakangi berbagai kebijakan BI di bidang sist em pembayaran.

Sebagai edisi ke-empat , Laporan

Perkembangan Sist em Pembayaran Tahun 2007 mencat at beberapa f enomena pent ing dalam dinamika perkembangan sist em pembayaran di Indonesia. Akt if it as seluruh t ransaksi pembayaran yang mencapai Rp46 ribu t riliun merupakan nilai t ransaksi t ert inggi selama sepuluh t ahun t erakhir. M araknya akt ivit as ekonomi masyarakat sebagai hasil kondisi perekonomian Indonesia yang membaik selama t ahun 2007, dit engarai menjadi penyebab meningkat nya akt ivit as

t ersebut . Selain itu di aw al t ahun 2007, t erdapat pula f enomena penggunaan inst rumen pembayaran rit el baru yait u e-money. E-money menjadi jaw aban at as kebut uhan masyarakat yang menginginkan inst rumen pembayaran yang lebih prakt is t erut ama unt uk t ransaksi yang berulang, sering dilakukan dan nilainya kecil.

Dari sisi pengedaran uang pat ut pula dicat at beberapa keberhasilan BI dalam mengat asi berbagai isu menyangkut kelangkaan dan rendahnya kualit as uang di daerah perbat asan dan t erpencil, beredarnya uang palsu dan uang t erpot ong, kualit as layanan kas dan upaya mengant isipasi kesinambungan operasional kas di daerah yang t erlanda bencana alam.

Selama kurun w akt u 2007, diw arnai dengan semakin berkembangnya common pract ices di beberapa bank sent ral yang mulai

mengalihkan tugas pengolahan uang

dilakukan berbagai pihak di luar bank sent ral. Secara int ernal pelaksanaan kebijakan pengedaran uang t idak t erlepas dari berbagai isu ut ama sepert i masih dit emukan adanya kelangkaan dan rendahnya kualit as uang di daerah t ert ent u khususnya daerah perbat asan dan t erpencil, beredarnya uang palsu dan uang t erpot ong, t unt ut an yang semakin t inggi dari st akeholders t erhadap kualit as layanan kas, sert a perlunya menjaga kesinambungan operasional kas dalam


(8)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 mengant isipasi berbagai bencana alam dan

kondisi kontinjensi lainnya.

M emperhat ikan berbagai dinamika dan t ant angan sepanjang t ahun 2007, sert a sesuai dengan misi di bidang pengedaran uang t ersebut , BI menempuh berbagai kebijakan yang mengacu pada t iga pilar ut ama yait u pengedaran uang yang aman, handal, dan ef isien; layanan kas prima, sert a kualit as uang. Guna mendukung t iga pilar kebijakan di bidang pengedaran uang, BI menempuh st rat egi unt uk mengopt imalkan pengadaan dan dist ribusi uang ke seluruh w ilayah, t ermasuk penerapan kas besar t it ipan di 13 KBI. Dari sisi layanan kas prima, st rat egi

kebijakan dilakukan melalui upaya

mempersiapkan penerapan st rat egi

pengolahan uang oleh pihak ket iga (cash cent re) dengan mengeluarkan ket ent uan mengenai set oran bayaran dan melakukan kajian dan penelit ian mengenai cash cent re. Langkah kebijakan layanan kas prima dijabarkan melalui perluasan wilayah layanan kas di w ilayah t erpencil dan perbat asan melalui kerjasama dengan PT. Posindo di 7 w ilayah. Upaya untuk menanggulangi penyebaran uang palsu senant iasa dilakukan melalui peningkat an sosialisasi dan edukasi ciri-ciri keaslian uang rupiah sert a kerjasama dengan berbagai pihak t erkait sert a melanjut kan pembent ukan Bank Indonesia Count erf eit Analysis Cent er (BI-CAC) melalui kerjasama dengan bank sent ral Negara lain dan pengembangan inf rast rukt ur berupa sist em inf ormasi dan laborat orium analisis uang palsu.

Berbagai cat at an maupun f enomena pent ing yang t erjadi pada akt ivit as sist em pembayaran dan pengedaran uang dituangkan secara gamblang dalam dua bagian laporan, pert ama adalah perkembangan sist em pembayaran dan kedua adalah perkembangan pengedaran uang. Bagian pert ama t erdiri dari lima bab. Bab pert ama st abilit as sist em pembayaran

memaparkan penyelenggaraan sist em

pembayaran secara keseluruhan t ermasuk didalamnya adalah analisa mengenai t rend perkembangan dan pola t ransaksi sist em pembayaran. Bab kedua kebijakan sist em pembayaran unt uk mendukung st abilit as sist em keuangan, memaparkan berbagai kebijakan BI t erkait dengan mit igasi risiko dan ef isiensi sist em pembayaran. Bab ket iga

merupakan laporan oversight

penyelenggaraan sist em pembayaran dan bab t erakhir arah kebijakan sist em pembayaran berisikan berbagai kebijakan yang akan dit empuh di t ahun-t ahun mendat ang t ermasuk kajian, survey dan rencana pengembangan sist em pembayaran.

Bagian kedua perkembangan pengedaran uang, t erdiri dari lima bab. Bab pert ama pelaksanaan kebijakan pengedaran uang

menjelaskan berbagai kebijakan

meningkat kan uang rupiah yang berkualit as, pengedaran uang yang handal, nyaman dan ef isien sert a layanan kas prima. Sedangkan bab kedua memaparkan berbagai hasil penilaian t erkait peningkat an kinerja di dalam pelaksanaan t ugas di bidang pengedaran uang ant ara lain survey-survey dan penilaian penerapan ISO 9001:2000. Bab ket iga memaparkan bent uk dan pola hubungan kerjasama Bank Indonesia dengan pihak


(9)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 t erkait baik dalam negeri maupun luar negeri.

Bab keempat menjelaskan langkah-langkah kegiat an dan penyediaan inf ormasi pendukung dalam pelaksanaan t ugas pengedaran uang. Bab t erakhir berisikan arah kebijakan dan rencana pengembangan bidang pengedaran uang di t ahun mendat ang, ant ara lain rencana dan st rat egi pengadaan uang, ujicoba implement asi cash cent re, sert a perluasan sosialisasi.

Perkembangan Akt ivit as Sist em Pembayaran Dan Pengedaran Uang Indonesia

Prakt ek sist em set t lement int erbank di Indonesia, sebagaimana yang berlaku di negara maju, t erdiri dari 2 (dua) jenis sist em set t lement yait u sist em yang berbasis gross yang pada umumnya bersif at real t ime (RTGS) dan sist em net t ing melalui sist em kliring. M ekanisme t ransf er melalui RTGS sebagian besar digunakan unt uk t ransaksi pembayaran yang bernilai besar at au high value payment syst em (HVPS) sepert i: t ransaksi pasar uang ant ar bank, t ransaksi pasar modal, t ransaksi valas, t ransaksi pembayaran lembaga pemerint ah dan pembayaran pajak. M eskipun pelaku t ransaksi HVPS hanya t erbat as kalangan perbankan, pasar modal dan pemerint ah, namun nilai t ransaksinya sangat

dominan. Wajar jika semua negara

mengkat egorikan t ransaksi HVPS sebagai syst emically import ant payment syst em (SIPS).

M engingat HVPS t ermasuk sist em yang pent ing dan critical dalam t ransaksi pembayaran, bank sent ral at au otorit as monet er ot omat is menjadi operat or sist em dimaksud karena rekening perbankan umumnya t erpusat di bank sent ral. Tidak

sepert i sist em net t ing yang masih memiliki pot ensi gagal bayar karena of f -set t ing kliring t erpusat di akhir hari, sist em RTGS dianggap

mampu mengurangi resiko kegagalan

set t lement t ersebut . Selain w akt u set t lement t ersebar sepanjang w akt u operasional dan dilakukan secara real t ime, sist em ini juga dilengkapi beragam f it ur dengan t ingkat securit y t inggi unt uk set t lement dan monitoring likuidit as pasar.

Sedangkan unt uk t ransaksi

pembayaran rit el, penggunaan inst rumen pembayaran berbasis elekt ronik dan kart u sepert i kart u ATM at au kart u kredit menunjukkan t ren peningkat an yang signif ikan. Selain prakt is, kedua inst rumen ini dipandang lebih nyaman dibandingkan pirant i non t unai berbasis kert as sepert i cek dan bilyet giro. Sedangkan media set t lement yang masih dominan digunakan untuk penyelesaian t ransf er dana rit el adalah melalui Sist em Kliring Nasional (SKN) yang saat ini sudah t ersedia di hampir seluruh kot a di Indonesia.

Fokus pengembangan sist em

pembayaran rit el lebih menekankan aspek ef isiensi, yang berart i biaya t ransaksi yang relat if murah, t ersedia diberbagai w ilayah dan w akt u set t lement yang t idak t erlalu lama. Tunt ut an ini w ajar mengingat pengguna t ransaksi rit el adalah masyarakat luas yang t ersebar pada berbagai kot a. Umumnya f rekuensi t ransaksi rit el sangat sering, berulang-ulang dan rat a-rat a nilai t ransaksinya kecil. Cont ohnya adalah pembelian bensin, pembayaran t ol, karcis, rest aurant dan pembelanjaan di gerai rit el lainnya.


(10)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 Pengguna segmen t ransaksi ini sangat

banyak. Pengguna jasa t ol saja menurut PT. Jasa M arga set iap hari mencapai 3,1 jut a kendaraan. Pengguna TransJakart a dan keret a api di Jakart a bisa mencapai sejut a orang set iap harinya. Ini berart i bahw a kehadiran inst rumen rit el semacam kart u yang berbasis digit al at au elekt ronik sangat mendesak. Idealnya, ada kart u elekt ronik yang bisa dipergunakan unt uk berbagai kebut uhan rut in t ersebut . Tidak mengherankan jika beberapa t ahun kedepan akan semakin banyak penerbit uang elekt ronik yang akan mengembangkan bisnisnya ke sekt or t ransaksi rit el t ersebut .

Pergeseran (shif t ing) met ode pembayaran rit el dari yang bersif at tunai dengan inst rumen berbasis kert as menuju ke pembayaran elekt ronik yang berbasis kart u merupakan t ahapan yang w ajar. Yang menarik, banyak pengamat yakin bahw a shif t ing penggunaan piranti pembayaran dari kert as ke elekt ronik bisa meningkat kan ef isiensi secara nasional. David Humprey misalkan, menyimpulkan bahw a shif t ing bisa menghemat ant ara 1-3 % GNP suat u negara. St udi empirik t ersebut didasarkan pada aspek biaya t ransaksi, ef isiensi sist em set t lement dan aspek peningkat an velocit y of money.

Terlepas sudah mulai adanya shif t ing int rumen pembayaran t ersebut , yang jelas, penggunaan uang kart al (kert as dan logam) sebagai alat pembayaran masih sangat dominan. M engubah kebiasaan cara bayar dari t unai ke non t unai memang t idak mudah dan butuh w akt u yang cukup lama. Oleh karenanya, kebijakan pengedaran uang

selama t ahun laporan masih concern kepada upaya untuk menjamin ket ersediaan uang dan pecahan yang cukup dengan kualit as yang baik. Art inya, manajemen persediaan, dist ribusi dan pengedaran uang senant iasa dit ujukan untuk mew ujudkan kebijakan clean money.

Akt ivit as Pem bayaran

Secara umum, akt if it as pembayaran via BI-RTGS pada t ahun 2007 mencat at

pert umbuhan yang sangat t inggi

dibandingkan t ahun-t ahun sebelumnya. Nilai t ransaksi mencapai Rp42,4 ribu t riliun at au naik sebesar 45,6% dari t ahun sebelumnya sebesar Rp29,1 ribu t riliun. Sedangkan volume t ransaksi mencapai 8,5 jut a at au naik sebesar 22,5% dari t ahun sebelumnya sebesar 6,9 jut a t ransaksi. Secara rat a-rat a harian, nilai t ransaksi RTGS mencapai Rp172,4 t riliun dengan rerat a volume sebesar 34 ribu t ransaksi.

Begitu pula untuk akt ivit as pembayaran rit el melalui sist em kliring. Transaksi melalui Sist em Kliring Nasional (SKN) yang mencerminkan akt ivit as pembayaran rit el di masyarakat juga mengalami peningkat an. Nilai t ransaksi SKN mencapai Rp1,389 t riliun at au naik sebesar 13,1% , dibandingkan t ahun sebelumnya. Sement ara volumenya mencapai 79,5 jut a t ransaksi at au naik sebesar 7,12% . Dengan demikian, pada periode laporan, rerat a harian t ransaksi yang diproses melalui mekanisme kliring mencapai Rp5,6 t riliun dan volume sebesar 319 ribu t ransaksi.

Yang menarik, t ransaksi rit el yang berbasis kart u juga mengalami peningkat an


(11)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 secara signif ikan. Jumlah kart u yang beredar

mencapai 44,6 jut a meningkat sebesar 19% . Jenis kart u yang paling populer adalah kart u ATM , yang saat ini umumnya memiliki f ungsi ganda sebagai kart u ATM dan kart u debet . Nilai t ransaksi kart u seluruhnya mencapai Rp1,7 ribu t riliun at au naik sebesar 41% dan mencapai 1,2 miliar t ransaksi at au naik sebesar 16% .

Di aw al t ahun 2007 masyarakat juga mulai menggunakan inst rumen rit el baru yait u e-money. M eskipun t ransaksinya masih sangat kecil, set ahun hanya 500 ribu t ransaksi dengan nilai Rp5 miliar, perkembangannya di masa dat ang memiliki prospek yang cukup cerah, karena e-money dapat mengisi gap kebut uhan masyarakat akan inst rument pembayaran yang prakt is unt uk bert ransaksi rit el.

Akt ivit as Pengedaran Uang

Kebijakan pengedaran uang t et ap diarahkan pada misi memenuhi kebut uhan masyarakat akan uang kart al yang berkualit as dalam art i layak edar, jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan t epat w akt u. Sesuai misi t ersebut , BI menempuh berbagai kebijakan yang mengacu pada t iga

pilar ut ama, meliput i : pengedaran uang yang aman handal dan ef isien, peningkat an layanan kas yang prima sert a peningkat an kualit as uang.

Akt ivit as pengedaran uang selama t ahun 2007 menunjukkan pert umbuhan yang sangat signif ikan. Nilai rat a-rat a uang kart al yang diedarkan (UYD) mencapai Rp174,8 t riliun at au meningkat sebesar 21 % dari t ahun sebelumnya sebesar Rp144,5 t riliun. Selain it u rasio kecukupan posisi kas t erhadap rat a-rat a out f low lebih baik dari t ahun sebelumnya menjadi sekit ar 3-4 bulan rat a-rat a out f low. Peningkat an kualit as rasio t ersebut t erut ama disebabkan penurunan rat a-rat a out f low sehingga memungkinkan BI dapat memelihara jumlah rat a-rat a posisi kas yang lebih rendah. Rasio t emuan uang palsu juga mengalami penurunan hanya 8 lembar per sat u jut a lembar uang kert as dari sebelumnya 17 lembar per sat u jut a lembar uang kert as. Hal ini merupakan hasil dari

upaya BI pelakukan penanggulangan

meluasnya peredaran uang palsu sekaligus juga menunjukkan semakin meningkat nya pemahaman masyarakat t erhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah.


(12)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007


(13)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007


(14)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

BAB I STABILITAS SISTEM PEM BAYARAN

Sist em pembayaran yang berf ungsi dengan baik sangat dibut uhkan bagi akt if ivit as perekonomian modern. Keyakinan para pelaku pasar akan keamanan dan kehandalan penyelenggaraan set t lement pembayaran akan menjamin kelancaran set iap akt ivit as t ransaksi keuangan dan komersial. Demikian pula kelancaran sist em pembayaran sebagai inf rast rukt ur sist em keuangan modern juga menjadi sebuah

mekanisme pent ing dalam menjaga

keyakinan pelaku pasar t erhadap nilai uang. Unt uk itu Bank Indonesia t erus berupaya menjaga st abilit as penyelenggaraan sist em pembayaran dan memitigasi berbagai pot ensi risiko agar masyarakat senant iasa dapat memanf aat kan sist em pembayaran secara luas t anpa mengalami gangguan.

Penyelenggaraan Sist em Pembayaran Nilai Besar

Bank Indonesia Real t ime Gross

Set t lement (BI-RTGS) merupakan

penyelenggara mekanisme set t lement t erbesar di Indonesia. Sebanyak 95% set t lement t ransaksi keuangan dilakukan melalui BI-RTGS. Tidak hanya t ransaksi yang dilakukan oleh masyarakat umum, sist em ini juga menyelesaikan akt ivit as t ransaksi pengelolaan monet er, pasar modal, pasar uang ant ar bank dan bahkan t ransaksi yang dilakukan oleh pemerint ah. Oleh karena it u sist em BI-RTGS dikat egorikan sebagai

Syst emat ically Import ant Payment Syst em

(SIPS), sehingga st abilit as

penyelenggaraannya senant iasa dijaga secara berkesinambungan.

Akt ivit as Transaksi BI-RTGS

Akt ivit as t ransaksi yang diproses

melalui sist em BI-RTGS mengalami

peningkat an yang sangat signif ikan selama t ahun 2007. Secara t ot al nilai t ransaksi yang set t lementnya diproses melalui sist em BI-RTGS mencapai Rp42,4 ribu t riliun, meningkat 45,6% dari t ahun sebelumnya sebesar Rp29 ribu t riliun. Sement ara it u volume t ransaksi mencapai 8,5 jut a t ransaksi at au meningkat sebesar 22.5% dari t ahun sebelumnya sebesar 6,9 jut a t ransaksi. Peningkat an akt ivit as t ransaksi ini t ercat at sebagai peningkat an t ert inggi selama empat t ahun t erakhir.

Fakt or ut ama yang mendorong peningkat an akt if it as t ransaksi RTGS adalah pert umbuhan ekonomi yang meningkat cukup signifikan dan kondisi perekonomian yang semakin kondusif. Transaksi yang mengalami peningkat an signif ikan t erut ama yang t erkait dengan akt if it as ekonomi masyarakat yait u set t lement pasar modal, set t lement valas dan t ransf er unt uk nasabah.

Peningkat an t ert inggi dialami oleh set t lement pasar modal. Sejalan dengan maraknya akt ivit as perdagangan saham, obligasi, dan produk derivat if nya yang


(15)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 dit andai menguat nya Indeks Harga Saham

Gabungan (ISHG) sepanjang t ahun 2007, perput aran t ransaksi pasar modal mengalami peningkat an nilai sebesar 94% dan volume sebesar 89,5% (sebagaimana dikutip dari laporan t ransaksi KPEI). Peningkat an ini

secara langsung berdampak pada

peningkat an nilai dan volume set t lement t ransaksi pasar modal di BI-RTGS masing-masing sebesar 108% menjadi Rp2,5 ribu t riliun dan sebesar 75% menjadi 65 ribu t ransaksi.

Transaksi ekonomi masyarakat lainnya yang mencat at peningkat an adalah set t lement valas. Nilai t ransaksi ini mencapai Rp3,9 ribu t riliun at au meningkat sebesar 51,25% . Sement ara unt uk volume mencapai 176,9 ribu t ransaksi at au meningkat sebesar 8,26% . Peningkat an akt if it as t ransaksi valas sejalan dengan peningkat an permint aan valas korporasi selama t ahun 2007, yang umumnya dilakukan untuk memenuhi kebut uhan impor barang dan jasa.

Namun demikian penyumbang ut ama peningkat an nilai t ransaksi BI-RTGS t idak lain adalah set t lement pengelolaan monet er oleh Bank Indonesia, yang t erdiri dari int ervensi rupiah, pembelian SBI, SWBI, SUN dan akt ivit as lainnya. Akt ivit as t ransaksi ini merupakan bagian dari pelaksanaan t ugas Bank Indonesia dalam menjaga st abilit as monet er dan st abilit as sist em keuangan. Dengan komposisi sebesar 45% dari t ot al nilai t ransaksi BI-RTGS, maka peningkat an sebesar 48,9% menjadi Rp15,8 ribu t riliun berdampak signif ikan t erhadap peningkat an nilai t ransaksi BI-RTGS. Sement ara it u dari sisi

volume, kont ributor t erbesar adalah t ransaksi t ransf er unt uk nasabah yang memiliki komposisi sebesar 80% dari tot al t ransaksi BI-RTGS. Peningkat an volume t ransaksi ini t ercat at sebesar 26,37% menjadi 6,7 jut a t ransaksi.

Nilai (dalam Trilliun)

Jenis Transaksi 2006 2007 % Naik/Turun

PUAB 4.206 5.996 +43%

Nasabah 5.088 7.174 +41%

Transaksi Valas 2.824 4.073 +44% Settlement Pasar

Modal

1.238 2.575 +108%

Pemerintah 986 1.192 +21%

Pengelolaan Moneter

10.213 15.875 +55%

Settlement Kliring 3.682 5.019 +36%

Lainnya 1.065 3.563 +235%

Sumber: EDW SP

Volume

Jenis Transaksi 2006 2007 % Naik/Turun

PUAB 133.797 148.992 +11%

Nasabah 5.362.485 6.821.628 +27%

Transaksi Valas 154.075 180.854 +17% Settlement Pasar

Modal

37.241 65.211 +75%

Pemerintah 176.972 244.956 +38% Pengelolaan

Moneter

54.441 47.759 -12%

Settlement Kliring 470.232 368.521 -47%

Lainnya 535.906 854.078 +59%

Sumber: EDW SP

Pola Transaksi dalam BI-RTGS

Selama t ahun 2007, rat a-rat a t ransaksi perhari mencapai 34,5 ribu t ransaksi dengan nilai sebesar Rp172 t riliun. Sepert i t ahun sebelumnya, akt if it as t ransaksi t ert inggi t erjadi t riwulan t erakhir yang merupakan periode high season karena banyaknya t ransaksi pembayaran masyarakat unt uk kebut uhan perayaan beberapa hari besar keagamaan dan kebut uhan korporasi dan lembaga pemerint ah pada akhir t ahun.


(16)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 Para pelaku t ransaksi BI-RTGS

cenderung lebih akt if bert ransaksi pada siang dan sore hari. Pada umumnya t ransaksi pada siang hari merupakan t ransaksi t erkait akt if it as ekonomi masyarakat , sedangkan pada sore hari lebih bervariasi yait u t ransaksi Pasar Uang Ant ar Bank (PUAB), set t lement akt ivit as sist em pembayaran lain, dan t ransaksi yang dilakukan oleh lembaga pemerint ah. Namun demikian, secara kumulat if nilai t ransaksi pada pagi hari yang t erdiri dari t ransaksi f ut ure dat e (t ransaksi t it ipan at au hari sebelum pada bank) lebih t inggi dibandingkan siang dan sore hari.

Pelaku Transaksi BI-RTGS

Pelaku t ransaksi BI-RTGS sebagian besar merupakan perbankan dan sisanya t erdiri dari berbagai jenis inst it usi. Secara umum pelaku t erbagi menjadi beberapa kelompok, meliput i Perbankan, Bank Indonesia, Lembaga Pemerint ah dan lembaga lainnya.

Perbankan

Perbankan merupakan pelaku

t ransaksi t erbesar, dengan komposisi volume sebesar 93% dan nilai 55%. Transaksi perbankan selama 2007 meningkat mencapai 8 jut a t ransaksi dengan t ot al nilai mencapai Rp23,6 ribu t riliun. Transaksi perbankan

-3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 1

/21/51/10 1/158/111/231/26 1/31/522/82/13 2/161/222/26 3/13/63/94/13 03/23/233/28/24 4/54/114/16 9/144/244/275/2 5/70/155/155/21 5/2495/26/46/7 6/125/166/20 6/256/28/377/6 7/117/169/177/24 7/278/18/6/98 8/148/208/23 8/288/319/59/10 3/199/189/219/26 /10110/410/9 10/1

7 1 0 /2 2 1 0 /2 5 1 0 /3 0 1 1

/211/711/1

2 1 1 /1 5 1 1 /2 0 1 1 /2 3 1 1 /2 8 1 2

/3 12/612/1

1 1 2 /1 4 1 2 /1 9 1 2 /2 6 Ribu Transaksi 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 425 450 475 500 Triliun Rp


(17)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 sebagian besar adalah akt ivit as t ransf er dana

unt uk nasabah, yang mencapai 50% t ot al t ransaksi perbankan. Sedangkan sisanya ant ara lain t ransaksi pasar uang ant ar bank, t ransaksi pasar modal, t ransaksi perdagangan valas cross border, set t lement kliring, dsb. Besarnya akt ivit as t ransaksi t ransf er nasabah ini mengindikasikan bahw a sebagai besar nasabah bank t elah mulai t erbiasa memanf aat kan mekanisme t ransf er dan penyelesaian t ransaksi melalui sist em BI-RTGS.

Diant ara kelompok bank, kelompok Bank Umum Sw ast a Nasional (BUSN)

merupakan pelaku yang mendominasi

akt ivit as t ransaksi perbankan. Hal ini selain disebabkan karena jumlah banknya lebih banyak, juga karena adanya keunggulan kompet it if berupa keragaman jenis f asilit as

pembayaran yang dit aw arkan berikut kemudahannya.

Bank Indonesia

Transaksi Bank Indonesia melalui BI-RTGS cukup beragam, selain unt uk pembiayaan akt ivit as int ernal juga unt uk pelaksanaan kebijakan baik di bidang monet er, perbankan maupun sist em pembayaran. Berdasarkan jenisnya, t ransaksi BI sebagian besar merupakan t ransaksi pengelolaan monet er dengan komposisi volume mencapai 98% . Transaksi lainnya adalah set t lement kliring, valas, kas t erkait pengedaran uang dan lainnya. Secara t ot al t ransaksi BI selama t ahun 2007 mencapai nominal Rp16 ribu t riliun at au mencapai 37% t ot al t ransaksi BI-RTGS, sement ara volume sebesar 390 ribu t ransaksi. Apabila dibandingkan dengan t ahun 2006, nilai t ransaksi yang dilakukan pada t ahun 2007 mengalami peningkat an sebesar 49% , sebaliknya dari sisi volume mengalami penurunan sebesar 30% .

Lem baga Pem erint ah

Transaksi lembaga pemerint ah selama t ahun 2007 mencapai 245 ribu t ransaksi dengan nilai Rp1.191 t riliun. M eskipun pangsa t ransaksi pemerint ah relat if kecil, hanya 2,8% , namun t ransaksi ini merupakan


(18)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 priorit as untuk diselesaikan t erlebih dahulu.

Karena t ransaksi yang dilakukan oleh pemerint ah umumnya memiliki tingkat urgensi yang t inggi sepert i pelimpahan pembayaran pajak ke rekening Kant or Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN2), pelimpahan Bendahara Umum Negara (BUN ), pembiayaan proyek-proyek pembangunan maupun t ransaksi lain yang t erkait dengan rekening pemerint ah.

Lem baga Lainnya

Beberapa lembaga lain yang menjadi pesert a BI-RTGS adalah inst it usi penyelenggara kliring/set t lement yait u PT. Art ajasa, KSEI dan PT. Pos Indonesia. Keikut sert aan lembaga t ersebut lebih dit ujukan unt uk menjaga kelancaran penyelengaraan sist em pembayaran, karena BI-RTGS menjadi muara akhir seluruh akt ivit as set t lement yang diselenggarakan oleh berbagai inst it usi t ersebut. Volume t ransaksi kelompok ini relat if kecil yaitu sebesar 17 ribu dan nilai mencapai Rp87 t riliun.

Rent ang Transaksi dalam Sist em BI-RTGS

Pada umumnya t ransaksi yang diproses melalui BI-RTGS adalah t ransaksi bernilai besar yait u Rp100 jut a keat as. Hal ini sejalan dengan t ujuan dikembangkannya BI-RTGS dan dilakukannya pembat asan nilai

t ransaksi pada sist em kliring. Namun demikian pada prakt eknya profil t ransaksi BI-RTGS sangat bervariasi meliput i juga t ransaksi di baw ah Rp100 jut a. Hal ini karena ada sebagian masyarakat yang membut uhkan penyelesaian t ransaksi dengan cepat dan hal ini dapat dipenuhi oleh BI-RTGS yang memang dicipt akan unt uk menyelesaikan t ransaksi secara real t ime. M ekanisme real t ime membuat pemrosesan RTGS lebih cepat dibandingkan mekanisme set t lement lainnya. Komposisi volume t ransaksi RTGS t et ap didominasi oleh t ransaksi bernilai besar ant ara Rp100 Jut a s/d < Rp1 M iliar sebesar 49,65% , diikut i dengan t ransaksi Rp1 M iliar - < Rp500 sebesar 17,12% , sement ara sisanya sangat bervariasi. Hal yang pat ut dicermat i t erkait dengan komposisi volume berdasarkan rent ang nilai t ransaksi ini adalah adanya kecenderungan peningkat an akt ivit as pada t ransaksi bernilai kecil di baw ah Rp100 jut a. Dibandingkan t ahun 2006, secara t ot al komposisinya meningkat sebesar 4,53% pada t ahun 2007. Hal ini menunjukkan bahw a masyarakat dew asa ini cenderung memilih menggunakan f asilit as yang lebih cepat , meskipun harus membayar biaya t ransf er yang lebih t inggi.

M anajemen Likuidit as Sist em BI-RTGS

Sebagai sist em yang bersif at krit ikal

Rentang Nilai Volume (2005)

% Volume Volume (2006)

% Volume Volume (2007)

% Volume

< 25 Juta 646.009 10.87 % 872.808 12.27 % 1.378.263 16.01 %

25 Juta - < 50 Juta 285.402 4.80 % 390.061 5.48 % 535.985 6.22 %

50 Juta - < 100 Juta 615.827 10.36 % 772.146 10.85 % 938.816 10.90 %

100 Juta – < 1 Miliar 3.280.381 55.20 % 3.791.183 53.28 % 4.275.833 49.65 %

1 Miliar - < 500 Miliar 1.112.169 18.71 % 1.283.185 18.03 % 1.473.960 17.12 %

500 Miliar - < 1 Triliun 1.745 0.03 % 3.465 0.05 % 4.580 0.05 %


(19)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 bagi perekonomian, BI-RTGS dikembangkan

menggunakan mekanisme gross set t lement dengan tujuan mengurangi risiko sist emik. M ekanisme ini hanya dapat menyelesaikan set iap t ransaksi BI-RTGS apabila t ersedia dananya, at au lebih dikenal dengan ist ilah

no money no game

set t lement dengan mekanisme gross cenderung mensyarat kan kebut uhan likudit as yang lebih t inggi dibandingkan mekanisme set t lement lainnya, misalnya net t ing pada sist em kliring.

Unt uk itu dipersyarat kan seluruh pesert a BI-RTGS harus dapat menjaga likuidit as hariannya dengan baik, agar akt ivit asnya t idak t erganggu. Sebagai contoh dapat saja t erjadi kesenjangan likuidit as pada periode t ert ent u (int raday gap) apabila pada pagi hari posisi saldo rekening lebih kecil daripada jumlah t ransaksi keluar (outgoing). Pada kondisi ini t ransaksi akan di-pending dan masuk dalam ant rian (queing). Transaksi ini baru akan diselesaikan set elah saldo rekening mencukupi ant ara lain karena ada t ransaksi masuk (incoming). Kejadian ini menunjukkan bahw a pesert a belum t ent u mengalami kesulit an likuidit as, yang t erjadi hanya kesenjangan likuidit as sesaat at au lebih dikenal dengan ist ilah int raday gap.

Int raday Gap t et ap perlu diat asi, karena f enomena ini bisa memicu t erjadinya kesenjangan likuidit as sist emik pada BI-RTGS. Jika sebagian besar at au semua pesert a mengalami kondisi yang sama, dapat saja berakibat t erjadi kemacet an penyelesaian t ransaksi (gridlock). Gridlock pada BI-RTGS pada akhirnya akan menganggu kelancaran penyelesaian seluruh t ransaksi. Unt uk

memit igasi risiko ini, Bank Indonesia menyediakan Fasilit as Likuidit as Int rahari (FLI) sehingga t rade of f ant ara manf aat prudent ial dengan ef isiensi likuidit as pasar dapat t erpenuhi. FLI memungkinan pesert a melakukan out going meskipun jumlah

saldonya t idak mencukupi, dengan

menjaminkan t erlebih dahulu SBI maupun SUN yang dit at ausahakan di Bank Indonesia. Pelunasan FLI dilakukan secara ot omat is set elah pesert a t ersebut mendapat incoming sehingga saldonya bert ambah. Selain menyediakan FLI, kebut uhan likuidit as harian juga senant iasa dipant au oleh Bank Indonesia dan biasanya pada pagi hari dilakukan pula upaya melikuidkan pasar hari dengan mekanisme SBI repo yaitu mengkredit rekening giro bank at as Sert if ikat Bank Indonesia yang t elah jat uh t empo. Berbagai upaya ini diharapkan dapat memberikan dana yang cukup bagi bank unt uk menyelesaikan outgoingnya.

Selain it u unt uk mengant isipasi

kemungkinan t erjadinya penumpukan

t ransaksi di sat u w akt u, Bank Indonesia juga memberlakukan perbedaan biaya t ransaksi unt uk dua penggalan w akt u yang berbeda. Unt uk t ransaksi yang dikirimkan sebelum pukul 15.00 WIB dikenakan biaya sebesar Rp7.000,- per t ransaksi, sedangkan unt uk t ransaksi yang dilakukan set elah pukul 15.00 WIB dikenakan biaya sebesar RP14.000,-

Pembedaan ini dimaksudkan unt uk

mendorong pesert a melakukan pengiriman t ransaksi dalam periode w akt u t ert ent u sehingga pemerat aan t ransaksi di sepanjang w akt u operasi BI-RTGS dapat t erjaga.


(20)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 Dist ribusi t ransaksi yang merat a

sepanjang jam operasional sist em juga menunjukkan kadar likuidit as pasar yang cukup untuk mendukung kelancaran sist em BI-RTGS. Pada t ahun 2007, jumlah t ransaksi yang dikirimkan sebelum pukul 15.00 WIB mencapai 7 jut a t ransaksi at au 82 % dari t ot al t ransaksi. Hal ini mengindikasikan bahw a diversif ikasi t arif untuk sist em BI-RTGS masih ef ekt if untuk mendorong pesert a melakukan pengiriman t ransaksi dalam periode w akt u t ert ent u.

Selain berbagai upaya oleh

penyelenggara, seluruh pesert a BI-RTGS t elah menyepakat i unt uk menyelesaikan t ransf er dananya berdasarkan pada Throughput Guidelines yang t erdapat dalam skema Bye Law s. Seluruh pesert a t elah sepakat unt uk menyelesaikan 30 % dari t ot al t ransaksi hariannya sebelum pukul 10.30 WIB, 30 % berikut nya ant ara pukul 10.30-14.30 WIB dan sisanya diselesaikan ant ara pukul 14.30 sampai 16.30 WIB. Act ual Throughput dapat dilihat pada graf ik di at as.

Berdasarkan graf ik Throughput t ergambar set t lement t ransaksi yang dilakukan t elah t erdist ribusi dengan baik. Dist ribusi set t lement t ransaksi t elah melampaui Throughput Guidelines Bye Law s dilihat dari jumlah set t lement t ransaksi yang dilakukan pada range w akt u t erakhir hanya mencapai 20 % dari t ot al t ransaksi yang dilakukan selama t ahun 2007.

Kinerja Penyelenggaraan Sist em BI-RTGS

Kelancaran penyelenggaraan BI-RTGS merupakan priorit as Bank Indonesia. Unt uk it u berbagai upaya t erus dilakukan unt uk menjaga keamanan dan ket ersediaan sist em. Berbagai pengamanan BI-RTGS mulai dari pengamanan penggunaan password bagi operat or, pengat uran kew enangan, enkripsi at au penyandian t ransaksi, pengelolaan penggunaan hardw are dan sof t w are, penjagaan jaringan sesuai st andar dan service yang t elah dit et apkan bersama dengan penyedia jaringan.

Penjagaan kinerja sist em juga dilakukan melalui pelaksanaan uji coba disast er recovery planning. Pada t ahun 2007


(21)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 t elah dilaksanakan 4 kali uji coba yang

melibat kan seluruh pesert a BI RTGS. Kegiat an ini dimaksudkan unt uk menguji kesiapan sist em back up apabila sist em ut ama mengalami gangguan. Lebih lanjut , uji coba ini dimaksudkan unt uk meningkat kan kesiapan dan kepat uhan operasional baik dari sisi penyelenggara maupun pesert a t erhadap prosedur pengangan keadaan darurat yang t elah dit et apkan.

Pada t ahun 2007, t ingkat availabilit y syst em mencapai 99.95 % , at au dengan kat a lain sist em t idak bekerja sama sekali hanya 0.05 % . Art inya selama kurun w akt u sat u t ahun, dengan 249 hari kerja dan w akt u operasional per hari 12,5 jam sert a dit ambah perpanjangan w akt u (ext end) sebesar 36.4 jam, maka dalam sat u t ahun sist em ini hanya mengalami gangguan selama 2,2 jam. Pada umumnya gangguan t ersebut disebabkan oleh gangguan jaringan komunikasi dat a.

Lebih dari itu, t erhadap BI-RTGS juga dilakukan enhancement kapasit as sist em yang

bert ujuan untuk mengakomodasi

peningkat an jumlah t ransaksi BI-RTGS dalam beberapa t ahun kedepan. Sehingga meskipun t erjadi peningkat an drast is volume t ransaksi pada akhir t ahun, BI- RTGS t et ap beroperasi t anpa perlu dilakukan pembat asan t ransaksi.

Penyelenggaraan Sist em Pembayaran Rit el Sist em Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Akt ivit as Transaksi Kliring

Akt ivit as perput aran t ransaksi kliring pada t ahun 2007 secara umum mengalami kenaikan dibandingkan t ahun sebelumnya. Nilai t ransaksi kliring mencapai Rp1.400

t riliun at au naik 1,13% dan volume mencapai 79,22 jut a t ransaksi at au naik sebesar 1,05 % . Sement ara it u rerat a harian untuk nilai sebesar Rp5,62 t riliun dan volume sebesar 318 ribu t ransaksi. Sebagaimana t ransaksi RTGS, pert umbuhan ekonomi yang meningkat selama t ahun 2007 menjadi salah sat u f akt or ut ama yang mendorong peningkat an akt if it as t ransaksi kliring. Sarana kliring memang disegment asikan sebagai f asilit as unt uk t ransaksi yang bersif at rit el. Peningkat an menunjukkan t et ap diminat inya f asilit as kliring sebagai sarana t ransf er dana meskipun saat ini t elah t ersedia berbagai alt ernat if sist em pembayaran lainnya.

-20,000,000.00 40,000,000.00 60,000,000.00 80,000,000.00 100,000,000.00 120,000,000.00 140,000,000.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nominal Rp Juta

Periode

Perkembangan nominal Perputaran kliring Periode Tahun 2006 s.d 2007

Tahun 2006 Tahun 2007 -1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00 4,000,000.00 5,000,000.00 6,000,000.00 7,000,000.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nominal Rp Juta

Periode

Perkembangan Perputaran RRH nominal kliring Periode Tahun 2006 s.d 2007

Tahun 2006 Tahun 2007 -1,500,000 3,000,000 4,500,000 6,000,000 7,500,000 9,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Volume

Periode

Perkembangan Volume Perputaran Kliring Periode Tahun 2006 s.d 2007

Tahun 2006 Tahun 2007


(22)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Volume

Periode

Perkembangan Perputaran RRH volume kliring Periode Tahun 2006 s.d 2007

Tahun 2006 Tahun 2007

Terlebih dengan t elah diimplement asikannya SKNBI secara luas, masyarakat dapat melakukan t ransf er dana ke berbagai pelosok w ilayah bahkan hingga ke daerah-daerah t erpencil.

Akt ivit as kliring t et ap t erkonsent rasi di w ilayah penyelenggaraan Jakart a. Salah sat u penyebabnya adalah akt ivit as ekonomi banyak dilaksanakan di Jakart a selain jumlah bank pesert a kliring yang lebih banyak berkant or pusat di Jakart a. Dengan SKNBI yang t elah diimplement asi secara luas, memungkinkan bank melakukan ef isiensi pemrosesan t ransaksi kliring khususnya t ransf er dana melalui sat u kant or pusat operasional kliring yang biasanya berlokasi di Jakart a. Secara nasional prosent ase akt ivit as kliring di Jakart a mencapai 61,46% dari sisi nilai dan mencapai 52,87% dari sisi volume. Selain Jakart a, empat wilayah kliring yang mempunyai akt ivit as kliring t erbesar lainnya adalah Surabaya, M edan, Bandung, dan Semarang.

Berdasarkan pesert anya, akt ivit as kliring didominasi oleh BUSN dengan prosent ase volume sebesar 69,05% dan nilai 70,61% dari perput aran kliring nasional. Bank pemerint ah merupakan pesert a t erakt if kedua dengan prosent ase volume 15,96% dan nilai 15,80% . Sisanya merupakan kelompok bank lainnya, secara berurut an prosent ase volume dan nilai sebagai berikut : bank asing volume 9,69% dan nilai 7,32% , bank campuran volume 2,46% dan nilai 3,72% dan kelompok bank lainnya volume 2,84% dan nilai 2,55%.


(23)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 Dilihat dari jenis usaha bank pesert a

kliring, pemanf aat an f asilit as kliring lebih banyak dilakukan oleh bank konvensional dengan prosent ase volume sebesar 98,75% dan nilai 99,21%. Sedangkan bank syariah dan unit usaha syariah prosent asenya hanya sebesar 1,43% unt uk volume dan 0,78% unt uk nilai.

Kliring Kredit

Sepanjang t ahun 2007, volume dan nilai t ransf er dana mencapai 37,63 jut a t ransaksi dan sebesar Rp365,94 t riliun. Sesuai dengan akt ivit as pemrosesan oleh bank maupun penyelenggara SKNBI, akt ivit as t ransf er dana sebagian besar berasal dari w ilayah kliring Jakart a dengan prosent ase volume dan nilai berurut an mencapai 84,82% dan 81,26%.

Sement ara it u unt uk prosent ase akt ivit as t ransf er dana ant ara Rp10 jut a sampai dengan Rp100 jut a cenderung mengalami peningkat an. Khusus unt uk akt ivit as t ransf er dana dengan range Rp10 jut a sampai dengan Rp100 jut a ini memiliki t rend perkembangan yang sama dengan t rend t ransaksi t ransf er dana pada sist em BI-RTGS, yait u sama-sama meningkat .

Namun demikian lain halnya dengan t ransaksi t ransf er dana dibaw ah Rp10 jut a yang mencapai 75,86% dari t ot al volume t ransaksi t ransf er dana melalui kliring. Komposisi dan t rennya cenderung mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan mulai adanya pergeseran pref erensi masyarakat dalam menggunakan f asilit as t ransf er dana dari semula melalui sarana kliring ke berbagai


(24)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Tabel Sebaran Volume Transaksi Tranfer dana

sarana lainnya yait u melalui f asilit as ATM at au e-banking menggunakan mobile banking dan int ernet banking.

Hal ini sekali lagi menunjukkan bahw a f aslit as kliring memang memiliki segmen pengguna t ert ent u yang t et ap memilih f asilit as ini meskipun t ersedia alt ernat if lain yang relat if kompet it if memproses t ransaksi dalam w akt u yang lebih cepat .

Pemrosesan t ransf er dana melalui kliring dilakukan dalam dua siklus. Akt ivit as pada kedua siklus t ersebut cenderung berimbang, pada siklus pert ama, volume rat a-rat a harian mencapai 76,17 ribu t ransaksi dan nilai sebesar Rp726,93 miliar. Sedangkan pada siklus kedua, volume mencapai 74,99 ribu t ransaksi dan nilainya mencapai Rp742,71 miliar.

Kliring Debet

Fasilit as kliring debet merupakan sarana unt uk memproses t ransaksi dengan menggunakan cek, BG dan w arkat lainnya, yait u Wesel Bank Unt uk Transf er (WBUT), Surat Bukt i Penerimaan Transf er (SBPT) dan Not a Debet .

Selama t ahun 2007, nilai dan volume t ransaksi kliring debet yang diserahkan mencapai Rp994 t riliun dan 40,12 jut a t ransaksi. Dari seluruh t ransaksi t ersebut , penggunaan bilyet giro (BG) masih mendominasi dengan nilai dan volume sebesar Rp870,73 t riliun (87,60% ) dan 36,12 jut a lembar (90,02% ). Selanjut nya diikut i dengan t ransaksi cek yang mencat at nilai sebesar Rp122,89 t riliun dan volume 3,32 jut a lembar. Sedangkan unt uk akt ivit as t ransaksi ket iga inst rumen lainnya mencapai Rp380 milliar dan volume sekit ar 680 ribu lembar.

Range Transfer Dana 2005 2006 2007

Volume Prosentase Volume Prosentase Tren Volume Prosentase Tren < Rp10 Juta 19,845,018 78.53% 26,551,030 78.38% 33.79% 28,553,072 75.86% 7.54%

Rp10 Juta s.d <Rp50 Juta

4,173,501 16.52% 5,883,857 17.37% 40.98% 7,128,024 18.94% 21.15%

Rp50 Juta s.d Rp100 juta

1,252,360 4.96% 1,438,288 4.25% 14.85% 1,958,202 5.20% 36.15%

-6,000,000.00 12,000,000.00 18,000,000.00 24,000,000.00 30,000,000.00 -500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 Ja n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g st Se p t O kt N o v D e s Ja n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g st Se p t O kt N o v D e s

Siklus I Siklus II

Nominal Volume

Bulan

Grafik perputaran kliring kredit per siklus

Volume Nominal


(25)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 M ekanisme kliring debet t erdiri dari

kliring penyerahan dan kliring pengembalian at au ret ur. Kliring pengembalian diperlukan unt uk mengembalikan berbagai w arkat yang dit olak at au karena w arkat t idak memenuhi persyarat an f ormal, dananya t idak t ersedia at au rekeningnya t elah ditut up. Kegiat an

kliring pengembalian pada umumnya

dilakukan set elah perhitungan hasil kliring dan pendist ribusian w arkat kepada bank selesai dilakukan. Bank selanjut nya dapat mengirimkan kembali w arkat yang dit olak kepada penyelenggara untuk diperhit ungkan, umumnya dilakukan pada hari yang sama (H+0). Khusus untuk w ilayah kliring Jakart a dan Surabaya, yang volume w arkat debet nya t inggi, pengembalian w arkat dilakukan pada hari berikut nya (H+1). Selama t ahun 2007, akt ivit as kliring pengembalian memproses w arkat ret ur sebanyak 717.57 lembar dengan nilai Rp16,08 t riliun.

Khusus untuk cek at au BG yang dit olak karena alasan saldonya tidak cukup at au rekening ditut up (cek/BG kosong) selanjut nya akan digunakan sebagai dasar penentuan bagi bank unt uk mencant umkan nama individu ke dalam Daf t ar Hit am Nasional. Nilai penarikan cek kosong mencapai Rp2,71 t riliun dan volumenya sebesar 84,9 ribu lembar. Sement ara it u nilai BG kosong mencapai Rp5,65 t riliun dan volume sebesar 300,92 ribu lembar. Selain cek/BG kosong t erdapat pula w arkat yang ditolak dengan berbagai alasan lainnya, nilainya mencapai Rp7,73 t riliun dengan volume sebesar 331,74 ribu lembar.


(26)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

M anajem en Likuidit as Sist em SKNBI

Selama t ahun 2007, kondisi likuidit as perbankan unt uk menyelesaikan seluruh kew ajiban set t lement hasil kliringnya dapat t erjaga dengan baik. Hal ini t ercermin dari kebut uhan nilai set t lement kliring yang dapat dipenuhi dengan nilai pref und yang disediakan oleh bank pesert a kliring, bahkan nilainya cenderung lebih besar dari kebut uhan t ersebut .

Penyediaan pref und di aw al hari dengan nilai t ert ent u merupakan persyarat an yang diw ajibkan oleh penyelenggara SKNBI t erhadap bank pesert a dalam keikut sert aan kliring. Hal ini merupakan bagian dari M ekanisme Failure t o Set t le, yang dit erapkan unt uk meminimalisasi munculnya risiko sist emik sebagai akibat adanya kegagalan pesert a kliring dalam memenuhi kew ajiban set t lement-nya (Failure t o Set t le). Dana pref und disediakan oleh bank untuk menutup akt ivit as t ransaksi hariannya dan sekaligus juga sebagai dana cadangan menutup kemungkinan t erjadi mismat ch dalam t ransaksi kliring. Pref und dapat berupa dana t unai (cash pref und) dan/at au surat berharga (colat eral pref und). Jumlah pref und yang disediakan dapat dit ambah sepanjang jam operasional kliring.

Kinerja Sistem Kliring

Bank Indonesia t erus mengupayakan sist em kliring dapat berf ungsi secara ef isien, cepat , handal dan aman agar dapat menjadi pendorong pert umbuhan ekonomi, media yang ef ekt if bagi kebijakan monet er dan st abilit as sist em keuangan sert a dimanf aat kan secara luas oleh masyarakat .

Sist em kliring merupakan salah sat u inf rast rukt ur sist em pembayaran yang t erus

menerus dikembangkan seiring

perkembangan t eknologi dan kebut uhan masyarakat . Semula sist em kliring masih belum t erint egrasi secara nasional bahkan

masih ada yang manual sehingga

penyelesaian t ransf er melalui kliring bisa sampai dua hari, namun saat ini dengan memanf aat kan perkembangan t eknologi


(27)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 yang baru, t elah dapat t erint egrasi secara

nasioanal sampai ke daerah-daerah pelosok, sehingga t ransf er dana bisa diselesaikan hanya dalam sat u hari saja t erut ama bagi bank-bank yang sist em int ernalnya sudah on line.

Pengint egrasian sist em kliring dengan SKNBI t ersebut memberikan empat manf aat bagi pengunanya. M anf aat pert ama adalah ef isiensi w akt u. Sepanjang sist em int ernal bank pesert a sudah sepenuhnya t erhubung (f ully online), t ransf er dana ke seluruh Indonesia t ermasuk yang berada di daerah t erpencil dapat diselesaikan pada hari yang sama.

M anf aat kedua adalah ef isiensi biaya. Dit iadakannya sist em pert ukaran fisik w arkat (paperless) khususnya unt uk t ransf er kredit t elah menghemat biaya pencet akan dan handling w arkat , belum t ermasuk biaya penghemat an sumber daya manusia dan peralat an penunjang lain. Dengan demikian, biaya pelayanan bank kepada masyarakat diharapkan bisa lebih murah.

M anf aat ket iga adalah peningkat an ef isiensi pengelolaan likuidit as bank. M elalui SKNBI monit oring posisi kliring tiap pesert a menjadi lebih mudah karena selain dapat diperoleh secara online, juga inf ormasinya t elah t erint egrasi secara nasional sehingga set iap bank hanya memiliki sat u posisi kliring. M anf aat keempat adalah dukungan t erhadap percepat an pert umbuhan ekonomi negara. Perput aran arus dana secara real t ime yang makin cepat diharapkan dapat meningkat kan akt ivit as ekonomi masyarakat ,

memberikan ef isiensi t erhadap perbankan dan pelaku bisnis yang pada gilirannya mendorong pert umbuhan ekonomi Indonesia.

Sampai dengan t ahun 2007,

implement asi SKNBI t elah dilakukan di seluruh Indonesia sebanyak Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) yang t erdiri dari 37 Kant or Bank Indonesia ( KBI ) dan 71 kant or bank

yang memperoleh perset ujuan Bank

Indonesia unt uk mengelola dan

menyelenggarakan SKNBI. Jaringan

Komunikasi Dat a (JKD) yang t erkoneksi ke Sist em Sent ral Kliring (SSK) t erdiri dari 128 Terminal Pesert a Kliring (TPK) dan 108 Komput er Penyelenggara Kliring (KPK).

Kehandalan sist em SKNBI mampu melayani permint aan down load maupun up load secara simult an dat a dari 108 KPK dan 128 TPK secara bersamaan dan mampu memproses dat a sebanyak lebih kurang lebih 500 ribu t ransaksi perhari. Saat ini volume rat a-rat a t ransaksi yang diproses masih berada dibaw ah kapasit as yaitu sebesar 318 ribu t ransaksi. Selain it u BI selaku Penyelenggara Kliring Nasional (PKN) juga t elah menyiapkan Disast er Recovery Plan (DRP), Disast er Recovery Cent re (DRC), dan Business Continuit y Plan (BCP) unt uk meyakinkan sist em SKNBI t elah didukung oleh inf rast rukt ur yang handal dalam menekan/menghilangkan downt ime.

Bank pesert a kliring juga diw ajibkan unt uk memiliki backup syst em yang memadai dan secara berkala melakukan ujicoba backup syst em dimaksud untuk memast ikan segala sesuat unya berjalan dengan baik. Selama t ahun 2007, BI t elah mengadakan 3 kali uji


(28)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 coba kesiapan sist em yang krit ikal dan

kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi keadaan darurat (gangguan

at au bencana) yang melibat kan

penyelenggara dan seluruh pesert a kliring. Unt uk memast ikan keamanan sist em SKNBI dari kemungkinan adanya celah yang dapat dimanf aat kan oleh hacker, secara berkala t elah dilakukan securit y audit t erhadap aplikasi maupun net w ork.

Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan M enggunakan Kart u

Perkembangan Alat Pembayaran dengan M enggunakan Kart u (APM K)

Pref erensi masyarakat dalam bert ransaksi yang cenderung ke arah penggunaan pirant i non t unai khususnya berbasis kart u (card based), semakin mendongkrak nilai dan volume t ransaksi pembayaran dengan inst rumen yang t erdiri dari kart u kredit, kart u account based (ATM dan ATM +Debit )1. Hal ini dibukt ikan dengan adanya hasil survei yang dilakukan pada t ahun 2006 dan 20072, t erindikasi bahw a t elah t erjadi pergeseran pref erensi dari penggunaan inst rumen pembayaran yang berbasis kert as (paper based) sepert i uang kert as, cek dan bilyet giro, ke inst rumen pembayaran berbasis kart u (card based) sepert i kart u ATM +kart u debet dan kart u kredit . Pergeseran pref erensi ini t erjadi karena inst rumen kart u dinilai dapat

1 Pencat at an t ran saksi Alat Pembayaran M enggunakan Kart u

(APM K)khusus yang bersif at account based sejak t ahun 2006 t idak lagi didasarkan at as jenis kart u (ATM , Debet dan ATM +Debet ), t api lebih dikat egorisasikan berdasarkan f ungsi t ransaksi. Hal ini mengingat f ungsi produk APM K khususnya yang account based saat ini sangat bervariasi dan sangat cepat berubah.

2

S Cash

Persepsi, Pref erensi dan Perilaku M asyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa t erhadap Sist em Pembayaran Non Tunai (2006) dan Survey Komposisi Tabungan yang Digunakan unt uk Akt if it as Pembayaran (2007)

memenuhi kebut uhan masyarakat dan pelaku bisnis yang semakin menghargai w akt u dan sadar akan pent ingnya keamanan dalam bert ransaksi. Hasil survei yang sama juga menunjukkan sebagian masyarakat di perkot aan sudah mulai mengenal inst rumen kart u digit al dalam bent uk elect ronic money (E-money) yang biasa disebut kart u prabayar.

Selain pergeseran pref erensi, t eknologi yang berkembang pesat dan maraknya inovasi, t elah pula meningkat kan penggunaan inst rumen non t unai. Di pasar rit el, sudah banyak lembaga keuangan yang memanf aat kan t eknologi e-banking yang meliput i int ernet banking, mobile banking dan phone banking sebagai sarana t ransf er dana. Dengan berbekal sist em yang robust, handal, w ell securit y aw areness,

lembaga-lembaga keuangan t ersebut mampu

mencipt akan suat u sist em yang lebih ef isien dalam segala hal. E-banking t elah mengakomodir kebut uhan masyarakat khususnya perkot aan yang kian menunt ut kemudahan akses dan kecepat an bert ransf er

dana. Hal ini dibukt ikan dengan

pert umbuhan pemanf aat an e-banking pada t ahun 2007 mencapai 27% dibanding t ahun sebelumnya.

Sampai dengan akhir t ahun 2007,

jumlah alat pembayaran dengan

menggunakan kart u (APM K) yang beredar mencapai 44,6 jut a, t erdiri dari kart u kredit , kart u ATM , kart u ATM yang sekaligus berf ungsi sebagai kart u debit (ATM +Debit ) sert a kart u prabayar. Nilai yang dit ransaksikan mencapai Rp1,7 ribu t riliun dengan volume sebesar 1.200 jut a t ransaksi.


(29)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Dibandingkan t ahun 2006 t erjadi

pert umbuhan volume dan nilai t ransaksi sebesar 13,2% dan 37,1%.

Akt if it as t ransaksi APM K pada t ahun 2007 kian marak oleh adanya penambahan f asilit as, f ungsi dan f it ur- f it ur yang beragam dari kart u kredit, ATM dan kart u ATM +Debit . Hal ini merupakan salah sat u upaya para penerbit APM K dalam bersaing merebut hat i para konsumennya. Bahkan tidak hanya itu, berbagai f asilit as diskon dan iming-iming

pemberian rew ard-pun seringkali

dit ambahkan untuk menarik masyarakat menggunakan APM K. Hal ini t ercermin dari semakin banyaknya pusat -pusat perbelanjaan

dan merchant yang ikut bergabung dalam program penerbit kart u unt uk lebih mengedepankan penerimaan pembayaran dengan menggunakan kart u debet , kart u kredit maupun kart u prabayar. Jumlah merchant APM K t ercat at t elah mencapai 127,2 ribu, yang sebagian besar t ersebar di perkot aan.

Selain itu perkembangan t eknologi

juga memainkan peranan penting.

M asyarakat kian dimanjakan oleh adanya berbagai kecepat an dan kemudahan dalam

bert ransaksi menggunakan kart u.

Ket ersediaan inf rast rukt ur dan dukungan jaringan APM K juga t erus mengalami peningkat an baik dari sisi jumlah maupun kualit as pelayanan. Pada t ahun 2007, jumlah mesin ATM dan EDC mencapai 18,9 ribu dan 201,5 ribu unit . Berbagai f akt or t ersebut t elah berkont ribusi posit if meningkat kan akt if it as pembelanjaan masyarakat menggunakan APM K sebesar 30,4%.

Unt uk lebih meningkat kan ef isiensi penyelenggaraan APM K, Bank Indonesia t elah memf asilit asi penyusunan st andarisasi inst rumen non t unai unt uk mencapai cit a-cit a cit a-cit a int eroperabilit y ant ar penyelenggara jasa pembayaran. Khusus unt uk kart u ATM dan Debet , upaya f asilit asi sudah mulai t erlihat hasilnya dengan dibuat nya not a kesepahaman yang diyakini merupakan komit men aw al dalam melet akkan dasar bagi perumusan st andarisasi t eknis t eknologi chip unt uk kart u ATM dan kart u debit. Sement ara unt uk int eroperabilit y pada e-money t erus dilakukan melalui pert emuan secara akt if dengan penerbit maupun calon penerbit e-money unt uk mengembangkan f it ur-f it ur


(30)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 yang dapat saling int eroperabel sehingga

dapat t ercipt a ef isiensi secara nasional.

Sebagai inst rumen yang

menggunakan t eknologi tinggi, APM K juga menghadapi berbagai ancaman risiko f raud yang kerap muncul sebagai ekses dari perkembangan t eknologi it u sendiri. Cat at an kejadian f raud selama 2007 t erdapat 532 ribu kasus yang t erdiri dari pencurian ident it as, penggunaan kart u yang dilaporkan hilang at au pemalsuan kart u. M enghadapi hal ini, Bank Indonesia selaku regulat or dan pengaw as indust ri APM K memiliki concern unt uk menurunkan kasus f raud, salah sat unya adalah dengan mengupayakan penggunaan t eknologi chip pada seluruh indust ri APM K. Hal ini berart i melakukan migrasi secara bert ahap seluruh elemen inst rumen kart u dari penggunaan t eknologi pit a magnet ic ke t eknologi chip.

Perkembangan Transaksi APM K

Pert umbuhan indust ri APM K t erut ama didorong oleh pert umbuhan kart u account based (ATM dan ATM +Debit ). Jenis int rumen ini secara indust ri mendominasi baik dari jumlah kart u sebesar 77,4% , nilai t ransaksi sebesar 96% maupun volume sebesar 95,8% t ransaksi. Sement ara sisanya t erbagi diant ara kart u kredit dan kart u prabayar yang merupakan salah sat u jenis e-money.

Kart u ATM dan ATM + Debet (Account Based Card)

Akt ivit as t ransaksi kart u ATM dan ATM + Debet pada t ahun 2007 cenderung meningkat dibandingkan t ahun 2006. Jumlah kart u meningkat 19% dari sebelumnya sebanyak 29,6 jut a kart u menjadi 35,2 jut a kart u. Sedangkan volume t ransaksi mengalami peningkat an sebesar 14 % sebanyak 943 jut a t ransaksi pada t ahun 2006 menjadi 1,1 jut a t ransaksi pada t ahun 2007. Demikian pula unt uk nominal t ransaksi t erjadi peningkat an sebesar 42 % dari Rp 1.183 t riliun pada t ahun 2006 menjadi Rp1.679 t riliun pada t ahun 2007. Peningkat an volume dan nilai t ransaksi mencerminkan adanya peningkat an akt ivit as ekonomi masyarakat selama t ahun 2006, berbagai akt if it as yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan kart u ATM dan ATM +Debet adalah penarikan t unai, belanja, sert a t ransf er dana int erbank dan ant arbank.


(31)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 Berdasarkan jenis t ransaksi, akt if it as

t ransf er int erbank mendominasi dengan nilai t ransaksi sebesar Rp1.075 t riliun (64 % ), diikut i penarikan t unai sebesar Rp.559 t riliun (33 % ), akt if it as belanja sebesar Rp29.383 miliar (2% ) dan sisanya t ransf er ant arbank sebesar Rp15.500 miliar (1% ). Tingginya volume akt if it as penarikan t unai dan t ransf er lebih disebabkan karena t ujuan penyediaan f asilit as ATM oleh bank adalah unt uk mengurangi jumlah akt ivit as t arik t unai dan t ransf er melalui count er bank.

Di sisi lain akt if it as belanja, t ransf er int erbank dan t ransf er ant arbank yang meningkat menunjukkan adanya animo masyarakat unt uk menggunakan kart u sebagai inst rumen non t unai. Pot ensi ini masih dapat t erus dit ingkat kan dengan lebih memperhat ikan berbagai aspek yang dinilai pent ing oleh masyarakat berupa keamanan, aksesibilit as, dan kecepat an pelayanan. Akt if it as belanja menggunakan kart u debet bisa dikat akan hampir menyamai besarnya akt if it as dengan menggunakan kart u kredit . Trend pada graf ik menunjukkan peningkat an penggunaan kart u debet sejalan dengan peningkat an pada penggunaan kart u kredit sebagai inst rumen pembayaran. Hal ini cukup menggembirakan karena berart i masyarakat cenderung lebih bert anggungjaw ab dalam

melakukan pembelanjaan dengan

menggunakan kart u. Secara perekonomian, kondisi yang demikian juga lebih baik karena akt ivit as pembelanjaan dengan kart u debet dilakukan dengan menggunakan kekuat an f inansial masyarakat sement ara pada kart u kredit menggunakan pirant i hut ang dari penerbit , sehingga berpot ensi meningkat kan jumlah kredit konsumsi.

Tren peningkat an berbelanja dengan menggunakan kart u debet juga disebabkan karena f akt or ef isiensi dalam bert ransaksi. Berbelanja dengan kart u debet dikenakan biaya yang relat if murah dibandingkan dengan kart u kredit karena hanya perlu membayar biaya administ rasi rekening bulanan, sement ara pada kart u kredit selain biaya administ rasi juga dikenakan biaya keanggot aan, bahkan denda ket erlambat an apabila lalai membayar t agihan.

Pangsa pengguna kart u debet sangat besar karena persyarat an yang diperlukan agar seseorang dapat memiliki kart u debet sangat mudah dan ringan, t idak diperlukan persyarat an yang rumit sepert i kart u kredit . Cukup dengan membuka rekening di bank, orang dapat langsung memiliki kart u debet . Tidak diragukan lagi bahw a kart u ini dimasa


(32)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 dat ang lebih berprospek sebagai inst rumen

non t unai ut ama yang digunakan unt uk berbelanja oleh masyarakat .

Akt if it as t ransf er ant arbank juga

mengalami peningkat an. Hal ini

dimungkinkan karena adanya f asilit as yang disediakan oleh penyelenggara jaringan ATM ,

dimana seluruh bank yang menjadi

anggot anya dapat melakukan t ransf er

Tabel Jumlah Pesert a Jaringan Sw ict hing ATM dan Debit

ant arbank pada jaringan ATM t ersebut . Alt ernat if ini menambah pilihan bagi masyarakat unt uk melakukan t ransf er dana ant ar bank.

Saat ini di Indonesia beroperasi t ujuh jaringan penyelenggaraan ATM yang t erdiri dari lima jaringan lokal dan dua jaringan int ernasional. Sement ara untuk jaringan penyelenggaraan kart u debit t erdiri dari 3 jaringan yang t erdiri dari 2 jaringan lokal dan 2 jaringan int ernasional. Jumlah bank anggot a jaringan t ersebut t erlihat sebagaimana t abel jumlah pesert a jaringan sw it ching ATM dan Debit .

Transaksi Kart u Kredit

Secara umum, selama t ahun 2007 indust ri kart u kredit mengalami pert umbuhan yang cukup pesat dibanding t ahun sebelumnya. Jumlah kart u kredit yang beredar meningkat sebesar 11,7% yaitu dari 8,2 jut a kart u pada t ahun 2006 menjadi 9,2 jut a kart u pada t ahun 2007. Sement ara it u nilai t ransaksi sebesar Rp72,8 t riliun at au meningkat 26,9% (dari Rp57,3 t riliun) dan volume t ransaksi mencapai 129,5 jut a at au meningkat 13,7% (dari 113,9 t ransaksi).

Pert umbuhan indust ri kart u kredit ini t ak lepas dari adanya peningkat an kebut uhan konsumsi masyarakat dan gencarnya kegiat an promosi dari para penerbit kart u kredit . Berbagai cont oh bent uk promosi yang dit aw arkan adalah f asilit as pot ongan harga unt uk t ransaksi belanja di merchant t ert ent u,

pemberian rew ard berupa barang,

pembebasan iuran t ahunan, at au tingkat suku bunga kredit yang kompet itif . Bahkan dalam menjaring calon pemegang kart u, Graf ik p rosent ase t ransaksi kart u debet

Jaringan ATM Bank Peserta

Lokal ATM Bersama 70

Link 4

Prima 30

Alto 15

Cakra 3

Internasional Cirrus 9

Plus 10

Jaringan Debit

Lokal Debit BCA 22

Debit ATM Bersama 70

Kartuku 2

Internasional Visa Electron 10


(33)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 sejumlah penerbit secara akt if memasarkan

produknya diant aranya dengan

mempermudah proses aplikasi permohonan kart u kredit .

Selain berbagai f akt or t ersebut ,

beberapa hal lain yang mendorong

peningkat an penggunaan kart u kredit oleh masyarakat diant aranya manf aat ef isiensi dalam bert ransaksi, dengan menggunakan kart u kredit masyarakat t idak perlu membaw a uang tunai dalam jumlah besar unt uk membeli suat u barang, misal elekt ronik. Penggunaan t eknologi chip yang dilakukan secara bert ahap mulai akhir t ahun

2006 juga semakin meningkat kan kualit as pengamanan kart u kredit , sehingga meningkat kan keyakinan masyarakat akan kart u kredit .

Jumlah penerbit kart u kredit pada t ahun 2007 sebanyak 21 lembaga, yang t erdiri dari perbankan dan lembaga keuangan bukan bank. Semua penerbit kart u kredit t ergabung dalam beberapa jaringan prinsipal asing yait u Visa, M ast ercard, JCB, dan sat u jaringan prinsipal lokal yaitu BCA Card. Komposisi penerbit dalam jaringan kart u kredit sebagaimana t able di baw ah ini.

Prinsipal Jumlah Penerbit

VISA 17

M ASTERCARD INTERNATIONAL

15 JCB INTERNASIONAL 2

BCA 1

Tabel Penerbit Kart u Kredit

Transaksi kart u kredit pada t ahun 2007 masih didominasi oleh akt ivit as pemegang kart u yang yang dit erbit kan oleh kelompok bank asing yang jumlahnya mencapai 2,78 jut a kart u (34,07% ) dengan nilai t ransaksi sebesar Rp32.4 t riliun dan volume t ransaksi sebanyak 59,3 jut a t ransaksi. M engikuti dominasi penerbit bank asing, akt ivit as pemegang kart u kredit yang dit erbit kan oleh kelompok Bank Umum Sw ast a Nasional (BUSN) merupakan kedua t erbesar dengan nilai t ransaksi sebesar Rp21,9 t rilliun dan volume t ransaksi sebesar 37,8% , yang berasal dari 2,75 jut a kart u (33,73% ). M eskipun demikian t ransaksi kart u kredit dari kelompok ini mengalami pert umbuhan paling pesat sebesar 25,96% pert ahun. Besarnya proporsi volume dan nilai dalam indust ri pert ahunnya juga mengalami pergeseran dari


(34)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 semula hanya sebesar 28% menjadi 31 %

unt uk nilai dan dari 26% menjadi 30% unt uk volume.

Akt if it as t ransaksi yang dilakukan oleh masyarakat dengan kart u kredit t erdiri dari dua macam yaitu untuk pembelanjaan dan penarikan t unai. Akt if it as pembelanjaan merupakan akt if it as t erbanyak yang dilakukan dengan proporsi 96% yait u Rp69,3 jut a miliar dari seluruh t ransaksi. Fakt a ini sesuai dengan perunt ukkan kart u kredit sebagai alat pembayaran. Akt if it as pembelanjaan dengan kart u kredit secara umum mengalami peningkat an sebesar 15% , namun demikian apabila dibandingkan dengan t ahun lalu, nilai pembelanjaan yang menjadi kredit (out st anding) mengalami penurunan dari semula 44% menjadi 39%.

Berbeda halnya dengan t ransaksi belanja, t ransaksi penarikan t unai mengalami

penurunan, proporsinya t urun dari sebesar 6% pada t ahun 2006 menjadi 4% pada t ahun 2007.

Hal ini dit engarai karena t ingkat suku bunga yang dikenakan unt uk penarikan t unai

relat if lebih tinggi dibandingkan dengan f asilit as kredit konsumsi lainnya, yait u berkisar ant ara 35-45% pert ahun.

Tot al out st anding yang t erbentuk dari seluruh akt if it as t ransaksi kart u kredit mencapai 41%. Jumlah ini meningkat dibandingkan t ahun sebelumnya yang hanya 33% . Kelompok Bank Pemerint ah memiliki prosent ase out st anding t ert inggi, disusul kelompok BUSN. Sement ara it u bank asing meskipun nilai out st anding-nya paling t inggi, prosent asenya relat if lebih baik karena diimbangi dengan nilai t ransaksi yang lebih besar.


(35)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007 Tabel Jumlah Out st anding Kart u Kredit

Kart u Prabayar/E-money

Inst rumen non t unai yang

penggunaannya mulai marak menghiasi kancah sist em pembayaran di Indonesia pada pert engahan t ahun 2007 adalah inst rumen prabayar yang berbent uk kart u. Kart u prabayar merupakan salah sat u bent uk inst rumen e-money. Sejak mulai dikeluarkan ket ent uan penerbit an kart u prabayar oleh Bank Indonesia, sejumlah calon penerbit dari berbagai inst it usi baik perbankan maupun lembaga selain bank (LSB) sepert i penyedia jasa t elekomunikasi, perdagangan rit el dan lainnya mulai mengajukan permohonan unt uk menjadi penerbit dan berencana memasarkan produk mereka ke masyarakat . E-money sendiri saat ini umumnya t erdiri dari dua bent uk yaitu cardbased dan operat or server based.

Sampai akhir t ahun 2007, t ercat at enam inst it usi t elah memperoleh ijin sebagai penerbit e-money. Salah sat u inst it usi yang t elah memperoleh ijin unt uk menerbit kan e-money adalah inst it usi penyedia jasa t elekomunikasi yang sebelumnya t elah memiliki pot ensial market yait u para pengguna jaringan t elepon seluler. Beberapa di ant ara mereka produknya mulai dapat dinikmat i oleh masyarakat secara luas. E-money mulai digunakan oleh masyarakat unt uk bert ransaksi di berbagai merchant di pusat -pusat perbelanjaan, mini market , sarana t ransport asi, dan jasa pencet akan f ot o

dengan berbagai f asilit as dan f it ur-f itur yang sangat kompet it if diant ara penerbit nya.

Penerbit an e-money lebih

diperuntukan bagi t ransaksi yang nilainya kecil, berulang dan membut uhkan proses pembayaran t ransaksi sangat cepat . Penggunaan e-money ini sangat mudah,

cukup dengan memasukkan sejumlah

nominal t ert ent u ke dalam kart u at au media elekt ronik lain, maka pemegang e-money dapat langsung bert ransaksi. Proses pengisian nilai ke dalam e-money pun cukup mudah dan cepat yait u secara digit al melalui berbagai count er-count er t ert ent u at au mini market sepert i halnya pengisian isi ulang pulsa elekt rik t elepon seluler.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 0 50000 100000 150000 200000 250000 Ja n u a ri F e b ru a ri M a re t A p ri l M e i Ju n i Ju li A g u st u s S e p te m b e r O k to b e r N o v e m b e r D e se m b e r R p R ibu

Grafik Perkembangan Transaksi Kartu Prabayar dan E-Money

Jumlah Kart u Volume Transaksi Nilai Transaksi

Selama t ahun 2007 jumlah e-money yang dit erbit kan mencapai 165,2 ribu unit dengan nilai t ransaksi mencapai Rp5.267 jut a dan jumlah t ransaksi mencapai 586 ribu t ransaksi. M eskipun akt ivit asnya relat if kecil dibandingkan inst rumen pembayaran lainnya, namun keberadaannya cukup menandakan bahw a masyarakat menyambut hangat e-money sebagai inst rumen pembayaran baru dan menjadi salah sat u alt ernat if dalam bert ransaksi. Akt ivit as t ransaksi e-money di masa dat ang diperkirakan akan t erus meningkat mengingat kebut uhan dan kesadaran masyarakat yang semakin t inggi


(1)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

kebijakan diskresi unt uk menyerap kelebihan likuidit as uang kart al di perbankan paska liburan hari raya keagamaan.

Graf ik 9. Perkembangan Out f low Uang Kart al

Graf ik 10.Perkembangan Inf low Uang Kart al

M asih cukup t ingginya kebut uhan uang kart al di 2007 t ercermin pula melalui jumlah out f low

yang lebih t inggi dari jumlah inf low at au t erjadi

net out f low. Jumlah net ouf low selama 2007

sebesar Rp41,6 t riliun at au naik 26,0% . Flukt uasi

net f low secara t riw ulanan di 2007 sejalan dengan t ahun sebelumnya, namun dengan jumlah yang lebih besar. Kenaikan net out f low

di t riwulan II t erut ama t erkait dengan kenaikan kebut uhan uang kart al menghadapi masa liburan dan pendaf t aran sekolah sert a didorong

pula oleh kenaikan gaji pokok dan pemberian gaji ke 13 bagi PNS di bulan Juni. Adapun kenaikan net out f low pada t riw ulan IV berhubungan dengan lonjakan kebutuhan uang kart al menghadapi hari raya keagamaan dan t ahun baru.

Graf ik 11.Perkembangan Net Flow Uang Kart al

Secara regional, penurunan out f low dan

inf low di seluruh KBI lebih t inggi

dibandingkan penurunan di wilayah KP. Jumlah out f low dan inf low diseluruh KBI masing-masing sebesar 45,7% dan 52,7% , sedangkan di w ilayah KP sebesar 31,1% dan 32,6% . Hal t ersebut disebabkan penerapan penyet oran uang t idak layak edar unt uk seluruh pecahan di w ilayah KP t elah diberlakukan sejak M ei 2006 penurunan sudah t erjadi sejak t riw ulan II-2006. Sedangkan penerapan di seluruh KBI baru dit erapkan di bulan Desember 2006 sehingga dampak langsung penurunan aliran uang kart al secara signifikan mulai t erjadi di aw al-aw al t ahun laporan (graf ik 12 dan graf ik 13).


(2)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Graf ik 12.Perkembangan Jumlah Out f low KP dan KBI

Graf ik 13.Perkembangan Jumlah Inf low KP dan KBI Jumlah net out f low di KP mengalami penurunan, sedangkan di w ilayah KBI t erjadi perubahan pola dari net inf low menjadi net out f low. Jumlah net

out f low di KP sebesar Rp24,2 t riliun at au t urun

28,8% % dari t ahun sebelumnya. Adapun di seluruh KBI, t erjadi net out f low sebesar Rp17,4 t riliun, sedangkan t ahun sebelumnya masih menunjukkan net inf low sebesar Rp1,0 t riliun. Jumlah net out f low di w ilayah KP mendekat i jumlah yang sama dengan t ahun 2002, dengan level inf low dan out f low yang lebih rendah. Hal ini dapat mengindikasikan kebut uhan uang masyarakat di w ilayah KP kart al lebih riil. Sedangkan perubahan pola net f low di KBI masih

t erjadi proses penyesuaian pasca penerapan uji coba set oran bayaran bank.

Graf ik 14.Perkembangan Net Flow KP dan KBI

Sebagaimana t ahun-t ahun sebelumnya, t erjadi net out f low di w ilayah KP dan KKBI luar Jaw a, sedangkan KKBI di w ilayah Pulau Jaw a masih menunjukkan net inf low. Net

out f low di KKBI luar Jaw a meningkat dari

Rp24,4 t riliun menjadi Rp31,9 t riliun. Adapun KKBI di Pulau Jaw a menunjukkan penurunan jumlah net inf low dari sebesar Rp25,4 t riliun menjadi Rp14,5 t riliun. M eskipun t erjadi peningkat an akt ivit as pembangunan ekonomi di luar Jaw a, namun kondisi t ersebut belum menggambarkan kondisi kebut uhan riil uang kart al di w ilayah KKBI di Jaw a maupun di luar Jaw a.

Pangsa inf low t erbesar masih berada di w ilayah KP dan Surabaya, masing-masing mencapai 29,5% dan 13,8%. Pangsa out f low

di wilayah KP, sempat mengalami penurunan di 2006 meningkat kembali di 2007 hingga mencapai 21,8% . Sedangkan pangsa t erbesar di w ilayah KKBI t erjadi pergeseran dari KKBI Bandung ke KKBI Surabaya. Pangsa di KKBI Surabaya meningkat dari 17,1% menjadi


(3)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

19,2% sedangkan di KKBI Bandung pangsanya menurun dari 20,7% menjadi 16,0% .

Graf ik 15.Pangsa Inf low Berdasarkan Wilayah Kerja

Graf ik 16.Pangsa Out f low Berdasarkan Wilayah Kerja

Posisi Kas Bank Indonesia

Perkembangan posisi kas BI selama 2007 berf lukt uasi sesuai dengan perkembangan kebut uhan uang kart al masyarakat . Posisi kas menunjukkan angka t erendahnya pada periode menjelang hari raya idul f it ri dan t ahun baru (graf ik 17). Rasio kecukupan posisi kas t erhadap rat a-rat a out f low lebih baik dari t ahun sebelumnya menjadi sekit ar 3-4 bulan rat a-rat a out f low. Peningkat an kualit as rasio t ersebut t erut ama disebabkan penurunan

rat a-rat a out f low sehingga memungkinkan BI dapat memelihara jumlah rat a-rat a posisi kas yang lebih rendah.

Graf ik 17.Perkembangan Persediaan Kas BI

Sejalan dengan kebut uhan denominasi uang masyarakat , sebagian besar posisi kas BI adalah pecahan Rp20.000 ke at as. Pada 2007, pecahan uang kert as Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing mencapai 51,3% dan 34,6% dari t ot al posisi kas BI (graf ik 18). Sement ara berdasarkan lembar/keping uang, pecahan t erbanyak adalah Rp1.000 dan 50.000 masing-masing sebesar 25,1% dan 23,2%. Dengan komposisi t ersebut, ket ersediaan uang kert as pecahan besar (Rp20.000 ke at as) mampu memenuhi 3 sampai 4 bulan rat a-rat a

out f low, uang kert as pecahan kecil mencapai

5 sampai 6 bulan rat a-rat aout f low, sert a ket ersediaan uang logam dapat memenuhi 9 sampai 10 bulan rat a-rat a out f low. Rasio t ersebut masih lebih t inggi dari rasio t ahun sebelumnya.


(4)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Graf ik 18.Komposisi Persediaan Kas BI Berdasarkan Nominal

Pemusnahan Uang

Pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) berupa uang lusuh, uang rusak, uang cacat , sert a uang yang t elah dicabut dan dit arik dari peredaran dilakukan dalam rangka menjaga kualit as uang kart al yang diedarkan. Secara nominal, jumlah uang yang dimusnahkan selama 2007 menurun sebesar 7,2% . Berdasarkan jumlah lembar, pemusnahan uang juga menurun 14,6%.

Perkembangan pemusnahan uang selama 2007 menunjukkan kecenderungan menurun sampai dengan bulan Okt ober. Kenaikan pemusnahan uang meningkat cukup signif ikan di bulan Januari dan November t erut ama dipengaruhi kenaikan inflow pasca periode t ahun baru dan hari raya lebaran (graf ik 19).

Graf ik 19.Tren Pemusnahan Uang

Pemusnahan uang t ert inggi t erjadi di Kant or Pusat sebesar 24,2% , menurun dari t ahun sebelumnya yaitu 31,0%. Sedangkan pangsa pemusnahan uang di KKBI Surabaya meningkat dari 16,8% menjadi 22,8% . Selama 3 t ahun t erakhir, pangsa pemusnahan uang di w ilayah KKBI Bandung menunjukkan peran yang semakin mengecil, sebaliknya di w ilayah KKBI Surabaya mulai menunjukkan pangsa yang makin meningkat .

Graf ik 20.Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Wilayah

Secara nominal, pangsa pemusnahan uang pecahan Rp50.000 masih merupakan yang t erbesar meskipun dalam 3 t ahun t erakhir


(5)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

cenderung menurun. Sedangkan pangsa pemusnahan pecahan Rp100.000 mulai meningkat , dan pangsa pemusnahan uang pecahan Rp20.000 semakin mengecil (graf ik 21). Berdasarkan lembar pemusnahan uang, jumlah t erbesar uang yang dimusnahkan masih sejalan dengan t ahun sebelumnya yait u pecahan kecil Rp10.000 ke baw ah dan Rp50.000, yang mencapai masing-masing sebesar 67,5% dan 17,7% dari tot al lembar uang yang dimusnahkan.

Graf ik 21.Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Nominal

Graf ik 22.Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Lembar/Keping

Perkembangan Temuan Uang Palsu

Rasio t emuan uang palsu menurun di 2007. Beberapa f akt or yang mempengaruhi ant ara lain berbagai upaya penanggulangan meluasnya peredaran uang palsu dan semakin meningkat nya pemahaman masyarakat t erhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah. Rasio t emuan uang palsu selama 2007 t ercat at 8 lembar t emuan uang palsu per sat u jut a lembar uang kert as yang diedarkan. Rasio t ersebut menurun dibandingkan t ahun sebelumnya yang mencapai 17 lembar t emuan uang palsu per sat u jut a lembar uang kert as yang diedarkan. Berdasarkan pecahannya, t emuan uang palsu sebagian besar adalah Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar 47,6% dari 39,6% . Adapun sumber t emuan, sebagian besar berasal dari pengungkapan kasus pemalsuan uang oleh Kepolisian RI yang mencapai 18,0% , sedangkan t emuan uang palsu oleh perbankan/BI mencapai 82,0% dari t ot al t emuan uang palsu selama 2007

Berdasarkan w ilayah, t emuan uang palsu t erbesar masih bersumber dari wilayah Pulau Jaw a, yait u dari wilayah KKBI Surabaya (33,2% ), Kantor Pusat (27,0% ), dan KKBI Semarang (13,4% ).


(6)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Tabel 5. Persent ase Perkembangan Temuan Uang Palsu Tahun 2006

Kant or Koordinat or

2007

Tw -I Tw -II Tw -III Tw -IV Tot al

Kant or Pusat 19.9 30.7 33.0 28.8 26.9

M edan 0.8 1.0 0.5 1.7 1.0

Padang 0.4 16.1 0.5 0.4 4.5

Bandung 12.1 3.2 6.1 4.7 7.1

Semarang 10.8 12.8 13.4 18.5 13.4

Surabaya 22.2 34.4 39.5 45.3 33.2

Banjarmasin 29.9 0.2 6.4 0.4 11.9