135241 AKJ 2010 04 12 Melukis Di Pasar Ngasem

PASAR NGASEM DIKENANG DALAM LUKISAN
NARASI:
PASAR BURUNG NGASEM hari itu benar-benar jadi dunia lain// Tak hanya ocehan
burung yang terdengar bersahut-sahutan/ dan tak hanya pedagang dengan pengunjung
pasar Ngasem yang mewarnai pasar tradisional yang berlokasi di situs budaya kraton
Yogyakarta// Siang itu/ ocehan burung berbaur dengan suara musik yang disajikan
secara live di salah satu rumah bekas tempat jual beli burung merpati// Di bawah
tenda sederhana/ pengunjung dengan setia menikmati berbagai aliran musik yang
disajikan secara bergantian//
Di kawasan yang sama/ puluhan orang/ dari anak kecil hingga kakek-kakek/ tampak
sangat serius melukis suasana di dalam pasar Ngasem// Bahkan tak tanggungtanggung// Pelukis kaliber dunia seperti Kartika Affandi terlihat baru saja selesai
melukis/ sambil duduk di atas kursi roda// Pelukis yang karyanya bisa laku ratusan
juta rupiah per lukisannya/ yakni Nasirun terlihat sedang melayani pertanyaan
pengunjung sambil terus menyelesaikan lukisannya//
Inilah ekspresi sebagian pelukis yang berhasil direkam apakabarjogja rbtv//
=====visual para pelukis yang sedang in action=====
Sementara itu/ ditengah ratusan orang yang berada di sekitar panggung musik/ pelukis
gaek Joko Pekik juga terlihat berbaur dengan pelukis-pelukis lain setelah
menyelesaikan karyanya// Jadilah pasar Ngasem dunia lain dari biasanya// Peristiwa
langka yang hanya terjadi sekali di tempat ini/ adalah sebagai rangkaian persiapan
boyong pedagang binatang piaraan/ yang akan dipindah ke lokasi baru/ pasar burung

yang lebih gampang diingat dengan nama pasar burung Dongkelan//
Lokasi pasar ini berada di dekat perbatasan Kota Yogyakarta dengan kabupaten
Bantul/ dan hanya 200-an meter di sebelah utara perempatan ringroad selatan
Dongkelan// Pasar burung Dongkelan dibangun dengan menelan biaya lebih dari 5
miliar rupiah// Persiapan kepindahannya memang sudah matang// lokasi baru sudah
siap menampung 215 bakul burung dan satwa piaraan lain// Bahkan pedagang yang
belum memiliki kartu tanda anggota pedagang pasar Ngasem pun bisa tertampung//
Di pasar tradisional yang usianya lebih dari 100 tahun itu/ para pelukis itu memang
tidak sedang berlomba// Bila lomba/ pastilah kelasnya tidak seimbang antara pelukis
amatiran yang berhadapan dengan pelukis bertaraf internasional//
Menyaksikan kiprah para seniman lukis memang menarik// Ada perupa yang dengan
lincahnya meliak-liukkan telapak tanggannya yang sudah penuh dengan cat//
Bagaikan penari/ pelukis itu melukis kain kanvas bukan dengan kuas/ melainkan
dengan tangannya//
Ada pula seniman yang melukis di bawah terik matahari/ dengan dikitari sangkar dan
sepeda onthel butut// Ada lagi pelukis cilik yang juga tak beranjak dari terik matahari
hampir dua jam lamanya// Hanifiana Kartika Sari/ murid kelas 5 SD Muhammadiyah
Sleman/ terus menggoreskan kuas dan sesekali menorehkan cat ke kanvas dengan
telunjuk tangannya// Hani/ panggilan akrab murid SD yang piawai melukis ini/


memang sejak kelas 2 sudah terlihat bakatnya// Olah orangtuanya kemudian
dimasukkan dalam sanggar lukis// Merasa kurang variasi/ maka Hani minta berhenti
melukis di sanggar// Hingga akhirnya didatangkanlah guru lukis ke rumahnya// Dan
sejak kelas 3/ Hani sudah mulai sering mengikuti lomba//
Selaku penanggungjawab gelar melukis di pasar Ngasem/ Kompi Setyono menilai
acara ini berhasil karena diikuti oleh pelukis-pelukis senior Indonesia//
Statement: Kompi Setyono
(Penanggungjawab Melukis di PasarNgasem)
Lukisan Ngasem menjelang boyongan ke Dongkelan tetap akan dapat dinikmati//
Sebab/ ratusan karya seni tentanbg kehidupan pasar Ngasem akan dipamerkan di
pasar baru Dongkelan secara periodik// Apalagi/ bila kelak pasar seni di bekas pasar
Ngasem sudah terwujud// Pastilah kenangan pasar Ngasem dalam lukisan akan
menjadi perhatian tersendiri bagi pengunjung// Selamat tinggal Pasar Ngasem// Kalau
sudah terbang -------(pause)--------- ingat ekornya//
Widi Nugroho / a -er - em / melaporkan untuk apakabarjogja / rbtv//

News reader : PASAR NGASEM DIKENANG DALAM LUKISAN
PASAR BURUNG NGASEM hari itu benar-benar jadi dunia lain // Siang itu / ocehan
burung berbaur dengan suara musik yang disajikan secara live di salah satu rumah
bekas tempat jual beli burung merpati // Di kawasan yang sama/ puluhan orang/ dari

anak kecil hingga kakek-kakek / tampak sangat serius melukis suasana di dalam pasar
Ngasem // tak tanggung-tanggung / Pelukis kaliber dunia seperti Kartika Affandi dan
Nasirun joko pekik turut turut meramaikan ///

PULO CEMETI
Ketika pertama kali mendengar orang menyebut ‘Pulo Cemeti’, Anda mungkin
berpikir itu merupakan sejenis pulau yang bernama Cemeti. Kenyataannya tidak
demikian. Pulo Cemeti adalah peninggalan budaya berbentuk bangunan runtuh yang
terletak di belakang Pasar Ngasem. Karena tinggi, saat ini orang-orang
menggunakannya untuk melihat keindahan kota Yogyakarta. Anda tinggal menaiki
tangganya dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas.
Sangat indah. Anda juga bisa menikmati matahari terbit dan terbenam sambil
ditemani oleh angin sepoi-sepoi.
Pulo Cemeti adalah tempat wisata peninggalan sejarah budaya berbentuk bangunan
runtuh yang letaknya di belakang Pasar Ngasem. Masyarakat sekitar ataupun
wisatawan sering menggunakan Pulo Cemeti untuk melihat keindahan kota
Yogyakarta, karena tempatnya cukup tinggi. Anda tinggal menaiki tangga di Pulo
Cemeti dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas.
Sangat indah lagi jikalau Anda juga menikmati matahari terbit dan terbenam dari atas
Pulo Cemeti ini.


Melihat Yogya dari "Pulo Cemeti"
Friday, 19 September 2008 17:07 administrator

Wisatawan dari India sedang
menikmati Yogya dari atas Pulo
Cemeti
YOGYAKARTA – Ada sebuah
bangunan bersejarah yang unik di
Yogya. Namanya, 'Pulo Cemeti', sebuah
benteng peninggalan yang dibangun
tahun 1765.
Secara geografis, letak benteng 'Pulo
Cemeti' sendiri sejajar dengan ini
Gunung Merapi dan Pantai Selatan.
Lebih tepatnya terletak di kawasan
Tamansari, sekitar 20 menit dari
Malioboro.
Dari 'Pulo Cemeti' kita dapat melihat keindahan kota Yogya dari atas. Selain panorama Yogya,
Anda juga dapat melihat aktivitas pasar hewan Ngasem. Dan, jika cuaca cerah Anda akan

disuguhi indahnya matahari terbenam di ufuk barat.
Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung di tempat ini. Di bulan
Ramadhan seperti saat, banyak orang yang ngabuburit (menunggu datangnya waktu
berbuka-red).
“I love this place, with a good people (saya menyukai tempat ini dan orang-orangnya yang
baik serta ramah),” ucap Ashyizs wisatawan India yang ditemui N-News (19/9).
Untuk sampai di 'Pulo Cemeti', tidaklah sulit. Dari Stasiun Tugu Yogyakarta, Anda dapat naik
andong maupun becak. Ongkosnya sekitar Rp10 ribu. Jika dari Terminal bus Giwangan, Anda
dapat naik Bus Kota jalur 5 membayar Rp 2.500 saja, dan turun pasar hewan Ngasem.
Dari Ngasem, Anda tinggal berjalan kaki saja sambil melihat-lihat kawasan pemandian
Tamansari serta masjid "Sumur Gemuling" yang di bawah tanah. Seluruhnya masih satu
komplek dengan Pulo Cemeti. Cobalah sesekali datang ke 'Pulo Cemeti'. danar wulandari

Ngasem, Pasar Burung Tertua di Yogyakarta
Berkelana ke Pasar Ngasem bisa dikatakan keharusan setelah mengunjungi Kraton
Yogyakarta. Selain karena lokasinya yang hanya 400 meter barat Kraton, juga karena
pasar ini akan memberikan info penting tentang apa yang dianggap bergengsi di masa
kerajaan dahulu. Setelah kuda sebagai alat transportasi dan keris sebagai senjata,
burung ada di tempat ketiga sebagai pengukur status sosial. Pasar Ngasem
menawarkan berbagai macam burung dengan keindahan kenampakan dan suaranya,

serta kegiatan para pecintanya.
Sebuah bukti berupa foto menunjukkan bahwa Pasar Ngasem dengan barang
dagangan utamanya berupa burung telah ada sejak tahun 1809. Letaknya yang tak
jauh dari Kraton dimaksudkan agar para bangsawan mudah mengaksesnya. Sekitar
tahun 1960-an, pasar ini semakin identik dengan burung setelah pedagang burung dari
pasar Beringharjo dipindahkan ke tempat ini. Bukan hal mengherankan bila banyak
turis menyebut pasar ini dengan bird market karena areal perdagangan burung
sepertiga dari luas pasar.

Areal jual beli burung dijumpai dengan berbelok ke kiri dari pintu masuk. Burung
perkutut yang dahulu laris dibeli para bangsawan hingga kini masih menjadi salah
satu barang dagangan utama pasar ini. Jenis lain yang laris adalah kutilang, kepodang,
emprit, prenjak, jalak, dan parkit. Burung yang jarang dibeli namun cukup menarik
adalah burung hantu yang anakannya dijual Rp 35.000,-. Salah satu kios burung
bahkan menjual burung elang yang kini telah terjual seharga Rp. 350.000,-. Selain
binatangnya, kios burung juga menyediakan perlengkapan pemeliharaan seperti
kandang dan pakan.
Pasar Ngasem memiliki nuansa berbeda dengan pasar burung lain. Di pasar ini,
pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan burung saja, tetapi juga
pertunjukan yang digelar oleh para pecinta burung. Misalnya, pertunjukan keahlian

burung dara untuk terbang kembali ke kandang dan adu kemerduan suara berbagai
macam burung. Dari pertunjukan itulah biasanya ada calon pembeli yang merasa
tertarik dan kemudian rela membayar berapa pun harganya. Penjual kadang juga mau
mengajari melatih burung agar dapat berkicau atau sekedar bercakap-cakap tentang
cara memelihara burung.
Kalau mau berkeliling, anda juga akan mengetahui bahwa Ngasem tak hanya menjual
burung, tetapi juga binatang lain. Berbelok ke kanan dari areal penjualan burung, akan
dijumpai kios pedagang ular. Menurut penjualnya, ular yang dijualnya langsung
ditangkap dari habitatnya. Jenis ular yang dijual mulai dari ular air hingga kobra dan
phyton. Bila ingin melihat, penjual akan mengambil peliharaannya agar pembeli dapat
melihat detailnya. Selain ular, kios itu juga menjual berbagai reptil seperti iguana dan
penyu. Seekor iguana kecil dijual dengan harga Rp 75.000 sementara bila telah besar
harganya mencapai ratusan ribu.
Menuju bagian barat pasar, anda akan menjumpai kios yang menawarkan ikan hias.
Jenis ikan dan harganya bervariasi. Ikan hias kecil yang suka berkoloni dijual dengan
harga Rp. 1000 per ekor. Ikan hias lain yang dijual adalah arwana dan lou han yang
dijual seharga ratusan ribu. Perlengkapan pemeliharaan ikan juga banyak dijual.
Mulai dari akuarium dengan berbagai bentuk, karang-karangan, tanaman hias untuk
akuarium, dan pakan ikan. Beberapa kios juga menyediakan jasa untuk set up
pemeliharaan ikan laut.

Selain ikan, burung, dan ular, binatang peliharaan lain yang dijual adalah anjing,
kucing, musang, berbagai jenis ayam hingga kelici dengan berbagai warnanya. Salah
satu kios juga menjual mencit dengan satu set tempat peliharaannya yang didesain
sebagai arena bermain sehingga pembeli dapat menikmati tingkah mencit layaknya
sirkus. Di bagian tengah pasar, terdapat pedagang yang menjual jangkrik. Biasanya,
jangkrik dibeli para pecinta burung untuk pakan dan anak sekolah yang ingin
mendengarkan suaranya.
Kalau lelah atau pun lapar, seperti pasar tradisional lainnya, Ngasem juga
menyediakan jajanan pasar. Salah satu jajanan yang khas adalah jenang gempol
(terbuat dari bulatan berbahan dasar tepung beras yang berasa gurih dipadu dengan
kuah dari santan dan sirup gula jawa yang manis) yang penjualanya bisa dijumpai di
bagian depan pasar. Jajanan lain adalah getuk, lupis, thiwul, dan gatot. Di sebelah kios
penjual burung juga tersedia warung-warung makan yang menjual soto dan nasi
rames. Penjelajahan ke Pasar Ngasem akan menjadi menyenangkan tentunya.

Pasar Ngasem, Pasar Burung Tertua
13/11/2005 10:39
Burung telah lama menjadi salah satu hobby dan lambang keberadaan seseorang
dalam adat Jawa. Bahkan memiliki burung sebagai perlambang hobby telah
disejajarkan dengan kepemilikan kuda sebagai alat transportasi, keris sebagai alat

pertahanan, wisma sebagai rumah, dan wanita sebagai lambang kehidupan dan
penghidupan. Kelimanya adalah syarat untuk menjadi priyayi.
Kebutuhan akan burung inilah yang agaknya menjadi sebab utama didirikannya pasar
burung Ngasem. Letaknya yang masih di dalam lingkup kraton, tepatnya sekitar 400
meter di sebelah barat dari Kraton Jogja, memudahkan para priyayi pada masanya
untuk dapat membeli burung di pasar ini.
Awal berdirinya pasar Ngasem sendiri tidak diketahui secara pasti, namun sebuah foto
dari tahun 1809 telah membuktikan bahwa keberadaan pasar Ngasem ini sendiri sudah
ada jauh sebelum foto itu diambil. Sekitar tahun 1960an, pasar burung yang berada di
wilayah pasar Bringharjo dipindahkan ke pasar Ngasem, mengakibatkan
perkembangan pasar Ngasem yang menjadi semakin luas.
Sebenarnya Pasar Ngasem tak hanya menjual burung, berbagai hewan peliharaan,
seperti ikan hias, reptil, dan kucing, dapat ditemui dalam pajangan di Pasar Ngasem.
Berbagai perlengkapan untuk pemeliharaan hewan-hewan tersebut juga
diperdagangkan di Pasar Ngasem. Namun memang prosentase terbesar hewan
dagangan yang dijual adalah berbagai jenis burung, mulai burung lokal hingga burung
hasil penangkaran burung mancanegara.
Letak Pasar Ngasem yang berhimpitan dengan Tamansari memberikan keuntungan
tersendiri bagi pasar ini. Tak hanya penggemar burung, banyak juga turis yang
menyempatkan diri untuk sekedar mampir dan melihat-lihat Pasar Ngasem sebelum

mereka mengunjungi Tamansari. Pasar Ngasem yang terletak di area kampung Taman
ini buka dari jam 9.00-16.00 WIB.(ind)

Boyongan Pasar Ngasem Akan Digelar
Joko Widiyarso - GudegNet

Sebagai salah
satu upaya
untuk
mengabadikan
Pasar Burung
Ngasem
sebelum
direlokasi,
Komunitas
Kampoeng
Boedaja Taman
Sari akan
menggelar
'Boyongan

Pasar NgasemBird Market
Farewell Party
(Solidarity and
Empathy
Event).
Rencananya, kegiatan ini akan dilakukan dengan cara melukis wujud fisik Pasar
Burung Ngasem untuk terakhir kalinya sebelum nantinya dipindahkan ke lokasi yang
baru di kawasan Busa Agro Jogja (BAJ) Dongkelan pada 7 April mendatang.
Menurut Ketua Penyelenggara kegiatan, Kompi Setyoko, kegiatan tersebut akan diisi
dengan lomba melukis pasar burung Ngasem untuk anak pada 28 Maret 2010 dan
lomba melukis serta membatik pasar burung Ngasem untuk umum dan seniman pada
11 April 2010.
"Tujuannya adalah untuk mendokumentasikan sudut-sudut dan suasana pasar burung
Ngasem sebelum dibongkar. Ini adalah usaha untuk mengenang kembali dalam
ingatan kita bahwa dalam perjalanan sejarah kota Yogyakarta khususnya wilayah
jeron Beteng itu pernah hadir sebuah pasar dengan segala keunikan dan kekhasan,"
ujarnya di Water Castle Cafe, Rabu (24/3).
Ditambahkannya, pada tanggal 22 April nanti juga akan dilaksanakan kirab pedagang
yang membawa simbol burung beserta kandang dan makanan pelengkapnya.
"Sekitar 300 orang pedagang akan berjalan dari pasar Ngasem menuju lokasi pasar
yang baru. Ini menunjukkan wajah-wajah dari pedagang yang akan pindah lokasi
tetapi tanpa menimbulkan keributan," tuturnya.
Sementara itu, 10 karya terbaik dalam lomba melukis anak nantinya akan menjadi
dokumentasi komunitas kampoeng boedaja Taman Sari untuk disandingkan bersama
karya seniman Taman Sari.
Waktu pendaftaran lomba akan dibuka mulai 22-26 Maret 2010 dengan peserta
dibatasi 100 orang. "Sehingga harapannya, nanti ada atau tidak ada pasar Ngasem,

suasana budaya tetap akan terasa disini dengan diabadikannya karya mereka,"
pungkasnya.

Berikut ini penjelasan Ketua Panitia Bantul Expo 2008/ Drs Bambang
Legowo MSi/ yang juga Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten
Bantul/ sebagaimana dituturkan kepada Reporter Apa Kabar Jogja
RBTV//
Statement:
Drs Bambang Legowo
(Ketua Penyelengtgara Bantul Expo 2008)
“Blalalala…………….lalalalalala…………….lalalalala”
Tim Apa Kabar Jogja RBTV melaporkan//

Namun dalam perkembangannya/ Jogjakarta seakan-akan menjadi sebuah
bandul yang terus terayun kekiri dan ke kanan/ terombang-ambing tak
menentu nasibnya// Akan dikemanakan Jogjakarta?/ Masihkah menjadi
daerah istimewa ataukah disamakan dengan daerah lain?/ tak banyak
orang tahu// Bola panas kini masih bergulir di pusat// Para wakil rakyat di
provinsi Jogjakarta pun kebingungan// Gubernur DIY ditetapkan ataukah
dipilih//
Padahal sejauh ini/ rakyat terus mendesak/ Gubernur dan Wakil Gubernur
dipangku Sultan dan Pakualam/ seiring dengan keistimewaan yang sudah
tak bisa dipisahkan dari perjalanan sejarah bangsa//
Ketika berlangsung acara Jalan Sehat Mubeng beteng Janur Kuning bulan
Maret lalu/ terjawab sudah/ bahwa ketidaksediaan menjadi gubernur
adalah sebuah manuver politik/ supaya ada kepastian tentang undangundang untuk DIY//
Karena makin tidak ada kejelasannya itulah/ Partai Golkar DIY terus
melakukan gerakan untuk mengetahui secara pasti/ apa yang dimaui
kawulo Ngayogyakarto Hadiningrat//
Tanggal 1 Juni mendatang/ bertepatan dengan peringatan hari lahir
Pancasila/ Golkar DIY akan menggelar acara kolosal/ bertajuk/ Kawulo
mataran Maneges Sultan//
MARYADI / YOGI / APA KABAR JOGJA RBTV//

Balai Diklat PU Wilayah III/ adalah unit pelaksana teknis di bidang
pendidikan dan pelatihan pegawai/ yang berada di bawah pembinaan
Pusdiklat Pegawai dan Badan Pengembangan Sumber daya manusia
Departemen Kimpraswil//
Balai Diklat PU Wilayah III ini mempunyai wilayah layanan di Propinsi
DIY dan Jawa Tengah// Balai Diklat PU Wilauah III ini mengemban
tugas pokok melaksanakan pendidikan dan pelatihan pegawai di bidang
ke PU an dengan fungsi menyusun rencana program dan diklat pegawai/
Penyelenggaraan/ pengadaan media dan bahan/ menyelenggarakan diklat
/ mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan setiap bidang di dalam
tugas-tugas ke-PU-an//
Apa dan bagaimana Balai Diklat PU ini berkiprah/ berikut petikan
wawancara khusus APA KABAR JOGJA dengan Kepala Balai Diklat PU
Wilayah III/ Ir Achmad Husni Thamrin, MMT//
Maryadi / Fiant melaporkan untuk APA KABAR JOGJA RBTV//