102849 MQFM 2009 06 Fokus Pagi 22 Juni 2009
Fokus Pagi
Edisi Senin, 22 Juni 2009
Tema : Politik
Topik : Mahalnya Ongkos Demokrasi Di Indonesia!!!
Sahabat MQ/ bagi sebagian orang/ bisa jadi uang bukanlah segala-galanya// Namun/ hal
ini tidak akan berlaku di masa kampanye/ baik dalam pemilu legislative/ maupun yang tak
lama lagi kita jelang/ pemilu presiden// Dalam urusan kampanye pemilihan presiden dan
wakil presiden/ uang tentu akan menjadi pendukung utama// Tanpa dana/ sulit bagi
kandidat yang akan bertarung pada 8 Juli 2009 mendatang// Mustahil rasanya mampu
menggalang dukungan/ terutama di 33 provinsi dan lebih dari 400 kabupaten// Ongkos
untuk menjangkau daerah-daerah tersebut sangat besar/ belum lagi untuk kepentingan
belanja iklan di media massa//
Inilah juga yang tengah terjadi di jagat demokrasi bangsa kita// Kampanye Pilpres yang
telah secara resmi dimulai 2 Juni 2009 kemarin/ kini mulai menyisakan Tanya/
darimanakah kiranya pundi-pundi uang sebagai biaya iklan dan kampanye didapatkan?//
Tak berlebihan memang/ asal dana para kandidat mulai dipertanyakan// Iklan dengan
kemasan beragam dan frekuensi yang begitu sering/ seolah mengesankan adanya
lumbung uang yang seolah tiada pernah habis//
Sahabat MQ/ Para capres boleh dibilang cukup jor-joran/ dalam mengeluarkan dana
kampanyenya untuk biaya iklan// Diperkirakan/ pendapatan iklan kampanye Pilpres yang
diterima media nasional hingga pekan ketiga Juni/ diperkirakan telah mencapai 3 triliun
rupiah// Angka ini/ adalah hasil penerimaan media elektronik seperti televise/ dan media
cetak nasional// Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara juga memperkirakan/ pendapatan
iklan tersebut akan berlipat ganda bila pemilihan berlangsung dua putaran// Meski bagi
media massa/ akan lebih menguntungkan bila pilpres berlangsung dua putaran/ sebab
pendapatan iklan bisa naik dua kali lipat//
Posisi media massa di masyarakat/ memang semakin dominant// Sebab lebih dari 80
persen penduduk Indonesia menjadi pembaca/ pendengar/ dan pemirsa/ dari berbagai
media yang ditawarkan// Penyebaran media massa pun semakin merata/ kalau 10 tahun
silam masih terfokus di daerah perkotaan/ maka saat ini/ masyarakat desa terpencil pun
telah menikmati siaran televisi atau membaca surat kabar//
Sahabat MQ/ Pemilihan secara langsung/ disebut sejumlah kalangan sebagai salah satu
factor/ yang membuat mahalnya biaya demokrasi di Indonesia// Namun/ untuk
mengetahui secara pasti jumlah biaya yang dibutuhkan dalam pemilihan langsung/ jelas
bukan hal yang mudah// Untuk menyebut jumlah dana yang kira-kira dibutuhkan dan
telah dikeluarkan selama masa kampanyesaja/ tim kampanye dari setiap kandidat belum
dapat menyebut secara pasti//
Lantas berapakah taksiran besaran dana kampanye masing-masing Tim Sukses saat ini?//
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie memperkirakan/ biaya kampanye
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono maksimal 100 miliar rupiah// Sementara
Yuddy Chrisnandi dari tim kampanye pasangan Jusuf Kalla-Wiranto menegaskan/ biaya
kampanye setiap pasang capres-cawapres hingga pemungutan suara/ minimal adalah 125
miliar rupiah// Biaya ini/ meliputi pendanaan untuk 500 daerah tingkat II di Indonesia
sekitar 50 miliar rupiah/ termasuk pula untuk transportasi seperti sewa pesawat selama
30 hari/ yang membutuhkan biaya sekitar 10 miliar rupiah// Belum lagi biaya cetak lima
juta kaus/ juga iklan di mediayang diperkirakan akan menelan biaya 15 miliar rupiah//
Begitulah sahabat MQ/ ongkos biaya demokrasi di negeri ini memang begitu mahal//
Ironis memang mendapati deret demi deret rupiah ini/ sedang kini kebutuhan rakyat
akibat krisis ekonomi/ begitu memberatkan// Sulit rasanya untuk dapat menerima/ saat
elite politik kita rela mengeluarkan kocek milyaran bahkan konon triliunan/ untuk sebuah
proses menuju kursi kekuasaan// Sungguh/ ini sebuah pesta yang sangat mahal//
Sebandingkah pengorbanan dengan kualitas pemimpin yang dihasilkan//
Tahukah Anda sahabat MQ/ bila biaya kampanye Pilpres 2004 lalu menghabiskan dana
hampir 2 triliun rupiah?// Besaran ini/ adalah 1/5 dari dana subtitusi subsidi BBM
pemerintah/ bagi lebih dari 110an juta rakyat miskin Indonesia yang berjumlah 11 triliun
rupiah// Dan besaran angka dana kampanye ini/ selalu dan pasti meningkat dari tahun ke
tahun pelaksanaannya// Mulai dari Pemilu 1955 yang hanya berbandrol sekitar 520 juta
rupiah/ Pemilu 1971 sekitar 17 Miliar rupiah/ dan naik menjadi 57 miliar rupiah di tahun
1977// Dan begitulah/ Angkanya selalu meningkat dari tahun ke tahun// Bahkan
pengamat politik dan Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti/ pernah
melansir besarnya biaya Pemilu 2004 yang mencapai angka 55triliun/ pada 15 Nopember
2007// Sungguh/ ini adalah Angka yang fantastis untuk sebuah gelaran pesta demokrasi//
Nah sahabat MQ/ apa tanggapan anda terhadap besaran dana kampanye yang begitu
fantastis ini?// Etiskah pundit-pundi uang ini mengalir hanya untuk dana iklan dan
produksi symbol-symbol pendukung kampanye/ sedang masyarakat kita tengah diuji
krisis ekonomi?// Begitu mahalkah ongkos demokrasi di negeri ini?// Dan sebandingkah
pula ia dengan kualitas kepemimpinan yang kelak akan dihasilkan?//
Nah sahabat MQ/ dalam Program Fokus Pagi kali ini/ kita akan mendiskusikannya
bersama dengan sejumlah naraSumber/ diantaranya adalah :
1. Ketua Dewan Pers –Leo Batubara- (Etika Media)
2. ICW/TII (kecurangan dan kebohongan dalam pelaporan dana kampanye)
3. Ray rangkuti (pengamat politik–mahalnya ongkos demokrasi di Indonesia)
Edisi Senin, 22 Juni 2009
Tema : Politik
Topik : Mahalnya Ongkos Demokrasi Di Indonesia!!!
Sahabat MQ/ bagi sebagian orang/ bisa jadi uang bukanlah segala-galanya// Namun/ hal
ini tidak akan berlaku di masa kampanye/ baik dalam pemilu legislative/ maupun yang tak
lama lagi kita jelang/ pemilu presiden// Dalam urusan kampanye pemilihan presiden dan
wakil presiden/ uang tentu akan menjadi pendukung utama// Tanpa dana/ sulit bagi
kandidat yang akan bertarung pada 8 Juli 2009 mendatang// Mustahil rasanya mampu
menggalang dukungan/ terutama di 33 provinsi dan lebih dari 400 kabupaten// Ongkos
untuk menjangkau daerah-daerah tersebut sangat besar/ belum lagi untuk kepentingan
belanja iklan di media massa//
Inilah juga yang tengah terjadi di jagat demokrasi bangsa kita// Kampanye Pilpres yang
telah secara resmi dimulai 2 Juni 2009 kemarin/ kini mulai menyisakan Tanya/
darimanakah kiranya pundi-pundi uang sebagai biaya iklan dan kampanye didapatkan?//
Tak berlebihan memang/ asal dana para kandidat mulai dipertanyakan// Iklan dengan
kemasan beragam dan frekuensi yang begitu sering/ seolah mengesankan adanya
lumbung uang yang seolah tiada pernah habis//
Sahabat MQ/ Para capres boleh dibilang cukup jor-joran/ dalam mengeluarkan dana
kampanyenya untuk biaya iklan// Diperkirakan/ pendapatan iklan kampanye Pilpres yang
diterima media nasional hingga pekan ketiga Juni/ diperkirakan telah mencapai 3 triliun
rupiah// Angka ini/ adalah hasil penerimaan media elektronik seperti televise/ dan media
cetak nasional// Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara juga memperkirakan/ pendapatan
iklan tersebut akan berlipat ganda bila pemilihan berlangsung dua putaran// Meski bagi
media massa/ akan lebih menguntungkan bila pilpres berlangsung dua putaran/ sebab
pendapatan iklan bisa naik dua kali lipat//
Posisi media massa di masyarakat/ memang semakin dominant// Sebab lebih dari 80
persen penduduk Indonesia menjadi pembaca/ pendengar/ dan pemirsa/ dari berbagai
media yang ditawarkan// Penyebaran media massa pun semakin merata/ kalau 10 tahun
silam masih terfokus di daerah perkotaan/ maka saat ini/ masyarakat desa terpencil pun
telah menikmati siaran televisi atau membaca surat kabar//
Sahabat MQ/ Pemilihan secara langsung/ disebut sejumlah kalangan sebagai salah satu
factor/ yang membuat mahalnya biaya demokrasi di Indonesia// Namun/ untuk
mengetahui secara pasti jumlah biaya yang dibutuhkan dalam pemilihan langsung/ jelas
bukan hal yang mudah// Untuk menyebut jumlah dana yang kira-kira dibutuhkan dan
telah dikeluarkan selama masa kampanyesaja/ tim kampanye dari setiap kandidat belum
dapat menyebut secara pasti//
Lantas berapakah taksiran besaran dana kampanye masing-masing Tim Sukses saat ini?//
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie memperkirakan/ biaya kampanye
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono maksimal 100 miliar rupiah// Sementara
Yuddy Chrisnandi dari tim kampanye pasangan Jusuf Kalla-Wiranto menegaskan/ biaya
kampanye setiap pasang capres-cawapres hingga pemungutan suara/ minimal adalah 125
miliar rupiah// Biaya ini/ meliputi pendanaan untuk 500 daerah tingkat II di Indonesia
sekitar 50 miliar rupiah/ termasuk pula untuk transportasi seperti sewa pesawat selama
30 hari/ yang membutuhkan biaya sekitar 10 miliar rupiah// Belum lagi biaya cetak lima
juta kaus/ juga iklan di mediayang diperkirakan akan menelan biaya 15 miliar rupiah//
Begitulah sahabat MQ/ ongkos biaya demokrasi di negeri ini memang begitu mahal//
Ironis memang mendapati deret demi deret rupiah ini/ sedang kini kebutuhan rakyat
akibat krisis ekonomi/ begitu memberatkan// Sulit rasanya untuk dapat menerima/ saat
elite politik kita rela mengeluarkan kocek milyaran bahkan konon triliunan/ untuk sebuah
proses menuju kursi kekuasaan// Sungguh/ ini sebuah pesta yang sangat mahal//
Sebandingkah pengorbanan dengan kualitas pemimpin yang dihasilkan//
Tahukah Anda sahabat MQ/ bila biaya kampanye Pilpres 2004 lalu menghabiskan dana
hampir 2 triliun rupiah?// Besaran ini/ adalah 1/5 dari dana subtitusi subsidi BBM
pemerintah/ bagi lebih dari 110an juta rakyat miskin Indonesia yang berjumlah 11 triliun
rupiah// Dan besaran angka dana kampanye ini/ selalu dan pasti meningkat dari tahun ke
tahun pelaksanaannya// Mulai dari Pemilu 1955 yang hanya berbandrol sekitar 520 juta
rupiah/ Pemilu 1971 sekitar 17 Miliar rupiah/ dan naik menjadi 57 miliar rupiah di tahun
1977// Dan begitulah/ Angkanya selalu meningkat dari tahun ke tahun// Bahkan
pengamat politik dan Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti/ pernah
melansir besarnya biaya Pemilu 2004 yang mencapai angka 55triliun/ pada 15 Nopember
2007// Sungguh/ ini adalah Angka yang fantastis untuk sebuah gelaran pesta demokrasi//
Nah sahabat MQ/ apa tanggapan anda terhadap besaran dana kampanye yang begitu
fantastis ini?// Etiskah pundit-pundi uang ini mengalir hanya untuk dana iklan dan
produksi symbol-symbol pendukung kampanye/ sedang masyarakat kita tengah diuji
krisis ekonomi?// Begitu mahalkah ongkos demokrasi di negeri ini?// Dan sebandingkah
pula ia dengan kualitas kepemimpinan yang kelak akan dihasilkan?//
Nah sahabat MQ/ dalam Program Fokus Pagi kali ini/ kita akan mendiskusikannya
bersama dengan sejumlah naraSumber/ diantaranya adalah :
1. Ketua Dewan Pers –Leo Batubara- (Etika Media)
2. ICW/TII (kecurangan dan kebohongan dalam pelaporan dana kampanye)
3. Ray rangkuti (pengamat politik–mahalnya ongkos demokrasi di Indonesia)